Anda di halaman 1dari 24

Pemeriksaan Radiographi Intra Oral

1. definisi & fungsi


Pemeriksaan radiographi intra oral adalah radiographi untuk pemeriksaan gigi dan
jaringan sekitarnya dengan radiographi film diletakkan di dalam mulut pasien.
Peranan pemeriksaan radiographi adalah membantu menegakkan diagnosa, rencana
perawatan serta mengetahui hasil perawatan yang telah ditentukan.
2. teknik
2.1 periapikal
2.1.1 indikasi

periapikal radiography digunakan untuk menunjukkan gigi individu dan jaringan di sekitar
ujungnya. Setiap film menunjukkan dua sampai empat gigi dan memberikan informasi detail
tentang gigi dan sekeliling tulang alveolar. Indikasi:

a. peradangan apical
b. penilaian dari status Periodontal
c. penilaian keberadaan dan posisi gigi yang belum erupsi
d. penilaian keberadaan morfologi akar gigi sebelum pencabutan
e. selama endodontik
f. penilaian pra operasi dan pasca operasi apikal
g. Evaluasi setelah operasi implan

2 .2 bitewing

2.2.1 indikasi

Kata bitewing berasal dari teknik pengambilan radiografi yang meminta pasien untuk
mengigit (bite) semacam sayap (wing) kecil yang dilekatkan pada film intraoral. Film holder
modern telah menanggalkan bagian sayap tersebut, tetapi terminologi dan indikasi klinis
masih menggunakan istilah yang sama. Radiografi ini pertama kali diperkenalkan oleh Raper
pada tahun 1925. Bitewing radiografi digunakan untuk mendeteksi karies di permukaan
proksimal gigi dan crest alveolar bone baik pada maksilla maupun mandibula pada film yang
sama, yang secara klinis tidak dapat dideteksi.

Radiografi bitewing (interproksimal) digunakan untuk mengevaluasi puncak tulang


interproksimal selama pemeriksaan periodontal dan rencana perawatan. Pada teknik bitewing,
film ditempatkan sejajar dengan permukaan mahkota gigi maksila dan mandibula. Kemudian
pasien disuruh menggigit bitewing tab atau bitewing film holder dan sinar-x diarahkan
diantara kontak dari gigi dengan sudut vertikal +5o sampai +10o. Film dapat diposisikan
secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah yang akan dilakukan pengambilan
radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang
sedangkan pengambilan secara horizontal biasa digunakan untuk melihat mahkota, puncak
alveolar, kavitas dan keberhasilan dari hasil perawatan.

Keuntungan dari teknik bitewing adalah dengan satu film dapat dipakai untuk memeriksa
gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah sekaligus. Bitewing radiografi digunakan untuk
melihat garis dari CEJ (cementoenamel junction) pada satu gigi ke CEJ gigi tetangganya
dalam satu film yang sama, sama halnya dengan jarak dari puncak ke tulang interproksimal
yang ada. Selain digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal, bitewing radiografi juga
memberikan informasi status pasien periodontal. Ketinggian dari tepi interproksimal tulang
alveolar sampai cemento-enamel junction relatif dapat diamati. Deposit kalkulus subgingival
juga dapat dideteksi. Walaupun demikian, hasil dari bitewing radiografi pada diagnosis
penyakit periodontal hanya terbatas pada bagian mahkota akar gigi yang diamati, dan terbatas
pada regio molar-premolar.

i: film holder berbagai ukuran

iiA: posisi ideal bitewing untuk orang dewasa


iiB: posisi ideal bitewing untuk anak-anak

iii: posisi pasien dan tubehead X-ray unit

Indikasi bitewing:

 Digunakan untuk melihat garis dari CEJ(cementoenamel junction) pada satu gigi ke
CEJ gigi tetangganya dalam satu film yang sama, sama halnya dengan jarak dari
puncak ke tulang interproksimal yang ada.
 Untuk mendeteksi karies interproksimal
 Untuk memberikan informasi status pasien periodontal
 Untuk mengamati ketinggian dari tepi interproksimal tulang alveolar sampai CEJ
 Untuk mendeteksi deposit kalkulus subgingival

2.2.2 prosedur kerja

1. Memilih ukuran film yang sesuai dengan pasien.

A. Large film packets (31 x 41 mm) untuk dewasa.

B. Smallfilmpackets(22x35mm)untukanak-anak di bawah 12 tahun.

C. Occasionally a longer film packet (57 x 26 mm) untuk dewasa.

2. Pasien diposisikan dengan headtube dan occlusal plane horizontal.

3. Memeriksa bentuk lengkung geligi dan jumlah film yang akan digunakan.

4. Operator memegang tab dengan jempol dan telunjuk kemudian memasukkan film ke dalam
lingual sulcus berlawanan dengan gigi posterior.

