Bedah Dental implan adalah prosedur umum pada praktek bedah mulut dan
maksilofasial. Pelatihan yang luas, keterampilan, dan pengalaman dapat
menghasilkan prosedur yang dapat dilakukan dengan pendekatan yang atraumatik,
namun seperti pada teknik bedah lainnya, prosedur ini juga dapat mengalami
kecelakaan dan komplikasi. Kasus ini adalah kasus klinis yang tidak biasa dari
displacement sebuah implan secara tidak sengaja ke dalam spasia submandibula
yang kemudian berlanjut menjadi Ludwig’s angina, dan kasus ini belum
dijelaskan sebelumnya pada literatur. Laporan kasus ini menggambarkan sebuah
kasus klinis dari displacement dental implan ke dalam spasia submandibula
setelah dilakukan pelepasan healing cap. Setelah tujuh hari, kasus ini berlanjut
menjadi Ludwig’s angina. Pengeluaran implan dilakukan melalui akses ekstraoral
pada daerah submandibula dengan menggunakan forsep hemostatik dan teknik
radioskopik. Setelah implan dikeluarkan, kasus klinis ini menunjukkan pemulihan
yang memuaskan dan menekankan kepada pentingnya rencana klinis yang cermat
untuk mendapatkan rencana perawatan yang sesuai, dimana hal ini penting untuk
mendapatkan prognosa yang baik. Oleh sebab itu, pencegahan dan penanganan
displacement objek membutuhkan rencana perawatan dan teknik bedah yang
tepat.
1
2
1. Pendahuluan
Protokol rehabilitasi implan dianggap sebagai perawatan dengan
prediktabilitas bedah dan prostetik yang baik dengan angka kesuksesan yang
tinggi [1]. Meskipun bedah dental implan sederhana, dapat diprediksi, dan
merupakan prosedur yang aman, kecelakaan dan komplikasi dapat terjadi [2].
Komplikasi yang sering ditemukan pada perawatan dental implan titanium adalah
infeksi, reaksi penolakan implan, dan displacement implan. Displacement implan
ke dalam sinus maksilaris adalah komplikasi yang umum ditemukan pada bedah
mulut dan maksilofasial, namun displacement implan juga dapat terjadi pada
spasia fasial, terutama pada infratemporal, bukal, sublingual, dan fossa
submandibula [3-5].
Ludwig’s angina pada awalnya dideskripsikan oleh seorang dokter militer
dari Jerman Wilhelm Frederick von Ludwig pada tahun 1836. Penyakit ini adalah
tipe infeksi pada jaringan lunak (selulitis) yang melibatkan tiga ruang dari dasar
mulut [6]. Perawatan dari Ludwig’s angina harus terdiri dari penanganan jalur
nafas, terapi antibiotik yang memadai, dan bedah drainase intraoral atau ekstraoral
jika diperlukan [7]. Meskipun displacement objek dapat terjadi pada hampir
semua prosedur bedah mulut dan maksilofasial, tidak terdapat laporan pada
literatur tentang displacement dental implan yang kemudian menyebabkan
Ludwig’s angina. Jadi, tujuan dari artikel ini adalah untuk menunjukkan kasus
yang jarang dari Ludwig’s angina akibat displacement dental implan ke dalam
spasia submandibula. Oleh sebab itu, direkomendasikan perawatan awal dan
penanganan yang tepat, karena kasus ini adalah diagnosa klinis dengan perjalanan
penyakit yang tidak dapat diprediksi.
2. Laporan Kasus
Seorang pria berusia 47 tahun menjalankan perawatan bedah mulut di
klinik gigi pribadi untuk dental implan pada regio posterior mandibula. Sesuai
dengan riwayat dokter bedah dan pasien, implan tersebut (Titamax implants 3:75
3
× 11mm, Neodent, Curitiba, Paraná, Brazil) ditempatkan pada gigi molar pertama
kanan bawah, namun fenestrasi dari tulang kortikal lingual membutuhkan
regenerasi tulang secara bersamaan dengan menggunakan bahan lyophilized
bovine bone grafts (Genox Inorganic, Baumer, SP, Brazil) dan membran kolagen
(GenDerm, Baumer, SP, Brazil). Stabilitas utama dari dental implan ini diperiksa
menggunakan torque wrench dengan tekanan 32 N·cm dan healing cap dipasang.
Tidak terdapat komplikasi paska bedah selama periode perbaikan tulang.
Setelah 120 hari, saat dilakukan pelepasan healing cap, secara tidak
sengaja implan tersebut masuk ke dalam spasia submandibula. Meskipun akses
lingual dilakukan melalui flap intrasulkular pada waktu yang sama, implan
tersebut tidak dapat terlokalisasi. Oleh sebab itu, akses intraoral ditutup dan pasien
diberi medikasi amoxicillin (500 mg, 08/8 jam/07 hari), nimesulide (100 mg,
12/12 jam/03hari), dan dipyrone sodium (500 mg, 06/06 jam). Pasien diinstruksi
untuk menjalankan computed tomography (CT) scan pada mandibula untuk
penilaian ulang dan pengeluaran implan.
Pemeriksaan radiografi panoramik dan CT scan menunjukkan
displacement dental implan ke dalam spasia submandibula dan fraktur pada tulang
kortikal lingual mandibula disamping daerah gigi #36 (Gambar 1(a) dan 1(b)).
Pasien disarankan untuk datang kembali 48 jam kemudian, namun pasien datang 7
hari kemudian dengan keluhan sakit, bengkak pada wajah, demam, dan kesulitan
untuk menelan. Setelah pemeriksaan awal, pasien dirujuk ke Buccomaxillofacial
Surgery Service of the Aparecida de Goiânia Hospital, Goiânia, Goiás, Brazil
(Gambar 2(a)-2(c)).
4
Gambar 2: (a) Aspek klinis dari Ludwig’s angina. (b) Tanda panah
menunjukkan edema pada leher. (c) Hambatan membuka mulut
Gambar 3:
(a) Profil X-ray menunjukkan lokasi dental implan pada daerah submandibula. (b)
X-ray menunjukkan penjepitan dan pengeluaran dental implan
3. Diskusi
Laporan tentang displacement implan secara tidak sengaja umumnya
mengindikasikan implan yang berada pada struktur kraniofasial atas seperti sinus
maksilaris, sinus ethmoid, atau dasar orbital [8]. Namun, displacement sebuah
implan pada spasia bagian bawah dan berlanjut menjadi Ludwig’s angina belum
pernah dilaporkan sebelumnya pada literatur.
Kualitas jaringan tulang pada daerah posterior dari maksila dan mandibula,
variasi anatomi, teknik bedah yang tidak memadai, ahli bedah yang tidak
berpengalaman, perencanaan yang tidak cukup, resorpsi tulang, tekanan oklusal
yang tidak baik, dan kekurangan tulang dapat menyebabkan komplikasi
displacement dental implan [3,9].
Fossa submandibula merupakan daerah yang memiliki resiko tinggi saat
pemasangan dental implan karena kemungkinan fenestrasi atau perforasi dari
tulang kortikal lingual. Saat fossa submandibula jelas ditentukan, implan harus
diarahkan secara benar agar perforasi tepat [10,11]. Menurut Kim dkk (2015),
dental implan dapat terlepas diantara tulang alveolar dan flap lingual ketika tulang
kortikal lingual mandibula tidak ada, sehingga menyebabkan implan beresiko
untuk masuk ke bagian bawah dari jaringan lunak [12].
7
4. Kesimpulan
Kesimpulannya, displacement dental implan ke dalam spasia
submandibula dan berlanjut menjadi Ludwig’s angina merupakan komplikasi
yang jarang terjadi pada kasus implan di kedokteran gigi. Intervensi awal untuk
mempertahankan jalur nafas, termasuk drainase dan pengeluaran dental implan,
adalah penting untuk dilakukan dalam perawatan. Pada laporan kasus ini,
peralatan radioskopik terbukti efisien dalam mengeluarkan dental implan.
8
Konflik Kepentingan
Penulis menyatakan tidak terdapat konflik kepentingan perihal publikasi dari
laporan ini.