Anda di halaman 1dari 42

Ade Martha

Agriani Nurindah Amelia Monika Annisa Citra Utami Ayu Jembar Sari De Aththari Se Eko Irya Windu Indah Tama Romauli M Ardisuryawan R Rahmat Hidayat Tri Septi Utami

04091004021
04091004061 04091004058
04091004054

04091004030 04091004049 04091004007 04091004041 04091004034 04091004040 04091004022

Radiografi intra oral adalah tekhnik pemotretan radiografis gigi geligi dan jaringan di sekitarnya, dengan film berada di dalam rongga mulut Tiga metode dasar tekhnik Radiografi Intra Oral :
Periapikal : Biseksi dan Paralel Bitewing Oklusa topografi, Crossection, dan Oklusal Oblik

PERIAPIKAL
Adalah tekhnik radiografi Intra Oral yang mencakup gigi geligi dan jaringa n sekitarnya sampai dengan daerah periapikal

INDIKASI :
Mendeteksi adanya inflamasi/ infeksi atau kelainan di daerah periapikal.

Penilaian keadaan jaringan periodontal.


Pemeriksaan paska trauma pada gigi geligi yang melibatkan tulang alveolar di sekitarnya.

Penilaian kondisi dan posisi gigi yang tidak erupsi Mempelajari morfologi akar sebelum pencabutan gigi Penilaian kondisi gigi selama perawatan endodontik Penilaian preoperatif dan postoperatif setelah pembukaan (operasi) daerah apikal

Evaluasi detail kista apikal dan lesi lainnya di dalam tulang alveolar
Penilaian posisi dan prognosa implan POSISI IDEAL FILM DAN ARAH SINAR-X TERHADAP GIGI adalah :

Gigi yang di periksa dan film harus saling berkontrak, apabila tidak mungkin., diusahakan dapat sedekat mungkin.
Letak gigi dan film harus sejajar. Untuk gigi insisivus dan kaninus film diletakkan vertikal, sedangkan premolar dan molar film diletakkan horisontal. Arah tabung sinar-x diatur sedemikian sehingga berkas sinar-x jatuh tegak lurus baik terhadap gigi dan film dalam bidang vertikal dan horisontal. Posisi film, gigi, dan arah sinar-x dapat diulang pada kondisi yang sama.

Abses Apikal

Inflamasi Apikal
Periodontal Disease

Posisi Akar Gigi sebelum Pencabutan


Posisi Gigi tidak Erupsi

Trauma pada Gigi geligi yang Melibatkan Tulang Alveolar

1. 2.

3.

4.

Pasien harus melepas alat-alat di daerah yang akan diperiksa. Misalnya, alat orthodonsi, gigi tiruan lepas atau kacamata. Posisi kepala penderita diatur sedemikian rupa : Rahang atas : Garis hidung-telinga sejajar lantai, dengan demikian pada waktu pasien membuka mulut,bidang oklusi rahang atas sejajar lantai. Rahang bawah : Garis ujung bibir-telinga sejajar lantai, dengan demikian pada waktu pasien membuka mulut, bidang oklusi sejajar lantai. Pemotretan giigi regio anterior atas biasanya ditahan dengan ibu jari, regio anterior bawah, posterior kiri atas dan bawah ditahan dengan telunjuk kanan, regio posterior kanan atas dan bawah di tahan dengan telunjuk kiri. Perintahkan kepada pasien untuk menahan film tanpa menekan dan, tidak bergerak selama pemotretan.

Periapikal Biseksi

Periapikal Paralel

Dasar teori tekhnik pemotretan radiografis metode garis bagi adalah:


1. Sudut yang dibentuk antara sumber panjang gigi dan sumbu panjang film dibagi dua sama besar yang selanjutnya disebut garis bagi
2. Tabung sinar-X diarahkan tegak lurus pada garis bagi ini, dengan titik pusat sinarX diarahkan ke daerah apikal gigi

3. Dengan menggunakan prinsip segitiga samasisi, panjang gigi sebenarnya dapat terproyeksi sama besarnya pada film
Penentuan sudut vertikal tabung sinar-X adalah sudut yang dibentuk dengan menarik garis lurus titik sinar-X terhadap bidang oklusal

Penentuan sudut horisontal tabung sinar-X, ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan posisi gigi. Dalam bidang horizontal titik pusat sinar-X diarahkan melalui titik kontak inter proksimal, untuk menghindari tumpang tindih satu gigi dengan gigi sebelahnya 4. Film diletakkan sedekat mungkin gigi yang diperiksa tanpa menyebabkan film tertekuk.

