Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERUBAHAN FISIOLOGIS YANG TERJADI PADA LANSIA DENGAN GASTRITIS

Mata Kuliah

Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing

Mizam Ari Kurniyanti., S.Kep., Ners., M.Kep

Nama Kelompok

Mutamimatul Adhiyanmar ( 181014201634 )

Melinda Dwi Lestari ( 170914201575 )

Yosi igomu ( 181014201658 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lansia merupakan fase menurunya kemampuan akal fisik yang dimulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Pemenuhan gizi pada lansia
pada dasarnya sangat penting untuk mencegah masalah kekurangan dan kelebihan
gizi bagi lansia dan berbagai penyakit pada lansia oleh karena itu dapat dilakukan
dengan pengaturan pola makan dengan jumlah yang cukup dalam pengaturan
jumlah makanan sebagai sumber energi hendaknya harus mengandung semua
unsur gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, air dan serat dalam
jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan lansia serta harus seimbang dalam
komposisinya, Penyakit yang sering terjadi pada lansia adalah hiperkolesterol,
jantung, hipertensi, sembelit, ostioporosis, gastritis. Pola makan pada lansia sering
tidak teratur dikarenakan kemampuan daya ingat terhadap waktu makan sangat
terbatas dan biasanya juga dalam kondisi terlalu lapar namun kadang-kadang terlalu
kenyang, Sehingga kondisi lambung dan pencernaan menjadi terganggu (Muhith,
Siyoto, 2016)
Gastritis merupakan gangguan kesehatan terkait dengan proses pencernaan
terutama lambung. Lambung bisa mengalami kerusakan karena proses peremasan
yang terjadi terusmenerus selama hidup. Selain itu, lambung bisa mengalami
kerusakan jika sering kosong karena lambung meremas hingga dinding lambung
lecet atau luka. Pada lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur – sayuran dan
buah – buahan, Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari konstipasi (susah buang
air besar) yang sering dikeluhkan oleh para lansia,mengkonsumsi buah dan sayur
yang kaya akan serat, maka hal itu akan menjadikan buang air besar semakin
mudah. Untuk buahbuahan, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya
karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi buah dan sayuran,
sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan (Muhith,
Siyoto, 2016).
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana proses peperawatan pada pasien Gastritis
1.3. Tujuan
Mampu mengetahui bagaimana proses keperawatan pada pasien dengan Gastritis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi
Gastritis merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat kita, baik
lapisan menengah ke atas maupun lapisan masyarakat menengah ke bawah.
Gastritis adalah rasa sakit akibat peradangan atau luka di lambung. Gastritis dapat
menyerang setiap orang tanpa mengenal batas usia. Gastritis juga dapat muncul
secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat (akut), waktu yang lama (kronik), atau
karena kondisi khusus seperti adanya penyakit lain (Sarasvati, 2010).
Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap
delapan negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka
kejadian gastritis di dunia. Dimulai dari negara yang kejadian gastritisnya paling
tinggi yaitu Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India
dengan persentase 43%, lalu dibeberapa negara lainnya seperti Inggris 22%, China
31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8%. Gastritis
biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal
dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita (Yorimichi, 2011).
Yorimichi (2011), mengatakan bahwa di Indonesia angka kejadian gastritis
cukup tinggi. Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen
Kesehatan RI angka kejadian gastritis dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi
mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu dibeberapa kota lainnya seperti Surabaya
31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh
31,7%, dan Pontianak 31,2%. Pola makan yang tidak teratur merupakan penyebab
seseorang terserang gastritis (Jayanti, 2011).
1.2. Etiologi
Penyebab terjadinya gastritis sering berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
 Pemakaian Obat anti inflamasi
Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam mefenamat,
aspilet dalam jumlah besar. Obat anti inflamasi non steroid dapat memicu
kenaikan produksi asam lambung, karena terjadinya difusi balik ion hidrogen
ke epitel lambung. Selain itu jenis obat ini juga mengakibatkan kerusakan
langsung pada epitel mukosa karena bersifat iritatif dan sifatnya yang asam
dapat menambah derjat keasaman pada lambung (Sukarmin, 2013).
 Konsumsi Alkohol
Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak
sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya
iritasi pada mukosa lambung.
 Terlalu Banyak Merokok
Asam nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang
berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke
lambung mengalami penurunan.Penurunan ini dapat berdampak pada
produksi mukosa yang salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari
iritasi.Selain itu CO yang dihasilkan oleh rokok lebih mudah diikat Hb dari
pada oksigen sehingga memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada
lambung.Kejadian gastritis pada perokok juga dapat dipicu oleh pengaruh
asam nikotinat yang menurunkan rangsangan pada pusat makan, perokok
menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat langsung mencerna
mukosa lambung bukan makanan karena tidak ada makanan yang masuk.
 Uremia
Ureum pada darah dapat mempengaruhi proses metabolisme didalam tubuh
terutama saluran pencernaan (gastrointestinal uremik). Perubahan ini dapat
memicu kerusakan epitel mukosa lambung.
 Stress Berat
Stress psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang dapat
merangsang peningkatan produksi asam lambung. Peningkatan HCl dapat
dirangsang oleh mediator kimia yang dikeluarkan oleh neuron simpatik
seperti epinefrin.
 Infeksi Microorganisme
Koloni bakteri yang menghasilkan toksik dapat merangsang pelepasan
gastrin dan peningkatan sekresi asam lambung seperti bakteri Helycobacter
pylori.
1.3. Patofisiologi
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan swasirna; merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan
lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein,
alkohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H. pylori lebih
sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada
epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan
daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi nonsteroid
(NSAID: misalnya indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamida, steroid, dan
digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu
sawar mukosa lambung. Apabila alkohol diminum bersama dengan aspirin, efeknya
akan lebih merusak dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila
diminum secara terpisah
Patafisiologi gastritis mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung
dari pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses autodigesti acid,
prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa barier ini rusak
maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan
diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf cholinergic Kemudian HCL dapat
berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil,
yang mengakibatkan tercadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.
Alkohol, aspirin dan refluk isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier.
1.4. Web Of Cauntion

