Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN


GIZI KURANG DI WILAYAH PUSKESMAS
MASMAMBANG KABUPATEN
SELUMA TAHUN 2017

Disusun Oleh

LIZA ROSALINA
NPM : 1324260 041 DB

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN DEHASEN BENGKULU
2017
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN


GIZI KURANG DI WILAYAH PUSKESMAS
MASMAMBANG KABUPATEN
SELUMA TAHUN 2017

Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Ahli Madya Kebidanan

Disusun Oleh

LIZA ROSALINA
NPM : 1324260 041 DB

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN DEHASEN BENGKULU
2017

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN


GIZI KURANG DI WILAYAH PUSKESMAS
MASMAMBANG KABUPATEN
SELUMA TAHUN 2017

Dipersiapkan dan Dipresentasikan Oleh :

LIZA ROSALINA
NPM : 1324260 041 DB

Proposal Karya Tulis Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh Dosen
Pembimbing Untuk Dipersentasikan di Hadapan Tim Penguji
Akademik Kebidanan Dehasen Bengkulu

Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah


Pembimbing I

Yusniar, SST, SKM, M.M


NIP. 196101201981122001

Pembimbing II

Ns. Mardiani, S.Kep, M.M


NIP. 197203211995032001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DENGAN


GIZI KURANG DI WILAYAH PUSKESMAS
MASMAMBANG KABUPATEN
SELUMA TAHUN 2017

OLEH
LIZA ROSALINA
NPM : 1324260 041 DB

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji


Proposal Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Dehasen Bengkulu
Pada Tanggal 09 Juni 2017
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I

Yusniar, SST, SKM, M.M Ns. Mardiani, S.Kep, M.M


NIP. 196101201981122001 NIP. 197203211995032001

Penguji II Penguji III

Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes Lusi Andriani, SST, M.Kes
NIDN. 02-15-06-5301 NIP. 198008192002122002

Mengetahui,
Direktur Akademik Kebidanan Ketua Program Studi Kebidanan
Dehasen Akbid Dehasen Bengkulu

Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes Mitra Kadarsih, M.Keb


NIDN. 02-15-06-5301 NIDN. 02-2202-8302

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena

berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Balita Dengan Gizi Kurang di

Wilayah Puskesmas Masmambang Kabupaten Seluma Tahun 2017”.

Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan dan bantuan yang bermanfaat oleh berbagai pihak, oleh

karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan

Dehasen Bengkulu.

2. Pembantu Direktur I, II dan III Akademi Kebidanan Dehasen Bengkulu.

3. Ibu Mitra Kadarsih, M. Keb Selaku ketua Program Studi Diploma III

Kebidanan Dehasen Bengkulu.

4. Ibu Yusniar, SST, SKM, MM Selaku pembimbing I yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis tentang pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga

dapat selesai tepat pada waktunya.

5. Ibu Ns. Mardiani, S.Kep, MM selaku pembimbing II yang telah membimbing

dan mengarahkan menulis tentang pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga

dapat selesai tepat pada waktunya.

6. Seluruh staf pengajar Dehasen Bengkulu, yang telah memberikan banyak

bekal ilmu selama di bangku kuliah.

iv
7. Kedua orang tuaku serta suami dan anakku yang selalu memberikan do’a dan

dukungan atas keberhasilanku.

8. Semua teman-teman sejawat dan seperjuangan yang telah mendukung dan

membantu saya dalam memyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dalam penulisan Karya Ilmiah Ini masih banyak kekurangan-kekurangan baik

dari segi isi, penyusunan maupun tehnik penulisan karena keterbatasan pengetahuan

yang penulis miliki. Untuk itu denagan kerendahan hati penulis mengharapkan saran,

kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis

Ilmiah ini dan perbaikan-perbaikan dimasa akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Bengkulu, Juni 2017


Penulis

Liza Rosalina

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 3
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORIS............................................................................. 7


A. Gizi Kurang ........................................................................................... 7
1. Pengertian ........................................................................................ 7
2. Etiologi ............................................................................................ 7
3. Gejala Klinis Gizi Kurang ............................................................... 8
4. Faktor Resiko ................................................................................... 8
5. Patofisiologi ..................................................................................... 8
6. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Kekurangan Gizi ..................... 9
7. Pencegahan ...................................................................................... 9
8. Penanganan Balita Gizi Kurang....................................................... 10
B. Balita ...................................................................................................... 11
1. Pengertian ........................................................................................ 11
2. Pertumbuhan dan Perkembangan .................................................... 11
C. Teori Manajemen Kebidanan ................................................................ 18

vi
1. Pengertian ........................................................................................ 18
2. Manajemen Kebidanan Menurut Hellen Verney ............................. 18
D. Landasan Hukum
1. UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 (Pasal 15) ............................. 30
2. Permenkes RI 1464/Menkes/Per/X/2010 ........................................ 30

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN ................ 32


A. Kerangka Konseptual............................................................................. 32
B. Data Perkembangan Balita Gizi Kurang................................................ 33

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 35


A. Desain Penelitian ................................................................................... 35
B. Kerangka Kerja ...................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40

LAMPIRAN

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan utama Negara Indonesia adalah tingginya angka

kesakitan dan kematian pada balita. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI), Angka Kematian Balita (AKB) adalah 32/ 1.000 kelahiran

hidup (Depkes RI, 2012). Kematian balita disebabkan karena penyakit febris,

diare, pneumonia, dan penyakit infeksi menular, penyebab dasarnya adalah gizi

(Notoatmodjo, 2011).

