Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan,

baik secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang

mengandung zat-zat gizi menjadi cukup besar (Agus, 2009). Peningkatan

kebutuhan zat gizi pada masa remaja berkaitan dengan percepatan

pertumbuhan, dimana zat gizi yang masuk ke dalam tubuh digunakan untuk

peningkatan berat badan dan tinggi badan yang disertai dengan

meningkatnya jumlah dan ukuran jaringan sel tubuh (Soetjiningsih, 2010).

Remaja putri banyak mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam

konsumsi makanan sehari-harinya. Remaja putri umumnya mengalami

kekurangan zat besi, kalsium, dan vitamin A. Di samping itu, juga

kekurangan vitamin B6, seng, asam folat, iodium, vitamin D, dan magnesium

(Agus, 2009).

Remaja putri termasuk golongan rawan menderita anemia karena

remaja putri dalam masa pertumbuhan dan setiap bulan mengalami

menstruasi yang menyebabkan kehilangan zat besi (Arisman, 2009). Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang hasilnya dipublikasikan oleh

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, diketahui bahwa kejadian

anemia yang terjadi pada remaja putri 13-18 tahun dan wanita usia subur

15-49 tahun yaitu 22,7% total prevalensi anemia di Indonesia (21,7%

penduduk Indonesia), meskipun lebih rendah dari kejadian pada ibu hamil

37,1%, anak usia 5-12 tahun 29% dan balita 28,1%.


2

Berdasarkan hasil penelitian tahun 1990, Kabupaten Kudus

merupakan Kabupaten dengan prevalensi anemia pada ibu hamil yang

cukup tinggi yaitu sebesar 62,9%. Hampir sama dengan rata-rata propinsi

(63,5%). Hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus

pada bulan September 2006 prevalensi anemia yang terjadi pada ibu hamil

sebesar 60,4%. Diantara Kecamatan lain di Kabupaten Kudus, Kecamatan

Gebog mempunyai prevalensi paling tinggi sebesar 88,0%. Namun saat ini

belum ada data prevalensi anemia pada remaja di Kabupaten Kudus.

Hemoglobin (Hb) merupakan parameter yang digunakan untuk

menetapkan prevalensi anemia. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa

oksigen pada sel darah merah. Kandungan hemoglobin yang rendah

mengindikasikan anemia (Supariasa, 2012). Berkurangnya jumlah

hemoglobin dalam darah pada remaja dapat berdampak pada menurunnya

produktivitas kerja ataupun menurunkan kemampuan untuk berkonsentrasi

dengan baik sehingga akan menurunkan prestasi belajar (Depkes RI, 2010).

Untuk mengatasi kurangnya asupan zat gizi pada remaja, selain

memberikan suplementasi tablet penambah darah (Fe), dapat dilakukan

dengan cara alami yaitu dengan mengkonsumsi produk alam salah satunya

adalah madu. Madu merupakan obat dari segala jenis penyakit. Dalam terapi

ini madu selain peneliti gunakan sebagai perisa (pemanis) pada makanan,

madu sendiri memiliki berbagai khasiat. Salah satu pemanfaatan madu

adalah dengan menambahkan atau mencampurkan herbal yang memiliki

khasiat tertentu bagi kesehatan (Nuraysih, 2015).

Madu mengandung banyak mineral seperti natrium, kalsium,

magnesium, alumunium, besi, fosfor, dan kalium, ditambah lagi kandungan

vitamin yang ada di dalamnya seperti thiamin (B1), riboflavin (B2), asam
3

askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam folat dan

vitamin K. Eugene and Nelson (2014) menyebutkan dalam penelitian

ilmiahnya bahwa sejak ribuan tahun yang lalu madu telah dikenal karena

sifat gizi dan penyembuhannya yang menakjubkan. Madu mengandung

mineral penting yang membantu dalam produksi hemoglobin. Ketika madu

dikonsumsi setiap hari, penderita anemia dapat melihat peningkatkan secara

signifikan dalam tingkat energi, kemudian madu membantu meningkatkan

penyerapan kalsium, jumlah hemoglobin dan mengobati atau mencegah

anemia karena faktor gizinya.

Penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Linda Rosita dan

Utami Mulyani (2014) diketahui bahwa ekstra madu mampu meningkatkan

kadar hemoglobin (Hb) darah secara in vitro pada tikus putih jantan,

demikian pula yang dilakukan oleh Adi Try Himawan Zen (2013) diketahui

bahwa pemberian sari kurma mampu meningkatkan kadar hemoglobin pada

tikus putih jantan galur wisata yang diberikan diet rendah zat besi.

Dari pengamatan peneliti di SMK Grafika Raden Umar Said Kudus,

didapatkan banyaknya remaja yang mengalami anemia dan banyak remaja

yang jarang mengkonsumsi madu, dikarenakan kondisi SMA kegiatan

ekstrakurikuler yang banyak. Dari hal itu penulis merasa tertarik mengambil

tempat penelitian di SMA Grafika Raden Umar Said Kudus.

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Aplikasi Pemberian Madu terhadap peningkatan

kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri yang mengalami anemia

di SMA Grafika Raden Umar Said Kudus.


4

B. Rumusan Masalah

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang

dipublikasikan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan,

prevalensi anemia di Indonesia 21,7% penduduk Indonesia. Berdasarkan

kelompok umur, remaja putri 13-18 tahun dan wanita usia subur 15-49 tahun

masing-masing sebesar 22,7%. Madu sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu

dan memiliki kandungan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh salah satunya zat

besi untuk mengatasi proses pembentukkan sel darah merah yang mampu

mencegah terjadinya anemia.

Survei pendahuluan yang diketahui adanya remaja putri yang

mengalami anemia ringan dan sedang dengan berbagai macam

penyebabnya di SMK Grafika Raden Umar Said Kudus membuat peneliti

tertarik untuk membuktikan apakah pemberian madu dapat meningkatkan

kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri yang mengalami anemia di SMA

Grafika Raden Umar Said Kudus ?.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kadar Hb remaja putri sebelum aplikasi pemberian

madu di SMA Grafika Raden Umar Said Kudus ?

2. Bagaimana kadar Hb remaja putri sesudah aplikasi pemberian di

SMA Grafika Raden Umar Said Kudus ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan kadar Hb remaja yang mendapatkan

pemberian madu dan tidak mendapatkan pemberian madu terhadap

pada remaja putri yang mengalami anemia di SMA Grafika Raden Umar

Said Kudus.
5

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui aplikasi pemberian madu pada remaja

putri yang mengalami anemia di SMA Grafika Raden Umar Said

Kudus sebelum perlakuan.


b. Untuk mengetahui aplikasi pemberian madu pada remaja

putri yang mengalami anemia di SMA Grafika Raden Umar Said

Kudus setelah perlakuan.


c. Untuk mengetahui aplikasi pemberian madu pada remaja

putri yang mengalami anemia di SMA Grafika Raden Umar Said

Kudus setelah makan seperti biasa.

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Sebagai wacana baru mengenai khasiat madu bagi kesehatan

terutama dalam mencegah dan mengatasi anemia pada remaja putri.

2. Praktik

a. Peneliti

Sarana pembelajaran melakukan penelitian ilmiah

sekaligus mengaplikasikan ilmu yag sudah didapat selama

perkuliahan dan semoga dapat bermanfaat bagi peneliti

selanjutnya.

b. Remaja putri

Menambahkan madu dalam asupan nutrisinya setiap hari

guna mencegah terjadinya anemia terutama di masa-masa

periode menstruasi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup waktu


6

Rencananya aplikasi pemberian telur dan konsumsi telur akan

dimulai pada bulan Februari 2016 pada remaja putri di SMA Grafika

Raden Umar Said Kudus sebelum perlakuan.

2. Ruang lingkup tempat

Tempat yang akan dipergunakan untuk penelitian adalah

di SMA Grafika Raden Umar Said Kudus sebelum perlakuan.

3. Ruang lingkup materi

Materi penelitian ini termasuk dalam farmakologi keperawatan

dengan penerapan terapi komplementer herbal aplikasi pemberian

madu terhadap peningkatkan kadar hemoglobin pada remaja putri yang

mengalami anemia.

G. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul “Aplikasi Pemberian Madu terhadap

Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) pada Remaja Putri yang Mengalami

Anemia di SMK Grafika Raden Umar Said Kudus sebelum perlakuan, belum

pernah diteliti sebelumnya baik diinstansi pendidikan STIKES

Muhammadiyah Kudus maupun instansi pendidikan lainnya, namun ada

penelitian lain yang dapat dijadikan bahan kajian seperti berikut :

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Peneliti/Tahun Judul Metode Hasil Perbedaan


Penelitian
Dewi Andarina Hubungan Penelitian Ada hubungan Penelitian
dan Sri konsumsi cross secara tentang
Sumarmi/2013 protein sectional signifikan konsumsi
hewani dan dengan antara kadar protein hewani
zat besi sampel anak hemoglobin dan dan zat besi,
dengan usia 13-36 konsumsi diteliti adalah
kadar bulan diambil protein anak balita usia
hemoglobin secara (r = 0,579), 13-36 bulan
pada balita propotional konsumsi dengan
usia 13-36 random protein hewani penelitian
7

bulan sampling. ( r = 0,763), cross sectional


asupan zat besi
(r = 0,554) dan
asupan vitamin
c (r – 0,273).
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Anemia

1. Pengertian

Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

yang disebabkan kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk

pembentukan hemoglobin (Proverawati dan Asfuah, 2010).

2. Batasan klinis anemia

Menurut (Handayani & Haribowo, 2010), untuk kriteria anemia

di klinik, rumah sakit atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan

anemia bila terdapat nilai sebagai berikut :

a. Hb < 10 gr/dl

b. Hematokrit < 30 %

c. Eritrosit < 2,8 juta/mm3

Deraja anemia sendiri ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi

derajat anemia yang umum dipakai adalah sebagai berikut :

a. Ringan sekali Hb 10 gr/dl-13 gr/dl

b. Ringan Hb 8 gr/dl-9,9 gr/dl

c. Sedang Hb 6 gr/dl-7,9 gr/dl

d. Berat Hb < 6 gr/dl

3. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum

tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.

Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,


9

pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui.

Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis

sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo

endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan

dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan

memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami

penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam

plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin

plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke

dalam urine. Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal yaitu

anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat

dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh

terhadap manusia (Handayani dan Haribowo, 2010).

Tarwoto (2010) menyebutkan penyebab anemia pada remaja

putri yaitu remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga

membatasi asupan makanan, setiap hari manusia kehilangan zat besi

0,6 mg yang diekskresi khususnya melalui feses dan remaja putri

mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi + 1,3 mg per

hari, sehingga kebutuhan zat besinya lebih banyak daripada pria.

4. Tanda-tanda anemia

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia,

gejala umum adalah gejala yang umum timbul pada semua jenis anemia

pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah

titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan

mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.


10

Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ

yang terkena :

a. Sistem kardiovarkuler : lesu, cepat lelah, palpitasi,

takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina pectoris, dan gagal

jantung.

b. Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging,

mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta

perasaan dingin pada ekstremitas.

c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.

d. Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit

menurun, serta rambut tipis dan halus.

Gejala khas masing-masing anemia yang menjadi ciri adalah

sebagai berikut :

a. Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah,

stomatitis, angularis.

b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

c. Anemia hemolitik : ikterus dan hepatoplenomegali

d. Anemia aplastik: perdarahan kulit dan mukosa dan tanda-

tanda infeksi

Menurut Aulia (2012), tanda-tanda anemia pada remaja putri

adalah :

a. Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah kulit

dan telah tangan menjadi pucat.

d. Sering gemetar
11

e. Anemia yang parah (kurang dari 6 gr/dl darah) dapat

menyebabkan nyeri.

5. Dampak anemia pada remaja putri

Menurut Merryana (2012) dampat anemia bagi remaja putri

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Menurunnya kesehatan reproduksi

b. Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan

kecerdasan

c. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar

d. Menganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak

optimal

e. Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran

6. Diagnosis anemia

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis juga memainkan peran

penting dalam mendiagnosis penyebab anemia. Beberapa fitur penting

dalam sejarah medis meliputi pertanyaan tentang sejarah keluarga,

sejarah pribadi sebelumnya anemia atau kondisi kronis lainnya, obat,

warna tinja dan urin, perdarahan bermasalah dan pekerjaan serta

kebiasaan sosial (Proverawati, 2011).

7. Pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri

Menurut Almatzier (2011), cara mencegah dan mengobati

anemia adalah :

a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi

1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari

bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan

bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-

kacangan, tempe)
12

2) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak

mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam,

jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

b. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan

minum tablet tambah darah (TTD). Tablet tambah darah adalah

tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat

atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita dan

remaja putri perlu minum tablet tambah darah karena wanita

mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti

darah yang hilang. Anjuran minum yaitu minum satu tablet tambah

darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari

selama haid.

c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat

anemia seperti : kecacingan, malaria dan penyakit TBC.

