Anda di halaman 1dari 16

BAB I

DEFINISI

Dalam menjalankan kegiatannya Rumah Sakit Umum Daerah Trikora


menyadari bahwa pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam bentuk
bermacam-macam asuhan yang merupakan bagian dari suatu sistem
pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional di bidang pelayanan
kesehatan. Dengan adanya panduan ini diharapkan Rumah Sakit Umum
Daerah Trikora dapat menerapkan model pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan, menyelaraskan kebutuhan
asuhan pasien dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit,
mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatnya mutu asuhan pasien
dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit.
Setiap pasien yang datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
harus dijamin aksesnya untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan,
terjamin pula kontinuitas pelayanan yang didapat, serta mendapatkan
pelayanan yang terkoordinasi dan terintegrasi dari berbagai asuhan dari
para profesional pemberi asuhan pasien. Sehingga dapatlah diharapkan
hasil pelayanan yang efektif, efisien dan menjamin keselamatan pasien,
yang akhirnya bermuara pada kepuasan pasien dan pemenuhan hak
pasien.
Beberapa hal penting yang harus dikelola oleh rumah sakit adalah
mengenali dengan baik kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani
oleh rumah sakit, mengatur pemberian pelayanan yang efisien kepada
pasien, dan melakukan rujukan ke pelayanan yang tepat baik di dalam
maupun keluar rumah sakit serta mengatur pemulangan pasien yang tepat
ke rumah.
Rumah Sakit Umum Daerah Trikora, adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan melalui penyelenggaraan pelayanan secara
paripurna pada unit-unit gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, ruang
tindakan dan ruang perawatan khusus. Penyelenggaraan pelayanan
dilaksanakan oleh berbagai kelompok profesi . Para profesional utama
yang memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit adalah staf medis
baik dokter maupun dokter spesialis, staf klinis keperawatan (perawat dan
bidan), nutrisionis dan farmasis yang rutin dan pasti selalu berkontak
dengan pasien, akan tetapi tidak kalah pentingnya profesional lain yang
1
berfungsi melakukan asuhan penunjang berupa analis laboratorium, penata
rontgen, fisioterapis.
Secara garis besar ada empat kelompok SDM yang mendukung
jalannya rumah sakit yaitu, kelompok medis memberikan pelayanan
asuhan medis, kelompok keperawatan memberikan pelayanan asuhan
keperawatan, serta kelompok keteknisian medis yang memberikan
pelayanan penunjang medis, dan akhirnya adalah kelompok administrasi
yang memberikan pelayanan administrasi manajemen.
Pedoman ini akan membahas pengaturan apa dan bagaimana yang
perlu dibuat di rumah sakit sejak pasien menginjakkan kakinya di rumah
sakit sampai pasien dipulangkan kerumah atau dirujuk ke sarana
kesehatan lain

a. Asesmen rawat jalan adalah asesmen yang dilakukan oleh dokter,


perawat maupun tenaga kesehatan lainnya pada pasien yang datang
untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan.

b. Asesmen rawat inap adalah asesmen yang dilakukan oleh dokter,


perawat maupun tenaga kesehatan lainnya pada pasien yang datang
dan dilakukan proses rawat inap.

c. Asesmen awal adalah suatu proses asesmen yang dilakukan pada


proses awal pelayanan. Asesmen awal memberikan informasi untuk :
1) Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
2) Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
3) Menetapkan diagnosis awal
4) Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
5) Merujuk pasien jika layanan di Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan tidak tersedia.

d. Asesmen ulang adalah asesmen yang dilakukan pada interval tertentu


dalam menetapkan respon terhadap pengobatan dan untuk
merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien. Asesmen
lanjut dilaksanakan dan hasilnya dicatat dalam rekam medis ;
1) Pada interval yang regular selama pelayanan (contoh: secara peri-
odik tanda-tanda vital )
2) Setiap hari oleh dokter pada pasien akut
3) Sebagai respon terhadap perubahan kondisi pasien yang sig-
nifikan
2
4) Bila diagnosis pasien telah berubah dan kebutuhan asuhan
memerlukan perubahan rencana
5) Untuk menetapkan apakah obat-obatan dan pengobatan lain telah
berhasil dan pasien dapat dipindah atau dipulangkan.

