Anda di halaman 1dari 22

IDENTIFIKASI PASIEN DAN DIET PASIEN DI RUMKITAL dr.

RAMELAN SURABAYA

Oleh :
Kierra Elok Putri M. (G42161650)
Syarifatul Uzlah (G42161983)

PROGRAM STUDI D-IV GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa kesehatan yang semula hanya
melaksanakan kegiatan penyembuhan dan pemulihan saja. Akan tetapi dengan
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumah sakit juga
melaksanakan upaya peningkatan kualitas pelayanan. Pada hal ini manajemen
rumah sakit harus jeli dalam melihat perubahan maupun perkembangan, terutama
di bidang peningkatan sajian makanan yang akan diberikan kepada pasien
(Kemenkes RI, 2013).
Kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan rangkaian kegiatan
yang dimulai dari upaya perencanaan penyusunan diit pasien hingga pelaksanaan
evaluasi di ruang perawatan. Tujuan kegiatan pelayanan gizi tersebut adalah untuk
memberi terapi diit yang sesuai dengan perubahan sikap pasien. Pelayanan gizi
untuk pasien rawat jalan dilakukan apabila pasien tersebut masih ataupun sedang
memerlukan terapi diit tertentu. Pelayanan gizi penderita rawat jalan juga dilakukan
melalui penyuluhan gizi di poliklinik gizi (Depkes RI, 1991).
Rumah sakit mengembangkan kebijakan atau prosedur secara kolaboratif
untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang digunakan untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah;
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau memberikan
pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua
cara untuk mengidentifikasi seorang pasien. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak
bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan atau prosedur juga menjelaskan
penggunaan dua pengidentifikasi/penanda yang berbeda pada lokasi yang berbeda
di rumah sakit, seperti pelayanan di pelayanan ambulatory atau pelayanan rawat
jalan yang lain, unit gawat darurat, atau kamar operasi. Suatu proses kolaboratif
digunakan untuk mengembangkan kebijakan atau prosedur untuk memastikan telah
mengatur semua situasi yang memungkinkan untuk diidentifikasi.
Kesalahan karena kekeliruan sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis dan
pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error atau kesalahan
dalam mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam keadaan terbius atau
tersedasi, mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya; mungkin bertukar
tempat tidur, kamar, lokasi di dalam rumah sakit; mungkin mengalami disabilitas
sensori, atau akibat situasi lain. Untuk mencegah kesalahan tersebut diperlukan cara
yang dapat dipercaya atau reliable dalam mengidentifikasi pasien sebagai individu
yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan, dan dapat
mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut (Almatsier,
1992).
Seperti yang diketahui, pelayanan gizi rumah sakit mempunyai tugas
menyajikan makanan kepada pasien yang bertujuan untuk penyembuhan dan
pemulihan kesehatan pasien. Pasien yang dirawat di rumah sakit berarti
memisahkan diri dari kebiasaan hidup sehari-hari terutama dalam hal makan. Bukan
saja dari jenis makanan yang disajikan, tetapi juga dari cara makanan dihidangkan;
tempat, waktu, rasa, dan besar porsi makanan (Adriani M, 2012).
Penampilan makanan dapat diamati dari warna, bentuk, konsistensi, besar
porsi dan cara penyajian makanan. Rasa makanan dilihat dari aroma, bumbu,
keempukan, tingkat kematangan dan suhu makanan (Moehyi,1992). Ketika
makanan diolah dengan cita rasa tinggi namun dihidangkan dengan tampilan yang
tidak menarik, maka akan menyebabkan turunnya nilai makanan tersebut. Tampilan
hidangan berhubungan langsung dengan indera penglihatan yang memberikan
penilaian pertama dari sebuah hidangan, sehingga melahirkan rangsangan untuk
menikmati makanan tersebut. Atau dengan kata lain, merangsang selera makan
pasien (Dewi Renaningtyas, Dkk, 2004).
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian mengenai identifikasi
pasien dan diet pasien di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana identifikasi pasien dan diet yang diberikan kepada pasien di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui identifikasi pasien dan diet yang diberikan kepada pasien di
RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui proses pelaksanaan pasien dari diet yang diberikan ke
pasien di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya.
2. Mengetahui ruangan yang belum melakukan identifikasi diet dengan
benar di RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil
keputusan rumah sakit dalam usaha meningkatkan keamanan, mutu pelayanan dan
kepuasan pasien.
1.4.2 Bagi Pasien
Mendapatkan pelayanan yang aman dan bermutu, sehingga pasien merasa
puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
1.4.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk
mengembangkan kemampuan penulis.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi Pasien


2.1.1 Definisi Identifikasi Pasien
Identifikasi merupakan proses pengenalan, menempatkan obyek atau
individu dalam suatu kelas sesuai dengan karateristik tertentu (Bachtiar, 2012).
Poerwadarminta (2007) berpendapat bahwa identifikasi adalah penentuan atau
penetapan identitas seseorang atau benda.
Identifikasi adalah penerapan atau penentu ciri-ciri atau keterangan lengkap
seseorang (Hamzah, 2008). Menurut Hardawinati (2003) identifikasi adalah tanda
pengenal diri, penentu atau penetapan identitas seseorang dan pengenalan tanda-
tanda atau karateristik suatu hal berdasarkan pada tanda pengenal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
identifikasi adalah penempatan atau penentu identitas seseorang atau benda pada
suatu saat tertentu. Sedangkan identifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pengecekan ulang data pasien sebelum melaksanakan kegiatan asuhan
keperawatan pada pasien untuk kepentingan masa perawatan selama di rumah sakit.

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk


memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien, salah satu alat yang
digunakan adalah gelang identitas pasien. Gelang identitas adalah suatu alat berupa
gelang identifikasi yang dipasangkan kepada pasien secara individual yang
digunakan sebagai identitas pasien selama dirawat di rumah sakit. Ada beberapa
tindakan atau prosedur yang membutuhkan identifikasi pasien, yaitu pemberian
obat-obatan, prosedur pemeriksaan radiologi, intervensi pembedahan dan prosedur
invasif lainnya seperti transfuse darah, pengambilan sampel, transfer pasien dan
konfirmasi kematian (Dale and Renner, 1997).
Gelang identifikasi dibedakan dalam beberapa warna dengan tujuan yang
berbeda-beda, yaitu :
1. Pink : pasien dengan jenis kelamin perempuan
2. Biru : pasien dengan jenis kelamin laki-laki
3. Merah : semua pasien yang memiliki alergi obat
4. Kuning : semua pasien dengan risiko jatuh
Ada 3 hal yang wajib ada pada gelang pengenal pasien (biru dan pink) untuk
mengidentifikasi pasien, yaitu: nama lengkap pasien, tanggal lahir dan nomor
rekam medis. Sedangkan untuk gelang alergi (merah) ada 4 hal yang wajib
dicantumkan, yaitu: nama lengkap, umur, nomor rekam medis dan jenis alergi
pasien.

2.1.2 Maksud dan Tujuan Identifikasi Pasien


Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi disemua aspek diagnosis dan
tindakan. Keadaan yang dapat membuat identifikasi tidak benar adalah apabila
pasien dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sepenuhnya sadar,
dalam keadaan koma, saat pasien berpindah tempat tidur, berpindah kamar tidur,
berpindah lokasi di dalam lingkungan rumah sakit, terjadi disfungsi sensoris, lupa
identitas diri, atau mengalami situasi lainnya.
Ada dua maksud dan tujuan stamdar identifikasi pasien: pertama yaitu
memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan dan
kedua, yaitu untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh
pasien.
Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan terdapat
paling sedikit 2 (dua) atau 3 (tiga) bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal
lahir, nomor rekam medik, atau bentuk lainnya (misalnya nomor induk
kependudukan atau barcode). Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan untuk
identifikasi pasien. Dua (2) bentuk identifikasi digunakan di semua area layanan
rumah sakit seperti di rawat jalan, rawat inap, unit darurat, kamar operasi, unit
layanan diagnostik, dan lainnya.
Dua (2) bentuk identifikasi harus dilakukan dalam setiap keadaan terkait
intervensi kepada pasien. Misalnya identifikasi pasien dilakukan sebelum
memberikan radioterapi, menerima cairan interval, hemodialysis, pengambilan
darah atau pengambilan specimen lain untuk pemeriksaan klinis, katerisasi jantung,
prosedur radiologi diagnosik, dan identifikasi terhadap pasien koma (SNARS edisi
1, 2017).

2.2 Standar Diet Rumah Sakit


Makanan yang diberikan kepada orang sakit disesuaikan dengan keadaan
penyakitnya. Oleh karena itu, banyak sekali kemungkinan modifikasi yang dapat
dilakukan. Modifikasi dapat berkenaan dengan konsistensi makanan yaitu dari
makanan biasa menjadi makanan lunak, makanan saring, atau makanan cair
Kandungan kalori dalam makanan, terutama berkenaan dengan jumlah hidrat arang,
protein dan zat lemak. Kandungan unsur gizi tertentu, baik mengenai jenis ataupun
jumlah unsur gizi. Apapun modifikasi yang dilakukan haruslah senantiasa
diperhatikan agar orang sakit memperoleh zat gizi sesuai dengan kebutuhannya.
Berikut macam-macam standar diet rumah sakit :
1. Diet makanan biasa
2. Diet makanan lunak
3. Diet makanan saring
4. Diet tinggi energi tinggi protein
5. Diet rendah energi
6. Diet rendah garam
7. Diet luka bakar
8. Diet komplikasi kehamilan
9. Diet penyakit saluran cerna atas
10. Diet penyakit saluran cerna bawah
11. Diet penyakit hati dan kantung empedu
12. Diet penyakit jantung dan pembuluh darah
13. Diet penyakit ginjal dan kandung kemih
14. Diet penyakit paru
15. Diet dan makanan cair
16. Diet pemeriksaan
Standar diet rumah sakit adalah patokan yang sudah ditentukan oleh rumah
sakit terhadap makanan yang akan diberikan kepada pasien, sesuai dengan penyakit
dan diet pasien yang dijalankan. Sehingga makanan sudah dimodifikasi dengan
kebutuhan pasien.

2.3 Menu
2.3.1 Pengertian Menu
Menu berasal dari bahasa prancis Le Menu yang berarti daftar makanan
yang disajikan kepada tamu di ruang makan. Dalam lingkungan rumah tangga,
menu diartikan sebagai susunan makanan atau hidangan tertentu. Menu disebut juga
Bill of Fare oleh orang Inggris. Menu adalah pedoman bagi yang menyiapkan
makanan atau hidangan, bahkan merupakan penuntun bagi merekan yang
menikmati hidangan tersebut dibuat (Manuntun et al, 2015). Standar menu disusun
secara periodik 6 bulan sekali, yang siklus menunya 10 hari + menu 31. Standar
menu tersebut berpedoman pada pola menu seimbang (Irianto, 2014).
Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun hidangan
dalam variasi yang serasi untuk manajemen penyelenggaraan makanan di institusi.
(Muchatob, 1991). Proses perencanaan menu yang sukses dimulai dengan tujuan
yang jelas yang mencerminkan keinginan yang akan dikeluarkan. Perencanaan
menu bisa menjadi proses yang sulit menyerap banyak waktu dan energi. Proses
perencanaan menu untuk mengembangkan dan meluncurkan menu baru untuk unit
bisnis yang ditambahkan ke cakupan layanan untuk layanan makanan (Payne et al,
2012) .

2.3.2 Siklus Menu


Siklus menu merupakan serangkaian menu yang dirancang lalu diputar pada
interval tertentu beberapa hari sampai beberapa minggu. Panjang siklus tergantung
pada jenis operasi layanan makanan. Sebagai contoh, banyak fasilitas perawatan
kesehatan, terutama rumah sakit, bereksperimen dengan siklus yang lebih pendek
sebagai hasil dari pengurangan rata-rata lama tinggal pasien. Di sisi lain, fasilitas
perawatan jangka panjang seperti panti jompo dan panti asuhan bekerja dengan
interval yang lebih panjang, mulai dari tiga sampai delapan minggu. (Payne et al,
2012).
Siklus menu merupakan rangkaian menu yang direncanakan dengan hatihati
yang diputar pada interval waktu yang ditentukan. Siklus menu memiliki beberapa
keunggulan. Setelah perencanaan awal selesai, waktu bebas bagi perencana untuk
meninjau dan merevisi menu untuk memenuhi perubahan kebutuhan seperti
perubahan personil, atau ketersediaan barang makanan. pengulangan bentuk menu
yang sama dalam menstandarisasi prosedur persiapan dan penggunaan peralatan
yang efisien. (Payne et al, 2012)
Namun, siklus menu memiliki beberapa kelemahan potensial. mereka
mungkin menjadi monoton jika siklusnya terlalu singkat atau jika makanan yang
sama ditawarkan pada hari yang sama setiap minggu. Siklus menu mungkin tidak
termasuk makanan yang sangat disukai, atau mungkin juga termasuk item yang
tidak populer. Jika kekurangan dalam siklus menu bisa diatasi dan menu yang
dikembangkan dengan benar untuk memenuhi kebutuhan sistem layanan makanan
tertentu, siklus menu bisa menjadi alat manajemen afektif. (Payne et al, 2012).

2.3.3 Besar Porsi


Besar porsi adalah banyaknya golongan bahan makanan yang direncanakan
setiap kali makan dengan menggunakan satuan penukar berdasarkan standar
makanan yang berlaku di suatu institusi.besar porsi makanan adalah banyaknya
makanan yang disajikan, porsi untuk setiap individu berbeda sesuai kebutuhan
makan. Porsi yang terlalu besar atau terlalu kecil akan mempengaruhi penampilan
makanan. Porsi makanan juga berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan
penampilan hidangan yang disajikan (Muchatab, 1991).
Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan dan kebutuhan
setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan makannya. Pentingnya porsi
makanan bukan saja berkenaan dengan waktu disajikan tetapi juga berkaitan
dengan perencanaan dan perhitungan pemakaian bahan. Jumlah atau porsi
merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi tiap kali
makan. Pola makan lima kali sehari harus memenuhi presentase dari total kalori
yang dibutuhkan dalam sehari. Sarapan harus memenuhi sekitar 20% dari total
kalori per hari, makan siang 30%, dan makan malam 20%. Sedangkan untuk
selingan pagi dan selingan sore persentase kalorinya masing-masing 15%. Hal ini
menunjukkan bahwa makan siang seharusnya memiliki peranan atau porsi yang
lebih banyak dibandingkan makan pagi dan makan malam. Sedangkan makan pagi
dan makan malam seharusnya memiliki porsi yang sama besar. Begitu pula dengan
porsi makanan selingan harus lebih sedikit dibandingkan dengan porsi makanan
utama (Ariestya, 2013).
Kebutuhan gizi pada pria lebih besar di bandingkan wanita sehingga porsi
tiap kali makan porsinya lebih banyak. Pada wanita konsep citra tubuh sangat
penting sehingga banyak dari mereka yang menunda makan bahkan mengurangi
porsi makannya dari yang dianjurkan agar tampak sempurna postur tubuhnya.
Namun hal tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi remaja pada
umumnya (Barker, 2002). Parameter dari ketepatan porsi adalah Parameter dari
ketepatan porsi adalah kurang (100%). (Cendanawangi, Dessy, et al, 2016)

2.4 Frekuensi dan Waktu Makan


Ketepatan waktu adalah kesesuaian terhadap waktu makanan di sajikan
berdasarkan peraturan yang telah di tetapkan oleh rumah sakit. Penyajian makanan
dikatakan tepat waktu apabila 100% sesuai dengan jadwal yang ditentukan
(Kemenkes RI, 2013). Menurut Kemenkes No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, indikator ketepatan waktu pemberian
makanan sebesar ≥ 90% karena waktu penyajian yang terlalu lambat dapat
mempengaruhi selera makan pasien dan menyebabkan sisa makanan (Moehyi,
1992). Waktu menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas
penyelenggaran makanan karena waktu dapat mempengaruhi sisa makanan dan
kepuasan pasien sehingga berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit pasien
dan biaya rawat inap pasien ditentukan (Kemenkes RI, 2013).
Sedangkan waktu makan adalah waktu dimana orang lazim makan setiap
hari. Manusia secara alamiah akan merasa lapar setelah 3-4 jam makan, sehingga
pada waktu tersebut harus sudah mendapatkan makan, baik dalam bentuk makanan
ringan atau makanan berat. Makanan di rumah sakit harus tepat waktu, tepat diet,
dan tepat jumlah (Aula, 2011).
Menu sehari adalah susunan hidangan yang disajikan dalam sehari dalam
beberapa kali waktu makan. Dalam menu sehari, terdapat istilah frekuensi makan.
Frekuensi makan adalah jumlah waktu makan dalam sehari, meliputi makanan
lengkap (full meaI) dan makanan selingan (snack). Makanan lengkap biasanya
diberikan tiga kali sehari(makan pagi, makan siang dan makan malam), sedangkan
makanan selingan biasadiberikan antara makan pagi dan makan siang, antara makan
siang dan makan malamataupun setelah makan malam. Frekuensi makan di suatu
institusi berkisar antar tiga hingga enam kali sehari tergantung dari biaya dan tenaga
kerja yang tersedia (Vidyarini, 2010)
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Tempat : ruang distribusi Subdep Gizi Rumkital dr. Ramelan
Waktu : 28 januari 2020
3.2 Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan :
1. Data Primer
Pengamatan proses identifikasi yang dilakukan oleh petugas pengantar
makanan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data rekapan laporan pengawasan identifikasi
distribusi makanan pasien yang dilakukan di bagian distribusi pada bulan
Desember 2019.
3.3 Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
 Melakukan wawancara dengan petugas penyaji makanan tentang
prosedur pengisian identifikasi pasien untuk pelayanan makan.
2. Data Sekunder :
 Meminta data yang sudah terkumpulkan pada bulan Desember 2019
pada bagian komisi distribusi.
 Menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan cara dibandingkan
dengan persyaratan SNARS.
 Menghitung persentase pengisisan form evaluasi identifikasi makan
pasien.
3.4 Analisis Data
1. Data Primer
Mendeskripsikan hasil wawancara dengan penyaji makanan.
2. Data Sekunder
Melakukan analisis secara manual
3.5 Variabel
Variabelnya adalah identifikasi pasien dan proses identifikasi pasien
3.6 Definisi Operasional
Variable Definisi

Identifikasi pasien Proses identifikasi pasien


setidaknya memerlukan dua cara
untuk mengidentifikasi pasien,
seperti nama, nomor identifikasi,
tanggal lahir atau gelang berkode.
Dalam hal ini nomor kamar atau
lokasi tidak digunakan.

Proses identifikasi pasien Proses identifikasi ini


setidaknya memerlukan dua cara
untuk mengidentifikasi pasien,
seperti nama, nomor identifikasi,
tanggal lahir atau gelang berkode.
Dalam hal ini nomor kamar atau
lokasi tidak digunakan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
IDENTIFIKASI
NO. RUANG TANGGAL MASA
NAMA RM DIET WAKTU TANGGAL
LAHIR KADALUWARSA
14 13 14
1 PAV I 7 (47%) 9 (60%) 12 (80%) 10 (67%)
(93,3%) (87%) (93,3%)
15 13 15
2 PAV II 7 (47%) 9 (60%) 14 (93,3%) 11 (73%)
(100%) (87%) (100%)
15 15 15 10
3 PAV III 8 (54%) 14 (93,3%) 11 (73%)
(100%) (100%) (100%) (67%)
PAV 13 14 13
4 9 (60%) 9 (60%) 12 (80%) 10 (67%)
JANTUNG (87%) (93,3%) (87%)
5 CPU 0 (0%) 10 (67%) 0 (0%) 2 (13%) 9 (60%) 0 (0%) 2 (13,3%)
PAV IV 15 14 14
6 9 (60%) 9 (60%) 13 (87%) 11 (73%)
LT 1 (100%) (93,3%) (93,3%)
PAV IV 13 12 13 8
7 7 (47%) 9 (60%) 11 (73%)
LT 2 (87%) (80%) (87%) (53,3%)
PAV IV 15 15 15 13
8 9 (60%) 13 (87%) 12 (80%)
LT 3 (100%) (100%) (100%) (87%)
15 14 14 12
9 PAV V 9 (60%) 11 (73%) 11 (73%)
(100%) (93,3%) (93,3%) (80%)
PAV VI 2
10 3 (20%) 1 (6%) 3 (20%) 3 (20%) 1 (6%) 4 (27%)
A/B (13,3%)
PAV VII 15 13 14 11
11 8 (53,3%) 11 (73%) 15 (100%)
A/B (100%) (87%) (93,3%) (73%)
12 PAV VII 3 (20%) 2 (13,3%) 3 (20%) 3 (20%) 3 (20%) 3 (20%) 4 (27%)
RUANG A
11 13 14
13 1 9 (60%) 9 (60%) 8 (53,3%) 10 (67%)
(73%) (87%) (93,3%)
RUANG A 15 15 14
14 8 (53,3%) 5 (33%) 10 (67%) 10 (67%)
2 (100%) (100%) (93,3%)
RUANG B 13 15 15 11
15 8 (53,3%) 13 (87%) 11 (73%)
1 (87%) (100%) (100%) (73%)
RUANG B 13 12 13 10
16 8 (53,3%) 11 (73%) 10 (67%)
2 (87%) (80%) (87%) (67%)
RUANG C 13 12 13
17 6 (40%) 7 (47%) 12 (80%) 9 (60%)
1 (87%) (80%) (87%)
RUANG C 14 14 14
18 6 (40%) 9 (60%) 12 (80%) 9 (60%)
2 (93,3%) (93,3%) (93,3%)
RUANG D 15 13 15
19 5 (33%) 7 (47%) 8 (53,3%) 9 (60%)
1 (100%) (87%) (100%)
RUANG D 15 14 15 8
20 6 (40%) 9 (60%) 9 (60%)
2 (100%) (93,3%) (100%) (53,3%)
RUANG E 14 13 14
21 7 (47%) 9 (60%) 11 (73%) 10 (67%)
2 (93,3%) (87%) (93,3%)
RUANG F 15 15 15 10
22 7 (47%) 12 (80%) 10 (67%)
1 (100%) (100%) (100%) (67%)
RUANG F 15 14 14
23 7 (47%) 11(73%) 14 (93,3%) 10 (67%)
2 (100%) (93,3%) (93,3%)
RUANG G 12 12 12 8
24 5 (33%) 11 (73%) 9 (60%)
1 (80%) (80%) (80%) (53,3%)
RUANG G 15 14 11 11
25 7 (47%) 14 (93,3%) 11 (73%)
2 (100%) (93,3%) (73%) (73%)
RUANG H 15 15 15 11
26 6 (40%) 13 (87%) 11 (73%)
1 (100%) (100%) (100%) (73%)
RUANG H 15 14 10
27 6 (40%) 9 (60%) 10 (67%) 9 (60%)
2 (100%) (93,3%) (67%)
RUANG I 15 15 15 12
28 8 (53,3%) 14 (93,3%) 11 (73%)
BEDAH (100%) (100%) (100%) (80%)
RUANG 14 1 (6%) 2
29 3 (20%) 0 (0%) 2 (13,3%) 2 (80%)
ICU-IGD (93,3%) (13,3%)
ICU 8 8 8 8
30 3 (20%) 8 (53,3%) 6 (40%)
ANESTESI (53,3%) (53,3%) (53,3%) (53,3%)
RUANG 13 12 11 10
31 7 (47%) 8 (53,3%) 9 (60%)
HCU (87%) (80%) (73%) (67%)
RUANG 13 14 13 11
32 6 (40%) 12 (80%) 10 (67%)
KEMO (87%) (93,3%) (87%) (73%)
STROKE
33 9 (60%) 5 (33%) 9 (60%) 3 (20%) 7 (47%) 8 (53,3%) 9 (60%)
UNIT

4.2. Pembahasan
Berdasarkan pendapat para ahli, bahwa identifikasi adalah penempatan
atau penentu identitas seseorang atau benda pada suatu saat tertentu.
Sedangkan identifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengecekan
ulang data pasien sebelum melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan pada
pasien untuk kepentingan masa perawatan selama di rumah sakit.
Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan
terdapat paling sedikit 2 (dua) atau 3 (tiga) bentuk identifikasi, yaitu nama
pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik, atau bentuk lainnya (misalnya
nomor induk kependudukan atau barcode). Nomor kamar pasien tidak dapat
digunakan untuk identifikasi pasien. Dua (2) bentuk identifikasi digunakan di
semua area layanan rumah sakit seperti di rawat jalan, rawat inap, unit darurat,
kamar operasi, unit layanan diagnostik, dan lainnya.
Identifikasi pada ruang PAV I didapatkan data sekunder dengan
pencatatan label identifikasi untuk nama sebesar 94,2% dikarenakan dari 69
kolom identifikasi nama hanya diisi 65 kolom saja. Pada label identifikasi
tanggal lahir sebesar 53,6%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi tanggal
lahir hanya diisi 37 kolom saja. Pada label identifikasi nomor RM sebesar
85,5%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi nomor RM hanya diisi 59 kolom
identifikasi nomor RM. Pada label identifikasi diet sebesar 95,6%, dikarenakan
dari 69 kolom identifikasi diet hanya diisi 66 kolom identifikasi diet. Pada label
identifikasi waktu sebesar 85,5%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi
waktu hanya diisi 48 kolom identifikasi waktu. Pada label identifikasi tanggal
sebesar 85,5%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi tanggal hanya diisi 59
kolom identifikasi tanggal. Pada label identifikasi masa kadaluwarsa sebesar
75,3%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi masa kadaluwarsa hanya diisi
52 kolom masa kadaluwarsa. Pada PAV I identifikasi yang dilakukan tidak
memenuhi syarat (2-3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS
sebanyak 4 lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet
pasien dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan nomor RM.
Identifikasi pada ruang PAV II didapat data sekunder dengan
pencatatan label identifikasi untuk nama sebesar 100%. Pada label identifikasi
tanggal lahir sebesar 57,9%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi tanggal
lahir hanya diisi 40 kolom identifikasi tanggal lahir. Pada label identifikasi
nomor RM sebesar 89,8%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi nomor RM
hanya diisi 62 kolom identifikasi nomor RM. Pada label identifikasi diet
sebesar 100%. Pada label identifikasi waktu sebesar 65,2%, dikarenakan dari
69 kolom identifikasi waktu hanya diisi 45 kolom identifikasi waktu. Pada
label identifikasi tanggal sebesar 82,6%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi tanggal hanya diisi 57 kolom identifikasi tanggal. Pada label
identifikasi masa kadaluwarsa sebesar 76,8%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi masa kadaluwarsa hanya diisi 53 kolom identifikasi masa
kadaluwarsa. Pada PAV II identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi syarat
(2-3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS sebanyak 5 lembar
identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet pasien dikarenakan tidak
mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan nomor RM.
Identifikasi pada ruang PAV III didapat data sekunder dengan
pencatatan label identifikasi untuk nama sebesar 100%. Pada label identifikasi
tanggal lahir sebesar 21,7%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi tanggal
lahir hanya diisi 15 kolom identifikasi tanggal lahir. Pada label identifikasi
nomor RM sebesar 95,6%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi nomor RM
hanya diisi 66 kolom identifikasi nomor RM. Pada label identifikasi diet
sebesar 98,5%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi diet hanya diisi 68
kolom identifikasi diet. Pada label identifikasi waktu sebesar 65,2%,
dikarenakan dari 69 kolom identifikasi waktu hanya diisi 45 kolom identifikasi
waktu. Pada label identifikasi tanggal sebesar 84%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi tanggal hanya diisi 58 kolom identifikasi tanggal. Pada label
identifikasi masa kadaluwarsa sebesar 75,3%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi masa kadaluwarsa hanya diisi 52 kolom identifikasi masa
kadaluwarsa. Pada PAV III identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi syarat
(2-3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS sebanyak 4 lembar
identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet pasien dikarenakan tidak
mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan nomor RM.
Identifikasi pada ruang PAV Jantung didapat data sekunder dengan
pencatatan label identifikasi untuk nama sebesar 95,6%, dikarenakan dari 69
kolom identifikasi nama hanya diisi sebanyak 66 kolom identifikasi nama.
Pada label identifikasi tanggal lahir sebesar 57,9%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi tanggal lahir hanya diisi 40 kolom identifikasi tanggal lahir. Pada
label identifikasi nomor RM sebesar 92,7%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi nomor RM hanya diisi 64 kolom identifikasi nomor RM. Pada label
identifikasi diet sebesar 95,6%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi diet
hanya diisi 66 kolom identifikasi diet. Pada label identifikasi waktu sebesar
75,3%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi waktu hanya diisi 52 kolom
identifikasi waktu. Pada label identifikasi tanggal sebesar 88,4%, dikarenakan
dari 69 kolom identifikasi tanggal hanya diisi 61 kolom identifikasi tanggal.
Pada label identifikasi masa kadaluwarsa sebesar 75,3%, dikarenakan dari 69
kolom identifikasi masa kadaluwarsa hanya diisi 52 kolom identifikasi masa
kadaluwarsa. Pada PAV Jantung identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi
syarat (2-3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS sebanyak 6
lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet pasien
dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan nomor RM.
Identifikasi pada ruang CPU didapat data sekunder dengan pencatatan
label identifikasi untuk nama sebesar 7,2%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi nama hanya diisi sebanyak 5 kolom identifikasi nama. Pada label
identifikasi tanggal lahir sebesar 1,44%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi
tanggal lahir hanya diisi 1 kolom identifikasi tanggal lahir. Pada label
identifikasi nomor RM sebesar 10%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi
nomor RM hanya diisi 7 kolom identifikasi nomor RM. Pada label identifikasi
diet sebesar 4,3%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi diet hanya diisi 3
kolom identifikasi diet. Pada label identifikasi waktu sebesar 4,3%,
dikarenakan dari 69 kolom identifikasi waktu hanya diisi 3 kolom identifikasi
waktu. Pada label identifikasi tanggal sebesar 4,3%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi tanggal hanya diisi 3 kolom identifikasi tanggal. Pada label
identifikasi masa kadaluwarsa sebesar 4,3%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi masa kadaluwarsa hanya diisi 3 kolom identifikasi masa
kadaluwarsa. Pada CPU identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi syarat (2-
3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS sebanyak 66 lembar
identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet pasien dikarenakan tidak
mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan nomor RM.
Identifikasi pada ruang PAV IV LT 1 didapat data sekunder dengan
pencatatan label identifikasi untuk nama sebesar 91,3%, dikarenakan dari 69
kolom identifikasi nama hanya diisi sebanyak 63 kolom identifikasi nama.
Pada label identifikasi tanggal lahir sebesar 49,3%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi tanggal lahir hanya diisi 34 kolom identifikasi tanggal lahir. Pada
label identifikasi nomor RM sebesar 84%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi nomor RM hanya diisi 58 kolom identifikasi nomor RM. Pada label
identifikasi diet sebesar 89,8%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi diet
hanya diisi 62 kolom identifikasi diet. Pada label identifikasi waktu sebesar
56,5%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi waktu hanya diisi 39 kolom
identifikasi waktu. Pada label identifikasi tanggal sebesar 71%, dikarenakan
dari 69 kolom identifikasi tanggal hanya diisi 49 kolom identifikasi tanggal.
Pada label identifikasi masa kadaluwarsa sebesar 75,3%, dikarenakan dari 69
kolom identifikasi masa kadaluwarsa hanya diisi 52 kolom identifikasi masa
kadaluwarsa. Pada PAV IV LT 1 identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi
syarat (2-3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS sebanyak 11
lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet pasien
dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan nomor RM.
Identifikasi pada ruang PAV IV LT 2 didapat data sekunder dengan
pencatatan label identifikasi untuk nama sebesar 94,2%, dikarenakan dari 69
kolom identifikasi nama hanya diisi sebanyak 65 kolom identifikasi nama.
Pada label identifikasi tanggal lahir sebesar 50,7%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi tanggal lahir hanya diisi 35 kolom identifikasi tanggal lahir. Pada
label identifikasi nomor RM sebesar 76,8%, dikarenakan dari 69 kolom
identifikasi nomor RM hanya diisi 53 kolom identifikasi nomor RM. Pada label
identifikasi diet sebesar 95,6%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi diet
hanya diisi 66 kolom identifikasi diet. Pada label identifikasi waktu sebesar
63,7%, dikarenakan dari 69 kolom identifikasi waktu hanya diisi 44 kolom
identifikasi waktu. Pada label identifikasi tanggal sebesar 75,3%, dikarenakan
dari 69 kolom identifikasi tanggal hanya diisi 52 kolom identifikasi tanggal.
Pada label identifikasi masa kadaluwarsa sebesar 73,9%, dikarenakan dari 69
kolom identifikasi masa kadaluwarsa hanya diisi 51 kolom identifikasi masa
kadaluwarsa. Pada PAV IV LT 2 identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi
syarat (2-3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS sebanyak 11
lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet pasien
dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan nomor RM.
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan
terdapat paling sedikit 2 (dua) atau 3 (tiga) bentuk identifikasi,
yaitu nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik, atau bentuk
lainnya (misalnya nomor induk kependudukan atau barcode).
2. Pada PAV I identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi syarat (2-
3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS sebanyak 4
lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet
pasien dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan
nomor RM.
3. Pada PAV II identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi syarat (2-
3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS sebanyak 5
lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet
pasien dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan
nomor RM.
4. Pada PAV III identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi syarat
(2-3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS sebanyak
4 lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet
pasien dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan
nomor RM.
5. Pada PAV Jantung identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi
syarat (2-3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS
sebanyak 6 lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien
dan diet pasien dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal
lahir, dan nomor RM.
6. Pada CPU identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi syarat (2-3
identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS sebanyak 66
lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien dan diet
pasien dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal lahir, dan
nomor RM.
7. Pada PAV IV LT 1 identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi
syarat (2-3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS
sebanyak 11 lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien
dan diet pasien dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal
lahir, dan nomor RM.
8. Pada PAV IV LT 2 identifikasi yang dilakukan tidak memenuhi
syarat (2-3 identifikasi) atau kurang dari 100% menurut SNARS
sebanyak 11 lembar identifikasi dari 69 lembar identifikasi pasien
dan diet pasien dikarenakan tidak mengisi kolom nama, tanggal
lahir, dan nomor RM.
6.2. Saran
1. Sebaiknya pengecekan identifikasi pasien dan menu diet pasien
dilakukan setiap waktu makan atau pendistribusian makanan ke
troli agar sesuai dengan data pasien dan macam dietnya.
2. Dilakukan sosialisasi terhadap pegawai distribusi atau penyaji
makanan.

Anda mungkin juga menyukai