8. Penurunan Hb

Penyebab rendahnya kadar hemoglobin salah satunya adalah

asupan zat besi yang kurang. Zat besi merupakan unsur penting tubuh

dan diperlukan untuk produksi sel darah merah. Zat besi merupakan

salah satu komponen dari heme, bagian dari hemoglobin, protein dalam

sel darah merah yang mengikat oksigen dan memungkinkan sel darah

merah untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Apabila simpanan

besi habis maka akan kekurangan sel darah merah dan jumlah

hemoglobin di dalamnya akan berkurang sehingga mengakibatkan

anemia (Proverawati, 2011).

9. Faktor-Faktor Terjadinya Anemia


13

Menurut Merryana, dkk (2012) mengatakan faktor-faktor

pendorong terjadinya anemia pada remaja putri adalah :

a. Adanya penyakit infeksi yang kronis

b. Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri

c. Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan

d. Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk

B. Konsep Dasar Madu

1. Pengertian

Madu adalah cairan manis alami berasal dari nectar tumbuhan

yang diproduksi oleh lebah madu. Lebah madu mengumpulkan nectar

madu dari bunga mekar, cairan tumbuhan yang mengalir di dedaunan

dan kulit pohon, atau kadang-kadang dari madu embun. Nektar adalah

senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar necteriffier dalam bunga,

bentuknya berupa cairan, berasa manis alami dengan aroma yang

lembut (Suranto, 2011).

2. Jenis-jenis madu

Ada banyak jenis madu menurut karakteristiknya. Yang paling

penting adalah membedakan karakteristik madu berdasarkan sumber

nektar, letak geografi, dan teknologi pemrosesannya. Karakteristik madu

disesuaikan dengan nectarnya yaitu flora, ekstra flora, dan madu

embun. Dikenal pula madu monoflora yang artinya berasal dari satu

tumbuhan utama dan poliflora yaitu berasal dari nectar beberapa jenis

tumbuhan bunga. Madu yang berasal dari satu jenis bunga dinamakan

berdasarkan sumber nektarnya misalnya madu bunga matahari, madu

kelengkeng, dan madu jeruk (Suranto, 2011).

Madu monoflora mempunyai wangi, warna dan rasa yang

spesifik sesuai dengan sumbernya. Madu poliflora dapat dinamakan


14

sesuai dengan lokasi tempat madu dikumpulkan misalnya madu

Sumbawa, madu Bangka atau madu Timor. Lebah cenderung

mengambil nectar dari satu jenis tanaman dan baru mengambil dari

tanaman bila belum mencukupi. Madu juga bisa dicirikan sesuai dengan

letak geografis di mana madu tersebut diproduksi. Misalnya madu Timur

Jauh, Yaman, Cina dan lain-lain.

Jenis madu berdasarkan teknologi perolehannya dibedakan

menjadi madu peras (strained honey) dan madu ekstraksi. Madu peras

merupakan madu yang diperas langsung dari sarangnya. Adapun madu

ekstraksi adalah madu yang didapat dari proses sentrifugasi.

3. Karakteristik fisis madu

a. Kekentalan

Kekentalannya tergantung dari komposisi madu, terutama

kandungan airnya. Bila suhu meningkat, kekentalan madu akan

menurun. Beberapa jenis madu mempunyai karakter kekentalan

khusus. Misalnya, madu heather dan manuka sangat kental seperti

jelly jika dibiarkan dan mencair jika dikocok.

b. Kepadatan (densitas)

Madu memiliki ciri khas yaitu kepadatannya akan mengikuti

gaya gravitasi sesuai berat jenis. Bagian madu yang kaya akan ari

(densitasnya rendah) akan berada di atas bagian madu yang lebih

padat dan kental.

c. Sifat menarik air (higroskopis)

Madu bersifat menyerap air sehingga akan bertambah encer

dan akan menyerap kelembaban udara sekitarnya.

d. Tegangan permukaan (surface tension)


15

Madu memiliki tegangan permukaan yang rendah sehingga

sering digunakan sebagai campuran kosmetik. Tegangan

permukaan madu bervariasi tergantung sumber nektarnya dan

berhubungan dengan kandungan zat koloid, sifat tegangan

permukaan yang rendah dan kekentalan yang tinggi membuat madu

memiliki ciri khas membentuk busa.

e. Suhu

Sifat mampu menghantarkan panas dan kekentalannya

tinggi menyebabkan madu mudah mengalami over heating

(kelebihan panas) sehingga pengadukan dan pemanasan madu

haruslah dilakukan secara hati-hati.

f. Warna

Warna madu bervariasi dari transparan hingga tidak

berwarna seperti air, dari warna terang hingga hitam. Warna dasar

madu adalah kuning kecoklatan seperti gula caramel. Warna madu

diperngaruhi oleh sumber nectar, usia madu, dan penyimpanan.

Madu yang berasal dari pengumpulan banyak nectar dengan proses

yang cepat akan berwarna terang daripada yang prosesnya lambat.

g. Aroma

Aroma madu yang khas disebabkan oleh kandungan zat

organiknya yang mudah menguap (volatile). Komposisi zat aromatic

dalam madu bisa bervariasi sehingga wangi madu pun menjadi unik

dan spesifik. Aroma madu cenderung tidak menetap karena akan

menguap seiring waktu, terutama bila madu tidak disimpan dengan

baik.
16

h. Rasa

Rasa madu yang khas ditentukan oleh kandungan asam

organic dan karbohidratnya, juga dipengaruhi oleh sumber

nektarnya. Kebanyakan madu rasanya manis dan agak asam.

