periapikal radiography digunakan untuk menunjukkan gigi individu dan jaringan di sekitar
ujungnya. Setiap film menunjukkan dua sampai empat gigi dan memberikan informasi detail
tentang gigi dan sekeliling tulang alveolar. Indikasi:
a. peradangan apical
b. penilaian dari status Periodontal
c. penilaian keberadaan dan posisi gigi yang belum erupsi
d. penilaian keberadaan morfologi akar gigi sebelum pencabutan
e. selama endodontik
f. penilaian pra operasi dan pasca operasi apikal
g. Evaluasi setelah operasi implan
2 .2 bitewing
2.2.1 indikasi
Kata bitewing berasal dari teknik pengambilan radiografi yang meminta pasien untuk
mengigit (bite) semacam sayap (wing) kecil yang dilekatkan pada film intraoral. Film holder
modern telah menanggalkan bagian sayap tersebut, tetapi terminologi dan indikasi klinis
masih menggunakan istilah yang sama. Radiografi ini pertama kali diperkenalkan oleh Raper
pada tahun 1925. Bitewing radiografi digunakan untuk mendeteksi karies di permukaan
proksimal gigi dan crest alveolar bone baik pada maksilla maupun mandibula pada film yang
sama, yang secara klinis tidak dapat dideteksi.
Keuntungan dari teknik bitewing adalah dengan satu film dapat dipakai untuk memeriksa
gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah sekaligus. Bitewing radiografi digunakan untuk
melihat garis dari CEJ (cementoenamel junction) pada satu gigi ke CEJ gigi tetangganya
dalam satu film yang sama, sama halnya dengan jarak dari puncak ke tulang interproksimal
yang ada. Selain digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal, bitewing radiografi juga
memberikan informasi status pasien periodontal. Ketinggian dari tepi interproksimal tulang
alveolar sampai cemento-enamel junction relatif dapat diamati. Deposit kalkulus subgingival
juga dapat dideteksi. Walaupun demikian, hasil dari bitewing radiografi pada diagnosis
penyakit periodontal hanya terbatas pada bagian mahkota akar gigi yang diamati, dan terbatas
pada regio molar-premolar.
Indikasi bitewing:
Digunakan untuk melihat garis dari CEJ(cementoenamel junction) pada satu gigi ke
CEJ gigi tetangganya dalam satu film yang sama, sama halnya dengan jarak dari
puncak ke tulang interproksimal yang ada.
Untuk mendeteksi karies interproksimal
Untuk memberikan informasi status pasien periodontal
Untuk mengamati ketinggian dari tepi interproksimal tulang alveolar sampai CEJ
Untuk mendeteksi deposit kalkulus subgingival
3. Memeriksa bentuk lengkung geligi dan jumlah film yang akan digunakan.
4. Operator memegang tab dengan jempol dan telunjuk kemudian memasukkan film ke dalam
lingual sulcus berlawanan dengan gigi posterior.
5. Tepi anterior film diposisikan pada distal kaninus mandibular dan bagian posterior film
berada pada bagian mesial molar ketiga.
8. Ketika pasien menutup gigi, operator menekan tab yang berada di antara gigi untuk
memastikan film dan gigi kontak, kemudian operator melepas tab.
2.3 Oklusal
2.3.1 indikasi
Teknik radiografi oklusal adalah teknik radiografi intraoral yang menggunakan dental x-ray
unit dimana image reseptor diletakkan pada bidang oklusal. Radiografi oklusal meliputi
semua teknik yang menempatkan film pada bidang oklusal. Film yang digunakan biasanya
berukuran 5,7x7,6 cm.
Indikasi:
Secara tepat untuk menentukan akar dan supernumerary, yang belum erupsi, dan gigi
impaksi(Teknik ini khususnya berguna untuk kaninus yang impaksi dan molar
ketiga).
Untuk membatasi daerah luar pada rahang dan batu pada ductus sublingual dan
kelenjar submandibular.
Untuk menunjukkan dan menilai ketugan anterior, medial, dan batas luar lateral dari
sinus maxillary.
Untuk memperoleh informasi tentang lokasi, kondisi awal, perluasan, dan
displacement fraktur dari mandibula dan maksila.
Untuk menentukan perluasan penyakit pada medial dan lateral dan mendeteksi
penyakit pada palatum atau floor mulut.
