Anda di halaman 1dari 9

MUTU (M5)

Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara


efisien dan efektif sesuai dengan standart profesi, standart pelayanan yang di
laksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan
teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan
atau keperawatan sehingga mencapai derajat kesehatan yang optimal (Nursalam,
2015).
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan
menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata
masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan
jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan,
kesengsaraan yang di alami pasien dan keluarganya. Salah satu indikator dari mutu
pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu
memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan merupakan perbandingan antara kualitas
jasa pelayanan yang di dapat dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan (Tjiptono,
2004).
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur,
proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum aspek penilaian
meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit (EDIA) (Nursalam, 2015).
Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018) dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan pasien dan menjamin keselamatan pasien maka rumah sakit perlu
mempunyai program peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP) yang
menjangkau ke seluruh unit kerja di rumah sakit

Hasil Kuesioner Kepuasan Pasien di Ruang Pajajaran RSUD Prof. dr. Soekandar Kabupaten
Mojokerto
NO Keterangan Sangat tidak Tidak Puas Sangat
puas puas puas
1 Perawat mampu 66,7% 33,3%
menangani
masalah perawatan
dengan tepat dan
professional
2 Perawat mampu
memberikan 66,7% 33,3%
informasi tentang
tenaga yang merawat,
sarana prasarana RS,
peraturan RS dan
mengeni penyakit yang
diderita
3 Perawat mampu
memberikan 66,7% 33,3%
pelayanan yang
berkualitas
4 Perawat dapat 77,8% 22,2%
dipercaya dalam
memberikan pelayanan
5 Perawat selalu menjaga
kerapian dan 66,7% 33,3%
penampilannya
6 Perawat perhatian
terhadap keluhan yang 66,7% 33,3%
anda rasakan
7 Perawat mudah
dtemui dan dihubungi 66,7% 33,3%
bila anda
membutuhkan
8 Pelayanan yang 55,6% 44,4%
diberikanPerawat
tidak memandang
pangkat/status tapi
berdasarkan kondisi
anda
9 Perawat perhatian dan 55,6% 44,4%
memberi dukungan
terhadap kebutuhan
pelayanan anda
10 Perawat ramah dan 55,6% 44,4%
sopan dalam pelayanan
11 Perawat bersedia 66,7% 33,3%
menawarkan bantuan
kepada anda ketika
mengalami kesulitan
12 Perawat Memberi 66,7% 33,3%
pelayanan tepat waktu
13 Perawat segera 66,7% 33,3%
menangani anda ketika
sampai di rumah sakit
14 Kenyamanan dan 66,7% 33,3%
keamanan fasilitas
gedung RS
15 Ketersediaan sarana 66,7% 33,3%
dan prasarana yang
diperlukan dalam
pelayanan
16 Kebersihan dan 66,7% 33,3%
kesiapan alat- alat
kesehatan yang
digunakan
17 Ketersediaan petunjuk 66,7% 33,3%
informasi ruangan dan
lokasi
18 Kebersihan fasilitas 55,6% 44.4%
umum: toilet, tempat
ibadah dan tunggu ruang
19 Menu makanan RS : 11,1% 44,4% 44,4%
rasa,penyajian,ketepatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah di lakukan pada tanggal di RSUD Prof.
dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto di ruang Pajajaran telah menerapkan upaya
penjaminan mutu perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek penilaian
penting, diantaranya sebagai berikut :
a. Keselamatan pasien (Patient Safety)
1) Sasaran I ketepatan identifikasi pasien
Sasaran ini memiliki dua maksud dan tujuan yakni untuk memastikan
ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan dan untuk
menyelaraskan layanan atau tindakan yang di butuhkan oleh pasien. Identifikasi
pasien di lakukan untuk menghindari kesalahan pasien Identifikasi dilakukan
dengan menggunakan gelang untuk identitas pasien di pasang saat pasien
dilakukan penilaian risiko mulai dari IGD atau di ruang perawatan.Gelang terdiri
dari 4 warna yang memiliki definisi tersendiri pada masing-masing warna yaitu :
a) Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan.
b) Gelang biru digunakan untuk pasien laki-laki.
c) Gelang kuning digunakan untuk pasien risiko jatuh.
d) Gelang merah digunakan untuk pasien alergi.
e) Gelang ungu digunakan untuk pasien tidak dilakukan resusitasi.
Menurut Kemenkes (2011) standar gelang identitas berwarna pink atau
biru berisi identitas pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam medik,
jenis kelamin pasien, dan tanggal lahir. Identifikasi pasien dilakukan dengan
mencocokan gelang identitas yang dipakai pasien. Proses identifikasi yang
digunakan di rumah sakit mengharuskan terdapat paling sedikit 2 (dua) dari 3
(tiga) bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik,
atau bentuk lainnya (misalnya, nomor induk kependudukan atau barcode).
Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan untuk identifikasi pasien. Identifikasi
pasien dilakukan ketika penerimaan pasien baru, pemberian obat, pemberian
terapi sebelum melakukan prosedur/tindakan dan discharge planning.

1. Sasaran I ketepatan identifikasi pasien meliputi standart yaitu :


a) Pasien di identifikasi menggunakan 2 identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor, kamar, atau lokasi pasien
b) Pasien di identifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah
c) Pasien di identifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis
d) Pasien di identifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau
prosedur
Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi (Nursalam, 2015). Berdasarkan hasil pengkajian
tanggal 07 Juni 2022 , penerapan gelang identitas di Ruang Pajajaran sudah
sesuai dengan kriteria Kemenkes yakni berwarna pink atau biru berisi identitas
pasien meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam medik, tanggal lahir, NIK
pada pasien, untuk pasien allergy di berikan label berwarna merah, label warna
kuning untuk pasien beresiko jatuh, pada pengkajian semua pasien telah
diberikan gelang identitas oleh perawat.

2. Sasaran II Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)


Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (2018)
komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua
(ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi yang bertujuan mengurangi
kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi
efektif yang digunakan yaitu menggunakan metode SBAR (Situation,
Background, Assesment, Recommendation).
SBAR digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang
lain, timbang terima, berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi pasien,
dan melaksanakan informed consent. SBAR juga digunakan pada saat
komunikasi atau perintah secara verbal ataupun telepon, staf yang menerima
pesan harus menuliskan dan membacakan kembali kepada pemberi pesan dan
dalam pemberi pesan harus menandatangani dalam waktu 1x 24 jam. Kolom
comunicator yang ditandatangani oleh perawat yang menerima dan kolom
advisor yang ditandatangani oleh dokter yang memberikan advice. Sasaran II
Peningkatan komunikasi yang efektif meliputi standart yaitu :
a) Perintah lisan dan yang melalui telfon ataupun hasil pemeriksaan yang di
tuliskan secara lengap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut
b) Perintah lisan dan melalui telfon atau hasil pemeriksaan secara lengkap di
bacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
c) Perintah atau hasil pemeriksaan di konfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
d) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam
melakukan verifikasi terhadap akurasi dan komunikasi lisan melalui telfon
Berdasarkan hasil pengkajian 07 Juni 2022 di Ruang Pajajaran penerapan
komunikasi efektif yang sudah diterapkan yaitu menggunakan metode SBAR.

Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai (High


Allert Medication)
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi dan
dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam
penggunaannya. Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas obat risiko tinggi,
yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan kematian atau
kecacatan seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik ; obat yang nama,
kemasan, label, penggunaan klinik tampak atau kelihatan sama (look alike),
bunyi ucapan sama (sound alike), seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine
dan hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM) ;
dan elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama
atau lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih
besar dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan
magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih (SNARS, 2018).
Untuk meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai, rumah sakit perlu
menetapkan risiko spesifik dari setiap obat dengan tetap memperhatikan aspek
peresepan, menyimpan, menyiapkan, mencatat, menggunakan, serta
monitoringnya. Obat high alert harus disimpan di instalasi farmasi/unit/depo.
Bila rumah sakit ingin menyimpan di luar lokasi tersebut, disarankan disimpan
di depo farmasi yang berada di bawah tanggung jawab apoteker. Selain itu,
sebagai perawat salah satu cara untuk mewaspadai pemberian obat, yaitu
menggunakan double crosscheck mulai dari proses persiapan sampai
pemberian ke pasien.

Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai (High


Allert Medication) meliputi standart yaitu :
a) Kebijakan dan atau prosedur di kembangkan untuk mengatur identifikasi,
lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat yang perlu di waspadai
b) Kebijakan dan prosedur di implementasikan
c) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika di
butuhkan secara klinis dan tindakan di ambil untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja di area tersebut, bila di perkenankan kebijakan
d) Elektrolit konsentrat yang di simpan di unit pelayanan pasien di beri label
yang jelas dan di simpan dengan cara yang membatasi akses (restrict
acces)
Berdasarkan hasil pengkajian 07 Juni 2022 di Ruang Pajajaran didapatkan
kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan
menggunakan double cross check dan dengan memisahkan obat-obatan high
alert pada tempat yang telah disediakan, untuk obat yang akan diinjeksikan
penamaan sudah dilakukan dengan labeling (etiket).

Sasaran IV. Kepastian tepat- lokasi, tepat prosedur, tepat –pasien operasi
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat
lokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi
yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda lokasi operasi yang
diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol permanen. Proses untuk
memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan
crosscheck pada gelang identifikasi sedangkan tepat prosedur dilakukan di
ruang operasi menggunakan beberapa check list untuk mencegah kesalahan
prosedur. Prosedur pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
a) Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien,
keluarga dan tim anestesi.
b) Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasikan kepada tim
bedah.
c) Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi. Kepastian tepat- lokasi, tepat
prosedur,tepat –pasien operasi meliputi standart yaitu :
1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk
identifikasi operasi dan melibatkan pasien dalam penandaan atau
pemberian tanda.
2) Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk
melakukan verifikasi praoperasi tepat lokasi,tepat prosedur,dan tepat
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia,tepat atau benar, dan fungsional.
3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat atau
mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi)., “sebelum
inisisi atau time out”.
4) Tepat sebelum dimulainya suatu prosedur atau tindakan pembedahan
dan sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi)
5) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur,
dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan atau dental
yang dilaksanakan diruang operasi.

Berdasarkan hasil pengkajian 07 Juni 2022 di Ruang Pajajaranuntuk


memastikan tepat pasiendilakukan menggunakan crosscheck pada gelang
identifikasi, tepat prosedur dilakukan dengan cara ruangan sudah
menyediakan form checklist pre operasi sedangkan tepat lokasi di ruangan ini
sudah menandai lokasi operasi yang akan di lakukan pembedahan oleh
dokter.

Sasaran ke V Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah tantangan di
lingkungan fasilitas kesehatan. Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan
kesehatan menjadi keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan. Secara
umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan
kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi
pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik perifer maupun sentral,
dan infeksi paru-paru terkait penggunaan ventilator. Upaya terpenting
menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah dengan menjaga
kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman kebersihan tangan (hand
hygiene) tersedia dari World Health Organization (WHO).
Rumah sakit mengadopsi pedoman kebersihan tangan (hand hygiene)
dari WHO ini untuk dipublikasikan di seluruh rumah sakit. Pengurangan resiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan meliputi standart yaitu :
a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand higiene
terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara umum
(antara lain dari WHO patient safety).
b) Rumah sakit menerapkan program hand higiene yang efektif.
c) Kebijakan dan atau prosedur dikembangakan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan. Sebagai upaya pencegahan infeksi, di Ruang mawar kunin
bawaht telah terbentuk tim Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI),
akan tetapi tim PPI tidak setiap hari melakukan pendataan infeksi di setiap
ruang.
Berdasarkan hasil pengkajian kepada pasien dan keluarga pada tanggal
07 Juni 2022 didapatkan bahwa perawat sudah menerapkan enam momen
mencuci tangan yang ditetapkan oleh WHO. Dalam pemberian health
education mengenai cara cuci tangan yang benar sudah dilakukan melalui
media berupa poster yang di tempel di dinding.

Anda mungkin juga menyukai