Masalah gizi balita yang dihadapi di Indonesia saat ini merupakan

masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan kelebihan gizi. Gizi kurang

merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia. Gizi kurang

merupakan suatu keadaan berat badan anak kurang dari 90% indeks berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB) standar WHO-NCHS yang disebabkan rendahnya

konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan tejadi dalam waktu

yang cukup lama (Cakrawati, 2012).

Menurut Kemenkes RI (2014) angka gizi kurang di Indonesia masih

cukup tinggi dimana pada tahun 2013 terdapat 37,2% balita dengan tinggi badan

di bawah normal yang terdiri dari 18,0% balita sangat pendek dan 19,2% balita

pendek. Indikator antropometri lain untuk menilai status gizi balita yaitu berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB). Pada tahun 2013 terdapat 12,1% balita

1
2

wasting (kurus) yang terdiri dari 6,8 balita kurus dan 5,3% sangat kurus, angka

ini menurun di bandingkan tahun 2010 dengan persentase 13,3%. Masalah

kesehatan masyarakat sudah di anggap serius bila prevalensi kurus antara 10,0%

dan di anggap kritis bila >15,0%. Pada tahun 2013 secara nasional prevalensi

kurus pada anak balita masih 12,1%, yang artinya masalah kurang gizi pada

balita di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius

(Kemenkes RI, 2014).

Menurut Dinkes Provinsi Bengkulu masalah gizi utama yaitu Kurang

Energi Protein, di ketahui bahwa pada tahun 2015 di Provinsi Bengkulu dari

153.234 balita yang ada di posyandu, ditimbang sebanyak 117.764 jumlah

balita, dan yang mengalami gizi buruk sebanyak 103, D/S 77% dan BGM 1,164

(1%) (Dinkes Provinsi Bengkulu).

Di Kabupaten Seluma pada tahun 2015 data balita yang di laporkan

berjumlah 15.713 dan mendapatkan pelayanan penimbangan yaitu balita dengan

Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 178 (1,5%). Jumlah balita yang

mengalami gizi kurang paling banyak adalah Puskesmas Masmambang yaitu 22

balita sedangkan puskesmas yang mengalami gangguan paling rendah terdapat di

Puskesmas Kembang Mumpo dimana berdasarkan data tidak ada balita yang

mengalami gizi kurang.(Dinkes Kabupaten Seluma)

Survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 11 Maret 2017

diketahui di Puskesmas Masmambang terdapat 4 balita yang penimbangan berat


3

badan nya kurang, Data ini di dapatkan dari 3 posyandu yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Masmambang.

Bedasarkan latar belakang di atas, angka kejadian balita dengan gizi

kurang di Puskesmas Masmambang masih tinggi dan dampak yang ditimbulkan

pada balita gizi kurang dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan

perkembangan serta balita akan lebih rentan terhadap penyakit, maka penulis

tertarik mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Balita dengan

Gizi Kurang di Puskesmas Masmambang Kabupaten Seluma tahun 2017”. Untuk

petugas bidan agar dapat melakukan asuhan kebidanan atas masalah gizi ini.

B. Identifikasi Masalah

Masalah gizi kurang pada balita masih menjadi masalah yang cukup

serius baik secara global, di Indonesia maupun di kota Bengkulu serta di

Kabupaten Seluma khususnya, dengan keadaan ini perlu upaya pendekatan

asuhan yang baik kepada balita sebagai upaya penanganan penatalaksanaan gizi

kurang pada balita ini maka dari itu perlu dilakukan penerapan asuhan kebidanan

yang komprehensif.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang telah diuraikan di atas di dapat masalah

penelitian masih tingginya angka status gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja
4

Puskesmas Masmambang Kabupaten Seluma, sedangkan rumusan masalah yang

dirumuskan adalah “bagaimanakah asuhan kebidanan pada balita dengan gizi

kurang di Puskesmas Masmambang Kabupaten Seluma?”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Melakukan asuhan kebidanan pada balita dengan gizi kurang di

puskesmas Masmambang kabupaten Seluma tahun 2017 dengan metode

SOAP.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian dan mengaplikasikan data dengan pengkajian DS

& DO, Interpretasi data diagnosa masalah kebidanan, Diagnosa potensial,

Kebutuhan segera, Intervensi, Implementasi & Evaluasi pada anak

dengan gizi kurang di Puskesmas Masmambang Kabupaten Seluma tahun

2017.

b. Melakukan analisa atau menegakkan diagnosa yang didapat berdasarkan

data subjektif dan data objektif pada anak dengan gizi kurang di

puskesmas Masmambang Kabupaten Seluma tahun 2017.

c. Melakukan tindakan asuhan kebidanan pada balita dengan gizi kurang di

Puskesmas Masmambang Kabupaten Seluma tahun 2017.

d. Melakukan evaluasi tindakan asuhan kebidanan pada balita dengan sakit

gizi kurang di Puskesmas Masmambang Kabupaten Seluma.


5

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan terlaksananya penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan

referensi dan bahan bacaan di perpustakaan Akademi Kebidanan Dehasen

Bengkulu dan acuan untuk penerapan asuhan kebidanan selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan hasilnya dapat

meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dalam memberikan perawatan

pada balita dengan gizi kurang dengan melakukan praktik tindakan nyata.