Helycobacter pylori Zat – Zat Korosif Stress

Infeksi Mukosa Stimulus Nervus


Gangguan Difusi
Lambung vagus
Barier Mukosa

Refleks enteric
Dinding Lambung

Hormon Gastrin

Peningkatan Asam Lambung Stimulus sel parietal

Iritasi Mukosa Lambung

Peradangan Mukosa Lambung

Hepiremis ansietas Nyeri epigastrium Hipotalamus

Mukosa Menipis Kurang Aktivitas


Informasi Nyeri Akut Lambung
Meningkat
Kehilangan
Defisit
Fungsi Kelenjar
Pengetahuan Kontraksi Otot
fundus
Lambung

Faktor intrinsik
Masukan Nutrient Anoreksia,Mual,
inadekuat Muntah

Penurunan
Absorbsi Vitamin Masukkan
Defisit
B12 cairan
Nutrisi
adekuat/Kehila
ngan Cairan
Anemia Pernisiosa

Risiko
Penurunan Volume Darah ketidakseimbangan
Merah
cairan

Penurunan Suplai O2 ke Jaringan Kelemahan Fisik Intoleransi Aktifitas

1.5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala gastritis adalah
a. Gastritis Akut
- Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung
- Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.
Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung yang mengakibatkan
mual hingga muntah
- Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan melena,
kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan
b. Gastritis Kronis
Pada pasien gastritis kronis umunya tidak mempunyai keluhan, Hanya sebagian
kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan.