e. Asesmen gawat darurat adalah asesmen yang dilakukan oleh dokter


dan perawat pada pasien yang datang dengan kasus gawat darurat

f. Asesmen nyeri adalah asesmen terhadap rasa nyeri yang dirasakan


oleh pasien dengan menggunakan metode dan skala tertenu sesuai
keadaan pasien untuk selanjutnya dilakukan tatalaksana baik non
farmakologis maupun farmakologis

g. Kebutuhan fungsional termasuk asesmen resiko jatuh adalah


pengkajian terhadap kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas
sehari-hari dan mengidentifikasi resiko kemungkinan jatuh pasien.
Kebutuhan fungsional Asesmen jatuh adalah asesmen pada pasien
untuk menentukan ada tidaknya risiko jatuh pada pasien dengan
metode tertentu dengan tujuan untuk mencegah kejadian jatuh pada
pasien dengan risiko tinggi

h. Asesmen khusus adalah asesmen yang lebih mendetail, yang


terbatas pada kebutuhan tertentu yang sebelumnya telah teridentifikasi
pada asesmen awal, dengan melakukan asesmen individual terhadap
pasien:
1) Neonatus
2) Anak
3) Obstetri
4) Geriatri

BAB II
3
RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup Pembahasan

Asesmen pasien terdiri dari 3 proses utama yaitu :


1. Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial
dan riwayat kesehatan pasien.
2. Analisis imformasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan
radiologi untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan
pasien.
3. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan
pasien yang telah teridentifikasi.
Asesmen pasien meliputi asesmen medis, asesmen keperawatan
dan asesmen tenaga kesehatan lain yang kompeten. Asesmen pasien
dilakukan pada pasien rawat jalan maupun rawat inap.

Asesmen Awal Rumah Sakit Umum Daerah Trikora Salakan antara


lain meliputi :
1. Status fisik,
2. Psiko-sosio-spiritual,
3. Ekonomi
4. Riwayat kesehatan pasien.
5. Riwayat alergi,
6. Asesmen nyeri,
7. Risiko jatuh,
8. Asesmen fungsional,
9. Risiko nutrisional,
10. Kebutuhan edukasi ,
11. Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)

B. Tujuan

Tujuan utama dari asesmen awal adalah :


1. Untuk menetapkan alasan kenapa pasien perlu datang berobat ke
rumah sakit
4
2. Mengumpulkan informasi tentang identitas pasien, keluhan utama
dan riwayat perjalanan penyakit sekarang.
3. Untuk mengevaluasi hasil asesmen awal di rawat jalan / UGD
4. Untuk menentukan diagnosis awal pasien
5. Untuk menentukan kebutuhan pelayanan medis terhadap pasien
sehingga pelayanan dan pengobatan dapat dimulai

BAB III
TATALAKSANA
5
1. Tata Laksana isi, jumlah dan jenis asesmen awal medis dan keper-
awatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Trikora Salakan sebagai
berikut :

a. Asesmen Awal Medis dan Keperawatan Rawat Inap


1) Asesmen Awal Medis Rawat Inap
a) Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus di-
lakukan asesmen awal medis
b) Hanya PPA yang memiliki RKK dan SPK yang melak-
sanakan asesmen sesuai perizinan, undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
c) PPA melaksanakan proses asesmen terdiri dari 3
Proses utama dengan metode IAR :
a. Mengumpulkan data dan informasi (huruf I) tentang
hal-hal sesuai a s/d j, tersebut dibawah. Pada SOAP
adalah S–Subyektif dan O-Obyektif.
b. Analisis data dan informasi (huruf A) , yaitu melakukan
analisis terhadap informasi yang menghasilkan diagno-
sis, masalah, dan kondisi, untuk mengidentifikasi kebu-
tuhan pasien. Pada SOAP adalah A-Asesmen.
c. Membuat Rencana (huruf R), yaitu menyusun solusi un-
tuk mengatasi / memperbaiki kelainan kesehatan
sesuai butir b . Pelaksanaan R adalah untuk
memenuhi kebutuhan pasien yang telah teridentifikasi.
Pada SOAP adalah P– Plan.
d) DPJP Melakukan asesmen awal medis rawat inap
sekurang-kurangnya meliputi:
a. Riwayat kesehatan pasien
b. Riwayat Pekerjaan
c. Riwayat Alergi
d. Asesmen Psikokognitif
e. Pemeriksaan Fisik
f. Pemeriksaan Penunjang
g. Diagnosis
h. Masalah Medis
i. Masalah Keperawatan
j. Rencana Asuhan
6
e) DPJP membubuhkan tanda tangan dan nama yang je-
las di akhir dari penulisan asesmen awal rawat inap
dalam formulir rekam medik
f) Pelaksanaan asesmen medis awal rawat inap oleh DPJP
maksimal dilakukan 1x24 jam atau lebih cepat .
2) Asesmen Awal Keperawatan Rawat Inap
a) Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus di-
lakukan asesmen awal keperawatan
b) PPJA Melakukan asesmen awal keperawatan rawat inap
sekurang-kurangnya meliputi :
- Bio-psiko-spiritual;
- Ekonomi;
- Skrining dan asesmen nyeri;
- Status fungsional;
- Risiko jatuh;
- Risiko nutrisional;
- Masalah keperawatan;
- Diagnosa keperawatan;
- Identifikasi pemulangan pasien;
- Kriteria discharge planning pasien dengan kebutuhan
khusus
c) PPJA membubuhkan tanda tangan dan nama yang je-
las di akhir dari penulisan di asesmen awal rawat inap
dalam formulir rekam medik,
d) Pelaksanaan asesmen awal keperawatan rawat inap oleh
PPJA dilaksanakan paling lama selesai dalam 1 shift atau 8
jam atau lebih cepat.

