Anda di halaman 1dari 26

Radiografi ekstra oral

Vania Mariska Putri 1306366634


Pendalaman departemen radiologi

1. Cephalometri
Radiografi cephalometri adalah foto radiografi kepala yang biasa
digunakan pada perawatan orthodonti untuk menganalisis hubungan gigi
terhadap rahang dan rahang terhadap seluruh skeletal wajah. Indikasi utama
dari foto cephalometri adalah untuk perawatan orthodonti dan bedah
ortognatik1.
a. Orthodonti untuk diagnosis awal, rencana perawatan, memonitori
perkembangan perawatan, penilaian hasil perawatan
b. Bedah ortognatik evaluasi preoperatif dari struktur skeletal dan
jaringan lunak, menentukan rencana perawatan, penilaian hasil
perawatan.
c. Identifikasi kelainan pada daerah tulang tengkorak
d. Dewasa ini cephalometri juga dapat berperan untuk melakukan analisis
perkembangan dan fungsi nasal cavities, nasopharynx dan oropharynx.
Terutama pada pasien dengan kebiasaan mouth breathing yang
berhubungan dengan tanda pertumbuhan wajah spesifik yang
merupakan manifestasi dari obstruksi jalur nafas4

Farman A. Panoramic radiology. 1st ed. Heidelberg: Springer; 2010.


Alat-alat pada foto cephalometri beragam tergantung pada jenis alatnya
namun komponen utama yang selalu ada antara lain1:
a. Cephalostat yang terdiri dari alat pemosisi dan stabilisasi kepala
dengan ear rod, casette holder, dan fixed anti-scatter grid.
b. Casette (ukuran 18 x 24 cm)
c. Alumunium wedge filter yang terletak diantara pasien dan bagian
anterior casette. Berfungsi untuk melemahkan sinar X-ray pada regio
tertentu yang terdapat jaringan lunak wajah karena jaringan ini kurang
padat untuk dapat terlihat pada film radiografis.
d. X-ray generating apparatus yang berada pada posisi tetap relatif
terhadap cephalostat (kurang lebih 2 m) dan pada film.

Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And Radiology. 3rd ed.
London: Elsevier, 2002.

1.1 Cephalometri lateral


Syarat cephalometri lateral adalah film harus parallel terhadap bidang
sagittal pasien dan sinar X-ray tegak lurus dengan film. Berikut adalah
teknik dan posisi pasien yang tepat untuk menghasilkan foto cephalometri
lateral yang baik1:
Pasien diposisikan pada cephalostat dengan sagittal plane
kepala vertical dan parallel terhadap film dan Frankfort plane
horizontal (FHP)
Stabilisasi kepala pasien dengan cara memasukkan ear rods
plastic kedalam external auditory meati
Alumunium wedge diposisikan untuk menutup bagian anterior
dari film
Alat di desain untuk memastikan agar ketika pasien diposisikan
dengan benar, sinar x-ray akan horizontal dan berpusat pada ear
rods.
Exposure : 90-100 kV, 10 mA, 1,5-2 s
Berikut adalah struktur anatomis yang tercakup pada gambaran
cephalometri2:

White, Stuart C, and Michael J Pharoah. Oral Radiology. 1st ed. St. Louis: Elsevier Mosby, 2000.
Cephalometri lateral menunjukkan struktur anatomis yang berguna
dalam menentukan perawatan orthodonti. Struktur anatomis ini
kemudian dapat dijiplak (tracing) menggunakan kertas kalkir atau
kertas asetat sehingga didapatkan pengukuran untuk menentukan
rencana perawatan orthodonti. Berikut adalah titik-titik yang menjadi
acuan untuk melakukan analisis cephalometri
Sella (S) bagian tengah sella tursica
Orbitale (Or) bagian terbawah dari margin infraorbital
Nasion (N) bagian paling anterior dari sutura frontonasal.
Anterior nasal spine (ANS) ujung anterior nasal spine
Subspinale (A) bagian terdalam dari midline berada diantara
ANS dan Pr
Prosthion (Pr) bagian paling anterior dari alveolar crest
premaksila biasanya ada diantara insisiv atas
Infradetnale (Id) bagian paling anterior dari alveolar crest
biasanya berada diantara Insisiv bawah.
Supramentale (B) bagian terdalam dari outline tulang berada
di antara Id dan Pog
Pogonion (Pog) bagian paling anterior dari dagu
Gnathion (Gn ) bagian paling anterior dan inferior dari dagu.
Berada di antara titik Pog dan Me
Menton (Me) bagian terbawah dari dagu / simfisis
mandibula
Gonion bagian paling lateral dari titik eksternal ramus
mandibula
Posterior Nasal Spine (PNS) ujung posterior spine dari
tulang palatinus pada palatum keras
Articulare (Ar) poin interseksi dari konur dorsal posterior
border mandibula dan tulang temporal
Porion (Po) bagian paling atas dari external auditori meatus.
Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And Radiology. 3rd ed.
London: Elsevier, 2002.

Sedangkan untuk sudut dan bidang pada cephalometri antaralain1:


Frankfort plane garis yang menghubungkan porion dengan
orbitale
Mandibular plane garis tangen atau garis yang sejajar
dengan batas mandibula
Maxillary plane garis yang menghubungkan antara anterior
nasal spine dengan posterior nasal spine
SN plane garis yang menghubungkan sella dan nasion
SNA garis yang menghubungkan Sella, nasion, dan
subspinale. Membentuk posisi maksila terhadap basis kranii
SNB garis yang menghubungkan sella, nasion, dan
supramentale. Membentuk posisi mandibula terhadap basis
kranii
ANB membentuk posisi maksila terhadap mandibula
Maxillary incisal inclination sudut antara sumbu gigi insisiv
rahang atas dengan bidang maksila
Mandibular incisal inclination sudut antara sumbu gigi
insisiv rahang bawah dengan bidang mandibula

Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And Radiology. 3rd ed.
London: Elsevier, 2002.
Evaluasi mutu cephalometri lateral:
Obyek tercakup, detail, kontras, ketajaman baik
Sella tursica berhimpit
Tepi bawah mandibula berhimpit
Orbita berhimpit
Porion terlihat
M1 rahang atas dan rahang bawah oklusi serta M1 kanan dan kiri
berhimpit
Bayangan jaringan lunak terlihat
FHP sejajar lantai, tulang servikal lurus
1.2 Cephalometric postero-anterior
Cephalometric postero-anterior digunakan untuk melakukan pemeriksaan
terhadap asimetri wajah dan perbandingan preoperatif dan postoperatif
pada tindakan bedah ortognatik yang meliputi mandibula, trauma, dan
kelainan tumbuh kembang7. Teknik dan posisi pasien:
Head-stabilizing apparatus yang terdapat pada cephalostat di putar
90
Pasien diposisikan pada apparatus dengan FHP tegak lurus film
dan film berada di depan wajah pasien tegak lurus midsagital
plane.
Kepala di imobilisasi dengan memasukkan ear rods kedalam
external auditory meati.
Sinar x-ray tegak lurus film.
Exposure : 100-120 kV, 10 mA, 1,5-2 s

White, Stuart C, and Michael J Pharoah. Oral


Radiology. 1st ed. St. Louis: Elsevier Mosby, 2000.
Struktur anatomis cephalomery Postero-anterior:

White, Stuart C, and Michael


J Pharoah. Oral Radiology.
1st ed. St. Louis: Elsevier
Mosby, 2000.

Postero-anterior of the skull (PA Skull) & Postero-anterior of the jaws


(PA jaws/PA mandible)
Indikasi cephalometri PA skull antara lain untuk melihat fraktur pada
tulang tengkorak, investigasi sinus frontal, kondisi yang
mempengaruhi kranium (pagets disease, multiple myeloma,
hyperparathyroidism) dan kalsifikasi intracranial. Sedangkan untuk
indikasi PA jaws antara lain untuk melihat fraktur mandibula pada
bagian posterior 1/3 badan mandibula, angulus, ramus, leher kondil
bawah, untuk melihat lesi (kista atau tumor) pada 1/3 posterior badan /
ramus mandibula, hypoplasia/hiperplasia mandibula, deformitas
maksilofasial.2,9
Keduanya memiliki teknik dan posisi pasien yang hampir sama, namun
perbedaannya ada pada arah sinar-X nya.
Teknik dan posisi PA skull posisikan pasien dengan canthomeatal
line tegak lurus film dan kepala dimiringkan kedepan sehingga dahi
dan ujung hidung menyentuh film. Sinar x-ray horizontal (0) dan
melalui occiput
Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And Radiology.
3rd ed. London: Elsevier, 2002.

Teknik dan posisi PA jaws sama dengan PA skull namun sinar x-


ray horizontal (0) dan sinar datang melalui tulang cerical sejajar pada
ramus mandibula
Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And Radiology.
3rd ed. London: Elsevier, 2002.

Dewasa ini digital cephalometry lebih sering digunakan dalam bentuk


penyimpanan dokumen yang paperless. Selain itu, analisis cephalometri juga dapat
dilakukan secara digital menggunakan program Nemoceph Nx dan berdasarkan
penelitian, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengukuran cephalometri
dengan teknik manual atau digital. Kelebihan digital cephalometry adalah
penyimpanannya yang tidak dalam bentuk fisik sehingga mencegah hilangnya
dokumen dan analisis cephalometri yang lebih cepat dibandingkan manual (efisiensi
waktu).6
Evaluasi mutu cephalometri Postero-Anterior:
Obyek tercakup, kontras, detil, ketajaman baik.
Proporsional antara wajah atas dan bawah serta bentuk dan ukuran gigi
Sinus frontal dan septum nasal terlihat jelas
Simetris
Outline mandibula kiri dan kanan sama jelas
Ridge petrous terletak pada 1/3 bawah orbita.
2. Dental Panoramic
Foto panoramik adalah teknik yang dapat menunjukkan struktur fasial
yang didalamnya termasuk lengkung gigi rahang atas maupun rahang bawah
beserta struktur pendukungnya dalam satu foto radiografis. Berikut adalah
kelebihan dari dental panoramic1,2:
Cakupan yang luas dari tulang fasial dan gigi geligi sehingga dapat
digunakan untuk evaluasi status orthodontic, periodontal, fraktur, dan
mengetahui kelainan yang tidak terdeteksi.
Dosis radiasi yang rendah berdasarkan penelitian, eksposure radiasi
dari alat foto panoramik dapat dikurangi dengan menggunakan film
yang lebih kecil, pengaturan tinggi sinar x-ray, dan pengaturan posisi
pasien yang tepat.7
Pemeriksaan yang nyaman bagi pasien
Dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa membuka mulutnya
Waktu yang singkat (biasanya hanya membutuhkan kurang lebih 3-4
menit)
Teknik yang sederhana
Memposisikan pasien relatif mudah
Sebagai alat edukasi yang berguna untuk pasien karena lebih mudah
untuk dipahami pasien
Kedua kepala kondil terlihat dalam satu film sehingga mempermudah
perbandingan
Sedangkan untuk kekurangan dari dental panoramic1,2:
Kurang dapat menampilkan struktur anatomis yang detail seperti pada
foto intraoral periapikal
Kurang dapat mendeteksi lesi karies yang kecil, struktur marginal
periodonsium, atau kelainan periapikal
Permukaan proksimal gigi premolar biasanya tampak bertumpuk
(overlap).
Jaringan lunak, bayangan artefaktual dapat menumpuk struktur
jaringan keras.
Kurang cocok untuk pasien dibawah usia 5 tahun karena membutuhkan
pasien yang dapat diam.