1.6. Penatalaksaan
 Secara Farmakologis
Pasien gastritis mengalami peningkatan sekresi asam lambung, untuk
itu digunakan obat antiulcer dengan tujuan menghambat atau menurunkan
sekresi asam lambung. Ranitidin dan antasida merupakan obat antiulcer yang
paling banyak digunakan dalam terapi gastritis, ranitidin diberikan sebelum
makan dengan tujuan memaksimalkan penghambatan sekresi asam lambung
sebelum adanya rangsangan sekresi asam lambung dari makanan
sedangkan antasida bertujuan untuk menetralkan asam lambung (Tjay dan
Rahardja, 2007). Untuk melindungi mukosa lambung dari serangan asam
lambung juga diberikan agen sitoproteksi (sukralfat) yang dapat melindungi
mukosa lambung (Sukandar et al, 2009).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2011)
antibiotik tidak diberikan pada infeksi yang disebabkan oleh virus atau
penyakit yang dapat sembuh sendiri (self limited), sedangkan apabila
antibiotik diberikan pada pasien yang tidak mengalami infeksi bakteri hal ini
dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Ada juga terapi tambahan yang
digunakan yaitu larutan elektrolit, antiemetik, analgesik dan antipiretik, dan
antidiare. Pemberian larutan elektrolit pada pasien gastritis bertujuan untuk
mengembalikan kekurangan dan kehilangan cairan akibat muntah yang
terjadi.
Larutan elektrolit yang banyak digunakan yaitu infus Ringer Laktat dan
oralit. Infus Ringer Laktat hampir sama dengan ion-ion utama di dalam
plasma normal sehingga cairan ini cocok sebagai cairan pengganti parenteral
terhadap kehilangan cairan dan elektrolit dari kompartemen ekstraseluler
(Kalbemed, 2011), sedangkan oralit dimaksudkan diberikan tiap kali pasien
muntah agar keseimbangan cairan tubuh tetap terjaga. Untuk mengatasi
keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien gastritis diberikan obat
antiemetik, yang banyak digunakan ialah domperidon. Untuk mengatasi
demam yang terjadi maka diberi parasetamol yang memiliki dua fungsi yakni
sebagai analgesik dan antipiretik (Sukandar et al, 2009). Antidiare diberikan
pada pasien yang mengalami diare.
 Secara Non Farmakologis
Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat diberikan pada
penderita yang mengalami nyeri pada gastritis adalah terapi komplementer
(Indayani 2018). Beberapa tindakan mandiri yang dapat di laksanakan
perawat untuk membantu klien yaitu dengan menggunakan Manajemen Nyeri
untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa
nyaman. Menggunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien yaitu dengan menggunakan teknik distraksi, relaksasi
(Menggunakan napas dalam), kompres air hangat, teknik relaksasi otot
progresif dalam.
1. Teknik relaksasi nafas
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan.
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah
(Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Wijayanti dan Dirdjo 2015). Karena relaksasi
nafas dalam yang digunakan untuk proses terapi tersebut sangat membantu
meringankan nyeri yang dialami pasien oleh karena itu memudahkan dalam
proses penyembuhan. (Waluyo & Suminar 2017).
Menurut (Shin et al. 2012) pengendalian pengaturan pernapasan
secara sadar dilakukan oleh korteks serebri, sedangkan pernapasan yang
spontan atau automatik dilakukan oleh medulla oblongata. Napas dalam
lambat dapat menstimulasi respons saraf otonom melalui pengeluaran
neurotransmitter endorphin yang berefek pada penurunan respons saraf
simpatis dan peningkatkan respons parasimpatis. Stimulasi saraf simpatis
meningkatkan aktivitas tubuh, sedangkan respons parasimpatis lebih banyak
menurunkan ativitas tubuh atau relaksasi sehingga dapat menurukan aktivitas
metabolik (Shirbeigi et al. 2015).
2. Teknik Kompres Hangat

Penggunaan kompres hangat diharapkan dapat meningkatkan


relaksasi otot-otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta
memberikan rasa hangat lokal. Pada umumnya panas cukup berguna untuk
pengobatan. Panas meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan
meningkatkan sirkulasi. Kompres hangat dapat menyebabkan pelepasan
endorfin tubuh sehingga memblok transmisi stimulasi nyeri. (Subekti &
Utami, 2011).
BAB III