Manisnya madu ditentukan oleh rasio karbohidrat yang terkandung

dalam nektar tanaman yang menjadi sumber karbohidrat yang

terkandung dalam nectar tanaman yang menjadi sumber madu.

i. Sifat mengkrital (kristalisasi)

Madu cenderung mengkristal pada proses penyimpanan

di suhu kamar. Banyak orang berpikir bila madu mengkristal berarti

kualitas madu buruk atau sudah ditambahkan gula. Madu yang

mengkristal merupakan akibat dari pembentukan Kristal glukosa

monohidrat, tergantung dari komposisi dan kondisi penyimpanan

madu. Makin rendah kandungan airnya dan makin tinggi kadar

glukosanya, makin cepat terjadi pengkristalan. (Suranto, 2011)

4. Kandungan gizi madu

Zat gizi utama pada madu adalah gula dalam bentuk glukosa dan

fruktosa. Proporsi glukosa dan fruktoas berbeda-beda, bergantung pada

konsistensi dan sumber nectar yang digunakan. Komposisi lengkap

madu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1
Kandungan Zat Gizi Madu Per 100 Gram

Zat Gizi Jumlah


Energi (kal) 304
Protein (g) 0,3
Karbohidrat (g) 82,3
Serat (g) 0,1
Vitamin B6 (mg) 0,02
Vitamin C (mg) 1
Riboflavin (mg) 0,04
Niasin (mg) 0,3
Asam pantotenat (mg) 0,2
17

Asam folat (mg) 3


Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 6
Natrium (mg) 5
Kalium (mg) 51
Magnesium (mg) 3
Zat besi (mg) 0,5
Seng (mg) 0,1
Tembaga (mg) 0,2
Sumber : Wirakusumah, 2010

5. Manfaat madu untuk kesehatan

Sejak dahulu, orang mempercayai bahwa madu merupakan

makanan untuk membangkitkan energi dan menyehatkan tubuh.

Biasanya, madu dicampurkan pada jamu tradisional. Ternyata, hasil

penelitian secara ilmiah pun membuktikan akan khasiat madu yang luar

biasa tersebut. Jadi, buka hanya sekedar mitor. Menurut Wirakusumah

(2010), beberapa manfaat madu adalah sebagai berikut :

a. Madu sebagai obat penyakit jantung

Para ahli mengemukakan bahwa gula dan mineral dalam

madu berfungsi sebagai tonikum (penguat) bagi jantung. Otot-otot

jantung yang bekerja tanpa henti sepanjang waktu membutuhkan

glukosa sebagai sumber tenaga untuk melakukan aktivitasnya.

b. Madu sebagai obat penyakit lambung dan pencernaan

Kandungan mineral yang cukup tinggi pada madu dapat

mengruangi derajat keasaam dan membantu mencegah

pendarahan lambung. Semakin gelap warna madu, kandungan

mineral semakin tinggi. Hal ini semakin potensial untuk mengatasi

penyakit lambung dan usus akibat penumpukkan asam lambung.

c. Madu untuk meningkatkan stamina dan pembangkit energi


18

Jika tubuh mengalami kelelahan setelah melakukan

berbagai aktivitas, mengkonsumsi madu dapat segera memulihkan

kondisi tubuh karena menyediakan sumber energi siap pakai.

Sebab komponen utama madu adalah gula dalam bentuk glukosa.

d. Madu untuk pengobatan arthritis (radang sendi)

Penelitian terakhir di Copenhagen University, yaitu

menggunakan campuran 1 sendok makan madu dan ½ sendok teh

bubuk kayu manis yang diberikan kepada pasien arthritis sebelum

sarapan pagi selama seminggu. GHasilnya 73 dari 200 pasien

mengalami pengurangan gerajal dan rasa sakit yang ditimbulkan

pada sendi dan dapat berjalan tanpa rasa sakit.

e. Madu untuk mengurangi karang gigi

Kandungan enzim pada madu memproduksi sejumlah kecil

hydrogen peroksida yang efektif melawan plak pada gigi. Madu juga

bersifat antimikroba yang berpotensi melawan pathogen di dalam

mulut, serta mencegah sariawan dan jenis penyakit lain yang

berhubungan dengan rongga mulut.

f. Madu sebagai antiseptik alami

Kadar gula dalam madu yang tinggi mampu menghambat

pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Madu juga bersifat asam

(pH 3,2-4,5) sehingga pathogen tidak dapat bertahan. Derajat

keasaman tersebut cukup rendah sehingga baik untuk menghambat

pertumbuhan pathogen. Madu juga mengandung fitokimia, yaitu zat-

zat kimia yang terdapat dalam berbagai jenis tumbuhan dan bahan

makanan. Zat-zat tersebut dapat memusnahkan virus, bakteri dan

jamur. (Wirakusumah, 2010)


19

g. Anemia dan thalasemia

Thalasemia adalah penyakit genetic yang menyebabkan

kelainan sel darah merah. Akibatnya, penderitanya selalu

kekurangan darah (anemia) yang ditandai rendahnya kadar

hemoglobin. Pada penderita thalasemia berat, diharuskan

melakukan transfusi darah seumur hidupnya. Sejenis madu yang

disebut madu Vaseja Madhu yang istimewa diteliti dapat

mengurangi kebutuhan tranfusi darah pada kasus thalasemia EB

dan sedikit pada thalasemia HBE. Pada penelitian terhadap 111

orang dengan 75 orang pasien thalasemia HBE dan 36 orang

thalasemia B dengan usia bervariasi. Sekitar 73,3% pasien

thalasemia HBE harus ditranfusi setiap bulan dan setelah

mengkonsumsi madu, 61,8%nya mengurangi transfuse. Untuk

kasus thalasemia B, hasilnya tidak terlalu baik, hanya 8,3% yang

mengurangi transfuse. Madu dapat mengobati anemia, karena

madu mengandung segala zat yang diperlukan untuk pembentukan

hemoglobin, seperti zat besi, asam folat dan vitamin B12 (Suranto,

2012).

6. Dosis dan efek samping madu

a. Dosis

Dosis madu yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah

100-200 gram sehari, diminum tiga kali sehari, pagi sebanyak 30-60

gram, siang 40-80 gram, dan malam 30-60 gram. Disarankan satu

jam setengah atau dua jam sebelum makan atau tiga jam sesudah

makan. Untuk anak-anak dosis madu adalah 30 gram sehari.


20

Disarankan madu sebaiknya diminum dengan campuran air agar

lebih mudah dicerna dan mencapai peredaran darah, ke jaringan

dan sel tubuh. Lamanya terapi madu sebaiknya sekitar dua bulan,

karena kadar gulanya yang tinggi, madu tidak boleh dikonsumsi

berlebihan karena pada dosis tinggi dapat menyebabkan darah

kelebihan gula yang akan memperberat kerja hormone insulin

(Suranto, 2012).

b. Efek samping

Madu merupakan nutrisi alami yang efek sampingnya sangat

minimal. Sebuah penelitian Ladas yang dimuat di American Journal

of Clinical Nutrition melaporan konsumsi madu pada orang normal

dapat menimbulkan diare dan gangguan perut. Hal ini dimungkinkan

karena kandungan fruktosa madu yang cukup tinggi. Kadar fruktosa

madu termasuk yang tertinggi sekelompok dengan buah apel dan

pir. Tingginya fruktosa pada sebagian jenis madu (madu randu)

pada beberapa orang dapat menyebabkan gangguan penyerapan

yang disebut malabsorbsi fruktosa. Hal ini cukup merepotkan bagi

orang-orang yang sebelumnya punya pencernaan yang sensitif.