Menurut Rushton, faktor yang mempengaruhi dokter gigi untuk


melakukan foto panoramik secara umum adalah untuk melakukan
perencanaan tindakan bedah mulut, trauma wajah, penyakit periodontal,
melihat tumbuh kembang gigi geligi, sebagai general screen, dan melihat
gigi yang belum erupsi5.
Indikasi dilakukannya dental panoramic antara lain adalah sebagai bagian
dari pemeriksaan orthodonti untuk mengetahui ada/tidaknya suatu gigi dan
melihat pertumbuhan gigi geligi, memeriksa lesi pada tulang atau gigi yang
belum erupsi namun terlalu besar untuk dilakukan analisis menggunakan film
intraoral, untuk evaluasi dan persiapan tindakan bedah mulut, pemeriksaan
kerusakan tulang pada penyakit periodontal ketika saat pemeriksaan terdapat
pocket sedalam 5 mm, penilaian untuk perawatan gigi molar ketiga,
mengevaluasi fraktur pada mandibula, kelainan pada permukaan artikular dari
TMJ, dan evaluasi ketinggian tulang elveolar sebagai perencanaan sebelum
dilakukan implant.
Terdapat tiga komponen utama dari mesin dental panoramic antara lain
adalah X-ray tubehead yang akan mengeluarkan sinar X-ray yang diposisikan
8 terhadap horizontal, casette carrier yang merupakan tempat film, serta alat
untuk memposisikan pasien.

Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And Radiology.
3rd ed. London: Elsevier, 2002.

Tube X-ray akan berputar dari belakang kepala pasien dan cassette carrier
akan bergerak searah dengan tube X-ray sedangkan film yang berada dalam
casette carrier bergerak berlawanan arah dari tube X-ray.
Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And Radiology.
3rd ed. London: Elsevier, 2002.
Teknik memposisikan pasien berbeda-beda tergantung bentuk mesin dental
panoramic. Namun terdapat beberapa syarat umum yang berlaku pada semua jenis
mesin, yaitu1,2:
Pasien harus melepas semua anting, kalung, perhiasan lainnya, jepit
rambut, gigi tiruan, kacamata, dan alat ortho lepasan
Jelaskan prosedur dan pergerakan alat kepada pasien.
Tidak perlu menggunakan apron
Posisikan pasien sesuai dengan light-beam marker dan alat pemosisi
kepala.
o Posisi anteroposterior didapatkan dengan menginstruksikan pasien
untuk mengigit cotton roll yang diletakkan pada gigi anterior,
pastikan pasien tidak mengubah posisi saat foto berlangsung.
o Midsagital plane harus berada di tengah unit x-ray.
o Dagu dan occlusal plane pasien harus diposisikan sedemikian rupa
untuk mencegah distorsi. Occlusal plane berada pada sudut 20-30
dibawah horizontal plane. Posisikan dagu hingga garis tragus
hingga sudut mata berada paralel terhadap lantai.
o Setelah pasien diposisikan instruksikan pasien untuk menelan dan
tahan lidah pasien pada langit-langit mulut.
Pengaturan exposure berada pada 70-100 kV dan 4-12 mA.
Berkut adalah anatomi yang tercakup dalam foto panoramik:
Gigi - geligi
Ghost / artefactual shadows
1. Palate
2. Mandibula
3. Cervical vertebrae

Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And Radiology.
3rd ed. London: Elsevier, 2002.

Jaringan keras dan jaringan lunak


1. Jaringan keras
a. Nasal septum
b. Middle and inferior turbinates
c. Orbital margin
d. Hard palate
e. Foor of antrum
f. Zygomatic arch
g. External auditory meaus
h. Mastoid process
i. Styloid process
j. Hyoid
k. Plastic head support
2. Jaringan lunak
a. Nasal cartilages
b. Ear lobe
c. Soft palate
d. Dorsum of tongue
e. Oropharnyx
f. Naso-labial fold
g. Mulut
Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And Radiology.
3rd ed. London: Elsevier, 2002.

Maksilla / midfacial, dan struktur anatomis tulang


1. Articular tuberkel dari tulang temporal
2. Zygomatic arch
3. Prosesus zygomatikus dari maksila
4. Pterygomaksilari fissue
5. Orbital rim
6. Interior nasal concha
7. Nasal septum
8. Anterior nasal spine
9. Dasar sinus maksila
10. Molar ketiga yang akan erupsi
11. Lubang telinga
12. Cervical vertebra
Mandibula
1. Kondil mandibula
2. Leher kondil mandibula
3. Prosesus koronoideus
4. Ghost image - aspek posterior dari batas inferior mandibula
5. Inferior alveolar canal
6. Batas inferior mandibula
7. Bayangan superimposed dari tulang cervikal
8. Foramen mental
9. Submandibular fossa
10. Angulus mandibula
11. Eksternal oblique ridge
12. Sigmoid notch

Farman A. Panoramic radiology. 1st ed. Heidelberg: Springer; 2010 .


Evaluasi mutu dental panoramic:
Obyek tercakup dari TMJ hingga tepi bawah mandibula
Kontras detil ketajaman baik
Kejelasan tiga regio, kondil kanan-kiri, dan gigi anterior.
Simetris sudut mandibula kiri dan kanan sama jelas
Septum nasal dan palatum durum jelas
Gigi anterior hingga posterior proporsional dan sama jelas
Tidak ada ghost image atau superimpose
Batas inferior orbita terlihat jelas
Tepi bawah mandibula tidak datar

White, Stuart C, and Michael J Pharoah. Oral Radiology. 1st ed. St. Louis: Elsevier Mosby, 2000.

3. Processing & errors


Pencucian film ekstraoral kurang lebih sama dengan film intra oral, proses
tersebut meliputi3:
Developer celupkan film pada developer hingga tampak
gambaran kontras pada film. Pada tahap ini terjadi perubahan hasil
penyinaran yaitu butir-butir perak halida didalam emulsi yang telah
mendapat penyinaran berubah menjadi logam silver sehingga
nampak adanya penghitaman bagian yang terpapar sinar-x sesuai
dengan intensitas cahaya yang diterima film. Komposisi larutan
developer adalah ellon/metol/hydroquinone yang berfungsu untuk
mereduksi bagian-bagian emulsi film menjadi logam silver, sodium
sulfite yang berperan untuk mencegah oksidasi dari developer,
sodium carbonat yang membantu aktifitas hydroquinone, dan
potassium bromide untuk mengontrol aktifitas developing dan
mencegah terjadinya chemical fog. Temperatur dan lama
pencelupan film radiograf yang tepat adalah suhu 80F selama 2,5
menit, 75F selama 3 menit, 70F selama 4 menit, 68F selama 4,5
menit, dan 60F selama 6 menit,
Washing celupkan film pada air untuk menghilangkan sisa
developer. Karena jika larutan developer masih ada ketika film
dicelupkan dalam fikser maka akan membentuk dichroic fog.
Fixer celupkan film pada fixer selama 10-15 menit hingga film
tampak jelas dan sudah tidak berwarna kebiruan/hijau. Fixer
mengandung sodium thiosulfate yang berfungsi membersihkan
sisa-sisa larutan developer, sodium sulfate untuk melindungi
dekomposisi bahan sodium sulfate, alumunium sulfate untuk
mengeraskan gelatin dan acetic acid yang bersifat asam. Tujuan
dari tahap fiksasi ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang
dilakukan oleh developer, memberikan perlindungan terhadap
kerusakan, dan mengendalikan akibat dari penyerapan uap air.
Rinse film dibersihkan di air mengalir dan dicelupkan pada air
selama 10-15 menit untuk membersihkan fixer hingga tidak terasa
licin lagi.
Keringkan film dengan lap/kanebo selanjutnya dapat dikeringkan
dengan hairdryer.

Pemrosesan film panoramik membutuhkan prosedur kamar gelap spesial


karena film ini lebih sensitif terhadap cahaya dibandingkan film intraoral
terutama setelah eksposure. Filter kodak GBX-2 dapat dipasang dengan lampu
15-watt kurang lebih 4 kaki dari working surface. Teknik developing, bilas,
dan fixer sama dengan film intraoral.
Dewasa ini radiografi ekstraoral dapat diproses secara digital. Jika ingin
melakukan perubahan dari radiografi konvensional ke digital maka yang dapat
dilakukan adalah membeli mesin radiografi terintegrasi sistem digital atau
tetap menggunakan mesin panoramik yang lama namun menggunakan
bantuan transparency scanner, photostimulable phosphor plates, dan solid state
digital detector systems.
Berikut adalah kelebihan dan kelemahan dari masing-masing film konvensional
dengan film digital:
Kelebihan film radiografi konvensional8:
Prosesing manual lebih murah (low intial cost)
Teknik yang paling banyak digunakan
Tidak memerlukan perubahan atau pelatihan tambahan
Output sudah terbukti
Jika diproses dengan optimal menghasilkan foto yang jelas dan sangat baik
untuk diagnostik
Diterima secara luas
Kelemahan film radiografi konvensional8:
Memerlukan persiapan kamar gelap, alat-alat prosesing, dan processing
solution
Manual film processing memakan waktu dan mesin automatic processing
membutuhkan maintenance
Rentan terhadap kesalahan pada saat processing terutama pada manual
processing
Procesing solution yang telah terpakai bersifat toksik bagi lingkungan
Penyimpanan film radiografis dapat menimbulkan masalah

Kelebihan digital x-ray imaging:


Menghemat waktu karena tidak memerlukan chemical processing
Kualitas lebih konsisten
Mempermudah komunikasi dengan pasien
Penyimpanan lebih mudah
Lebih mudah untuk membuat duplikasi yang sempurna
Eliminasi bahan kimia toksik bagi lingkungan

Kelemahan digital x-ray imaging:


Memerlukan tambahan initial cost karena perlu membeli alat untuk digital
imaging
Memerlukan tambahan komputer, monitor, networking, dan backup storage
Detectors (solid state dan phosphor systems) relatif mahal ($15.000 - $25.000)
Perubahan sistem, prosedur, dan operasi membutuhkan waktu untuk pelatihan
tambahan

Berikut adalah kesalahan yang dapat terjadi pada foto panoramik1.

Kesalahan posisi Hasil foto


Pasien terlalu jauh dari film Gigi anterior tampak melebar dan buram
Pasien terlalu dekat dengan film Gigi anterior tampak mengecil dan buram
Posisi pasien asimetris (kepala bergerak Gigi posterior membesar pada satu sisi
ke kanan/kiri) dan mengecil pada sisi lainnya
Dagu pasien terlalu tinggi Occlusal plane akan tampak datar dan
mandibula tampak terdistorsi.
Dagu pasien terlalu rendah Gigi tampak overlap, bagian symphysis
mandibula akan terpotong dari film, dan
tampak distorsi gigi anterior.
Pasien menggunakan perhiasan, gigi Tampak bayangan artefaktual
palsu, alat orthodonti
Pasien bergerak Distorsi horizontal / vertikal

Pada setiap foto panoramik pasti akan nampak ghost image. Biasanya ghost image
merupakan struktur anatomi normal. Contohnya pada pasien edentulus, pasien
memiliki jaringan lunak yang tipis sehingga ghost image dari ramus mandibula
kontralateral juga terlihat. Munculnya ghost image bukan merupakan kesalahan
teknik, namun merupakan suatu hal yang normal ketika menggunakan foto panoramik
pada beberapa pasien. Gambaran ghost image dapat dikurangi dan dicegah.
Contohnya pada ghost image tulang leher dapat diminalisir dengan meminta pasien
untuk berdiri atau duduk tegak dengan leher mereka lurus dan terekstensi.8

Farman A. Panoramic radiology. 1st ed. Heidelberg: Springer; 2010.

Penggunaan apron pada foto panoramik juga sudah tidak diperlukan lagi di beberapa
negera. Jika menggunakan apron harap diperhatikan area pemasangannya karena
dapat menimbulkan defek pada hasil foto radiograf. Apron sebaiknya digunakan
dibagian punggung pasien dan pastikan terpasang dengan sempurna pada pundak
pasien.8
Contoh defek karena penggunaan apron:

Farman A. Panoramic radiology. 1st ed. Heidelberg: Springer; 2010.

contoh kegagalan melepas GTSL dan alat ortho:

Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And Radiology. 3rd ed.
London: Elsevier, 2002.
contoh pasien yang bergerak saat foto:

Whaites, Eric, and Nicholas Drage. Essentials Of Dental Radiography And


Radiology. 3rd ed. London: Elsevier, 2002.

contoh kesalahan posisi kepala pasien yang terlalu ke kiri:

White, Stuart C, and Michael J Pharoah. Oral Radiology. 1st ed. St. Louis: Elsevier Mosby, 2000.
Contoh kesalahan posisi leher pasien:

Kesalahan yang umum terjadi pada pengambilan foto cephalometri:


1. Posisi gigitan pasien tidak pada oklusi sentris
2. Kesalahan pada processing
3. Kesalahan pada saat exposure sinar X overexposed/underexposed
4. Distorsi cephalogram dapat diatasi dengan mengatur jarak sinar x dengan film
5. Kesalahan pada saat tracing

Contoh berbagai macam posisi pada saat foto cephalometry lateral:

Torres F, Yamazaki M, Jias R, Paranhos L, Rode S, Siqueira D et al.


Evaluation of the Cervical Vertebrae Maturation Index in Lateral Cephalograms Taken in Different
Head Positions. Brazilian Dental Journal. 2013;24(5):462-466.
Referensi:
1. Whaites E, Drage N. Essentials of dental radiography and radiology. 3rd
ed. London: Elsevier; 2002.
2. White S, Pharoah M. Oral radiology. 1st ed. St. Louis: Elsevier Mosby;
2000.
3. M. Woodward T. Dental Radiology. Elsevier. 2009;.
4. Preston C, Lampasso J, Tobias P. Cephalometric evaluation and
measurement of the upper airway. Seminars in Orthodontics.
2004;10(1):3-15.
5. Rushton V, Horner K, Worthington H. Factors influencing the selection of
panoramic radiography in general dental practice. Journal of Dentistry.
1999;27(8):565-571.
6. Esteva Segura F, Snchez Valverde A, Melndez Ocampo A, Cedillo
Angelares P. Comparative study between digital and manual cephalometry
with digital radiographs. Revista Mexicana de Ortodoncia. 2014;2(2):e93-
e96.
7. J.block A, A. Goepp R, W. Mason E. Thyroid radiation dose during
panoramic and cephalometric dental x-ray examination. Angle. 2017;
8. Torres F, Yamazaki M, Jias R, Paranhos L, Rode S, Siqueira D et al.
Evaluation of the Cervical Vertebrae Maturation Index in Lateral
Cephalograms Taken in Different Head Positions. Brazilian Dental
Journal. 2013;24(5):462-466.
9. Farman A. Panoramic radiology. 1st ed. Heidelberg: Springer; 2010.

Anda mungkin juga menyukai