PROSES KEPERAWATAN

1.1. Konsep Asuhan Keperawatan Gastritis


a. Pengkajian
Indentitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar
belakang kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Keluhan utama
P : Disebabkan inflamasi dari mukosa lambung, faktor yang memperberat
adanya nyeri dan mual, usaha yang dilakukan untuk mengobati minum
obat maag
Q : Klien mengatakan mual dan nyeri uluh hati.
R : Lokasinya di daerah epigastrium dan menyebar keseluruh abdomen
S : Nyeri yang dirasakan klien pada skala :
0 : tidak ada nyeri
1 : nyeri ringan
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : nyeri berat sampai pingsan
T : Nyeri yang dirasakan kadang-kadang terjadi secara mendadak
c. Riwayat kesehatan
Meliputi riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit keturunan atau
tidak, riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit yang dialami saat ini
adanya alergi obat atau makanan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi apakah pasien tersebut pernah opname atau tidak sebelumnya
penyakit apa yang pernah diderita sebelumnya.
e. Riwayat psikososial pasien :
Biasanya ada rasa stress , kecemasan sangat tinggi yang dialami pasien
mengenai kegawatan pada saat krisis
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi makan, minum, porsi , keluhan Gejala : Nafsu makan
menurun, adanya penurunan berat badan, mual, muntah.
2) Pola eliminasi seperti buang air kecil, buang air besar yang
meliputi frekuensi, warna, konsisisten dan keluhan yang
dirasakan. Gejala : BAB berwarna hitam ,lembek
g. Pola kebersihan diri
Pola ini membahas tentang kebersihan kulit, kebersihan rambut, telinga,
mata, mulut, kuku.
h. Pola kognitif- persepsi sensori
Keadaan mental yang di alami, berbica, bahasa, ansietas, pendengaran,
penglihatan normal atau tidak.
i. Pola konsep diri
meliputi identitas diri, ideal diri, harga diri, gambaran diri.
j. Pengkajian pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADL)
1) Aktivitas / Istirahat
 Biasanya klien mengalami kelelahan, kelemahan, dan
hiperventilasi.
2) Sirkulasi
 Biasanya klien mengalami kelemahan, berkeringat, warna
kulit pucat, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat,
warna kulit pucat dan kelemaan pada kulit.
3) Integritas ego
 Apakah ada faktor stressakut atau kronis (kehilangan,
hubungan kerja) dan perasaan tak berdaya.
4) Makanan atau cairan
 Anoreksia, mual, muntah( muntah yangmemenjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
k. Pengkajian fisik:
1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien baik (compos mentis).
2) Tanda-tanda Vital
Suhu tubuh : 36º C
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Berat Badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 155 Cm
Skala nyeri : 2
3) Pemeriksaan Head to toe
 Kepala
Bentuk : Bulat, kepala klien simetris dan tidak ada
benjolan.
Kulit kepala : Kulit kepala klien kurang bersih.
 Rambut
Penyebaran rambut klien : Penyebaran rambut klien merata.
Bau : Rambut klien tidak bau.
Warna kulit : Warna kulit klien hitam.
 Wajah
Struktur waja : Struktur wajah klien bulat, tidak ada edema.
Warna kulit : Kulit wajah klien putih.
 Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Klien memiliki mata yang
lengkap dan simetris antara kanan dan kiri.
Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva klien pucat.
Pupil : Normal.
Cornea dan iris : Normal.
 Hidung
Tulang hidung : Normal, simetris.
Lubang hidung : Simetris kanan dan kiri.
Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
 Telinga
Bentuk telinga : Simetris antara telinga kanan dan kiri.
Ukuran telinga : Sama besar antara telinga kanan dan kiri.
Lubang telinga : Bersih, tidak ada kotoran.
Ketajaman pendengaran : Klien masih mampu mendengar
dengan baik.
 Mulut dan faring
Keadaan mukosa bibir : Mukosa bibir normal.
Keadaan gusi dan gigi : Normal.
Kedaan lidah : Normal.
 Leher
Posisi trachea : Trachea berada pada posisi yang normal.
Thyroid : Tidak ditemukan massa di daerah thyroid
klien, dan tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
 Pemeriksaan integumen
Kebersihan : Kulit klien terlihat bersih.
Kehangatan : Kulit klien terasa hangat.
Warna : Kulit klien berwarna putih.
Turgor : Turgor kulit kembali sebelum 2 detik.
Kelembapan : Kulit klien tidak terlalu lembap.
Kelainan pada kulit : Tidak ada.
 Pemeriksaan thoraks/dada