Kontraindikasi:
Untuk menolong pemeriksaan pada pasien trismus yang dapat membuka mulutnya
hanya beberapa milimeter. Kondisi ini tidak cocok untuk melakukan radiografi
intraoral karena tidak memungkinkan dan pasien akan merasa sakit.
Pasien duduk dengan kepala bersandar dan dengan bidang oklusal horizontal dan
parallel dengan lantai
Film packet dengan permukaan putih (pebbly) menghadap ke atas, ditempatkan datar
ke dalam mulut pada bidang oklusal gigi bawah. Pasien diminta untuk mengigit
secara bersamaan. Memakai pelindung dibawah leher untuk melindungi kelenjar
tiroid
Tubehead X-ray diletakan diatas garis tengah pasien, ditujukan kearah bawah melalui
batang hidung dengan sudut 65-67 derajat terhadap film packet.
pasien duduk dengan kepala bersandar dan bidang oklusal parallel dan horizontal
terhadap lantai
film dengan permukaan putih (pebbly) menghadap ke atas, dimasukan ke dalam mulut
diatas bidang oklusal pada gigi bawah . pasien diminta untuk menggigit secara
bersamaan
tubehead X-ray diletakan di sebelah muka pasien, ditujukan kebawah melalui pipi
dengan sudut 65-70' terhadap film
C. Vertex Occlusal
Pasien duduk dengan kepala bersandar dan bidang oklusal parallel dan sejajar
terhadap lantai
Kaset ditempatkan didalam plastic bag kecil untuk mencegah kontaminasi saliva dan
cross-infection
Dimasukan ke dalam mulut diatas bidang oklusal gig bawah dan pasien diminta untuk
mengigit
Tubehead X-ray diposisikan diatas pasien, pada garis tengah, ditujukan kearah bawah
melalui vertex tengkorak.
Procesing adalah proses mengubah bayangan laten menjadi bayangan yang tampak nyata dan
permanen.
Fungsi:
Prosedur processing
1. Prosedur manual
Dilaksanakan dalam ruangan gelap, dan yang dibutuhkan dalam proses ini meliputi:
a. Keketatan cahaya yang absolute
b. Ruang kerja yang memadai
c. Ventilasi yang memadai
d. Fasilitas pencucian yang memadai
e. Tempat penyimpanan film yang memadai
f. Safelights-diposisikan 1.2 meter dari permukaan kerja yaitu bohlam 25 watt dan filter
yang cocok untuk tipe film yang digunakan
g. Peralatan processing:
1) Tank yang berisi larutan-larutan yang bervariasi
2) Termometer
3) Pemanas pencelupan
4) Timer yag akurat
5) Penggantung film
Siklus Manual Processing
a) Paket film yang terpapar dibuka dan dijepit pada penggantung.
b) film dicelup pada cdeveloper dan dikebut beberapa kali dalam larutan untuk
menyingkirkan gelembung udara dan dibiarkan selama kira-kira 5 menit pada suhu 20 derajat
celcius.
c) Sisa-sisa developer dibilas dengan air selama lebih kurang 10 detik.
d) Film dicelup pada fixer +- 8-10 menit
e) Film dibilas dengan air yang mengalir selama 10-20 menit untuk menghilangkan sisa-sisa
fixer.
f) Film dibiarkan kering pada lingkungan yang bebas debu.
2. Prosedur automatis
Proses ini dijalankan oleh mesin. Ada beberapa mesin atau processor yang didesain untuk
menjalankan siklus processing dengan sistem rollers, tidak membutuhkan ruang gelap, tapi
harus dikontrol dari infeksi, harus diberikan larutan seperti hypochlorine 1% sebelum
dijalankan.
Siklus Automatic Processing:
Siklusnya sama dengan proses manual hanya terdapat perbedaan pada pemerasan dari
kelebihan larutan developing sebelum memasuki fixer, mengurangi kebutuhan pencucian
dengan air antara dua larutan ini.
Kelebihan:
a. Hemat waktu-film kering diproduksi dalam 5 menit.
b. Ruang gelap sering tidak dibutuhkan.
c. Pengontrolan, proses standarisasi mudah dipertahankan.
d. Zat kimia dapat diisi secara otomatis oleh beberapa mesin.
Kekurangan:
a. Sangat diperlukan pengawasan ketat dan pembersihan teratur; roller yang kotor dapat
menghasilkan mark (bercak) pada film.
b. Beberapa model harus benar-benar persis.
c. Peralatannya mahal.
d. Mesin kecil tidak dapat memproses film ekstraoral yang besar (lebar)
3. Self developing films
Self developing films adalah alternatif lain selain manual processing. Film x-ray dalam
bentuk sachet spesial yang mengandung developer dan fixer. Setelah pemaparan, label
developer ditarik, larutan developer diperah pada film, dan dipijat disekitarnya. Setelah
sekitar 15 detik, label (tab) fixer ditarik dan diperah dan film dibilas hingga bersih dengan air
mengalir selama 10 menit.
Kelebihan:
a. Tidak membutuhkan ruang gelap atau fasiilitas processing.
b. Hemat waktu-radiograf siap dalam 1 menit.
Kekurangan:
a. Kualitas gambar buruk.
b. Gambar memburuk seiring waktu.
c. Tidak ada kertas timah dalam paket film.
d. Film sangat flexibel dan mudah bengkok.
e. Film ini sulit digunakan pada positioning holder.
f. Mahal
Tahap Procesing Secara Konvensional
1. Development
- Pembangkitan, tujuan utama mengubah bayangan laten menjadi gambar tampak nyata.
- Butiran perak ha;ida setelah terkena paparan radiasi terinduksi menjadi perak metalik
2. Rinsing
3. Fixing
4. Washing
- Merupakan proses pencucian film dengan air sampai bau asam dari larutan fixer
menghilang
5. Drying
- Tujuan dilakukannya yakni agar mudah di bawa dan di simpan, mengurangi kandungan air
dalam film
- Menjaga visualisasi image dengan cara membatasi efek radiasi dan refleksi yang disebabkan
adanya air yang ada di permukaan emulsi
1. kualitas gambar
• Kontras
• Geometri gambar
2. kontras
a. Kontras subjek
Kontras subjek merupakan perbedaan yang disebabkan oleh derajat redaman yang berbeda
saat sinar x ditransmisikan melalui berbagai jenis jaringan pasien, misalnya :
• Perbedaan ketebalan jaringan
• Perbedaan kepadatan
b. Kontras film
Properti yang melekat pada film yang digunakan menentukan respon eksposur yang berbeda
Ketika terkena paparan dari sinar x. factor yang mempengaruhinya :
• Karakteristik film
• Tipe film
• Proses
Radiasi asing yang mengenai film juga menghasilkan fog background, atau karena tersebar
dari pasien akan menyebabkan kepadatan film yang tidak diinginkan
3. geometri gambar
Akurasi geometri gambar dipengaruhi posisi sinar X, maka objek dan film harus memenuhi
persyaratan geometri tertentu :
• Tubehead sinar X harus diposisikan sehingga sinar bertembu dengan objek dan film di
sudut yang pas
Idealnya sinar x yang digunakan harus cukup menembus untuk melewati pasien, pada tingkat
yang bervariasi dan bereaksi dengan baik pada emulsi film sehingga menghasilkan bayangan
hitam, putih maupun abu-abu.
• Ketajaman geometris
• Tidak tajamnya gambar disebabkan karena pasien bergerak
• Ketajaman layar
Masalah : larutan developer terlalu panas, konsentrasi larutan yang terlalu pekat, kesalahan
dalam penyinaran, miliamper dan voltase yang tinggi
• Terang/light radiograph
Masalah : waktu developer yang tidak tepat, terlalu dingin larutannya, kesalahan da;am
penyinaran miliamper dan voltase yang rendah.
• Pecah-pecah/cracked
Penyebab : retikulasi dan emulsi dari film
Masalah : perubahan temperature yang tiba-tiba.
• Coning off atau cone cutting- disebabkan karena tubehead sinar x ditempatkan terlalu
jauh ke arah posterior sehingga bagian anterior film tidak terlihat
• Pola dari titik pola terlihat_ disebabkan karena penempatan film terbalik
2.6 konsep radiasi dan sinar x
1. Definisi radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruangan. Radiasi bisa dalam bentuk
panas, partikel, maupun gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber energi.
Radiasi tinggi mampu melepas energi dalam jumlah yang besar. Ketika melalui materi dapat
menimbulkan ion-ion didalam materi yang dilaluinya sehingga disebut dengan radiasi
pengion.
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya
ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk radiasi
pengion terdiri dari, partikel alfa, partikel beta, sinar gamma, sinar-X. Sedangkan Radiasi
non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila
berinteraksi dengan materi. Yang termasuk jenis radiasi non-pengion antara lain adalah
gelombang radio, gelombang mikro, sinar ultraviolet.
1. Penemuan sinar x berawal dari penemuan rontgen pada tahun (1845-1923), seorang
fisikawan Universitas Wutsburg sewaktu bekerja dengan tabung sinar katoda pada tahun
1895.
2. rongten menemukan bahwa sinar dari tabung dapat menembus bahan yang tak dapat
tembus cahaya dan mengaktifkan layar pendar atau film foto.
3. Sinar ini berasal dari titik dimana elektron dalam tabung mengenai sasaran di dalam tabung
tersebut atau tabung kaca.
4. Sinar yang terbentuk menembaki target dengan elektron cepat dalam tabung sinar katoda
(Beiser 1999).
Sinar-X merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik di ujung energi tinggi, cahaya
tampak di tengah dan gelombang mikro dan gelombang radio di ujung energi rendah. Sinar-X
cukup energik untuk mengionisasi atom dan memutus ikatan molekul saat menembus
jaringan dan oleh karena itu disebut radiasi pengion. Sinar-X dihasilkan ketika elektron
berenergi tinggi mengenai material dengan nomor atom tinggi. Interaksi ini dihasilkan dalam
tabung sinar-X. Tegangan tinggi dilewatkan melalui dua terminal tungsten. Terminal (katoda)
dipanaskan sampai membebaskan elektron bebas. Ketika tegangan tinggi diterapkan di
terminal, elektron berakselerasi menuju anoda dengan kecepatan tinggi. Saat mengenai target
anoda, sinar-X diproduksi.
Gambar sinar-X dihasilkan karena interaksi radiasi pengion dengan jaringan saat melewati
tubuh. Jaringan dengan kepadatan berbeda ditampilkan sebagai area berbeda tergantung pada
jumlah radiasi yang diserap. Empat kepadatan yang berbeda adalah: gas (udara), lemak,
jaringan lunak dan cairan serta struktur kalsifikasi (tulang). Udara menyerap paling sedikit
sinar-X dan, oleh karena itu, tampak hitam (radiolusen) pada radiograf, sedangkan struktur
kalsifikasi (tulang) menyerap paling banyak, menghasilkan radiopasitas putih, jaringan lunak
dan cairan tampak abu-abu pada radiograf.
3. Radiografi
Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosa dan rencana pengobatan
penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut tertentu. Meskipun dosis radiasi dalam
radiografi rendah, bila memungkinkan paparan radiasi harus diminimalkan
Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha, photon, dan neutron.
Radiografi dental merupakan sarana pemeriksaan untuk melihat manifestasi oral di rongga
mulut yang tidak dapat dilihat dari pemeriksaan klinis namun dapat dengan jelas terlihat
gambaran seperti perluasaan dari penyakit periodontal, karies pada gigi serta kelainan
patologis rongga mulut lainnya. Radiografi dental menjadi pedoman untuk memaksimalkan
hasil diagnosis yang terlihat dari interpretasi gambar.
Posisi pemotretan : Posisi pemotretan merupakan ilmu tersendiri yang diberikan pada ahli
radiologi dan penata roentgen yang khusus membicarakan pengaturan posisi pasien sewaktu
dipotret agar diperoleh gambaran organ yang dikehendaki secara optimal.
e. keuntungan
Foto rontgen dapat digunakan untuk:
1) Mendeteksi lesi dan lain-lain.
2) Membuktikan suatu diagnosa penyakit.
3) Melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat padarongga mulut.
4) Menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan.
5) Mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.
6) Melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma.
7) Dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu.
f. bahaya dan resiko
Radiasi yang digunakan di radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan
diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum yang
berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh
besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi. Setiap doktesr
gigi yang menggunakan radiografi harus menguasai dengan baik cara penggunaan radiografi
yang tepat agar dapat terhindar dari bahaya tersebut.
Bukti yang ada menunjukkan bahwa semua radiasi, tidak peduli seberapa kecil dosis,
memiliki potensi untuk menghasilkan efek yang tidak diinginkan dengan probabilitas statistic
yang sangat rendah pada tubuh. Radiasi dapat memberikan kerusakan biologis akibat
pemaparan.
g. biologi radiasi
Merupakan suatu kajian ilmu tentang pengaruh radiasi ionisasi pada jaringan biologis. Pada
tahun 1895 tabung sinar X diciptakan dan zat radioaktif alam ditemukan pada tahun 1896.
Radiasi digunakan untuk menggantikan pengobatan dan kadang-kadang unutk melengkapi
atau menyempurnakan pengobatan. Namun sejak dalam sel-sel dan organisme yang
berlangsung selama berjam-jam, berpuluh tahun. Hal ini menyebabkan cedera atau bahkan
kematian sel atau organisme.
h. dosis radiasi
Pengakuan tentang efek berbahaya radiasi dan risiko yang terkait dengan penggunaannya
membuat National Council on Radiation Protection and Measurements (NCRP) dan
International Commission on Radiological Protection (ICRP) untuk menetapkan pedoman
tentang batasan jumlah radiasi yang diterima oleh individu yang terpapar di tempat kerja dan
publik. Sejak didirikan pada tahun 1930-an, batas dosis ini telah diturunkan beberapa kali.
Revisi ini mencerminkan peningkatan pengetahuan yang diperoleh selama bertahun-tahun
mengenai efek berbahaya radiasi dan peningkatan kemampuan untuk menggunakan radiasi
secara lebih efisien. Batas paparan pekerjaan saat ini telah ditetapkan untuk memastikan
bahwa kemungkinan efek stokastik serendah mungkin dan layak secara ekonomi
Batas dosis untuk masyarakat umum telah ditetapkan pada 10% dari individu yang terpapar
karena pekerjaan, meskipun menerima paparan radiasi seluruh tubuh sebesar 50 mSv dalam 1
tahun sebagai akibat dari pekerjaan dianggap menimbulkan resiko minimal.
Sejauh ini dosis efektif tahunan rata-rata dialporkan 1,56 mSv, 3% dari batas tahunan. Dosis
unutk individu yang terpapar pekerjaannya dalam pengoperasian peralatan rontgen gigi
ternyata lebih renda 0,20 mSv, atau 0,4 % dari batas yang diizinkan.
Batas dosis ini berlaku untuk paparan dari sumber buatan manusia saja dan tidak berlaku
untuk raidasi alami atau paparan sinar-X yang diterima pasoen sebagai hasil prosedur
radiografi selama perawatan gigi dan pengobatan medis.
i. paparan dosis pasien
Dosis pasien dari radiografi gigi biasanya dilaporkan sebagai jumlah radiasi yang diterima
oleh organ target. Salah satu pengukuran yang paling umum adalah paparan kulit, diperoleh
dengan pengukuran secara langsung adalah cara paling sederhana untuk merekam paparan
sinar-X pasien. paparan permukaan digunakan dalam perhitungan dosis yang diterima oleh
organ yang terletak pada titik pengukuran. Organ target yang biasa dilaporkan adalah
sumsum tulang, kelenjar tiroid, dan gonad.
1. Rata-Rata Dosis Sumsum Tulang Aktif
Dosis umum tulang aktif rata-rata diturunkan sebagai dosis jaringan spesifik yang
relevan dengan efek stokastik tertentu, yaitu leukemia. Radiografik panoramik ditemukan
dosis sumsum tulang aktif rata-rata sekitar 0.01 mSv per film
2. Dosis Tiroid
Kedekatan kelenjar tiroid dengan sinar X-ray sangat penting dalam menentukan
besarnya dosis yang diterima. Misalnya pemeriksaan radiografi cervical spine terdiri dari 4
paparan terpisah yang secara total bertanggung jawab atas dosis tiroid sebesar 5,5 mGy.
Selama pemeriksaan kelenjar tiroid berada tepat ditengah bidang radiasi. Di sisi lain,
radiografi dada dapat mengahsilkan dosis tiroid hanya 0,01 mGy, terutama dari radiasi
hamburan, Penelitian telah melaporkan bahwa dosis tiroid dari radiografi oral cukup rendah.
Pemeriksaan mulut lengkap lengkap 21 film menghasilkan dosis tiroid 0,94 mGy.
3. Dosis Gonad
Radiografi yang melibatkan abdomen menghasilkan dosis tertinggi pada gonad; yang
melibatkan kepala, leher dan ekstremitas menghasilkan yang terendah. Misalnya, radiografi
ginjal, ureter, dan kandung kemih (pielogram retrogade) dilaporkan memberikan dosis gonad
1,07 mGy untuk wanita dan 0,08 mGy untuk pria, sedangkan radiografi tengkorak
memberikan dosis kurang dari 0,005 mGy untuk kedua jenis kelamin. Sebagai kategori
umum, pemeriksaan rontgen gigi menghasilkan dosis yang tidak signifikan secara genetik
hanya 1.0 uGy3s. Kontribusi ini hanya 0,003% dari rata-rata paparan latar belakang tahunan.
4. Dosis Efektif
Pernyataan bahwa radiograf periapikal gigi tunggal memberikan lebih dari 10 kali radiasi
film dada (dalam hal paparan permukaan, yaitu 217 versus 16 mR) tidak sepenuhnya benar
karena perbedaan area yang terbuka dan organ kritis. Perbedaan ini dapat dikompensasikan
dengan perhitungan E, yang merupakan perkiraan keterpaparan seluruh tubuh yang seragam
yang membawa kemungkinan efek radiasi yang sama dengan paparan sebagian tubuh.
Dengan metode perhitungan ini, survei mulut lengkap dari 20 film yang dibuat dengan
metode yang dioptimalkan untuk dosis (yaitu, film kecepatan-E, kolimasi persegi) telah
ditemukan untuk memberikan kurang dari setengah jumlah radiasi dari film dada tunggal dan
kurang dari 1% jumlah studi barium usus.
j. proteksi radiasi
Definisi :
Proteksi radiasi merupakan prosedur penting yang harus dilakukan sebelum melakukan
radiografi. Dasar perlindungan radiasi dari prinsip ALARA (as low as reasonable achievable)
menyebutkan bahwa tidak peduli sekecil apapun dosis efek merusak tetap ada. Setiap dosis
yang dapat dikurangi tanpa kesulitan pengeluaran atau ketidak nyamanan harus dikurangi.
Persiapan terhadap proteksi radiografi harus dilakukan terhadap semua yang berhubungan
dengan pelaksanaan radiografi antara lain pasien, operator dan lingkungan kerja radiologi.
3. Penahan radiasi
- Radiasi Alfa
- Radiasi Beta
- Radiasi Gamma
- Sinar-X
Beberapa parameter yang digunakan dalam perhitungan tebal penahan struktur adalah:
a. Tegangan maksimum (kV) operasi tabung pesawat sinar-X
b. Arus maksimum (mA) operasi pesawat sinar-X
c. Beban kerja (W), yang merupakan ukuran penggunaan pesawat sinar-X (biasanya
dinyatakan dalam satuan mAmenit per minggu)
d. Faktor guna (U), yang merupakan fraksi beban kerja selama berkas utama ditujukan pada
target; dan
e. Faktor okupansi (T), yaitu faktor pengubah beban kerja untuk mengoreksi derajat atau jenis
okupansi di daerah yang dihitung
Proteksi Radiasi Internal
Bahaya radiasi intemal dapat timbul akibat penggunaan sumber radiasi terbuka, yaitu sumber
yang tidak terikat dalam suatu bahan atau terbungkus oleh suatu wadah tertutup yang cukup
kuat. Bahan radioaktif yang terlepas dari sumber terbuka ini disebut sebagai kontaminan,
sedang peristiwanya disebut kontaminasi
Bahan radioaktif, seperti halnya agen toksik yang lain, dapat masuk ke dalam tubuh melalui
tiga jalan :
a. Inhalasi - melalui penghirupan debu atau gas
b. Ingesi - melalui makanan atau minuman terkontaminasi yang masuk melalui mulut
c. Penyerapan melalui kulit atau luka yang terbuka
REFERENSI:
Hiswara E. Proteksi Dan Keselamatan Radiasi Di Rumah Sakit. Jakarta: Batan Presss. 2015
Whaites, E. 2013. Essentials of Dental Radiography and Radiology (3 rd edition) Foreword by
R.A. Cawson.
White, Stuart C. dan Michael J. Pharoah. 2000. Oral Radiology: Principles and
Interpretation. (Edisi 4). Missouri: Mosby, Inc
Indra Sukmana, Bayu . 2019. Radiografi di Bidang Kedokteran Gigi.
Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta. EGC. 2002
Dorland, W. A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 2002