Namun, menurut Ladas, hal itu justru menguntungkan untuk orang

yang punya keluhan susah buang air besar karena efek laksatif

madu tersebut. Di Indonesia beredar jenis madu randu yang

memiliki kandungan fruktosa yang tinggi dengan ciri khas rasanya

yang sedikit kecut, sedangkan jenis madu lainnya seperti madu


21

kaliandra, madu rambutan, madu kelengkeng justru sebaliknya,

kandungan glukosanya lebih besar dari fruktosanya.

Madu sebagai penyebab botulisme mulai menjadi perhatian

di Negara Bagian California, karena ditemukan beberapa bayi

dengan penyakit tersebut yang sebelumnya diberi madu. Namun,

penelitian lebih lanjut di Inggris tidak melihat ada hubungan antara

keduanya. Riches dalam bukunya Medical Aspect of bee Keeping

menyebutkan bahwa pemberian label hati-hati untuk bayi di bawah

satu tahun pada kemasan madu tetaplah menjadi perdebatan, tetapi

karena madu di bawah satu tahun belumlah menjadi nutrisi penting

karena masih mendapatkan ASI atau air susu ibu, agaknya perlu

pula berhati-hati memberi madu pada anak-anak di usia tersebut

sebaliknya mengkonsumsi madu pada ibu menyusui dapat

meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI. Pada anak usia dua tahun

sangat disarankan memberikan madu pada makanan atau

minumannya, mengingat pada bayi usia dua tahun tidak lagi

mendapatkan ASI, dan juga pemberian madu pada bayi yang tidak

mendapatkan ASI berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh

karena dapat meningkatkan jumlah sel darah putih. Madu Kaliandra

adalah jenis madu yang disarankan untuk balita & ibu menyusui

karena bersifat alkaloid atau tidak masam.

Tidak semua madu aman dikonsumsi, ada pula jenis madu

yang bersifat racun. Telah lama diketahui madu segar yang berasal

dari tumbuhan bernama ( Rhododendron ponticum) mengandung

andromedotoksin yang beracun untuk manusia. Tercatat dalam


22

sejarah 400 SM tentara romawi mengalami keracunan setelah

makan madu yang belum matang berasal dari tumbuhan tersebut.

Tumbuhan lain yang menjadi sumber madu beracun adalah famili

Ericaceae. Namun, untungnya efek beracun madu makin hilang bila

madu telah sepenuhnya matang. Selain itu, industri madu sudah

sangat maju untuk mendeteksi lebih dahulu madu yang beracun

hingga tak akan lolos sampai ke konsumen. (Suranto, 2012)

7. Penelitian tentang madu untuk kesehatan hematologi

Penelitian Noori S. Al-Waili yang dimuat dalam Journal of

Medicinal Food, Juli 2003, 6(2):135-140 dengan judul asli “Effects of

Daily Consumption of Honey Solution on Hematological Indices and

Blood Levels of Minerals and Enzymes in Normal Individuals“ atau

dalam terjemahan Pengaruh Konsumsi harian Madu Solusi pada Indeks

Hematologi dan Tingkat Mineral dan Enzim dalam Darah pada Individu

normal. Diperoleh hasil :

Tujuh pria dan tiga wanita (usia rata-rata, 31,2 tahun; kisaran, 20-

45 tahun) menerima diet biasa ketat selama periode kontrol 2 minggu,

diikuti dengan diet biasa ditambah dengan konsumsi harian 1,2 g / kg

berat badan madu dilarutkan dalam 250 ml air selama periode pengujian

2 minggu. Pada akhir setiap periode, sampel darah puasa semalam

ditarik untuk tes glukosa darah, mineral darah, vitamin C, β-karoten,

asam urat, glutation reduktase, immunoglobulin E, hemoglobin, indeks

darah dan sel-sel, serum ferritin, zat besi serum , dan kapasitas pengikat
23

besi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu meningkat agen

antioksidan. Ini peningkatan konsentrasi darah vitamin C sebesar 47%,

β-karoten sebesar 3%, asam urat sebesar 12%, dan glutathione

reduktase oleh 7%. Madu meningkat besi serum sebesar 20% dan

penurunan ferritin plasma sebesar 11%. Ini meningkatkan persentase

monosit oleh 50%, dan peningkatan limfosit dan eosinofil persentase

sedikit. Madu mengurangi serum imunoglobulin E dengan 34% dan

meningkat tembaga serum sebesar 33%. Menurun transaminase

aspartat oleh 22% dan alanin transaminase sebesar 18%. Madu nyata

berkurang dehidrogenase asam laktat sebesar 41%, penurunan

kreatinin kinase oleh 33%, dan mengurangi gula darah puasa sebesar

5%. Ini disebabkan sedikit peningkatan dalam seng darah dan

magnesium, hemoglobin, dan volume dikemas sel. Dapat disimpulkan

bahwa madu meningkat agen antioksidan, serum besi dan darah indeks,

dan elemen dan penurunan imunoglobulin E, hati dan otot enzim, dan

gula darah puasa pada subyek sehat.

C. Konsep Dasar Remaja

1. Pengertian

Kusmiran (2011) mendefinisikan remaja dalam tiga sudut

pandang, yaitu secara kronologis remaja adalah individu yang berusia

antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun; secara fisik, remaja ditandai

oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, tertama

yang terkait dengan kelenjar seksual; secara psikologis, remaja

merupakan masa di mana individu mengalami perubahan-perubahan


24

dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan moral, diantara masa anak-anak

menuju masa dewasa.

2. Klasifikasi remaja

Menurut Depkes RI (2010), masa remaja dibedakan menjadi 3

yaitu:

a. Masa remaja awal

Masa remaja awal yaitu umur 10-13 tahun. Psikososial

merupakan manifestasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan

intelektual.

Maka akibat perubahan tersebut yaitu:

1) Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak

pada meningkatnya kesadaran diri.

2) Perubahan hormonalnya berdampak sebagai individu yang

mudah berubah-ubah emosinya seperti mudah marah, mudah

tersinggung atau menjadi agresif.

3) Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam

berpakaian, berdandan trendi dan lain-lain.

4) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik

dengan lingkungannya.

5) Kawan lebih penting sehingga remaja berusahan

menyesuaikan dengan mode teman sebaya.