3. Manfaat penelitian yang dapat diterapkan secara langsung

a. Bagi Tempat Penelitian

Terlaksananya Asuhan Kebidanan ini dapat dijadikan sebagai

acuan dalam penerapan Asuhan Kebidanan di tempat praktik puskesmas

maupun pelayanan Asuhan Kebidanan di tempat pelayanan kesehatan

lainnya maupun pada keluarga.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Terlaksananya Asuhan Kebidanan ini diharapkan dapat menjadi

tambahan teori maupun praktik bagi mahasiswi dalam melakukan

Asuhan Kebidanan yang berhubungan dengan gangguan gizi pada

balita.
6

c. Bagi peneliti Selanjutnya

Hasil Asuhan Kebidanan ini diharapkan dapat menjadi bahan

pembanding dalam membuat asuhan kebidanan yang berkaitan dengan

gizi kurang pada balita.


7

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Gizi Kurang

1. Pengertian

Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara

normal oleh organisasi melalui proses digesti, obsebsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

organ-organ, serta menghasilkan energy (Proverawati, 2009).

Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-

hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2012).

Kekurangan gizi bisa terjadi ketika kebutuhan akan zat-zat yang

penting meningkat, misalnya pada saat mengalami stres, infeksi, cedera, atau

penyakit. Kekurangan kalori protein (KKP) merupakan salah satu bentuk

kekurangan gizi yang paling serius. KKP pada bayi akibat tidak adekuatnya

masa menyusui ataupun masa menyapih (Irianto, 2014).

2. Etiologi

Penyebab langsung gizi kurang adalah defisiensi kekurangan kalori

maupun zat gizi yang diperlukan tubuh dengan berbagai gejala dan infeksi

yang yang mungkin diderita anak (Suyadi, 2009). Penyebab tidak langsung

7
8

gizi kurang sangat banyak salah satunya pola pengasuhan anak serta

pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

3. Gambaran Klinis Gizi kurang

Menurut Ngastiyah (2007), gambaran klinis balita dengan gizi kurang

adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan terganggu (merupakan gejala terpenting). Selain berat

badan kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.

b. Perubahan mental. Biasanya pasien cengeng.

c. Pada sebagian pasien di temukan edema baik ringan maupun berat.

d. Gejala lain ialah gejala gastroinstetinal. Anoreksia kadang hebat sehingga

berbagai macam makanan di tolaknya.

e. Perubahan rambut, sering dijumpai baik bentuk maupun maupun warna.

Khas pada kwasiokor rambut mudah dicabut dan saat dicabut pasien tidak

bereaksi. Pada kwasiokor lanjut rambut akan tampak kusam, kering,

halus, jarang dan berubah warnanya menjadi putih.

f. Kulit biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih

dalam dan lebar, sering ditemukan hyperpigmentasi dan bersisik.

g. Pembesaran hati, kadang-kadang batas hati setinggi pusat.

h. Anemia juga selalu ditemukan

i. Kelainan kimia darah ; kadar albumin serum rendah, kadar globulin

normal atau sedikit meninggi, sehingga perbandingan albumin dan

globulin terbalik kurang dari 1 dan kadar kolesterol serum rendah.


9

j. Pada biopsi hati biasanya ditemukan perlemakan yang demikian hebat.

k. Hasil autopsy pasien kwasiokor yang berat akan menunjukkan hamper

semua organ mengalami perubahan seperti degenestasi otot jantung

osteoporosis tulang dan sebagainya.

4. Faktor Resiko Gizi Kurang

Menurut Sodikin (2012), factor resiko gizi kurang adalah sebagai

berikut:

1) Asupan makanan yang kurang.

2) Status social ekonomi yang rendah.

3) Pendidikan ibu yang rendah.

4) Penyakit bawaan saat lahir.

5) Kurangnya pengetahuan ibu terhadap nutrisi balita.

6) Berat badan lahir rendah.

7) Kelengkapan imunisasi.

8) Pemberian nutrisi dan asupan makan yang kurang tepat.

5. Patofisiologi

Proses terjadinya penyakit gizi karena faktor manusia yang didukung

oleh kekurangan asupan zat-zat gizi (Supariasa, 2013). Akibat kekurangan zat

gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi

kebutuhan. Apabila kedaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi

akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.

6. Pencegahan
10

Menurut Marmi (2012), adalah sebagai berikut:

1) Mencuci tangan hingga bersih (memakai sabun) setelah buang air besar

dan air kecil atau sebelum makan dan sesudah makan.

2) Makan makan yang bersih dan higienis.

3) Membuang sampah pada tempatnya.

4) Menghindarkan diri pada kondisi lingkungan yang kotor.

5) Makan secara teratur dan tepat waktu.

6) Memperbanyak makan makanan yang mengandung karbihidrat, protein

dan vitamin.

7) Menimbang berat badan setiap bulan.

7. Dampak yang Ditimbulkan oleh Kekurangan Gizi

Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus

kering yang disebut wasting. Wasting yaitu berat badan yang tidak sebanding

dengan tinggi badan. Jika kekurangan ini bersifat menahun atau kronik,

artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan

terjadi keadaan stunting, yaitu anak akan menjadi pendek dan tinggi badan

tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anaknya tidak kurus

(Mirimbi, 2010).

8. Penanganan Balita Gizi Kurang

Penanganan gizi kurang menurut Depkes (2008), adalah sebagai berikut :

a) Kebutuhan nutrisi/cairan elektrolit cukup


11

1) Memberikan makanan yang mengandung karbohidrat, tinggi protein,

cukup cairan, rendah serat, dan tidak menimbulkan gas.