b. Asesmen Awal Medis dan Keperawatan Rawat Jalan


Tata Laksana Asesmen Awal Medis Rawat Jalan
1) Asesmen awal medis rawat jalan sekurang-kurangnya meliputi :
a) riwayat kesehatan pasien
b) riwayat pekerjaan
c) riwayat alergi
d) asesmen psikokognitif
e) pemeriksaan fisik
f) pemeriksaan penunjang
g) diagnosis
h) rencana penatalaksanaan
7
2) Asesmen awal keperawatan rawat jalan meliputi :
a) bio-psiko-spiritual
b) ekonomi
c) skrining dan asesmen nyeri
d) status fungsional
e) risiko jatuh
f) risiko nutrisional
g) masalah keperawatan
h) rencana asuhan
3) Pelaksanaan pada pasien penyakit akut / non kronis, ases-
men awal diperbaharui setelah 1 (satu) bulan.
4) Pelaksanaan pada pasien dengan penyakit kronis asesmen
awal diperbaharui setelah 3 (tiga) bulan.
5) Pelaksanaan asesmen pada rawat jalan diselesaikan selama
10 menit dan untuk tindakan rawat jalan maksimal 1 jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien.
6) Asesmen awal dilaksanakan sesuai dengan nomor urut pendaf-
taran pasien dan kondisi kegawatdaruratan.
7) Semua hasil asesmen didokumentasikan dalam Rekam
Medis dan di bubuhkan tanda tangan DPJP dan PPJA

c. Asesmen Medis dan keperawatan gawat darurat.


1) Semua pasien yang dilayani di gawat darurat harus di-
lakukan asesmen awal medis dan keperawatan.
2) Hanya PPA yang memiliki RKK dan SPK yang melak-
sanakan asesmen sesuai perizinan, undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
3) Asesmen awal medis gawat darurat sekurang-kurangnya
meliputi:
a. riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya
meliputi keluhan utama dan riwayat penyakit;
b. riwayat alergi;
c. pemeriksaan fisik;
d. diagnosis;
e. rencana penatalaksanaan
f. kondisi pasien sebelum meninggalkan unit gawat darurat
dan rencana tindak lanjut.
4) Asesmen awal keperawatan gawat darurat sekurang-ku-
rangnya meliputi:
8
a. bio-psiko-spiritual;
b. skrining dan asesmen nyeri;
c. status fungsional;
d. risiko jatuh;
e. risiko nutrisional;
f. masalah keperawatan;
g. rencana asuhan.
5) Pelaksanaan asesmen awal pasien gawat darurat meliputi
bio-psiko-sosio-kultural-spiritual berfokus pada kondisi
pasien.
6) Pelaksanaaan asesmen awal pasien gawat darurat
meghasilkan diagnosis awal dan masalah kesehatan pasien.
7) Asesmen gawat darurat harus diselesaikan selambat-
lambatnya dalam waktu 2 jam setelah dilakukan asuhan
sesuai kebutuhan pasien.
8) Pelayanan pasien UGD sesuai waktu kedatangan dan
diurutkan sesuai dengan kondisi kegawatdaruratan pasien.

d. Asesmen Ulang oleh DPJP, PPJA, dan PPA lainnya :


1) Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus dilakukan As-
esmen Ulang dengan interval waktu berdasarkan kondisi, tin-
dakan, untuk melihat respon pasien, dan kemudian dibuat
rencana asuhan dan atau rencana pulang.
2) Hanya PPA yang memiliki RKK dan SPK yang melak-
sanakan asesmen sesuai perizinan, undang-undang dan
peraturan yang berlaku.
3) Asesmen ulang medis dan keperawatan dilaksanakan
oleh DPJP, PPJA, dan profesional pemberi Asuhan (PPA)
lainnya untuk mengevaluasi respons pasien terhadap
asuhan yang diberikan sebagai tindak lanjut.
4) Asesmen ulang medis rawat inap dilaksanakan minimal satu
kali sehari, termasuk akhir minggu / libur, akan tetapi bila ada
perubahan klinis pasien, asesmen dapat dilakukan lebih dari
satu hari sekali.
5) Asesmen ulang perawat rawat inap minimal satu kali per
shift atau sesuai dengan perubahan kondisi pasien.
6) Asesmen ulang UGD rata rata dilakukan setiap 30 menit, atau
pada saat terjadi perubahan kondisi pasien
7) Asesmen ulang oleh profesional pemberi asuhan lainnya
9
dilaksanakan sesuai kondisi pasien.
8) Asesmen ulang oleh DPJP, Perawat dan PPA lainnya dit-
ulis dilembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
(CPPT) sekurang-kurangnya meliputi ;
a. Tanggal dan jam;
b. Nama dan paraf / tanda tangan Profesional Pemberi
Asuhan (PPA);
c. Hasil asesmen dan pemberian pelayanan dalam bentuk
(SOAP)
d. Instruksi PPA termasuk pasca bedah
e. Review dan Verifikasi DPJP (nama, paraf dan cap)

e. Asesmen Nutrisional
1) Rumah Sakit menetapkan kriteria resiko nutrisional yang
dikembangkan bersama staf yang kompeten dan berwe-
nang.
2) Asesmen gizi di rawat jalan dan rawat inap dilaksanakan oleh
PPJA yang kompeten dan berwenang.
3) Asesmen awal gizi di Rawat Inap dilakukan oleh Perawat,
berupa skrining gizi metode Nutrision Riks Score ( NRS ).
4) Jika dalam skrinning gizi ada salah satu yang menjawab YA
maka dikonsultasikan ke Ahli Gizi (Dietisien) dan akan di-
lakukan Asesmen Gizi Lanjut.
5) Jika pada hasil skrining ditemukan pasien beresiko tinggi
mengalami Protein Energy Malnutrition (PEM), maka per-
awat atau ahli gizi yang melakukan skrining melaporkan
kepada dokter penanggung jawab pasien.
6) Dokter akan melakukan Asesmen nutrisi yang lebih
lengkap, dan bilamana perlu pasien akan dikonsultasikan ke
dokter spesialis gizi klinik.
7) Hasil Asesmen status nutrisi dan aspek-aspek lain terkait
pola makan pasien pasien didokumentasikan dalam rekam
medik.
8) Pendokumentasian juga meliputi diagnosis gizi serta ren-
cana tindakan terapetik berkaitan dengan status gizi pasien.
9) Terkait dengan kepercayaan atau budaya yang dimiliki
pasien, untuk pasien rawat inap perlu ditanyakan apakah
ada pantangan atau pola makan khusus yang dimiliki pasien
sebagai bagian dari Asesmen.
10
f. Asesmen Kebutuhan Fungsional dan Asesmen Resiko Jatuh
1) Rumah Sakit menetapkan kriteria asesmen kebutuhan fung-
sional dan resiko jatuh yang dikembangkan bersama staf
yang kompeten dan berwenang.
2) Pasien diskrining oleh PPJA untuk kebutuhan fungsional ter-
masuk resiko jatuh.
3) Pasien dengan kebutuhan fungsional lanjutan termasuk
resiko jatuh memperoleh asuhan yang sesuai dengan keten-
tuan Rumah Sakit.
4) Bila didapatkan pasien dengan hasil skrining berkebutuhan
fungsional dan resiko jatuh dilanjutkan dengan asesmen
fungsional dan resiko jatuh lanjutan oleh staf yang kompeten
dan berwenang.
5) Assesmen resiko jatuh rawat inap menggunakan :
a. Risiko Jatuh Humpty Dumpty (Pasien anak)
b. Risiko Jatuh Morse Fall Scale (Pasien Dewasa)
c. Risiko Jatuh Ontario Medified Stratify-Sidney Scoring
(Pasien Geriatri)
6) Asesmen jatuh untuk rawat jalan dan UGD menggunakan per-
tanyaan, lalu beri tanda untuk jawaban ya atau tidak dan
berikan penilaian: tidak beresiko, resiko rendah atau resiko
tinggi.
7) Asesmen status fungsional ini meliputi sensorik, kognitif dan
motorik.
8) Asesmen resiko jatuh didokumentasikan di form asesmen
awal keperawatan.
9) Asesmen ini dilanjutkan dengan tindak lanjut yang
sesuai dengan tingkat resiko jatuh dari pasien.
10) Asesmen resiko jatuh diulang bila :
a) Pasien jatuh
b) Pasien menerima obat yang meningkatkan resiko jatuh
(termasuk pasien post operatif maupun tindakan lainnya)
c) Pasien mengeluh pusing atau tanda gangguan keseim-
bangan lain.

g. Skrining dan Asesmen Nyeri


1) Rumah Sakit menetapkan regulasi pasien diskrining untuk rasa
11
nyeri
2) Asesmen nyeri dilakukan dengan menanyakan adakah nyeri,
deskripsi, quality, region, severity, dan durasi nyeri (PQRST)
3) Score asesmen nyeri dapat menggunakan metode
FLACSS,VAS,Wong Baker,NIPS atau CPOT
4) Asesmen dicatat sedemikian sehingga memfasilitasi asesmen
ulangan yang teratur dan tindak lanjut sesuai kriteria yang
dikembangkan oleh Rumah Sakit dan kebutuhan pasien
5) Skrining dan Asesmen nyeri didokumentasikan didalam for-
mulir asesmen keperawatan Rekam Medis oleh PPJA.
6) Skrining nyeri dilakukan terhadap setiap pasien, baik rawat
jalan, gawat darurat maupun rawat inap
7) Jika hasil skrining positif (pasien merasakan nyeri), maka
perawat yang melakukan skrining dilanjutkan dengan asesmen
nyeri lanjutan dan melaporkan kepada dokter penanggung
jawab pasien (DPJP) untuk tindak lanjut.
8) Hasil monitoring asesmen nyeri dicatat dan didokumentasikan
dalam formulir monitoring nyeri dalam rekam medis

h. Asesmen Awal Farmasi.


1) Asesmen Awal Farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan adalah berupa rekonsiliasi obat dirawat inap dilaksanakan
oleh Apoteker yang kompeten dan berwenang.
2) Rekonsiliasi obat bertujuan membandingkan obat yang dikon-
sumsi pasien sebelum masuk rumah sakit dengan obat yang
diberikan DPJP pada saat masuk rawat inap.
3) Dokumen bukti rekonsiliasi obat dilakukan dengan menuliskan
tanggal, nama obat, dosis / frekuensi, berapa lama, alasan makan
obat, dilanjutkan saat rawat inap atau tidak.
4) Rekonsiliasi obat lanjutan dilakukan setiap hari bagi pasien yang
menerima antibiotik, obat yang lebih dari dua (2) macam.
5) Semua hasil rekonsiliasi ulang dituliskan di CPPT rekam medis
dan dibubuhkan tanda tangan.

i. Asesmen Tambahan Untuk Populasi Tertentu.


1) Asesmen tambahan di Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan meliputi :
a) Neonatus
12
b) Anak
c) Obstetri
d) Geriatri
2) Terhadap populasi pasien tersebut dilaksanakan asesmen
tambahan sesuai regulasi yang ada.
3) Setiap pasien anak-anak yang memerlukan kebutuhan
khusus dilakukan asesmen oleh spesialis anak.
4) Pasien lanjut usia yang lemah yang memerlukan perhatian
khusus asesmen dilakukan oleh unit terkait (tim geriatri).
5) Pasien dengan sakit terminal yang memerlukan perhatian
khusus, asesmen dilakukan oleh unit terkait / multidisiplin.

j. Asesmen pada pasien Geriatri


1) Rumah sakit menyediakan pelayanan pasien geriatri yang ter-
integrasi dan terkoordinir oleh tim geriatri.
2) Rumah sakit menyediakan fasilitas dan sumber daya yang da-
pat mempermudah pasien geriatri mendapatkan pelayanan ke-
sehatan yang dibutuhkan melalui polikilinik geriatri.
3) Semua petugas kesehatan yang berhubungan dengan
pelayanan pasien geriatri harus memiliki keterampilan khusus
dalam melakukan tindakan pada pasien geriatri dengan
masalah yang kompleks.
4) Pelayanan pasien geriatri termasuk didalamnya pengkajian
biopsikososioekonomi dan spiritual, termasuk asesmen aktifitas
sehari-hari (ADL) dan asesmen risiko depresi, konsultasi multi-
disiplin, pengobatan penyakit, pengecekan kesehatan, rehabili-
tasi, home care dan pendidikan kesehatan.

k. Pasien yang berisiko


1) Pasien yang dimaksud dalam kelompok pasien yang
berisiko antara lain : pasien korban penganiayaan / kek-
erasan fisik dan seksual, KDRT, pasien yang ditinggal oleh
keluarganya (terbengkalai).
2) Pasien yang masuk dalam kelompok ini akan menerima
pelayanan kesehatan yang ditangani oleh tim yang terdiri dari
Dokter sesuai gejala yang dialami, Pekerja Sosial, Kepolisian,
dan Health Sosial Responsibility (HSR).
13
3) Rumah sakit menyediakan fasilitas dan sumber daya yang
dapat mempermudah pasien lansia mendapatkan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan
4) Semua petugas kesehatan yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan lansia harus memiliki ketrampilan
khusus dalam melakukan tindakan pada pasien lansia dengan
masalahnya yang kompleks.
5) Pasien lansia dan anak-anak termasuk dalam kelompok pasien
yang berisiko kekerasan, sehingga memerlukan pengkajian
yang lebih dalam, konsultasi kesehatan, pengobatan
penyakit, pengecekan kesehatan, rehabilitasi, pengawasan
dan pendidikan kesehatan.

l. Asesmen Pasien Anak (Pediatrik)


1) Pasien yang berusia di bawah 15 tahun atau belum menikah
yang datang kerumah sakit untuk mendapat pelayanan ke-
sehatan akan mendapatkan pelayanan kesehatan khusus un-
tuk pasien anak-anak.
2) Rumah sakit menyediakan fasilitas dan tenaga terlatih untuk
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kemam-
puan rumah sakit.
3) Pelayanan yang diberikan terintegrasi dan terkoordinir meng-
gunakan formulir asesmen khusus anak.

m. Asesmen Maternitas dan Obstetri dan Ginekologi


1) Pada pasien ibu hamil dan gangguan yang berhubungan den-
gan ginekologi yang mendapatkan pelayanan di pelayanan ke-
sehatan di poli kebidanan dan ruang rawat inap kebidanan.
2) Rumah sakit menyediakan fasilitas dan tenaga terlatih untuk
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kemam-
puan rumah sakit.
3) Pelayanan yang diberikan terintegrasi dan terkoordinir meng-
gunakan formulir asesmen khusus Maternitas / Obstetri.
Tambahan Asesmen terhadap pasien diatas memper-
hatikan kebutuhan dan kondisi mereka dalam kerangka kultural
pasien. Proses asesmen disesuaikan dengan peraturan perun-
dang-undangan dan standar profesional dan diatur dalam regulasi
asesmen tambahan sesuai populasi.

14
BAB IV
DOKUMENTASI

15
1. Formulir asesmen awal medis rawat jalan
2. Formulir asesmen awal medis rawat inap
3. Formulir asesmen medis gawat darurat
4. Formulir asesmen awal keperawatanrawat jalan
5. Formulir asesmen awal keperawatan rawat inap
6. Formulir asesmen awal keperawatan gawat darurat
7. Formulir asesmen ulang medis rawat inap
8. Formulir asesmen ulang keperawatan rawat inap meliputi keperawatan
neonatus, anak, obsgin, geriatri, dan dewasa
9. Prosedur asesmen awal
10. Prosedur asesmen risiko jatuh
11. Prosedur asesmen nyeri
12. Prosedur skrining nutrisi
13. Prosedur asesmen tambahan
14. Prosedur asesmen ulang
15. Prosedur pengaturan urutan penyimpanan lembar rekam medik

16

Anda mungkin juga menyukai