Anda di halaman 1dari 76

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN STUNTING

PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANYABUNGAN


JAE KECAMATAN PANYABUNGAN KOTA KABUPATEN
MANDAILING NATAL
TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Ahli Madya Kebidanan Di Akademi
Kebidanan Madina Husada
Panyabungan

OLEH :
RISMA
19141753012

AKADEMI KEBIDANAN MADINA HUSADA


PANYABUNGAN
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN STUNTING


PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANYABUNGAN
JAE KECAMATAN PANYABUNGAN KOTA KABUPATEN
MANDAILING NATAL
TAHUN 2021

RISMA
19141753012

DOSEN
PEMBIMBING

HELMI WARDAH NASUTION, SST , M.Kes

DIKETAHUI
DIREKTRIS
AKADEMI KEBIDANAN MADINA HUSADA
PANYABUNGAN

HELMI WARDAH NASUTION, SST , M.Kes


LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN


KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANYABUNGAN
JAE KECAMATAN PANYABUNGAN KOTA
KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2021
NAMA : RISMA
NIM : 19141753012
PROGRAM STUDI : D-III KEBIDANAN
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Akademi Kebidanan Madina Husada Panyabungan
Pada Tanggal 03 Desember 2021

PENGUJI I PENGUJI II

FERIKA DESI, SST, M.Kes RAISAH DEWI, S.Tr.Keb, M.K.M

PENGUJI III

HELMI WARDAH NASUTION, SST, M.Kes

DIKETAHUI
DIREKTRIS
AKADEMI KEBIDANAN MADINA HUSADA PANYABUNGAN

HELMI WARDAH NASUTION, SST, M.Kes


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas

berkat dan karunianya yang dilimpahkan kepada peneliti sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Proposal penelitian ini dengan tepat waktu. Adapun judul

penelitian ini “Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Stunting Pada

Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan

Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2021”.

Adapun tujuan dari pembuatan Proposal penelitian ini adalah sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan D-III Ahli Madya

Kebidanan khususnya Akademi Kebidanan Madina Husada Panyabungan.

Dalam penyusunan Proposal penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Keluarga Besar Yayasan Madina Panyabungan.

2. Bapak Sutan Sakti Nasution, SKM, M.Kes selaku ketua yayasan di Akbid

Madina Husada Panyabungan.

3. Ibu Helmi Wardah Nasution, SST, M.Kes selaku Direktris Akbid Madina

Husada Panyabungan sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, petunjuk, masukan, serta nasehat mulai dari awal sampai akhir

proposal ini dapat terselesaikan.

i
4. Ibu Mika Sari Lubis, Am.Keb selaku ibu asrama yang selalu memberi

semangat dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

5. Seluruh Staf Dosen Akademi Kebidanan Madina Husada Panyabungan yang

telah banyak memberikan ilmu dan masukan kepada peneliti selama

mengikuti pendidikan di Akademi Kebidana Madina Husada Panyabungan.

6. Ibu dr. Yulida Nehri Lubis selaku Kepala Puskesmas Panyabungan Jae yang

telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di

Puskesmas yang Ibu pimpin.

7. Dalam kesempatan yang berbahagia ini peneliti juga mengucapkan banyak

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda tercinta (Almh. Masda

Wiyah) yang telah melahirkan, membimbing dan mendidik peneliti dengan

penuh kasih sayang sejak dulu sampai sekarang, hanya berkat doa Ibunda

dan Ayah tercinta (Alm. Hasan Basri) yang selalu menyertai kehidupan

peneliti, mampu melindungi dan menghantarkan saya meraih cita-cita dan

hanya merekalah sosok pejuang yang gigih merupakan inspirasi bagi peneliti

untuk memahami arti kehidupan ini dari relung hati yang paling dalam.

8. Tak lupa pada Abang tercinta Ali Usman, Dedi Yanto, Ahmad Yamin Mahya

dan Kakak tercinta Asmidar, Nur Padilah yang selalu jadi inspirasi dalam

setiap dawai kehidupan peneliti dalam meniti masa depan dan penyemangat

bagi peneliti.

ii
9. Buat seluruh keluarga besar peneliti yang selalu memberi semangat, motivasi,

inspirasi, do’a dan dukungan moral maupun material sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal penelitian ini.

10. Untuk sahabat terbaik peneliti Samsidah, Semi Harahap dan Manna Salwa

yang telah banyak membantu peneliti dalam penyelesaian proposal ini, dan

untuk adik angkat peneliti adinda Piona Alfiera dan Risda terima kasih atas

dukungannya.

11. Buat teman-teman seperjuangan di Akademi Kebidanan Madina Husada

Panyabungan Angkatan XIII terima kasih untuk dukungannya.

Canda tawa serta duka selama ini sama-sama dirasakan sehingga peneliti

dapat menyelesaikan proposal penelitian ini. Peneliti menyadari bahwa Proposal

penelitian ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu peneliti mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata peneliti berharap semoga Proposal penelitian ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca khususnya rekan-rekan dan adik-adik di Akademi

Kebidanan Madina Husada Panyabungan.

Panyabungan, November 2021


Peneliti

RISMA
19141753012

iii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Balita............................................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Balita................................................................... 9
2.1.2 Karakteristik Balita............................................................... 10
2.2 Status Gizi....................................................................................... 11
2.2.1 Pengertian Status Gizi........................................................... 11
2.2.2 Klasifikasi Status Gizi.......................................................... 11
2.2.3 Metode Penilaian Status Gizi................................................ 12
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita......... 18
2.3 Stunting........................................................................................... 22
2.3.1 Pengertian Stunting............................................................... 22
2.3.2 Proses Terjadinya Stunting...................................................
23
2.3.3 Faktor Penyebab Stunting.....................................................
24
2.3.4 Dampak Stunting..................................................................
26
2.3.5 Tanda dan Gejala Stunting....................................................
26
2.3.6 Pencegahan Stunting.............................................................
27
2.3.7 Penanganan Stunting.............................................................
32

iv
2.4 Hubungan Status Gizi dengan Stunting pada Balita.......................
33
2.4.1 Hubungan Status Gizi dengan Stunting Berdasarkan
Berat Badan Bayi...................................................................
33
2.4.2 Hubungan Status Gizi dengan Stunting Berdasarkan
Tinggi Badan Ibu................................................................ 34
...............................................................................................................
2.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Stunting Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Ibu..........................................................
35
2.4.4 Hubungan Status Gizi dengan Stunting Berdasarkan
Status Ekonomi......................................................................
36
2.5 Kerangka Teori...............................................................................
38

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Kerangka Konsep............................................................................ 39
3.1.1 Bagan Kerangka Konsep...................................................... 39
3.1.2 Keterangan dari Kerangka Konsep....................................... 40
3.2 Hipotesis Penelitian........................................................................ 40
3.3 Defenisi Operasional...................................................................... 41
3.4 Jenis Penelitian............................................................................... 43
3.5 Populasi dan Sampel....................................................................... 43
3.5.1 Populasi................................................................................. 43
3.5.2 Sampel................................................................................... 43
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 45
3.6.1 Lokasi Penelitian................................................................... 45
3.6.2 Waktu Penlitian..................................................................... 45
3.7 Instrumen Penelitian........................................................................ 45
3.8 Metode Penelitian............................................................................ 45
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas.......................................................... 46
3.9.1 Uji Validitas.......................................................................... 46
3.9.2 Uji Reliabilitas....................................................................... 46
3.10 Teknik Pengolahan dan Analisa Data........................................... 47
3.10.1 Pengolahan Data.................................................................. 47
3.10.2 Analisa Data........................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks...16

Tabel 2.2 : Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)……………...……………... 17

Tabel 3.1 : Kerangka Konsep………………………………...…………………. 37

Tabel 3.3 : Defenisi Operasional………………………...……………………… 38


vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal

Lampiran 2 Surat Izin Survey Awal Penelitian Akademi Kebidanan Madina

Husada Panyabungan

Lampiran 3 Surat Balasan Survey Awal Penelitian dari Puskesmas

Panyabungan Jae

Lampiran 4 Format Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 Kunci Jawaban Kuesioner

Lampiran 7 Jadwal Penelitian

Lampiran 8 Lembar Konsul Penelitian Proposal


vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bawah lima tahun (balita) merupakan anak yang berumur 0-59 bulan,

pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi

yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita

termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi

karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan memegang

peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga

konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk

mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, 2017).

