Anda di halaman 1dari 57

Joint Commission International (JCI)

&
Indikator Manajemen Mutu RS

Galih Purnasari, S.Gz., M.Si.


Capaian Pembelajaran
• Mahasiswa mampu menjelaskan
– Joint Commission International dan pelayanan
gizi/makanan sesuai JCI
– Indikator Manajemen Mutu RS dalam pelayanan
gizi
Pendahuluan

Joint Commision International (JCI) merupakan


organisasi nonprofit bebas pajak yang berbasis di
Amerika Serikat yang telah mengakreditasi lebih dari
22.000 organisasi dan program perawatan kesehatan
AS. JCI juga memiliki standart untuk mengakreditasi
layanan medis dari seluruh dunia.
Standar JCI (edisi ke-6)
1. International Patient Safety Goals (IPSG)/ Sasaran Keselamatan Pasien Internasional
2. Acces to Care & Contiunity of Care (ACC)/ Akses ke Pelayanan dan Kesinambungan
Pelayanan
3. Patient and Family Right (PFR)/ Hak Pasien dan Keluarga
4. Assessment of Patient (AOP) / Asesmen Pasien
5. Care of Patients (COP)/ Perawatan Pasien
6. Anesthesia and Surgical Care (ASC)/ Perawatan Anestesia dan Bedah
7. Medication Management and Use (MMU)/Manajemen dan Penggunaan Obat-obatan
8. Patient and Family Education (PFE)/ Edukasi Pasien dan Keluarga
9. Quality Improvement & Patient Safety (QPS)/ Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien
10. Prevention and Control of Infection (PCI)/ Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
11. Governance, Leadership and Direction (GLD)/ Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah
12. Facility Management and Safety (FMS)/ Manajemen dan Keamanan Fasilitas
13. Staff Qualification and Education (SQE)/ Kualifikasi dan Edukasi Staf (SQE)
14. Management of Information/ Manajemen Informasi
15. Medical Professional Education (MPE)/ Pendidikan Profesi Medis
16. Human Subject Researh Programs (HRP)/ Program Penelitian dengan Subjek Manusia
1. International Patient Safety Goals (IPSG)/
Sasaran Keselamatan Pasien Internasional
Tujuan dari IPSG adalah untuk
mempromosikan beberapa
Sasaran :
peningkatan yang khusus dalam hal
1. Mengidentifikasi Pasien
keselamatan pasien. Sasaran- dengan Tepat
sasaran ini menitikberatkan area 2. Meningkatkan Komunikasi
bermasalah dalam pelayanan Efektif
kesehatan serta menjabarkan dasar 3. Meningkatkan Keamanan
bukti dan solusi berupa konsensus Obat-obatan Risiko tinggi
para ahli untuk masalah-masalah 4. Memastikan Keamanan
tersebut. Menyadari bahwa Pembedahan
rancangan sistem yang baik 5. Mengurangi Risiko Infeksi
diperlukan untuk menciptakan Terkait Pelayanan Kesehatan
pelayanan kesehatan yang aman, 6. Mengurangi Risiko Cedera
bermutu tinggi, sasaran-sasaran ini Pasien akibat Jatuh
sedapat mungkin berfokus kepada
solusi tingkat sistem.
2. Acces to Care & Contiunity of Care (ACC)/ Akses ke
Perawatan dan Kesinambungan Perawatan

Rumah sakit perlu mempertimbangkan perawatan yang


diberikan sebagai bagian dari sistem yang terintegrasi, antara
pelayanan, praktisi kesehatan, dan tingkat perawatan, yang
membentuk suatu kesatuan rangkaian perawatan. Tujuannya
adalah untuk secara tepat mencocokkan kebutuhan perawatan
pasien dengan pelayanan yang tersedia, untuk
mengoordinasikan pelayanan yang diberikan kepada pasien di
rumah sakit, dan kemudian merencanakan pemulangan serta
tindak lanjut. Hasilnya adalah luaran pasien yang lebih baik dan
penggunaan sumber daya yang tersedia dengan lebih efisien.
Informasi sangatlah penting dalam membuat suatu keputusan
yang tepat mengenai :
• Kebutuhan pasien mana yang dapat dipenuhi oleh
organisasi pemberi pelayanan kesehatan;
• Prioritas untuk pasien yang memiliki kebutuhan yang
mendesak atau segera;
• Alur pelayanan yang efisien untuk pasien;
• Akses ke perawatan intensif atau pelayanan khusus;
• Koordinasi dan kesinambungan perawatan;
• Rujukan, transfer atau pemulangan pasien ke rumah atau
ke tempat perawatan lainnya; dan
• Transportasi pasien dengan aman
Standar :
ACC.1 Pasien yang akan diterima sebagai pasien rawat inap atau yang mencari
layanan rawat jalan menjalani proses skrining untuk mengidentifikasi
apakah kebutuhan perawatan kesehatan mereka sesuai dengan misi
serta sumber daya rumah sakit.
ACC.2 Rumah sakit memiliki proses penerimaan pasien rawat inap dan
pendaftaran pasien rawat jalan.
ACC.3 Rumah sakit menyusun dan menjalankan proses untuk memberikan
pelayanan pasien yang berkesinambungan di seluruh rumah sakit dan
memastikan adanya koordinasi antarpraktisi kesehatan.
ACC.4 Terdapat proses untuk merujuk atau memulangkan pasien yang
didasarkan pada status kesehatan pasien dan kebutuhan akan
perawatan atau pelayanan selanjutnya.
ACC 5. Pasien ditransfer ke institusi lain berdasarkan status pasien, kebutuhan
perawatan pasien selanjutnya, dan kemampuan institusi penerima
untuk memenuhi kebutuhan pasien tersebut.
ACC.6 Pelayanan transportasi yang dimiliki rumah sakit mematuhi peraturan
dan undang-undang yang berlaku dan memenuhi persyaratan
transportasi yang bermutu dan aman.
3. Patient and Family Right (PFR)/
Hak Pasien dan Keluarga
Setiap pasien dan keluarganya memiliki kekhasan, dengan kebutuhan,
kekuatan, nilai dan anutan kepercayaan yang berbeda satu sama lain.
Organisasi penyedia layanan kesehatan bekerja untuk mendapatkan
kepercayaan dan melakukan komunikasi terbuka dengan pasien serta untuk
memahami dan menjaga nilai-nilai budaya, psikososial dan spiritual dari
masing-masing pasien.

Untuk meningkatkan pemenuhan hak pasien dan pelayanan berbasis


pasien, maka rumah sakit memulai dengan mendefinisikan hak-hak pasien
tersebut dan melibatkan pasien serta keluarganya dalam pengambilan
keputusan akan perawatan pasien. Pasien perlu mendapatkan informasi
yang cukup mengenai hak mereka dan bagaimana melaksanakan hak
tersebut. Anggota tim multidisipliner diajarkan untuk memahami dan
menghormati kepercayaan dan nilai pasien serta menyediakan perawatan
yang menghargai dan penuh pertimbangan sehingga dapat memelihara dan
menjaga harkat dan martabat pasien.
Standar :
PFR.1 Rumah sakit bertanggung jawab menyediakan proses yang
mendukung hak -hak pasien dan keluarganya selama dirawat.
PFR.2 Pasien diberikan informasi mengenai semua aspek perawatan dan
penanganan medis serta berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
mengenai terapi dan perawatan
PFR.3 Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang
bagaimana rumah sakit menerima dan menanggapi keluhan, tindakan
rumah sakit bila ada konflik dan perbedaan pendapat tentang
perawatan pasien, serta hak pasien untuk berperan dalam semua
proses ini.
PFR.4 Semua pasien diberitahu tentang hak dan tanggung jawab mereka
dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami.
PFR.5 Persetujuan umum untuk perawatan yang diperoleh jika pasien
menjalani rawat inap atau didaftarkan pertama kalinya sebagai pasien
rawat jalan, memiliki lingkup dan batasan yang jelas.
PFR.6 Rumah sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang bagaimana cara memilih untuk mendonorkan organ dan
jaringan lainnya
4. Assessment of Patient (AOP)/
Pengkajian Pasien
Tujuan dari pengkajian adalah untuk menentukan perawatan, pengobatan
dan pelayanan yang akan memenuhi kebutuhan awal dan kebutuhan
berkelanjutan pasien. Proses pengkajian pasien yang efektif akan menentukan
keputusan mengenai kebutuhan pengobatan pasien untuk keadaan gawat
darurat, elektif, atau perawatan yang terencana, bahkan ketika kondisi pasien
berubah. Pengkajian pasien merupakan proses yang berkelanjutan dan
dinamis yang berlangsung di unit rawat jalan, unit rawat inap, departemen,
dan klinik. Pengkajian pasien terdiri atas tiga proses utama:
1. Mengumpulkan informasi dan data terkait keadaan fisik, psikologis,
status sosial, dan riwayat kesehatan pasien
2. Menganalisis data dan informasi, termasuk hasil pemeriksaan
laboratorium dan pencitraan diagnostik, untuk mengidentifikasi
kebutuhan pasien akan layanan kesehatan
3. Membuat rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
telah teridentifikasi
Standar :

AOP.1 Semua pasien yang dirawat oleh rumah sakit diidentifikasi


kebutuhan perawatan kesehatannya melalui suatu proses pengkajian
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
AOP.2 Semua pasien dikaji ulang pada interval tertentu berdasarkan kondisi
dan tata laksana mereka untuk menentukan respons mereka terhadap
tata laksana dan untuk merencanakan kelanjutan tata laksana atau
pemulangan.
AOP.3 Individu yang kompeten melaksanakan pengkajian dan pengkajian
ulang.
AOP.4 Dokter, perawat, serta individu dan layanan lain yang bertanggung
jawab terhadap perawatan pasien bekerja sama untuk menganalisis
dan mengintegrasikan pengkajian pasien serta memprioritaskan
kebutuhan perawatan pasien yang paling mendesak/penting.
AOP.5 Layanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien,
dan semua layanan tersebut memenuhi standar lokal dan nasional,
serta undang-undang dan peraturan yang berlaku.
AOP.6 Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien, dan semua layanan tersebut memenuhi standar
lokal dan nasional, serta undang-undang dan peraturan yang berlaku.
5. Care of Patients (CoP)/ Perawatan Pasien
Perawatan dapat bersifat preventif, paliatif, kuratif, atau rehabilitatif dan dapat
mencakup pemberian anestesi, pembedahan, pengobatan, dan terapi suportif, atau
kombinasi beberapa hal tersebut yang didasarkan pada pengkajian dan pengkajian
ulang masing-masing pasien.

Perawatan pasien diberikan oleh berbagai disiplin dan staf penunjang. Semua individu
yang terlibat dalam perawatan pasien harus mempunyai peran yang jelas yang
ditentukan berdasarkan izin; kredensial; sertifikasi; peraturan dan undang-undang;
keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman khusus seorang individu; dan kebijakan
rumah sakit atau uraian tugas. Beberapa perawatan dapat dilakukan oleh pasien,
keluarga pasien, atau perawat terlatih.

Pemberian perawatan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan oleh


semua individu yang memberikan pelayanan kepada pasien. Sambil bekerja sama
dengan pasien dan keluarga, individu tersebut harus memastikan bahwa :
• Pelayanan direncanakan berdasarkan pengkajian untuk memenuhi kebutuhan yang
unik dari setiap pasien
• Perawatan yang terencana tersebut diberikan kepada setiap pasien;
• Respons pasien terhadap perawatan dipantau; dan
• Perawatan yang terencana tersebut dimodifikasi, bila perlu, berdasarkan respons
pasien
Standar :

COP.1 Perawatan yang seragam diberikan untuk semua pasien dengan


mengikuti undang –undang dan peraturan yang berlaku.
COP.2 Terdapat suatu proses untuk mengintegrasi dan mengoordinasikan
perawatan yang diberikan kepada setiap pasien.
COP.3 Terdapat panduan praktik profesi, peraturan dan undang-undang
untuk memandu perawatan pasien berisiko tinggi dan penyediaan
layanan berisiko tinggi.
COP.4 Tersedia berbagai pilihan makanan yang sesuai untuk status gizi pasien
dan konsisten dengan perawatan klinis pasien.
COP.5 Pasien dengan risiko menderita gangguan gizi menerima terapi gizi.
COP.6 Pasien didukung secara efektif dalam mengelola rasa nyerinya.
COP.7 Rumah sakit menyediakan perawatan di akhir hayat untuk pasien
menjelang ajal yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga
serta mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien.
COP.8 Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya untuk mendukung
program transplantasi organ/jaringan.
COP.9 Program transplantasi yang melakukan transplantasi donor hidup
menaati undang –undang dan peraturan setempat serta melindungi
hak-hak donor hidup yang sekarang maupun yang akan datang
6. Anesthesia and Surgical Care (ASC)/
Perawatan Anastesi dan Bedah

Karena berisiko tinggi, pembedahan membutuhkan perencanaan dan


pelaksanaan yang teliti. Informasi tentang prosedur operasi dan
perawatan pascaoperasi direncanakan, berdasarkan pengkajian pasien,
dan didokumentasikan. Pertimbangan khusus diberikan untuk
pembedahan yang menggunakan implan alat medis, termasuk
pelaporan alat yang mengalami malfungsi dan juga proses pemantauan
pasien apabila terjadi penarikan (recall) implan.
Standar :

ASC.1 Layanan sedasi dan anestesi tersedia untuk memenuhi kebutuhan


pasien, dan semua layanan tersebut memenuhi standar profesional
serta standar, undang-undang dan peraturan lokal dan nasional yang
berlaku.
ASC.2 Seorang (atau beberapa) individu yang kompeten bertanggung jawab
untuk mengelola layanan sedasi dan anestesi
ASC.3 Pemberian sedasi prosedural distandarisasi untuk seluruh rumah sakit
ASC.4 Seorang individu yang kompeten melaksanakan pengkajian praanestesi
dan pengkajian prainduksi.
ASC.5 Perawatan anestesi setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan
dalam rekam medis pasien, dengan mencantumkan jenis anestesi dan
teknik yang digunakan
ASC.6 Status fisiologis setiap pasien selama anestesi dan pembedahan
dipantau sesuai dengan panduan praktik profesional dan
didokumentasikan dalam rekam medis pasien
ASC.7 Perawatan bedah setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan
berdasarkan hasil-hasil pengkajian
7. Medication Management and Use (MMU)/
Manajemen dan Penggunaan Obat-obatan
Obat-obatan adalah komponen penting dari perawatan yang diberikan
kepada pasien dan digunakan untuk diagnostik, simtomatik, preventif,
kuratif, dan terapi paliatif serta tata laksana penyakit dan kondisi.
Sistem pengobatan yang mendukung manajemen obat optimal harus
mencakup proses yang mendukung penggunaan obat-obatan yang
aman dan efektif. Penggunaan obat yang aman dan efektif mencakup
upaya praktisi kesehatan yang terkoordinir dan multidisiplin dalam
menerapkan prinsip- prinsip desain proses, implementasi, dan
pengembangan semua aspek proses manajemen obat, yang meliputi
pemilihan, pengadaan, penyimpanan, instruksi/peresepan,
transkripsi/penyalinan, distribusi, penyiapan, penyerahan, pemberian,
pencatatan, dan pemantauan terapi pengobatan.
Standar :

MMU.1 Obat-obatan yang digunakan di dalam rumah sakit diatur untuk


memenuhi kebutuhan pasien dan sesuai dengan peraturan dan
undang-undang yang berlaku, dan diarahkan serta dipantau oleh
seorang apoteker berizin atau petugas profesional lain yang
memenuhi kualifikasi
MMU.2 Terdapat stok obat untuk peresepan atau instruksi pengobatan, dan
terdapat proses untuk menyediakan obat yang tidak ada di dalam
stok atau yang biasanya tidak tersedia di rumah
MMU.3 Obat-obatan disimpan dengan baik dan aman
MMU.4 Peresepan, permintaan/instruksi pengobatan dan penyalinan resep
diatur oleh kebijakan dan prosedur
MMU.5 Obat disiapkan dan diserahkan dalam lingkungan yang aman dan
bersih
MMU.6 Rumah sakit mengidentifikasi orang-orang yang memenuhi kualifikasi
dan diizinkan untuk memberikan obat.
MMU.7 Efek obat pada pasien dipantau
8. Patient and Family Education (PFE)/
Penyuluhan Pasien dan Keluarga
Penyuluhan pasien dan keluarga pasien membantu pasien untuk lebih
memahami dan berpartisipasi dalam perawatan yang diterimanya dan
membuat keputusan terkait perawatan dengan mendapatkan
informasi yang cukup. Berbagai staf dalam rumah sakit berkontribusi
terhadap proses edukasi pasien dan keluarga pasien. Edukasi
berlangsung ketika pasien berinteraksi dengan praktisi kesehatannya
dalam tim multidisipliner. Edukasi pasien dimulai saat pasien
memasuki fasilitas layanan kesehatan dan berlanjut sepanjang masa
perawatan, sering kali hingga setelah pemulangan. Dokter dan perawat
dapat memulai proses tersebut sementara staf lain memberikan
edukasi di saat mereka melakukan layanan tertentu, seperti
memberikan terapi rehabilitasi atau nutrisi, atau mempersiapkan
pasien untuk pemulangan dan kelanjutan perawatan.
Standar :

PFE.1 Rumah sakit memberikan edukasi yang mendukung partisipasi


pasien dan keluarganya dalam keputusan perawatan dan proses
perawatan
PFE.2 Kebutuhan edukasi setiap pasien dinilai dan dimasukkan ke
dalam rekam medisnya
PFE.3 Metode edukasi dipilih dengan mempertimbangkan nilai yang
dianut dan preferensi pasien dan keluarganya serta
memungkinkan terjadinya interaksi yang memadai antara
pasien, keluarga pasien, dan staf sehingga terjadi proses
pembelajaran
PFE.4 Praktisi kesehatan yang merawat pasien bekerja sama untuk
memberikan edukasi
9. Quality Improvement & Patient Safety (QPS)/
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Mutu dan keselamatan berakar pada kegiatan kerja sehari-hari dari
seluruh staf di suatu rumah sakit. Bab ini dapat membantu staf klinis
untuk memahami bagaimana caranya melakukan perbaikan yang dapat
membantu pasien dan mengurangi risiko, sembari mengerjakan
kegiatan mereka sehari-hari, yakni mengkaji kebutuhan pasien dan
memberikan perawatan untuk pasien. Sejalan dengan itu, staf non-
klinis dapat menggunakan standar ini dalam pekerjaan mereka sehari-
hari dan untuk memahami bagaimana proses yang ada dapat menjadi
lebih efisien, bagaimana sumber daya yang ada dapat digunakan
dengan lebih bijak, dan bagaimana mengurangi risiko fisik.
Standar :

QPS.1 Individu yang kompeten memberikan arahan untuk pelaksanaan


program peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit serta
mengelola kegiatan yang harus dilakukan demi menjalankan program
yang efektif dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang
berkesinambungan.
QPS.2 Staf untuk program mutu dan keselamatan pasien mendukung proses
pemilihan indikator di seluruh rumah sakit dan menggalang
koordinasi dan integrasi dari kegiatan pengukuran di seluruh rumah
sakit
QPS.3 Program mutu dan keselamatan pasien menggunakan informasi ilmiah
dan informasi lainnya yang terkini untuk mendukung perawatan
pasien, pendidikan tenaga profesional kesehatan, penelitian klinis,
dan manajemen
QPS.4 Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk
memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan staf non-klinis
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan sesuai dengan persyaratan
untuk posisi tersebut
Standar :

QPS.5 Proses analisis data mencakup setidaknya satu penentuan dampak dari
prioritas perbaikan rumah sakit secara keseluruhan terhadap biaya dan
efisiensi per tahunnya.
QPS.6 Rumah sakit menggunakan proses internal untuk melakukan validasi
data
QPS.7 Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk
mengidentifikasi dan mengelola kejadian sentinel
QPS.8 Data selalu dianalisis ketika muncul tren atau variasi yang tidak
diinginkan dari data itu
QPS.9 Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis kejadian nyaris cedera
QPS.10 Peningkatan mutu dan keselamatan dicapai dan dipertahankan
QPS.11 Semua program manajemen risiko yang berkelanjutan digunakan
untuk mengidentifikasi dan mengurangi Kejadian Tak Diharapkan (KTD)
dan risiko keselamatan lainnya pada pasien dan staf.
10. Prevention and Control of Infection (PCI)/
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Tujuan dari program pencegahan dan pengendalian infeksi RS:
mengidentifikasi dan untuk mengurangi atau menyingkirkan risiko dari
infeksi yang didapat dan ditularkan di antara pasien, staf, praktisi
kesehatan, pekerja kontrak, sukarelawan, mahasiswa, pengunjung, dan
masyarakat.
Selain itu, pengembangan inisiatif rumah sakit terkait dengan
berkembangnya praktik dan/atau keprihatinan kesehatan, seperti
program pengendalian resistensi antibiotik dan program untuk
menanggapi penyakit menular global, merupakan komponen penting
dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi.
Standar :
PCI.1 Semua tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi diawasi oleh satu
atau lebih individu. Individu tersebut memiliki kompetensi di bidang
pencegahan dan pengendalian infeksi yang didapat dari pendidikan,
pelatihan, pengalaman atau sertifikasi.
PCI.2 Semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi memiliki
mekanisme koordinasi yang melibatkan para dokter, perawat, dan lain-
lain, berdasarkan ukuran dan kompleksitas rumah Sakit
PCI.3 Program pencegahan dan pengendalian infeksi didasarkan pada
pengetahuan ilmiah terkini, pedoman praktik yang diterima, peraturan
dan undang-undang yang berlaku, serta standarstandar untuk sanitasi
dan kebersihan.
PCI.4 Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya yang memadai untuk
mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi
PCI.5 Rumah sakit merancang dan menerapkan suatu program pengendalian
infeksi terpadu yang mengidentifikasi prosedur dan proses-proses
terkait dengan risiko infeksi serta menerapkan strategi untuk
mengurangi risiko infeksi.
PCI.6 Rumah sakit menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam
menetapkan fokus program pencegahan dan penurunan infeksi terkait
pelayanan kesehatan (healthcare associated infections/HAIs)
PCI.7 Rumah sakit mengurangi risiko infeksi terkait peralatan, perangkat, dan
perbekalan medis/bedah dengan memastikan kebersihan, desinfeksi,
sterilisasi, dan penyimpanan yang memenuhi syarat; dan
mengimplementasikan suatu proses untuk mengelola perbekalan yang
kedaluwarsa.
PCI.8 Rumah sakit menyediakan alat pelindung untuk kewaspadaan (barrier
precautions) dan prosedur isolasi yang melindungi pasien, pengunjung,
dan staf dari penyakit menular serta melindungi pasien imunosupresi
dari infeksi yang rentan mereka alami.
PCI.9 Sarung tangan, masker, pelindung mata, alat pelindung lainnya, sabun,
dan desinfektan tersedia dan digunakan secara tepat apabila
disyaratkan
PCI.10 Proses pencegahan dan pengendalian infeksi terintegrasi dengan
program rumah sakit keseluruhan untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, dengan menggunakan parameter-parameter yang
secara epidemiologis penting untuk rumah sakit.
PCI.11 Rumah sakit melakukan edukasi mengenai praktik pencegahan dan
pengendalian infeksi kepada staf, dokter, pasien, keluarga, dan petugas
perawatan lainnya bila terindikasi, berdasarkan keterlibatan mereka
dalam perawatan
Maksud dan Tujuan PCI.7.4
Makanan yang tidak disimpan dan disiapkan secara tepat dapat menyebabkan
penyakit, seperti keracunan makanan atau infeksi makanan.

Penyakit yang berhubungan dengan makanan dapat berbahaya dan bahkan


mengancam jiwa pasien rawat inap dengan kondisi tubuh yang sudah
melemah karena penyakit atau cedera.

Penyimpanan makanan yang aman dapat mengikuti prinsip-prinsip seperti


first in, first out (FIFO) yang membantu memastikan bahan makanan sudah
digunakan sebelum tanggal kedaluwarsanya Sistem rotasi makanan yang
efektif penting dalam mencegah penyakit yang menular melalui makanan.

RS harus menyediakan perbekalan makanan yang aman dan akurat dengan


memastikan makanan disimpan dan disiapkan dg tepat untuk mencegah
risiko pertumbuhan bakteri.
Kontaminasi silang, terutama dari makanan mentah ke makanan
yang telah dimasak, adalah salah satu sumber infeksi makanan.

Kontaminasi silang dapat disebabkan oleh tangan yang


terkontaminasi, permukaan meja, papan alas untuk memotong
makanan, ataupun kain yang digunakan untuk mengelap
permukaan meja atau mengeringkan piring.

Selain itu, permukaan yang digunakan untuk menyiapkan


makanan; alat makan, perlengkapan masak, panci, dan wajan
yang digunakan untuk menyiapkan makanan; dan juga nampan,
piring, serta alat makan yang digunakan untuk menyajikan
makanan juga dapat menimbulkan risiko infeksi apabila tidak
dibersihkan dan disanitasi secara tepat.
Elemen Penilaian PCI.7.4
1. Rumah sakit menyimpan makanan dan produk
nutrisi dengan aturan sanitasi, suhu,
pencahayaan, kelembaban, ventilasi, dan
keamanan yang dapat menurunkan risiko infeksi.
2. Rumah sakit menyiapkan makanan dan produk
gizi dengan sanitasi dan suhu yang tepat.
3. Parameter-parameter sanitasi dapur diterapkan
untuk mencegah risiko kontaminasi silang.
11. Governance, Leadership and Direction (GLD)/
Tata Kelola, Kepemimpinan dan Arah
Untuk memberikan pelayanan yang baik bagi pasien, dibutuhkan
kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang efektif dimulai
dengan memahami berbagai tanggung jawab dan wewenang
dari masing-masing individu yang tergabung dalam rumah sakit
dan bagaimana individu-individu tersebut dapat bekerja sama.
Individu-individu yang mengatur tata kelola, manajemen dan
kepemimpinan rumah sakit memiliki wewenang maupun
tanggung jawab. Baik secara kolektif maupun individual,
individu-individu inilah yang bertanggung jawab untuk menaati
peraturan dan undang-undang serta untuk memenuhi tanggung
jawab rumah sakit terhadap populasi pasien yang dilayani.
Standar :
GLD.1 Struktur dan wewenang badan tata kelola dideskripsikan dalam peraturan
internal rumah sakit (bylaws), kebijakan dan prosedur, atau dokumen lain
yang serupa.
GLD.2 Direksi bertanggung jawab untuk mengoperasikan rumah sakit dan menaati
peraturan dan undang-undang yang berlaku.
GLD.3 Pimpinan rumah sakit diidentifikasi dan secara kolektif bertanggung jawab
untuk mendefinisikan misi rumah sakit dan membuat rencana serta
kebijakan yang diperlukan untuk memenuhi misi tersebut.
GLD.4 Pimpinan rumah sakit merencanakan, mengembangkan, dan menerapkan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
GLD.5 Pimpinan rumah sakit memprioritaskan proses di rumah sakit yang akan
diukur, program perbaikan dan kegiatan keselamatan pasien yang akan
diterapkan, dan bagaimana mengukur keberhasilan dalam upaya di seluruh
rumah sakit ini.
GLD.6 Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk meninjau, memilih, dan
memantau kontrak klinis dan nonklinis.
GLD.7 Pimpinan rumah sakit membuat keputusan yang berhubungan dengan
pembelian atau penggunaan sumber daya–manusia dan teknis–dengan
pengertian mengenai mutu dan implikasi keselamatan dari keputusan
tersebut
GLD.8 Pimpinan medis, keperawatan, dan layanan klinis lainnya
merencanakan dan menerapkan struktur organisasi yang efektif
untuk mendukung tanggung jawab dan wewenang mereka.
GLD.9 Satu atau lebih individu yang kompeten memberikan arahan untuk
setiap departemen atau unit layanan dalam rumah sakit.
GLD.10 Setiap departemen/unit layanan mengidentifikasi secara tertulis
pelayanan yang diberikan oleh departemen tersebut, serta
mengintegrasikan dan mengoordinasikan pelayanan tersebut dengan
pelayanan dari departemen lain.
GLD.11 Kepala departemen/unit layanan meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien dengan berpartisipasi dalam peningkatan
prioritas secara menyeluruh di dalam rumah sakit dan dalam
pengawasan dan peningkatan perawatan pasien secara spesifik di
setiap departemen/unit layanan
GLD.12 Rumah sakit menetapkan kerangka kerja manajemen etis yang
mendukung budaya praktik etis dan pengambilan keputusan yang
dapat memastikan bahwa perawatan pasien diberikan dengan
mengindahkan norma bisnis, keuangan, etika dan hukum, serta
melindungi pasien dan hak-hak pasien.
GLD.13 Pimpinan rumah sakit menciptakan dan mendukung program budaya
rasa aman di seluruh rumah sakit.
GLD.14 Pendidikan profesional kesehatan, bila dilakukan di rumah sakit,
dipandu oleh parameterparameter pendidikan yang ditetapkan oleh
program sponsor akademis dan pimpinan rumah sakit.
GLD.15 Penelitian dengan manusia sebagai subjek penelitian, apabila
dilakukan dalam lingkup rumah sakit, harus berpedoman kepada
peraturan, undang-undang, dan kepemimpinan rumah sakit
GLD.16 Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang cara
memperoleh akses ke penelitian klinis, investigasi klinis atau uji klinis
yang melibatkan manusia.
GLD.17 Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang
bagaimana pasien yang memilih berpartisipasi dalam penelitian klinis,
investigasi klinis, atau uji klinis akan dilindungi.
GLD.18 Informed consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam
penelitian klinis, investigasi klinis, dan uji klinis.
GLD.19 Rumah sakit memiliki komite atau cara lain untuk mengawasi seluruh
penelitian dalam rumah sakit yang melibatkan pasien/manusia.
12. Facility Management and Safety (FMS)/
Manajemen dan Keamanan Fasilitas
Secara khusus, manajemen organisasi kesehatan harus berupaya untuk
• Mengurangi dan mengendalikan bahaya serta risiko;
• Mencegah kecelakaan dan cedera; dan
• Memelihara kondisi yang aman.

Program-program tertulis harus disusun dan mencakup 6 area berikut ini, jika
sesuai dengan fasilitas dan kegiatan yang dijalankan rumah sakit:
1. Keselamatan dan Keamanan
2. Bahan Berbahaya dan Beracun
3. Manajemen kedaruratan
4. Keselamatan kebakaran
5. Peralatan medis
6. Sistem utilitas
Standar :

FMS.1 Rumah sakit mematuhi peraturan dan undang-undang, regulasi


bangunan dan penanganan kebakaran serta persyaratan
inspeksi/pemeriksaan fasilitas yang relevan.
FMS.2 Rumah sakit menyusun dan memelihara program tertulis yang
menggambarkan proses pengelolaan risiko yang bisa timbul pada
pasien, keluarga, pengunjung, dan staf.
FMS.3 Perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko dalam
lingkungan perawatan diawasi oleh satu atau lebih individu yang
kompeten untuk hal tersebut.
FMS.4 Rumah sakit merencanakan dan menerapkan suatu program untuk
menyediakan fasilitas fisik yang aman, melalui pemeriksaan dan
perencanaan untuk mengurangi risiko.
FMS.5 Rumah sakit memiliki program untuk inventarisasi, penanganan,
penyimpanan, dan penggunaan bahan-bahan dan limbah berbahaya.
FMS.6 Rumah sakit menyusun, menjalankan, dan menguji program
pengelolaan keadaan darurat untuk menanggapi keadaan darurat,
epidemi, serta bencana alam maupun bencana lainnya yang mungkin
terjadi dalam masyarakat.
FMS.7 Rumah sakit menetapkan dan menerapkan suatu program untuk
pencegahan, deteksi dini, supresi, pengurangan bahaya kebakaran,
dan penyediaan jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai
tanggapan terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya
FMS.8 Rumah sakit menetapkan dan menerapkan program untuk
menginspeksi, menguji, dan memelihara peralatan medis serta
mendokumentasikan hasilnya.
FMS.9 Rumah sakit menetapkan dan menerapkan suatu program untuk
menjamin semua sistem utilitas berjalan secara efektif dan efisien.
FMS.10 Rumah sakit mengumpulkan dan menganalisis data dari setiap
program manajemen dan keamanan fasilitas untuk menunjang
program penggantian atau perbaikan peralatan medis, teknologi,
serta sistem, dan untuk menunjang program pengurangan risiko
lingkungan.
FMS.11 Rumah sakit memberikan edukasi, melatih dan menguji semua
anggota staf mengenai peran mereka dalam menyediakan fasilitas
perawatan pasien yang aman dan efektif
13. Staff Qualification and Education (SQE)/
Kualifikasi dan Pendidikan Staf
Orientasi terhadap organisasi dan program-programnya, dan juga orientasi
terhadap tugas-tugas spesifik terkait posisi pekerjaan merupakan suatu
proses yang penting. Organisasi layanan kesehatan harus memberikan staf
kesempatan untuk belajar dan berkembang secara personal dan profesional.
Dengan demikian, pendidikan selama bekerja (in-service education) dan
kesempatan belajar lainnya sepatutnya ditawarkan kepada staf.

Untuk memastikan kesehatan fisik dan mental staf, produktivitas, kepuasan


staf, dan kondisi kerja yang aman, organisasi menyediakan program kesehatan
dan keselamatan staf yang dapat ditawarkan oleh rumah sakit atau
disediakan melalui layanan yang dikontrak. Program ini mencakup hal-hal
yang memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan staf seperti pemeriksaan
kesehatan kerja awal, pengendalian pajanan kerja yang berbahaya, imunisasi
dan pemeriksaan preventif, penanganan pasien yang aman, staf sebagai
korban kedua (second victim), dan kondisi-kondisi umum terkait kerja.
Standar :
SQE.1 Pimpinan departemen dan unit layanan di rumah sakit menetapkan
persyaratan pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan persyaratan
lainnya bagi semua anggota staf.
SQE.2 Pimpinan departemen dan unit layanan rumah sakit menyusun dan
menerapkan proses-proses untuk merekrut, mengevaluasi, dan
mengangkat staf serta prosedur-prosedur terkait lainnya yang
diidentifikasi oleh rumah sakit.
SQE.3 Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk
memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan staf klinis sesuai
dengan kebutuhan pasien.
SQE.4 Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk
memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan staf nonklinis
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan sesuai dengan persyaratan
untuk posisi tersebut.
SQE.5 Terdapat informasi kepegawaian yang terdokumentasi untuk setiap
anggota staf
SQE.6 Rencana susunan kepegawaian bagi rumah sakit, yang disusun secara
kolaboratif oleh pimpinan departemen dan unit layanan,
mengidentifikasi jumlah, jenis dan kualifikasi staf yang diinginkan.
SQE.7 Semua anggota staf klinis dan nonklinis diberikan orientasi mengenai
rumah sakit, departemen atau unit layanan tempat mereka ditugaskan
dan mengenai tanggung jawab pekerjaan spesifik mereka pada saat
pengangkatan.
SQE.8 Tiap anggota staf diberikan pelatihan internal serta pendidikan dan
pelatihan lain yang berkelanjutan untuk menyokong atau
meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya.
SQE.9 Rumah sakit memiliki proses yang seragam untuk mengumpulkan
kredensial para anggota staf medis yang diizinkan untuk memberikan
perawatan pasien tanpa supervisi.
SQE.10 Rumah sakit memiliki tujuan dan prosedur berbasis bukti yang
terstandar untuk mengesahkan semua anggota staf medis untuk
menerima dan merawat pasien serta untuk memberikan pelayanan
klinis lainnya yang konsisten dengan kualifikasi mereka.
SQE.11 Rumah sakit menggunakan proses standar yang berkesinambungan
untuk mengevaluasi mutu dan keselamatan serta pelayanan pasien
yang disediakan oleh tiap anggota staf medis.
SQE.12 Sedikitnya setiap tiga tahun, berdasarkan pemantauan dan evaluasi
berkelanjutan terhadap setiap anggota staf medis, rumah sakit
menentukan jika keanggotaan staf medis dan kewenangan klinis
dapat dilanjutkan dengan atau tanpa modifikasi.
SQE.13 Rumah sakit memiliki proses yang seragam untuk mengumpulkan,
memverifikasi dan mengevaluasi kredensial staf keperawatan (izin
praktik, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja).
SQE.14 Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan tanggung
jawab pekerjaan dan untuk membuat penugasan pekerjaan klinis
berdasarkan kredensial anggota staf keperawatan dan persyaratan
menurut peraturan yang berlaku.
SQE.15 Rumah sakit memiliki proses yang seragam untuk mengumpulkan,
memverifikasi, dan mengevaluasi kredensial anggota praktisi
kesehatan lainnya (izin praktik, pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman).
SQE.16 Rumah sakit memiliki proses yang seragam untuk mengidentifikasi
tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat penugasan klinis
berdasarkan kredensial praktisi kesehatan lain dan persyaratan
menurut peraturan yang berlaku.
14. Management of Information (MOI)/
Manajemen Informasi
Untuk memberikan suatu pelayanan yang terkoordinasi dan terintegrasi,
organisasi pelayanan kesehatan bergantung pada informasi tentang keilmuan
perawatan, pasien sebagai individu, perawatan yang diberikan, hasil dari
perawatan dan kinerja mereka. Seperti sumber daya manusia, materi, dan
keuangan, informasi juga merupakan salah satu sumber daya yang harus
dikelola secara efektif oleh pimpinan organisasi. Setiap organisasi ingin
mendapatkan, mengelola, dan menggunakan informasi untuk meningkatkan
luaran (outcome) pasien, serta juga kinerja individu dan kinerja organisasi
secara umum.

Dari waktu ke waktu, organisasi menjadi lebih efektif dalam


• Mengidentifikasi kebutuhan informasi dan teknologi informasi;
• Merancang/menyebarkan sistem informasi manajemen;
• Menetapkan dan menangkap data serta informasi;
• Menganalisis data dan mengubahnya menjadi informasi;
• Menyebarkan dan melaporkan data serta informasi; dan
• Mengintegrasikan dan menggunakan informasi untuk peningkatan kinerja.
Standar :

MOI.1 Rumah sakit merencanakan dan merancang proses-proses manajemen


informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
MOI.2 Privasi, kerahasiaan, dan keamanan informasi – termasuk integritas
data – harus dijaga.
MOI.3 Rumah sakit menentukan lama penyimpanan rekam medis, data, dan
informasi.
MOI.4 Rumah sakit menggunakan kode diagnosis dan kode prosedur yang
terstandardisasi serta memastikan standardisasi penggunaan simbol
dan singkatan baku yang ditetapkan di seluruh rumah sakit.
MOI.5 Kebutuhan data dan informasi dari pihak dalam dan luar rumah sakit
dipenuhi secara tepat waktu dalam format yang memenuhi harapan
pengguna dan dengan frekuensi yang diinginkan.
MOI.6 Rekam medis dan informasi lain terlindung dari risiko hilang, rusak,
manipulasi, serta akses dan penggunaan oleh pihak yang tidak
berwenang.
MOI.7 Para pengambil keputusan dan anggota staf lainnya diedukasi dan
dilatih mengenai prinsip manajemen dan penggunaan informasi.
MOI.8 Dokumen tertulis, termasuk kebijakan, prosedur, dan program dikelola
secara konsisten dan seragam.
MOI.9 Rumah sakit memprakarsai dan mempertahankan rekam medis klinis
yang terstandardisasi untuk setiap pasien yang dikaji atau ditangani,
serta menetapkan isi, format, dan lokasi penulisan dalam rekam
medis.
MOI.10 Rekam medis pasien yang menerima perawatan kegawatdaruratan
mencakup waktu datang dan keluar, kesimpulan saat penghentian tata
laksana, kondisi pasien saat pulang, dan instruksi perawatan tindak
lanjut.
MOI.11 Rumah sakit mengidentifikasi pihak-pihak yang berwenang menulis di
dalam rekam medis pasien.
MOI.12 Sebagai bagian dari kegiatan pemantauan dan peningkatan kinerja,
rumah sakit secara rutin mengkaji isi dan kelengkapan rekam medis
pasien.
MOI.13 Sistem teknologi informasi kesehatan dikaji dan diuji sebelum
diterapkan di dalam rumah sakit dan dievaluasi dalam hal mutu dan
keselamatan pasien setelah diterapkan.
MOI.14 Rumah sakit mengembangkan, memelihara, dan menguji program
untuk mengantisipasi waktu henti (downtime) sistem data, baik yang
terencana maupun yang tidak terencana
15. Medical Professional Education (MPE)/
Pendidikan Profesi Medis
Mengintegrasikan pendidikan mahasiswa kedokteran dan trainee ke dalam
kegiatan operasional rumah sakit membutuhkan keselarasan dengan misi,
rencana strategis, alokasi sumber daya, dan program mutu rumah sakit.
Standar MPE menitikberatkan pada keamanan dan mutu pelayanan yang
diberikan oleh para mahasiswa dan trainee bagi pasien-pasien rumah sakit
sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit. Jajaran tata kelola dan
kepemimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk memberikan jaminan
bahwa terdapat supervisi yang adekuat terhadap semua bentuk pelayanan
pasien yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Agar dapat memberikan
pengalaman yang kaya dan bermakna dalam sebagai bekal para mahasiswa
kedokteran dan trainee, masih dibutuhkan banyak faktor di samping
komitmen jajaran tata kelola dan kepemimpinan rumah sakit.
Standar:

MPE.1 Badan tata kelola dan kepemimpinan rumah sakit menyetujui dan memantau
partisipasi rumah sakit dalam menyelenggarakan program pendidikan
kedokteran.
MPE.2 Staf klinis, populasi pasien, teknologi, dan fasilitas rumah sakit harus
konsisten dengan sasaran dan tujuan program pendidikan.
MPE.3 Staf pengajar klinis diidentifikasi, dan peranan serta hubungan setiap anggota
staf dengan institusi akademik perlu dijelaskan.
MPE.4 Rumah sakit mengerti dan menyediakan supervisi medis dengan frekuensi
dan intensitas yang diperlukan untuk setiap jenis dan jenjang mahasiswa
kedokteran dan trainee.
MPE.5 Pendidikan kedokteran yang diselenggarakan di rumah sakit dikoordinasi dan
diatur melalui mekanisme operasional serta struktur manajemen yang jelas.
MPE.6 Mahasiswa kedokteran dan trainee tunduk pada semua kebijakan dan
prosedur rumah sakit, dan semua pelayanan yang diberikan sesuai dengan
parameter mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit.
MPE.7 Trainee yang memberikan perawatan atau pelayanan di rumah sakit—di luar
penilaian program akademiknya—diberikan izin untuk memberikan
pelayanan dengan melaluiproses kredensial, pemberian kewenangan klinis,
spesifikasi tugas, dan proses relevan lain yang sudah baku di rumah sakit
16. Human Subject Research Programs (HRP)/
Program Penelitian dengan Subjek Manusia
Terdapat proses untuk mengawasi penelitian yang melibatkan staf rumah
sakit yang melakukan penelitian dan semua subjek penelitian, terlepas dari
siapa atau apa sponsor penelitiannya. Semua pasien rumah sakit dan keluarga
mereka diinformasikan mengenai penelitian-penelitian yang sedang berjalan
dan hak mereka untuk berpartisipasi bila mereka memenuhi kriteria
penelitian. Subjek penelitian memberikan persetujuan untuk berpartisipasi
dalam protokol penelitian setelah dilakukan suatu proses penjelasan potensi
risiko dan manfaat (dan elemen lain yang diperlukan) oleh peneliti utama
atau orang lain yang telah didelegasikan secara resmi.
Individu-individu yang melakukan penelitian di dalam rumah sakit memenuhi
persyaratan-persyaratan rumah sakit untuk hal tersebut dan melaporkan
semua kejadian tidak diharapkan (KTD) kepada sistem
mutu/manajemen risiko rumah sakit secara tepat waktu.
Standar :

HRP.1 Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi manusia


sebagai subjek penelitian.
HRP.2 Pimpinan rumah sakit menetapkan ruang lingkup program penelitian.
HRP.3 Pimpinan rumah sakit menetapkan persyaratan bagi sponsor penelitian
untuk memastikan komitmen mereka dalam menjalankan etika
penelitian.
HRP.4 Pimpinan rumah sakit membuat suatu proses atau ikatan kerja sama
untuk melakukan peninjauan awal dan peninjauan berkelanjutan
untuk semua penelitian dengan subjek manusia.
HRP.5 Rumah sakit mengidentifikasi dan mengelola konflik kepentingan yang
terjadi pada penelitian yang dilakukan di rumah sakit
HRP.6 Rumah sakit mengintegrasikan program penelitian dengan subjek
manusia ke dalam program mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
HRP.7 Rumah sakit menyusun dan menerapkan proses persetujuan yang
memungkinkan pasien mendapatkan informasi dan kemudian dapat
memutuskan secara sukarela untuk berpartisipasi dalam penelitian
klinis, investigasi klinis, atau uji klinis
Indikator Manajemen Mutu Rumah
Sakit
• Manajemen mutu: upaya yang dilakukan terus
menerus, sistematis, objektif dan terintegrasi dalam
identifikasi dan menentukan masalah dan penyebab
masalah berdasarkan standar yang ditetapkan,
menetapkan dan mengimplementasikan pemecahan
masalah menurut kapasitas yang tersedia, dan
mengkaji hasil dan memberikan tindak lanjut saran
untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan.
• Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan
kesehatan dapat mengacu pada indikator yang
relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan
outcomes.

• Indikator struktur: Tenaga kesehatan profesional


(dokter, paramedis, dan sebagainya), Anggaran biaya
yang tersedia untuk operasional dan lain-lain,
Perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk
obat-obatan, Metode berupa adanya standar
operasional prosedur masing-masing unit, dan
sebagainya;
• Indikator proses: petunjuk tentang pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang
ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan
tugasnya, Apakah telah sebagaimana mestinya sesuai
dengan prosedur, diagnosa, pengobatan, dan
penanganan seperti yang seharusnya sesuai standar;

• Indikator outcomes: indikator hasil daripada keadaan


sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS,
TOI, dan Indikator klinis lain seperti: Angka
Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka
Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan, dan
sebagainya.
• Selanjutnya Indikator dispesifikasikan dalam
berbagai kriteria.
• Sebagai contoh: Indikator status gizi dapat
lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria
tinggi badan, berat badan anak, dsb.
• Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah
fenomena yang dapat dihitung.
Model mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RS sangat
dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu:
• Input (struktur): segala sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat,
fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi,
dan lain-lain.
• Proses: interaksi profesional antara pemberi pelayanan
dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan
variable penilaian mutu yang penting
• Output/outcome: hasil pelayanan kesehatan, merupakan
perubahan yang terjadi pada konsumen
Gambaran pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit:
1. Mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan
proses maupun output
2. Rumah sakit melakukan berbagai prosedur dan standar
sehingga dapat menilai diri sendiri (self-assesment) berhasil
tidaknya dalam hal mutu rumah sakit
3. Sementara itu, untuk menilai keberhasilan rumah sakit dalam
menjaga maupun meningkatkan mutu diperlukan indikator-
indikator tertentu. Indikator ini telah disusun dengan WHO
untuk menjadi dasar/modal bagi rumah sakit untuk
melaksanakan self-assesment tersebut.
Beberapa indicator mutu di rumah sakit

• Indikator Pelayanan Non Bedah


• Indikator Pelayanan
• Indikator Ibu Bersalin dan Bayi
• Indikator Mutu Pelayanan Medis
• Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS
• Unit cost untuk rawat jalan
• Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien
• Indikator tambahan
 Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).
 Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).
• Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi)
• Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi)
• Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS erat
kaitannya dengan manajemen RS (quality of services)
dan keprofesionalan kinerja di RS (quality of care).
• Gugus kendali mutu adalah sekelompok staf yang
ditunjuk oleh komite medik RS untuk
menyelenggarakan manajemen mutu RS (melakukan
self-assessment).

Anda mungkin juga menyukai