Disusun Oleh :
LISTA GUSPANI
NIM. P05120214014
i
HALAMAN PERSETUJUAN
LISTA GUSPANI
NIM. P05120214014
Laporan Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk
Dipresentasikan Dihadapan Penguji Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Bengkulu
Jurusan Keperawatan Bengkulu
Oleh
Dosen Pembimbing Studi Kasus
Pembimbing,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LISTA GUSPANI
NIM. P05120214014
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal 12 April 2017
Tim Penguji
Ketua Dewan Penguji (Penguji I) Penguji II
Penguji III
iii
Motto dan Persembahan
MOTTO
“Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban jika itu hanya dipikirkan,
sebuah cita-cita juga adalah beban jika itu hanya angan-angan”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabilalamin, segala puji bagi ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan nikmat yang tak terbatas untuk ku
KTI ini ku persembahkan untuk ibuku Meiliska Widiani dan bapak ku
Pistalozi yang telah memberikan dukungan spiritual, moril, maupun
materi. Terimakasih ibu yang selalu memberikan semangat untukku
dan tak hentinya mendoakanku. Terimakasih kepada ayah yang selalu
memberi motivasi dan menjadi inspirasiku.
Terimakasih untuk adekku Jandipa Loparis yang telah rela
meminjamkan notebook untuk proses pendokumentasian selama
laptopku error.
Untuk pembimbing KTI ku Mam Asmawati dan Mam Gusnilawati terima
kasih atas ilmu yang tak ternilai diberikan kepadaku dan tidak pernah
bosan membimbing ku.
Terimakasih dosen-dosenku di jurusan keperawatan yang tidak pernah
bosan untuk membimbing dan memberikan semangat kepada kami ENC
09
Selamat untuk Amd.Kep kita ria masela, riska syahputri, elza suryani,
ade irma suryani, miratika dan willy herdiyana.
Terimakasih juga untuk teman-temanku ENC 09 yang telah banyak
mewarnai hari-hariku, yang saling memotivasi dan member semangat
diantara tugas dan dinas yang bertubi-tubi.
Untuk jurusan ku KEPERWATAN BENGKULU terima kasih telah
memberikan banyak sekali ilmu dan pengalaman yang luar biasa
Dan untuk almamaterku POLTEKKES KEMENKES BENGKULU.....
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat
sehat, ilmu dan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Infeksi
Saluran Kemih (ISK) du Ruang Anggrek RS Bhayangkara Tk.III Bengkulu Tahun
2017”.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dari berbagai pihak tentunya karya tulis ilmiah ini tidak dapat diselesaikan.
Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa informasi atau data maupun
dalam bentuklainnya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Bapak Darwis, S.Kp,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal, S.Kp, MPH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
3. Ibu Ns. Gusnilawati, S. Kep, M.Epid dan Ibu Asmawati,S.Kp,M.Kep
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran
kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Mardiani, S. Kep, MM selaku ketua prodi D3 Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
5. Dosen dan staf Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
6. Kedua Orang tuaku yang selalu kubanggakan, serta saudaraku yang
senantiasa memberikan motivasi, dukungan moral dan doa untuk
keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian
karya tulis ilmiah ini.
Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang telah diberikan akan
menjadi amal baik oleh allah SWT.
v
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun
penyusun dan metodologi, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal
lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah yang penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi
penulis sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu lainnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR BAGAN....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................4
C. Batasan Masalah....................................................................5
D. Manfaat Penulisan ................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................7
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan ............................... 7
B. Konsep Dasar ISK .................................................................... 14
1. Definisi ............................................................................... 14
2. Etiologi ............................................................................... 15
3. Klasifikasi ........................................................................... 16
4. Patofisiologi ........................................................................ 17
5. WOC ................................................................................... 19
6. Manifestasi Klinis ............................................................... 18
7. Komplikasi.......................................................................... 20
8. Pemeriksaan Diagnostik ..................................................... 20
9. Penatalaksanaan .................................................................. 21
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian .......................................................................... 21
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................... 24
3. Perencanaan Keperawatan .................................................. 25
4. Implementasi Keperawatan ................................................ 32
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................ 32
BAB III LAPORAN KASUS .....................................................................33
A. Pengkajian Keperawatan ........................................................33
B. Diagnosa Keperawatan ...........................................................48
C. Perencanaan ...........................................................................49
D. Implementasi dan Evaluasi ....................................................54
E. Evaluasi .................................................................................59
BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................62
vii
A. Pengkajian .............................................................................62
B. Diagnosa Keperawatan ..........................................................64
C. Perencanaan Keperawatan .....................................................66
D. Implementasi .........................................................................68
E. Evaluasi .................................................................................70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................73
B. Saran .......................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kidney Disease (NIDDK), Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah penyakit infeksi
yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan
sebanyak 8,1 juta kasus dilaporkan per tahun. Di Amerika Serikat diperkirakan
delapan juta episode ISK terjadi setiap tahun dengan satu dari tiga wanita yang
ISK adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung kemih yang umumnya
ISK sangat sering ditemukan menyerang wanita dan biasanya pada wanita
muda yang aktif secara seksual. Sekitar 1-2 % dari pasien yang berobat ke dokter
umum di diagnosis ISK. Wanita lebih beresiko terkena ISK karena uretra yang
1
22
pendek dan secara anatomi dekat dengan vagina, kelenjar periuretral dan rectum,
sedangkan ISK pada pria jarang terjadi karena panjang uretra dan jauhnya jarak
uretra dari rektum pada pria, dan adanya bakteri di dalam cairan prostatic,
melindungi pria dari ISK. Namun ketika ISK terjadi pada pria, hal ini dapat
Kesehatan RI, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus per
100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun
(Kemenkes RI, 2014). Keadaan ini tidak terlepas dari tingkat dan taraf
kesehatan masyarakat Indonesia yang masih jauh dari standar yang berdampak
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, pada tahun 2013 terdapat
Kemih (ISK), dan pada tahun 2014 terdapat 210 penderita ISK. Di tahun 2015
angka kejadian ISK meningkat dengan jumlah penderita ISK 231 pasien. (Dinas
tahun 2013, 150 pasien pada tahun 2014, 203 pasien pada tahun 2015, dan 340
pasien yang didiagnosa Infeksi Saluran Kemih pada tahun 2016. Hal ini
33
menunjukkan angka kejadian ISK yang tinggin dan terus mengalami peningkatan
Manifestasi klinis yang umumnya ditemukan pada ISK adalah nyeri saat
buang air kecil (disuria), frekuensi berkemih meningkat dan keinginan untuk
segera buang air kecil (urgensi), nyeri suprapubik, nyeri pinggang, demam,
hematuria dan urin berbau menyengat, serta anoreksia (Davey, 2014). Masalah
keperawatan yang seringkali ditemukan pada pasien dengan ISK ialah nyeri
kecemasan.
ditemukan, hal ini menunjukkan bahwa ISK memerlukan manajemen terapi yang
tepat sehingga mampu mengatasi tanda dan gejala yang ditemukan, sehingga
abses perinefrik, dan gagal ginjal akut ataupun gagal ginjal kronik. Disinilah
tanda dan gejala yang ditemukan, dan memberikan pengetahuan tentang hal-
hal yang dapat menyebabkan Infeksi Saluran Kemih, sehingga dapat mencegah
penderita mengalami infeksi saluran kemih yang berulang, perawatan yang lama
Kemih masih dalam angka yang cukup tinggi dan memerlukan perhatian melalui
keperawatan yang tepat. Perawat tertarik dan berminat untuk melakukan studi
kasus yang berjudul “Asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi Saluran
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
secara tepat pada pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) di ruang
pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) di ruang rawat inap Anggrek
dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) di ruang rawat inap Anggrek RS.
C. Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian makalah ini terbatas pada asuhan keperawatan pada
dokumentasi keperawatan.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Kemih.
2. Bagi Keluarga
66
4. Bagi Akademik
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan terdiri atas dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria, dan
memproduksi zat-zat sisa, seperti urea, kreatinin, dan amonia, yang harus
dibuang dari darah sebelum zat-zat tersebut berakumulasi dan mencapai kadar
7
88
ginjal juga mempunyai beberapa fungsi penting lain yaitu pengaturan volume
seperti ion H+ atau ion HCO3-., pengaturan semua hal tersebut terjadi dalam
1. Ginjal
Kedua ginjal terletak di kavitas abdominis bagian atas, kanan dan kiri
rangka iga. Ginjal tertanam pada jaringan lemak yang berfungsi sebagai
bantalan dan diselimuti oleh membaran jaringan ikat fibrosa yang disebut
Pada hilus, arteri renalis memasuki ginjal, sedangkan vena renalis dan
ureter keluar. Arteri renalis adalah salah satu cabang aorta abdominalis,
vena renalis mengirim darah ke vena kava inferior. Ureter membawa urin
a. Nefron
Nefron adalah unit struktural dan fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri
1) Korpuskulum Renalis
kapiler yang dibentuk dari sebuah arteriol aferen dan sebuah arteriol
di dalam glomerulus.
pori dan sangat permeabel, sedangkan lapisan luar tidak berpori dan
2) Tubulus Renalis
Sanders, 2007).
vena renalis, dan akhirnya masuk ke vena kava inferior (Scanlon &
Sanders, 2007).
2. Pembentukan Urin
a. Filtrasi Glomerulus
Filtrasi adalah proses tekanan darah mendorong plasma sehingga zat- zat
Sel-sel darah dan protein berukuran besar terlalu besar untuk dikeluarkan
dari glomeruli, sehingga tetap berada didalam darah. Zat- zat sisa larut
dalam plasma darah, sehingga dapat lolos masuk ke filtrat ginjal. Zat-zat
yang berguna, seperti nutrien dan mineral, juga larut dalam plasma dan
jumlah filtrat ginjal yang terbentuk oleh ginjal dalam satu menit, rata-
rata 100 sampai 125 ml per menit. Jika aliran darah meningkat, GFR
akan meningkat dan akan lebih banyak filtrat dibentuk. Jika aliran
darah turun (seperti yang terjadi setelah perdarahan hebat), GFR akan
b. Reabsorpsi Tubulus
liter filtrat, dan haluaran urin normal selama waktu itu adalah satu
sampai dua liter. Karena itu tampak bahwa sebagian besar filtrat ginjal
121
2
c. Sekresi Tubular
dalam filtrat di tubulus renalis. Zat-zat sisa, seperti amonia dan sejumlah
3. Pembuangan Urin
a. Ureter
urine. Urine keluar dari tubulus dan masuk ke duktus pengumpul yang
b. Vesika Urinaria
berdistensi yang disusun atas jaringan otot sebagai wadah urine dan
300 ml. Saat keadaan penuh, kandung kemih akan membesar dan
c. Uretra
urine keluar dari tubuh melewati meatus uretra. Pada wanita, panjang
uretra sekitar 4 - 6,5 cm. Sedangkan pada pria berfungsi sebagai saluran
4. Kerja Perkemihan
2009).
1. Definisi
kandung kemih yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian
dengan istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih
2016).
dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
bagian atas (pielonefritis) atau bagian bawah (sistitis), atau keduanya (Pierce
Sebagian besar Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur
dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah
yang disebabkan oleh Escherichia coli, suatu organisme yang sering ditemukan
2. Etiologi
Menurut Pierce & Neil (2007), faktor – faktor yang dapat meningkatkan
d. Imunosupresi
e. Diabetes mellitus
g. Kehamilan
3. Klasifikasi
menjadi :
1) Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu
sistitis dan sindrom uretra akut. Sistitis adalah presentasi klinis infeksi
4. Patofisiologi
Pada individu normal, biasanya pria maupun wanita urin selalu steril
akibat lanjut dari bakteriema. (Sudoyo, 2006). Pada wanita, jalur yang biasa
terjadi adalah mula-mula kuman dari anal berkoloni di vulva, kemudian masuk
181
8
ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara spontan atau mekanik
akibat hubungan seksual. Pada pria, setelah prostat terkoloni maka akan terjadi
infeksi asenden. Mungkin juga terjadi akibat pemasangan alat, seperti kateter,
gejala iritasi kandung kemih. Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak
menyenangkan atau keruh, dan mungkin hematuria. Bila mengenai saluran kemih
atas, mungkin terdapat gejala-gejala pielonefritis akut seperti demam, mual, dan
nyeri pada ginjal. Namun pasien dengan infeksi ginjal, mungkin hanya
2016).
6. Manifestasi Klinis
1) Disuria
3) Nyeri suprapubik
4) Hematuria
(prostatitis)
191
9
5. WOC
202
0
1) Demam, menggigil
2) Nyeri pinggang
3) Malaise
4) Anoreksia
7. Komplikasi
kronik.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Analisis urin rutin pemeriksaan mikroskopik urin segar, kultur urin serta
Namun pemeriksaan ini tidak boleh rutin dan harus berdasarkan indikasi
klinis kuat seperti USG, radiografi (fotopolos perut, pielografi IV, sistogram
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
alkalinisasi urin:
200 mg
(Sudoyo, 2006).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Hurts (2015), perawatan pada klien dengan ISK dapat berupa :
kandung kemih)
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Potter & Perry,
2009).
Pengkajian data dasar pada pasien dengan Infeksi Saluran Kemih menurut
meliputi:
232
3
lama, inkontinensia.
disuria, bau urine yang menyengat, nyeri suprapubik atau nyeri pinggang,
d. Pemeriksaan diagnostik :
1) Aktivitas / Istirahat
2) Sirkulasi
3) Eliminasi
Gejala : Perasaan sangat sakit pada waktu kencing, sering kencing dan
4) Makanan / cairan
5) Neurosensori :
6) Nyeri / Kenyamanan
7) Keamanan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual, atau potensial)
(Carpenito, 2006).
penyakit.
3. Perencanaan
kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah (Potter & Perry, 2009).
26
27
otot antispasmodik untuk meredakan 13. Menghindari adanya reaksi alergi yang
3. Durasi episode nyeri iritabilitas dan nyeri pada kandung kemih tdiak diinginkan
4. Merintih dan menangis 11. Kolaborasi pemberian analgetik untuk 14. Mengetahui perubahan status kesehatan
5. Gelisah mengurangi nyeri setelah pemberian obat
15. Membantu dalam menentukan
Pemberian Analgetik efektifnya intervensi yang diberikan.
12. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, 16. Menghindari kesalahan dalam
dosis dan frekuensi pemberian obat
13. Cek riwayat alergi 17. Memastikan tidak terjadi kesalahan
14. Monitor vital sign sebelum dan sesudah dalam pemberian obat
pemberian analgetik pertama kali 18. Memenuhi kebutuhan dengan
15. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan mendukung partisipasi dan kemandirian
gejala (efek samping) pasien
Manajemen Medikasi
16. Ikuti prinsip lima benar obat
17. Verifikasi obat atau resep sebelum
memberikan obat
18. Bantu pasien dalam minum obat
2 Hipertermi Indikator Termoregulasi : Regulasi Suhu
berhubungan 1 : Gangguan Ekstrem 1. Monitor warna kulit dan suhu tubuh 1. Mengetahui perubahan status kesehatan
dengan reaksi 2 : Berat 2. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi 2. Mengganti cairan yang hilang berlebih
inflamasi dari 3 : Sedang Pemantauan Tanda Vital 3. Mengetahui adanya perubahan
kolonisasi 4 : Ringan 3. Monitor TD, nadi, suhu dan RR kesehatan pasien
bakteri 5 : Tidak ada gangguan
4. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 4. Mengetahui adanya peningkatan
Dengan nilai yang 5. Monitor suhu, warna dan kelembaban tekanan darah
diharapkan 4-5 kulit 5. Turgor kulit yang buruk dapat
Terapi Demam menunjukkan adanya dehidrasi pada
Dengan Kriteria : 6. Monitor suhu sesering mungkin pasien
1. Peningkatan suhu kulit 7. Monitor penurunan tingkat kesadaran
6. Mengetahui tingkat peningkatan suhu
2. Hipertermia 8. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
tubuh
3. Berkeringat saat panas 9. Tingkatkan sirkulasi udara
28
4. Denyut nadi radialis 10. Kolaborasi pemberian cairan intravena 7. Mengetahui adanya penurunan
5. Frekuensi pernafasan 11. Kolaborasi pemberiaan antipiretik kesadaran
8. Mengurangi peningkatan suhu tubuh
9. Melancarkan sirkulasi udara untuk
pengeluaran panas
10. Pemberian antipiretik untuk
menurunkan suhu tubuh
11. Pemberian cairan intravena untuk
mengganti cairan yang hilang berlebih.
bangan nutrisi 1 : Tidak adekuat 1. BB pasien dalam batas normal 1. Menunjukkan keseimbangan nutrisi
kurang dari 2 : Sedikit adekuat 2. Monitor adanya penurunan berat badan 2. Penurunan berat badan menunjukkan
kebutuhan tubuh 3 : Cukup adekuat 3. Monitor lingkungan selama makan kebutuhan nutrisi yang tidak adekuat
berhubungan 4 : Adekuat
4. Monitor kulit kering dan perubahan 3. Lingkungan yang nyaman
dengan intake 5 : Sangat adekuat
yang tidak Dengan nilai yang pigmentasi meningkatkan nafsu makan
adekuat, diharapkan 4-5 5. Monitor turgor kulit 4. Kulit kering menunjukkan kurangnya
anoreksia, mual Dengan Kriteria : 6. Monitor mual dan muntah cairan dalam tubuh
muntah. 1. Makanan oral, 7. Monitor makanan kesukaan 5. Menentukan intervensi lebih lanjut
pemberian makanan 8. Monitor kalori dan intake nutrisi 6. Mual muntah menurunkan pemasukan
lewat selang atau nutrisi dan memerlukan intervensi
parenteral total Manajemen Nutrisi 7. Meningkatkan pemasukan oral
2. Asupan cairan oral atau 9. Kaji adanya alergi makanan 8. Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
IV 10. Yakinkan diet yang dimakan mengandung 9. Mengetahui intake masukan pasien dan
tinggi serat untuk mencegah konstipasi menentukan intervensi yang sesuai.
11. Monitor jumlah intake dan output nutrisi 10. Membantu melancarkan proses defekasi
12. Berikan informasi tentang kebutuhan 11. Mempertahankan keseimbangan nutrisi
nutrisi 12. Pengetahuan yang cukup dapat
13. Berikan makanan yang terpilih (sudah meningkatkan motivasi pasien
dikonsultasikan dengan ahli gizi) 13. Nutrisi yang adekuat dapat
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan status kesehatan
menentukan jumlah kalori dan nutrisi 14. Meningkatkan keseimbangan nutrisi
yang dibutuhkan pasien. yang adekuat
lisan
4. Implementasi
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan aktivitas mandiri
yang
(Kozier, 2010).
5. Evaluasi
KASUS
Saluran Kemih (ISK) yang dilakukan pada tanggal 13-15 Maret 2017 di Ruang
pasien, observasi, pemeriksaan fisik, catatan medis dan catatan perawat. Ny.A di
A. Pengkajian
1. Identitas
sebagai ibu rumah tangga , alamat Jl. Kuala Lempuing RT.11, no Medical
di Jl. Kuala Lempuing RT.11 dan hubungan dengan pasien adalah suami.
33
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
2017 pukul 03.30 WIB dengan keluhan nyeri hebat pada pinggang
sebelah kiri atas, disertai nyeri saat buang air kecil dan BAK terasa
buang air kecil terasa panas seperti terbakar, dan rasa tidak puas saat BAK
karena urin yang keluar sedikit-sedikit dengan frekuensi > 10 kali sehari
dengan warna urin kuning keruh. Pasien sudah berusaha dengan berobat
muncul lagi. 3 hari yang lalu pasien mengalami demam, menggigil, mual,
tidak nafsu makan dan warna urin menjadi pekat seperti air teh.
mengatakan nyeri pinggang kiri atas dengan skala nyeri saat ini 5/10,
nyeri dirasakan hilang timbul, muncul saat bergerak atau tertekan, lama
nyeri ± 2 menit. Nyeri dan terasa panas saat BAK, urin keluar sedikit-
sedikit, frekuensi BAK > 10 kali sehari, mual dan kurang nafsu makan.
Dan kepala terasa pusing karena kurang tidur, sering terbangun untuk
34
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
55 52
31 26 21
: Meninggal : Pasien
: Garis Keturunan
e. Riwayat Keluarga
mengalami penyakit yang sama seperti pasien dan tidak ada riwayat
35
f. Riwayat Psikososial dan Spiritual
berdoa agar pasien segera sembuh sehingga dapat pulang dan tidak
mencemaskan keluarganya.
g. Pola Kebiasaan
1) Pola nutrisi
makan baik, porsi sekali makan 1 piring, tidak ada diet khusus yang
gelas sehari dan memiliki kebiasaan minum teh atau kopi pada pagi
hari.
nafsu makan tidak baik karena mual, porsi sekali makan 1/2 piring,
36
terpasang alat bantu makan seperti selang NGT. Pasien minum
secara oral ± 900 ml/24 jam dan cairan Infus RL 20 tetes per menit
(1440ml/hari).