Inspeksi thoraks :Bentuk thoraks klien simetris.

Pernafasan : Irama pernafasan klien teratur dengan


frekuensi tidak terlalu cepat.

 Abdomen
Inspeksi : Keadaan kulit : warna, elastisitas, lembab,
bentuk abdomen rata. Jika pasien melipat lutut sampai dada
sering merubah posisi, menandakan pasien nyeri.
Auskultasi : Distensi bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan dan hipoaktif setelah perdarahan
Perkusi : Pada penderita gastritis suara abdomen
ditemukan hypertimpani (bising usus meningkat)
Palpasi : Kadang kala terdapat nyeri tekan ringan
daerah epigastric (terjadi karena distruksi asam lambung). Pada
pasien gastritis dinding abdomen tegang.

 Ekstremitas

Ekstremitas simetris dalam ukuran dan panjang.

Otot : Otot tidak teraba dengan tidak adanya tremor. Biasanya


kokoh dan menunjukkan gerakan yang halus dan terkoordinasi.

Tulang : Tidak ada kelainan bentuk tulang, nyeri tekan dan


bengkak.

Sendi : Tidak ada bengkak, nyeri tekan dan sendi bergerak


dengan lancar

1. Pemeriksaan penunjang, menurut Priyanto (2009) yang ditemukan


pada pasien gastritis, yaitu :
1) Endoscopy
2) Pemeriksaan histopatologi
3) Laboratorium
4) Analisa gaster
5) Gastroscopi.

1.2. Diagnosa keperawatan


1) Nyeri akut
2) Defisit pengetahuan
3) Defisit nutrisi
4) Risiko ketidakseimbangan cairan
5) Intoleransi aktifitas

1.3. Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan hasil
1. Nyeri akut (SDKI, Tingkat nyeri ( SLKI, Manajemen nyeri (SIKI, 1.08238)
D.007) L.08066) Observasi
Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi,
asuhan selama 3x24 karakteristik, durasi,
jam diharapkan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
dapat teratasi, dengan nyeri.
kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi respon non verbal
menurun - Identifikasi faktor yang
- Nafsu makan memperberat dan
membaik memperingan nyeri
- Pola tidur - Monitor efek samping
membaik penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dala pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Anjurkan teknik non
varmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
anlgetik, jika perlu
2. Defisit Tingkat pengetahuan Dukasi kesehatan (SIKI, 1.12383)
pengetahuan (SLKI, L.12111) Observasi
(SDKI, D.0111) Setelah dilakukan - Identifikasi kesiapan dan
asuhan selama 3x24 kemampuan menerima
jam diharapkan Defisit informasi
pengetahuan dapat - Identifikasi faktor-faktor yang
teratasi, dengan kriteria dapat meningkatkan dan
hasil : menurunkan motivasi
- Perilaku sesuai perilaku hidup bersih dan
anjuran sehat
- Perilaku sesuai Terapeutik
dengan - Berikan kesempatan untuk
pengetahuan bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
3. Defisit nutrisi Status nutrisi (SLKI, Manajemen nutrisi (SIKI,
(SDKI, D.0019) L.03030) 1.03119)
Setelah dilakukan Observasi
asuhan selama 3x24 - Identifikasi status nutrisi
jam diharapkan Defisit - Identifikasi alergi dan
nutrisi dapat teratasi, intoleransi makanan
dengan kriteria hasil : - Monitor asupan makanan
- Pengetahuan - Monitor berat badan
tentang pilihan Terapeutik
makanan dan - Fasilitasi menentukan
minuman yang pedoman diet
sehat meingkat - Berikan suplemen makanan,
- Pengetahan jika perlu
tentang standar Edukasi
asupan nutrisi - Anjurkan diet yang
yang tepat dianjurkan
meningkat Kolabirasi
- Sikap terhadap - Kolaborasi pemberian
makanan/minuma medikasi sebelum makan
n sesuai dengan
tujuan kesehatan
- Berat badan
membaik
- Membran mukosa
membaik