1.

Film diletakkan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa ada di pertengahan film untuk gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah - Incicivus dan Kaninus: sumbu panjang gigi vertikal - Incicivus dan Kaninus: sumbu panjang gigi vertikal

2.

Kurang lebih 2mm dari fim harus dilebihkan di atas permukaan oklusal/insicisal untuk memastikan seluruh gigi dapar tercakup di dalam film. Perlu diperhatikan juga sisi yang menghadap tabung sinar-X adalah sisi yang menghadap gigi dengan tonjol orientasi menghadap ke arah mahkota gigi Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan ibu jari atau telunjuk, (menahan film dengan tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan film bertekuk dan menyebabkan distorsi pada gambar yang dihasilkan) Tabung sinar-X diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horisonyal yang tepat. Lakukan penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan (kV=65; mA=10; sec=0,3-0,5 det)

3.

4.

5.

Gambar Berbagai Proyeksi dari Dental Radiography (Periapikal)

GIGI RA

INCISIVUS

KANINUS

PREMOLAR

MOLAR

Sudut vertikal
Sudut horisontal GIGI RB Sudut vertikal

45o
5-30o INCISIVUS 25o

50o
60o KANINUS 20o

40o
70o PREMOLAR 15o

45o
85-95o MOLAR 5o

Sudut horisontal

5-30o

60o

70o

85-95o

Sudut vertikal dan horisontal merupakan nilai rata-rata, yang mendekati kondisi yang ada. Hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya gigi, dan keadaan jaringan mulut di sekitar gigi yang diperiksa ( mis: pelatum yang dangkal atau dalam, lengkungan rahang yang sempit atau lebar dan lain sebagainya

Teori Prinsip Pemotretan : 1. Film diletakkan pada film holder dan ditempatkan dalam mulut, pada posisi paralel terhadap sumbu panjang gigi yang diperiksa

2. Tube Head (Cone) diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film
3. Dengan menggunakan Film Holder yang memiliki pemegang film dan penentu arah tubehead, teknik ini dapat diulang dengan posisi dan kondisi yang sama pada waktu yang berbeda (reproducible)

Gambar Rontgen Teknik Periapikal

Tiga bagian utama Film Holder : 1. Pemegang Film

2. Bite Black atau Lempengan Gigit


3. Lingkaran penentu arah cone Beberapa jenis Film Holder : 1. Precission X-Ray Instrument

2. XCP (Extension Cone Paralelling0


3. Snap X-Ray Instrument

Yang direkomendasikan : XCP

Sensor Positioned with XCP on Patient

Macam macam Film Holder

1. Untuk pemeriksaan gigi incisive dan caninus rahang atas dan bawah gunakan film Holder khusus untuk regio anterior, dengan film ditempatkan sacara vertikal. Sedangkan untuk gigi premolar dan molar gunakan film Holder khusus untuk regio posterior, film ditempatkan secara horizontal, perlu perhatikan sisi film yang berwarna putih dan tonjol iodentifikasi menghadap ke arah datangnya sinar X
2. Kepala pasien bersandar pada kurdi, bodang oklusal horizontal sejajar dengan lantai 3. Film Holder beserta Film ditempatkan didalam ,mulut, sebagai berikut : Regio incisive dan caninus rahang atas ditempatkan seposterior mungkin untuk mengantisipasi bentuk lengkung palatum, sehinggga film dapat ditempatkan dengan benar dan tidak tertekuk Regio incisive dan caninus rahang bawah ditempatkan didasar mulut, segaris dengan caninus rahang bawah atau premolar Regio premolar dan molar rahang atas ditempatkan di pertengahan palatum untuk mengantisipasi bentuk lengkung palatum Regio premolar dan molar rahang bawah, ditempatkan sulcus Lingual, berhadapan dengan gigi yang diperiksa

4. Gigi yang diperiksa diusahakan menggigit bite block Letakkan gulungan kapas dibawah Bite Block, yang dapat menjaga film dan gigi pada posisi paralel, juga mengurangi rasa tidak nyaman karena adanya holder didalam mulut

Pasien diminta menggigit secara perlahan agar posisi Bite Block stabil
Lingkaran penentu arah sumber sinar X ditempatkan sesuai posisinya Sesuaikan lingkaran penentu posisi dengan ujung Cone. Dengan ini sudut horizontal dan vertikal sudah diatur pada posisi yang benar

PERBANDINGAN TEKNIK PARALEL DAN BISEKSI


Keuntungan teknik paralel : Gambaran yang dihasilkan lebih geometris dengan sedikit sekali kemungkinan pembesaran gambar

Tulang zygomatik tampak berada diatas apeks gigi molar atas


Tinggi puncak tulang periodontal dapat terlihat dengan jelas Jaringan periapikal dapat tampak dengan jelas

Mahkota gigi dapat tampak dengan jelas sehingga karies proksimal dapat dideteksi dengan baik. Sudut vertikal dan horizontal, sudah ditentukan oleh lingkaran penentu posisi Cone pada film holder. Arah sinar-X sudah ditentukan pada pertengahan film, sehingga dapat menghindari Cone Cutting. Dapat menbuat beberapa foto radiografis dengan posisi dan kondisi yang sama pada waktu yang berbeda.

Kerugian teknik paralel 1. Penggunaan film Holder dapat menyebabkan rasa tak nyaman pada pasien, terutama regio posterior, karena dapat menyebabkan rasa ingin muntah.

2. Film Holder, sulit penggunaannya bagi operator yang tak berpengalaman.


3. Kondisi anatomis dalam rongga mulut sering menyulitkan teknik ini. Misalnya: palatum yang datar dan dangkal. 4. Apeks gigi kadang tampak sangat dengan tipe film.

5. Sulit menggunakan film holder untuk Regio Molar 3 rahang bawah.

6. Bila menggunakan short cone, tidak dapat menghasilkan gambaran radiografis yang baik. 7. Film Holder harus selalu disterilisasi dengan autoclave.

Keuntungan Teknik Biseksi:


1. Relatif lebih nyaman untuk pasien, karena tak ada alat tambahan lain, kecuali film 2. Penentuan posisi relatif lebih sederhana dan cepat. 3. Bila penentuan sudut horizontal dan vertikalnya benar, gambaran radiografis yang dihasilkan akan sama besar dengan sebenarnya, dan memadai untuk hampir semua indikasi pemotretan. 4. Tak perlu sterisasi khusus, karena tidak menggunakan alat bantu tambahan.

Kerugian Teknik Biseksi:


1. Kemungkinan distorsi pada gambaran radiografis yang dihasilkan sangat besar. 2. Kesalahan sudut vertikal mengakibatkan pemanjangan dan pemendekan gambar.

3.Tinggi tulang periodontal, tidak dapat dilihat dan dinilai dengan baik. 4.Bayangan tulang zigomatik sering tampak menutupi regio akar gigi molar. 5.Sudut vertikal dan horisontal da[at berbeda pada setiap pasien, dengan demikian untuk menghasilkan gambaran yang baik, diperlukan operator yang terampil dan berpengalaman. 6.Tidak bisa mendapatkan gambaran dengan kondisi dan posisi yang sama, pada gigi yang sama diwaktu yang berbeda, karena tidak ada alat bantu yang dapat digunakan sebagai patokan. 7.Dapat terjadi cone cutting bila titik pusat sinar X tidak tepat dipertengahan film. 8.Kesalahan penentuan sudut horisontal dapat menyebabkan tumpang tindih mahkota dan akar antara gigi yang berdekatan. 9.Sulit mendeteksi karies proksimal, gambaran radiografis mahkota gigi yang mengalami distorsi. 10.Gambaran radiografis akar bukal gigi Premolar dan Molar rahang atas sering mengalami pemendekan.

BITEWING
Adalah teknik pemotretan radiografis yang dapat menghasilkan gambaran radiografis daerah mahkota sampai dengan leher gigi, dan jaringan periodontal didaerah interdental regio rahang atas dan rahang bawah pada satu lembar film dengan indikasi :
1.

Untuk mendeteksi karies, terutama rampan karies pada gigi sulung (karies interproksimal, karies sekunder, karies pit dan fisur, kondisi kedalaman karies) Menilai kondisi hasil restorasi. Menilai keadaan jaringan periodontal, sebatas daerah leher gigi.

2. 3.

TEKNIK PEMOTRETAN :
1.

TAB atau Tab platform harus diletakan pada pertengahan film dan sejajar dengan tepi atas dan bawah film. Film dapat diatur posisi dalam arah horisontal atau vertikal. Film dan gigi harus saling berkontak atau diatur sedekat mungkin.

2. 3. 4.

Posisi film dan gigi harus sejajar, sehingga pada lengkungan rahang tsb.

Bitewing

5.

Memerlukan dua kali pemotretan dengan dua fil (untuk gigi premolar dan molar ) agar diperoleh hasil yang baik. * Pada bidang horisontal, tube head harus diarahkan sedemikian rupa sehingga sinar X jatuh tegak lurus pada gigi dan film dan melalui seluruh titik kontak gigi-gigi yang diperiksa. * Pada bidang vertikal tube head harus diarahkan sedikit kearah bawah (kurang lebih 5-8 derajat gigi terhadap bidang oklusal atau horisontal)

TEKNIK PEMOTRETAN
1

Gunakan film dengan ukuran yang sesuai, dengan Tab diletakkkan pada posisi yang benar. * 31x41 mm untuk pasien dewasa *22x35 mm untuk pasien anak anak dibawah 12tahun.

2. 3.

Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal, horisontal sejajar lantai Keadaan lengkung rahang harus diperhatikan, karena menentukan jumlah film yang ditentukan.

4.

Pegang Tab dengan ibu jari, dan telunjuk, kemudian letakkan dalam mulut dengan tepi bawah film berada di sulcus lingual, dan sisi berwarna putih menghadap gigi yang akan diperiksa. Tepi anterior film ditempatkan didistal gigi gigi caninus bawah, dengan demikian tepi posterior film akan berada dimesial aspek gigi molar tiga bawah Tab ditempatkan diatas permukaan oklusal gigi rahang bawah. Pasien diintruksikan menggigit Tab dengan kuat.

5.

6. 7. 8.

Pada waktu pasien menggigit, operator menarik Tab, untuk memastikan film berkontak dengan gigi.
Cone diarahkan ke daerah titik kontak, tegak lurus, film dan gigi, dengan sudut vertikal kurang lebih 5-8 derajat kearah bawah. Sederhana Biaya relatif murah, efisien karena dengan satu lembar film dapat diperoleh gambaran gigi rahang atas dan rahang bawah Tab hanya digunakan sekali pakai, sehingga tidak memerlukan sterilisasi. Mudah digunakan untuk pasien anak anak.

9.

KEUNTUNGAN
1. 2.

3. 4.

Teknik Pemotretan Bitewing

Kerugian: 1. Sangat membutuhkan keterampilan operator, dalam menentuk sudut vertikal dan horizontal.

2. Sering terjadi Cone Cutting di daerah anterior film.


3. Letak film mudah berubah, karena terdorong lidah. 4. Tidak dapat digunakan pada kasus kelainan yang mencapai daerah periapikal

Adalah teknik radiografi intra oral dengan film diletakan pada bidang oklusal. Ukuran film yang digunakan : 5,7 x 7,6 Radiografi Intra Oral metode Oklusal dibagi menjadi :
RAHANG ATAS Topografi Rahang Atas (upper standard Occlusal = Standar Occlusal) Crossection Rahang atas (Vertex Occlusal) Oklusal Oblik Rahang atas (Upper Oblique Occlusal )
Rahang bawah Topografi rahang bawah ( Lower 45 Occlusal = Standard Occlusal ) Crossection Rahang Bawah ( Lower 90 Occlusal Vertex Occlusal = True Occlusal ) Oklusal Oblik Rahang Bawah (Lower Oblique Occlusal = Oblique Occlusal )

Gambar dari Proyeksi Oklusal

Tekhnik pemotretan ini menghasilkan gambaran bagian anterior rahang atas beserta gigi-gigi anterior rahang atas .
Indikasi : Untuk melihat keadaan gigi anterior atas sampai dengan daerah periapikal Mendeteksi adanya gigi Kaninus impaksi ,gigi-gigi supernumerary , dan odontoma . Menentukan posisi Kaninus ,dengan menggunakan metode parallax . Evaluasi ukuran dan perluasan lesi kista atau tumor di daerah anterior maksila . Menilai keadaan fraktur gigi anterior dan tulang alveolar rahang atas . Tekhnik Pemotretan : Pasien duduk dengan kepala bersandar ,bidang oklusal horizontal sejajar lantai . Film di tempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke atas ,diatas bidang oklusal gigi rahang bawah.pasien diminta menggigit film dengan

sumbu panjang film melintang pada pasien dewasa ,sedang pada pasien anak-anak film memanjang anteroposterior . Cone diarahkan di pertengahan sebelah atas pasien ,mengarah ke bawah ,kearah batang hidung ,dengan sudut 65-70 terhadap film .

CROSSECTION RAHANG ATAS (VERTEX OCCLUSAL )


Tekhnik pemotretan ini memperlihatkan rahang atas pada potongan melintang. Pada tekhnik pemotretan ini ,untuk mendapatkan gambaran potongan melintang rahang atas ,sinar-X harus melalui jaringan tulang tengkorak ,sehingga memerlukan radiasi yang relative besar .Untuk mengurangi dosis radisai pada pasien diperlukan kaset dengan ukuran 5,7 x 7,6 cm yang dilengkapi dengan intensifying screen .
Indikasi :

Menilai posisi kaninus impaksi dalam arah Bucco-Palatal .

Tekhnik pemotretan :

Pasien duduk dengan kepala bersandar ,bidang occlusal horizontal sejajar denga lantai .

2. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke atas ,di atas bidang occlusal gigi rahang bawah .Film diletakkan di pertengahan mulut dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior. Pasien di minta menggigit film dengan perlahan . 3. Cone diarahkan di pertengahan sebelah atas pasien ,mengarah ke bawah, melalui pertengahan kepala pasien .Sinar X pusat diarahkan kurang lebih sejajar sumbu gigi Incicivus atas .

Akan tetapi tekhnik ini jarang digunakan karena banyak memiliki banyak kerugian,antara lain : Gambaran sering tampak kurang jelas . Sinar X melewati beberapa organ penting misalnya : mata dll . Sulit mendapatkan cassette dengan ukuran kecil . Untuk mengatasi keadaaan di atas ,(untuk memperoleh potongan melintang rahang atas )dapat dilakukan dengan memodifikasi tekhnik Crossection rahang atas ,yaitu dengan memperbesar sudut sinar X terhadap film ,menjadi + 80 dan diarahkan ke dahi pasien .

OKLUSAL OBLIK RAHANG ATAS (UPPER OBLIQUE OCCLUSAL )

Tekhnik pemotretan ini memperlihatkan satu sisi rahang atas daerah posterior beserta gigi-gigi posterior .

Indikasi :

Penilaian daerah pariapikal gigi posterior rahang atas ,khususnya para pasien dewasa yang tidak dapat menggunakan Dental Film . Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista ,tumor ,kelainan tulang alveolar regio posterior maksila . Menilai keadaan dasar sinus maksilaris . Membantu melihat keadaan akar gigi yang terdorong masuk ke sinus pada waktu pencabutan gigi . Menilai fraktur gigi posterior dan tulang sampai daerah tuberositas.

Teknik Pemotretan:

Pasien duduk dengan kepala bersandar, bid oklusal horizontal sejajar dengan lantai.

Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke atas, diatas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakan dipertengahan mulut dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior. Filem ditempatkan pada posisi yang diperiksa. Pasien diminta menggigit film dengan perlahan.
Cone diarahkan disebelah atas pasien, mengarah ke bawah, mengarah ke pipi dengan sudut 65-70 terhadap film. Dipertengahan region yang diperiksa.

TOPOGRAFI RAHANG BAWAH (LOWER 45 OCCLUSAL = STANDARD OCCLUSAL


Teknik pemotretan ini memperlihatkan gigi anterior rahang bawah dan mandibula bagian anterior. Gambaran radiografisnya mirif hasil teknik biseksi, tapi mencakup daerah yang lebih luas.

Indikasi :

Melihat daerah periapikal gigi Incsive bawah, terutama untuk pasien anakanak, dan pasien dewasa yang tidak dapat menggunakan Dental Film. Evaluasi ukuran dan perluasan lesi seperti kista, atu Tumor di daerah anterior mandibula. Menilai pergeseran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior dalam bidang vertical

TEKNIK PEMOTRETAN :

Pasien duduk dengan kepala bersandar, bidang oklusal horizontal sejajar dengan lantai. Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap kebawah di atas bidang oklusal gigi rahang bawah. Filem diletakan di pertengahan mulut dengan sumbu panjang film memanjang anteroposterior.pasien di minta menggigit film dengan perlahan. Cone diarahkan keatas dipertengahan bawah mengarah ke dagu pasien, dengan sudutb 45 derajat terhadap film.

Teknik ini memperlihatkan potongan melintang rahang bawah dan dasar mulut, dengan indikasi:
1. 2. 3. 4.

Mendeteksi adanya dan posisi batu kelenjar liur pada duktus kelenjar submandibula. Menilai keadaan gigi geligi rahang bawah impeksi dalam arah bucco-lingual. Evaluasi adanya ekspansi di daerah rahang bawah akibat tumor, kista atau kelainan tulang lainnya dalam arah bucco-lingual. Menilai pergesaran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior dalam bidang horizontal.

Teknik pemotretan:
1.

2. 3.

Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke bawah, diatas bidang oklusal gigi rahang bawah. Film diletakkan dipertengahan mulut dengan sumbu panjang film melintang. Pasien diminta menggigit film dengan perlahan. Kepala pasien bersandar ditengadahkan sejauh mungkin. Cone diarahkan ke atas dipertengahan rahang bawah mengarah ke daerah molar, dengan sudut 90 derajat terhadap film.

Teknik pemotretan ini menghasilkan gambaran radiografis satu rahang bawah, terutama daerah kelenjar submandibula. Akan tetapi karena sinar-x arahnya oblik, maka gambaran anatomis rahang bawah yang terproyeksi mengalami distrosi. Indikasi:

Mendeteksi adanya dan posisi batu kelenjar liur di kelenjar submandibula. Menilai kedatangan gigi Molar-3 bawah impaksi dalam arah bucco lingual. Evaluasi adanya perluasan dan akspansi akibat tumor, kista atau kelainan tulang lainnya di daerah posterior sampai dengan angulus mandibula. 4. Menilai pergeseran yang terjadi pada fraktur mandibula bagian anterior dalam bidang horizontal.

Teknik pemotretan:
1.

Film ditempatkan di dalam mulut dengan sisi berwarna putih menghadap ke bawah diatas bidang oklusal gigi rahang bawah pada daerah yang diperiksa. Film diletakkan dengan sumbu panjang film dalam arah antero-posterior. Pasien diminta menggigit film dengan perlahan.

2. Kepala pasien bersandar, dan menengok ke arah berlawanan dengan sisi yang diperiksa dengan dagu diangkat.

3. Cone diarahkan ke atas dan depan dari belakang dan di bawah angulus mandibula sejajar permukaan lingual mandibula.

Gambar Rontgen Teknik Oklusla

Anda mungkin juga menyukai