Balita pendek (stunting) yaitu balita dengan status gizi berdasarkan

Panjang atau tinggi badan menurut umur bila dibandingkan dengan standar

baku WHO, nilai Z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat

pendek jika Z-scorenya kurang dari -3SD (Kemenkes, 2020). Stunting dapat

meningkatkan resiko kematian anak, mempengaruhi pengembangan motoric,

menurunkan kinerja di sekolah, meningkatkan risiko kelebihan gizi dan

penyakit menular dan mengurangi produktivitas di usia anak Ketika dewasa.

1
2

Stunting pada anak balita merupakan salah satu faktor penghambat bagi

pembangunan manusia.

Stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang masih

dihadapi Indonesia. World Health Organization (WHO) pernah menempatkan

Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di

Asia pada 2017 (Kemenkes RI, 2019). Hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia

(SSGBI) tahun 2019 menunjukan telah terjadi penurunan prevalensi stunting

dari 30,8% tahun 2018 menjadi 27,67% tahun 2019 (Kemenkes RI, 2020).

Meski menurun, angka ini masih dinilai tinggi, karena angka toleransi

WHO untuk stunting sebesar 20 %. Kondisi ini diperberat dengan adanya

pandemi COVID -19, yang menyebabkan banyak pemutusan hubungan kerja

(PHK) sehingga pengangguran meningkat , dan akibatnya daya beli

masyarakat khususnya pangan menurun. Secara tidak langsung berdampak

pada peningkatan kejadian stunting (Ichsan, 2021).

United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF)

memperkirakan, jumlah anak penderita stunting di bawah usia lima tahun

sebanyak 149,2 juta pada 2020, turun 26,7% dibandingkan pada 2000 yang

mencapai 203,6 juta. Meski demikian, kemajuan penanganan stunting tidak

merata di seluruh kawasan. Jumlah balita penderita stunting di wilayah Afrika

Barat dan Tengah masih meningkat 28,5% dari 22,8 juta pada 2000 menjadi
3

29,3 juta pada 2020. Afrika Timur dan Selatan mengalami hal serupa. Jumlah

balita yang mengalami stunting naik 1,4% dari 27,6 juta pada 2000 menjadi

28 juta pada 2020.

Sementara, penurunan jumlah balita penderita stunting tertinggi

berasal dari Asia Timur dan Pasifik. Wilayah ini mencatatkan sebanyak 20,7

juta balita penderita stunting pada tahun lalu, berkurang 49,75% dari tahun

2000 yang mencapai 41,2 juta. Sedangkan jumlah balita penderita stunting di

Eropa Timur dan Asia Tengah menurun 46,8% dari 4,7 juta pada 2000

menjadi 2,5 juta pada 2020. Di Amerika Latin dan Karibia, jumlah balita

penderita stunting turun 43,13% dari 10,2 juta pada 2000 menjadi 5,8 juta

pada tahun lalu.

Kemudian, jumlah balita penderita stunting di Asia Selatan

berkurang 38% dari 86,8 juta pada 2000 menjadi 53,8 juta pada 2020.

Sementara, jumlah balita penderita stunting di Timur Tengah dan Afrika Utara

turun 14,4% dari 9 juta pada 2000 menjadi 7,7 juta pada tahun lalu.

Di Indonesia mengalami penurunan terhadap masalah stunting yaitu

pada tahun 2020 terdapat 10,9% balita yang mengalami stunting dan pada

tahun 2021 terdapat 9,5%. Dimana Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi

yang paling banyak mengalami stunting yaitu sebesar 22,6% dan provinsi

yang paling sedikit yaitu Jambi sebesar 3,0%.


4

Sedangkan di Sumatera Utara Prevalensi Stunting pada tahun 2020

mencapai 6,8% dan tahun 2021 hanya berkurang 1% dari tahun sebelumnya

menjadi sebesar 6,7%. Kabupaten Mandailing Natal ditetapkan sebagai

lokus stunting. Dengan kejadian stunting tertinggi terdapat di Pakantan tahun

2020 yaitu 42,13 %. Akan tetapi, Kadis DPP-KB Mandailing Natal

melaporkan bahwa mengalami penurunan stunting dalam satu tahun terakhir,

yakni dari 9,65% pada tahun 2020 turun menjadi 6,56% pada tahun 2021 ini.

Angka kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae

masih tergolong tinggi dan stunting menjadi salah satu masalah yang lagi

diperhatikan pemerintah dikarenakan angka kejadian yang tinggi di Indonesia

serta banyak program pemerintah yang mencanangkan cegah stunting sejak

dini. Kurangnya asupan gizi yang diberikan kepada anak merupakan salah satu

penyebab masih banyaknya angka kejadian di Wilayah Kerja Puskesmas

Panyabungan Jae. Kehidupan Masyarakatnya masih kurang dari perilaku

hidup bersih dan sehat dan kurangnya perhatian dan pengetahuan orang tua

kepada anak tentang makanan yang diberikan. Serta masih kurangnya minat

orang tua membawa anak ke posyandu untuk mengetahui perkembangan anak

terutama masalah gizi pada anak.

Dari survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 15

November 2021 yang dilakukan dengan cara menanyakan data-data tentang

status gizi serta data stunting melalui rekam medik di Puskesmas


5

Panyabungan Jae, peneliti mendapatkan data dari 10 balita 7 diantaranya

mengalami stunting.

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

“Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Stunting pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kota

Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil penelitian diatas dan hasil survei pendahuluan

peneliti, maka peneliti ingin merumuskan masalah penelitian tentang

“Apakah Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Stunting pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan

Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2021?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian

Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae

Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun

2021.
6

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Hubungan Antara Status Gizi dengan

Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten

Mandailing Natal berdasarkan berat badan bayi.

2. Untuk mengetahui Hubungan Antara Status Gizi dengan

Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten

Mandailing Natal berdasarkan tinggi badan ibu.

3. Untuk mengetahui Hubungan Antara Status Gizi dengan

Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten

Mandailing Natal berdasarkan tingkat Pendidikan.