6) Perasaan memiliki terhadap berdampak punya

gang/kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan

teman sebayanya.
25

7) Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangnya sendiri

dengan membandingkan segala sesuainya sebagai buruk atau

baik berdampak sulit ditoleransi dan sulit berkompromi.

b. Masa remaja tengah

Masa remaja tengah yaitu umur 14-16 tahun yang ciri-cirinya

sebagai berikut:

1) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang,

sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.

2) Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri

berdampak menolak mencampur tangan orang lain termasuk

orang tua.

3) Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa

nyaman berdampak baju, gaya rambut dan sikap.

4) Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun

berisiko berdmapak mulai bereksperimen dengan merokok,

alkohol, seks bebas dan mugkin NAPZA.

5) Tidak lagi berfokus pada diri sendiri berdampak lebih

bersosialisasi dan tidak lagi pemalu.

6) Membangun nilai, norma dan moralitas berdampak

mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga.

7) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas

berdampak ingin banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul

dengan teman-teman.

8) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak

berpacaran tetapi tidak menjurus serius.


26

9) Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa

berdampak mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan

ingin mendiskusikan atau berdebat.

c. Masa remaja akhir

Masa remaja akhir yaitu umur 17-19 tahun yang ciri-cirinya

sebagai berikut :

1) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial

politik termasuk agama.

2) Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan di luar

keluarga berdampak mulai belajar mengatasi stress yang

dihadapi dan sulit diajak berkumpul dengan keluarga.

3) Belajar mencapai kemandirian secara financial maupun

emosional berdampak kecemasan dan ketidakpastian masa

depan yang dapat merusak keyakinan diri.

4) Lebih mampu membuat hubungan stabil dengan lawan

jenis berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan

banyak menyita waktu.

5) Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung

mengemukakan pengalaman yang berbeda dengan orang

tuanya.

6) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri

berdampak mulai nampak ingin meninggalkan rumah atau

hidup sendiri.

3. Perkembangan jiwa pada remaja


27

Pencarian identitas diri mulai dirintis seseorang pada usia yang

sangat muda, yaitu sekitar usia remaja muda. Pencarian identitas diri

berarti pencarian jati diri, dimana remaja ingin tahu kedudukan dan

perannya dalam lingkungan, di samping ingin tahu juga tentang dirinya

sendiri yang menyangkut soal apa dan siapa dia, semua yang

berhubungan dengan “aku” ingin diselidiki dan dikenalnya (Sarlito,

2011).

Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada

pada tahap permulaan. Dimulainya pada pengukuhan kemampuan yang

sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat

dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang

lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa kemauannya

dipenuhi (Depkes RI, 2010).

4. Perubahan fisik pada masa remaja putri

Menurut Desmita (2010) terjadi empat perubahan fisik penting

pada remaja antara lain :

a. Perubahan ukuran tubuh

Tinggi rata-rata anak perempuan pada usia 12 tahun adalah

sekitar 59 atau 60 inchi, kemudian terjadi pertumbuhan tinggi sekitar

3 inchi pada tiap tahunnya. Percepatan pertumbuhan badan juga

terjadi dalam penambahan berat badan, yakni sekitar 10 Kg,

kemudian mengalami penambahan berat badan. Namun demikian

penambahan berat badan dan tinggi badan dipengaruhi oleh kondisi

kesehatan remaja, kemudian diet, latihan dan gaya hidup yang

dilaksanakan setiap harinya.

b. Perubahan proporsi tubuh


28

Seiring dengan pertambahan tinggi dan berat badan

percepatan pertumbuhan selama masa remaja terjadi pada proporsi

tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil,

pada masa remaja menjadi terlalu besar. Hal ini terlihat jelas pada

pertumbuhan tangan dan kaki, yang sering terjadi tidak

proporsional. Perubahan proporsi tubuh tidak seimbang

menyebabkan remaja merasa kaku dan canggung, serta khawatir

berat badannya tidak pernah serasi dengan tangan dan kakinya.

Perubahan-perubahan dalam proporsi tubuh selama masa

remaja, juga terlihat pada perubahan ciri-ciri wajahnya, dimana

wajah anak-anak mulai menghilang, seperti dahi yang semula

sempit sekarang menjadi luas, mulut melebar dan bibir menjadi

lebih penuh. Dalam perubahan struktur kerangka, terjadi

percepatan pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan terjadinya

pengurangan jumlah lemak dalam tubuh (Cahyaningsih, 2011).

c. Perubahan ciri seks primer

Pada masa remaja putri, kematangan organ-organ seksnya

ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium (indung

telur) secara cepat. Ovarium menghasilkan ova (telur) dan

mengeluarkan hormone-hormon yang diperlukan untuk kehamilan,

menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada masa inilah

untuk pertama kalinya remaja putri mengalami menarche

(menstruasi pertama) (Cahyaningsih, 2011). Menstrasui awal sering

disertai dengan sakit kepala, sakit punggung dan kejang, serta

lelah, depresi dan mudah tersinggung (Kusmiran, 2011).

d. Perubahan ciri seks sekunder


29

Sarlito (2011) perkembangan ciri seks sekunder

memunculkan tanda-tanda yang membedakan antara anak

laki-laki dan perempuan. Pada saat ciri-ciri sekunder muncul,

timbul daya tarik dengan lawan jenis dan gairah seksual. Ciri seks

sekunder pada remaja putri :

1) Pinggul membesar dan membulat sebagai akibat besarnya

tulang pinggul dan berkembangnya lemah di bawah kulit.

2) Payudara membesar dan putting susu semakin menonjol

3) Tumbuh rambuh pada kemaluan, ketiak, lengan dan kaki

4) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal dan lubang pori-pori

bertambah besar

5) Suara menjadi lebih penuh dan merdu

6) Kelenjar-kelenjar menjadi aktif dan timbul jerawat.

D. Kerangka Teori

REMAJA PUTRI

Faktor Hb pada anemia remaja putri :


E.
1. Adanya penyakit infeksi
F. yang kronis

G.2. Menstruasi yang berlebihan


3. Perdarahan yang mendadak
H.
seperti kecelakaan
I. 4. Jumlah makanan atau

J. penyerapan diet
a. Meningkatkan
K.
konsumsi makanan bergizi
L. b. Mengobati penyakit

c. anemia
Menambah makanan yang
1. Menambah pemasukan
mengandung zat besi kezat
besidalam
ke dalam tubuh
tubuh (telur)
(madu)
30

M.
Peningkatkan Kadar
N. Hemoglobin (Hb)

O. Pada penderita anemia

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Sumber :

Almatzier (2011), Proverawati (2011), Suranto (2012), Tarwoto (2010)

Keterangan :
Diteliti :
Tidak diteliti :
31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota

suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.

