Anda di halaman 1dari 3

Teknik Buccal Flap Untuk Terapi Oroantral

Communication (OAC) pasca Ekstraksi Molar Atas dengan Sinusitis Maksilaris

drg. Anton1, Sp BM, drg Nurul Ramadhanthy, Sp BM1, drg. Karimah3


Poli Bedah Mulut RSKGM PROV SUMSEL1
Poli Umum Rawat Jalan RSKGM PROV SUMSEL2

Pendahuluan :

Oro-antral communication adalah hubungan yang tidak A.


normal antara rongga mulut dan sinus maksilaris. 1
Komplikasi ini paling sering terjadi pasca pencabutan
B.
gigi posterior rahang atas (48%).2 Umumnya
disebabkan karena ujung akar gigi premolar dan molar
yang mendekati atau menyentuh sinus maksilaris yang
dipisahkan oleh dinding tulang lamella yang sangat
tipis.3,4

Penyebab lainnya meliputi : fraktur tuberositas, infeksi


dentoalveolar atau periapikal, perforasi sinus akibat
instrumen yang salah, kegagalan implan, proses
pembedahan pasa sinus maksilaris atau pengambilan
lesi yang besar, infeksi kronik sinus maksilaris, serta
keganasan. 2.3

Jika Oroantral communication (OAC) dibiarkan tanpa Gambar 1. A. Ro. Panoramik (2D) menunjukkan lesi
penanganan, 50% pasien akan mengalami sinusitis periapikal pada gigi molar 2 atas kiri. B. CBCT (3D)
setelah 48 jam dan 90 % mengalami sinusitis setelah 2 terlihat gambaran “meniscal edge” (Sumber: Oral And
minggu.3 OAC juga dapat menetap dan dapat Maxillofacial Radiology) menunjukkan adanya cairan
mengalami epitelisasi menjadi oroantral fistula (OAF). 3 (fluid) sinus.5

Diagnosa

Laporan Kasus : Berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan


penunjang pasien didiagnosis mengalami sinusitis
Seorang pasien wanita berusia 46 tahun datang ke Poli maksilaris.
Bedah Mulut RSKGM SUMSEL dengan keluhan gigi
belakang atas kiri nyeri, merasakan bau tidak enak dari Penatalaksanaan
hidung disertai pusing pada kepala sebelah kiri.

Pada pemeriksaan klinis didapatkan

EO : Tidak ada kelainan


Ekstraksi molar 2 atas kiri
IO : Gigi 27 CE (-)
Sebelum prosedur ekstraksi dilakukan anastesi dengan
Perkusi (+) teknik infra orbital block menggunakan Lidokain HCL 2
% adrenalin 0,012 mg. Setelah dilakukan ekstraksi
Palpasi (-) terlihat adanya jaringan granulasi pada bukal apeks gigi
27 (Gambar 2.A). Untuk mengkonfirmasi OAC dilakukan
dengan nose blowing test. Pasien diinstruksikan untuk
Pemeriksaan Penunjang : meniup dan hidung pasien ditutup lalu keadaan soket
dilihat melalui kaca intra oral (Gambar 2.B). Hasil nose
1|Page
blowIng test (+) ditunjukkan adanya gelembung udara
seperti busa pada soket.
Buccal Flap
A.
Insisi flap dilakukan dengan teknik pedicle flap.

Insisi dilakukan dengan pada margin bukal mencapai


vestibulum dengan 2 outline vertikal (Gambar 4.A).
Dilanjutkan dengan pengurangan tepi tulang yang
tajam pada bagian bukal di oklusal. Elevasi full
thickness flap menggunakan rasparatorium (Gambar
4.B). Selanjutnya dilakukan perluasan flap dengan
diseksi periosteum diikuti pengenduran sampai
menutupi area soket melewati mukosa palatal
B. (Gambar 4.C). Sebelum penempatan flap, dilakukan de-
epitalisasi dibawah free gingival bagian palatal untuk
memberikan vaskularisasi yang baik dan membantu
terjadinya penutupan. Flap kemudian dilakukan

Teknik Buccal flap pada OAC

Preoperatif

Sebelum prosedur flap dilakuan irigasi dan drainase


pada daerah soket sampai melewati sinus penjahitan dengan teknik interrupted suture 4/0 silk.
menggunakan larutan saline untuk menghilangkan (Gambar 4.D)
infeksi (Gambar 3.A). Prosedur ini dilakukan sampai A.
cairan lavage bersih dan tidak ada lagi eksudat
inflamasi (Gambar 3 B).

A.

B.

B.

C.

2|Page
jurnal kedokteran gigi universitas indonesia
2003; 10: 968-971.
5. Constantine,S.,Clark, B.,Kiermeier, A.,
Anderson P. Panoramic Radiography Is Of
Limited Value In Evaluation Of Maxilary Sinus
Disease : Oral And Maxillofacial Radiology
D. 2019; 127 (3).
https://doi.org/10.1016/j.oooo.2018.10.005

Post operatif

Manajemen pasca operasi pada pasien diberikan


berupa terapi Antibiotik yaitu Clyndamicin 3X1 selama
5 hari dan Analgesik yaitu Cataflam 300 mg 2X1 dan
pada pasien juga diberikan terapi dekongestan yaitu
Rhinos SR.

Pasien diinstuksikan untuk makan makanan yang lunak


dan mengunyah pada sisi berlawanan pada daerah
operasi untuk mencegah trauma. Pasien juga diminta
untuk tidak meniup dari hidung, tidak memakai
sedotan, tidak merokok serta bersin ketika mulut
tertutup selama 2 minggu.

Daftar Pustaka

1. Fatani, B., Fatani A., Alomar A. oro-antral


communication and fistula : a review of the
literature. Saudi journal of oral and dental
research 2020. pp 575-581.
http://dx.doi.org/10.36348/
sjodr.2020.v05i12.002
2. Khandelwal, P., Hajira, N. Management of Oro-
antral Communication and fistula : various
surgical options : WJPSR 2017; 6 (1) : 3-6.
3. Hipi, AW., Tajrin, A., Ruslin M. Clossure of
oroantral fistula by using buccal fat pad and
buccal flap : a case report : Makassar Dent J
2019 ; 8 (3) ; 173-177.
4. Rivandi, R. Buccal and advancement flap dan
antrostomi : untuk terapi oro antral fistula :

3|Page

Anda mungkin juga menyukai