5. Tepi anterior film diposisikan pada distal kaninus mandibular dan bagian posterior film
berada pada bagian mesial molar ketiga.

6. Tab ditempatkan pada bagian permukaan oklusal geligi mandibula.

7. Pasien diminta untuk menutup gigi bersamaan dengan tab.

8. Ketika pasien menutup gigi, operator menekan tab yang berada di antara gigi untuk
memastikan film dan gigi kontak, kemudian operator melepas tab.

9. Proses pengambilan radiograf dilakukan, setelah selesai processing dilakukan di kamar


gelap.
2.2.3 Radio anatomi normal

2.3 Oklusal

2.3.1 indikasi

Teknik radiografi oklusal adalah teknik radiografi intraoral yang menggunakan dental x-ray
unit dimana image reseptor diletakkan pada bidang oklusal. Radiografi oklusal meliputi
semua teknik yang menempatkan film pada bidang oklusal. Film yang digunakan biasanya
berukuran 5,7x7,6 cm.

Indikasi:

 Secara tepat untuk menentukan akar dan supernumerary, yang belum erupsi, dan gigi
impaksi(Teknik ini khususnya berguna untuk kaninus yang impaksi dan molar
ketiga).
 Untuk membatasi daerah luar pada rahang dan batu pada ductus sublingual dan
kelenjar submandibular.
 Untuk menunjukkan dan menilai ketugan anterior, medial, dan batas luar lateral dari
sinus maxillary.
 Untuk memperoleh informasi tentang lokasi, kondisi awal, perluasan, dan
displacement fraktur dari mandibula dan maksila.
 Untuk menentukan perluasan penyakit pada medial dan lateral dan mendeteksi
penyakit pada palatum atau floor mulut.

Kontraindikasi:

 Untuk menolong pemeriksaan pada pasien trismus yang dapat membuka mulutnya
hanya beberapa milimeter. Kondisi ini tidak cocok untuk melakukan radiografi
intraoral karena tidak memungkinkan dan pasien akan merasa sakit.

2.3.2 prosedur kerja

Teknik radiografi oklusal untuk rahang atas:

A. Upper Standard Occlusal

 Pasien duduk dengan kepala bersandar dan dengan bidang oklusal horizontal dan
parallel dengan lantai
 Film packet dengan permukaan putih (pebbly) menghadap ke atas, ditempatkan datar
ke dalam mulut pada bidang oklusal gigi bawah. Pasien diminta untuk mengigit
secara bersamaan. Memakai pelindung dibawah leher untuk melindungi kelenjar
tiroid
 Tubehead X-ray diletakan diatas garis tengah pasien, ditujukan kearah bawah melalui
batang hidung dengan sudut 65-67 derajat terhadap film packet.

B. Upper Oblique Occlusal

 pasien duduk dengan kepala bersandar dan bidang oklusal parallel dan horizontal
terhadap lantai
 film dengan permukaan putih (pebbly) menghadap ke atas, dimasukan ke dalam mulut
diatas bidang oklusal pada gigi bawah . pasien diminta untuk menggigit secara
bersamaan
 tubehead X-ray diletakan di sebelah muka pasien, ditujukan kebawah melalui pipi
dengan sudut 65-70' terhadap film

C. Vertex Occlusal

 Pasien duduk dengan kepala bersandar dan bidang oklusal parallel dan sejajar
terhadap lantai
 Kaset ditempatkan didalam plastic bag kecil untuk mencegah kontaminasi saliva dan
cross-infection
 Dimasukan ke dalam mulut diatas bidang oklusal gig bawah dan pasien diminta untuk
mengigit
 Tubehead X-ray diposisikan diatas pasien, pada garis tengah, ditujukan kearah bawah
melalui vertex tengkorak.

Teknik radiografi oklusal untuk rahang bawah:

A. Lower 90° Occlusal


 Film dengan permukaan putih (peebly) menghadap ke arah bawah, ditempatkan
secara sentral kedalam mulut diatas bidang oklusal gigi bawah. Pasien diminta untuk
menggigit
 Pasien kemudian bersandar katas dan memiringkan kepala sejauh dan senyaman
mungkin
 Tubehead X-ray dengan sirkular colimattor, ditempatkan dibawah dagu pasien di
garis tengah membentuk sudut 90 terhadap film.