(Saryono, 2010). Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah Aplikasi Pemberian Madu.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) pada Remaja Putri yang

Mengalami Anemia di SMA.

B. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan (Hidayat, 2010). Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada perbedaan Aplikasi pemberian madu terhadap peningkatan

kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri yang mengalami anemia


32

Ho : Tidak ada perbedaan Aplikasi pemberian madu terhadap

peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri yang

mengalami anemia

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan. (Notoatmodjo, 2010)

Variabel Independent Variabel Dependent

Aplikasi Peningkatan kadar


Pemberian madu hemoglobin (Hb)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

D. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian Quesy eksperimen dengan menggunakan

bentuk rancangan control group pre test-post test digunakan dalam

penelitian ini. Desain ini bertujuan mengidentifikasi hubungan sebab

akibat dengan cara melibatkan dua kelompok subyek. Kelompok

subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

diobservasi lagi setelah intervensi. Dalam rancangan ini, kelompok

eksperimental diberi perlakuan berupa aplikasi pemberian madu,

sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Pada kedua

kelompok diawali dengan pre test dan setelah pemberian perlakuan


33

diadakan pengukuran kembali (post test). Rancangan penelitian

sebagaimana pada gambar 3.2.

Subjek Pra Perlakuan Post Test

K1 O I OI

K2 O2 Io O3

Skema 3.1 Rancangan Penelitian Pre Test – Post Test With Control
Group

Sumber : Nursalam 2015


Keterangan :

K1 : Subjek (remaja dengan konsumsi madu)

K2 : Subjek (remaja tanpa konsumsi madu)

I : Perlakuan pemberian madu.

Io : Perlakuan kontrol dengan pemberian madu.

O : Observasi pertama (pre test) pada kelompok konsumsi

madu

O1 : Observasi kedua (post test) pada kelompok konsumsi

madu

O2 : Observasi pertama (pretest) pada kelompok kontrol

O3 : Observasi kedua (post test) pada kelompok kontrol

2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Metode pendekatan yang dipakai adalah case control study

yang membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok


34

kontrol (Hidayat, 2011). Pada penelitian akan dilakukan pengumpulan

data konsumsi madu pada remaja putri yang mengalami anemia.

3. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data primer

dan data sekunder.

a. Data primer adalah diperoleh secara langsung dari

responden (Riwidikdo, 2012). Dalam penelitian ini untuk

mendapatkan sumber langsung mengenai variabel dengan

menggunakan kuesioner.

Cara Pengumpulan data primer adalah sebagai berikut :

1) Peneliti menyampaikan surat ijin penelitian dari pihak STIKES

Muhammadiyah Kudus kepada Kepala SMA Grafika Raden

Umar Said Kudus.

2) Peneliti mendatangi langsung siswa yang bersekolah

di SMA Grafika Raden Umar Said Kudus untuk menyampaikan

maksud dan tujuan, meminta kesediaan siswa untuk berkenan

menjadi responden penelitian.

3) Peneliti menyampaikan kuesioner kepada para siswi yang

bersedia menjadi responden.

4) Data yang diperoleh dikumpulkan pada penelitian untuk

kemudian dilakukan olah data dan analisa data.

b. Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung

dari responden namun dari pihak lain yang telah memiliki data yang

diperolehkan untuk penelitian (Riwidikdo, 2012). Dalam penelitian

ini data sekundernya adalah data profil SMA Grafika Raden Umar

Said Kudus.
35

Langkah-langkah pengumpulan data sekunder adalah

sebagai berikut :

1) Menyampaikan surat permohonan ijin Kepala SMA Grafika

Raden Umar Said Kudus.

2) Peneliti menerima ijin dari Kepala SMA Grafika Raden

Umar Said Kudus.

4. Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek yang menjadi objek atau

sasaran penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua siswi kelas XI SMK Raden Umar Said Gebog Kudus,

sebanyak 71 orang diambil pada tahun 2016.

5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian

a. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian merupakan

sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi [ CITATION SNo05 \t \l 1033 ].

Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang terkena

anemia pada satu kelas pada SMA.


Rumus untuk menentukan sampel adalah :
N
n =
1+ N ( d)²
keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = taraf kesalahan
71
¿
1+71 ( 0,1 ) ²
36

71
¿
1+7 1( 0,01)

71
¿
1+0.71

71
¿
1+7 1( 0,01)

= 42

Jadi, sampel yang diperlukan sebanyak 42 responden. Terdiri

dari 21 orang kelompok intervensi dan 21 orang kelompok kontrol.

b. Teknik sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

random sampling, random sampling adalah setiap anggota populasi

itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2010).

Dengan menggunakan kriteria sampel yang dibagi menjadi

dua yaitu :

1) Kriteria inklusi atau kriteria yang bisa masuk adalah kriteria

atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi

yang diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria inklusi yang ditentukan peneliti adalah :

a) Siswi kelas XI SMA Grafika Raden Umar Said

Kudus yang mengalami anemia.

b) Siswi yang bersedia menjadi responden.

c) Siswi yang masih tercatat di SMA Grafika Raden

Umar Said Kudus.


37

2) Kriteria eksklusi yaitu responden yang setelah masuk

harus dikeluarkan adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria eksklusi yang ditentukan penelitian adalah :

a) Tidak berada di lokasi penelitian ketika proses

pengumpulan data.

b) Tidak bersedia menjadi responden atau

mengundurkan diri

6. Definisi Operasional Variabel penelitian dan

skala pengukuran

Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik

yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang

dapat diamati (diukur) itulah merupakan kunci definisi operasional

(Nursalam, 2013).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi
No Alat ukur Kategori Skala
Penelitian Operasional
1. Peningkatan Kadar hemoglobin Stik HB 1. Meningkat Nomina
Kadar Hb sesudah diberi dan Easy 2. Tidak l
perlakuan - sebelum Touch HB Meningkat
diberi perlakuan
2. Peningkatan Kadar hemoglobin Stik HB 1. Meningkat Nomina
Kadar Hb sesudah diberi dan Easy 2. Tidak l
perlakuan - sebelum Touch HB Meningkat
diberi perlakuan

7. Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian

Instrumen penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (variabel

penelitian) (Sulistyaningsih, 2011). Instrumen penelitian yang digunakan


38

adalah lembar checklist dan kuesioner. Untuk kuesioner nantinya tidak

akan diuji validitas dan uji reliabelitas karena pertanyaan bersifat terbuka

(responden diberi kesempatan untuk menjawab seluas-luasnya). Untuk

pertanyaan positif jika menjawab Ya diberikan nilai 1 dan jika menjawab

tidak 0 sedangkan untuk pertanyaan negatif jika menjawab Ya diberikan

nilai 0 dan jika menjawab tidak diberikan nilai 1.

8. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan data

Langkah pengolahan data yang akan dilakukan sebagai

berikut :

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini

melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan,

kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan

pertanyaan (Hidayat, 2010).

2) Scoring

Scoring adalah kegiatan memberikan nilai atas jawaban

pertanyaan responden dalam lembar kuesioner dan lembar

observasi.

3) Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik pada

data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2010).

4) Tabulating

Tabulating yaitu memasukkan data mentah ke dalam

format tabel-tabel misalnya ke dalam tabel distribusi frekuensi.


39

Tabulating akan dilakukan setelah seluruh data yang terkumpul

diolah dalam program komputerisasi.

b. Analisa data

1) Analisa Univariat

Analisa univariat yang dilakukan terhadap variable dari

hasil penelitian. Pada umum nya analisa ini hanya

menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variable

[ CITATION Not10 \l 1057 ]. Analisa univariat ini digunakan

untuk menggambarkan tiap variabel penelitian antara variabel

bebas dan variabel terikat

%= X 100 %
f
N

Keterangan :

f : Frekuensi yang dihasilkan

N : Jumlah seluruh sampel

100% : Angka mutlak

2) Analisa Bivariat

Analisa bivariat yaitu analisa data yang dilakukan pada dua

variable untuk menguji adanya hubungan atau perbedaan antar

variabel (Notoatmojo, 2010). Analisa bivariat yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi intervensi

positf thinking dengan upaya berhenti merokok dengan

menggunakan uji statistik samples t-Test jika data berjenis data

numerik dan berdistribusi normal. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut :


40

d
t:
SD / √ n

Keterangan :

t : Nilai beda

d : Perbedaan rata-rata selisih pengamatan 1 dan

pengamatan 2 dibagi jumlah sampel

SD : Standar deviasi/simpang baku

n : Banyaknya pasangan sampel

Interpretasi hasil uji yaitu jika p value < 0,05 maka

dinyatakan Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada perbedaan

pemberian madu terhadap peningkatan kadar Hb pada remaja

yang mengalami anemia dan jika p value > 0,05 maka

dinyatakan Ha ditolak dan Ho diterima artinya tidak ada

perbedaan pemberian madu terhadap peningkatan kadar Hb

pada remaja yang mengalami anemia.

9. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut Hidayat (2010), adalah sebagai berikut :

a. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed

consent)

Saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta

izin kepada responden secara lisan atas kesediaannya menjadi

responden.

b. Anonymity (tanpa nama)

Pada lembar persetujuan maupun lembar pertanyaan

wawancara tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya

dengan memberi simbol saja.

c. Confidentiality (kerahasiaan)
41

Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang

terkumpul akan menjadi koleksi pribadi tidak akan disebarluaskan

kepada orang lain tanpa seizin responden.


42

DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2009. Perkembangan Gizi Remaja. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dharma, 2011. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.

Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.

Hapzah, Y. R. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi Terhadap


Kejadian Anemia Remaja Putri pada Siswi SMAN 1 Tinambung
Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Kesehatan.

Hidayat, 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.


Jakarta : Salemba Medika.

Kusmiran, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba


Medika.

Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Keperawatan, Pendekatan Praktis.


Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nuraysih, 2015. Madu dan Khasiatnya. Jakarta : Andi Publisher

Proverawati & Asufah, 2011. Penyakit dan Penyebab Anemia. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Riwidikdo, 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sarlito, 2010. Psikologi Remaja. Jakarta : Pustaka Grafindo.

Saryono, 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sarwono, 2009. Psikologi Perkembangan Remaja. Yogyakarta : Rajawali Press.

Sulistyaningsih, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif – Kualitatif. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Suranto, 2011. Madu dan Khasiatnya. Jakarta : Rajawali Press.


43

LEMBAR KONSUL BIMBINGAN SKRIPSI


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Nama : Anisa Wulandari Prodi : S1 Keperawatan


NIM : IV.12.3017 Dosen : Sri Karyati, M.Kep., Sp. Kep.Mat
Judul : Aplikasi Pemberian Madu Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin
(Hb) Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia di
SMA Grafika Raden Umar Said Kudus
No Hari / Topik Saran Tanda Tangan
Tanggal Mahasiswa Dosen
Pembimbing
44

LEMBAR KONSUL BIMBINGAN SKRIPSI


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Nama : Anisa Wulandari Prodi : S1 Keperawatan


NIM : IV.12.3017 Dosen : Nor Cholifah, S.SiT., M.Kes
Judul : Aplikasi Pemberian Madu Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin
(Hb) Pada Remaja Putri Yang Mengalami Anemia di
SMA Grafika Raden Umar Said Kudus
No Hari / Topik Saran Tanda Tangan
Tanggal Mahasiswa Dosen
Pembimbing
45

APLIKASI PEMBERIAN MADU TERHADAP PENINGKATAN


KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA REMAJA PUTRI
YANG MENGALAMI ANEMIA DI SMK GRAFIKA
RADEN UMAR SAID KUDUS

Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S1)

Disusun Oleh :
Anisa Wulandari
NIM : IV.12.3017

Pembimbing :
1. Sri Karyati, M.Kep., Sp.Kep.Mat
2. Nor Cholifah, S.SiT., M.Kes
46

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A........................................................................Latar Belakang

B..................................................................Rumusan Penelitian

C.............................................................Pertanyaan Penelitian

D....................................................................Tujuan Penelitian

E....................................................................Manfaat Penelitian

F........................................................Ruang Lingkup Penelitian

G...................................................................Keaslian Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8


47

A............................................................Konsep Dasar Anemia

B...............................................................Konsep Dasar Madu

13

C............................................................Konsep Dasar Remaja

23

D.......................................................................Kerangka Teori

29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 30

A..................................................................Variabel Penelitian

30

B.................................................................Hipotesa Penelitian

30

C...................................................................Kerangka Konsep

31

D.............................................................Rancangan Penelitian

31

1...................................................................Jenis Penelitian

31
2..............................Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

31
3................................................Metode Pengumpulan Data

31
48

4..............................................................................Populasi

34
5............................Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian

34
6............................................................Definisi Operasional

35
7...........................Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian

36
8..................................Teknik Pengolahan dan Analisa Data

37
9....................................................................Etika Penelitian

38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
49

Anda mungkin juga menyukai