2) Memberikan makan yang lunak agar anak tidak mengunyah terlalu

lama. Pemberian makan lunak dengan cara lauk pauk dihaluskan.

3) Jika keadaan pasian memburuk maka pasang infuse dengan cairan

glukosa dan NaCL.

4) Observasi.

b) Gangguan suhu tubuh

1) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat mencukupi.

2) Menganjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, the manis, atau apa

yang disukai anak).

c) Gangguan rasa aman

1) Melakukan perawatan kebersihan tubuh setiap hari atau 2 kali sehari.

2) Mengganti pakaian jika kotor.

3) Memakai alas kaki jika pergi bermain.

4) Menghangatkan badan jangan sampai kedinginan.

d) Resiko terjadi komplikasi

1) Memberikan terapi sesuai program dokter anak dalam pemberian

terapi pengobatan atau pencegahan infeksi seperti antibiotic,

pemberian vitamin.

2) Jika terjadi komplikasi pada mata maka berikan tetes/salep mata tanpa

kortikosteroid.
12

3) Rujuk segera, selama diperjalan jaga kehangatan badan.

e) Istirahat

Pasien yang mengalami gizi kurang perlu perlu istirahat yang cukup,

karena dengan istirahat bisa untuk menstabilkan berat badan. Jika

mengalami deman maka harus istirahat total untuk menurunkan demam.

B. Balita

1. Pengertian

Balita merupakan individu ysng berumur 0-5 tahun dengan tingkat

plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk

proses pembelajaran dan pengayaan (Depkes RI, 2009).

2. Pertumbuhan dan perkembangan

a. Tahap Pertumbuhan Fisik Balita

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interseluler yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh

atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat

(Depkes RI, 2007).

1) Panjang Badan

Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status perbaikan

gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indicator yang baik untuk

pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk


13

perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan

lingkar lengan atas (Nursalam, 2008).

2) Berat Badan

Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana,

mudah di ukur dan di ulang, dan merupakan indeks untuk status

nutrisi sesaat. Beberapa keadaan klinik yang dapat mempengaruhi

berat badan seperti terdapat oedema dan hidrosefalus. Perubahan

berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat perhatian

karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut (Iskandar,

2009).

3) Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala dilakukan untuk menjaring kemungkinan

adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak.

Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi pada anak sampai usia 36

bulan (Matondang, 2009).

b. Tahap perkembangan balita menurut Depkes RI (2007)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

dipakai sebagai hasil proses kematangan.

1) Umur 12-18 bulan

a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan.

b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.


14

c) Berjalan mundur lima langkah.

d) Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata

“mama”.

e) Menumpuk dua kubus.

f) Memasukan kubus di kotak.

g) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek,

anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik

tangan ibu.

2) Umur 18-24 bulan

a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.

b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

c) Menumpuk empat buah kubus.

d) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.

e) Mengelindingkan bola kearah sasaran.

3) Umur 24-36 bulan

a) Jalan naik tangga sendiri.

b) Dapat bermain dan menendang bola kecil.

c) Mencoret-coret pensil pada kertas.

d) Bicara dengan baik menggunakan dua kata.

e) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya yang diminta.

f) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.

4) Umur 36-48 bulan

a) Berdiri satu kaki dua detik.


15

b) Melompat kedua kaki diangkat.

c) Mengayuh sepeda roda tiga.

d) Menggambar garis lurus.

e) Menumpuk 8 buah kubus.

f) Mengenal 2-4 warna.

5) Umur 48-60 bulan

a) Berdiri satu kaki 6 detik.

b) Melompat-lompat satu kaki.

c) Menari.

d) Menggambar tanda silang.

e) Menggambar lingkaran.

f) Menggambar orang dengan tiga bagian tubuh.

c. Status Gizi balita

Status gizi balita adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dangan kebutuhan. Keseimbangan

tersebut dapat dilihat dari variable pertumbuhan yaitu berat badan, tinggi

badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang

tungkai. Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energy

protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi gizi

kurang akibat kekurangan energi protein (Marmi, 2012).


16

d. Ukuran Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.

Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri

(Waryana, Kemenkes RI 2012). Indeks antropometri yang sering

digunakan antara lain :

1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat stabil.

Pada indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai

salah satu cara pengukuran status gizi. Indikator berat badan menurut

umur dapat normal, lebih rendah, atau lebih tinggi. Apabila berat

badan menurut umur normal, digolongkan pada status gizi baik. Berat

badan menurut umur rendah dapat berarti berstatus gizi kurang atau

gizi buruk. Sedangkan berat badan menurut umur lebih dapat

digolongkan berstatus gizi lebih. Berat badan menurut umur

berdasarkan tabel Z-score :

a. Gizi buruk jika skor tabel didapatkan angka < -3 SD

b. Gizi kurang jika skor tabel di dapatkan angka -3 SD s/d 2 SD

c. Gizi baik jika skor tabel didapatkan -2 SD s/d 2 SD

d. Gizi lebih jika skor tabel didapatkan >2 SD

2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan

bertambahnya umur. Pertambahan tinggi badan relative kurang


17

sensitive terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang

gizi terhadap tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukuplama,

oleh karena itu indikator tinggi badan menurut umur menggambarkan

status gizi masa lampau. Untuk pengukuran tinggi badan diperlukan

informasi umur yang tepat, jenis kelamin, dan buku acuan. Penilaian

Tinggi badan menurut umur, Berdasarkan tabel Z-score :