B. Lower 45° Occlusal


 Pasien duduk dengan kepala bersandar dengan bidang oklusal parallel dan horizontal
terhadap lantai
 Film dengan permukaan putih (peebly) menghadap ke arah bawah, ditempatkan
secara sentral ke dalam mulut diatas bidang oklusal gigi bawah dan pasien diminta
untuk menggigit
 Tubehead X-ray diposisikan di garis tengah, berpusat melalui dagu dan membentuk
sudut 45' terhadap film

C. Lower Oblique Occlusal


 Film dengan permukaan putih (peebly) menghadap ke bawah, dimasukkan ke dalam
mulut, diatas bidang oklusal pada gigi bawah. Pasien diminta untuk menggigit
 Kepala pasien bersandar lalu di rotasikan dan dagunya diangkat.
 Tubchcad X-ray dengan sirkular collimator dimjukan kc atas terhadap film, dari
bawah dan samping sudut mandibula dam parallel terhadap permukaan lingual
mandibula

2.4 Processing foto secara konvensional

Procesing adalah proses mengubah bayangan laten menjadi bayangan yang tampak nyata dan
permanen.

Fungsi:

1. merubah bayangan laten menjadi bayangan tampak belum permanen

2. merubah bayangan tampak belum permanen menjadi permanen

3. mengeraskan emulsi film sehingga tahan terhadap gesekan mekanik

Prosedur processing
1. Prosedur manual
Dilaksanakan dalam ruangan gelap, dan yang dibutuhkan dalam proses ini meliputi:
a. Keketatan cahaya yang absolute
b. Ruang kerja yang memadai
c. Ventilasi yang memadai
d. Fasilitas pencucian yang memadai
e. Tempat penyimpanan film yang memadai
f. Safelights-diposisikan 1.2 meter dari permukaan kerja yaitu bohlam 25 watt dan filter
yang cocok untuk tipe film yang digunakan
g. Peralatan processing:
1) Tank yang berisi larutan-larutan yang bervariasi
2) Termometer
3) Pemanas pencelupan
4) Timer yag akurat
5) Penggantung film
Siklus Manual Processing
a) Paket film yang terpapar dibuka dan dijepit pada penggantung.
b) film dicelup pada cdeveloper dan dikebut beberapa kali dalam larutan untuk
menyingkirkan gelembung udara dan dibiarkan selama kira-kira 5 menit pada suhu 20 derajat
celcius.
c) Sisa-sisa developer dibilas dengan air selama lebih kurang 10 detik.
d) Film dicelup pada fixer +- 8-10 menit
e) Film dibilas dengan air yang mengalir selama 10-20 menit untuk menghilangkan sisa-sisa
fixer.
f) Film dibiarkan kering pada lingkungan yang bebas debu.
2. Prosedur automatis
Proses ini dijalankan oleh mesin. Ada beberapa mesin atau processor yang didesain untuk
menjalankan siklus processing dengan sistem rollers, tidak membutuhkan ruang gelap, tapi
harus dikontrol dari infeksi, harus diberikan larutan seperti hypochlorine 1% sebelum
dijalankan.
Siklus Automatic Processing:
Siklusnya sama dengan proses manual hanya terdapat perbedaan pada pemerasan dari
kelebihan larutan developing sebelum memasuki fixer, mengurangi kebutuhan pencucian
dengan air antara dua larutan ini.
Kelebihan:
a. Hemat waktu-film kering diproduksi dalam 5 menit.
b. Ruang gelap sering tidak dibutuhkan.
c. Pengontrolan, proses standarisasi mudah dipertahankan.
d. Zat kimia dapat diisi secara otomatis oleh beberapa mesin.
Kekurangan:
a. Sangat diperlukan pengawasan ketat dan pembersihan teratur; roller yang kotor dapat
menghasilkan mark (bercak) pada film.
b. Beberapa model harus benar-benar persis.
c. Peralatannya mahal.
d. Mesin kecil tidak dapat memproses film ekstraoral yang besar (lebar)
3. Self developing films
Self developing films adalah alternatif lain selain manual processing. Film x-ray dalam
bentuk sachet spesial yang mengandung developer dan fixer. Setelah pemaparan, label
developer ditarik, larutan developer diperah pada film, dan dipijat disekitarnya. Setelah
sekitar 15 detik, label (tab) fixer ditarik dan diperah dan film dibilas hingga bersih dengan air
mengalir selama 10 menit.
Kelebihan:
a. Tidak membutuhkan ruang gelap atau fasiilitas processing.
b. Hemat waktu-radiograf siap dalam 1 menit.
Kekurangan:
a. Kualitas gambar buruk.
b. Gambar memburuk seiring waktu.
c. Tidak ada kertas timah dalam paket film.
d. Film sangat flexibel dan mudah bengkok.
e. Film ini sulit digunakan pada positioning holder.
f. Mahal
Tahap Procesing Secara Konvensional

1. Development

- Pembangkitan, tujuan utama mengubah bayangan laten menjadi gambar tampak nyata.