2) Pola eliminasi
konsistensi feses lunak dan berwarna kuning tidak ada keluhan saat
BAB. BAK dengan frekuensi yang sulit dihitung ±10 kali per hari
kerena urin keluar sedikit-sedikit dan rasa terdesak ingin BAK, urin
2x/hari saat pagi dan sore, dan cuci rambut 1x/ 2 hari.
dan sikat gigi 1x/hari saat pagi, dan tidak cuci rambut.
37
4) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan tidur siang 1-2 jam
sehari dan tidur malam 6-8 jam sehari. Tidak ada kebiasaan khusus
Saat dirumah sakit pasien mengatakan tidak tidur siang dan tidur
BAK.
alkohol.
38
3. Pengkajian Fisik
(GCS : 15), tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 86x /menit, frekuensi
nafas 22x/menit, suhu tubuh 36,5 °C, tinggi badan pasien 154 cm, berat
badan 66kg.
b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak terdapat
anemis, sklera an ikterik, kornea jernih, pupil isokor, pasien dapat melihat
c. Sistem pendengaran
Daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran cairan
dimengerti.
d. Sistem pernafasan
teratur, jenis pernafasan dada, suara nafas vesikuler, tidak ada batuk,
39
e. Sistem kardiovaskuler
Frekuensi nadi 86x/ menit, irama nadi cepat dan kuat, konjungtiva an
anemis, tekanan darah 130/70 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis,
capilary refill time (CRT) < 2 detik, bunyi jantung BJ I dan BJ II tidak
f. Sistem hematologi
g. Sistem persarafan
keluhan sakit kepala (pusing) karena kurang tidur, tidak ada gangguan
sistem persayarafan.
h. Sistem pencernaan
Keadaan mulut dan gigi bersih, tidak ada penggunaan gigi palsu,
tidak ada stomatitis, lidah bersih, pasien mengeluh mual, tidak ada
tidak teraba.
i. Sistem endokrin
j. Sistem perkemihan
Terdapat keluhan nyeri saat buang air kecil, frekuensi BAK > 10x/
hari, urin keluar sedikit-sedikit, warna urin kuning keruh, nyeri tekan
40
kandung kemih, kandung kemih teraba tegang/kencang, terdapat nyeri
k. Sistem integumen
mata, infus terpasang ditangan kiri dengan kondisi baik, tidak ada edema,
l. Sistem musculoskeletal
maupun sendi, tidak teraba adanya edema pada ektremitas, tidak ada nyeri
tekan pada ektremitas, pasien berbaring ditempat tidur dan masih mampu
555 555
555 555
4. Data Penunjang
41
- Reduksi / glukosa Negatif (-) Negatif (-)
- Protein Negatif (-) Negatif (-)
- Bilirubin Negatif (-) Negatif (-)
Mikroskopik
- Eritrosit 10 - 15 < 3 LPB
- Leukosit 2-5 < 3 LPB
- Epitel 5 - 10 < 3 LPB
- Silinder Negatif (-) Negatif (-)
- Kristal Negatif (-) Negatif (-)
- Bakteri Positif (+) Negatif (-)
- Vesikolitiasis
USG Abdomen
- Nefrolitiasis Sinistra
42
5. Penatalaksanaan / Terapi pengobatan
- Terapi dilanjutkan.
43
6. Analisa Data
44
2 13/03/17 DS : Distensi Gangguan
- Pasien mengatakan terdapat kandung Eliminasi
keinginan berkemih hampir terus kemih Urin :
menerus, BAK > 10 x perhari Retensi
- Pasien mengatakan rasa tidak Urin
puas saat BAK, urin yang keluar
sedikit-sedikit
- Pasien mengatakan saat BAK
terasa panas seperti terbakar
DO :
- Kandung kemih teraba
tegang/kencang
- Terdapat nyeri tekan kandung
kemih
- Warna urin kuning keruh
- Hasil pemeriksaan urin terdapat
bakteri (+), leukosit 2-5 LBP,
eritrosit 10-15 LBP dan epitel 5-
10 LBP
3 13/03/17 DS :
- Pasien mengatakan sering Frekuensi Gangguan
terbangun saat tidur karena BAK Pola Tidur
keinginan untuk BAK dan meningkat
memikirkan penyakit yang
dideritanya
- Pasien mengatakan hanya tidur
±3 jam dan tidak nyenyak
- Pasien mengatakan kepala terasa
pusing dan berat
45
DO :
- Wajah tampak lesu
- Tampak hitam di bawah mata
- Pasien tampak gelisah
4 13/03/17 DS :
- Pasien mengatakan merasa mual Tekanan Nausea
dan tidak nafsu makan sejak 3 vesika
hari yang lalu urinaria
DO :
- Kandung kemih teraba kencang
(distensi)
- Tampak porsi makan pasien
hanya habis 1/2 porsi
5 13/03/17 DS :
- Pasien dan keluarga mengatakan Kurang Ansietas
cemas karena penyakit yang pengetahu
diderita pasien an tentang
- Pasien mengatakan takut akan penyakit
operasi seperti tahun lalu
- Pasien mengatakan kepala pusing
dan terasa berat
DO :
- Keluarga dan pasien tampak
sering bertanya tentang penyakit
pasien
- Pasien tampak selalu didampingi
anaknya
- Pasien tampak gelisah dan susah
tidur
46
6 DS : Bakteri Risiko
- Pasien mengatakan nyeri seperti dalam Infeksi
terbakar saat buang air kecil saluran
- Pasien mengatakan nyeri kemih
pinggang kiri atas terasa menusuk
- Pasien mengatakan pernah
mengalami demam di rumah
sebelum masuk rumah sakit
DO :
- Nyeri tekan pada kandung kemih
(suprapubik) dan kandung kemih
teraba tegang/kencang
- Nyeri ketuk CVA sinistra
(pinggang kiri atas)
- Hasil pemeriksaan urin
mikroskopis terdapat bakteri (+),
leukosit 2-5 LBP (leukosituria),
eritrosit 10-15 LBP (hematuria),
dan epitel 5-10 LBP
- Hasil pemeriksaan hematologi :
Hb 13,6. hematokrit 40%,
leukosit 9.600 sel / mm3 ,dan
trombosit 202.000 sel / mm3
47
B. Diagnosa Keperawatan
48
C. Perencanaan
49
5 : Tidak ada jeruk, makanan pedas, alkohol) 11. Antibiotik berfungsi untuk mengatasi
Dengan indikator yang 9. Berikan informasi tentang nyeri seperti bakteri yang dapat menyebabkan reaksi
diharapkan 4-5 penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan inflamasi
Dengan Kriteria : berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan 12. Sebagai acuan dalam pemberian obat
1. Ekspresi nyeri pada dari prosedur. yang tepat
wajah 10. Kolaborasi pemberian obat-obatan 13. Menghindari adanya reaksi alergi yang
2. Gelisah atau ketegangan antispasmodik untuk meredakan tdiak diinginkan
otot iritabilitas dan nyeri pada kandung kemih 14. Mengetahui perubahan status kesehatan
3. Durasi episode nyeri 11. Kolaborasi pemberian analgetik untuk setelah pemberian obat
4. Merintih dan menangis mengurangi nyeri 15. Membantu dalam menentukan
5. Gelisah efektifnya intervensi yang diberikan.
Pemberian Analgetik 16. Menghindari kesalahan dalam
12. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, pemberian obat
dosis dan frekuensi 17. Memastikan tidak terjadi kesalahan
13. Cek riwayat alergi dalam pemberian obat
14. Monitor vital sign sebelum dan sesudah 18. Memenuhi kebutuhan dengan
pemberian analgetik pertama kali mendukung partisipasi dan kemandirian
15. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan pasien
gejala (efek samping)
Manajemen Medikasi
16. Ikuti prinsip lima benar obat
17. Verifikasi obat atau resep sebelum
memberikan obat
18. Bantu pasien dalam minum obat
50
diharapkan 4-5 cairan (2-4 liter / hari ) utnuk merilekskan springter urinarius
4. Observasi adanya urine seperti berawan 3. Membantu mempertahankan fungsi ginjal
Dengan Kriteria : atau berdarah, bau yang tidak enak. mencegah infeksi dan pembentukan bau
1. Kandung kemih kosong 5. Monitor tanda dan gejala Infeksi Saluran 4. Tanda – tanda infeksi saluran perkemihan
secara penuh Kemih (hematuria, perubahan bau dan atau ginjal dapat menyebabkan sepsis.
2. Tidak ada residu urine > konsistensi urin) 5. Megidentifikasi tanda dan gejala infeksi
100-200 cc 6. Anjurkan pasien membersihkan daerah untuk menentukan intervensi
3. Intake cairan dalam perineum dari depan ke belakang dan jaga 6. Menurunkan resiko terjadinya iritasi kulit
rentang normal agar tetap kering atau kerusakan kulit atau infeksi keatas
4. Bebas dari Infeksi 7. Kolaborasi pemberian cairan intravena menuju ginjal.
Saluran Kemih 7. Membantu mempertahankan fungsi ginjal
5. Balance cairan seimbang mencegah infeksi dan pembentukan bau
51
pasien untuk meningkatkan tekhnik tidur. 10.Agar Keluarga bisa membantu dalam
11. Menentukan pola tidur pasien proses pembuhan pasien
12. Kaji keadaan spiritual pasien 11.Memberikan dan menentukan pola tidur
yang efektif
12.Meningkatkan ketenangan secara rohani
pada pasien untuk tidur
4 Nausea b.d Indikator Status Gizi : Manajemen Mual
tekanan vesika 1 : Tidak adekuat 1. Evaluasi dampak mual (seperti nafsu 1. Untuk mengetahui efek yang diberikan
urinaria 2 : Sedikit adekuat makan dan kualitas tidur) karena mual
3 : Cukup adekuat 2. Timbang berat badan secara teratur 2. Berat badan dapat mengindikasikan
4 : Adekuat 3. Monitor asupan nutrisi status gizi
5 : Sangat adekuat 4. Dorong pola makan dengan porsi sedikit- 3. Memonitor status gizi
Dengan indicator yang sedikit makanan yang menarik bagi pasien 4. Makan sedikit-sedikit untuk
diharapkan 4-5 5. Tingkatkan istirahat yang cukup untuk mengurangi rasa mual
Dengan Kriteria : memfasilitasi pengurangan mual 5. Istirahat yang cukup dapat merilekskan
1. Makanan oral, 6. Monitor efektifitas pemberian antiemetik tubuh dan mengurangi mual
pemberian makanan Monitor Nutrisi 6. Untuk mengetahui efektifitas antiemetic
lewat selang atau nutrisi 7. Monitor lingkungan selama makan yang diberikan
parenteral total 8. Monitor kulit kering dan perubahan 7. Lingkungan yang nyaman
2. Asupan cairan oral atau pigmentasi meningkatkan nafsu makan
IV 9. Monitor turgor kulit 8. Kulit kering menunjukkan kurangnya
10. Monitor mual dan muntah cairan dalam tubuh
Indikator Mual Muntah : 9. Menentukan intervensi lebih lanjut
1 : Parah Manajemen Nutrisi 10. Mual muntah menurunkan pemasukan
2 : Banyak 11. Kaji adanya alergi makanan dan memerlukan intervensi
3 : Cukup 12. Yakinkan diet yang dimakan mengandung 11. Mengetahui intake masukan pasien dan
4 : Sedikit tinggi serat untuk mencegah konstipasi menentukan intervensi yang sesuai.
5 : Tidak ada 13. Monitor jumlah intake dan output nutrisi 12. Membantu melancarkan proses defekasi
Dengan indikator yang 14. Berikan informasi tentang kebutuhan 13. Mempertahankan keseimbangan nutrisi
diharapkan 4-5 nutrisi 14. Pengetahuan yang cukup dapat
15. Berikan makanan yang terpilih (sudah meningkatkan motivasi pasien
Dengan Kriteria : dikonsultasikan dengan ahli gizi) 15. Nutrisi yang adekuat dapat
1. Asupan cairan 16. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan status kesehatan
meningkat menentukan jumlah kalori dan nutrisi 16. Meningkatkan keseimbangan nutrisi
52
2. Asupan makanan yang dibutuhkan pasien. yang adekuat
meningkat
3. Kehilangan selera
makan
4. Penurunan berat badan
5 Ansietas Indikator Tingkat Pengurangan Kecemasan
berhubungan Kecemasan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan 1. Pendekatan yang meyakinkan untuk
dengan kurang 1 : Berat meyakinkan meningkatkan rasa percaya
pengetahuan 2 : Cukup Berat 2. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang 2. Untuk mendiskusikan alas an – alasan
tentang penyakit 3 : Sedang memicu kecemasan
munculnya ansietas, sehingga dapat
4 : Ringan 3. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi
5 : Tidak ada yang akan dirasakan yang mungkin akan membantu pasien mengidentifikasi
Dengan indikator yang dialami klien perilaku kecemasan
diharapkan 4-5 4. Berada disisi klien untuk meningkatkan 3. Untuk mengindari terlalu banyak
rasa aman dan mengurangi ketakutan informasi yang mencemaskan pasien
Dengan Kriteria : 5. Dorong keluarga untuk mendampingi 4. Untuk meningkatkan rasa aman dan
1. Rasa cemas yang klien dengan cara yang tepat mengurangi ketakutan
dismpaikan secara
lisan 5. Untuk membangun rasa percaya pasien
2. Rasa takut yang dan membangunkan rasa aman
disampaikan secara
lisan
6 Risiko infeksi Indikator Kontrol Risiko : Perlindungan Infeksi 1. Tanda-tanda vital dapat mengukur
b.d adanya Proses Infeksi : 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, tanda infeksi
bakteri disaluran 1 : Tidak pernah frekuensi pernafasan 2. Untuk melihat adanya penyebaran
kemih menunjukkan 2. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi infeksi ke sistem lainnya
2 : Jarang menunjukkan sistemik dan local 3. Asupan cairan yang banyak pada
3 : kadang-kadang 3. Anjurkan asupan cairan yang banyak saluran kemih adapat membantu
menunjukkan 4. Instruksikan pasien untuk minum membilas saluran kemih dan
4 : sering menunjukkan antibiotic yang diresepkan mnghilangkan bakteri
5 : secara konsisten 5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai 4. Antibiotic yang diresepkan
menunjukkan tanda-dan gejala infeksi berfungsi untuk membunuh bakteri
Dengan indicator yang Kontrol Infeksi 5. Mengajarkan keluarga dan pasien
53
diharapkan 4-5 6. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan untuk mengantisipasi terjadi infeksi
Dengan Kriteria : perawatan pasien diluar pengawasan
1. Mengidentifikasi tanda 7. Anjurkan pengunjung cuci tangan saat 6. Cuci tangan sebelum dan sesudah
dan gejala infeksi memasuki dan meninggalkan ruangan perawatn membantu pasien dan
2. Mempertahankan pasien perawat tidak terpapar kuman
lingkungan yang bersih Perawatan Perineum 7. Perineum yang kering dapat
3. Memonitor perilaku diri 8. Anjurkan pasien menjaga perineum agar menghindari terjadinya kembang
yang berhubungan dengan tetap kering biak bakteri
infeksi 9. Anjurkan pasien membersihkan perineum 8. Membersihkan dari depan ke
dari depan ke belakang belakang menghindari masuknya
kuman dari anal.
54
dalam, menganjurkan kompres hangat pada diberikan. Pasien mampu mendemonstrasikan nafas
suprapubik dan pijatan punggung, dan banyak dalam dengan baik
istirahat untuk mengurangi nyeri
15.20 2,4 5. Menanyakan perasaan mual, porsi makan, 5. Pasien mengatakan masih merasa mual, porsi
jumlah minum, frekuensi dan jumlah BAB dan makan ½ porsi dengan BAK 1x/hari berwarna
BAK. kuning dan lembek, minum sebanyak ± 3 gelas dan
BAK sulit dihitung karena banyak dan urin keluar
sedikit-sedikit ±300 cc
15.25 1,2,4,6 6. Menganjurkan pasien banyak minum dan 6. Pasien mengatakan akan melakukan anjuran yang
menghindari minum kopi, teh, dan minuman diberikan
soda. Dan minum air / jeruk hangat
15.27 1,2,4,6 7. Mengajarkan tanda dan gejal;a infeksi dan 7. Pasien mendengarkan dan aktif bertanya saat
memberikan pendidikan kesehatan mengenai diberikan pendidikan kesehatan
ISK
16.00 3 8. Mengawasi jam kunjungan pasien, 8. Pasien mengatakan suasana lingkungannya tenang.
menganjurkan pengunjung cuci tangan dan Tampak sebagian pengunjung mencuci tangan
menganjurkan pasien lainnya untuk menjaga
ketenangan
16.50 2,1 9. Mengganti cairan infus pasien Ringer Laktat 9. Cairan infus diganti dan pasien melaporkan nyeri
20 tetes/menit dengan drip analgetik “antrain berkurang
1gr”
17.00 4 10. Memberikan pasien makanan lunak sesuai diet 10. Pasien makan dan disuapi anaknya, dihabiskan ½
yang diberikan ahli gizi. porsi
17.50 6 11. Memberikan antibiotic sesuai order dokter 11. Pasien tampak meminum obat dengan mandiri
dengan prinsip 6 benar obat pada Ny.A
“Urinter tablet 400 mg” secara oral dan
“Ceftriaxone 1gr” melalui IV.
18.00 4 12. Memberikan obat sesuai order dokter dengan 12. Pasien tidak menolak pemberian obat
prinsip 6 benar obat pada Ny.A “Ondansentron
55
2 mg” melalui IV 13. Pasien mengatakan lebih nayaman setelah diganti
19.25 3 13. Mengganti laken pasien seprai/laken
19.30 3 14. Pasien mengatakan tidurnya sedikit hanya ±3 jam
14. Menanyakan jumlah dan kualitas tidur pasien tidak nyenyak, dan terganggu karena ingin BAK,
dan memikirkan penyakitnya
15. Pasien mengatakan akan melakukan teknik yang
19.40 1,3 15. Menganjurkan pasien tidur sebelum pukul diberikan saat nyeri terutama saat sulit tidur
00.00 WIB dan mengingatkan teknik relaksasi,
kompres hangat dan pijatan punggung untuk
mengurangi nyeri 16. Pasien tampak dalam posisi semifowler dan pasien
19.45 4 16. Mengatur posisi tempat tidur pasien semi mengatakan suhu ruangan sesuai
fowler dan mengatur suhu ruangan (AC)\ 17. Keluarga mengatakan akan mendampingi pasien
19.50 5 17. Menganjurkan keluarga untuk selalu secara bergantian
mendampingi pasien
56
mendemonstrasikan nafas dalam dengan baik
14.20 1 5. Mengingatkan kembali pasien banyak minum 5. Pasien mengatakan tidak meminum teh, kopi
dan menghindari minum kopi, teh, dan ataupun minuman bersoda
minuman soda.
14.25 2, 5,6 6. Mengevaluasi kecemasan dan mengulangi 6. Pasien mampu mengulangi informasi yang
pendidikan kesehatan mengenai ISK, dan tanda diberikan, dan mengatakan tidak cemas lagi
gejala infeksi mengenai penyakitnya.
15.00 1,2, 7. Mengganti cairan infus pasien Ringer Laktat 20 7. Cairan infus diganti dan pasien melaporkan nyeri
tetes/menit dengan drip analgetik “antrain 1gr” berkurang
15.10 3 8. Mengawasi jam kunjungan pasien dan 8. Pasien mengatakan suasana lingkungan tenang dan
menganjurkan pasien lainnya untuk menjaga nyaman
ketenangan
15.50 1,6 9. Mengukur tanda-tanda vital pasien 9. Tekanan darah :120/80 mmHg, Suhu : 36,3 C, RR :
22x/menit, Nadi : 80x/menit
16.00 1 10. Memberikan obat sesuai order dokter dengan 10. Pasien tampak meminum obat dengan mandiri
prinsip 6 benar obat pada Ny.A “Renax 1
kapsul”
17.00 4 11. Memberikan pasien makanan lunak sesuai diet 11. Pasien makan dengan mandiri, tampak makanan
yang diberikan ahli gizi. Dan jika mual makan dihabiskan ½ porsi
17.50 6 sedikit-sedikit
12. Memberikan antibiotic sesuai order dokter 12. Pasien tampak meminum obat dengan mandiri
dengan prinsip 6 benar obat pada Ny.A
18.00 4 “Urinter tablet 400 mg” secara oral.
13. Memberikan obat sesuai order dokter dengan 13. Pasien tidak menolak pemberian obat
prinsip 6 benar obat pada Ny.A “Ondansentron
19.30 3 2 mg” melalui IV
14. Mengingatkan pasien untuk banyak istirahat 14. Pasien mengatakan akan meningkatkan istirahat
dan tidur sebelum pukul 00.00 WIB
57
Tanggal Waktu No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf
15/3/17 08.20 1 1. Menanyakan skala nyeri pasien 1. Pasien mengatakan nyeri pinggang sudah Lista
berkurang dengan skala 3/10.
08.25 4 2. Menanyakan porsi makan dan jumlah BAB 2. Pasien mengatakan nafsu makan baik, porsi makan
pasien. Menganjurkan minum air hangat dihabiskan 1 porsi, belum BAB pada pagi ini.
08.27 1 3. Menanyakan penggunaan nafas dalam, 3. Pasien mengatakan sering menggunakan teknik
kompres hangat pada kandung kemih dan nafas dalam saat nyeri.
pijatan punggung.
08.30 1 4. Memberikan obat sesuai order dokter dengan 4. Pasien tampak meminum obat dengan mandiri
prinsip 6 benar obat pada Ny.A “Renax 1
kapsul”
09.00 1,6 5. Mengukur tanda-tanda vital pasien 5. Tekanan darah :120/80 mmHg, Suhu : 36,6 C, RR
: 20x/menit, Nadi : 82x/menit
12.00 4 6. Memberikan pasien makanan lunak sesuai diet 6. Pasien makan dengan mandiri, tampak makanan
yang diberikan ahli gizi. Mengajurkan makan dihabiskan 1 porsi
12.10 4 sedikit tapi sering
7. Mengawasi jam kunjungan pasien dan 7. Pasien mengatakan suasana lingkungan tenang dan
menganjurkan pasien lainnya untuk menjaga nyaman
13.45 1,4 ketenangan
8. Melakukan up infus pasien dan mengingatkan 8. Pasien mengatakan akan mengkonsumsi obat di
pasien untuk menjaga asupan makanan, rumah
mengontrol nyeri di rumah seperti nafas dalam 9. Pasien mengatakan akan melakukan anjuran yang
13.50 6 dan mengkonsumsi obat yang diberikan. diberikan
9. Menganjurkan pasien untuk banyak minum,
menjaga kebersihan tubuh, mencuci tangan,
dan mengingatkan tanda gejala infeksi yang
dapat dikontrol dirumah.
58
Diagnosa Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf
Ansietas 14 Maret S: Lista
berhubungan 2017 - Pasien mengatakan sudah mengerti dengan penyakit yang dideritanya saat ini
dengan - Pasien mengatakan tidak merasa cemas lagi dan terus berdoa untuk kesembuhannya
kurang - Pasien mengatakan merasa aman karena selalu didampingi oleh keluarga suami maupun anaknya.
pengetahuan O:
tentang - Pasien tampak lebih tenang
penyakit - Pasien tampak mendengarkan dengan baik
- Pasien mampu mengulangi kembali informasi yang diberikan
A : Tingkat kecemasan berada pada level tidak ada kecemasan
P : Intervensi dihentikan
59
distensi O:
kandung - Urin berwarna kuning jernih
kemih - Tidak ada ketegangan kandung kemih
- Tampak minum dihabiskan sebanyak 1500 ml
- Output urin 1800 ml
- Balance cairan + 70 ml
A : Eliminasi Urin sedikit terganggu
P : Intervensi dihentikan
60
- Pasien tampak meminum obat secara mandiri
- Pasien tidak menolak pemberian obat
- Pasien tampak lebih nyaman
A : Pengendalian nyeri saat ini pada level sering, dan tingkat nyeri ringan
P : Menganjurkan pasien mengontrol nyeri di rumah (pasien pulang)
61
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang kesenjangan konsep dasar teori Infeksi Saluran
Kemih (ISK) dengan asuhan keperawatan pada kasus nyata Ny.A pasien dengan
ISK di ruangan Anggrek Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III Bengkulu selama 3 hari
evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Potter & Perry,
2009). Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, anggota tim perawatan
Secara teoritis ISK diklasifikasikan menjadi ISK bawah dan ISK atas.
Dengan manifestasi klinis ISK bawah yaitu disuria, frekuensi dan urgensi, nyeri
suprapubik, hematuria, nyeri pada skrotum (pada laki-laki). Dan ISK atas
tekan pada sudut kostovertebra dan abdomen (Pierce & Neil, 2006).
62
63
Ny.A dirawat dengan diagnosa medis Infeksi Saluran Kemih sesuai dengan
malaise, anoreksia, nyeri ketuk dan nyeri tekan pada sudut kostovertebra sinistra,
dan demam, menggigil. Manifestasi klinis ini sesuai dengan pendapat Pierce dan
ISK atas merupakan kelanjutan / komplikasi dari ISK bawah. Terdapat satu
manifestasi klinis yang tidak dialami pasien adalah nyeri tekan abdomen.
Kemih dapat berupa pemeriksaan mikroskopik urin segar, kultur urin serta
jumlah bakteri/ml urin sebagai protokol standar untuk pendekatan diagnosis ISK.
IV, sistogram miksi) dan isotop scanning, serta pencitraan ginjal (Sudoyo,
2006).
menentukan infeksi saluran kemih, lalu pemeriksaan hematologi dan USG untuk
yang kuat dan terdapat keterbatasan sarana yang dimiliki. Namun pemeriksaan
64
urin, pemeriksaan hematologi dan USG dinilai cukup untuk menunjang diagnosa
B. Diagnosa Keperawatan
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual, atau potensial) dari
2006).
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual
muntah, gangguan pola tidur berhubungan dengan urgensi dan frekuensi urin,
diagnosa yaitu nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi saluran kemih,
dengan stress tubuh, dan risiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri
diangkat penulis sebagai diagnosa utama berdasarkan keluhan utama yang sangat
pasien rasakan saat ini yaitu nyeri pinggang seperti menusuk dengan skala 5/10
dan nyeri buang air kecil seperti terbakar, serta secara objektif terdapat nyeri
ketegangan pada kandung kemih, urin berwarna keruh, haluaran urin ± 300 cc,
pada hasil lab terdapat eritrosit, leukosit, bakteri, dan epitel pada urin.. dan
berdasarkan data subjektif terdapat keluhan frekuensi BAK yang meningkat, rasa
terdesak ingin BAK, dan urin keluar sedikit-sedikit, serta nyeri seperti terbakar saat
BAK.
Diagnosa gangguan pola tidur ditegakkan berdasarkan data dari jumlah tidur
pasien hanya ± 3jam dan kualitas tidur buruk karena sering terbangun, keluhan
pusing kepala dan terasa berat, tampak hitam di bawah mata (kantung mata), dan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual muntah, pada
kasus ini tidak ditegakkan dan diganti dengan diagnosa nausea berhubungan
dengan stress tubuh, hal ini disebabkan belum ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
66
yang signifikan seperti penurunan berat badan. Namun, pada kasus ini pasien
bakteri tidak ditegakkan karena pasien sudah mengalami demam di rumah dan
sudah teratasi. Hal ini dilihat dari pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh suhu
Terdapat satu diagnosa yang tidak ada dalam teori namun ditemukan pada
kasus yaitu diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri dalam
urin terdapat bakteri leukosit, eritrosit dan epitel yang mengindikasikan infeksi
masih dalam rentang normal sehingga diharapkan tidak terjadi infeksi pada organ
C. Perencanaan
yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan. (Potter & Perry,
2009).
67
Perencanaan yang dibuat pada kasus Ny.A dibuat berdasarkan diagnosa yang
penulis menyadari banyak sekali perencanaan yang kurang spesifik, dapat dikur,
dengan kondisi yang ada. Misalnya pada intervensi kontrol kebisingan dan atur
pencahayaan, hal ini dikatakan tidak spesifik karena tidak secara spesifik harus
mengontrol kebisingan dan pecahayaan dimana dan seperti apa. Contoh lainnya
seperti kaji keadaan spiritual pasien, tidak secara spesifik keadaan spiritual yang
diharapkan seperti apa. Selain itu masih terdapat intervensi yang tidak memiliki
rentang waktu seperti monitor turgor kulit dan kuli kering, tidak ada rentang
apakah intervensi ini dilakukan setiap jam, setiap hari, atau dalam jangka 2 hari
sekali.
Intervensi yang ditentukan ada yang tidak dapat dilakukan di ruangan karena
kebijakan dan fasilitas. Intervensi tersebut seperti monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik pertama kali, intervensi ini tidak dilakukan karena
kebijakan ruangan untuk memonitor vital sign 1 kali setiap shift. Intervensi kaji
pola berkemih, frekuensi dan jumlahnya, bandingkan haluaran urin dan masukan
cairan dan catat berat jenis urin., intervensi ini tidak sepenuhnya dapat dilakukan
karena fasilitas dan kebijakan di ruangan tidak ada perhitungan berat jenis urin,
tidak ada perbandingan haluaran urin dan masukan cairan yang dilakukan oleh
D. Implementasi
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan aktivitas mandiri yang
oleh dokter serta dilaksanakan oleh perawat, contohnya pemberian obat (Potter &
Perry, 2009).
selama 3 hari. Implementasi nyeri akut, nausea, dan resiko infeksi dilakukan
frekuensi BAK, jumlah dan keluhan, jumlah masukan cairan, menganjurkan pasien
dan kualitas tidur, mengganti laken pasien, mengawasi jam kunjungan pasien dan
waktunya, dan mengatur posisi tempat tidur pasien dan mengatur suhu ruangan.
menanyakan mual dan muntah, memberikan makanan sesuai diit yang diberikan
ahli gizi, menanyakan intake dan output nutrisi, dan memberikan obat antiemetik
“ondansentron 2mg”.
consent dan memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga, sharing tentang
yaitu memonitor tanda-tanda vital, memgajarkan tanda dan gejala infeksi pada
Ny. A dapat berjalan dengan lancar karena pasien, keluarga, dan perawat ruangan
70
dapat bekerja sama dengan baik. Serta catatan perawat dan catatan medis dari
E. Evaluasi
dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010). Tahap penilaian atau evaluasi adalah
Saat dievaluasi semua dari diagnosa dapat tercapai. Pada hari kedua,
diagnosa gangguan eliminasi urin dapat teratasi dengan kriteria hasil kandung
kemih kosong secara penuh, tidak ada residu urin 100-200cc dan balance cairan
Diagnosa ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada rasa cemas
dan takut yang disampaikan secara lisan. Diagnosa ansietas awalnya berada pada
tingkat kecemasan level 3 (sedang) dan pada saat evaluasi berada pada level 5
Diagnosa gangguan pola tidur pun dapat teratasi, hal ini dikarenakan penyebab
terganggunya pola tidur karena adanya frekuensi buang air kecil yang meningkat,
dan diagnosa ini dapat teratasi dengan kriteria hasil menunjukkan kesejahteraan
pada hari kedua. Gangguan pola tidur pada awalnya berada pada level 3 (sedang)
Diagnosa nyeri akut dapat teratasi di hari ketiga, dibuktikan dengan data
subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3/10 (ringan),
nyeri berkurang saat dimasukkan obat dan melakukan nafas dalam saat nyeri.
Sehingga didapat kriteria hasil pasien melaporkan nyeri dapat dikendalikan dan
tingkat nyeri dalam tingkat ringan. Nyeri akut pada pada awalnya berada pada level
3 (sedang) dan pada saat evalausi berada pada level 2 (ringan) dan pengendalian
intake nutrisi yang adekuat, makan habis 1 porsi dan tidak ada mual. Status gizi
pada walnya beradapada level 2 (sedikit adekuat) saat dievaluasi berada pada
level 4 (adekuat), dan pada Kontrol mual awalnya berada pada level 3 dan saat
kemih teratasi dengan kriteria tidak ada tanda dan gejala infeksi dan pasien
mengenal atnda dan gejala infeksi. Pada awalnya Kontrol infeksi berada pada level
menunjukkan).
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Ny.A dengan infeksi saluran
kemih yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
nyeri pinggang, malaise, anoreksia, nyeri ketuk dan nyeri tekan pada
2. Diagnosa keperawatan
penyakit.
73
74
nutrisi seperti penurunan berat badan, melainkan pada kasus ini hanya
batas normal.
3. Perencanaan
4. Implementasi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
eliminasi urin pada level sedikit terganggu, diagnosa ansietas level tidak
Diagnosa nyeri akut dapat teratasi berada pada level ringan dan
stress tubuh teratasi dengan kriteria intake nutrisi yang adekuat berada
pada level 4 (adekuat), dan pada Kontrol mual pada level tidak ada mual.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi perawat
3. Bagi Keluarga
Keluarga harus dapat mewaspadai tanda dan gejala dari ISK sehingga
mengetahui pola hidup yang sehat agar terbebas dari infeksi saluran
kemih.
5. Bagi Akademik
Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Hendarso,M.R. 2014. Pola Kuman dan Hasil Uji Kepekaan terhadap Antibiotika
dari Spesimen Urin yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Tahun 2011 hingga 2013.
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68435/.../S1-2014-296434-
chapter1.pdf diakses pada tanggal 10 November 2016
Kozier, Berman. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &
Praktik Volume I Edisi VII. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK). 2012.
Urinary Tract Infection in Adults. https://www.niddk.nih.gov/health-
information/health-topics/urologic-disease diakses pada tanggal 10
November 2016
Pierce A & Neil R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.. Jakarta :
Erlangga Medical Series
Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &
Praktik Edisi 7. Jakarta: EGC
Scanlon,Valerie C dan Sanders, Tina. 2006. Buku Ajar Anatomi & Fisiologi.
Jakarta: EGC
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu
Shier D, Butler J, Lewis R. 2007. Hole’s Human Anatomy & physiology, 11th
edition. New York: Mc Graw Hill.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Sudoyo W, Aru, dkk. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 4. Jakarta
: FKUI
Agama : Islam
Jurusan : Keperawatan
Ayah : Pistalozi
Instagram : listaaaa_
Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Infeksi Saluran
Kemih di Ruang Anggrek RS. Bhayangkara Bengkulu
Tahun 2017
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 09 Seluma (2002 – 2008)
2. SMPN 03 Seluma (2008 – 2011)
3. SMAN 02 Bengkulu Selatan (2011 – 2014)
19
perineum keinginan
berkemih
bakteri naik ke uretra
Kolonisasi bakteri
(Mikroorganisme : E. Coli, Klebsiella,
Stafilokokus, Proteus)
Infeksi