a. Sangat pendek jika skor tabel didapatkan < -3 SD

b. Pendek jika skor tabel didapatkan -3 SD s/d < -2 SD

c. Normal jika skor tabel didapatkan -2 SD s/d 2 SD

d. Tinggi jika skor tabel didapatkan > 2SD

3) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Pengukuran antropometri terbaik adalah menggunakan

indikator berat badan menurut tinggi badan. Berat badan memiliki

hubungan yang linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan

normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan

tinggi badan pada percepatan tertentu. Dengan demikian berat badan

yang normal akan proporsional dengan tinggi badan. Berat

badan/Tinggi badan berdasarkan tabel Z-score :

a. Sangat kurus jika skor tabel didapatkan < -3 SD

b. Kurus jika skor tabel didapatkan -3 SD s/d < -2 SD

c. Normal jika skor tabel didapatkan -2 SD s/d 2 SD

d. Gemuk jika skor tabel didapatkan > 2 SD


18

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

1) Penyebab langsung

Penyebab langsung yaitu makanan anak dan infeksi yang mungkin di derita

anak. Dengan demikian anak yang makanannya tidak cukup baik maka

daya tahan tubuh mudah terserang penyakit.

2) Penyebab tak langsung

Penyebab tak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan

anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Kesehatan

pangan adalah kemampuan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan

pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutu.

C. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengkajian

Pengkajian data adalah langkah pengumpulan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Langka ini mentukan proses interpretasi dan tahap selanjutny, sehingga harus

kompehensif. Hasil pemeriksaan menggambarkan kondisi atau masukan klien

yang sebenarnya dan valid (Varney, 2007).

a) Data Subyektif (Anamnesa)

1) Identitas pasien meliputi :

Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama

panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam

memberikan penanganan.
19

Umur : Perlu diketahui peningkatan periode anak

mempunyai kekhasannya sendiri dalam mobilitas

dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk

menginterperensikan apakah data pemeriksaan

klinis anak tersebut normar sesuai umurnya.

Jenis kelamin : jenis kelamin sangat dibutuhkan selain untuk

identitas juga untuk penilaian data pemeriksaan

klinis.

Suku bangsa : berpengaruh pada adat-istiadat dan kebiasaan

sehari-hari, termasuk pola makan.

Nama orang tua : dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan

orang lain mengingat banyak nama yang sama.

Agama : berguna untuk memberikan motivasi pasien sesuai

agama yang dianut.

Pendidikan : selain sebagai tambahan identitas informasi

tentang pendidikan orang tua baik ayah maupun

ibu, dapat menggambarkan keakuratan data yang

diperoleh serta dapat berpengaruh juga dalam

tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh

mana tingkat intelektual, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai pendidikan.


20

Pekerjaan : untuk mengetahui dan mengukut tingkat social

ekonominya, karena ini juga mempengaruhi

dalam gizi pasien tersebut.

Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan

rumah.

2) Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien

dibawa untuk berobat. Pada kasus anak dengan gizi kurang biasanya

keluhan yang sering terjadi yaitu anak rewel, mudah sakit, postur

tubuh kurus, anoreksia, malaise.

3) Riwayat kesehatan

(a) Imunisasi

Status imunisasi pasien ditanyakan, khususnya BCG, DPT, Polio,

Campak dan Hepatitis B. hal tersebut selain digunakan untuk

mengetahui status perlindungan pediatric yang diperoleh juga

membantu diagnosa pada beberapa kesdaan tertentu.

(b) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui danya riwayat penyakit

yang pernah diderita, apabila balita memderita suatu penyakit.

(c) Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahiu kemungkinan adanya

penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya


21

dengan masalah gizi kurang pada balita, seperti sakit diare, TB

paru, ISPA, maupun penyakit infeksi lainnya.

(d) Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga terdapat riwat

penyakit TBC, hepatitis, jantung, DM maupun penyakit kronis

lainnya. Karena dengan adanya riwayat penyakit tersebut

mempunyai pengaruh negative terhadap anak.

4) Riwayat sosial

(a) Siapa yang mengasuh balita

(b) Hubungan pasien dengan anggota keluarga, dengan ibu, ayah

serta anggota keluarga lainnya.

(c) Hubungan dengan teman sebaya di lingkungan sekitar rumah.

(d) Lingkungan rumah

Dikaji untuk mengetahui hubungan bayi dengan lingkungan

disekitar rumah (Nursalam, 2008).

Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah dalam

keluarga, tetapi harus diingat bahwa masalah ini sering

menyangkut hal-hal sensitive, sehingga diperlukan kebijakan dan

kearifan dalam pendekatan.

5) Pola kebiasaan sehari-hari

(a) Pola nutrisi


22

Pola nutrisi yang diberikan mengkaji pada makan balita meliputu

frekuensi komposisi, kwantitas, serta jenis dan jumlah minimum.

Hal ini untuk mengetahui apakah gizi balita baik atau buruk, pola

makan balita teratur atau tidak. Balita harus mendapat nutrisi

yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Pada anak gizi

kurang kemungkinan adanya pemasukan kadar protein dan kalori

yang kurang, anak dengan gizi kurang biasanya juga mengalami

anoreksia (Hidayat, 2012).