- Butiran perak ha;ida setelah terkena paparan radiasi terinduksi menjadi perak metalik

- Butiran perak halide yang tidak terpapar tidak akan berubah

- Suhu developer di proses manual adalah 20 C

2. Rinsing

- Proses pembilasan dengan menggunakan air

- Waktu 20-30 detik

- Menghilangkan sisa-sisa larutan developer

- menghilangkan activator alkali serta mencegah netralisasi asam fixer

3. Fixing

- Memberhentikan proses pembangkitan

- Merubah bayangan tampak belum permanen menjadi permanen


- melarutkan AgBr yang belum tereksposi

- menyamkkan emulsi film agar tidak rusak

4. Washing

- Merupakan proses pencucian film dengan air sampai bau asam dari larutan fixer
menghilang

- Tujuan menghilangkan bahan-bahan kimia selama proses fixing

- Suhu tidak melebihi 25 C, waktu ideal 10 menit di air mengalir

- Proses washing yang tidak baik dapat menyebabkan discolarisasi

5. Drying

- Tujuan dilakukannya yakni agar mudah di bawa dan di simpan, mengurangi kandungan air
dalam film

- Emulsi leboh kuat dan mudah untuk dipegang

- Menjaga visualisasi image dengan cara membatasi efek radiasi dan refleksi yang disebabkan
adanya air yang ada di permukaan emulsi

- Suhu pengeringan sebaiknya 30 – 40 C dengan kelembapan yang rendah yakni 60%.

2.5 Evaluasi mutu radiografi

1. kualitas gambar

Faktor yang mempengaruhi kualitas gambar :

• Kontras

• Geometri gambar

• Karakteristik dari sinar X

• Resolusi dan ketajaman gambar

2. kontras

a. Kontras subjek

Kontras subjek merupakan perbedaan yang disebabkan oleh derajat redaman yang berbeda
saat sinar x ditransmisikan melalui berbagai jenis jaringan pasien, misalnya :
• Perbedaan ketebalan jaringan

• Perbedaan kepadatan

• Kualitas atau kekuatan penyesuaian dari sinar radiasi

b. Kontras film

Properti yang melekat pada film yang digunakan menentukan respon eksposur yang berbeda
Ketika terkena paparan dari sinar x. factor yang mempengaruhinya :

• Karakteristik film

• Tipe film

• Proses

Fog dan scatter

Radiasi asing yang mengenai film juga menghasilkan fog background, atau karena tersebar
dari pasien akan menyebabkan kepadatan film yang tidak diinginkan

3. geometri gambar

Akurasi geometri gambar dipengaruhi posisi sinar X, maka objek dan film harus memenuhi
persyaratan geometri tertentu :

• Objek dan film harus sedekat mungkin

• Objek dan film harus sejajar satu sama lain

• Tubehead sinar X harus diposisikan sehingga sinar bertembu dengan objek dan film di
sudut yang pas

Karakteristik dari sinar X dan Ketajaman Resolusi Gambar

Idealnya sinar x yang digunakan harus cukup menembus untuk melewati pasien, pada tingkat
yang bervariasi dan bereaksi dengan baik pada emulsi film sehingga menghasilkan bayangan
hitam, putih maupun abu-abu.

Hal-hal yang menyebabkan kurangnya ketajaman :

• Ketajaman geometris
• Tidak tajamnya gambar disebabkan karena pasien bergerak

• Ketidaktajaman penhyerapan disebabkan karena variasi bentuk objek

• Ketajaman layar

• Resolusi yang buruk

Kesalahan yang umumnya terjadi

1. Temperatur dan waktu

• Gelap/ dark radiograph

Penyebab : overdeveloper film

Masalah : larutan developer terlalu panas, konsentrasi larutan yang terlalu pekat, kesalahan
dalam penyinaran, miliamper dan voltase yang tinggi

• Terang/light radiograph

Penyebab : underdeveloper film

Masalah : waktu developer yang tidak tepat, terlalu dingin larutannya, kesalahan da;am
penyinaran miliamper dan voltase yang rendah.
• Pecah-pecah/cracked
Penyebab : retikulasi dan emulsi dari film
Masalah : perubahan temperature yang tiba-tiba.

2. Bahan kimia yang terkontaminasi

• Spot hitam pada film


Penyebab : spot larutan developer
Masalah : developer kontak dengan emulsinsebelum diproses
• Spot putih pada film
Penyebab : spot larutan fixer
Masalah ; larutan fixer yang kontak sebelum diproses

• fixer memercik pada emulsi sebelum film ditempatkan di developer


• Tanda yang disebabkan oleh residu emulsi yang tersisa setelah fiksasi
• Film yang ditekuk ( ditunjukkan pada tanda panah ) merusak pengelmusian
Penanganan Film
• gambar yang putih di bagian pinggir film
Penyebab : developer cut off
Masalah : sewaktu prosesing Sebagian film tidak masuk ke larutan developer
• Gambar yang hitam di bagian pinggir film
Penyebab : fixer cut off
Masalah : sewaktu prosesing Sebagian film tidak masuk ke larutan fixer
• Gambar putih atau hitam di bagian overlap
Penyebab : film yang overlap
Masalah : dua film kontak sebelum proses terjadi
• Black cressent shaped marks
Penyebab : finger nail artifact
Masalah : rusaknya emulsi film oleh tangan operator selama pengerjaan

• Coning off atau cone cutting- disebabkan karena tubehead sinar x ditempatkan terlalu
jauh ke arah posterior sehingga bagian anterior film tidak terlihat
• Pola dari titik pola terlihat_ disebabkan karena penempatan film terbalik
2.6 konsep radiasi dan sinar x
1. Definisi radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruangan. Radiasi bisa dalam bentuk
panas, partikel, maupun gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber energi.
Radiasi tinggi mampu melepas energi dalam jumlah yang besar. Ketika melalui materi dapat
menimbulkan ion-ion didalam materi yang dilaluinya sehingga disebut dengan radiasi
pengion.

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya
ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk radiasi
pengion terdiri dari, partikel alfa, partikel beta, sinar gamma, sinar-X. Sedangkan Radiasi
non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila
berinteraksi dengan materi. Yang termasuk jenis radiasi non-pengion antara lain adalah
gelombang radio, gelombang mikro, sinar ultraviolet.

2. Konsep radiasi dan sinar x

1. Penemuan sinar x berawal dari penemuan rontgen pada tahun (1845-1923), seorang
fisikawan Universitas Wutsburg sewaktu bekerja dengan tabung sinar katoda pada tahun
1895.

2. rongten menemukan bahwa sinar dari tabung dapat menembus bahan yang tak dapat
tembus cahaya dan mengaktifkan layar pendar atau film foto.

3. Sinar ini berasal dari titik dimana elektron dalam tabung mengenai sasaran di dalam tabung
tersebut atau tabung kaca.

4. Sinar yang terbentuk menembaki target dengan elektron cepat dalam tabung sinar katoda
(Beiser 1999).

Sinar-X merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik di ujung energi tinggi, cahaya
tampak di tengah dan gelombang mikro dan gelombang radio di ujung energi rendah. Sinar-X
cukup energik untuk mengionisasi atom dan memutus ikatan molekul saat menembus
jaringan dan oleh karena itu disebut radiasi pengion. Sinar-X dihasilkan ketika elektron
berenergi tinggi mengenai material dengan nomor atom tinggi. Interaksi ini dihasilkan dalam
tabung sinar-X. Tegangan tinggi dilewatkan melalui dua terminal tungsten. Terminal (katoda)
dipanaskan sampai membebaskan elektron bebas. Ketika tegangan tinggi diterapkan di
terminal, elektron berakselerasi menuju anoda dengan kecepatan tinggi. Saat mengenai target
anoda, sinar-X diproduksi.
Gambar sinar-X dihasilkan karena interaksi radiasi pengion dengan jaringan saat melewati
tubuh. Jaringan dengan kepadatan berbeda ditampilkan sebagai area berbeda tergantung pada
jumlah radiasi yang diserap. Empat kepadatan yang berbeda adalah: gas (udara), lemak,
jaringan lunak dan cairan serta struktur kalsifikasi (tulang). Udara menyerap paling sedikit
sinar-X dan, oleh karena itu, tampak hitam (radiolusen) pada radiograf, sedangkan struktur
kalsifikasi (tulang) menyerap paling banyak, menghasilkan radiopasitas putih, jaringan lunak
dan cairan tampak abu-abu pada radiograf.

3. Radiografi

Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosa dan rencana pengobatan
penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut tertentu. Meskipun dosis radiasi dalam
radiografi rendah, bila memungkinkan paparan radiasi harus diminimalkan

Radiasi merupakan pemancaran/pengeluaran dan perambatan energi menembus ruang atau


sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau
subatom dimana mempunyai massa dan bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi
menggunakan energi kinetik

Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha, photon, dan neutron.

Radiografi dental merupakan sarana pemeriksaan untuk melihat manifestasi oral di rongga
mulut yang tidak dapat dilihat dari pemeriksaan klinis namun dapat dengan jelas terlihat
gambaran seperti perluasaan dari penyakit periodontal, karies pada gigi serta kelainan
patologis rongga mulut lainnya. Radiografi dental menjadi pedoman untuk memaksimalkan
hasil diagnosis yang terlihat dari interpretasi gambar.

4. Proses Pembentukan Gambaran Radiografi

a. Jenis Pemeriksaan dan Posisi Pemotretan

1. Pemeriksaan roentgen dasar

Pemeriksaan roentgen tanpa kontras seperti pemotretan toraks, tulang-tulang kepala,


tulangtulang dada, tulang-tulang belakang, tulang panggul, tulang-tulang tangan dan kaki.
Pemeriksaan rontgen dengan bahan kontras seperti pemeriksaan : esofagus, lambung-
duodenum, jejenum-ileum, kolon, sistem traktus urinarius, da ileum, kolon, sistem traktus
urinarius, dan sistem straktur biliaris.
2. Pemeriksaan roentgen

Khusus Pemeriksaan roentgen khusus, termasuk pemeriksaan anteriografi, pemeriksaan


flebografi, pemeriksaan angio kardiografi, pemeriksaan embolisasi, pemeriksaan
ventrikulografi, dan lain-lain. Pada pemeriksaan roentgen khusus ini diperlukan alat roentgen
yang khusus.

Posisi pemotretan : Posisi pemotretan merupakan ilmu tersendiri yang diberikan pada ahli
radiologi dan penata roentgen yang khusus membicarakan pengaturan posisi pasien sewaktu
dipotret agar diperoleh gambaran organ yang dikehendaki secara optimal.

b. Pengetahuan Pesawat Rontgen

Pengetahuan pesawat roentgen sangat diperlukan untuk menghasilkan gambaran roentgen


yang baik. Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Faktor eksposisi
- Faktor eksposisi sangat bervariasi tergantung pada berbagai hal, antara lain:
- Ukuran/tebal objek atau pasien yang difoto.
- Kelainan patologis yang akan diperiksa, pemotretan dengan atau tanpa grid.
Pada objek yang selalu bergerak, organ yang pergerkannya tidak dapat dikontrol, anak kecil,
dan lain-lain; untuk hal ini perlu diperhatikan waktu eksposi yang sesingkat mungkin. Faktor
eksposi terdiri atas: besaran kilovoltage (KV) dan miliampere seconde (MAS).
2. Jarak pemotretan
Jarak-jarak pemotretan terdiri atas:
- Jarak fokus ke film ( focus-film distence = FFD )
- Jarak objek ke film ( object film distance = OFD )
- Jarak focus ke objek ( focus object distance = FOD )
c. Proses terjadinya Gambaran Radiografi
1. Gambaran laten (pada film rontgent)
- Apabila objek yang kerapatannya tinggi, bila ditembus sinar X maka Intensifying screen
memendarkan fluoresensi sedikit sekali bahkan hampir tidak ada. Akibatnya perak halogen
hampir tidak mengalami perubahan.
- Apabila objek yang kerapatannya rendah, fluoresensi tinggi, maka terjadi perubahan pada
perak halogen
2. Gambaran tampak
Gambaran tampak terjadi setelah film sinar X dibangkitkan pada larutan pembangkit.
Gambaran laten setelah masuk pembangkit (cairan developer) akan menghasilkan gambaran
Gambaran laten (Ib) bila diproses pada cairan pembangkit akan menimbulkan gambaran
radiolusen.
Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan
difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak)
meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit
ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya
tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang
sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinar x,
yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun bagian tubuh yang
mudah ditembus sinar x disebut Radiolusen yang menyebabkan warna hitam pada film.
Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x disebut Radioopaque sehingga film berwarna
putih. Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah
akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x
(yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah untuk menembus
bahan.
d. Faktor yang mempengaruhi gambaran
1. Pengaruh Miliampere (mA)
Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-X dan penurunan mA akan mengurangi
intensitas. Sehingga semua intensitas sinar X atau derajat terang akan bertambah sesuai
dengan peningkatan intensitas radiasi sinar-X di titik fokus.
2. Pengaruh jarak
Sekali lagi, intensitas sinar X dari suatu pola bias diatur menjadi sama dengan cara mengubah
semua hal, bukan dalam hal-hal yang menyangkut kelistrikan, tetapi dengan menggerakkan
tabung mendekati atau menjauhi objek. Dengan kata lain, jarak tabung ke objek
mempengaruhi intensitas gambar.
3. Pengaruh kilovolt
Perubahan kV menyebabkan beberapa pengaruh. Pertama, perubahan kV menghasilkan
perubahan pada daya tembus sinar X dan juga total intensitas berkas sinar X akan berubah.
Hal ini terjadi tanpa perubahan pada arus tabung.

e. keuntungan
Foto rontgen dapat digunakan untuk:
1) Mendeteksi lesi dan lain-lain.
2) Membuktikan suatu diagnosa penyakit.
3) Melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat padarongga mulut.
4) Menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan.
5) Mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.
6) Melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma.
7) Dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu.
f. bahaya dan resiko
Radiasi yang digunakan di radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan
diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum yang
berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh
besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi. Setiap doktesr
gigi yang menggunakan radiografi harus menguasai dengan baik cara penggunaan radiografi
yang tepat agar dapat terhindar dari bahaya tersebut.
Bukti yang ada menunjukkan bahwa semua radiasi, tidak peduli seberapa kecil dosis,
memiliki potensi untuk menghasilkan efek yang tidak diinginkan dengan probabilitas statistic
yang sangat rendah pada tubuh. Radiasi dapat memberikan kerusakan biologis akibat
pemaparan.
g. biologi radiasi
Merupakan suatu kajian ilmu tentang pengaruh radiasi ionisasi pada jaringan biologis. Pada
tahun 1895 tabung sinar X diciptakan dan zat radioaktif alam ditemukan pada tahun 1896.
Radiasi digunakan untuk menggantikan pengobatan dan kadang-kadang unutk melengkapi
atau menyempurnakan pengobatan. Namun sejak dalam sel-sel dan organisme yang
berlangsung selama berjam-jam, berpuluh tahun. Hal ini menyebabkan cedera atau bahkan
kematian sel atau organisme.
h. dosis radiasi
Pengakuan tentang efek berbahaya radiasi dan risiko yang terkait dengan penggunaannya
membuat National Council on Radiation Protection and Measurements (NCRP) dan
International Commission on Radiological Protection (ICRP) untuk menetapkan pedoman
tentang batasan jumlah radiasi yang diterima oleh individu yang terpapar di tempat kerja dan
publik. Sejak didirikan pada tahun 1930-an, batas dosis ini telah diturunkan beberapa kali.
Revisi ini mencerminkan peningkatan pengetahuan yang diperoleh selama bertahun-tahun
mengenai efek berbahaya radiasi dan peningkatan kemampuan untuk menggunakan radiasi
secara lebih efisien. Batas paparan pekerjaan saat ini telah ditetapkan untuk memastikan
bahwa kemungkinan efek stokastik serendah mungkin dan layak secara ekonomi
Batas dosis untuk masyarakat umum telah ditetapkan pada 10% dari individu yang terpapar
karena pekerjaan, meskipun menerima paparan radiasi seluruh tubuh sebesar 50 mSv dalam 1
tahun sebagai akibat dari pekerjaan dianggap menimbulkan resiko minimal.
Sejauh ini dosis efektif tahunan rata-rata dialporkan 1,56 mSv, 3% dari batas tahunan. Dosis
unutk individu yang terpapar pekerjaannya dalam pengoperasian peralatan rontgen gigi
ternyata lebih renda 0,20 mSv, atau 0,4 % dari batas yang diizinkan.
Batas dosis ini berlaku untuk paparan dari sumber buatan manusia saja dan tidak berlaku
untuk raidasi alami atau paparan sinar-X yang diterima pasoen sebagai hasil prosedur
radiografi selama perawatan gigi dan pengobatan medis.
i. paparan dosis pasien
Dosis pasien dari radiografi gigi biasanya dilaporkan sebagai jumlah radiasi yang diterima
oleh organ target. Salah satu pengukuran yang paling umum adalah paparan kulit, diperoleh
dengan pengukuran secara langsung adalah cara paling sederhana untuk merekam paparan
sinar-X pasien. paparan permukaan digunakan dalam perhitungan dosis yang diterima oleh
organ yang terletak pada titik pengukuran. Organ target yang biasa dilaporkan adalah
sumsum tulang, kelenjar tiroid, dan gonad.
1. Rata-Rata Dosis Sumsum Tulang Aktif
Dosis umum tulang aktif rata-rata diturunkan sebagai dosis jaringan spesifik yang
relevan dengan efek stokastik tertentu, yaitu leukemia. Radiografik panoramik ditemukan
dosis sumsum tulang aktif rata-rata sekitar 0.01 mSv per film
2. Dosis Tiroid
Kedekatan kelenjar tiroid dengan sinar X-ray sangat penting dalam menentukan
besarnya dosis yang diterima. Misalnya pemeriksaan radiografi cervical spine terdiri dari 4
paparan terpisah yang secara total bertanggung jawab atas dosis tiroid sebesar 5,5 mGy.
Selama pemeriksaan kelenjar tiroid berada tepat ditengah bidang radiasi. Di sisi lain,
radiografi dada dapat mengahsilkan dosis tiroid hanya 0,01 mGy, terutama dari radiasi
hamburan, Penelitian telah melaporkan bahwa dosis tiroid dari radiografi oral cukup rendah.
Pemeriksaan mulut lengkap lengkap 21 film menghasilkan dosis tiroid 0,94 mGy.
3. Dosis Gonad
Radiografi yang melibatkan abdomen menghasilkan dosis tertinggi pada gonad; yang
melibatkan kepala, leher dan ekstremitas menghasilkan yang terendah. Misalnya, radiografi
ginjal, ureter, dan kandung kemih (pielogram retrogade) dilaporkan memberikan dosis gonad
1,07 mGy untuk wanita dan 0,08 mGy untuk pria, sedangkan radiografi tengkorak
memberikan dosis kurang dari 0,005 mGy untuk kedua jenis kelamin. Sebagai kategori
umum, pemeriksaan rontgen gigi menghasilkan dosis yang tidak signifikan secara genetik
hanya 1.0 uGy3s. Kontribusi ini hanya 0,003% dari rata-rata paparan latar belakang tahunan.
4. Dosis Efektif
Pernyataan bahwa radiograf periapikal gigi tunggal memberikan lebih dari 10 kali radiasi
film dada (dalam hal paparan permukaan, yaitu 217 versus 16 mR) tidak sepenuhnya benar
karena perbedaan area yang terbuka dan organ kritis. Perbedaan ini dapat dikompensasikan
dengan perhitungan E, yang merupakan perkiraan keterpaparan seluruh tubuh yang seragam
yang membawa kemungkinan efek radiasi yang sama dengan paparan sebagian tubuh.
Dengan metode perhitungan ini, survei mulut lengkap dari 20 film yang dibuat dengan
metode yang dioptimalkan untuk dosis (yaitu, film kecepatan-E, kolimasi persegi) telah
ditemukan untuk memberikan kurang dari setengah jumlah radiasi dari film dada tunggal dan
kurang dari 1% jumlah studi barium usus.

j. proteksi radiasi
Definisi :
Proteksi radiasi merupakan prosedur penting yang harus dilakukan sebelum melakukan
radiografi. Dasar perlindungan radiasi dari prinsip ALARA (as low as reasonable achievable)
menyebutkan bahwa tidak peduli sekecil apapun dosis efek merusak tetap ada. Setiap dosis
yang dapat dikurangi tanpa kesulitan pengeluaran atau ketidak nyamanan harus dikurangi.
Persiapan terhadap proteksi radiografi harus dilakukan terhadap semua yang berhubungan
dengan pelaksanaan radiografi antara lain pasien, operator dan lingkungan kerja radiologi.

Prinsip Proteksi Radiasi


Untuk mencapai tujuan proteksi dan keselamatan dalam pemanfaatan diperlukan prinsip
utama proteksi radiasi. Kerangka konseptual dalam prinsip proteksi radiasi ini terdiri atas
1. Pembenaran (justifikasi)
2. Optimisasi
3. Pembatasan dosis
Proteksi Radiasi Eksternal
Proteksi radiasi eksternal adalah upaya proteksi terhadap segala macam sumber radiasi yang
berada di luar tubuh manusia, dan dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau beberapa
teknik berikut, yaitu
1. Waktu Pajanan

2. Jarak dari sumber

3. Penahan radiasi
- Radiasi Alfa
- Radiasi Beta
- Radiasi Gamma
- Sinar-X
Beberapa parameter yang digunakan dalam perhitungan tebal penahan struktur adalah:
a. Tegangan maksimum (kV) operasi tabung pesawat sinar-X
b. Arus maksimum (mA) operasi pesawat sinar-X
c. Beban kerja (W), yang merupakan ukuran penggunaan pesawat sinar-X (biasanya
dinyatakan dalam satuan mAmenit per minggu)
d. Faktor guna (U), yang merupakan fraksi beban kerja selama berkas utama ditujukan pada
target; dan
e. Faktor okupansi (T), yaitu faktor pengubah beban kerja untuk mengoreksi derajat atau jenis
okupansi di daerah yang dihitung
Proteksi Radiasi Internal
Bahaya radiasi intemal dapat timbul akibat penggunaan sumber radiasi terbuka, yaitu sumber
yang tidak terikat dalam suatu bahan atau terbungkus oleh suatu wadah tertutup yang cukup
kuat. Bahan radioaktif yang terlepas dari sumber terbuka ini disebut sebagai kontaminan,
sedang peristiwanya disebut kontaminasi
Bahan radioaktif, seperti halnya agen toksik yang lain, dapat masuk ke dalam tubuh melalui
tiga jalan :
a. Inhalasi - melalui penghirupan debu atau gas
b. Ingesi - melalui makanan atau minuman terkontaminasi yang masuk melalui mulut
c. Penyerapan melalui kulit atau luka yang terbuka

REFERENSI:
Hiswara E. Proteksi Dan Keselamatan Radiasi Di Rumah Sakit. Jakarta: Batan Presss. 2015
Whaites, E. 2013. Essentials of Dental Radiography and Radiology (3 rd edition) Foreword by
R.A. Cawson.
White, Stuart C. dan Michael J. Pharoah. 2000. Oral Radiology: Principles and
Interpretation. (Edisi 4). Missouri: Mosby, Inc
Indra Sukmana, Bayu . 2019. Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi.
Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta. EGC. 2002
Dorland, W. A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 2002

Anda mungkin juga menyukai