4. Untuk mengetahui Hubungan Antara Status Gizi dengan

Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten

Mandailing Natal berdasarkan status ekonomi.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti untuk menambah wawasan

dan kemampuan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini, sehingga

nantinya dapat lebih memahami tentang status gizi dengan kejadian

stunting pada balita.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan referensi dan informasi dalam bidang Pendidikan

Kesehatan serta dapat dijadikan tambahan keperpustakaan dalam

pengembangan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai masukan dalam melakukan upaya promotif bagi institusi

kesehatan sehingga institusi terkait dapat lebih memperhatikan status gizi

pada balita agar dapat meminimalisir terjadinyan stunting.

4. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

responden ataupun ibu yang mempunyai balita terhadap status gizi dengan

kejadian stunting.
8

5. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan

pengetahuan lebih dalam mengenai status gizi dengan kejadian stunting

pada balita.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian atau

informasi tambahan untuk peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Balita

2.1.1 Pengertian Balita

Menurut WHO (2018), kelompok usia balita adalah 0-60 bulan.

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau

lebih popular dengan pengertian anak dibawah lima tahun. Balita

merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam

mencapai keoptimalam fungsinya, pertumbuhan dasar yang akan

mempengaruhi serta menentukan perkembangan kemampuan berbahasa,

kreatifitas, kesadaran social, emosional dan intelegensia (Supartini, 2020).

Balita merupakan anak yang dengan usia dibawah 5 tahun dengan

karakteristik pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun, dimana umur 5 bulan

berat badan naik 2 kali berat badan lahir dan berat badan naik 3 kali dari

berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4 kali pada umur 2

tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa prasekolah kenaikan berat

badan kurang lebih 2 kg per tahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai

berakhir (Soetjiningsih, 2019).

9
10

2.1.2 Karakteristik Balita

Paskalia dan Sunarti (2020) menyatakan karakteristik balita dibagi

menjadi dua yaitu :

1. Anak usia 1-3 tahun

Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak

menerima makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan

usia balita lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah

makanan yang relative besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan

jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih

kecil bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar. Oleh

sebab itu, pola makan akan diberikan adalah porsi kecil dengan

frekuensi sering.

2. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)

Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif. Anak sudah mulai

memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak

cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas

lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang

disediakan orang tuanya.


11

2.2 Status Gizi

2.2.1 Pengertian Status Gizi

Menurut Supariasa (2017) gizi (nutrition) adalah suatu proses

organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal

melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme, dan pengeluara zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ-

organ, serta menghasilkan energi. Status gizi merupakan ekspresi dari

keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau

perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

2.2.2 Klasifikasi Status Gizi

Menurut Ariani (2017), dalam menentukan klasifikasi status gizi

harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Buku

antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO –

NCHS (World Health Organization – National Centre for Health

Statistic).

Berdasarkan buku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi 4

yaitu :

1. Gizi lebih

2. Gizi baik
12

3. Gizi kurang

4. Gizi buruk

2.2.3 Metode Penilaian Status Gizi

Menurut (Supariasa, 2017), penilaian status gizi dapat dilakukan

dengan beberapa pendekatan yaitu penilaian status gizi secara

langsung maupun tidak langsung.

1. Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah

penilaian dengan antropometri.

a. Antropometri

1) Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh

manusia ditijau dari sudut pandang gizi, maka antropometri

gizi adalah berhubunga dengan berbgai macam pengukuran

dimensi tubuh dan dimensi tubuh dari berbagai tingkat

umur dan tingkat gizi.


13

2) Jenis parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat

dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter

adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain

umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,

lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal

lemak di bawah kulit.

3) Indeks Antropometri

a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang

memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat

sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,

misalnya karena terserang penyakit infeksi, penurunan

nafsu makan, atau jumlah yang dikonsumsi. Berat

badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

Dalam keadaan normal, yaitu ketika keadaan kesehatan

baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan

zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti

pertambahan umur.
14

b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan parameter antropometri

yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.

Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring

dengan pertambahan umur.

c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan

tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan

berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi

badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB

merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi

saat ini (sekarang). Indeks BB/TB adalah indeks yang

independen terhadap umur.

d. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang

keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.

Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U

dan BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan parameter

antropometri yang sangat sederhana dan mudah

dilakukan oleh tenaga yang bukan profesional. Kader


15

posyandu dapat melakukan pengukuran ini.

e. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat sederhana

untuk memantau status gizi seseorang khsusnya

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat

badan. Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu

parameter penting untuk menentukan status kesehatan

manusia, khususnya yang berhubungan dengan status

gizi. Penggunaan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB

merupakan indicator status gizi untuk melihat adanya

gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh.

Pengukuran Massa Tubuh dengan menggunakan

indicator Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung sebagai

berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan

dalam meter dikuadratkan (m2) merupakan pengukuran

antropometri yang terbaik karena dapat

menggambarkan secara sensitive dan spesifik status gizi

saat ini atau masalah gizi akut.


16

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indikator Status Gizi Z-Score

Gizi Buruk < -3 SD

BB/U Gizi Kurang -3 SD s/d < -2 SD

Gizi Baik -2 SD s/d 2 SD

Gizi Lebih > 2 SD

Sangat Pendek < -3 SD

TB/U Pendek -3 SD s/d < -2 SD

Normal ≥ -2 SD

Sangat Kurus < -3 SD

BB/TB Kurus -3 SD s/d < -2 SD

Normal -2 SD s/d 2 SD

Gemuk > 2 SD

Sangat Kurus < -3 SD

Kurus ≥ -3 SD s/d < -2 SD

IMT/U Normal ≥ -2 SD s/d ≤ 1 SD

Gemuk > 1 SD s/d ≤ 2 SD

Obesitas > 2 SD

Sumber : Klasifikasi Status Gizi berdasarkan Kepmenkes RI


17

Cara Menghitung IMT

IMT = BERAT BADAN


2
(TINGGI BADAN)

Sumber : Stunting & Pencegahannya-Paskalia Tri Kurniati dan Sunarti (2020)

Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)

Klasifikasi IMT Interprestasi

< 17,00 Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat)

17,0 – 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)

18,5 – 25,0 Normal

25,1 – 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)

> 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat)

Sumber : Keperawatan anak dan Tumbuh Kembang

2. Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi

menjai 3 (tiga) yaitu : survey konsumsi makanan, statistic vital dan

faktor ekologi.
18

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

1) Penyebab Langsung

a) Asupan Makanan

Pengukuran asupan makanan/konsumsi makanan sangat

penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh

masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status

gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan

malnutrisi (Supariasa, 2019).

b) Pola Makan

Pola makan yang baik, frekuensi ysng sesuai dengan

kebutuhan, jadwal makan yang teratur dan hidangan yang

bervariasi dapat terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, asupan

zat pembangun, zat pengatur bagi kebutuhan gizi anak balita

sehingga proses tumbuh kembang anak balita tetap sehat

(Novitasari dkk, 2016).

c) Pemberian ASI

Ekslusif ASI ekslusif yang dimaksud adalah pemberian

hanya ASI saja tanpa makanan dan cairan lain sampai berusia 6

bulan kecuali obat dan vitamin. Menurut Giri, dkk (2013) dalam
19

Novitasari, dkk (2016) menyebutkan bahwa balita yang

diberikan ASI ekslusif cenderung berstatus gizi bak atau tidak

BGM sedangkan yang tidak diberikan ASI ekslusif cenderung

berstatus gizi kurang.

d) Penyakit Infeksi

Adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status

gizi merupakan suatu hal yang saling berhubungan satu sama

lain karena anak balita yang mengalami penyakit infeksi akan

membuat nafsu makan anak berkurang sehingga asupan

makanan untuk kebutuhan tidak terpenuhi yang kemudian

menyebabkan daya tahan tubuh anak balita melemah yang

akhirnya mudah diserang penyakit infeksi (Novitasari dkk,

2016).