4. Risiko Keseimbangan cairan Manajemen cairan (SIKI,


ketidakseimbangan (SLKI, L03020) 1.03098)
cairan (SDKI, Setelah dilakukan Observasi
D.0036) asuhan selama 3x24 - Monitor status hidrasi
jam diharapkan Risiko - Monitor berat badan harian
ketidakseimbangan Terapeutik
cairan dapat teratasi, - Berikan asupan cairan
dengan kriteria hasil : sesuai kebutuhan
- Asupan cairan Kolaborasi
meningkat - Kolaborasi pemberian
- Asupan makanan diuretik, jika perlu
membaik

5. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energi (SIKI,


(SDKI, D.0056) (SLKI, L.05047) 1.05178)
Setelah dilakukan Observasi
asuhan selama 3x24 - Monitor kelelahan fisik dan
jam diharapkan emosional
Intoleransi aktivitas - Monitor pola dan jam tidur
dapat teratasi, dengan Terapeutik
kriteria hasil : - Sediakan lingkungan
- Kemempuan nyaman dan rendah stimulus
dalam melakukan Edukasi
aktivitas sehari- - Anjurkan tirah baring
hari meningkat Kolaborasi
- Perasaan lemah - Kolaborasi dengan ahli gizi
menurun tentang cara meningkatkan
asupan makanan
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi
yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan
tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti
trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat
juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis,
gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan
hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai pola
makan tidak teratur hampir seluruhnya, Ada hubungan pola makan dengan frekuensi
kekambuhan penyakit pada penderita gastritis. Penatalaksanaan gastritis bisa dilakukan
dengan cara farmakologis dan non farmakologis.

4.2. SARAN

Disarankan kepada para lansia untuk memperbaiki pola makan yang teratur dan
menghentikan kebiasaan merokok untuk mencegah kejadian gastritis, tubuh merupakan
sistem otomatisasi tubuh yang berjalan sesuai dengan kebiasaan yang kita lakukan dan bila
kita mengabaikan hal tersebut, misalnya kita makan terlambat, maka asam lambung akan
mengiritasi lambung karena makanan yang seharusnya datang/dikonsumsi pada waktu
tertentu yang berfungsi menetralisir asam lambung ini tidak ada (terlambat), maka masalah
yang akan dihadapi adalah gastritis.
DAFTAR PUSTAKA

(Aritonang, 2021)Aritonang, M. (2021). Pengaruh Stress Dan Pola Makan Dengan Frekuensi
Kekambuhan Penyakit Pada Penderita Gastritis Di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun
2020. Jurnal Pandu Husada, 2(2), 84. https://doi.org/10.30596/jph.v2i2.6685

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pengaruh Pola Makan dan Merokok Terhadap Kejadian
Gastritis Pada Lansia. Jurnal Keperawatan, 9(3), 136–139.

Saputra, M. A. S., & Tamzil, E. (2020). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis
pada Pasien di Puskesmas Pembina Palembang. 1(1).
https://doi.org/10.31219/osf.io/ykq42

(Utami & Kartika, 2018)Utami, adinna dwi, & Kartika, imelda rahmayunia. (2018). Terapi
Komplementer Guna Menurunkan Nyeri Pasien Gastritis: REAL in Journal, 1(3), 123–
132. https://dx.doi.org/10.32883/rnj.v1i3.341.g109
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik,Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
keperawatan,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai