BABI
DEFINISI
Asesmen pasien adalah suatu proses dinamis dan berlangsung terus menerus di berbagai keadaan
baik rawat inap, rawat jalan maupun Instalasi gawat darurat untuk :
1. Mengumpulkan informasi dan data mengenai status fisik, psikologis, sosial ekonomi serta riwayat
kesehatan pasien. ( I )
2. Analisis data dan informasi termasuk hasil tes laboratorium dan pencitraan diagnostik untuk
mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan pasien. ( A )
3. Pengembangan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi. (
R)
Asesmen pasien perlu mempertimbangkan kondisi, usia, dan kebutuhan kesehatan dan
permintaan atau preferensi pasien. Proses yang paling efektif apabila ada kerjasama yang baik di
antara petugas medis dan keperawatan yang merawat pasien.
Istilah-istilah :
ESI : Emergency Severity Index
GCS : Glasgow Coma Scale
AVPU : Alert, Voice, Pain, Unresponsive
VAS : Visual Analog Scale
FLACC : Face, Leg, Activity, Cry, Consolability
CRIES : Crying, Requires oxygen, Increased vital signs, Expression, Sleep
CCPOT : Critical Care Pain Observation Tool
Pasien non akut adalah pasien yang termasuk kriteria sebagai berikut :
1. Pasien dengan medical check up.
2. Pasien dengan persiapan pulang yang memerlukan perawatan di rumah, contoh seperti pasien
yang mendapat terapi insulin, pasien stroke.
3. Pasien yang sudah dinyatakan dapat dirawat jalan, tapi masih membutuhkan keterapian fisik
(rehabilitasi medis).
4. Pasien pulang lebih lama karena keinginan keluarga, terdapat kendala geografi dan sosial
untuk dirawat jalan.
5. Pasien dengan kasus kebidanan, ibu boleh pulang namun anak masih dalam perawatan.
6. Pasien dengan kasus orthopedi dengan terapi konservatif pada fraktur tertutup.
1
Pasien dengan kebutuhan atau populasi khusus adalah sebagai berikut :
1. Pasien neonatus
2. Pasien anak-anak (usia 0 (nol) sampai 18 (delapan belas) tahun)
3. Pasien obstetri/ maternitas
4. Pasien geriatri (usia di atas 65 (enampuluh lima) tahun)
5. Pasien penyakit terminal
6. Pasien dengan nyeri kronis dan intens
7. Pasien wanita hamil dan melahirkan
8. Pasien terminasi kehamilan
9. Pasien korban kekerasan dan terlantar
10. Pasien penyakit infeksius atau penyakit menular
11. Pasien status imunitas rendah
2
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Semua pasien yang dirawat di RSUD Kertosono diidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatannya
melalui suatu proses asesmen yang telah ditetapkan. RSUD Kertosono telah menetapkan ruang
lingkup dan isi asesmen berdasarkan undang–undang, peraturan serta standar prosedur
operasional yang berlaku.
2. Asesmen awal setiap pasien mencakup evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial dan ekonomi
termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
3. Kebutuhan medis dan keperawatan pasien diidentifikasi sejak asesmen awal dan dicatat dalam
rekam medis.
4. Asesmen medis dan keperawatan awal pasien gawat darurat didasarkan pada kebutuhan dan
kondisi pasien
5. Penilaian diselesaikan dalam kurun waktu 24 jam setelah pasien masuk sebagai pasien rawat inap
atau sebelumnya seperti yang diidentifikasikan oleh kondisi pasien dan kebijakan rumah sakit.
6. Temuan dari asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan tersedia bagi mereka
yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien.
7. Asesmen medis awal didokumentasikan sebelum perawatan anestesi atau pembedahan.
8. Pasien diperiksa status gizi dan kebutuhan fungsionalnya dan dirujuk untuk asesmen dan
pengobatan lebih lanjut bila diperlukan.
9. Semua pasien rawat jalan dan rawat inap diperiksa apakah mengalami rasa nyeri dan diperiksa
mengenai lokasi, frekuensi, kapan dirasakan, berapa lama dan kualitas nyerinya.
10. Untuk melayani pasien dengan kebutuhan khusus, RSUD Kertosono melakukan asesmen secara
individual.
11. Untuk pasien terminal (menjelang akhir hayat) dilakukan asesmen awal dan asesmen ulang
berdasarkan kebutuhan pasien masing–masing dengan melibatkan keluarga pasien.
12. Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya asesmen khusus tambahan.
13. Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya rencana pemulangan pasien.
14. Semua pasien diasesmen ulang dengan interval tertentu berdasarkan kondisi dan pengobatan
untuk mengetahui respon pasien terhadap pengobatan. Selain itu juga untuk merencanakan
perawatan lanjutan atau pemulangan.
15. Individu yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen awal dan asesmen ulang
3
16. Dokter, perawat serta individu dan layanan lain yang bertanggung jawab terhadap perawatan
pasien bekerja sama untuk menganalisis dan mengintegrasikan asesmen pasien
17. Kebutuhan perawatan yang paling mendesak atau paling penting diidentifikasi.
4
B A B III
TATA LAKSANA
5
Status lokalis/ neurologis/ lain-lain pengisian disesuaikan dengan klinis pasien, dan
bila perlu digambarkan pada gambar anatomi untuk memperjelas letak kelainan.
g. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan (bila ada),
h. Diagnosis kerja,
i. Diagnosis banding, termasuk diagnosis pre operatif (bila ada),
j. Rencana penatalaksanaan,
k. Rencana tindakan, termasuk operasi (bila ada),
l. Instruksi terapi yang diberikan ke perawat untuk memenuhi rencana penatalaksanaan dan
atau rencana tindakan,
m. Bila dilakukan resusitasi dan atau intubasi, dilanjutkan dengan formulir observasi khusus.
Persetujuan tindakan kedokteran untuk intubasi harus dilengkapi sebelumnya.
2. Dokter IGD menandatangani dan menuliskan nama jelas di akhir pengkajian IGD.
2. Pengkajian Ulang :
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) utama memeriksa pasien rawat inap :
1) Setiap hari, minimal satu kali, termasuk di akhir pekan dan hari libur.
6
2) Saat ada perubahan signifikan.
3) Terdapat masalah baru dalam masa perawatannya.
b. Apabila Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) utama berhalangan melaksanakan
tugasnya maka wajib menghubungi dokter spesialis yang setara untuk melakukan
pengkajian ulang terhadap pasien. Bila tidak ada maka dokter lain yang mewakili harus
memiliki keahlian yang mendekati dan atas seijin manajemen / direksi agar kualitas
pengkajian ulang yang dilakukan tetap terjaga.
c. Dokter ruangan melakukan pengkajian ulang pada:
1. Pasien yang baru pindah dari ruang rawat inap ke ruang intensif atau sebaliknya
2. Pasien yang baru selesai dilakukan tindakan operasi, angiografi, hemodialisa,
endoskopi, kuretase dan dirawat inap.
3. Pasien yang mengalami perubahan signifikan, dengan masalah baru dalam masa
perawatannya.
d. Pengkajian ulang ditulis pada formulir catatan terintegrasi.
e. Semua pasien rawat inap mendapat asuhan medis dan keperawatan sesuai dengan
kompetensi profesinya mengikuti format Subjective-Objective- Assessment- Planning
( yang meliputi perkembangan pasien, respon pengobatan, rencana pengobatan dan rencana
pulang) yang di dokumentasikan di catatan terintegrasi di dalam rekam medis.
f. Yang berhak mengisi catatan terintegrasi antara lain:
1) Dokter
2) Perawat
3) Ahli gizi
4) Apoteker
5) Fisioterapis
g. Catatan terintegrasi bukan merupakan pengganti asuhan keperawatan.
h. Perawat mengisi catatan terintegrasi pada saat:
a. Menerima pasien baru
b. Operan jaga/shift
c. Terjadi perubahan kondisi pasien diluar rencana kerja
d. Pasien dilakukan perpindahan ruangan
i. Pasien hemodialisis (HD) dilakukan asesmen ulang setiap kali selesai menjalani hemo-
dialisis (HD)
j. Pengkajian ulang pasien hemodialisis (HD) ditulis pada lembar observasi pasien
hemodialisis (HD) dan catatan terintegrasi.
k. Pasien kemoterapi dilakukan pengkajian ulang setiap hari dan ditulis pada catatan
terintegrasi.
7
3. Pengkajian Pasien Non Akut :
a. Pengkajian ulang dapat dilakukan oleh dokter beberapa hari sekali.
b. Pada saat pasien rencana pulang (pasien rawat inap).
c. Jika Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) utama membutuhkan pengkajian ulang
oleh konsultan lain, maka dapat membuat konsultasi ulang sesuai kebutuhan pasien.
d. Konsultan dapat menentukan kebutuhan interval pengkajian ulang sesuai keadaan pasien.
e. Pengkajian ulang didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
8
Paru : Suara nafas meningkat/menurun, ronki, wheezing Jantung :
regular, kecepatan, irama jantung, murmur
6) Abdomen :
Inspeksi : cembung, datar, cekung
Palpasi : turgor kulit, perabaan hepar dan lien, nyeri
Perkusi : timpani, redup
Auskultasi : bising usus meningkat / normal / menurun
7) Ekstremitas / anggota gerak :
Nadi brachialis
Tanda trauma
Tonus otot dan pergerakan
Suhu, warna kulit dan capillary refill
Nyeri
8) Pemeriksaan neurologis :
Glasgow Coma Scale Anak
Mata ( E ) Nilai
Buka mata spontan 4
Perlu rangsang suara 3
Perlu rangsang nyeri 2
Tidak ada respon 1
Verbal ( V ) Nilai
Babbling 5
Irritable, menangis 4
Menangis dengan rangsang nyeri 3
Mengerang dengan rangsang nyeri 2
Tidak ada respon 1
Motorik ( M ) Nilai
Pergerakan spontan 6
Menarik dengan sentuhan 5
Menarik dengan rangsang nyeri 4
Postur fleksi 3
Postur ekstensi 2
Tidak ada respon 1
9
2. ASESMEN GERIATRI ( USIA DIATAS 65 TAHUN )
Pasien geriatri memiliki beberapa ciri khas yaitu : multipatologi, tampilan gejala dan
tanda penyakit tidak khas, daya cadangan faali menurun, biasanya disertai gangguan status
fungsional dan terkadang disertai dengan gangguan nutrisi.
Pengkajian pasien geriatri dilakukan pada usia 60 tahun
Tahapan asesmen berupa :
a. Keadaan umum dan tanda vital :
Tingkat kesadaran
Kontak mata
b. Kepala :
Tanda-tanda trauma
Tonus dan kekuatan otot wajah : paralisis atau kelemahan
c. Mata :
Ketajaman penglihatan : menggunakan snellen chart dan funduscopi, periksa
ada/tidaknya kelainan refraksi, katarak, glaucoma dan kelainan mata lainnya
d. Telinga :
Periksa ketajaman pendengaran (apakah pasien dapat mendengar suara dengan baik
saat berkomunikasi)
Pemeruksaan otoskop diperlukan untuk melihat ada/tidaknya kelainan pada liang
telinga (serumen prop, membrane timpani perforasi)
e. Gigi, mulut dan tenggorokan : (gigi palsu dilepaskan saat pemeriksaan)
Gigi geligi : ada tidaknya karang gigi, gigi berlubang atau sisa akar gigi
Mukosa gusi : mudah berdarah/tidak. Adakah tanda-tanda lesi pre cancer (leukoplakia)
Dinding faring, tonsil : hiperemis, hipertrofi
f. Leher :
Pembesaran tiroid
g. Dada :
Inspeksi : stridor, retraksi sela iga
Palpasi : simetris kiri dan kanan
Perkusi : sonor/redup/hipersonor
Auskultasi :
Paru : suara nafas meningkat/menurun, ronki, wheezing
Jantung : regular, kecepatan, irama jantung, murmur, gallop
h. Abdomen :
Inspeksi : cembung, datar, cekungd
Palpasi : turgor kulit, perabaan hepar dan lien, nyeri
10
Perkusi : timpani, redup
Auskultasi : bising usus meningkat/normal/menurun
i. Ekstremitas / anggota gerak :
Nadi brachialis
Tanda trauma
Tonus otot dan pergerakan : ada tidaknya kelemahan atau kelumpuhan
Suhu, warna kulit dan capillary refill
Nyeri
j. Pemeriksaan neurologis :
Pemeriksaan neurologis umum : kaku kuduk, reflex, kekuatan motoris sensoris
Fungsi kognitif : SHORT PORTABLE MENTAL STATUS
QUESTIONNAIRE
KETERANGAN :
Kesalahan 0 – 2 : Fungsi Intelektual Utuh
Kesalahan 3 – 4 : Kerusakan Intelektual Ringan
Kesalahan 5 – 7 : Kerusakan Intelektual Sedang
Kesalahan 7 – 10 : Kerusakan Intelektual Berat
11
3. ASESMEN PASIEN PENYAKIT TERMINAL
Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama yang tidak dapat diobati, bersifat progresif
dan pengobatannya hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki
kualitas hidup).
a. Kriteria penyakit terminal :
1) Penyakit tidak dapat disembuhkan
2) Mengarah pada kematian
3) Diagnosa medis sudah jelas
4) Tidak ada obat untuk menyembuhkan
5) Prognosa jelek
6) Bersifat progresif
b. Asesmen pada pasien penyakit terminal :
1) Asesmen fisik
Meliputi pemeriksaan secara menyeluruh dan sistematis sesuai standar disiplin klinis
yang difokuskan pada skrining nyeri.
2) Asesmen psikologi
Dilakukan oleh psikiater atau psikolog yang terlatih. Pada prinsip asesmen ini dibutuhkan untuk
mencegah terjadinya :
Ketergantungan tinggi
Kehilangan kontrol
Kehilangan produktifitas
Hambatan dalam berkomunikasi
3) Asesmen sosial
Menarik diri
Isolasi sosial
4) Asesmen spiritual
Asesmen biasanya dilakukan oleh pemuka agama sesuai dengan agama yang dianut
pasien. Pada prinsipnya asesmen ini bertujuan memberikan kenyamanan secara
spiritual kepada pasien, memberikan harapan kesembuhan pada pasien
12
keperawatan, dengan menanyakan kepada individu tersebut maupun keluarga terdekatnya
(pada individu usia anak atau usia lanjut) dan/ atau melakukan inspeksi visual terhadap
tingkah laku yang berhubungan dengan respon terhadap nyeri. Beberapa hal yang dapat
dijadikan alat untuk pertanda adanya nyeri atau rasa tidak nyaman atas kondisi sakitnya:
1. Individu/ pasien menyatakan saat ini masih merasakan nyeri
2. Adanya perubahan kondisi/ penyakit individu/ pasien
3. Pasien didiagnosa penyakit kronis yang berisiko mengalami nyeri (chronic
painful disease)
4. Pasien mempunyai riwayat keluhan nyeri kronis
5. Pasien mendapatkan pengobatan yang dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri
dalam 72 jam
6. Individu yang menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan kondisi
distress (distress-related behaviour)
7. Keluarga memberitahukan bahwa individu mengalami nyeri
a. Indikasi: Digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
b. Instruksi:Pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
13
c. Skor Nyeri :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
a. Indikasi :
- Pada pasien (dewasa dan anak >9 tahun) yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka.
- Pada anak- anak < 9 tahun.
b. Instruksi :
- Pasien diminta untuk menunjuk/ memilih gambar mana yang paling
sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri.
- Keterangan:
0-1 : sangat bahagia karena tidak merasa nyeri
samasekali
2-3 : sedikit nyeri
4-5 : cukup nyeri
6-7 : lumayan nyeri
8-9 : sangat nyeri
10 : amat sangat nyeri (tak tertahankan)
14
c. PENGKAJIAN ULANG NYERI
1. Perawat melakukan penilaian ulang nyeri pada keadaan sebagai berikut :
a. Pasien yang berpotensi mengalami nyeri (pasien pasca operasi, pasien Onkologi,
pasien dengan nyeri kronik) sedikitnya setiap 2 jam pada 24 jam pertama,
kemudian setiap 4 jam pada 24 jam berikutnya.
b. Dalam waktu 15-30 menit setelah intervensi penanganan nyeri dengan obat
intravena, 60-120 menit setelah intervensi melalui jalur oral atau intramuskular.
c. Dapat lebih sering apabila rasa nyeri tidak teratasi
d. Bila nyeri telah teratasi, kembali dilakukan pengkajiansetiap shift perawat
e. Untuk rawat jalan, penilaian ulang dilakukan apabila diperlukan sesuai dengan
proses kunjungan pasien (misalnya apabila terjadi perubahan terapi atau
dilakukan tindakan rawat jalan)
2. Pada penilaian ulang nyeri dikaji :
a. Ada/ tidaknya nyeri
b. Intensitas nyeri
c. Lokasi nyeri, bila berubah
d. Kualitas nyeri, bila berubah
e. Onset nyeri, lama nyeri, variasi, dan pola nyeri, bila berubah
f. Efek samping obat nyeri yang diberikan
g. Pemeriksaan fisik berkaitan dengan lokasi nyeri
3. Hal-hal yang perlu segera dilaporkan ke Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
adalah sebagai berikut :
a. Nyeri yang tidak terkontrol, tidak dapat diatasi
b. Intervensi nyeri yang tidak mencapai tujuan penanganan nyeri dalam jangka
waktu yang sesuai dengan intervensi
c. Nyeri baru atau nyeri yang memberat
d. Efek samping pengobatan nyeri, termasuk namun tidak terbatas pada: depresi
napas, sesak napas, perubahan status mental, mioklonus, mual dan muntah yang
tidak teratasi, retensi
e. Sensorik/motorik
15
2) Siapa yang menolong persalinan pertama dan seterusnya; misal dokter spesialis,
dokter umum, bidan, dukun beranak dll
3) Jenis persalinan ; apakah persalinan normal / pervaginam atau melalui operasi sectio
caesaria
4) Penyulit kehamilan / persalinan ; dituliskan bila ada kelainan selama hamil atau pada
saat persalinan
5) Kondisi anak ; diberikan keterangan kondisi anak waktu lahir, hidup, cacat atau
meninggal
b. Riwayat kontrasepsi : apa selama sebelum hamil memakai kontrasepsi, ditulis pula jenis
kontrasepsi dan dipakai sejak berapa lama.
c. Riwayat haid: kapan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Siklus berapa lama. Lamanya
saat haid, banyaknya darah haid diukur dari berapa kali mengganti pembalut per hari, ada
tidaknya nyeri waktu haid.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : dilihat kondisi keseluruhan baik, tampak sakit sedang atau sakit
berat
Kesadaran : compos mentis atau menurun, bila menurun deskripsikan dalam GCS
Tekanan darah : dituliskan Systole dan Diastolic nya dalam mmHg
Berat badan : ditulis dalam kg BB
Nadi : dihitung berdasarkan denyut nadi arteri radialis berapa kali per menit
Pernafasan : dihitung pernafasan berapa kali per menit
Suhu : dilakukan pencatatan suhu axilla atau pun di telinga dalam derajat Celsius
Mata: periksa apa konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau tidak
Leher: apakah normal, ada pembesaran kelenjar getah bening atau tidak
Paru: suara pernafasan vesikuler atau ada kelainan, ronchi ada / tidak, wheezing ada /
tidak
Jantung: pada auskultasi bagaimana bunyi jantung I dan II, ada irama gallop atau tidak
Abdomen : bagaimana turgor kulit, adakah nyeri tekan atau tidak, peristaltic
usus normal, menurun atau meningkat
Ekstremitas: apa ada edema tungkai atau tidak
Varices: apakah ada varices atau tidak
PEMERIKSAAN OBSTETRI
Tidak semua pasien dilakukan pemeriksaan obstetri tergantung umur kehamilannya.
Pemeriksaan luar meliputi :
Inspeksi : apakah perut tampak membuncit.
Palpasi : sesuai Leopold I – IV.
16
Kontraksi : apakah ada atau tidak.
Auskultasi : periksa denyut jantung janin dengan Laenec atau CTG.
Pemeriksaan dalam : tidak semua dilakukan pemeriksaan ini.
Vaginal Toucher: bagaimana keadaan portio, apakah sudah ada pembukaan atau belum,
bila sudah ada berapa pembukaannya, apakah ketuban teraba atau tidak.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi: bagaimana keadaan vulva apakah ada perdarahan atau ada cairan yang keluar,
juga adakah oedem atau tidak. Periksa juga uretra
Inspekulo: bagaimana keadaan vagina, normal atau ada kelainan, bagaimana portio apa
ada kelainan atau normal
Vagina Toucher : uterus apakah teraba, posisi antefleksi atau posisi lainnya. Ada nyeri
pada adnexa atau tidak, menonjol atau normal. Adakah nyeri pada daerah cavum
douglassi atau tidak
17
c. Untuk memeriksa kehamilan ektopik.
d. Untuk meyakinkan pemilihan prosedur yang tepat. Ultrasound mungkin
diperlukan untuk menilai gestasi secara lebih tepat jika ditawarkan aborsi medis.
e. Sejarah umum dan pengujian untuk menilai resiko medis.
f. Golongan darah dan status rhesus. Untuk mengidentifikasi rhesus negative pada
perempuan, pemberian Anti-D, mencegah imunisasi rhesus dan tindak lanjutnya pada saat
kehamilan
g. Antibiotik profilaksis atau tes untuk infeksi genital
h. Rencana kontrasepsi berkelanjutan setelah terminasi
18
Pengobatan trauma fisik dan psikologik
Pengobatan dan atau pencegahan penyakit hubungan seksual dan kelamin
Pasien dengan penurunan imunitas ditempatkan di ruang isolasi dengan tekanan positif dan
petugas kesehatan harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
20
2) Jika kehilangan berat badan 6 kg sampai dengan 10 kg, maka diberi skor 2
3) Jika kehilangan berat badan 11 kg sampai dengan 5 kg, maka diberi skor 3
4) Jika kehilangan berat badan lebuh dari 15 kg, maka diberi skor 4
5) Jika ragu-ragu dalam mengidentifikasi kehilangan berat badan, maka diberi skor 2
6) Adanya penurunan nafsu makan diberi skor 1
7) Jika jumlah skor lebih atau sama dengan 2, maka disimpulkan pasien mengalami
resiko gizi kurang.
8) Gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakn strategi keperawatan berikut ini
a) Resiko rendah
Perawatan rutin : ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada
pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum dengan usia >75 tahun (tiap
tahun)
b) Resiko sedang
Observasi :
Catat asupan makanan selama 3 hari
Jika asupan adekuat, ulangi skrining : pasien di rumah sakit (tiap minggu),
pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap 2-3 bulan)
Jika asupan tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan
peningkatan asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program pemberian
nutrisi secara teratur.
c) Resiko tinggi
Tatalaksana :
Rujuk ke ahli gizi
Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi : pasien di rumah sakit (tiap
minggu), pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap bulan)
21
b. Assesmen Gizi Pasien Anak
Asesmen nutrisi pada anak dilakukan dengan menggunakan tabel WHO 2005 untuk
mengidentifikasi dan menatalaksana pasien anak yang mengalami risiko nutrisi baik gizi
buruk, gizi kurang maupun obesitas.
Langkah dalam melakukan penilaian status gizi anak adalah melihat kategori status
gizi anak berdasarkan tabel sbb :
JENIS INDEKS KATEGORI AMBANG BATAS
PENGUKURAN STATUS GIZI (Z-Score)
Anak Usia 0 – 60 Berat Badan Gizi Buruk < -3 SD
bulan menurut Umur Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
(BB/U) Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
Anak Usia 5 – 18 Indek Massa Sangat Kurus < -3 SD
tahun Tubuh menurut Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Umur (IMT/U) Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk > 1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
22
11. RESIKO JATUH
a) Pasien dewasa
Faktor predisposisi untuk risiko jatuh :
Etiologi jatuh :
a) Ketidaksengajaan : 31%
b) Gangguan gaya berjalan/keseimbangan : 17%
c) Vertigo : 13 %
d) Serangan jantung : 10%
e) Gangguan kognitif : 4%
f) Hipotensi postural : 3%
g) Gangguan visus : 3 %
h) Tidak diketahui : 18%
23
ASESMEN RISIKO JATUH
BERDASARKAN FALL MORE SCALE
SCORE
Faktor Risiko Skala Skor
Riwayat jatuh Tidak 0
Ya 25
Diagnosa sekunder Tidak 0
Ya 15
Menggunakan alat – alat bantu Tidak ada/bedrest/dibantu perawat 0
Kruk / tongkat 15
Kursi / perabot 30
Menggunakan infus/ heparin/ Ya 0
pengencer darah/ obat risiko jatuh Tidak 20
24
Pagar tempat tidur dinaikkan Beri tanda resiko pasien
25
jatuh pada pintu kamar
pasien
Setiap pasien akan dinilai ulang dan dicatat ketegori risiko jatuh dua kali sehari,
saat transfer ke unit lain dan saat terdapat perubahan kondisi pasien
Untuk mengubah kategori dari risiko tinggi ke resiko rendah, diperlukan skor < 25
dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut
Pencegahan resiko jatuh :
i. Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori)
o Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
o Posisi tempat tidur rendah, roda terkunci, kedua sisi pegangan tempat tidur
terpasang dengan baik
o Ruangan rapi
o Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam, tombol
panggilan, air minum, kacamata)
o Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien)
o Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang)
o Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan dan
berfungsi)
o Pantauan efek obat-obatan
o Sediakan dukungan emosional dan psikologis
o Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga
ii. Kategori risiko tinggi : lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal
berikut ini :
o Beri tulisan di depan kamar pasien “ Pencegahan Jatuh”
o Beri penanda berupa gelang berwarna kuning yang dipakai di pergelangan
tangan pasien.
o Sandal anti-licin
o Tawarkan bantuan ke kamar mandi/penggunaan pispot
o Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh petugas medis
o Nilai kebutuhan akan :
Fisioterapi dan terapi okupasi
Alarm tempat tidur
Lokasi kamar tidur berdekkatan dengan pos perawatan (nurse station)
26
b. Pasien anak
Asesmen risiko jatuh pada anak dilakukan pada anak umur > 1 bulan sampai dengan 18
tahun. Asesmen pada anak – anak menggunakan skala “humpty dumpty”.
Jumlah skor
27
Kategori risiko jatuh :
Risiko rendah : skor 7-11
Risiko tinggi : skor >12
28
B A B IV
DOKUMENTASI
Ditetapkan di Nganjuk
pada tanggal
DIREKTUR RSUD KERTOSONO,
30