2) Penyebab Tidak Langsung

a) Pelayanan Kesehatan

Puskesmas sebagai lembaga mempunyai bermacanmacam

aktivitas. Salah satunya adalah posyandu, dimana pada

posyandu terdapat skrining pertama dalam pemantauan status

gizi balita, adanya penyuluhan tetag gizi, PMT, Vit A dan

sebagainya (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2016).


20

Ibu yang rutin ke posyandu dapat dipantau status gizi anak

balitaya oleh petugas kesehatan dan begitu juga sebaliknya ibu

yang tidak rutin ke posyandu maka status gizi anak balitanya

akan sulit terpantau (Novitasari, dkk. 2016). Selain puskesmas,

data-data dari rumah sakit dapat memberikan gambaran tentang

keadaan gizi di dalam masyarakat. Apabila masalah pencatatan

dan pelaporan rumah sakit kurang baik, data ini tidak dapat

memberikan gambaran yang sebenarnya.

b) Sosial Budaya

1) Tingkat Pendidikan

Seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya

memiliki pendapatan yang relative tinggi pula. Semakin

tinggi pendidikan maka cenderung memiliki pendapatan

yang lebih besar, sehingga akan berpengaruh pada

kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi (Shilfia

dan Wahyuningsih, 2017).

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

mudah menerima informasi. Dengan pendidikan yang

tinggi maka seseorang cenderung untuk mendapatkan

informasi baik dari orang lain maupun media massa.


21

Pengetahuan erat hubunganya dengan pendidikan,

seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin

luas pula pengetahuan yang dimiliki (Ariani, 2017).

2) Pendapatan

Pendapatan menunjukkan kemampuan keluarga

untuk membeli pangan yang selanjutnya akan

mempengaruhi kualitas pangan dan gizi. Keluarga

dengan pendapatan tinggi memiliki kesempatan untuk

membeli makanan yang bergizi bagi anggota

keluarganya, sehingga dapat mencukupi kebutuhan gizi

setiap anggota keluarganya.

3) Tingkat pengetahuan

Gizi buruk dapat dihindari apabila dalam keluarga

terutama ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang baik

mengenai gizi, orang tua yang memiliki pengetahuan

yang kurang tentang gizi dan kesehatan, cenderung tidak

memperhatikan kandungan zat gizi dalam makanan

keluarganya terutama untuk anak balita, serta kebersihan

makanan yang di makan, sehingga akan mempengaruhi

status gizinya (Ariani, 2017).


22

4) Tradisi/Kebiasaan

Dalam hal sikap terhadap makanan masih banyak

terdapat pantangan, tahayul dan tabu dalam masyarakat,

sehingga menyebabkan konsumsi makanan yang bergizi

pada masyarakat menjadi rendah.

2.3 Stunting

2.3.1 Pengertian Stunting

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan

oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama sehingga

mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan

anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Balita

pendek adalah balita dengan status gizi berdasarkan Panjang atau tinggi

badan menurut umur bila dibandingkan dengan standar baku WHO, nilai

Z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai

Z-scorenya kurang dari -3SD (Kemenkes, 2020).

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang

atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi

ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua

standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita


23

Stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak

faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada

bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita Stunting di masa yang

akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan

fisik dan kognitif yang optimal (Buletin Jendela Data dan Informasi

Kesehatan, Kemenkes RI 2018).

Pada 2018, Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa data

Kemenkes mencatat sebanyak 3 dari 10 anak Indonesia bertubuh pendek.

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia

Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini

dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya

(brtubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan

otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan

prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.

2.3.2 Proses Terjadinya Stunting

Permasalahan gizi adalah permasalahan dalamsiklus kehidupan

mulai dari kehamilan, bayi, balita, remaja sampai dengan lansia. Masalah

gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi pada

kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada suatu gizi pada siklus

kehidupan berikut.
24

Stunting terjadi mulai dari pra-konsepsi ketika seorang remaja

menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia. Menjadi parah ketika hamil

dengan asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan, ditambah lagi

ketika ibu hidup di lingkungan dengan sanitasi kurang memadai. Ibu

hamil yang pada umumnya juga pendek (< 150 cm) berdampak pada bayi

yang dilahirkan mengalami kurang gizi, dengan berat badan lahir rendah

< 2.500 gram dan juga panjang badan yang kurang dari 48 cm. Bayi

BBLR mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya Stunting. (Budijanto,

2018).

2.3.3 Faktor Penyebab Stunting

Faktor penyebab yang berhubungan dengan kejadian stunting

menurut Setiawan, dkk (2018) yaitu :

1. Berat badan bayi lahir

Berat badan bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang

dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Ada beberapa klasifikasi

pada berat badan bayi lahir yaitu :

a) BBLR yaitu dengan berat lahir < 2500 gram

b) Berat lahir normal yaitu dengan berat badan lahir > 2500 – 4000

gram.
25

c) Berat lahir lebih yaitu dengan berat badan lahir > 4000 gram.

2. Panjang badan lahir

Menurut teori yustina dan nuryanto (2017), bayi baru lahir

tergolong stunting apabila memiliki Panjang badan < 46,1 cm

untuk laki-laki dan < 45,5 cm untuk perempuan.

3. Riwayat penyakit infeksi (ISPA dan Diare)

Anak yang menderita sakit infeksi dngan asupan energi rendah

memiliki peluang mengalami stunting.

4. Tinggi badan ibu

Ibu yang memiliki tinggi badan < 150 cm mempunyai peluang

lebih besar memiliki anak stunting dari pada ibu dengan tinggi

badan > 150 cm.

5. Tingkat Pendidikan ibu

Ibu yang memiliki Pendidikan rendah (SD-SMP) beresiko

memiliki anak yang stunting 2,22 kali lebih besar dibandingkan ibu

berpendidikan tinggi (SMA-Perguruan Tinggi). Kecenderungan

stunting pada balita lebih banyak terjadi pada ibu yang

berpendidikan rendah. Ibu yang berpendidikan baik akan membuat

keputusan yang akan meningkatkan gizi dan Kesehatan anak-


26

anaknya serta cenderung memiliki pengetahuan gizi yang baik

pula.

2.3.4 Dampak Stunting

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh Stunting: Jangka

pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan

pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Dalam

jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah

menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya

kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk

munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan

pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua (Majid,

2017).

2.3.5 Tanda dan Gejala Stunting

Gejala stunting yang paling utama adalah anak memiliki tubuh

pendek di bawah rata-rata. Tinggi atau pendeknya tubuh anak sebenarnya

bisa diketahui jika tumbuh kembang anak dipantau sejak lahir. Tanda dan

gejala stunting dalam Bulletin stunting (2018) yaitu :


27

1. Berat badan dan Panjang badan lahir bisa normal, atau BBLR pada

keterlambatan tumbuh intra uterin, umumnya tumbuh kelenjarnya

tidak sempurna.

2. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5

cm/tahun decimal.

3. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4 cm/tahun kemungkinan ada

kelainan hormonal.

4. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.

5. Pertumbuhan tanda-tanda pubertas terlambat.

2.3.6 Pencegahan Stunting

Stunting merupakan salah satu target SDGs (Sustainable

Development Goals) yang termasuk pada tujuan pembangunan

berkelanjutan ke-2 yang menghilangkan kelaparan dan segala bentuk

malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target

yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada

tahun 2025 (Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2018).

Upaya pencegahan stunting menurut pusat data dan informasi

kementerian Kesehatan RI (2016) meliputi :

1) Pada Ibu Hamil


28

a) Memperbaiki gizi dan Kesehatan ibu hamil merupakan cara

terbaik dalam mengatasi stunting. Pada ibu hamil perlu mendapat

makanan yang baik, sehingga bila ibu hamil dalam keadaan

sangat kurus atau mengalami kurang energy kronik (KEK), maka

perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut.

b) Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal

90 tablet selama kehamilan.

c) Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.

2) Pada Saat Bayi Lahir

a) Persalinan yang ditolong oleh dokter dan bidan terlatih begitu

bayi lahir melakukan inisiasi menyusui dini (IMD).

b) Bayi sampai usia 6 bulan diberikan ASI saja (ASI Eksklusif).

3) Bayi Berusia 6 Bulan sampai 2 Tahun

a) Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberikan makanan

pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI diteruskan dilakukan

sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.

b) Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A dan Imunisasi dasar

lengkap.
29

4) Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang

sangat strategis untuk mendetekdi dini terjadinya gangguan

pertumbuhan.

5) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh

setiap rumah tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih

dan fasilitas sanitasi serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS

menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang dapat

membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan

tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan

terlambatnya pertumbuhan.

Selain itu, keterlibatan orang tua dalam mencegah kejadian stunting

juga sangat diperlukan. Hal yang dapat dilakukan oleh orang tua diantaranya

adalah (Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kemenkes RI 2018) :

1. Melakukan rangsangan/stimulasi setiap saat dalam suasana yang

menyenangkan.

2. Bawa abak 3 bulan – 2 tahun setiap 3 bulannya ke fasilitas yang

menyediakan pelayanan stimulasi, deteksi dan intervensi.

Sunarti (2020), dalam pencegahan stunting ada beberapa hal penting

yang perlu diperhatikan dalam pencegahan stunting yaitu :

1. Perbaikan terhadap pola makan (gizi)


30

Edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa

mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi terhadap ibu dan anak agar

dapat mencegah stunting. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya akses

terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi serta sering kali tidak

beragam. Dalam satu porsi makan harus terdapat :

A. Setengah piring diisi oleh sayur dan buah.

B. Setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun

hewani) dengan proporsi lebih banyak dari pada karbohidrat.

2. Perbaikan pola asuh

Pemenuhan gizi seimbang dimulai dari keluarga, dimana dalam

upaya mewujudkan masyarakat yang sehat, Kementrian Kesehatan

memberi panduan tentang pentingnya konsumsi gizi seimbang sejak

dini dan itu dimulai dari keluarga. Perilaku yang dapat kita biasakan dalam

kehidupan sehari-hari yaitu :

a. Sarapan pagi.

b. Mengkonsumsi lauk pauk berprotein tinggi.

c. Minum air putih yang cukup dan bersih.

d. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.

e. Pertahankan berat badan yang ideal.


31

f. Banyak makan buah dan sayur.

g. Batasi konsumsi panganan manis, asin dan berlemak.

3. Perbaiki sanitasi dan akses air bersih

Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di

dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada

risiko ancaman penyakit infeksi. Program pemerintah dalam perbaiki

sanitasi dan akses air yaitu :

a. Sanitasi berbasis masyarakat.

b. Pengurangan sampah dengan memberdayakan masyarakat melalui

program padat karya tunai.

c. Pembangunan TPA sampah skala regional.

d. Tempat pengelolaan sampah dengan pendekatan Reduce, Reuse dan

Recycle (TPS3R).

Menurut Kemenkes RI (2017), Stunting dapat dicegah sejak 1000

hari pertama kehidupan dimulai pada saat janin dalam kandungan sampai

usia 2 tahun yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan

pertama bayi. Intervensi yang spesifik untuk pencegahan stunting adalah :

A. Pemberian suplemen tablet Fe pada remaja putri, catin dan ibu hamil.

B. Pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil KEK.


32

C. Promosi dan konseling tentang IMD dan ASI eksklusif.

D. Pemberian makanan tambahan/MP-ASI.

E. Pemantauan pertumbuhan di posyandu.

F. Pemberian imunisasi.

G. Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita gizi kurang.

H. Pemberian vitamin A.

I. Pemberian taburia pada balita dua tahun.

J. Pemberian obat cacing pada ibu hamil

2.3.7 Penanganan Stunting

Penanganan stunting dilakukan melalui intervensi spesifik

dan intervensi sensitif pada sasaran 1000 hari pertama kehidupan anak

sampai berusia 6 tahun. Dengan memberikan makanan yang bergizi

seimbang yaitu harus memenuhi 50%-60% karbohidrat, protein

sekitar 10%-15% dan lemak maksimal 40%. Penanganan stunting

bukan hanya dengan memberikan gizi seimbang saja tapi keadaan

lingkungan yang bersih juga sangat berpengaruh terhadap anak yang

sedang dalam masa pertumbuhan, maka diharapkan kepada orang tua

dapat lebih memperhatikan kebersihan lingkungannya (Kementerian

Desa PDTT, 2017).


33

2.4 Hubungan Status Gizi dengan Stunting pada Balita

Status gizi sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita terutama

pada 1000 hari pertama kehidupan anak dimulai pada kandungan. Ibu dengan

pola pemberian makan yang tepat kepada balita sangat berkaitan dengan status

gizi balita tersebut. Semakin baik pola pemberian makanan dan kandungan

dalam makanan yang diberikan semakin baik bagi balita. Sebaliknya balita

yang pola pemberian makan dan kandungan makanannya tidak baik akan

menjadikan status gizi balita kurang baik. Stunting terjadi sebagai akibat dari

adanya kurang gizi kronis. Menurut UNICEF (2018), stunting merupakan

kondisi dimana tinggi badan menurut umur berada dibawah minus dua standar

deviasi (-2SD) dari ketinggian rata-rata usia populasi referensi.

2.4.1 Hubungan Status Gizi dengan Stunting Berdasarkan Berat

Badan Bayi

Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu berat badan bayi lahir

kurang dari 2500 gram. Selama masa kehamilan, pertumbuhan embrio dan

janin berlangsung sangat cepat, mulai kurang dari satu miligram menjadi

sekitar 3000 gram. Pertumbuhan yang cepat ini sangat penting untuk janin

agar dapat bertahan hidup ketika berada di luar rahim. Jadi, kecacatan atau

kekurangan yang terjadi pada masa janin merupakan penyebab utama

rendahnya kesehatan dan kematian pada bayi (Oktarina, 2018). Berat lahir
34

merupakan prediktor yang kuat terhadap ukuran tubuh manusia di masa

yang akan datang. Hal ini disebabkan sebagian besar bayi IUGR tidak

dapat mengejar masa pertumbuhannya untuk tumbuh secara normal seperti

anak-anak normal lainnya (Oktarina, 2018).

BBLR akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan dan

perkembangan anak, termasuk dapat berisiko menjadi pendek jika tidak

tertangani dengan baik (Kemenkes,RI 2016). Bayi dengan berat lahir

kurang dari 3000 gram berpeluang 3 kali menjadi stunting dibandingkan

dengan bayi berat lahir normal. Berdasarkan penelitian di Sulawesi

menunjukkan proporsi stunting pada anak berat lahir kurang dari 3000

gram lebih tinggi dibandingkan proporsi stunting pada anak yang berat

lahirnya lebih dari atau sama dengan 3000 gram. Anak dengan berat lahir

kurang dari 3000 gram memiliki risiko menjadi stunting 1,3 kali

dibandingkan anak dengan berat lahir lebih dari sama dengan 3000 gram

(Oktarina, 2018).

2.4.2 Hubungan Status Gizi dengan Stunting Berdasarkan Tinggi

Badan Ibu

Status gizi orang tua , khususnya status gizi ibu sangat berkaitan

dengan kejadian stunting pada balita. Terlihat dari ibu yang pendek

sekalipun ayah normal, prevalensi balita stunting pasti tinggi, tetapi


35

sekalipun ayah pendek ibu normal, prevalensi balita stunting masih lebih

rendah dibanding ibunya yang pendek. Jadi status gizi ibu hamil

menentukan status gizi bayi yang akan dilahirkan (Oktarina, 2018).

Tinggi badan ibu merupakan indikator yang berfungsi untuk

memprediksi anak terkena gizi buruk. Postur tubuh ibu juga

mencerminkan tinggi badan ibu dan lingkungan awal yang akan

memberikan kontribusi terhadap tinggi badan anaknya. Namun demikian

masih banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi tinggi badan anak.

Hasil penelitian menunjukkan ibu yang memiliki postur tubuh pendek

memiliki hubungan terhadap kejadian stunting pada anaknya. Inilah yang

disebut siklus gagal tumbuh antar generasi, dimana IUGR, BBLR dan

stunting terjadi turun temurun dari generasi satu ke generasi selanjutnya.

2.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Stunting Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Ibu

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita

tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin banyak pula

penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan


36

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

baru dikenal (Putra, 2016).

Tingkat pendidikan juga menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

Pengetahuan mengenai gizi merupakan proses awal dalam perubahan

perilaku peningkatan status gizi, sehingga pengetahuan merupakan faktor

internal yang mempengaruhi perubahan perilaku. Pengetahuan ibu

tentang gizi akan menentukan perilaku ibu dalam menyediakan makanan

untuk keluarga. Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik dapat

menyediakan makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat untuk

mendukung pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

2.4.4 Hubungan Status Gizi dengan Stunting Berdasarkan Status Ekonomi

Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di

masyarakat berdasarkan pendapatan tiap bulan. Status ekonomi dapat

dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok

(Putra, 2016). Status ekonomi merupakan pembentuk gaya hidup keluarga.

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang

anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak, baik

primer maupun sekunder (Putra, 2016).


37

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi

pertama pada kondisi umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius

karena keadaan ekonomi relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada

konsumsi pangan. Menurut Achadi, 2016 prevalensi stunting tertinggi

pada kelompok miskin, pada kelompok kaya juga tinggi, dengan

perbandingan 1: 5. Golongan miskin menggunakan sebagian besar dari

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan (Oktarina, 2018).


38

2.5 Kerangka Teori

Stunting

Status Gizi Balita

Berat Badan Bayi Asupan Makanan

Tinggi Badan Ibu


Persediaan
Makanan di
Tingkat Pendidikan Rumah
Perawatan Anak
dan Ibu Hamil
Status Ekonomi
Pelayanan Kesehatan
atau Posyandu

Status ekonomi (kemiskinan), kurangnya


Pendidikan, kurangnya pengetahuan tentang
gizi pada balita, kurangnya penerapan hidup
sehat dan bersih

Gambar 2.3. Kerangka Teori (Sumber : Modifikasi Achadi, 2017)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan suatu cara yang digunakan

untuk menjelaskan hubungan atau kaitan antara konsep yang akan diteliti atau

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah penelitian.

Kerangka konsep dari penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel

dependent dan variabel independent (Notoatmodjo, 2018).

3.1.1 Bagan Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

1. Berat Badan Bayi


2. Tinggi Badan Ibu
3. Tingkat Pendidikan Stunting pada Balita
4. Status Ekonomi

39
40

3.1.2 Keterangan dari Kerangka Konsep

1. Variabel Independent adalah variabel yang bebas dan

berpengaruh. Variabel dalam kerangka konsep di atas adalah berat

badan bayi, tinggi badan ibu, tingkat Pendidikan dan status

ekonomi.

2. Variabel dependent adalah variabel yang tergantung, terkait,

akibat dan dipengaruhi. Variabel dalam kerangka konsep diatas

adalah kejadian stunting pada balita.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pernyataan penelitian (Nursalam, 2017). Jenis-jenis rumusan hipotesis yaitu :

1. Hipotesis Kerja atau Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis kerja adalah suatu rumusan dengan tujuan untuk membuat

ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul.

Hipotesis ini sering juga disebut Hipotesis Alternative, karena mempunyai

rumusan dengan implikasi alternatif didalamnya (Lutfiana, 2018).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian stunting pada balita

di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan

Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2021.


41

2. Hipotesis Nol (Ho)

Hipotesis nol yang bermula diperkenalkan oleh bapak statistika Fisher,

dirumuskan untuk ditolak sesudah pengujian. Dengan kata lain, hipotesis

nol dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu

perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau lebih mengenai

sesuatu hal yang dipermasalahkan (Lutfiana, 2018).

Ho : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian stunting pada

balita di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kecamatan

Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal.

3.3 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi yang berguna untuk membatasi

ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti dan

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan

terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument

(Notoatmodjo, 2018).
42

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
1 Berat Berat badan bayi Buku KIA 1. < 2500 kg Ordinal
Badan pada saat 2. 2500-4000 kg
Bayi dilahirkan dalam 3. > 4000 kg
satuan gram yang
tercatat dalam
buku KIA
2 Tinggi Keadaan fisik Kuesioner 1. Berisiko Nominal
Badan Ibu ibu yang diukur < 150 cm
jarak antara 2. Tidak berisiko
tumit sampai ≥ 150 cm
puncak kepala
dengan badan
posisi tegak.
3 Tingkat Tingkat Kuesioner 1. SD Ordinal
Pendidikan Pendidikan yang 2. SMP
dimaksud adalah 3. SMA
Pendidikan 4. Perguruan
terakhir yang ibu Tinggi
tempuh
4 Status Penghasilan Kuesioner 1. Bawah Ordinal
Ekonomi yang diperoleh (<1.000.000)
keluarga 2. Menengah
responden setiap (1.000.000–
bulannya untuk 2.000.000)
menafkahi 3. Atas
keluarga. (>2.000.000)
43

3.4 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif

tentang Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Stunting pada Balita.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi menurut Notoatmodjo (2018) adalah keseluruhan objek

yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang menderita

stunting di Puskesmas Panyabungan Jae sebanyak 82 orang.

3.5.2 Sampel Penelitian

Sampel menurut Notoatmodjo (2018) adalah objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel

menggunakan Random Sampling sehingga didapatkan jumlah sampel

sebanyak 45 orang.

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus

Slovin sebagai berikut :

n= N

Ne2+1
44

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

E = Error level (tingkat kesalahan). Catatan umumnya digunakan 1%

atau 0,01, 5% atau 0,05 dan 10% atau 0,1 (catatan dapat dipilih

oleh peneliti).

Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 82 orang

dengan presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,1, maka

besarnya sampel pada penelitian ini adalah :

n= 82
82(0,1)2+1

n= 82
82(0,01)+1

n = 82
1,82

n = 45,05 dibulatkan menjadi 45

Jadi banyak sampel dalam penelitian ini sebesar 45 orang.


45

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Panyabungan Jae

Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing Natal. Dengan

alasan data yang didapat peneliti mencukupi, lokasinya dekat dengan

tempat penelitian dan belum pernah dilakukan penelitian tentang

Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Stunting pada Balita.

3.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sejak bulan Januari s/d

Februari 2022. Adapun kegiatan meliputi mulai dari survey awal,

pengajuan judul, penelusuran Pustaka, bimbingan proposal, penelitian,

bimbingan hasil penelitian dan penyusunan hasil penelitian.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan

pertanyaan terbuka dan jumlah pertanyaan 20 soal.

3.8 Metode Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dari

responden melalui kuesioner. Dengan tahapan/Langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Surat Izin Survey Awal dari Pendidikan


46

b. Surat Balasan Izin Survey Awal dari Kepala Puskesmas Panyabungan Jae

c. Pembuatan kisi-kisi kuesioner

d. Penyusunan kuesioner

e. Pembuatan kuesioner

f. Penyebaran kuesioner

g. Pemberian nilai semua jawaban dari semua kuesioner yang sudah

dikumpulkan dan diberi nilai untuk setiap jawaban dan pertanyaan.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji

reliabilitas yang akan dilaksanakan di Puskesmas Mompang dan Puskesmas

Gunung Tua Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.

3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan uji yang digunakan untuk mengukur dan

mengamati valid atau tidaknya penelitian. Uji validitas ini akan dilakukan

dua kali pengambilan data dan mendapatkan hasil kuesioner yang valid.

Kuesioner dikatakan valid apabila r hitung lebih besar daripada r tabel.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu uji untuk mengetahui reliabel (dapat

dipercaya) atau tidak reliabelnya suatu instrumen yang digunakan dalam

penelitian. Menilai instrumen hasil penelitian harus memiliki nilai yang


47

sama atau hampir sama apabila dilakukan berulang-ulang. Maka instrumen

tersebut dikatakan reliabilitas (konsisten).

3.10 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.10.1 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2018), data-data yang terkumpulkan

diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang lebih

terkumpul bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam

pengumpulan data, diperiksa, diperbaiki dan dilakukan

pendataan ulang terhadap responden.

2. Coding

Dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap

jawaban yang diberikan responden.

3. Tabulating

Untuk Menyusun dan menghitung hasil data serta

pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam tabel

distribusi frekuensi.
48

4. Persentase

Data ditabulasi diubah dalam bentuk presentase dengan

menggunakan rumus :

P = f x 100%
n

Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi

n : Jumlah Sampel

Aspek pengukuran pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2018) terdiri dari beberapa kategori yaitu :

1. Kategori baik, apabila responden menjawab 16-20

pertanyaan yang benar, skor 80% - 100%

2. Kategori cukup, apabila responden menjawab 12-15

pertanyaan yang benar, skor 60% - 75%

3. Kategori kurang, apabila responden menjawab 1-11

pertanyaan yang benar, skor 0% - 55%.

3.10.2 Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

analisis univariat dan bivariat.


49

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

analisis univariat penelitian adalah distribusi frekuansi dan

presentase kejadian stunting dan status gizi.

Rumus distribusi frekuensi :

P = f x 100%
n

Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi

n : Jumlah Sampel

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji chi square yakni untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel yang berbentuk kategorik yaitu Chi Square (X2)

dengan α = 0,05. Jika hasil uji menunjukkan p ≤ 0,05 maka

hubungan antar variabel bermakna (signifikan). Syarat uji Chi

Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5,

maksimal 20% dari jumlah sel.


DAFTAR PUSTAKA

Adam, Roy. 2021. Angka Stunting di Mandailing Natal.


https://startfmmadina.com/angka-stunting-di-madina-turun/.Diakses
Tanggal 31 Maret 2021.
Alimul Hidayat, Aziz. 2017. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Archda Saputri, Rini. 2019. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan
Stunting Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Dinamika
Pemerintah. Vol.2, No. 2 (Agustus 2019) Hal. 152-168.
Badan Pusat Statistik. 2020. Persentase Balita Pendek dan Sangat Pendek.
https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1325/
sdgs_2/2.
Bangda, Ditjen. 2021. Dashboard Sebaran Stunting.
https://aksi.bangda.kemendagri.go.id/emonev/DashPrev/index/2. Diakses
Tahun 2021, Jam 14.30.
Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal. 2020. Profil Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal. Dinkes Mandailing Natal: Mandailing Natal.
Hadya, Dwi. 2021. Jumlah Balita Stunting di Dunia.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/23/jumlah-balita
stunting-di-dunia-menurun-tapi-tak-merata. Diakses Tanggal 23 September
2021, Jam 16.20.
Harto, Ambrosius dan Agnes. 2020. Angka Stunting di Kota Surabaya.
https://www.kompas.id/baca/nusantara/2020/11/11/angka-stunting-di-kota-
surabaya-menurun. Diakses 11 November 2020, Jam 18.18 WIB.
Hizni, A. 2018. Status Stunted dan Hubungannya dengan Perkembangan Anak
Balita di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan Lemahwungkuk Kota
Cirebon. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
Kemenkes, (2016). Situasi Balita Pendek. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2019. Pencegahan Stunting pada Anak.
https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting. Diakses 28 Maret
2019, Jam 21.00 WIB.
Kemenkes RI. 2021. Studi Status Gizi Indonesia tentang Stunting.
https://www.b2p2toot.litbang.kemkes.go.id/?
page=postcont&postid=285&content=SSGI. Diakses Tanggal 22
September 2021, Jam 22.00.
Kemenko PMK. 2021. Kunci Atasi Gizi Buruk dan Stunting.
https://www.kemenkopmk.go.id/menko-pmk-beberkan-kunci-atasi-gizi-
buruk-dan-stunting. Diakses 23 Agustus 2021.
Leandha, Mei. 2020. Kasus Stunting di Sumatera Utara.
https://regional.kompas.com/read/2020/07/20/22002801/kasus-stunting-di-
sumut-masih-tinggi-kebanyakan-anak-kurang-gizi-dari. Diakses Tanggal 20
Juli 2020, Jam 22.00 WIB.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Setia Marini, Dwi. 2020. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Di Puskesmas Kedungadem Kabupaten Bojonegoro.
https://repo.stikesicme-jbg.ac.id/4214/5/Hasil%20Turnit%20Artikel.pdf.
Diakses Tanggal 30 September 2020, Jam 03.19.
Tri Kurniati, Paskalia dan Sunarti. 2020. Stunting dan Pencegahannya. Jakarta:
Lakeisha.
UNICEF, WHO dan World Bank. 2018. Levels and Trends in Child Malnutrition.
Midwifery. Washington DC : UNICEF, WHO & World Bank
Winarsih. 2018. Pengantar Ilmu Gizi dalam Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
WHO. 2017. Stunted Growth and Development Framework. www.who.int.
Diperoleh dari
https://www.who.int/nutrition/childhood_stunting_framework_leaflet_en.p
d?ua=1
WHO. 2018. The WHO Child Growth Stundart. www.who.int. Diperoleh dari :
https://www.who.int/childgrowth/standart/en/[29 Juli 2019].
FORMAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca penjelasan lembaran pertama dan saya mengerti bahwa

penelitian ini tidak berakibat buruk pada saya serta identitas dan informasi yang

saya berikan dijaga kerahasiaannya dan betul-betul hanya digunakan untuk

kepentingan peneliti.

Maka saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

yang akan dilakukan oleh Mahasiswa D-III Kebidanan Madina Husada

Panyabungan yang bernama RISMA dengan judul “Hubungan Antara Status

Gizi dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kota Kabupaten Mandailing

Natal Tahun 2021”.

Responden Panyabungan, November 2021

Peneliti

( ) Risma
(19141753012)
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN STUNTING


PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANYABUNGAN
JAE KECAMATAN PANYABUNGAN KOTA KABUPATEN
MANDAILING NATAL
TAHUN 2021

1. Petunjuk Pengisian

a. Untuk mendapatkan data yang akurat kami mohon kesediaan saudari

untuk mengisi kuesioner ini dengan benar.

b. Beri tanda ceklis () pada setiap pertanyaan yang menurut anda benar.

c. Saudari berhak menanyakan Kembali maksud dari pertanyaan bila ada

pertanyaan yang kurang jelas.

2. Identitas

a. Identitas Balita

Nama :

Umur Balita :

Jenis Kelamin :

b. Identitas Responden

No. Responden :

Nama :
Berat Badan Bayi : < 2500 kg

2500 – 4000 kg

> 4000 kg

Tinggi Badan Ibu : < 150 cm

≥ 150 cm

Tingkat Pendidikan : SD

SMP
SMA
Status Ekonomi : Bawah ( < 1.000.000 )
Menengah ( 1.000.000-2.000.000 )
Atas ( > 2.000.0000 )
1. Apakah yang ibu ketahui tentang makanan sehat…
a. Makanan yang mahal
b. Makanan yang enak rasanya
c. Makanan yang mengandung zat-zat gizi
2. Makanan yang bergizi adalah…
a. Makanan yang mengandung bahan pengawet
b. Makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna
c. Makanan yang menyenangkan
3. Makanan yang sehat mengandung zat-zat gizi dibawah ini, kecuali…
a. Zat pengawet
b. Protein
c. Karbohidrat
4. Tujuan tubuh balita memerlukan gizi adalah…
a. Untuk melindungi tubuh agar tidak mudah sakit dan menggantikan sel
yang rusak
b. Untuk berlari
c. Untuk bekerja
5. Pernyataan dibawah ini yang salah adalah…
a. Faktor ekonomi merupakan masalah terjadinya gizi kurang
b. Balita yang mengalami kurang gizi sebaiknya dibiarkan saja apabila
mengalami masalah pada ekonomi
c. Kasus balita gizi kurang banyak ditemukan pada keluarga dengan jumlah
anggota keluarga yang banyak
6. Pilihan menu makanan yang paling bergizi untuk balita adalah…
a. Nasi putih, jagung, tempe dan gorengan
b. Nasi putih, ikan, ayam dan sambal
c. Nasi putih, ayam, sayur, pisang dan susu
7. Pernyataan dibawah ini yang benar adalah…
a. Gizi pada balita harus diperhatikan
b. Gizi pada balita harus dibiarkan
c. Gizi pada balita harus diabaikan
8. Salah satu akibat dari kekurangan gizi pada balita adalah…
a. Diare
b. Stunting (balita pendek)
c. Pilek
9. Stunting (pendek) adalah…
a. Penyakit menular
b. Genetik/keturunan
c. Anak pendek
10. Salah satu penyebab stunting (balita pendek) adalah…
a. Kurang gizi kronis
b. Kebanyakan makan
c. Suka bermain
11. Salah satu dampak stunting (balita pendek) adalah…
a. Lincah
b. Tumbuh kembang terganggu
c. Tidak mudah sakit
12. Bagaimana cara mencegah stunting (balita pendek)…
a. Mengkonsumsi jajanan yang banyak
b. Mengkonsumsi kopi
c. Asupan gizi yang baik
13. Pertumbuhan yang lambat merupakan…
a. Tanda terjadinya stunting pada anak
b. Tanda akan tumbuhnya gigi
c. Tanda akan bisa berjalan
14. Salah satu penyebab terjadinya stunting (balita pendek)…
a. Makanan yang cukup
b. Rendahnya tingkat Pendidikan orang tua
c. Asupan makanan yang bergizi
15. Dalam pemberian makanan pada anak balita, sebaiknya ibu memberikan
secara…
a. Tergantung pada permintaan anak
b. Tidak tahu
c. Sesering mungkin dengan makanan yang bergizi
16. Apakah tujuan penimbangan berat badan secara teratur…
a. Mengetahui status gizi
b. Sekedar mengetahui berat badan
c. Untuk keperluan data di Puskesmas/Posyandu
17. Bagaimana menilai bayi dan balita anda cukup gizinya…
a. Bayi/balita yang gemuk dan montok
b. Berat badan bayi/balita berada diatas Garis merah pada Kartu Menuju
Sehat (KMS)
c. Tidak tahu
18. Gizi balita adalah…
a. Makanan yang tidak baik dikonsumsi
b. Makan yang tidak perlu diberikan kepada anak
c. Makanan yang baik dikonsumsi
19. Stunting (balita pendek) juga disebabkan oleh…
a. Faktor ekonomi
b. Susah tidur
c. Sering makan
20. Hal yang paling penting bagi anak dalam masa periode emas pertumbuhan
dan perkembangan adalah…
a. Sering bermain
b. Diberikan Asupan gizi yang baik
c. Jajan yang banyak
KUNCI JAWABAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN STUNTING


PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANYABUNGAN
JAE KECAMATAN PANYABUNGAN KOTA KABUPATEN
MANDAILING NATAL
TAHUN 2021

1. C 11. B

2. B 12. C

3. A 13. A

4. A 14. B

5. B 15. C

6. C 16. A

7. A 17. B

8. B 18. C

9. C 19. A

10. A 20. B
JADWAL PENELITIAN
Dilakukan Pada Bulan Oktober-Desember

No Kegiatan Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Survey Awal

2 Pengajuan Judul
Penelitian

3 Bimbingan
Proposal

4 Penelusuran
Pustaka

5 Seminar Proposal
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL PENELITIAN
AKADEMI KEBIDANAN MADINA HUSADA PANYABUNGAN
TAHUN 2021

Nama Mahasiswa : RISMA


NIM : 19141753012
Nama Pembimbing : Helmi Wardah Nasution, SST, M.Kes
Judul : Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Panyabungan Jae Kecamatan Panyabungan Kota
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2021

No Tanggal Materi Saran Bimbingan Paraf


1 11-10-2021 Pengajuan Judul Acc Judul

2 22-11-2021 Konsul Bab I, II Acc Bab I, II

3 27-11-2021 Konsul Bab III Perbaikan

4 29-11-2021 Konsul Bab III Acc Bab III

Acc untuk di
5 30-11-2021 Lampiran
Seminarkan

Panyabungan, November 2021

Dosen Pembimbing Mahasiswa

Helmi Wardah Nasution, SST, M.Kes Risma

Anda mungkin juga menyukai