(b) Personal Hygiene

Kebersihan perorangan sangat penting supaya tidak terjadi

infeksi. Personal hygiene pada anak gizi kurang sangat penting

karena anak dengan gizi kurang sangat rentan terhadap infeksi.

(c) Eliminasi

Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan

BAK dalam sehari. Pengkajian ini penting dilakukan untuk

mengetahui adanya komplikasi infeksi diare.

(d) Istirahat/tidur

Dikaji untuk mengetahui apakah iu dapat istirahat atau tidur

sesuai kebutuhan. Berapa jam anak tidur dalam sehari dan

kesulitan selama ibu melakukan istirahat. Pada balita gizi kurang

cenderung mengantuk dan gelisa.

b) Data Obyektif
23

Data obyektif adalah data yang dapat di observasi dan dilihat oleh tenaga

kesehatan (Nursalam, 2008). Data obyektif melipiti:

1) Pemeriksaan fisik

(a) Keadaan umum : untuk mengerahui keadaan ibu berkaitan dengan

kondisi yang dialami anak.

(b) Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu,

composmentis (sadar penuh), apatis (sadar tapi kurang member

respon), somnolen (keadaan mengantuk), spoor (tidak sadar total).

Pada anak gizi kurang biasanya cenderung apatis.

(c) Nadi : menilai kecepatan irama, suara jantung jelas dan teratur.

Denyut janung normal 70-110 kali per menit (Varney, 2007). Pada

anak dengan gizi kurang nadi biasanya lemah.

(d) Suhu : temperature normal kulit 36,50C. untuk anak dengan gizi

kurang suhu biasanya normal namun jika disertai dengan infeksi

biasanya ada peningkatan.

(e) Pernafasan : menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1

menit. Respirasi normal 30-40 kali per menit (Varney, 2007).

Pada anak gizi kurang pernafasan cenderung cepat lebih dari 40

kali permenit.

(f) Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan anak. Anak dengan

gizi kurang tinggi badan mengalami keterlambatan.


24

(g) Berat badan : berat badan pada anak dengan gizi kurang biasanya

cenderung kurus atau mengalami keterlambatan.

2) Pemeriksaan sitematis

Pemeriksaan sistematis adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari

ujung rambut sampai kaki. Inspeksi merupakan proses observasi yang

dilakukan secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan

indra penglihatan, pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2008)

(a) Kepala

Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit kepala,

kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya. Pada anak dengan

gizi kurang keadaan biasanya dijumpai rambut jagung, kusam,

mudah patah, jika dicabut anak tidak merasakan.

(1) Muka

Untuk mengetahui keadaan muka, pucat atau tidak, ada

oedema/tidak dan cloasma gravidarum atau tidak. Pada anak

dengan gizi kurang biasanya pucat, keriput.

(2) Mata

Conjungtiva pucat atau tidak, seklera kuning atau tidak, mata

cekung atau tidak. Pada anak dengan gizi kurang bizsanya

tampak anemia.

(3) Hidung : kebersihan hidung, ada polip atau tidak.


25

(4) Telingga : bagaimana kebersihan telinga ada serumen atau

tidak.

(5) Mulut, gigi, gusi

Bersih atau kotor, ada stomatis atau tidak, ada caries gigi atau

tidak, ada karang gigi atau tidak, gusi berdarah atau tidak.

(b) Leher : mengetahui apakan ada pembesaran kelenjar tyroid dan

ada pembesaran kelenjar getah bening atau tidak.

(c) Dada : untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ekspansi dad

dan bunyi pernafasan dan adanya penumpukan cairan atau tidak.

Pada anak gizi kurang biadanya bentuk dada tampak kurus,

pegerakan nafas cepat dan dangkal.

(d) Axilla : untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe

pada ketiak dan adakah nyeri saat di tekan.

(e) Abdomen : untuk mengetahui adakah kelainan pada abdomen dari

bentuk, bising usus. Pada anak dengan gizi kurang biasanya

bentuk perut buncit, kram, diare, bising usus meningkat, ada

pembesaran hati kadang-kadang sampai ulu hati.

(f) Ekstremitas : untuk mengetahui reflex, terdapat oedema atau

tidak, adakah varices atau tidak. Pada anak gizi kurang bianya

terdapat.

3) Pemeriksaan antropemetri

Menurut varney (2008), pemeriksaan antropemetri meliputi :


26

Lingkar kepala : untuk mengetahui pertumbuhan otak.

Lingkar dada : untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan.

Panjang badan : untuk mengetahui tinggi badan.

2. Analisis

Analisis data (data dari hasil prngkajian) mencakup diagnosa masalah

dan kebutuhan pasien. Langkah ini berdasarkan rangkaian masalah atau

dignosa yang dibutuhkan antisipasi, pemecahan bila memungkinkan,

mengamati dan siap-siap bila terjadi hal-hal yang diantisipasi (Varney, 2007).

3. Plening dan Evaluasi

Pada langka ini direncanakan asuhan menyeluruh oleh langka-langka

sebelum atau sesudah diagnosa yang telah diidentifikasi atau antisipasi. Pada

langka ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney,

2007). Perencanaan asuhan pada anak dengan gizi kurang adalah :

a) Lakukan pengkajian kepada anak dengan melakukan pemeriksaan

antropometri. Evaluasi:

b) Jelaskan kepada keluarga (orang tua) bahwa penyakit anaknya akibat

kurang mendapatkan makanan yang mengandung cukup gizi, bukan asal

diberi makanan saja. Evaluasi:

c) Jelaskan susunan zat makanan yang diperlukan dan gunanya untuk

tumbuh kembang anak yang di harapkan. Evaluasi:

d) Ajarkan keluarga cara pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan gizi yang

seimbang dengan memberitahu bahan makanan, cara memilih dan


27

memasak, serta tunjukkan makanan pengganti protein hewani apabila

dirasakan mahal, gantikan dengan tempe, tahu, atau makanan yang di

buat dari kacang-kacangan. Evaluasi:

e) Anjurkan kepada keluarga untuk aktif membawa anaknya ke posyandu

agar pemantauan status gizi dan pemerian makanan tambahan dapat di

atasi. Evaluasi:

f) Anjurkan dan ajarkan kepada orang tua untuk memelihara kebersihan

mulut anak untuk mencegah stomatitis dang menghindarkan kehilangan

nafsu makan. Evaluasi:

g) Beritahu kepada orang tua anak untuk sering memberikan minum

terutama setelah makan/minum susu. Evaluasi:

h) Anjurkan kepada orang tua anak untuk tetap menjaga kebersihan kulit

anak untuk mencegah terjadinya gangguan integritas kulit, dengan

menggunakan air hangat dan apabila pakaian kotor atau basah segera

ganti dengan pakaian kering, serta keringkan area yang basah segera ganti

dengan pakaian keringkan area yang basah dengan memberikan bedak

(krim kulit). Evaluasi:

i) Anjurkan orang tua untuk segera melakukan penanganan atau segera

membawa berobat anaknya jika anaknya mengalami diare sehingga

keadaan gizi anak tidak bertambah buruk. Evaluasi:

j) Anjurkan orang tua untuk mengganti posisi tidur anak setiap 2-3 jam

dengan membersihkan daerah yang tertekan dengan air hangat dan


28

anjurkan ibu menggunakan alas matras yang lembut untuk anak.

Evaluasi:

k) Anjurkan orang tua anak untuk memberikan suplemen vitamin. Evaluasi:

D. Landasan Hukum

Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan

atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang dengan hukum (mal

praktek), landasan hukum yang digunakan di antaranya :

1. UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 pasal 15 yang berisi :

a) Bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa

pasien, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

b) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat

dilakukan :

(1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan

tersebut.

(2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan wewenang

untuk dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta

berdasarkan pertimbangan tim ahli.

(3) Dengan peraturan keluarga yang bersangkutan.

(4) Pada sarana kesehatan tertentu.

Berdasarkan kasus ini maka sebagai seorang bidan harus melakukan

tindakan dengan cara merujuk dan berkolaborasi dengan dokter untuk


29

melakukan suatu tindakan pemberian dosis obat yang dimasukadkan

untuk mengurangi penderitaan pasien.

2. Permenkes RI 1464/Menkes/Per/X/2010

Pasal 9 (b) tentang pelayanan kesehatan anak. Menurut pasal 11 ayat

(1) bidan mempunyai wewenang dalam memberikan asuhan pada bayi baru

lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Dalam pasal 11 ayat (2) bidan

dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berwewenang untuk :

a) Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K1,

perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan

tali pusat.

b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.

c) Penanganan kegawat daruratan dilanjutkan dengan perujukan.

d) Pemberian iminisasi rutin sesuai program pemerintah.

e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.

f) Pemberian konseling dan penyuluhan.

g) Pemberian surat keterangan kelahiran.

h) Pemberian surat keterangan kematian.


30

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoadmodjo, 2008).

INPUT PROSES OUTPUT


Balita dengan Asuhan Kebidanan Hasil asuhan
Masalah Gizi dengan Metode SOAP: kebidanan yang
Kurang : diharapkan :
S : Informasi yang
1. BB tidak sesuai didapatkan dari 1. Anak menunjukan
dengan umur. perkataan pasien perbaikan gizi yang
2. Edema. langsung. adekuat dengan
3. Kulit mengkerut. ditandai adanya
4. Luka pada kulit. O : Data atau peningkatan berat
5. Mengalami informasi yang badan dan nafsu
komplikasi didapat dari hasil makan.
seperti diare, pemeriksaan pada 2. Anak tidak
ispa, dan infeksi pasien. menunjukan adanya
lainnya. tanda-tanda infeksi.
6. Nafsu makan A : Analisa atau 3. Keluarga mampu
kurang baik. diagnosa yng merawat anak
didapat berdasarkan dengan masalah gizi
data subjektif dan kurang.
data objektif pasien.

P : Tindakan yang
dilakukan
berdasarkan
diagnosa yang
didapat, bisa asuhan
secara mandiri atau
asuhan kolaborasi.

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Asuhan Kebidanan pada Balita


Gizi Kurang
30
31

B. Data Perkembangan Kondisi Balita Gizi Kurang

Metode pendokumentasian yang digunakan dalam suhan kebidanan

menurut Varney (2007), pada balita gizi kurang adalah SOAP :

S : Subjektif

Mengambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data pasien melalui

anamnesis sebagai langkah I Varney.

Data subjektif pada kasus balita gizi kurang didapatkan dari wawancara pada

ibu pasien tentang keluhan yang dirasakan oleh anaknya.

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil

laboratorium, dan uji dignostik lainyang dirumuskan dalam data focus untuk

mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

Data kasus yang dikaji pada kasus balita sakit gizi kurang meliputi

pemeriksaan umum pasien, vital sign (tekanan darah, nadi, suhu, dan

respirasi), berat badab, tinggi badan, dan data penunjang yang dapat berupa

pemeriksaan laboratorium Hb, serum protein (albumin dan globulin),

hormon pertumbuhan dan radiologi (jika diperlukan).

