Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia sebagai keseluruhan harus dipertimbangkan dalam suasana dan
hubungan masyarakat yang lebih luas, seperti halnya fungsi-fungsi individu yang harus
dipahami dalam konteks kesatuan kepribadian. Patokan bagi kesehatan seseorang
ialah perasaan sosial dengan salah satunya bekerja menuju ke kegunaan sosial
sebagai tujuan. Perasaan sosial yang kuat mempertinggi kemampuan dan rasa harga
diri seseorang dan memudahkan ia menyesuaikan dirinya pada kemalangan yang
tidak terduga (Maramis, 1995)
Sedangkan konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir tetapi harus
dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan
orang terdekat dan dengan realitas dunia. Salah satu konsep diri seseorang
diantaranya harga diri yangmerupakan suatu penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuaid engan
ideal diri. Seseorang dengan harga diri yang tinggi akan tetap merasa sebagai
seseorang yang penting dan berharga meski ia mengalami kesalahan, kekalahan dan
kegagalan (Stuart & Sunden, 1998)
Ketidakberdayaan seseorang yang diakibatkan antara lain karena penolakan
orang tua/orang terdekat, kegagalan berulang, ideal yang terlalu tinggi akan
menimbulkan perasaan rendah diri yang lambat laun akan membuat kepercayaan
dirinya berkurang dan terjadilah harga diri rendah. Seseorang dengan harga diri
rendah akan merasa tidak berguna lagi baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Dalam dirinya akan terbentuk kepribadian yang tidak sehat dan dalam respons konsep
diri rentang sehat sakit maka ia akan bisa mencapai respon maladaptif.
Di sinilah nantinya peran seorang perawat psikiatri yang harus dapat
memberikan asuhan keperawatan secara benar untuk mengembalikan atau
mempertahankan perilaku yang adaptif. Upaya ini sangat memerlukan kejelian
seorang perawat untuk berusaha mendeteksi secara dini adanya perilaku yang adaptif
agar diperoleh keberhasilan dalam pemberian asuhankeperawatan.
B. TUJUAN
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang
pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama harga diri
rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengaplikasikan teori dan konsep mengenai asuhan keperawatan pada
klien dengan masalah utama harga diri rendah
b. Untuk mengetahui berbagai permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan
suhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah
c. Memperoleh gambaran secara realita tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan klien dengan harga diri rendah
d. Mengembangkan pengetahuan, kreativitas menulis dan kemampuan praktek
klinik keperawatan di RSJD dr. Amino Gondhohutomo Semarang

C. PROSES PENULISAN MAKALAH


Penulisan makalah pada studi kasus ini menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan menggambarkan masalah-masalah yang terjadi di lapangan yang didapatkan
saat melaksanakan asuhan keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunkaan adalah :
1. Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab secara langsung kepada klien dan keluarga,
perawat, dokter serta tim kesehatan lainnya.
2. Observasi partisipasi aktif
Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap klien serta melakukan asuhan
keperawatan sesuai dengan permasalahan yagn dihadapi.
3. Studi kepustakaan
Yaitu mempelajari literatur-literatur yangberhubungan dengan perilaku harga diri
rendah
4. Studi dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari catatan medik dan hasil
pemeriksaan yang ada
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. MASALAH UTAMA
Harga diri rendah.

B. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak
dapat bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.

C. PROSES TERJADINYA MASALAH


Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan keprcayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri tidak terbentuk
sejak lahir tetapi dipelajari.
RENTANG RESPONS KONDEP DIRI

Respons adaptif Respons maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah
menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab
atas kehidupan sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan
menerima penghargaan dari orang lain.
Gangguan harga diri rendah dapat di gambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif
yang diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan dengan orang lain,
perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistik. Sedangkan stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal seperti:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya nilai-nilai dan
tekanan untuk penyesuaian diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian
c. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik,
prosedur medis dan keperawatan.

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll. Pada pasien yang dirawat
dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan :
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopani
(pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di
rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri yang telah berlangsung lama.

D. POHON MASALAH

Resiko isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri


rendah
Berduka disfungsional

E. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah keperawatan:
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c. Berduka disfungsional.
2. Data yang perlu dikaji:
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak bisa, tidak mampu, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
b. Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, mudah tersinggung atau marah
berlebihan, menarik diri secara sosial, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, destruktif yang diarahkan pada orang lain dan diri
sendiri, melamun dan menyendiri.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan khusus:
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan inteniksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
1.2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
1.3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
1.4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis.
2.3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan:
3.1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah.
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki.
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai detigan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telali direncanakan.
5.2. Beri pujian atas keberhasilan
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan:
6.1.Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

1. Azis R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa . Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondohutomo, 2003
2. Boyd MA, Nihart MA. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice . Philadelphia :
Lipincott-Raven Publisher, 1998
3. Keliat B.A. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi !. Jakarta : EGC, 1999
4. Maramis, W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press,
1995
5. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC, 1995
6. Tim Direktorat Keswa. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa . Edisi 1. Bandung : RSJP
Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai