Nomor : /Kep.Dir/RSUD-SB/2019
Tentang : Kebijakan Rencana Asuhan Oleh PPA Dengan Metode IAR di RSUD
Sungai Bahar
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit, pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. Dengan berkonsultasi diharapkan
pasien memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan serta sesuai dengan
keutuhannya. Dalam proses konsultasi tersebut pasien dilayani oleh dokter dan
perawat, dan mungkin saja jenis dan profesi dari tenaga yang akan ikut melaksanakan
pelayanan dapat terdiri atas beberapa macam profesi dan spesialisasi. Setiap konsultasi
diawali dengan asesmen sebagai dasar untuk mengumpulkan data dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasien.
Secara garis besar asesmen pasien dapat terdiri atas; asesmen medis, asesmen
keperawatan. Berdasarkan saat pelaksanaan asesmen pasien dapat dibagi menjadi
asesmen awal dan asesmen ulangan. Berdasarkan proses admisi asesmen pasien dibagi
menjadi asesmen rawat jalan, asesmen gawat darurat dan asesmen rawat inap.
Asesmen lain yang dapat dilakukan adalah asesmen nyeri, asesmen nutrisi dan lain -
lain, tergantung kebutuhan pasien.
Selain asesmen medis dan keperawatan mungkin diperlukan asesmen lain dari
praktisi pelayanan kesehatan termasuk asesmen khusus dan asesmen individual. Proses
asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang pengobatan pasien
yang harus segera dilakukan dan kebutuhan pengobatan lanjutan. Dengan demikian
agar pasien dapat dilayani dengan baik dan benar serta tidak terjadi tumpang tindih
dalam asesmen maka perlu dibuat suatu pedoman yang akan digunakan sebagai
panduan dalam melaksanankan asesmen pasien bagi semua petugas yang akan
melaksanakan asesmen.
1
mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasien dan pembuatan rencana perawatan
lanjutan untuk pasien tersebut.
Tujuan panduan ini adalah :
1. Agar setiap petugas yang melayani pasien menggunakan proses asesmen yang
baku.
2. Agar setiap petugas yang melayani pasien dapat melakukan proses asesmen
dengan baik dan benar.
3. Agar setiap petugas yang melayani pasien, dapat bekerja sama dalam menganalisis
dan mengintegrasikan asesmen pasien.
C. PENGERTIAN
1. Asesmen pasien adalah proses yang akan menghasilkan keputusan tentang
pengobatan pasien dan kebutuhan pengobatan selanjutnya apakah itu pada keadaan
emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah.
Proses asesmen bersifat terus menerus dan dinamis serta dilakukan pada semua unit
kerja pelayanan pasien. Dengan melaksanakan proses asesmen pasien yang holistik
diharapkan akan dapat meningkatkan keselamatan pasien dan meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit. Semua asesmen harus terintegrasi sehngga dapat
mengidentifikasi urgency pelayanan sesuai kebutuhan pasien dengan tepat.
Skrining nyeri dan skrining nutrisi merupakan bagian dari asesmen keperawatan
dan harus dilakukan pada setiap pasien rumah sakit.
2. Asesmen pasien (baku) terdiri atas 3 proses utama : Mengumpulkan informasi,
Analisis informasi dan Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua
kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi.
a. Pengumpulan Informasi
Informasi dikupulkan dengan cara ; anamnesa, melakukan observasi dan
pemeriksaan fisik serta menggunakan hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium
dan pencitraan )
Dalam mengumpulkan informasi sangat penting diperhatikan hal yang berkaitan
dengan privasi, kenyamanan dan kerahasiaan. Mengingat konsep rahasia
kedokteran, jika dipandang perlu atas izin/ persetujuan pasien, pasien dapat
ditemani oleh orang lain. Saat berinteraksi, penting sekali agar petugas berlaku
profesional, hormat, sopan dan bersahabat. Pengumpulan informasi dilakukan
oleh setiap petugas dan profesi terkait yang berperan dalam asesmen pasien.
b. Analisis Informasi
Setiap informasi dianalisa terkait reabilitas, akurasi dan validitas untuk digunakan
membuat kesimpulan klinis. Kesimpulan haruslah dapat menggambarkan kondisi
2
fisik, psikologis, serta kebutuhan pelayanan kesehatan penderita secara holistik.
Sederhananya kesimpulan klinis dapat mengidentifikasi; masalah utama, masalah
sekunder/ premorbid, tingkat keparahan, faktor penyebab masalah, serta dapat
menentukan semua kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan pasien.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Asesmen Awal
Asesmen awal adalah asesmen yang dilakukan pada saat tenaga kesehatan
berkontak dengan pasien. Asesmen awal dilakukan untuk mengetahui / memahami :
a. Diagnosis awal
b. Status emosional / psikologis
c. Derajat nyeri dan status nutrisi pasien
d. Respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
e. pelayanan yang dicari dan diharapkan, serta tingkat ekspektasi pasien
f. Jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
Informasi sosial (budaya, keluarga, ekonomi) tidak dimaksud untuk
mengelompokan pasien. Tetapi, merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap penyakit dan pengobatannya. Asesmen yang lengkap dan
tersedia akan memudahkan Berbagai staf yang merawat pasien dapat terlibat dalam
proses asesmen. Untuk memulai pengobatan yang benar dan sesegera mungkin,
asesmen awal harus diselesaikan secepat mungkin.
Asesmen awal sudah harus selesai dalam tempo 24 jam dan untuk pasien dengan
kasus kegawatan harus diselesaikan sedini mungkin sesuai kebutuhan. Kegiatan
dokumentasi asesmen awal ke catatan medis dilakukan di unit rawatan dan catatan
medis pasien tidak dizinkan untuk dibawa ke luar area unit rawatan.
Asesmen awal harus diulangi lagi jika asesmen tersebut telah melewati batas 30
hari. Asesmen medis awal harus didokumentasikan sebelum tindakan anestesi atau
bedah. Hasil asesmen medis dan setiap pemeriksaan diagnostik dicatat dalam rekam
medis sebelum tindakan anestesi atau bedah.
B. Asesmen Ulang
Asesmen ulang dilakukan pada interval tertentu sesuai kebutuhan dan rencana
pelayanan atau sesuai kebijakan dan prosedur untuk menetapkan respons terhadap
pengobatan dan untuk merencanakan pengobatan lanjutan atau untuk rencana
pemulangan.
Asesmen ulang adalah kunci untuk memahami apakah keputusan pelayanan sudah
tepat dan efektif. Hasil asesmen ulang dicatat dalam rekam medis untuk informasi dan
digunakan oleh semua staf yang memberi pelayanan.
Asesmen pasien gawat darurat dilakukan setiap hari, termasuk hari libur, dan bila
ada laporan perubahan yang signifikan pada kondisi pasien dari petugas keperawatan.
Asesmen dilaksanakan oleh setiap disiplin dalam lingkup prakteknya, perizinan,
4
undang - undang dan peraturan terkait atau sertifikatifikasi. Asesmen ulang
didokumentasikan dalam rekam medis.
5
social support (e.g., friends, community, organizations, pets, spiritual beliefs or
community) Latar belakang pribadi (pendidikan, pekerjaan, agama, finansial)
22. Faktor Resiko
Riwayat merokok, alkohol, obat obat rekreasional
Riwayat dan aktivitas seksual, pola hubungan seksual yang aman
Riwayat STD
Resiko dan lingkungan pekerjaan
Resiko untuk mendapat kekerasan
23. Pemeriksaan fisik
a. Tanda Vital + derajat nyeri
b. Pemeriksaan kepala & leher
c. Pemeriksaan kelenjar getah bening
d. Pemeriksaan daerah dada
e. Pemeriksaan daerah perut
f. Pemeriksaan anggota gerak
g. Pemeriksaan Status Mental (person, place, time, situation).
h. Pemeriksaan Neurologis
i. Pemeriksaan saraf cranial (I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII, IX, X, XI, XII)
j. Pemeriksaan fungsi sensoris
k. Pemeriksan Refleks fisiologis dan patologis.
l. Pemeriksaan fungsi koordinasi motorik
m. Pemeriksaan fungsi keseimbangan
n. Observasi cara jalan
o. Hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang
6
Tipe data yang diidentifikasi dalam asesmen keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi atau kejadian
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh tenaga keperawatan,
informasi tersebut diperoleh melalui “senses” (sight, smell) dan HT (hearing dan
touch atau taste) selama pemeriksaan fisik.
Fokus pengumpulan data meliputi :
1. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
2. Pola koping sebelumnya dan sekarang
3. Fungsi status kesehatan sebelumnya dan sekarang
4. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
5. Resiko untuk masalah potensial
6. Hal-hal yang menjadi dorongan dan kekuatan klien
Data Dasar Sewaktu Masuk Rumah Sakit (Form Status Terlampir)
1. Data Umum
2. Pola Fungsi Kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
4. Rencana Pulang (Discharge Planning)
5. Tanda tangan dan tanggal
7
2. Waktu mulai asesmen dan terapi adalah saat dimana pelayanan dimulai, ditandai
dengan saat pasien berkontak dengan dokter.
3. Waktu tunggu adalah rentang waktu antara waktu kedatangan dan waktu
dimulainya asesmen awal.
Asesmen gawat darurat terdokumentasi dalam lembaran / catatan medis gawat darurat.
Berdasarkan kebutuhan dan urgency nya pasien IGD dapat dibagi atas (Australian
Triage Scale) :
ATS 1 Immediate life threatening
ATS 2 Imminently life threatening
ATS 3 Potentially life threatening
ATS 4 Potentially serious
ATS 5 Less urgent
Kategori pasien Response time KPI
ATS 1 immediate 100
ATS 2 10 80
ATS 3 30 75
ATS 4 60 70%
ATS 5 120 70%
8
3. Kategori kasus yang tergolong potentially life threatening
Severe hypertension, Kehilangan darah > 30%, Nafas cepat dan dangkal (shortness
of breath) SAO2 90 – 95%, Riwayat kejang, Setiap demam pada pasien yang
immunosupressed , Muntah dengan dehidrasi, Cedera kepala dengan riwayat
amnesia post trauma. Nyeri dengan gradasi sedang oleh sebab apapun Chest pain
likely non-cardiac and mod severity Abdominal pain without high, Nyeri dada
bukan karena problem cardiac, dan nyeri abdomen pada pasien > 65 tahun.
Moderate limb injury – deformity, severe laceration, crush Limb – altered
sensation, acutely absent pulse Trauma - high-risk history with no other high- risk
features, Kecurigaan kekerasan pada anak. Behavioural/Psychiatric: - very
distressed, risk of self-harm - acutely psychotic or thought disordered - situational
crisis, deliberate self harm - agitated/ withdrawn - potentially aggressive.
4. Kategori kasus yang tergolong potentially serious
Perdarahan < 30%, Aspirasi benda asing tanpa respiratory distress, Trauma dada
tanpa respiratory distress. Cedera kepala ringan, tanpa amnesia paska trauma.
Muntah tanpa dehidrasi Inflamasi pada mata / benda asing tanpa gangguan
penglihatan. Eye inflammation or foreign body – normal vision, Trauma ekstremitas
minor : sprained, curiga fraktur, laserasi sederhana, Nyeri abdomen tidak spesifik.
Behavioural/Psychiatric : - Semi-urgent mental health problem - Under observation
and/or no immediate risk to self or others.
5. Kategori kasus yang tergolong less urgent
Kasus lain yang tidak tergolong kategori diatas seperti : Nyeri ringan tanpa resiko,
Riwayat penyakit tertentu, datang asymptomatic, Keluhan minor dari penyakit yang
stabil, low-risk conditions, Luka yang tidak memerlukan jahitan
Behavioural/Psychiatric: - Known patient with chronic symptoms - Social crisis,
clinically well patient.
9
diperlukan sistim / format untuk asesmen kelompok individu / populasi sbb :
Anak-anak
Dewasa Muda
Orang Tua
Sakit terminal
Pasien kesakitan dan sakit kronis dan intens
Wanita dalam proses melahirkan
Wanita dalam proses terminasi kehamilan
Pasien dengan kelainan emosional atau gangguan jiwa
Pasien dengan ketergantungan obat
Pasien terlantar atau disakiti
Pasien dengan infeksi atau penyakit menular
Pasien yang mendapatkan kemoterapi atau radiasi
Pasien yang daya imunnya direndahkan
Jika ada indikasi, sebagai respons terhadap kebutuhan dan kondisi pasien yang
dicurigai ketergantungan obat dan atau alkohol dan asesmen pasien korban kekerasan
dan yang terlantar, asesmen juga harus dilakukan, dengan tetap menjaga kerahasiaan.
Proses asesmen tergantung situasi dan kondisi dapat dilakukan dengan melibatkan
keluarga sesuai keperluan.
10
Faktor risiko bagi yang ditinggalkan dan cara mengatasi, potensi reaksi patologis
atas kehilangan.
Temuan asesmen didokumentasi dan digunakan untuk mengarahkan pelayanan yang
diberikan.
J. PENGENDALIAN MUTU
1. Kegiatan evaluasi terdiri dari :
2. Evaluasi internal
Evaluasi response time kelengkapan catatan medis, pencapaian key performance
threshold, keluhan pasien, efisiensi dan efektifitas layanan, yang dilakukan oleh
bidang / unit terkait
3. Evaluasi eksternal
Lulus akreditasi rumah sakit
11
BAB III
TATA LAKSANA
Asesmen pasien membutuhkan keahlian dan pengalaman oleh sebab itu hanya
dilakukan oleh petugas yang kompeten. Asesmen dilaksanakan oleh setiap staf
berdasarkan lingkup profesi, perizinan semua undang-undang, peraturan dan sertifikasi.
Asesmen Pasien dapat dilaksanakan oleh beberapa petugas dan profesi.
Setiap proses asesmen pasien yang dilakukan oleh petugas dan profesi terkait
terdokumentasi melalui formulir asesmen di dalam catatan medis pasien. Ketika
asesmen medis dilaksanakan oleh lebih dari satu profesi / spesialisasi maka tanggung
jawab asesmen berada pada dokter penanggung jawab utama pelayanan pasien ( DPJP
utama ). Pada keadaan dimana tidak ada factor urgency, diusahakan asesmen medis
baru dilaksanakan setelah pelaksanaan asesmen keperawatan.
Pasien mungkin mengalami banyak jenis asesmen diluar dan didalam rumah
sakit oleh berbagai unit kerja dan berbagai pelayanan. Akibatnya, akan banyak variasi
informasi, hasil tes dan data lain di rekam medis pasien. Manfaat akan besar bagi pasien,
apabila staf yang bertanggung jawab bekerja sama menganalisis temuan pada asesmen
dan mengkombinasikan informasi dalam suatu gambaran komprehensif kondisi setiap
pasien. Dari kerja sama ini, kebutuhan pasien dapat di identifikasi, ditetapkan urutan
kepentingannya, dan dibuat keputusan pelayanan. Integrasi dari temuan ini akan
memfasilitasi koordinasi pemberian pelayanan.
Proses bekerja sama adalah sederhana dan informal bila kebutuhan pasien tidak
kompleks. Pada pasien dengan kebutuhan yang kompleks atau yang tidak jelas,
diperlukan pertemuan formal tim, rapat kasus, ronde pasien. Pasien, keluarga dan pelaku
lain yang membuat keputusan atas nama pasien dapat di ikutsertakan untuk proses
pengambilan keputusan.
A. Asesmen rawat inap
Semua Asesmen awal pada instalasi rawat inap sudah harus selesai dan ditanda
tangani oleh masing masing penanggung jawab profes dalam periode waktu 1 X 24 jam
setelah pasien tercatat sebagai pasien rawat di instlasi rawat inap.
B. Asesmen Rawat Jalan
Semua Asesmen awal pada instalasi rawat jalan sudah harus selesai dan ditanda
tangani oleh masing masing penanggung jawab profesi sebelum dilakukan penulisan
permintaan penunjang dan penulisan resep atau memulai tindakan terapi.
C. Asesmen Gawat Darurat
Prioritas utama pada kasus gawat darurat adalah melakukan penanganan pada
kegawatan. Ada 2 jenis pencatatan pada Instalasi gawat darurat ; menggunakan
dokumen lembaran catatan medis gawat darurat dan dokumen rawat inap. Asesmen
12
gawat darurat sudah harus selesai dan terdokumentasi pada dokumen lembaran catatan
medis gawat darurat sesaat setelah kegawatan pasien diatasi. Dokumentasi asesmen
awal sudah harus diisi dan ditanda tangani oleh penanggung jawab sebelum pasien
dipindah dari IGD, apakah itu dipindah ke ruangan rawat inap, atau ke kamar operasi.
Khusus untuk pasien yang akan dilakukan tindakan intervensi apakah itu ke
kamar operasi / ruang tindakan, maka dokumentasi asesmen awal pada dokumen rawat
inap sudah harus selesai,sebelum dimulainya tindakan.
13
C. MPP ( Manajer Pelayanan Pasien / case manager )
1. MPP Menjaga kontinuitas pelayanan selama pasien tinggal di rumah sakit
2. Skrining Pasien yg butuh manajemen pelayanan: resiko tinggi, biaya tinggi, potensi
komplein tinggi, penyakit kronis, pembiayaan yg komple , kasus komplek/rumit
dll oleh MPP
3. MPP melakukan asesmen utilitas, mengumpulkan informasi dan data klinis, psiko
sosial, sosio ekonomi dll.
4. MPP membuat rencana pelayanan yaitu berkolaborasi dengan DPJP, PPA lain
untuk asuhan selanjutnya .
5. MPP memfasilitasi untuk inter aksi dengan DPJP, PPA, bag Administrasi,
perwakilan Pembayar ,unit kerja lain .dll.
6. MPP mengadvokasi termasuk proses pemulangan yg aman dan ke pemangku
jabatan lain dll.
7. Dokumentasi dalam format pemberian edukasi dan informasi
14
F. Asuhan gizi terintegrasi
Pasien yang pada asesmen berada pada risiko nutrisi, akan mendapat terapi gizi.
DPJP, beserta para PPA ( Perawat, Bidan, Ahli Gizi, dll ) bekerjasama dalam
merencanakan, memberikan dan memonitor terapi gizi. Respon pasien terhadap terapi
gizi dicatat dalam CPPT dan didokumenkan dalam rekam medis pasien.
15
BAB IV
DOKUMENTASI
A. PRINSIP PENDOKUMENTASIAN
1. Berdasarkan Fakta
a. Berisikan penjelasan dan informasi yang efektif tentang apa yg dilihat, didengar,
dirasakan.
b. Penjelasan yg objektif harus merupakan hasil observasi langsung dan pengukuran
terhadap perilaku klien yg nyata.
c. Informasi berdasarkan fakta akan menghilangkan kesalahan interprestasi
2. Akurat
a. Penggunaan pengukuran.
b. Ketepatan penulisan kata/istilah/data
c. Penulisan tanggal/tanda tangan/nama jelas
3. Kelengkapan
a. Pencatatan lengkap; mudah dimengerti.
b. Pencatatan singkat; dengan tidak menghilangkan makna
c. Pencatatan yg terlalu panjang dan berbelit-belit banyak
d. Menghabiskan waktu, kertas atau sulit dipahami.
e. Hindari kata-kata / istilah yang tidak perlu / tidak dipahami PPA lain
4. Ketepatan Waktu
a. Semua data, rencana, tindakan ataupun hasil evaluasi harus segera
didokumentasi oleh PPA, yang bertujuan untuk menghindari kelupaan atau
kesalahan penulisan akibat dari penundaan.
b. Penundaan pendokumentasian dapat juga menyebabkan kelalaian dan kesalahan.
5. Terorganisasi
a. Penulisan dokumentasi harus terorganisir sesuai dengan kronologis
perkembangan pasien
b. Penulisan yg tumpang tindih akan membingungkan dan menghilangkan manfaat
dari dokumentasi itu sendiri sebagai wahana komunikasi antar perawat dan PPA
6. Kerahasiaan
a. Menjaga informasi yang ada dalam dokumen tidak dibaca oleh pihak yg tidak
berkepentingan dalam pelayanan kesehatan.
b. Informasi yang harus dirahasiakan dari segi hukum adalah informasi yang
didapatkan dari hasil pemeriksaan, observasi, diskusi, tindakan
medik/keperawatan dan pengobatan.
16
B. Dokumentasi prosedur mengenai pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien
ini meliputi :
1. Pembuatan asuhan pasien secara tim yang berkesinambungan antara medis,
keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
2. Melakukan ronde pasien dengan multi departemen agar dapat mengetahui mengetahui
keadaan pasien serta dapat membuat asuhan yang berkesinambungan.
3. Melakukan kombinasi bentuk perencanaan asuhan yang diberikan pada pasien
4. Membuat rekam medis pasien yang terintegrasi dalam satu laporan.
17
LAMPIRAN FOTO
18