A : Assessment (Pengkajian)

Mengambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpetasi data

subjektif dan objektif pada anak penderita gizi kurang dalan satu identifikasi

dan masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai langkah II Varvey.


32

P : Penatalaksanaan

Menggambarkan penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipasi, tindakan

segera, tindakan secara komprehesif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi dan rujukan, sebagai langkah III, IV, V, VI dan VII Varney

(KepMenKes RI No:938/MenKes/SKVII/2007).
33

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini merupakan laporan studi kasus dengan

metode observasi deskriktif yaitu metode untuk mendeskripsikan atau

menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat

(Notoadmodjo, 2010). Studi kaus ini dilakukan pada balita penderita gizi kurang

di Puskesmas Masmambang Kabupaten Seluma.

B. Kerangka Kerja

Balita dengan Penyakit Gizi Kurang

Dilakukan pengkajian dan analisa data

Memberikan Tindakan

Evaluasi

Laporan Penelitian

Bagan 4.1 Kerangka Kerja

33
34

1. Kriteria Sampel

Sampel adalah suatu hal atau seseorang yag akan diteliti atau dilakukan

asuhan kebidanan. Pengambilan sampel dalam kasus ini akan di lakukan di

Puskesmas Masmambang di Kabupaten Seluma.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah renang waktu yang digunakan untuk

pelaksanaan laporan kasus (Notoatmodjo, 2010). Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2017.

3. Rencana Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah semua bentuk penerimaan data yang

dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitung, merangkum, dan

mencatatnya (Arikunto, 2010).

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :

a) Data Primer

Data primer adalah data yang diperole atau dikumpulkan langsung

dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

yang melakukannya (Notoatmodjo, 2010). Data primer melipiti :

1) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik paseien

secara sistematis dengan cara :

(a) Inspeksi : merupakan proses observasi yang dilakukan dengan

menggunakan indra penglihatan, pendengaran dan penciuman.


35

Inspeksi ini dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai

kaki (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus balita gizi kurang inspeksi

yang diperoleh badan kurus dan conjungtiva pucat.

(b) Palpasi : teknik pemeriksaan menggunakan indra peraba. Tangan

dari jari-jari adalah instrument yang sensitive. Pada kasus balita

gizi kurang palpasi diperoleh : kulit normal dan perut tidak

cekung.

(c) Perkusi : teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukkan jari ke

bagian ubuh pasien yang akan dikaji untuk membandingkan

bagian kiri dan kanan, perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi

lokasi, ukuran, bentuk, dan konsisten jaringan. Pada kasus balita

gizi kurang perkusi : perit tidak kembung.

(d) Auskultasi : pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk

mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh. Pada kasus

balita gizi kurang denyut jantung mengalami penurunan yaitu

34kali/menit.

2) Wawancara

Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mengunpulkan

data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara

lisan dari seorang sasaran penelitian (respon) atau bercakap-cakakp

berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo,

2010). wawancara dilakukan pada orang tua balita gizi kurang dengan
36

menggunakan pedoman manajemen asuhan kebidanan menurut tujuh

langka Varney.

3) Observasi

Observasi adalah suatu tekhnik pengumpulan data yang

berencana, antara lain meliputi : melihat, memcatat jumlah dan taraf

aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus balita gizi kurang yang

diobservasi adalah : kedaan umum, kesadaran, tand-tanda vital, berat

badan, kulit, wajah, LILA, abdomen.

b) Data Skuder

Data skunder adalah data yang diperoleh selaindari pemeriksaan fisik

atau terapi, melainkan dari keterangan keluarga sama lingkungannya.

Mempelajari status dokumentasi pasien, catatan dalam keadaan dan studi

(Notoatmodjo, 2011).

1) Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat

penting dan menjulur latar belakang teoris studi penelitian

(Notoatmodjo, 2011). Pada kasus ini penulis mengambil studu

pustaka dari buku, jurnal, dan sumber terbaru yang berhubungan

dengan gizi kurang yaitu tahun 2007-2013.


37

2) Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2011). Dalam studi

kasus ini penulis memperoleh dari buku catatan medik di Puskesmas

Masmambang Kabupaten seluma.


38

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Putaka
Utama.

Arikunto, S. 2010. Proses Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta : EGC.

Cakrawati, Dewi. 2012. Bahan Pangan Gzi dan Kesehatan. Bandung : Alfabeta.

Depkes RI. 2009. Laporan Pendahuluan : Survey Demografi dan Kesehatan


Indonesia tahun 2009. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kependudukan.

Irianto, Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Anak (Pediatri). Alfabeta. Bandung.

Kemenkes. 2012. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. jakarta.


kemenkes RI.

Marmi, 2012. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Matondang. 2009. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta : CV Sagung Seto.

Nasar. S. 2014. Penuntun Diet Anak. Jakarta. Fakultas Kedokteran Indonesia.

Ngastiyah, 2007. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta

Notoatmodjo, S. 2011. Ilmu dan seni kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka.

Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Jakarta : Selemba Medika.

Sodikin. 2013. Prinsip Perawatan Demam pada Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Supariasa. Dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Waryana, 2010. Gizi Reproduksi.yogyakarta : Pustaka.

Varney, H. 2007 buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai