Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DI RUANGAN ANGGREK
RS.BHAYANGKARA TK.III BENGKULU
TAHUN 2017

Diajukan sebagai Syarat untuk memperoleh


Gelar Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :

LISTA GUSPANI
NIM. P05120214014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
2017

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DI RUANGAN ANGGREK
RS.BHAYANGKARA TK.III BENGKULU
TAHUN 2017

Dipersiapkan dan dipresentasikan oleh :

LISTA GUSPANI
NIM. P05120214014

Laporan Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk
Dipresentasikan Dihadapan Penguji Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Bengkulu
Jurusan Keperawatan Bengkulu

Pada tanggal : 12 April 2017

Oleh
Dosen Pembimbing Studi Kasus
Pembimbing,

Ns.Gusnilawati, S.Kep., M.Epid


NIP. 197508151997032002

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DI RUANGAN ANGGREK
RS.BHAYANGKARA TK.III BENGKULU
TAHUN 2017

Dipersiapkan dan dipresentasikan oleh :

LISTA GUSPANI
NIM. P05120214014

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Pada Tanggal 12 April 2017
Tim Penguji
Ketua Dewan Penguji (Penguji I) Penguji II

Ns. Septiyanti, S.Kep., M.Pd Ns.Resdi Budaya, S.Kep.,M.Kep


NIP. 197409161997032001 NIP. 197607031996021003

Penguji III

Ns.Gusnilawati, S.Kep., M.Epid


NIP. 197508151997032002

Bengkulu, 12 April 2017


Mengesahkan,
Ka. Prodi D III Keperawatan

Ns. Mardiani, S.Kep., MM


NIP. 197203211995032001

iii
Motto dan Persembahan

MOTTO
“Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban jika itu hanya dipikirkan,
sebuah cita-cita juga adalah beban jika itu hanya angan-angan”
PERSEMBAHAN
 Alhamdulillahirabilalamin, segala puji bagi ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan nikmat yang tak terbatas untuk ku
 KTI ini ku persembahkan untuk ibuku Meiliska Widiani dan bapak ku
Pistalozi yang telah memberikan dukungan spiritual, moril, maupun
materi. Terimakasih ibu yang selalu memberikan semangat untukku
dan tak hentinya mendoakanku. Terimakasih kepada ayah yang selalu
memberi motivasi dan menjadi inspirasiku.
 Terimakasih untuk adekku Jandipa Loparis yang telah rela
meminjamkan notebook untuk proses pendokumentasian selama
laptopku error.
 Untuk pembimbing KTI ku Mam Asmawati dan Mam Gusnilawati terima
kasih atas ilmu yang tak ternilai diberikan kepadaku dan tidak pernah
bosan membimbing ku.
 Terimakasih dosen-dosenku di jurusan keperawatan yang tidak pernah
bosan untuk membimbing dan memberikan semangat kepada kami ENC
09
 Selamat untuk Amd.Kep kita ria masela, riska syahputri, elza suryani,
ade irma suryani, miratika dan willy herdiyana.
 Terimakasih juga untuk teman-temanku ENC 09 yang telah banyak
mewarnai hari-hariku, yang saling memotivasi dan member semangat
diantara tugas dan dinas yang bertubi-tubi.
 Untuk jurusan ku KEPERWATAN BENGKULU terima kasih telah
memberikan banyak sekali ilmu dan pengalaman yang luar biasa
 Dan untuk almamaterku POLTEKKES KEMENKES BENGKULU.....

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat
sehat, ilmu dan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Infeksi
Saluran Kemih (ISK) du Ruang Anggrek RS Bhayangkara Tk.III Bengkulu Tahun
2017”.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dari berbagai pihak tentunya karya tulis ilmiah ini tidak dapat diselesaikan.
Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa informasi atau data maupun
dalam bentuklainnya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Bapak Darwis, S.Kp,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal, S.Kp, MPH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
3. Ibu Ns. Gusnilawati, S. Kep, M.Epid dan Ibu Asmawati,S.Kp,M.Kep
selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran
kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Mardiani, S. Kep, MM selaku ketua prodi D3 Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
5. Dosen dan staf Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
6. Kedua Orang tuaku yang selalu kubanggakan, serta saudaraku yang
senantiasa memberikan motivasi, dukungan moral dan doa untuk
keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian
karya tulis ilmiah ini.

Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang telah diberikan akan
menjadi amal baik oleh allah SWT.

v
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun
penyusun dan metodologi, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal
lagi di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah yang penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi
penulis sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu lainnya.

Bengkulu, 12 April 2017

Penulis

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR BAGAN....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................4
C. Batasan Masalah....................................................................5
D. Manfaat Penulisan ................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................7
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan ............................... 7
B. Konsep Dasar ISK .................................................................... 14
1. Definisi ............................................................................... 14
2. Etiologi ............................................................................... 15
3. Klasifikasi ........................................................................... 16
4. Patofisiologi ........................................................................ 17
5. WOC ................................................................................... 19
6. Manifestasi Klinis ............................................................... 18
7. Komplikasi.......................................................................... 20
8. Pemeriksaan Diagnostik ..................................................... 20
9. Penatalaksanaan .................................................................. 21
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian .......................................................................... 21
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................... 24
3. Perencanaan Keperawatan .................................................. 25
4. Implementasi Keperawatan ................................................ 32
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................ 32
BAB III LAPORAN KASUS .....................................................................33
A. Pengkajian Keperawatan ........................................................33
B. Diagnosa Keperawatan ...........................................................48
C. Perencanaan ...........................................................................49
D. Implementasi dan Evaluasi ....................................................54
E. Evaluasi .................................................................................59
BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................62

vii
A. Pengkajian .............................................................................62
B. Diagnosa Keperawatan ..........................................................64
C. Perencanaan Keperawatan .....................................................66
D. Implementasi .........................................................................68
E. Evaluasi .................................................................................70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................73
B. Saran .......................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

No Nama Tabel Halaman


2.1 Tabel Perencanaan 26
3.3.1 Tabel Pemeriksaan Urin 41
3.3.2 Tabel Pemeriksaan Hematologi 42
3.3.3 Tabel Pemeriksaan USG 42
3.4 Tabel Terapi Pengobatan 43
3.5 Tabel Analisa Data 44
3.6 Tabel Diagnosa 48
3.7 Tabel Perencanaan 49
3.8 Tabel Implementasi dan Evaluasi 54

ix
DAFTAR GAMBAR

No Nama Gambar Halaman


2.1 Sistem Perkemihan 7

x
DAFTAR BAGAN

No Nama Bagan Halaman


2.1 WOC (Web of Caution) 19
3.1 Genogram 35

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil USG


Lampiran 2 : Surat keterangan selesai penelitian
Lampiran 3 : Lembar Konsul
Lampiran 4 : Biodata mahasiswa

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas

di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sebanyak 25 juta

kematian di seluruh dunia pada tahun 2011, sepertiganya disebabkan oleh

penyakit infeksi. Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and

Kidney Disease (NIDDK), Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah penyakit infeksi

yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan

sebanyak 8,1 juta kasus dilaporkan per tahun. Di Amerika Serikat diperkirakan

delapan juta episode ISK terjadi setiap tahun dengan satu dari tiga wanita yang

memerlukan pengobatan untuk ISK sebelum usia 24 tahun.

ISK adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung kemih yang umumnya

steril (Mansjoer, 2016). Diagnosis ISK ditegakkan dengan membuktikan adanya

mikroorganisme di dalam saluran kemih. Mikroorganisme yang paling sering

ditemukan pada ISK adalah Escherichia coli (Sudoyo, 2006).

ISK sangat sering ditemukan menyerang wanita dan biasanya pada wanita

muda yang aktif secara seksual. Sekitar 1-2 % dari pasien yang berobat ke dokter

umum di diagnosis ISK. Wanita lebih beresiko terkena ISK karena uretra yang

1
22

pendek dan secara anatomi dekat dengan vagina, kelenjar periuretral dan rectum,

sedangkan ISK pada pria jarang terjadi karena panjang uretra dan jauhnya jarak

uretra dari rektum pada pria, dan adanya bakteri di dalam cairan prostatic,

melindungi pria dari ISK. Namun ketika ISK terjadi pada pria, hal ini dapat

mengindikasikan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktur

genitourinarius (Smeltzer & Bare, 2016).

Prevalensi ISK di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut Kementerian

Kesehatan RI, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus per

100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun

(Kemenkes RI, 2014). Keadaan ini tidak terlepas dari tingkat dan taraf

kesehatan masyarakat Indonesia yang masih jauh dari standar yang berdampak

langsung pada tingginya kasus ISK di Indonesia.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, pada tahun 2013 terdapat

214 penduduk yang berobat ke pelayanan kesehatan didiagnosis Infeksi Saluran

Kemih (ISK), dan pada tahun 2014 terdapat 210 penderita ISK. Di tahun 2015

angka kejadian ISK meningkat dengan jumlah penderita ISK 231 pasien. (Dinas

Kesehatan Kota Bengkulu, 2015). Berdasarkan data rekam medis RS

Bhayangkara Tk.III Bengkulu angka kejadian ISK sejumlah 57 pasien pada

tahun 2013, 150 pasien pada tahun 2014, 203 pasien pada tahun 2015, dan 340

pasien yang didiagnosa Infeksi Saluran Kemih pada tahun 2016. Hal ini
33

menunjukkan angka kejadian ISK yang tinggin dan terus mengalami peningkatan

setiap tahun berarti membutuhkan perawatan yang tepat.

Manifestasi klinis yang umumnya ditemukan pada ISK adalah nyeri saat

buang air kecil (disuria), frekuensi berkemih meningkat dan keinginan untuk

segera buang air kecil (urgensi), nyeri suprapubik, nyeri pinggang, demam,

hematuria dan urin berbau menyengat, serta anoreksia (Davey, 2014). Masalah

keperawatan yang seringkali ditemukan pada pasien dengan ISK ialah nyeri

akut, hipertermi, gangguan eliminasi urin, ketidakseimbangan nutrisi dan

kecemasan.

Berdasarkan manifestasi klinis dan masalah keperawatan yang umumnya

ditemukan, hal ini menunjukkan bahwa ISK memerlukan manajemen terapi yang

tepat sehingga mampu mengatasi tanda dan gejala yang ditemukan, sehingga

tidak akan menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan misalnya sepsis,

abses perinefrik, dan gagal ginjal akut ataupun gagal ginjal kronik. Disinilah

dibutuhkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan langsung secara

mandiri, maupun kolaborasi dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia,

tanda dan gejala yang ditemukan, dan memberikan pengetahuan tentang hal-

hal yang dapat menyebabkan Infeksi Saluran Kemih, sehingga dapat mencegah

penderita mengalami infeksi saluran kemih yang berulang, perawatan yang lama

serta, menghindari komplikasi yang tidak diinginkan.


44

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, kejadian Infeksi Saluran

Kemih masih dalam angka yang cukup tinggi dan memerlukan perhatian melalui

asuhan keperawatan. Dengan tingginya jumlah pasien ISK yang menjalani

perawatan di Bhayangkara Tk.III Bengkulu, dan perlunya pemberian asuhan

keperawatan yang tepat. Perawat tertarik dan berminat untuk melakukan studi

kasus yang berjudul “Asuhan keperawatan pada pasien dengan Infeksi Saluran

Kemih di ruang Anggrek RS Bhayangkara Tk.III Bengkulu tahun 2017”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada

pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK).

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan hasil pengkajian data, klasifikasi data dan analisa data

secara tepat pada pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) di ruang

rawat inap Anggrek RS. Bhayangkara Tk.III Bengkulu tahun 2017.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Infeksi Saluran

Kemih (ISK) di ruang rawat inap Anggrek RS. Bhayangkara Tk.III

Bengkulu tahun 2017.

c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan yang tepat dan sesuai pada

pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) di ruang rawat inap Anggrek

RS. Bhayangkara Tk.III Bengkulu tahun 2017.


55

d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasien dengan Infeksi

Saluran Kemih (ISK) di ruang rawat inap Anggrek RS. Bhayangkara

Tk.III Bengkulu tahun 2017.

e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Infeksi

Saluran Kemih (ISK) di ruang rawat inap Anggrek RS. Bhayangkara

Tk.III Bengkulu tahun 2017.

f. Mendokumentasikan hasil pemberian asuhan keperawatan pada pasien

dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) di ruang rawat inap Anggrek RS.

Bhayangkara Tk.III Bengkulu tahun 2017.

C. Batasan Masalah

Ruang lingkup penelitian makalah ini terbatas pada asuhan keperawatan pada

pasien dengan Infeksi Saluran Kemih di RS Bhayangkara Tk.III Bengkulu meliputi

tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta

dokumentasi keperawatan.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa mengetahui

tentang teori maupun asuhan keperawatan dengan masalah Infeksi Saluran

Kemih.

2. Bagi Keluarga
66

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat anggota

keluarga dengan Infeksi Saluran Kemih.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan / Rumah Sakit

Dapat memberikan informasi tentang penerapan asuhan keperawatan pada

pasien dengan Infeksi Saluran Kemih. Menerapkan aplikasi proses asuhan

keperawatan dengan masalah Infeksi Saluran Kemih.

4. Bagi Akademik

Laporan studi kasus ini memberikan sumbangan kepada mahasiswa

keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan

masukan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan pada pasien Infeksi Saluran Kemih.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Sistem perkemihan (Sumber : Lewis, 2007)

Sistem perkemihan terdiri atas dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria, dan

uretra. Pembentukan urine merupakan fungsi ginjal, sedangkan bagian lain

system perkemihan berfungsi dalam pembuangan urin. Sel-sel tubuh

memproduksi zat-zat sisa, seperti urea, kreatinin, dan amonia, yang harus

dibuang dari darah sebelum zat-zat tersebut berakumulasi dan mencapai kadar

toksik. Selain membentuk urin untuk mengekskresi produk sisa tersebut,

7
88

ginjal juga mempunyai beberapa fungsi penting lain yaitu pengaturan volume

darah melalui pembuangan dan penghematan air, pengaturan elektrolit darah

melalui pembuangan dan penghematan mineral, serta pengaturan

keseimbangan asam-basa darah melalui pembuangan atau penghematan ion- ion

seperti ion H+ atau ion HCO3-., pengaturan semua hal tersebut terjadi dalam

cairan jaringan (Scanlon & Sanders, 2007).

1. Ginjal

Kedua ginjal terletak di kavitas abdominis bagian atas, kanan dan kiri

kolumna vertebralis di belakang peritoneum (retroperitoneal). Bagian atas

ginjal menempel pada permukaan bawah diafragma dan dilindungi oleh

rangka iga. Ginjal tertanam pada jaringan lemak yang berfungsi sebagai

bantalan dan diselimuti oleh membaran jaringan ikat fibrosa yang disebut

fascia renalis, yang membantu menahan ginjal pada tempatnya.

Setiap ginjal memiliki lekukan yang disebut hilus di sisi medialnya.

Pada hilus, arteri renalis memasuki ginjal, sedangkan vena renalis dan

ureter keluar. Arteri renalis adalah salah satu cabang aorta abdominalis,

vena renalis mengirim darah ke vena kava inferior. Ureter membawa urin

dari ginjal ke vesika urinaria. Struktur bagian dalam ginjal meliputi :

a. Nefron

Nefron adalah unit struktural dan fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri

atas ± 1 juta nefron. Di dalam nefron, dengan pembuluh darah yang


99

berkaitannya, urin terbentuk. Setiap nefron terdiri atas dua bagian

besar yaitu sebuah korpuskulum renalis dan tubulus ginjal.

1) Korpuskulum Renalis

Sebuah korpuskulum renalis terdiri atas sebuah glomerulus yang

dikelilingi oleh kapsula bowman. Glomerulus adalah suatu jaringan

kapiler yang dibentuk dari sebuah arteriol aferen dan sebuah arteriol

eferen, yang membantu mempertahankan tekanan darah yang tinggi

di dalam glomerulus.

Kapsula Bowman adalah ujung perluasan tubulus renalis yang

menutupi glomerulus. Lapisan dalam kapsula bowman memiliki

pori dan sangat permeabel, sedangkan lapisan luar tidak berpori dan

tidak permeabel. Celah antara lapisan dalam dan lapisan luar

kapsula Bownman berisi filtrat ginjal, cairan yang berasal dari

darah dalam glomerulus, dan kemudian diubah menjadi urin.

2) Tubulus Renalis

Tubulus renalis adalah lanjutan dari kapsula Bowman dan terdiri

atas tubulus kontraktus proksimal (dalam korteks renalis), lengkung

Henle (atau lengkungan nefron, dalam medula renalis), dan tubulus

kontraktus distal (dalam korteks renalis). Tubulus kontraktus distal

dari beberapa nefron bergabung menjadi sebuah tubulus kolektivus.

Beberapa tubulus kolektivus kemudian bergabung untuk


101
0

membentuk sebuah duktus papilaris,yang akan mengalirkan urine

ke dalam kaliks di pelvis renalis.

Seluruh bagian tubulus renalis dikelilingi oleh kapiler peritubular,

yang tersusun atas arteriola effren. Kapiler pertibuler akan

menerima zat-zat yang direabsorpsi oleh tubulus ginjal (Scanlon &

Sanders, 2007).

b. Pembuluh darah ginjal

Aliran darah ke ginjal merupakan bagian yang penting pada proses

pembentukan urine. Darah aorta abdominalis masuk ke arteri renalis,

yang kemudian bercabang-cabang menjadi arteri-arteri yang lebih

kecil. Arteri-arteri terkecil akan menjadi arteriol aferen dalam korteks

ginjal. Dari arteriol aferen,darah mengalir masuk ke gromeruli

(kapiler-kapilernya), ke arteriola eferen ke vena-vena dalam ginjal, ke

vena renalis, dan akhirnya masuk ke vena kava inferior (Scanlon &

Sanders, 2007).

2. Pembentukan Urin

a. Filtrasi Glomerulus

Filtrasi adalah proses tekanan darah mendorong plasma sehingga zat- zat

terlarut keluar dari kapiler. Dalam filtrasi glomerulus tekanan darah

mendorong plasma, zat-zat terlarut serta protein berukuran kecil keluar

dari glomeruli dan masuk ke kapsula Bowman. Cairan ini disebut

filtrat ginjal. Tekanan darah didalam glomerulus relatif lebih tinggi


111
1

dibandingkan tekanan darah di dalam kapiler lainnya, sedangkan

tekanan didalam kapsula Bowman sangat rendah, dan lapisan di

dalamnya sangat permeabel, sehinggga kira-kira 20% sampai 25% darah

yang masuk ke gromerulus menjadi filtrat ginjal di kapsula Bowman.

Sel-sel darah dan protein berukuran besar terlalu besar untuk dikeluarkan

dari glomeruli, sehingga tetap berada didalam darah. Zat- zat sisa larut

dalam plasma darah, sehingga dapat lolos masuk ke filtrat ginjal. Zat-zat

yang berguna, seperti nutrien dan mineral, juga larut dalam plasma dan

juga terdapat dalam filtrat ginjal.

Laju Filtrasi Ginjal (Glomerular Filtration Rate atau GFR) adalah

jumlah filtrat ginjal yang terbentuk oleh ginjal dalam satu menit, rata-

rata 100 sampai 125 ml per menit. Jika aliran darah meningkat, GFR

akan meningkat dan akan lebih banyak filtrat dibentuk. Jika aliran

darah turun (seperti yang terjadi setelah perdarahan hebat), GFR akan

turun, sehingga filtrat yang dibentuk sedikit haluaran urine turun

(Scanlon & Sanders, 2007).

b. Reabsorpsi Tubulus

Reabsorpsi tubulus berlangsung dari tubulus renalis ke kapiler

peritubuler. Dalam waktu 24 jam, ginjal membentuk 150 sampai 180

liter filtrat, dan haluaran urin normal selama waktu itu adalah satu

sampai dua liter. Karena itu tampak bahwa sebagian besar filtrat ginjal
121
2

tidak menjadi urine. Sekitar 99% filtrat direabsorpsi kembali ke dalam

darah kapiler peritubuler. Hanya sekitar 1% filtrat akan masuk ke

pelvis ginjal sebagai urine (Scanlon & Sanders, 2007).

c. Sekresi Tubular

Mekanisme ini juga mengubah komposisi urine. Dalam sekresi tubular,

zat-zat secara aktif di sekresikan dari darah di kapiler peritubular ke

dalam filtrat di tubulus renalis. Zat-zat sisa, seperti amonia dan sejumlah

kreatinin, serta produk metabolic obat di sekresikan ke dalam filtrat

untuk di keluarkan ke dalam urin. Ion-ion hydrogen (H) di sekresikan

oleh sel-sel tubulus untuk mempertahankan pH darah agar tetap normal

(Scanlon & Sanders, 2007).

3. Pembuangan Urin

Ureter, vesika urinaria, dan uretra bertanggung jawab terhadap

pembuangan urin (eliminasi urin), namun tidak mengubah komposisi

maupun jumlah urin.

a. Ureter

Ureter bergabung dengan pelvis renalis sebagai jalur utama pembuangan

urine. Urine keluar dari tubulus dan masuk ke duktus pengumpul yang

mentranspor urine menuju pelvis renalis. Lapisan luar ureter ialah

jaringan penyambung fibrosa sebagai penyokong ureter. Gerakan

peristaltis mengakibatkan urine masuk ke kandung kemih


131
3

dalam wujud semburan, tidak dalam wujud aliran yang konsisten

(Potter & Perry, 2009).

b. Vesika Urinaria

Vesika Urinaria (kandung kemih) adalah organ cekung yang mampu

berdistensi yang disusun atas jaringan otot sebagai wadah urine dan

sebagai organ ekskresi. Kandung kemih mampu menampung kurang

lebih 600 ml urine, meskipun pengeluaran urine normal yaitu sekitar

300 ml. Saat keadaan penuh, kandung kemih akan membesar dan

melebar hingga atas simfisis pubis. Dinding kandung kemih terdapat

lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa

(Potter & Perry, 2009).

c. Uretra

Uretra, merupakan jalur keluarnya urine dari kandung kemih, sedangkan

urine keluar dari tubuh melewati meatus uretra. Pada wanita, panjang

uretra sekitar 4 - 6,5 cm. Sedangkan pada pria berfungsi sebagai saluran

perkemihan serta jalan keluar sel sekaligus sekresi organ produksi,

dengan panjang 20 cm. Meatus urinarius pada wanita terletak antara

labia minora, di bawah klitoris dan di atas vagina. Sebagai meatus

pada pria terletak di ujung distal penis (Potter

& Perry, 2009).


141
4

4. Kerja Perkemihan

Ketika berkemih, siklus yang terjadi adalah kontraksi kandung kemih

serta relaksasi otot panggul di dasar panggul yang telah terkoordinasi.

Ketika seseorang menahan untuk berkemih, maka sfingter urinarius

berkontraksi dan refleks mikturisi dihambat. Sedangkan, apabila

seseorang siap untuk berkemih, sfingter eksterna berelaksasi, otot

detrusor distimulasi oleh refleks mikturisi untuk berkontraksi

mengakibatkan pengosongan kandung kemih secara efisien (Potter & Perry,

2009).

B. Konsep Dasar Infeksi Saluran Kemih (ISK)

1. Definisi

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di

kandung kemih yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian

dengan istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih

yang tidak hanya mengenai kandung kemih (prostatitis, uretritis) (Mansjoer,

2016).

Infeksi Saluran Kemih adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di

dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,

virus atau mikroorganisme lain. (Suharyanto, 2009). Infeksi Saluran Kemih

adalah episode bakteriuria signifikan (yaitu infeksi dengan jumlah koloni


151
5

>100.000 mikroorganisme tunggal per ml) yang mengenai saluran kemih

bagian atas (pielonefritis) atau bagian bawah (sistitis), atau keduanya (Pierce

& Neil, 2007 ).

Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran

kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme.

Sebagian besar Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur

dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah

yang disebabkan oleh Escherichia coli, suatu organisme yang sering ditemukan

di daerah anus (Corwin, 2009).

2. Etiologi

Pada umumnya ISK disebabkan mikroorganisme tunggal. Escherichia

coli merupakan mikroorganisme yang paling sering ditemukan.

Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp,

Klebsiella spp, dan Staphylococcus dengan koagulase negatif. Namun infeksi

yang disebabkan Pseudomonas spp dan mikroorganisme lainnya seperti

Staphylococcus jarang dijumpai, kecuali pasca kateterisasi (Sudoyo, 2006).

Menurut Pierce & Neil (2007), faktor – faktor yang dapat meningkatkan

resiko ISK meliputi :

a. Obstruksi saluran kemih


161
6

b. Pemasangan instrument pada saluran kemih ( misalnya kateter)

c. Disfungsi kandung kemih (neuropatik)

d. Imunosupresi

e. Diabetes mellitus

f. Kelainan structural (misalnya refluks vesikoureter)

g. Kehamilan

3. Klasifikasi

Menurut Sudoyo (2006), Infeksi Saluran Kemih (ISK) diklasifikasikan

menjadi :

a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah

Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.

1) Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu

sistitis dan sindrom uretra akut. Sistitis adalah presentasi klinis infeksi

kandung kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom Uretra Akut

(SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan

mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.

Penelitian terkini SUA disebabkan mikroorganisme anaerob.

2) Pada laki-laki, presentasi klinis ISK bawah mungkin sistitis, prostatitis,

epidimidis, dan uretritis.


171
7

b. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas

1) Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi

parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri.

2) Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut

dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa

bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim

ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria

asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak

pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.

4. Patofisiologi

Pada individu normal, biasanya pria maupun wanita urin selalu steril

karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan

tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan

gram negatif (Sudoyo, 2006).

Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra

ke dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme

dapat mencapai ginjal. Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter. Proses

invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik, mungkin

akibat lanjut dari bakteriema. (Sudoyo, 2006). Pada wanita, jalur yang biasa

terjadi adalah mula-mula kuman dari anal berkoloni di vulva, kemudian masuk
181
8

ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara spontan atau mekanik

akibat hubungan seksual. Pada pria, setelah prostat terkoloni maka akan terjadi

infeksi asenden. Mungkin juga terjadi akibat pemasangan alat, seperti kateter,

terutama pada golongan usia lanjut (Mansjoer, 2016).

Disuria, frekuensi miksi yang bertambah, dan nyeri suprapubik adalah

gejala iritasi kandung kemih. Beberapa pasien mengeluh bau yang tidak

menyenangkan atau keruh, dan mungkin hematuria. Bila mengenai saluran kemih

atas, mungkin terdapat gejala-gejala pielonefritis akut seperti demam, mual, dan

nyeri pada ginjal. Namun pasien dengan infeksi ginjal, mungkin hanya

menunjukkan gejala saluran kemih bawah atau tidak bergejala (Mansjoer,

2016).

6. Manifestasi Klinis

Menurut Pierce & Neil (2006) manifestasi klinis ISK dibedakan

berdasarkan letak infeksi :

a. ISK bagian bawah

1) Disuria

2) Frekuensi dan urgensi

3) Nyeri suprapubik

4) Hematuria

5) Nyeri pada skrotum (epididimo-orkitis) atau nyeri pada perineum

(prostatitis)
191
9

5. WOC
202
0

b. ISK bagian atas

1) Demam, menggigil

2) Nyeri pinggang

3) Malaise

4) Anoreksia

5) Nyeri tekan pada sudut kostovertebra dan abdomen

7. Komplikasi

Menurut Mandal (2008), komplikasi dari ISK sebagai berikut :

a. ISK bagian bawah : pielonefritis, septikemia, epididimitis, prostatitis, sistitis

kronik.

b. ISK bagian atas : abses perinefrik, pielonefritis kronik dan pembentukan

parut, septikemia, gagal ginjal, batu ginjal, striktur ureter.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Analisis urin rutin pemeriksaan mikroskopik urin segar, kultur urin serta

jumlah bakteri/ml urin merupakan protokol standar untuk pendekatan diagnosis

ISK. Pemeriksaan lainnya seperti pencitraan ginjal (renal imaging).

Namun pemeriksaan ini tidak boleh rutin dan harus berdasarkan indikasi

klinis kuat seperti USG, radiografi (fotopolos perut, pielografi IV, sistogram

miksi) dan isotop scanning (Sudoyo, 2006).


212
1

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

1) ISK bagian bawah

Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,

antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk

alkalinisasi urin:

a) Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48jam

dengan antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim

200 mg

b) Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria)

diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari

Pada pasien dengan SUA dengan hitungan kuman 103-105

memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan

hasil yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan MO anaerobic

diperlukan antimikroba yang serasi, misal golongan kuinolon.

(Sudoyo, 2006).

2) ISK bagian atas

Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat

inap untuk memlihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral

paling sedikit 48 jam. The Infection Disease Society of America

menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik IV sebagai

terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui mikroorganisme


222
2

sebagai penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau

tanpa ampisilin dan sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau

tanpa aminoglikosida. (Sudoyo, 2006).

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Hurts (2015), perawatan pada klien dengan ISK dapat berupa :

1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari.

2) Perubahan pola hidup diantaranya :

a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang

b) Pakaian dalam dari bahan katun dan bersih

c) Menghindari kafein, alkohol dan soda (yang menyebabkan iritasi

kandung kemih)

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar

dapat mengenali masalah – masalah, menggali kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Potter & Perry,

2009).

Pengkajian data dasar pada pasien dengan Infeksi Saluran Kemih menurut

Engram (2009) dan Pola kebiasaan sehari-hari menurut Doenges (2010),

meliputi:
232
3

a. Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko : riwayat infeksi saluran kemih

sebelumnya, obstruksi pada saluran kemih.

b. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi

nosokomial : pemasangan kateter Foley, imobilisasi dalam waktu yang

lama, inkontinensia.

c. Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih : urgensi, frekuensi,

disuria, bau urine yang menyengat, nyeri suprapubik atau nyeri pinggang,

demam khususnya pada ISK atas.

d. Pemeriksaan diagnostik :

1) Urinalisa, memperlihatkan bakteriuria

2) Kultur urin mengidentifikasi organisme penyebab

e. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Aktivitas / Istirahat

Gejala: Keletihan, kelemahan, malaise.

Tanda : Kelemahan otot

2) Sirkulasi

Tanda : Terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi)

3) Eliminasi

Gejala : Perasaan sangat sakit pada waktu kencing, sering kencing dan

rasa seperti terbakar waktu kencing, tidak mampu

mengosongkan kandung kemih, sakit pinggang.

Tanda : Perubahan pola berkemih, perubahan warna urin.


242
4

4) Makanan / cairan

Gejala : Mual, muntah, nyeri tekan abdomen, anoreksia.

Tanda : Penurunan bising usus, perubahan turgor kulit.

5) Neurosensori :

Gejala : Sakit kepala, pusing.

Tanda : Ketidakmampuan berkonsentrasi.

6) Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Episode akut nyeri berat,.

Tanda : Distensi kandung kemih .

7) Keamanan

Gejala : Demam, menggigil.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual, atau potensial)

dari individu atau kelompok perawat yang secara legal mengidentifikasi .

(Carpenito, 2006).

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien dengan Infeksi Saluran

Kemih menurut Wilkinson (2011), meliputi :

a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan aktivitas

penyakit.

b. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi dari kolonisasi bakteri


252
5

c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan distensi kandung kemih

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual muntah.

e. Gangguan pola tidur b.d urgensi dan frekuensi urin

f. Ansietas berhubungan dengan tindakan hospitalisasi.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan

secara mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi

kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah (Potter & Perry, 2009).

Langkah-langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi

penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan,

menentukan intervensi keperawatan yang tepat dan pengembangan rencana

asuhan keperawatan. Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik,

perawat menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan

prioritas diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan

kebutuhan klien (Potter & Perry, 2009).


27

2.1 Tabel Perencanaan


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Indikator Pengendalian Manajemen Nyeri
dengan Nyeri : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengidentifikasi nyeri agar dapat
pelepasan 1 : Tidak pernah komprehensif termasuk lokasi, menentukan intervensi selanjutnya
mediator 2 : Jarang karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas 2. Mengetahui respon pasien terhadap
inflamasi 3 : Kadang –kadang
dan faktor presipitasi nyeri
4 : Sering
5 : Selalu 2. Observasi reaksi nonverbal dari 3. Menumbuhkan sikap saling percaya
Dengan nilai yang ketidaknyamanan melalui ekspresi klien 4. Menghindari hal-hal yang dapat
diharapkan 4-5 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik meningkatkan rasa nyeri.
untuk mengetahui pengalaman nyeri 5. Menurunkan ketegangan otot, sendi dan
Dengan Kriteria : 4. Kontrol lingkungan yang dapat melancarkan peredaran darah sehingga
1. Mengenali awitan nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, dapat mengurangi nyeri
2. Menggunakan tindakan pencahayaan, dan kebisingan. 6. Istirahat yang cukup dapat memberikan
pencegahan 5. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi : perasaan lebih rileks pada pasien
3. Melaporkan nyeri dapat relaksasi nafas dalam, pengalihan sehingga mengurangi rasa nyeri
dikendalikan perhatian 7. Untuk meredakan nyeri dan spasme.
6. Anjurkan klien untuk meningkatkan 8. Untuk menghindari nyeri karena iritasi
Indikator Tingkat Nyeri :
istirahat saluran kemih
1 : Sangat Berat
2 : Berat 7. Anjurkan pasien melakukan kompres 9. Informasi nyeri dapat mengurangi rasa
3 : Sedang panas pada suprapubik. cemas dan takut pasien terhadap sebab
4 : Ringan 8. Instruksikan pasien untuk menghindari – sebab nyeri.
5 : Tidak ada iritan saluran kemih (misalnya : kopi, teh, 10. Untuk meredakan iritabilitas dan nyeri
Dengan nilai yang jeruk, makanan pedas, alkohol) pada kandung kemih
diharapkan 4-5
9. Berikan informasi tentang nyeri seperti 11. Analgetik berfungsi sebagai depresan
Dengan Kriteria : penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan system saraf pusat sehingga
1. Ekspresi nyeri pada berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan mengurangi atau menghilangkan nyeri.
wajah dari prosedur. 12. Sebagai acuan dalam pemberian obat
2. Gelisah atau ketegangan 10. Kolaborasi pemberian obat-obatan yang tepat

26
27

otot antispasmodik untuk meredakan 13. Menghindari adanya reaksi alergi yang
3. Durasi episode nyeri iritabilitas dan nyeri pada kandung kemih tdiak diinginkan
4. Merintih dan menangis 11. Kolaborasi pemberian analgetik untuk 14. Mengetahui perubahan status kesehatan
5. Gelisah mengurangi nyeri setelah pemberian obat
15. Membantu dalam menentukan
Pemberian Analgetik efektifnya intervensi yang diberikan.
12. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, 16. Menghindari kesalahan dalam
dosis dan frekuensi pemberian obat
13. Cek riwayat alergi 17. Memastikan tidak terjadi kesalahan
14. Monitor vital sign sebelum dan sesudah dalam pemberian obat
pemberian analgetik pertama kali 18. Memenuhi kebutuhan dengan
15. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan mendukung partisipasi dan kemandirian
gejala (efek samping) pasien

Manajemen Medikasi
16. Ikuti prinsip lima benar obat
17. Verifikasi obat atau resep sebelum
memberikan obat
18. Bantu pasien dalam minum obat
2 Hipertermi Indikator Termoregulasi : Regulasi Suhu
berhubungan 1 : Gangguan Ekstrem 1. Monitor warna kulit dan suhu tubuh 1. Mengetahui perubahan status kesehatan
dengan reaksi 2 : Berat 2. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi 2. Mengganti cairan yang hilang berlebih
inflamasi dari 3 : Sedang Pemantauan Tanda Vital 3. Mengetahui adanya perubahan
kolonisasi 4 : Ringan 3. Monitor TD, nadi, suhu dan RR kesehatan pasien
bakteri 5 : Tidak ada gangguan
4. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 4. Mengetahui adanya peningkatan
Dengan nilai yang 5. Monitor suhu, warna dan kelembaban tekanan darah
diharapkan 4-5 kulit 5. Turgor kulit yang buruk dapat
Terapi Demam menunjukkan adanya dehidrasi pada
Dengan Kriteria : 6. Monitor suhu sesering mungkin pasien
1. Peningkatan suhu kulit 7. Monitor penurunan tingkat kesadaran
6. Mengetahui tingkat peningkatan suhu
2. Hipertermia 8. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
tubuh
3. Berkeringat saat panas 9. Tingkatkan sirkulasi udara
28

4. Denyut nadi radialis 10. Kolaborasi pemberian cairan intravena 7. Mengetahui adanya penurunan
5. Frekuensi pernafasan 11. Kolaborasi pemberiaan antipiretik kesadaran
8. Mengurangi peningkatan suhu tubuh
9. Melancarkan sirkulasi udara untuk
pengeluaran panas
10. Pemberian antipiretik untuk
menurunkan suhu tubuh
11. Pemberian cairan intravena untuk
mengganti cairan yang hilang berlebih.

3 Gangguan Indikator Eliminasi Urin : Manajemen Eliminasi Urin


Eliminasi Urin 1 : Sangat terganggu 1. Kaji pola berkemih, seperti frekuensi dan 1. Mengidentifikasi kandung kemih pasien,
berhubungan 2 : Banyak terganggu jumlahnya. Bandingkan haluaran urin dan misalnya pengosongan kandung kemih,
dengan distensi 3 : Cukup terganggu masukan cairan dan catat berat jenis urin fungsi ginjal dan keseimbangan cairan
kandung kemih 4 : Sedikit terganggu
2. Palpasi distensi kandung kemih pasien dan 2. Disfungsi kandung kemih bervariasi,
5 : Tidak terganggu
Dengan nilai yang observasi pengeluaran urin ketidakmampuan berhubungan dengan
diharapkan 4-5 3. Anjurkan pasien untuk banyak masukan hilangnya kontraksi kandung kemih
cairan (2-4 liter / hari ) utnuk merilekskan springter urinarius
Dengan Kriteria : 4. Observasi adanya urine seperti berawan 3. Membantu mempertahankan fungsi ginjal
1. Kandung kemih kosong atau berdarah, bau yang tidak enak. mencegah infeksi dan pembentukan bau
secara penuh 5. Monitor tanda dan gejala Infeksi Saluran 4. Tanda – tanda infeksi saluran perkemihan
2. Tidak ada residu urine > Kemih (hematuria, perubahan bau dan atau ginjal dapat menyebabkan sepsis.
100-200 cc konsistensi urin) 5. Megidentifikasi tanda dan gejala infeksi
3. Intake cairan dalam 6. Anjurkan pasien membersihkan daerah untuk menentukan intervensi
rentang normal perineum dari depan ke belakang dan jaga 6. Menurunkan resiko terjadinya iritasi kulit
4. Bebas dari Infeksi agar tetap kering atau kerusakan kulit atau infeksi keatas
Saluran Kemih 7. Kolaborasi pemberian cairan intravena menuju ginjal.
5. Balance cairan seimbang 7. Membantu mempertahankan fungsi ginjal
mencegah infeksi dan pembentukan bau

4 Ketidakseim- Indikator Status Gizi : Monitor Nutrisi


29

bangan nutrisi 1 : Tidak adekuat 1. BB pasien dalam batas normal 1. Menunjukkan keseimbangan nutrisi
kurang dari 2 : Sedikit adekuat 2. Monitor adanya penurunan berat badan 2. Penurunan berat badan menunjukkan
kebutuhan tubuh 3 : Cukup adekuat 3. Monitor lingkungan selama makan kebutuhan nutrisi yang tidak adekuat
berhubungan 4 : Adekuat
4. Monitor kulit kering dan perubahan 3. Lingkungan yang nyaman
dengan intake 5 : Sangat adekuat
yang tidak Dengan nilai yang pigmentasi meningkatkan nafsu makan
adekuat, diharapkan 4-5 5. Monitor turgor kulit 4. Kulit kering menunjukkan kurangnya
anoreksia, mual Dengan Kriteria : 6. Monitor mual dan muntah cairan dalam tubuh
muntah. 1. Makanan oral, 7. Monitor makanan kesukaan 5. Menentukan intervensi lebih lanjut
pemberian makanan 8. Monitor kalori dan intake nutrisi 6. Mual muntah menurunkan pemasukan
lewat selang atau nutrisi dan memerlukan intervensi
parenteral total Manajemen Nutrisi 7. Meningkatkan pemasukan oral
2. Asupan cairan oral atau 9. Kaji adanya alergi makanan 8. Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
IV 10. Yakinkan diet yang dimakan mengandung 9. Mengetahui intake masukan pasien dan
tinggi serat untuk mencegah konstipasi menentukan intervensi yang sesuai.
11. Monitor jumlah intake dan output nutrisi 10. Membantu melancarkan proses defekasi
12. Berikan informasi tentang kebutuhan 11. Mempertahankan keseimbangan nutrisi
nutrisi 12. Pengetahuan yang cukup dapat
13. Berikan makanan yang terpilih (sudah meningkatkan motivasi pasien
dikonsultasikan dengan ahli gizi) 13. Nutrisi yang adekuat dapat
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan status kesehatan
menentukan jumlah kalori dan nutrisi 14. Meningkatkan keseimbangan nutrisi
yang dibutuhkan pasien. yang adekuat

5 Gangguan pola Indikator Tidur : Environment management (Manajemen


tidur 1 : Gangguanekstrem
lingkungan)
berhubungan 2 : Berat
dengan 3 : Sedang 1. Ciptakan lingkungan yang aman untuk 1. Jika lingkungan nyaman pasien bisa
peningkatan 4 : Ringan klien istirahat dengan nyaman
frekuensi BAK 5 : Tidak ada gangguan 2. Berikan tempat tidur dan lingkungan yang 2. Agar pasien nyaman dan terhindar dari
Dengan indikator yang bersih dan nyaman resiko infeksi
diharapkan 4-5 3. Berikan posisi tidur yang membuat klien 3. Memberikan kenyamanan kepada pasien
30

Dengan Kriteria : nyaman saat tidur


1. Mengidentifikaai 4. Kontrol kebisingan 4. Agar tidak mengganggu pasien saat
tindakan yang dapat 5. Atur pencahayaan istirahat
meningkatkan tidur 6. Batasi pengunjung Berikan satu ruangan 5. Memberikan kenyamanan bagi pasien
atau istirahat jika diindikasikan 6. Memberikan kenyamanan sehingga
2. Menunjukkan pasien tidak terganggu oleh suara
kesejahteraan fisik Sleep Enhancement kebisingan
dan psikologis 7. Monitor jumlah dan kualitas tidur klien
8. Menginstruksikan pasien untuk tidur pada 7. Mengetahui kualitas tidur pasien
waktunya 8. Agar istrahat pasien bisa terpenuhi
9. Mengidentifikasi penyebab kekurangan secara normal
tidur pasien. 9. Mengetahui penyebab pasien tidak
10. Diskusi dengan pasien dan keluarga bisa tidur
pasien untuk meningkatkan tekhnik tidur. 10.Agar Keluarga bisa membantu dalam
11. Menentukan pola tidur pasien proses pembuhan pasien
12. Kaji keadaan spiritual pasien 11.Memberikan dan menentukan pola tidur
yang efektif
12.Meningkatkan ketenangan secara rohani
pada pasien untuk tidur
6 Ansietas Indikator Tingkat Pengurangan Kecemasan
berhubungan Kecemasan : 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan 1. Pendekatan yang meyakinkan untuk
demgan 1 : Berat meyakinkan meningkatkan rasa percaya
tindakan 2 : Cukup Berat 2. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang 2. Untuk mendiskusikan alas an – alasan
hospitalisasi 3 : Sedang
memicu kecemasan munculnya ansietas, sehingga dapat
4 : Ringan
5 : Tidak ada 3. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi membantu pasien mengidentifikasi
Dengan nilai yang yang akan dirasakan yang mungkin akan perilaku kecemasan
diharapkan 4-5 dialami klien 3. Untuk mengindari terlalu banyak
Dengan Kriteria : 4. Berada disisi klien untuk meningkatkan informasi yang mencemaskan pasien
1. Rasa cemas yang rasa aman dan mengurangi ketakutan 4. Untuk meningkatkan rasa aman dan
dismpaikan secara 5. Dorong keluarga untuk mendampingi mengurangi ketakutan
lisan klien dengan cara yang tepat 5. Untuk membangun rasa percaya pasien
2. Rasa takut yang dan membangunkan rasa aman
disampaikan secara
31

lisan

(Sumber : Bulechek, 2016., Moorhead, 2016., Brunner & Suddarth, 2016).


32

4. Implementasi

Implementasi adalah fase tindakan pada proses keperawatan. Tindakan

tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan aktivitas mandiri

yang

merupakan aktivitas saat perawat menentukan keputusannya sendiri, serta

aktivitas kolaboratif yang merupakan aktivitas-aktivitas yang telah

diprogramkan oleh dokter serta dilaksanakan oleh perawat, contohnya

pemberian obat (Potter & Perry, 2009).

Perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),

kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam

melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat

kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan

keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi

(Kozier, 2010).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan

yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan

harus diakhiri dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010). Tahap penilaian

atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan

cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga

kesehatan lainnya (Setiadi, 2012). Evaluasi yang digunakan berbentuk S

(Subjektif), O (Objektif), A (Analisis), P (Perencanaan terhadap analisis).


BAB III TINJAUAN

KASUS

Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada Ny A dengan Infeksi

Saluran Kemih (ISK) yang dilakukan pada tanggal 13-15 Maret 2017 di Ruang

Anggrek RS Bhayangkara Tk.III Bengkulu. Asuhan keprerawatan dimulai dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 13 Maret 2017 dengan metode

wawancara dengan pasien, wawancara dengan orang terdekat atau keluarga

pasien, observasi, pemeriksaan fisik, catatan medis dan catatan perawat. Ny.A di

rawat sejak tanggal 12 Maret 2017 dengan diagnosa medis ISK.

A. Pengkajian

1. Identitas

Ny. A usia 52 tahun, agama Islam, suku bangsa Bengkulu Indonesia,

pendidikan SMA, bahasa yang digunakan bahasa Bengkulu, pekerjaan

sebagai ibu rumah tangga , alamat Jl. Kuala Lempuing RT.11, no Medical

Record (MR) 131564, dirawat di Ruang Anggrek. Penanggung jawab

adalah Tn. M, Umur 55 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan Swasta, alamat

di Jl. Kuala Lempuing RT.11 dan hubungan dengan pasien adalah suami.

33
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara pada tanggal 12 Maret

2017 pukul 03.30 WIB dengan keluhan nyeri hebat pada pinggang

sebelah kiri atas, disertai nyeri saat buang air kecil dan BAK terasa

tidak puas sejak 2 minggu terakhir.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan sejak sejak ± 2 minggu mengalami nyeri saat

buang air kecil terasa panas seperti terbakar, dan rasa tidak puas saat BAK

karena urin yang keluar sedikit-sedikit dengan frekuensi > 10 kali sehari

dengan warna urin kuning keruh. Pasien sudah berusaha dengan berobat

ke bidan, namun hanya menghilangkan nyeri sebentar kemudian

muncul lagi. 3 hari yang lalu pasien mengalami demam, menggigil, mual,

tidak nafsu makan dan warna urin menjadi pekat seperti air teh.

c. Keluhan Saat Dikaji

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 13 Maret 2017 pasien

mengatakan nyeri pinggang kiri atas dengan skala nyeri saat ini 5/10,

nyeri dirasakan hilang timbul, muncul saat bergerak atau tertekan, lama

nyeri ± 2 menit. Nyeri dan terasa panas saat BAK, urin keluar sedikit-

sedikit, frekuensi BAK > 10 kali sehari, mual dan kurang nafsu makan.

Dan kepala terasa pusing karena kurang tidur, sering terbangun untuk

buang air kecil.

34
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi, pasien

memiliki riwayat gastritis, dan pernah dirawat di rumah sakit ± 9 bulan

yang lalu karena appendicitis dan dilakukan apendiktomi.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)

55 52

31 26 21

: Laki – Laki : Tinggal Serumah

: Perempuan : Garis Perkawinan

: Meninggal : Pasien

: Garis Keturunan

e. Riwayat Keluarga

Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang pernah

mengalami penyakit yang sama seperti pasien dan tidak ada riwayat

keluarga dengan penyakit degenerative seperti hipertensi, DM, jantung

dan penyakit infeksi lainnya.

35
f. Riwayat Psikososial dan Spiritual

Pasien mengatakan orang terdekat dengannya adalah suami. Suami

dan anaknya adalah orang yang paling berarti. Dalam kegiatan

masyarakat pasien mengatakan sering ikut dalam kegiatan seperti

gotong royong dan arisan.

Komunikasi dalam keluarga dilakukan secara terbuka, setiap ada

masalah selalu diselesaikan dengan musyawarah. Dalam pengambilan

keputusan biasanya oleh suami setelah diskusi yang dilakukan bersama.

Pasien dan keluarga mengatakan cemas dan takut pasien akan

mengalami operasi seperti tahun lalu. Mereka selalu berharap dan

berdoa agar pasien segera sembuh sehingga dapat pulang dan tidak

mencemaskan keluarganya.

g. Pola Kebiasaan

1) Pola nutrisi

Sebelum sakit pasien mengatakan frekuensi makan 3x/hari, nafsu

makan baik, porsi sekali makan 1 piring, tidak ada diet khusus yang

dilakukan pasien dan tidak ada penggunaan alat bantu. Pasien

mengatakan memang malas minum, dalam sehari hanya minum ± 3

gelas sehari dan memiliki kebiasaan minum teh atau kopi pada pagi

hari.

Saat dirumah sakit pasien mengatakan frekuensi makan 3x/hari,

nafsu makan tidak baik karena mual, porsi sekali makan 1/2 piring,

makanan diit di rumah sakit makanan lunak (TKTP), pasien tidak

36
terpasang alat bantu makan seperti selang NGT. Pasien minum

secara oral ± 900 ml/24 jam dan cairan Infus RL 20 tetes per menit

(1440ml/hari).

2) Pola eliminasi

Sebelum sakit pasien mengatakan BAK sebanyak 2-4 kali sehari

dengan warna kuning jernih, pasien mengatakan sering

menunda/menahan BAK, pasien memiliki riwayat penggunaan

kateter ± 9 bulan yang lalu. Sedangkan BAB satu kali sehari,

konsistensi lunak warna kuning dan berbau khas. Tidak memiliki

keluhan saat BAK maupun BAB.

Saat di rumah sakit pasien mengatakan sudah BAB 1 kali dengan

konsistensi feses lunak dan berwarna kuning tidak ada keluhan saat

BAB. BAK dengan frekuensi yang sulit dihitung ±10 kali per hari

kerena urin keluar sedikit-sedikit dan rasa terdesak ingin BAK, urin

berwarna kuning keruh dengan keluhan nyeri saat BAK, dengan

jumlah haluaran urin ± 300 ml /24 jam.

3) Pola personal hygiene

Sebelum sakit pasien mengatakan frekuensi mandi, dan sikat gigi

2x/hari saat pagi dan sore, dan cuci rambut 1x/ 2 hari.

Saat di rumah sakit, pasien mengatakan tidak mandi hanya di lap,

dan sikat gigi 1x/hari saat pagi, dan tidak cuci rambut.

37
4) Pola aktivitas dan latihan

Sebelum masuk rumah sakit pasien merupakan seorang Ibu rumah

tangga, aktivitas pasien kadang membantu anaknya menjaga warung

sehingga terbiasa duduk yang lama, pasien mengatakan jarang

berolahraga, dan tidak ada keluhan dalam beraktivitas.

Saat dirumah sakit pasien hanya berbaring ditempat tidur karena

merasa lemas dan terasa nyeri pinggang. Jika akan melakukan

aktivitas/ bergerak pasien didampingi oleh keluarganya.

5) Pola istirahat dan tidur

Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan tidur siang 1-2 jam

sehari dan tidur malam 6-8 jam sehari. Tidak ada kebiasaan khusus

yang dilakukan pasien sebelum tidur.

Saat dirumah sakit pasien mengatakan tidak tidur siang dan tidur

malam ± 3 jam namun tidak nyenyak, dan terganggu karena ingin

BAK.

6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Sebelum sakit pasien mengatakan tidak merokok dan tidak

mengkonsumsi minuman keras seperti alkohol. Saat di rumah sakit,

pasien tidak merokok dan mengkomsumsi minuman keras seperti

alkohol.

38
3. Pengkajian Fisik

a. Pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum pasien tampak lemas, kesadaran Compos Mentis

(GCS : 15), tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 86x /menit, frekuensi

nafas 22x/menit, suhu tubuh 36,5 °C, tinggi badan pasien 154 cm, berat

badan 66kg.

b. Sistem penglihatan

Posisi mata simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak terdapat

edema ataupun lesi, pergerakan bola mata sesuai, konjungtiva an

anemis, sklera an ikterik, kornea jernih, pupil isokor, pasien dapat melihat

dengan jelas, tidak ada penggunaan kacamata dan lensa kontak.

c. Sistem pendengaran

Daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran cairan

dari telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, pasien dapat

mendengar dengan jelas, tidak ada pemakaian alat bantu pendengaran.

Pada sistem wicara, klien berkomunikasi / berbicara dengan jelas dan

dimengerti.

d. Sistem pernafasan

Jalan nafas paten, pernafasan spontan (tidak memakai alat bantu

oksigenasi), tidak tampak penggunaan otot bantu pernafasan,

pergerakan dinding dada simetris. frekuensi 22x / menit, irama nafas

teratur, jenis pernafasan dada, suara nafas vesikuler, tidak ada batuk,

sputum dan darah, ekspansi paru mengembang maksimal.

39
e. Sistem kardiovaskuler

Frekuensi nadi 86x/ menit, irama nadi cepat dan kuat, konjungtiva an

anemis, tekanan darah 130/70 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis,

capilary refill time (CRT) < 2 detik, bunyi jantung BJ I dan BJ II tidak

terdapat bunyi tambahan, tidak ada keluhan nyeri dada.

f. Sistem hematologi

Pasien tidak tampak pucat, konjungtiva an anemis, dan tidak

terlihat tanda-tanda perdarahan.

g. Sistem persarafan

Tingkat kesadaran Compos Mentis, GCS 15 (E4V5M6), terdapat

keluhan sakit kepala (pusing) karena kurang tidur, tidak ada gangguan

sistem persayarafan.

h. Sistem pencernaan

Keadaan mulut dan gigi bersih, tidak ada penggunaan gigi palsu,

tidak ada stomatitis, lidah bersih, pasien mengeluh mual, tidak ada

muntah, bising usus 8x/menit, konsistensi feses terakhir lunak, hepar

tidak teraba.

i. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun limfa, tidak ada

nafas berbau keton, tidak ada luka ganggren.

j. Sistem perkemihan

Terdapat keluhan nyeri saat buang air kecil, frekuensi BAK > 10x/

hari, urin keluar sedikit-sedikit, warna urin kuning keruh, nyeri tekan

40
kandung kemih, kandung kemih teraba tegang/kencang, terdapat nyeri

tekan dan nyeri ketuk CVA sinistra (pinggang kiri atas).

k. Sistem integumen

Turgor kulit baik/elastis, warna kulit kuning langsat, tidak ada

hiperpigmentasi dan warna merata, tidak terdapat luka/ lesi,tampak

bekas operasi pada abdomen kanan bawah, tampak kehitaman di bawah

mata, infus terpasang ditangan kiri dengan kondisi baik, tidak ada edema,

keadaan rambut agak kusam, capillary refill time < 3 detik.

l. Sistem musculoskeletal

Tidak ada kesulitan pergerakan, tidak ada deformitas tulang

maupun sendi, tidak teraba adanya edema pada ektremitas, tidak ada nyeri

tekan pada ektremitas, pasien berbaring ditempat tidur dan masih mampu

melakukan aktivitas dengan mandiri dengan bantuan minimal dari

perawat dan keluarga. Kekuatan otot :

555 555

555 555

4. Data Penunjang

Tabel 3.3.1 Pemeriksaan Urine

Tanggal pemeriksaan 12 Maret 2017

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Makroskopik
- Warna Kuning Kuning
- Kejernihan Keruh Jernih
- pH 6,0 4,5 – 8,0

41
- Reduksi / glukosa Negatif (-) Negatif (-)
- Protein Negatif (-) Negatif (-)
- Bilirubin Negatif (-) Negatif (-)
Mikroskopik
- Eritrosit 10 - 15 < 3 LPB
- Leukosit 2-5 < 3 LPB
- Epitel 5 - 10 < 3 LPB
- Silinder Negatif (-) Negatif (-)
- Kristal Negatif (-) Negatif (-)
- Bakteri Positif (+) Negatif (-)

Tabel 3.3.2 Pemeriksaan Hematologi

Tanggal pemeriksaan 12 Maret 2017

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 13,6 Laki-laki : 13,0 – 18,0gr/dl


Perempuan : 12,0 – 16,0 gr/dl
Hematokrit 40 % Laki-laki : 37 – 47 %
Perempuan : 40 – 54 %
Leukosit 9.600 5000 – 10.000 sel / mm3
Trombosit 202.000 150.000 – 400.000 sel / mm3

Tabel 3.3.3 Pemeriksaan USG

Tanggal pemeriksaan 14 Maret 2017

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

- Vesikolitiasis
USG Abdomen
- Nefrolitiasis Sinistra

42
5. Penatalaksanaan / Terapi pengobatan

Nama Pasien : Ny.A No MR : 131564

Umur : 52 tahun Ruangan : Anggrek

Tabel 3.4 Terapi Pengobatan

Nama Obat Dosis Rute

IVFD Ringer Laktat 20 tetes / menit IV


Antrain 3 x 1 amp (1gr) Drip
Ondansentron 2 x 1 amp ( 4mg /2ml) IV
Ceftriaxone 2 x 1 vial (1gr) IV
Urinter 2x1 tablet (400 mg) Oral

Terapi obat tanggal 14 Maret 2017 :

- Terapi dilanjutkan, Ceftriaxone stop dan ditambah Renax 3x1 kaplet

Terapi obat tanggal 15 Maret 2017 :

- Terapi dilanjutkan.

43
6. Analisa Data

Nama Pasien : Ny. A Umur : 52 tahun


Ruang : Anggrek No MR : 131564

Tabel 3.5 Analisa Data

No Tgl Data Senjang Etiologi Masalah


1 13/03/17 DS :
- Pasien mengatakan nyeri Proses Nyeri akut
pinggang sebelah kiri terasa inflamasi
menusuk saluran
- Pasien mengatakan skala nyeri 5 kemih
- Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul
- Pasien mengatakan nyeri muncul
saat bergerak atau tertekan, lama
nyeri ± 2 menit
- Pasien mengatakan nyeri saat
BAK seperti rasa terbakar / panas
DO :
- Nyeri ketuk pada CVA sinistra
(pinggang kiri atas)
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Tampak urin berwarna keruh
- Nyeri tekan kandung kemih
- Hasil pemeriksaan urin terdapat
bakteri (+), leukosit 2-5 LBP,
eritrosit 10-15 LBP dan epitel 5-
10 LBP

44
2 13/03/17 DS : Distensi Gangguan
- Pasien mengatakan terdapat kandung Eliminasi
keinginan berkemih hampir terus kemih Urin :
menerus, BAK > 10 x perhari Retensi
- Pasien mengatakan rasa tidak Urin
puas saat BAK, urin yang keluar
sedikit-sedikit
- Pasien mengatakan saat BAK
terasa panas seperti terbakar
DO :
- Kandung kemih teraba
tegang/kencang
- Terdapat nyeri tekan kandung
kemih
- Warna urin kuning keruh
- Hasil pemeriksaan urin terdapat
bakteri (+), leukosit 2-5 LBP,
eritrosit 10-15 LBP dan epitel 5-
10 LBP

3 13/03/17 DS :
- Pasien mengatakan sering Frekuensi Gangguan
terbangun saat tidur karena BAK Pola Tidur
keinginan untuk BAK dan meningkat
memikirkan penyakit yang
dideritanya
- Pasien mengatakan hanya tidur
±3 jam dan tidak nyenyak
- Pasien mengatakan kepala terasa
pusing dan berat

45
DO :
- Wajah tampak lesu
- Tampak hitam di bawah mata
- Pasien tampak gelisah

4 13/03/17 DS :
- Pasien mengatakan merasa mual Tekanan Nausea
dan tidak nafsu makan sejak 3 vesika
hari yang lalu urinaria
DO :
- Kandung kemih teraba kencang
(distensi)
- Tampak porsi makan pasien
hanya habis 1/2 porsi

5 13/03/17 DS :
- Pasien dan keluarga mengatakan Kurang Ansietas
cemas karena penyakit yang pengetahu
diderita pasien an tentang
- Pasien mengatakan takut akan penyakit
operasi seperti tahun lalu
- Pasien mengatakan kepala pusing
dan terasa berat
DO :
- Keluarga dan pasien tampak
sering bertanya tentang penyakit
pasien
- Pasien tampak selalu didampingi
anaknya
- Pasien tampak gelisah dan susah
tidur

46
6 DS : Bakteri Risiko
- Pasien mengatakan nyeri seperti dalam Infeksi
terbakar saat buang air kecil saluran
- Pasien mengatakan nyeri kemih
pinggang kiri atas terasa menusuk
- Pasien mengatakan pernah
mengalami demam di rumah
sebelum masuk rumah sakit
DO :
- Nyeri tekan pada kandung kemih
(suprapubik) dan kandung kemih
teraba tegang/kencang
- Nyeri ketuk CVA sinistra
(pinggang kiri atas)
- Hasil pemeriksaan urin
mikroskopis terdapat bakteri (+),
leukosit 2-5 LBP (leukosituria),
eritrosit 10-15 LBP (hematuria),
dan epitel 5-10 LBP
- Hasil pemeriksaan hematologi :
Hb 13,6. hematokrit 40%,
leukosit 9.600 sel / mm3 ,dan
trombosit 202.000 sel / mm3

47
B. Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien : Ny. A Umur : 52 tahun


Ruang : Anggrek No MR : 131564

Tabel Diagnosa 3.6


Tgl Tgl
No Diagnosa Keperawatan Paraf Paraf
muncul teratasi
1 Nyeri akut berhubungan dengan 13/03/17 Lista 15/03/17 Lista
proses inflamasi saluran kemih
2 Gangguan eliminasi urin : Retensi 13/03/17 Lista 14/03/17 Lista
Urin berhubungan dengan distensi
kandung kemih
3 Gangguan pola tidur berhubungan 13/03/17 Lista 14/03/17 Lista
dengan urgensi urin dan nyeri
pinggang
4 Nausea berhubungan dengan tekanan 13/03/17 Lista 15/03/17 Lista
vesika urinaria
5 Ansietas berhubungan dengan 13/03/17 Lista 14/03/17 Lista
kurang pengetahuan tentang penyakit
6 Risiko Infeksi berhubungan dengan 13/03/17 Lista 15/03/17 Lista
adanya bakteri dalam saluran kemih

48
C. Perencanaan

Tabel 3.7 Perencanaan

Nama Pasien : Ny.A No.MR : 131564


Umur : 52 tahun Ruangan : Anggrek

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Indikator Pengendalian Manajemen Nyeri
dengan proses Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengidentifikasi nyeri agar dapat
inflamasi 1 : Tidak pernah komprehensif termasuk lokasi, menentukan intervensi selanjutnya
saluran kemih 2 : Jarang karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas 2. Mengetahui respon pasien terhadap
3 : Kadang –kadang dan faktor presipitasi nyeri
4 : Sering 2. Observasi reaksi nonverbal dari 3. Menumbuhkan sikap saling percaya
5 : Selalu ketidaknyamanan melalui ekspresi klien 4. Menghindari hal-hal yang dapat
Dengan indikator yang (Wong-Baker Faces pain rating scale) meningkatkan rasa nyeri.
diharapkan 4-5 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik 5. Menurunkan ketegangan otot, sendi dan
untuk mengetahui pengalaman nyeri melancarkan peredaran darah sehingga
Dengan Kriteria : 4. Kontrol lingkungan yang dapat dapat mengurangi nyeri
1. Mengenali awitan nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, 6. Istirahat yang cukup dapat memberikan
2. Menggunakan tindakan pencahayaan, dan kebisingan. perasaan lebih rileks pada pasien
pencegahan 5. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi : sehingga mengurangi rasa nyeri
3. Melaporkan nyeri dapat relaksasi nafas dalam, pengalihan 7. Untuk meredakan nyeri dan spasme.
dikendalikan perhatian 8. Untuk menghindari nyeri karena iritasi
6. Anjurkan klien untuk meningkatkan saluran kemih
Indikator Tingkat Nyeri : istirahat 9. Informasi nyeri dapat mengurangi rasa
1 : Sangat Berat 7. Anjurkan pasien melakukan kompres cemas dan takut pasien terhadap sebab
2 : Berat panas pada suprapubik. – sebab nyeri.
3 : Sedang 8. Instruksikan pasien untuk menghindari 10. Untuk meredakan iritabilitas dan nyeri
4 : Ringan iritan saluran kemih (misalnya : kopi, teh, pada kandung kemih

49
5 : Tidak ada jeruk, makanan pedas, alkohol) 11. Antibiotik berfungsi untuk mengatasi
Dengan indikator yang 9. Berikan informasi tentang nyeri seperti bakteri yang dapat menyebabkan reaksi
diharapkan 4-5 penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan inflamasi
Dengan Kriteria : berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan 12. Sebagai acuan dalam pemberian obat
1. Ekspresi nyeri pada dari prosedur. yang tepat
wajah 10. Kolaborasi pemberian obat-obatan 13. Menghindari adanya reaksi alergi yang
2. Gelisah atau ketegangan antispasmodik untuk meredakan tdiak diinginkan
otot iritabilitas dan nyeri pada kandung kemih 14. Mengetahui perubahan status kesehatan
3. Durasi episode nyeri 11. Kolaborasi pemberian analgetik untuk setelah pemberian obat
4. Merintih dan menangis mengurangi nyeri 15. Membantu dalam menentukan
5. Gelisah efektifnya intervensi yang diberikan.
Pemberian Analgetik 16. Menghindari kesalahan dalam
12. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, pemberian obat
dosis dan frekuensi 17. Memastikan tidak terjadi kesalahan
13. Cek riwayat alergi dalam pemberian obat
14. Monitor vital sign sebelum dan sesudah 18. Memenuhi kebutuhan dengan
pemberian analgetik pertama kali mendukung partisipasi dan kemandirian
15. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan pasien
gejala (efek samping)

Manajemen Medikasi
16. Ikuti prinsip lima benar obat
17. Verifikasi obat atau resep sebelum
memberikan obat
18. Bantu pasien dalam minum obat

2 Gangguan Indikator Eliminasi Urin : Manajemen Eliminasi Urin


Eliminasi Urin : 1 : Sangat terganggu 1. Kaji pola berkemih, seperti frekuensi dan 1. Mengidentifikasi kandung kemih pasien,
Retensi Urin 2 : Banyak terganggu jumlahnya. Bandingkan haluaran urin dan misalnya pengosongan kandung kemih,
berhubungan 3 : Cukup terganggu masukan cairan dan catat berat jenis urin fungsi ginjal dan keseimbangan cairan
dengan distensi 4 : Sedikit terganggu 2. Palpasi distensi kandung kemih pasien dan 2. Disfungsi kandung kemih bervariasi,
kandung kemih 5 : Tidak terganggu observasi pengeluaran urin ketidakmampuan berhubungan dengan
Dengan indikator yang 3. Anjurkan pasien untuk banyak masukan hilangnya kontraksi kandung kemih

50
diharapkan 4-5 cairan (2-4 liter / hari ) utnuk merilekskan springter urinarius
4. Observasi adanya urine seperti berawan 3. Membantu mempertahankan fungsi ginjal
Dengan Kriteria : atau berdarah, bau yang tidak enak. mencegah infeksi dan pembentukan bau
1. Kandung kemih kosong 5. Monitor tanda dan gejala Infeksi Saluran 4. Tanda – tanda infeksi saluran perkemihan
secara penuh Kemih (hematuria, perubahan bau dan atau ginjal dapat menyebabkan sepsis.
2. Tidak ada residu urine > konsistensi urin) 5. Megidentifikasi tanda dan gejala infeksi
100-200 cc 6. Anjurkan pasien membersihkan daerah untuk menentukan intervensi
3. Intake cairan dalam perineum dari depan ke belakang dan jaga 6. Menurunkan resiko terjadinya iritasi kulit
rentang normal agar tetap kering atau kerusakan kulit atau infeksi keatas
4. Bebas dari Infeksi 7. Kolaborasi pemberian cairan intravena menuju ginjal.
Saluran Kemih 7. Membantu mempertahankan fungsi ginjal
5. Balance cairan seimbang mencegah infeksi dan pembentukan bau

Gangguan pola Indikator Tidur : Environment management (Manajemen


3. tidur 1 : Gangguanekstrem
lingkungan)
berhubungan 2 : Berat
dengan 3 : Sedang 1. Ciptakan lingkungan yang aman untuk 1. Jika lingkungan nyaman pasien bisa
peningkatan 4 : Ringan klien istirahat dengan nyaman
frekuensi BAK 5 : Tidak ada gangguan 2. Berikan tempat tidur dan lingkungan yang 2. Agar pasien nyaman dan terhindar dari
Dengan indikator yang bersih dan nyaman resiko infeksi
diharapkan 4-5 3. Berikan posisi tidur yang membuat klien 3. Memberikan kenyamanan kepada pasien
nyaman saat tidur
Dengan Kriteria : 4. Kontrol kebisingan 4. Agar tidak mengganggu pasien saat
1. Mengidentifikaai 5. Atur pencahayaan istirahat
tindakan yang dapat 6. Batasi pengunjung Berikan satu ruangan 5. Memberikan kenyamanan bagi pasien
meningkatkan tidur jika diindikasikan 6. Memberikan kenyamanan sehingga
atau istirahat pasien tidak terganggu oleh suara
2. Menunjukkan Sleep Enhancement kebisingan
kesejahteraan fisik 7. Monitor jumlah dan kualitas tidur klien
dan psikologis 8. Menginstruksikan pasien untuk tidur pada 7. Mengetahui kualitas tidur pasien
waktunya 8. Agar istrahat pasien bisa terpenuhi
9. Mengidentifikasi penyebab kekurangan secara normal
tidur pasien. 9. Mengetahui penyebab pasien tidak
10. Diskusi dengan pasien dan keluarga bisa tidur

51
pasien untuk meningkatkan tekhnik tidur. 10.Agar Keluarga bisa membantu dalam
11. Menentukan pola tidur pasien proses pembuhan pasien
12. Kaji keadaan spiritual pasien 11.Memberikan dan menentukan pola tidur
yang efektif
12.Meningkatkan ketenangan secara rohani
pada pasien untuk tidur
4 Nausea b.d Indikator Status Gizi : Manajemen Mual
tekanan vesika 1 : Tidak adekuat 1. Evaluasi dampak mual (seperti nafsu 1. Untuk mengetahui efek yang diberikan
urinaria 2 : Sedikit adekuat makan dan kualitas tidur) karena mual
3 : Cukup adekuat 2. Timbang berat badan secara teratur 2. Berat badan dapat mengindikasikan
4 : Adekuat 3. Monitor asupan nutrisi status gizi
5 : Sangat adekuat 4. Dorong pola makan dengan porsi sedikit- 3. Memonitor status gizi
Dengan indicator yang sedikit makanan yang menarik bagi pasien 4. Makan sedikit-sedikit untuk
diharapkan 4-5 5. Tingkatkan istirahat yang cukup untuk mengurangi rasa mual
Dengan Kriteria : memfasilitasi pengurangan mual 5. Istirahat yang cukup dapat merilekskan
1. Makanan oral, 6. Monitor efektifitas pemberian antiemetik tubuh dan mengurangi mual
pemberian makanan Monitor Nutrisi 6. Untuk mengetahui efektifitas antiemetic
lewat selang atau nutrisi 7. Monitor lingkungan selama makan yang diberikan
parenteral total 8. Monitor kulit kering dan perubahan 7. Lingkungan yang nyaman
2. Asupan cairan oral atau pigmentasi meningkatkan nafsu makan
IV 9. Monitor turgor kulit 8. Kulit kering menunjukkan kurangnya
10. Monitor mual dan muntah cairan dalam tubuh
Indikator Mual Muntah : 9. Menentukan intervensi lebih lanjut
1 : Parah Manajemen Nutrisi 10. Mual muntah menurunkan pemasukan
2 : Banyak 11. Kaji adanya alergi makanan dan memerlukan intervensi
3 : Cukup 12. Yakinkan diet yang dimakan mengandung 11. Mengetahui intake masukan pasien dan
4 : Sedikit tinggi serat untuk mencegah konstipasi menentukan intervensi yang sesuai.
5 : Tidak ada 13. Monitor jumlah intake dan output nutrisi 12. Membantu melancarkan proses defekasi
Dengan indikator yang 14. Berikan informasi tentang kebutuhan 13. Mempertahankan keseimbangan nutrisi
diharapkan 4-5 nutrisi 14. Pengetahuan yang cukup dapat
15. Berikan makanan yang terpilih (sudah meningkatkan motivasi pasien
Dengan Kriteria : dikonsultasikan dengan ahli gizi) 15. Nutrisi yang adekuat dapat
1. Asupan cairan 16. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan status kesehatan
meningkat menentukan jumlah kalori dan nutrisi 16. Meningkatkan keseimbangan nutrisi

52
2. Asupan makanan yang dibutuhkan pasien. yang adekuat
meningkat
3. Kehilangan selera
makan
4. Penurunan berat badan
5 Ansietas Indikator Tingkat Pengurangan Kecemasan
berhubungan Kecemasan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan 1. Pendekatan yang meyakinkan untuk
dengan kurang 1 : Berat meyakinkan meningkatkan rasa percaya
pengetahuan 2 : Cukup Berat 2. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang 2. Untuk mendiskusikan alas an – alasan
tentang penyakit 3 : Sedang memicu kecemasan
munculnya ansietas, sehingga dapat
4 : Ringan 3. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi
5 : Tidak ada yang akan dirasakan yang mungkin akan membantu pasien mengidentifikasi
Dengan indikator yang dialami klien perilaku kecemasan
diharapkan 4-5 4. Berada disisi klien untuk meningkatkan 3. Untuk mengindari terlalu banyak
rasa aman dan mengurangi ketakutan informasi yang mencemaskan pasien
Dengan Kriteria : 5. Dorong keluarga untuk mendampingi 4. Untuk meningkatkan rasa aman dan
1. Rasa cemas yang klien dengan cara yang tepat mengurangi ketakutan
dismpaikan secara
lisan 5. Untuk membangun rasa percaya pasien
2. Rasa takut yang dan membangunkan rasa aman
disampaikan secara
lisan

6 Risiko infeksi Indikator Kontrol Risiko : Perlindungan Infeksi 1. Tanda-tanda vital dapat mengukur
b.d adanya Proses Infeksi : 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, tanda infeksi
bakteri disaluran 1 : Tidak pernah frekuensi pernafasan 2. Untuk melihat adanya penyebaran
kemih menunjukkan 2. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi infeksi ke sistem lainnya
2 : Jarang menunjukkan sistemik dan local 3. Asupan cairan yang banyak pada
3 : kadang-kadang 3. Anjurkan asupan cairan yang banyak saluran kemih adapat membantu
menunjukkan 4. Instruksikan pasien untuk minum membilas saluran kemih dan
4 : sering menunjukkan antibiotic yang diresepkan mnghilangkan bakteri
5 : secara konsisten 5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai 4. Antibiotic yang diresepkan
menunjukkan tanda-dan gejala infeksi berfungsi untuk membunuh bakteri
Dengan indicator yang Kontrol Infeksi 5. Mengajarkan keluarga dan pasien

53
diharapkan 4-5 6. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan untuk mengantisipasi terjadi infeksi
Dengan Kriteria : perawatan pasien diluar pengawasan
1. Mengidentifikasi tanda 7. Anjurkan pengunjung cuci tangan saat 6. Cuci tangan sebelum dan sesudah
dan gejala infeksi memasuki dan meninggalkan ruangan perawatn membantu pasien dan
2. Mempertahankan pasien perawat tidak terpapar kuman
lingkungan yang bersih Perawatan Perineum 7. Perineum yang kering dapat
3. Memonitor perilaku diri 8. Anjurkan pasien menjaga perineum agar menghindari terjadinya kembang
yang berhubungan dengan tetap kering biak bakteri
infeksi 9. Anjurkan pasien membersihkan perineum 8. Membersihkan dari depan ke
dari depan ke belakang belakang menghindari masuknya
kuman dari anal.

D. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3.8 Implementasi dan Respon Hasil

Nama Pasien : Ny.A No MR : 131564


Umur : 52 tahun Ruangan : Anggrek
Tanggal Waktu No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf
13/03/17 14.30 5 1. Memperkenalkan diri dan inform consent pada 1. Pasien dan keluarga menerima kehadiran perawat Lista
pasien dan keluarga dan kooperatif
14.40 1,4,6 2. Mengukur tanda-tanda vital dan berat badan 2. TD : 130/70 mmHg, Nadi : 86x/menit, Suhu:
pasien 36,5°C, RR: 22x/menit, BB: 66 kg
15.00 1,2,5 3. Mengkaji nyeri dengan metode P,Q,R,S,T serta 3. Pasien mengatakan nyeri sering muncul saat
sharing untuk mengetahui pengalaman nyeri bergerak atau tertekan, nyeri pada pinggang kiri
dan kecemasan pasien atas dengan skala 5/10, nyeri hilang timbul, dan
saat muncul lamanya ± 2 menit
15.10 1,3 4. Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas 4. Pasien mengatakan akan melakukan anjuran yang

54
dalam, menganjurkan kompres hangat pada diberikan. Pasien mampu mendemonstrasikan nafas
suprapubik dan pijatan punggung, dan banyak dalam dengan baik
istirahat untuk mengurangi nyeri
15.20 2,4 5. Menanyakan perasaan mual, porsi makan, 5. Pasien mengatakan masih merasa mual, porsi
jumlah minum, frekuensi dan jumlah BAB dan makan ½ porsi dengan BAK 1x/hari berwarna
BAK. kuning dan lembek, minum sebanyak ± 3 gelas dan
BAK sulit dihitung karena banyak dan urin keluar
sedikit-sedikit ±300 cc
15.25 1,2,4,6 6. Menganjurkan pasien banyak minum dan 6. Pasien mengatakan akan melakukan anjuran yang
menghindari minum kopi, teh, dan minuman diberikan
soda. Dan minum air / jeruk hangat
15.27 1,2,4,6 7. Mengajarkan tanda dan gejal;a infeksi dan 7. Pasien mendengarkan dan aktif bertanya saat
memberikan pendidikan kesehatan mengenai diberikan pendidikan kesehatan
ISK
16.00 3 8. Mengawasi jam kunjungan pasien, 8. Pasien mengatakan suasana lingkungannya tenang.
menganjurkan pengunjung cuci tangan dan Tampak sebagian pengunjung mencuci tangan
menganjurkan pasien lainnya untuk menjaga
ketenangan
16.50 2,1 9. Mengganti cairan infus pasien Ringer Laktat 9. Cairan infus diganti dan pasien melaporkan nyeri
20 tetes/menit dengan drip analgetik “antrain berkurang
1gr”
17.00 4 10. Memberikan pasien makanan lunak sesuai diet 10. Pasien makan dan disuapi anaknya, dihabiskan ½
yang diberikan ahli gizi. porsi
17.50 6 11. Memberikan antibiotic sesuai order dokter 11. Pasien tampak meminum obat dengan mandiri
dengan prinsip 6 benar obat pada Ny.A
“Urinter tablet 400 mg” secara oral dan
“Ceftriaxone 1gr” melalui IV.
18.00 4 12. Memberikan obat sesuai order dokter dengan 12. Pasien tidak menolak pemberian obat
prinsip 6 benar obat pada Ny.A “Ondansentron

55
2 mg” melalui IV 13. Pasien mengatakan lebih nayaman setelah diganti
19.25 3 13. Mengganti laken pasien seprai/laken
19.30 3 14. Pasien mengatakan tidurnya sedikit hanya ±3 jam
14. Menanyakan jumlah dan kualitas tidur pasien tidak nyenyak, dan terganggu karena ingin BAK,
dan memikirkan penyakitnya
15. Pasien mengatakan akan melakukan teknik yang
19.40 1,3 15. Menganjurkan pasien tidur sebelum pukul diberikan saat nyeri terutama saat sulit tidur
00.00 WIB dan mengingatkan teknik relaksasi,
kompres hangat dan pijatan punggung untuk
mengurangi nyeri 16. Pasien tampak dalam posisi semifowler dan pasien
19.45 4 16. Mengatur posisi tempat tidur pasien semi mengatakan suhu ruangan sesuai
fowler dan mengatur suhu ruangan (AC)\ 17. Keluarga mengatakan akan mendampingi pasien
19.50 5 17. Menganjurkan keluarga untuk selalu secara bergantian
mendampingi pasien

Tanggal Waktu No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


14/3/17 14.00 1 1. Menanyakan skala nyeri pasien 1. Pasien mengatakan nyeri pinggang sudah Lista
berkurang dengan skala 4/10.
14.05 2,4 2. Menanyakan porsi makan, jumlah minum, 2. Pasien mengatakan porsi makan hanya ½ porsi
frekuensi dan jumlah BAB dan BAK. karena mual, dan sudah BAK 1x berwarna kuning
dan lembek, pasien minum menghabiskan 1,5 L air
mineral botol, dan BAK sebanyak 6 kali dan terasa
puas saat BAK
14.10 3 3. Menanyakan jumlah dan kualitas tidur pasien 3. Pasien mengatakan tidurnya selama ±5 jam dan
cukup nyenyak karena nyeri sudah berkurang, dan
frekuensi BAK sudah normal
14.15 1,2,3 4. Mengingatkan dan menanyakan penggunaan 4. Pasien mengatakan kadang-kadang melakukan
nafas dalam, kompres hangat pada kandung nafas dalam dan pijatan punggung, dan nyeri
kemih dan pijatan punggung. dirasakan berkurang. Pasien mampu

56
mendemonstrasikan nafas dalam dengan baik
14.20 1 5. Mengingatkan kembali pasien banyak minum 5. Pasien mengatakan tidak meminum teh, kopi
dan menghindari minum kopi, teh, dan ataupun minuman bersoda
minuman soda.
14.25 2, 5,6 6. Mengevaluasi kecemasan dan mengulangi 6. Pasien mampu mengulangi informasi yang
pendidikan kesehatan mengenai ISK, dan tanda diberikan, dan mengatakan tidak cemas lagi
gejala infeksi mengenai penyakitnya.
15.00 1,2, 7. Mengganti cairan infus pasien Ringer Laktat 20 7. Cairan infus diganti dan pasien melaporkan nyeri
tetes/menit dengan drip analgetik “antrain 1gr” berkurang
15.10 3 8. Mengawasi jam kunjungan pasien dan 8. Pasien mengatakan suasana lingkungan tenang dan
menganjurkan pasien lainnya untuk menjaga nyaman
ketenangan
15.50 1,6 9. Mengukur tanda-tanda vital pasien 9. Tekanan darah :120/80 mmHg, Suhu : 36,3 C, RR :
22x/menit, Nadi : 80x/menit
16.00 1 10. Memberikan obat sesuai order dokter dengan 10. Pasien tampak meminum obat dengan mandiri
prinsip 6 benar obat pada Ny.A “Renax 1
kapsul”
17.00 4 11. Memberikan pasien makanan lunak sesuai diet 11. Pasien makan dengan mandiri, tampak makanan
yang diberikan ahli gizi. Dan jika mual makan dihabiskan ½ porsi
17.50 6 sedikit-sedikit
12. Memberikan antibiotic sesuai order dokter 12. Pasien tampak meminum obat dengan mandiri
dengan prinsip 6 benar obat pada Ny.A
18.00 4 “Urinter tablet 400 mg” secara oral.
13. Memberikan obat sesuai order dokter dengan 13. Pasien tidak menolak pemberian obat
prinsip 6 benar obat pada Ny.A “Ondansentron
19.30 3 2 mg” melalui IV
14. Mengingatkan pasien untuk banyak istirahat 14. Pasien mengatakan akan meningkatkan istirahat
dan tidur sebelum pukul 00.00 WIB

57
Tanggal Waktu No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf
15/3/17 08.20 1 1. Menanyakan skala nyeri pasien 1. Pasien mengatakan nyeri pinggang sudah Lista
berkurang dengan skala 3/10.
08.25 4 2. Menanyakan porsi makan dan jumlah BAB 2. Pasien mengatakan nafsu makan baik, porsi makan
pasien. Menganjurkan minum air hangat dihabiskan 1 porsi, belum BAB pada pagi ini.
08.27 1 3. Menanyakan penggunaan nafas dalam, 3. Pasien mengatakan sering menggunakan teknik
kompres hangat pada kandung kemih dan nafas dalam saat nyeri.
pijatan punggung.
08.30 1 4. Memberikan obat sesuai order dokter dengan 4. Pasien tampak meminum obat dengan mandiri
prinsip 6 benar obat pada Ny.A “Renax 1
kapsul”
09.00 1,6 5. Mengukur tanda-tanda vital pasien 5. Tekanan darah :120/80 mmHg, Suhu : 36,6 C, RR
: 20x/menit, Nadi : 82x/menit
12.00 4 6. Memberikan pasien makanan lunak sesuai diet 6. Pasien makan dengan mandiri, tampak makanan
yang diberikan ahli gizi. Mengajurkan makan dihabiskan 1 porsi
12.10 4 sedikit tapi sering
7. Mengawasi jam kunjungan pasien dan 7. Pasien mengatakan suasana lingkungan tenang dan
menganjurkan pasien lainnya untuk menjaga nyaman
13.45 1,4 ketenangan
8. Melakukan up infus pasien dan mengingatkan 8. Pasien mengatakan akan mengkonsumsi obat di
pasien untuk menjaga asupan makanan, rumah
mengontrol nyeri di rumah seperti nafas dalam 9. Pasien mengatakan akan melakukan anjuran yang
13.50 6 dan mengkonsumsi obat yang diberikan. diberikan
9. Menganjurkan pasien untuk banyak minum,
menjaga kebersihan tubuh, mencuci tangan,
dan mengingatkan tanda gejala infeksi yang
dapat dikontrol dirumah.

58
Diagnosa Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf
Ansietas 14 Maret S: Lista
berhubungan 2017 - Pasien mengatakan sudah mengerti dengan penyakit yang dideritanya saat ini
dengan - Pasien mengatakan tidak merasa cemas lagi dan terus berdoa untuk kesembuhannya
kurang - Pasien mengatakan merasa aman karena selalu didampingi oleh keluarga suami maupun anaknya.
pengetahuan O:
tentang - Pasien tampak lebih tenang
penyakit - Pasien tampak mendengarkan dengan baik
- Pasien mampu mengulangi kembali informasi yang diberikan
A : Tingkat kecemasan berada pada level tidak ada kecemasan
P : Intervensi dihentikan

Gangguan 14 Maret S: Lista


pola tidur 2017 - Pasien mengatakan kondisi lingkungan nyaman dan aman
berhubungan - Pasien mengatakan tidur diatas jam 11 malam
dengan - Pasien mengatakan tidur selama 5 jam dan cukup nyenyak karena frekuensi BAK sudah membaik dan nyeri
peningkatan berkurang
frekuensi O:
BAK - Wajah pasien tampak lebih segar
- Kehitaman dibawah mata mulai pudar
A : Gangguan tidur pasien pada level Ringan
P : Intervensi dihentikan

Gangguan 14 Maret S: Lista


Eliminasi 2017 - Pasien mengatakan BAK sudah lancar kembali dan terasa puas sesudah BAK
Urin : - Pasien mengatakan urin berwarna kuning jernih
Retensi Urin - Pasien mengatakan nyeri saat BAK sudah hilang
berhubungan - Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah sudah berkurang
dengan - Pasien mengatakan sudah banyak minum

59
distensi O:
kandung - Urin berwarna kuning jernih
kemih - Tidak ada ketegangan kandung kemih
- Tampak minum dihabiskan sebanyak 1500 ml
- Output urin 1800 ml
- Balance cairan + 70 ml
A : Eliminasi Urin sedikit terganggu
P : Intervensi dihentikan

Nausea b.d 15 Maret S: Lista


tekanan 2017 - Pasien mengatakan nafsu makananya membaik
vesika - Pasien mengatakan menghabiskan 1 porsi makan
urinaria - Pasien mengatakan tidak merasa mual
O:
- Turgor kulit elastis, membrane mukosa lembab
- Lingkungan nyaman saat makan
- Tampak pasien menghabiskan 1 porsi makanan
A : Status gizi adekuat, Kontrol Mual Muntah pada level tidak ada mual
P : Menganjurkan pasien menjaga pola makan di rumah

Nyeri akut 15 Maret S: Lista


berhubungan 2017 - Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
dengan - Pasien mengatakan skala nyeri 3
proses - Pasien mengatakan melakukan relaksasi nafas dalam saat merasa nyeri
inflamasi - Pasien mengatakan sudah mampu istirahat dengan baik
saluran - Pasien mengatakan nyeri berkurang saat dimasukkan obat
kemih O:
- TD : 120/80 mmHg Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,6

60
- Pasien tampak meminum obat secara mandiri
- Pasien tidak menolak pemberian obat
- Pasien tampak lebih nyaman
A : Pengendalian nyeri saat ini pada level sering, dan tingkat nyeri ringan
P : Menganjurkan pasien mengontrol nyeri di rumah (pasien pulang)

Risiko 15 Maret S: Lista


infeksi b.d 2017 - Pasien mengatakan selalu menjaga kebersihan
adanya - Pasien dan keluarga mengatakan mengerti dengan tanda dan gejala infeksi
bakteri O:
disaluran -TD : 120/80 mmHg Nadi : 82x/menit
kemih RR : 20x/menit Suhu : 36,6
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sistemik dan local yang diberikan
- Pasien tampak bersih dan rapi
A : Kontrol risiko: proses infeksi pada level sering menunjukkan
P : Menganjurkan pasien memonitor tanda dan gejala infeksi di rumah

61
BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas tentang kesenjangan konsep dasar teori Infeksi Saluran

Kemih (ISK) dengan asuhan keperawatan pada kasus nyata Ny.A pasien dengan

ISK di ruangan Anggrek Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III Bengkulu selama 3 hari

dari tanggal 13 Maret sampai 15 Maret 2017. Pembahasan meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar

dapat mengenali masalah – masalah, menggali kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Potter & Perry,

2009). Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, anggota tim perawatan

kesehatan, catatan kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan

diagnostik, dan laboratorium (Potter & perry, 2010).

Secara teoritis ISK diklasifikasikan menjadi ISK bawah dan ISK atas.

Dengan manifestasi klinis ISK bawah yaitu disuria, frekuensi dan urgensi, nyeri

suprapubik, hematuria, nyeri pada skrotum (pada laki-laki). Dan ISK atas

yaitu demam, menggigil, nyeri pingggang, malaise, anoreksia, dan nyeri

tekan pada sudut kostovertebra dan abdomen (Pierce & Neil, 2006).

62
63

Ny.A dirawat dengan diagnosa medis Infeksi Saluran Kemih sesuai dengan

manifestasi klinis yang dialaminya, yaitu disuria, peningkatan frekuensi BAK,

dan rasa terdesak ingin berkemih (urgensi), hematuria (berdasarkan hasil

pemeriksaan urin mikroskopis terdapat 10-15 LBP eritrosit), nyeri pinggang,

malaise, anoreksia, nyeri ketuk dan nyeri tekan pada sudut kostovertebra sinistra,

dan demam, menggigil. Manifestasi klinis ini sesuai dengan pendapat Pierce dan

Neil (2006). Pasien mengalami manifestasi dari 2 klasifikasi sekaligus dikarenakan

ISK atas merupakan kelanjutan / komplikasi dari ISK bawah. Terdapat satu

manifestasi klinis yang tidak dialami pasien adalah nyeri tekan abdomen.

Berdasarkan konsep teori pemeriksaan diagnostik pada Infeksi Saluran

Kemih dapat berupa pemeriksaan mikroskopik urin segar, kultur urin serta

jumlah bakteri/ml urin sebagai protokol standar untuk pendekatan diagnosis ISK.

Dan pemeriksaan lainnya seperti USG, radiografi (fotopolos perut, pielografi

IV, sistogram miksi) dan isotop scanning, serta pencitraan ginjal (Sudoyo,

2006).

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada kasus Ny.A adalah

pemeriksaan urin mikroskopis dan makroskopis sebagai protokol utama untuk

menentukan infeksi saluran kemih, lalu pemeriksaan hematologi dan USG untuk

menilai kondisi ginjal, ureter, dan vesika urinaria. Pemeriksaan radiografi

(fotopolos perut, pielografi IV, sistogram miksi) , isotop scanning, dan

pencitraan ginjal tidak dilakukan karena pemeriksaan ini memerlukan indikasi

yang kuat dan terdapat keterbatasan sarana yang dimiliki. Namun pemeriksaan
64

urin, pemeriksaan hematologi dan USG dinilai cukup untuk menunjang diagnosa

infeksi saluran kemih.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual, atau potensial) dari

individu atau kelompok perawat yang secara legal mengidentifikasi . (Carpenito,

2006).

Konsep teori ISK merumuskan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

inflamasi dan peningkatan aktivitas penyakit, hipertermi berhubungan dengan

reaksi inflamasi dari kolonisasi bakteri, gangguan eliminasi urin berhubungan

dengan distensi kandung kemih, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual

muntah, gangguan pola tidur berhubungan dengan urgensi dan frekuensi urin,

dan ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.

Hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny.A, penulis mengangkat 6

diagnosa yaitu nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi saluran kemih,

gangguan eliminasi urin berhubungan dengan distensi kandung kemih, gangguan

pola tidur berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAK, ansietas

berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, nausea berhubungan

dengan stress tubuh, dan risiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri

dalam saluran kemih.


65

Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi saluran kemih

diangkat penulis sebagai diagnosa utama berdasarkan keluhan utama yang sangat

pasien rasakan saat ini yaitu nyeri pinggang seperti menusuk dengan skala 5/10

dan nyeri buang air kecil seperti terbakar, serta secara objektif terdapat nyeri

ketuk CVA sinistra dan nyeri tekan suprapubik.

Diagnosa kedua yaitu gangguan eliminasi urin : retensi urin berhubungan

dengan distensi kandung kemih ditegakkan berdasarkan data objektif terdapat

ketegangan pada kandung kemih, urin berwarna keruh, haluaran urin ± 300 cc,

pada hasil lab terdapat eritrosit, leukosit, bakteri, dan epitel pada urin.. dan

berdasarkan data subjektif terdapat keluhan frekuensi BAK yang meningkat, rasa

terdesak ingin BAK, dan urin keluar sedikit-sedikit, serta nyeri seperti terbakar saat

BAK.

Diagnosa gangguan pola tidur ditegakkan berdasarkan data dari jumlah tidur

pasien hanya ± 3jam dan kualitas tidur buruk karena sering terbangun, keluhan

pusing kepala dan terasa berat, tampak hitam di bawah mata (kantung mata), dan

wajah yang tampak lesu.

Diagnosa ansietas ditegakkan berdasarkan data pasien dan keluarga yang

menyampaikan ketakutan dan kecemasan secara lisan, sering betanya tentang

penyakitnya, dan pasien ingin selalu didampingi keluarganya

Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual muntah, pada

kasus ini tidak ditegakkan dan diganti dengan diagnosa nausea berhubungan

dengan stress tubuh, hal ini disebabkan belum ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
66

yang signifikan seperti penurunan berat badan. Namun, pada kasus ini pasien

mengeluh mual tanpa disertai muntah dan tidak nafsu makan.

Diagnosa hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi dari kolonisasi

bakteri tidak ditegakkan karena pasien sudah mengalami demam di rumah dan

sudah teratasi. Hal ini dilihat dari pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh suhu

tubuh pasien dalam batas normal yaitu 36,5 °C.

Terdapat satu diagnosa yang tidak ada dalam teori namun ditemukan pada

kasus yaitu diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri dalam

saluran kemih. Diagnosa resiko infeksi ditegakkan berdasarkan data pemeriksaan

urin terdapat bakteri leukosit, eritrosit dan epitel yang mengindikasikan infeksi

pada saluran kemih, sedangkan pada pemeriksaan hematologi jumlah leukosit

masih dalam rentang normal sehingga diharapkan tidak terjadi infeksi pada organ

atau sistem lainnya.

C. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara

mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan

pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Langkah-langkah dalam

membuat perencanaan keperawatan meliputi penetapan prioritas, penetapan

tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi keperawatan

yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan. (Potter & Perry,

2009).
67

Perencanaan yang dibuat pada kasus Ny.A dibuat berdasarkan diagnosa yang

sudah ditegakkan sebelumnya. Namun dalam perencanaan yang diberikan

penulis menyadari banyak sekali perencanaan yang kurang spesifik, dapat dikur,

dan memiliki jangka waktu.

Perencanaan yang kurang spesifik membuat penulis harus menyesuaikan

dengan kondisi yang ada. Misalnya pada intervensi kontrol kebisingan dan atur

pencahayaan, hal ini dikatakan tidak spesifik karena tidak secara spesifik harus

mengontrol kebisingan dan pecahayaan dimana dan seperti apa. Contoh lainnya

seperti kaji keadaan spiritual pasien, tidak secara spesifik keadaan spiritual yang

diharapkan seperti apa. Selain itu masih terdapat intervensi yang tidak memiliki

rentang waktu seperti monitor turgor kulit dan kuli kering, tidak ada rentang

apakah intervensi ini dilakukan setiap jam, setiap hari, atau dalam jangka 2 hari

sekali.

Intervensi yang ditentukan ada yang tidak dapat dilakukan di ruangan karena

kebijakan dan fasilitas. Intervensi tersebut seperti monitor vital sign sebelum dan

sesudah pemberian analgetik pertama kali, intervensi ini tidak dilakukan karena

kebijakan ruangan untuk memonitor vital sign 1 kali setiap shift. Intervensi kaji

pola berkemih, frekuensi dan jumlahnya, bandingkan haluaran urin dan masukan

cairan dan catat berat jenis urin., intervensi ini tidak sepenuhnya dapat dilakukan

karena fasilitas dan kebijakan di ruangan tidak ada perhitungan berat jenis urin,

tidak ada perbandingan haluaran urin dan masukan cairan yang dilakukan oleh

perawat di ruangan. Dan perhitungan urin oleh penulis menggunakan


68

perhitungan berdasarkan data subjektif pasien karena tidak ada fasilitas

pengukuran urin yang disediakan di ruangan.

D. Implementasi

Implementasi adalah fase tindakan pada proses keperawatan. Tindakan

tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan aktivitas mandiri yang

merupakan aktivitas saat perawat menentukan keputusannya sendiri, serta

aktivitas kolaboratif yang merupakan aktivitas-aktivitas yang telah diprogramkan

oleh dokter serta dilaksanakan oleh perawat, contohnya pemberian obat (Potter &

Perry, 2009).

Implementasi pada Ny.A dilakukan sesuai dengan rencana tindakan

keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya untuk memenuhi kriteria hasil

yang diharapkan. Pelaksanaan implementasi keperawatan pada Ny.A dilakukan

selama 3 hari. Implementasi nyeri akut, nausea, dan resiko infeksi dilakukan

selama 3 hari. Sedangkan implementasi pada gangguan eliminasi urin, ,

gangguan pola tidur dan ansietas dilakukan selama 2 hari.

Implementasi pada diagnosa nyeri akut diantaranya memonitor tanda-tanda

vital pasien, melakukan pengkajian nnyeri dengan metode P,Q,R,S,T,

mengobservasi reaksi nyeri melalui ekspresi wajah, mengajarkan pasien teknik

relaksasi nafas dalam, pijatan punggung, menganjurkan pasien meningkatkan

istirahat, menganjurkan pasien menghindari minuman iritan dan memberikan

obat antibiotic melalui drip pada IVFD.


69

Implementasi pada diagnosa gangguan eliminasi urin diantaranya menanyakan

frekuensi BAK, jumlah dan keluhan, jumlah masukan cairan, menganjurkan pasien

banyak minum, memberikan pendidikan kesehatan tentang ISK, menganjurkan

menjaga kebersihan perineum. , memonitor IVFD.

Implementasi pada diagnosa gangguan pola tidur yaitu menanyakan jumlah

dan kualitas tidur, mengganti laken pasien, mengawasi jam kunjungan pasien dan

menganjurkan untuk menjaga ketenangan, menganjurkan pasien untuk tidur pada

waktunya, dan mengatur posisi tempat tidur pasien dan mengatur suhu ruangan.

Implementasi pada diagnosa nausea diantaranya, mengukur berat badan,

menanyakan mual dan muntah, memberikan makanan sesuai diit yang diberikan

ahli gizi, menanyakan intake dan output nutrisi, dan memberikan obat antiemetik

“ondansentron 2mg”.

Implementasi dari diagnosa ansietas yang diberikan diantaranya, inform

consent dan memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga, sharing tentang

pengalaman nyeri dan kecemasan, memberikan pendidikan kesehatan mengenai

infeksi saluran kemih.

Implementasi pada diagnosa risiko infeksi yang dilakukan secara umum

yaitu memonitor tanda-tanda vital, memgajarkan tanda dan gejala infeksi pada

keluarga, mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, menganjurkan pasien

menjaga kebersihan perineum, dan menganjurkan pasien banyak minum.

Dalam 3 hari pelaksanaan, implementasi keperawatan yang dilakukan pada

Ny. A dapat berjalan dengan lancar karena pasien, keluarga, dan perawat ruangan
70

dapat bekerja sama dengan baik. Serta catatan perawat dan catatan medis dari

dokter yang sangat berperan dalam pemberian informasi pasien.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang

ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri

dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010). Tahap penilaian atau evaluasi adalah

perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan

tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan

melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2012).

Saat dievaluasi semua dari diagnosa dapat tercapai. Pada hari kedua,

diagnosa gangguan eliminasi urin dapat teratasi dengan kriteria hasil kandung

kemih kosong secara penuh, tidak ada residu urin 100-200cc dan balance cairan

seimbang. Gangguan eliminasi urin awalnya berada pada level 2 (Banyak

terganggu) dan saat di evaluasi berada pada level 4 (sedikit terganggu).

Diagnosa ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada rasa cemas

dan takut yang disampaikan secara lisan. Diagnosa ansietas awalnya berada pada

tingkat kecemasan level 3 (sedang) dan pada saat evaluasi berada pada level 5

(tidak ada kecemasan) .

Diagnosa gangguan pola tidur pun dapat teratasi, hal ini dikarenakan penyebab

terganggunya pola tidur karena adanya frekuensi buang air kecil yang meningkat,

dan diagnosa ini dapat teratasi dengan kriteria hasil menunjukkan kesejahteraan

fisik dan psikologis, dan frekuensi urinm sudah kembali normal


71

pada hari kedua. Gangguan pola tidur pada awalnya berada pada level 3 (sedang)

dan pada saat evaluasi berada pada level 4 (Ringan)

Diagnosa nyeri akut dapat teratasi di hari ketiga, dibuktikan dengan data

subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3/10 (ringan),

nyeri berkurang saat dimasukkan obat dan melakukan nafas dalam saat nyeri.

Sehingga didapat kriteria hasil pasien melaporkan nyeri dapat dikendalikan dan

tingkat nyeri dalam tingkat ringan. Nyeri akut pada pada awalnya berada pada level

3 (sedang) dan pada saat evalausi berada pada level 2 (ringan) dan pengendalian

nyeri berada pada level 4 (sering).

Diagnosa nausea berhubungan dengan stress tubuh teratasi dengan kriteria

intake nutrisi yang adekuat, makan habis 1 porsi dan tidak ada mual. Status gizi

pada walnya beradapada level 2 (sedikit adekuat) saat dievaluasi berada pada

level 4 (adekuat), dan pada Kontrol mual awalnya berada pada level 3 dan saat

dievaluasi berada pada level 5 (tidak ada mual).

Diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran

kemih teratasi dengan kriteria tidak ada tanda dan gejala infeksi dan pasien

mengenal atnda dan gejala infeksi. Pada awalnya Kontrol infeksi berada pada level

2 (jarang menunjukkan) dan saat dievaluasi berada pada level 4 (sering

menunjukkan).
73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Ny.A dengan infeksi saluran

kemih yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Sebagian besar manifestasi klinis infeksi saluran kemih pada konsep

pengkajian ditemukan pada Ny.A meliputi disuria, peningkatan

frekuensi BAK, dan rasa terdesak ingin berkemih (urgensi), hematuria,

nyeri pinggang, malaise, anoreksia, nyeri ketuk dan nyeri tekan pada

sudut kostovertebra sinistra, dan demam, menggigil.

2. Diagnosa keperawatan

Dari 6 diagnosa keperawatan ISK secara teori ada 4 diagnosa

keperawatan yang ditemukan pada pasien sama dengan konsep teori,

yaitu nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi saluran kemih,

gangguan eliminasi urin berhubungan dengan distensi kandung kemih,

gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan frekuensi BAK,

dan ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

penyakit.

Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

tidak ditegakkan karena tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan

73
74

nutrisi seperti penurunan berat badan, melainkan pada kasus ini hanya

ditemukan keluhan mual pada pasien sehingga ditegakkan diagnosa

nausea berhubungan dengan tekanan vesika urinaria.

Diagnosa hipertermi tidak ditegakkan karena pasien mengalami

demam di rumah dan sudah teratasi di rumah. Pada saat

pengkajiantidak ditemukan tanda-tanda hipertermi, suhu pasien dalam

batas normal.

Terdapat 1 diagnosa tambahan lainnya yaitu risiko infeksi

berhubungan dengan adanya bakteri dalam saluran kemih, diagnosa

ini ditegakkan karena terdapat bakteri pada saluran kemih dan

diharapkan tidak menginvasi organ / sistem tubuh lainnya.

3. Perencanaan

Semua perencanaan yang dibuat pada kasus dibuat berdasarkan diagnosa

yang sudah dirumuskan sebelumnya. Namun perencanaan yang dibuat

tersebut masih cukup banyak yang dinilai kurang spesifik, tidak

memiliki rentang waktu, dan tidak semua perencanaan dapat difasilitasi

dan dilakukan saat implementasi sesuai dengan kebijakan ruangan.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi pada Ny.A dilakukan sesuai dengan rencana tindakan

keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya untuk memenuhi kriteria

hasil yang diharapkan. Pelaksanaan implementasi keperawatan pada

Ny.A dilakukan selama 3 hari. Implementasi nyeri akut, nausea,


75

dan resiko infeksi dilakukan selama 3 hari. Sedangkan implementasi

pada gangguan eliminasi urin, , gangguan pola tidur dan ansietas

dilakukan selama 2 hari.

5. Evaluasi keperawatan

Saat dievaluasi semua dari diagnosa dapat tercapai. Gangguan

eliminasi urin pada level sedikit terganggu, diagnosa ansietas level tidak

ada kecemasan, diagnosa gangguan pola tidur pada level ringan.

Diagnosa nyeri akut dapat teratasi berada pada level ringan dan

pengendalian nyeri sering. Diagnosa nausea berhubungan dengan

stress tubuh teratasi dengan kriteria intake nutrisi yang adekuat berada

pada level 4 (adekuat), dan pada Kontrol mual pada level tidak ada mual.

Diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada

saluran kemih berada pada level sering menunjukkan.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa perlu memperbanyak referensi bacaan tentang konsep

asuhan keperawatan dan meningkatkan pemahamannya tentang

patofisiologi penyakit hingga penatalaksanaan yang tepat sehingga dapat

segera menangani masalah klien, mencegah kecacatan dan

meminimalisir komplikasi dari penyakitnya.


76

2. Bagi perawat

Perawat harus memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif

dan menyeluruh kepada klien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

sesuai dengan standar operasional prosedur pelaksnaan asuhan

keperawatan. Jadi, bagi semua perawat bekerjalah sesuai dengan

tanggung jawab dan lakukanlah implementasi keperawatan secara

benar sesuai dengan kebutuhan pasien utuk mencapai tujuan yang

diharapkan yaitu kesembuhan pasien.

3. Bagi Keluarga

Keluarga harus dapat mewaspadai tanda dan gejala dari ISK sehingga

pasien bisa mendapatkan penanganan segera dan mengurangi

komplikasi yang tidak diharapkan. Pasien dan keluarga juga harus

mengetahui pola hidup yang sehat agar terbebas dari infeksi saluran

kemih.

4. Bagi Rumah Sakit

Bagi seluruh rumah sakit hendaknya memiliki peralatan dan fasilitas

yang baik dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga pasien

dapat merasa nyaman. Khusus pada kasus infeksi saluran kemih

diharapkan dapat diberikan pemeriksaan penunjang lainnya untuk

membantu mengidentifikasi tingkat keparahan penyakit pada saluran

kemih terutama yang berhubungan dengan ginjal seperti pemeriksaan

kadar ureum dan kreatin.


77

5. Bagi Akademik

Institusi pendidikan harus meningkatkan mutu pendidikan dengan

menambah tenaga pendidik yang kompeten dibidangnya, dan menambah

dan menyediakan buku-buku referensi terbaru, jurnal- jurnal

internasional terbaru, dan penggunaan e-learning dengan konsisten agar

mahasiswa mampu mengakses ilmu dengan mudah dan ilmu yang

didapatkan lebih berkembang sesuai dengan zamannya.


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa


Indonesia.Yogyakarta : Mocomedia

Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC

Davey, Patrick. 2014. At a Glance Medicine Edisi 4. Jakarta : Erlangga Medical


Series

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, 2016

Doenges, E Marlyn. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Engram, Barbara. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


EGC

Hendarso,M.R. 2014. Pola Kuman dan Hasil Uji Kepekaan terhadap Antibiotika
dari Spesimen Urin yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Tahun 2011 hingga 2013.
etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/68435/.../S1-2014-296434-
chapter1.pdf diakses pada tanggal 10 November 2016

Hurts, Marlene. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta : EGC

Kemenkes RI. 2014. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.

Kozier, Berman. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &
Praktik Volume I Edisi VII. Jakarta : EGC

Mandal B.K.,dkk. 2008. Lecture Notes Penyakit Infeksi Edisi 4. Jakarta :


Erlangga Medical Series

Mansjoer, Arif, dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI

Medical Record RS Bhayangkara TK.III Bengkulu

Moorhead S, dkk.2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC) Edisi Bahasa


Indonesia. Yogyakarta : Mocomedia.

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK). 2012.
Urinary Tract Infection in Adults. https://www.niddk.nih.gov/health-
information/health-topics/urologic-disease diakses pada tanggal 10
November 2016

Pierce A & Neil R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.. Jakarta :
Erlangga Medical Series

Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &
Praktik Edisi 7. Jakarta: EGC

Scanlon,Valerie C dan Sanders, Tina. 2006. Buku Ajar Anatomi & Fisiologi.
Jakarta: EGC

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Shier D, Butler J, Lewis R. 2007. Hole’s Human Anatomy & physiology, 11th
edition. New York: Mc Graw Hill.

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC

Sudoyo W, Aru, dkk. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 4. Jakarta
: FKUI

Suharyanto, Toto. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media

Wilkinson, Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
BIODATA

Nama Lengkap : Lista Guspani

Tempat/ Tanggal Lahir : Masmambang, 23 Agustus 1996

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Jurusan : Keperawatan

Alamat : Jl. Bumi Ayu, Kecamatan Selebar Kota Bengkulu

Nama Orang Tua

Ayah : Pistalozi

Ibu : Meiliska Widiani

Sosial Media : Email : listavanny@gmail.com

Facebook : Lista Gusvani Pistalozi

Instagram : listaaaa_

Judul Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Infeksi Saluran
Kemih di Ruang Anggrek RS. Bhayangkara Bengkulu
Tahun 2017
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 09 Seluma (2002 – 2008)
2. SMPN 03 Seluma (2008 – 2011)
3. SMAN 02 Bengkulu Selatan (2011 – 2014)
19

5. WOC (Web Of Caution)

DM Kateterisasi uretra pendek imun refluks kehamilan obstruksi


dengan vesiko ureter saluran kemih
Kebersihan tubuh rentan penekanan
glikosuria buruk infeksi statis urin pada vesika residu urin

di kandung kemih urinaria di vesika


urinaria
kolonisasi bekteri di preputium/

perineum keinginan
berkemih
bakteri naik ke uretra

perkembangbiakan bakteri dalam


vesika urinaria

Kolonisasi bakteri
(Mikroorganisme : E. Coli, Klebsiella,
Stafilokokus, Proteus)

Infeksi

cemas hospitalisasi ISK bawah bakteri n aik


dan menginfeksi
saluran kemih
MK : Ansietas bagian atas
Bakteri mengeluarkan
Endotoksin
ISK atas

Reaksi inflamasi reaksi inflamasi stress tubuh

Pelepasan mediator inflamasi pelepasan pengeluaran


Mediator inflamasi Hormon stress
Edema / spasme
Mukosa asam lambung
Vesika urinaria pengaktifan merangsang
Prostaglandin pusat mual-muntah
Distensi kandung nyeri
Kemih peningkatan anoreksia, malaise
termostat MK :
di hipotalamus Nyeri intake inadekuat
iritasi ureteral Frekuensi urgensi Akut
suhu tubuh MK :
Ketidakseimbangan
disuria hematuria nokturia MK : Nutrisi Kurang

Hipertermi dari Kebutuhan


MK : tubuh
MK : Gangguan Gangguan
MK : Nyeri Akut
Eliminasi Urin Pola Tidur

Anda mungkin juga menyukai