Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MACAM – MACAM BAHAN PENGISI SALURAN AKAR DALAM


PERAWATAN PULPEKTOMI PADA GIGI DESIDUI

Disusun Oleh:
Syamsul Bachri
121611101063

Instruktur :
drg. Roedy Budirahardjo, M.Kes. Sp.KGA.

BAGIAN PEDODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2017

1
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL. ....................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................4
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................4
1.4 Manfaat Makalah.......................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
2.1 Pulpektomi.................................................................................5
2.2 Macam-macam Bahan Pengisi..................................................8
BAB 3. PEMBAHASAN...............................................................................16
BAB 4. KESIMPULAN.................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................25

2
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terbukanya pulpa paling sering disebabkan oleh karies, tetapi dapat pula
disebabkan oleh trauma atau selama preparasi kavitas. Terbukanya pulpa oleh karies
paling sering terjadi pada gigi sulung karena gigi susu mempunyai rongga pulpa yang
relative lebih besar, tanduk pulpa lebih menonjol dan email serta dentin yang lebih
tipis. Pulpa yang terbuka menjadi jalan masuk mikroorganisme yang dapat
menyebabkan inflamasi, dan bila berlanjut mengakibatkan pulpa menjadi nekrosis.
Nekrosis pulpa adalah keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mati sebagai sistem
pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa
yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-
sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar
pulpa yang masih hidup (Pediarahma, 2014).
Perawatan pulpektomi gigi sulung yang nekrotik merupakan salah satu upaya
untuk mempertahankan gigi sulung sampai saatnya diganti oleh gigi permanen
pengganti. Perawatan pulpektomi gigi sulung nekrotik diindikasikan pada gigi sulung
nekrotik tanpa peradangan periapikal, mahkota gigi mendukung sterilisasi dan dapat
direstorasi serta resorbsi akar kurang dari sepertiga akar. Selain indikasi tersebut,
kesehatan umum, kebersihan rongga mulut serta sikap kooperatif pasien sangat
mendukung keberhasilan perawatan. Perawatan pulpektomi terdiri dari beberapa
tahap yakni persiapan gigi, sterilisasi, pengisian dan restorasi. Kesulitan utama adalah
dalam hal mempersiapkan gigi, hal ini dihubungkan dengan masa perkembangan gigi
sulung dan permanen, anatomi serta histologi gigi sulung. Prinsip pembersihan
saluran akar gigi sulung adalah membuang jaringan nekrotik sejauh mungkin dalam
saluran akar tanpa mengganggu gigi permanen pengganti. Demikian juga dengan
teknik pengisiannya, sehingga beberapa teknik perawatan pulpektomi gigi sulung
beberda dengan gigi permanen (Yanti, 2015).

3
Keberhasilan perawatan endodontik tergantung dari reduksi atau eliminasi
bakteri pada saluran akar dan dapat ditingkatan dengan penggunaan bahan pengisi
saluran akar yang bersifat antimikroba.6 Bahan pengisi saluran akar yang ideal untuk
pulpektomi pada molar desidui harus memiliki beberapa sifat, seperti antibaketrial,
dapat diresorpsi pada tingkat yang sama seperti resorpsi akar, tidak berbahaya untuk
benih gigi permanen, tidak mengiritasi jaringan periapikal, mudah digunakan, dan
lain-lain (Bahrololoomi, 2015). Oleh karena itu, penting untuk mengetahui macam-
macam bahan yang dapat digunakan untuk pengisian dalam perawatan pulpektomi
pada gigi sulung serta pertimbangan dalam pemilihan bahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada makalah ini adalah
Macam-macam bahan pengisi saluran akar pada perawatan pulpektomi pada
gigi desidui.

1.3 Tujuan Makalah


Tujuan makalah ini adalah apakah terdapat perbedaan dan pertimbangan
dalam pemilihan macam-macam bahan pengisi saluran akar pada perawatan
pulpektomi pada gigi desidui.

1.4 Manfaat Makalah


Menambah pengetahuan dan informasi mengenai macam-macam bahan yang
digunakan untuk pengisian saluran akar pada perawatan pulpektomi pada gigi
desidui.

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pulpektomi
Pulpektomi adalah pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan
saluran akar. Pada gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara mekanis
tidak memungkinkan sehubungan bentuk morfologi saluran akar yang kompleks.
Pulpektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, pulpektomi vital, pulpektomi devital, dan
pulpektomi non vital. Indikasi perawatan pulpektomi adalah gigi sulung dengan
infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau non vital. Resorpsi akar kurang dari
1/3 apikal. Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar. Kelanjutan perawatan jika
pulpotomi gagal. Kontra indikasinya adalah bila kelainan sudah mengenai periapikal.
Resorpsi akar gigi yang meluas. Kesehatan umum tidak baik. Pasien tidak koperatif.
Gigi goyang disebabkan keadaan patologis (Curzon, 1996).

Pilihan kasus pulpektomi untuk gigi sulung yaitu pada gigi yang pulpanya
telah mengalami infeksi dan jaringan pulpa di saluran akar masih vital. Jika dibiarkan
dalam keadaan ini pulpa mengalami degenerasi/nekrosis yang akan menimbulkan
tanda dan gejala negatif, keadaan akan berkelanjutan. Pulpektomi masih dapat
dilakukan tetapi keberhasilannya akan menurun karena degenerasi pulpa bertambah
luas (Andlaw, 1993).

Pulpektomi dilakukan dengan beberapa prosedur yaitu, untuk gigi sulung vital
1 kali kunjungan dan untuk gigi sulung non vital beberapa kali kunjungan. Teknik
pulpektomi disebut partial atau total tergantung penetrasi instrumen saluran akar.
Bahan pengisi saluran akar ZnO eugenol, dan kalsium hidroksid. Syarat bahan
pengisi saluran akar gigi sulung adalah dapat diresorpsi sesuai kecepatan resorpsi
akar, tidak merusak jaringan periapikal,dapat diresorpsi bila overfilling, bersifat
antiseptik. bersifat hermetis dan radiopak, mengeras dalam waktu yang lama, tidak
menyebabkan diskolorasi. Hal-hal yang harus diperhatikan pada perawatan

5
pulpektomi, diutamakan memakai file daripada reamer memakai tekanan yang ringan
untuk menghindari pengisian saluran akar yang berlebihan (overfilling), diutamakan
sterilisasi dengan obat-obatan daripada secara mekanis, pemakaian alat-alat tidak
sampai melewati bagian apikal gigi (Mathewson, 1995).

Pulpektomi vital adalah pengambilan seluruh jaringan dalam ruang pulpa dan
saluran akar secara vital.Indikasinya antara lain insisivus sulung yang mengalami
trauma dengan kondisi patologis, molar sulung kedua, sebelum erupsi molar
permanen pada umur 6 tahun, tidak ada bukti kondisi patologis dengan resorpsi akar
yang lebih dari 2/3. Teknik pulpektomi vital pada gigi molar sulung yaitu foto ronsen,
anestesi lokal dan isolasi daerah kerja, preparasi kavitas sesuai dengan lesi karies,
untuk mengangkat sisa–sisa karies dan debris pada ruang pulpa dipakai bur besar dan
bulat. Periksa apakah semua jaringan pulpa koronal telah terangkat, setelah ruang
pulpa terbuka, perdarahan dievaluasikan dan eksudasi purulent. Jaringan pulpa
diangkat dengan file endodontik, mulai dengan file ukuran no.15 dan diakhiri dengan
no.35. Pada gigi sulung, preparasi dilakukan hanya untuk mengangkat jaringan pulpa,
bukan untuk memperluas saluran akar. Irigasi saluran akar dengan bahan H2O2 3%.
Keringkan dengan gulungan kapas kecil dan paper point. Jangan sekali-kali
mengalirkan udara langsung ke saluran akar, apabila perdarahan terkontrol dan
saluran akar sudah kering maka saluran akar diisi dngan semen zink oksid eugenol.
Campur pada pad, angkat dengan amalgam carrier dan masukkan ke dalam ruang
pulpa, gunakan amalgam plugger dan berikan tekanan secara konstan untuk
memadatkan semen zink oksid eugenol (Welbury, 2003).

Metode alternatif lainnya adalah menggunakan campuran tipis zink oksid


eugenol pada file atau paper point dan menempatkannya pada saluran akar. Bentuk
campuran tebal zink oksid eugenol seperti cone dan padatkan pada saluran akar
dengan menggunakan gulungan kapas lembab sebagai kondensor. Foto ronsen untuk
memastikan bahwa saluran akar sudah terisi dengan zink oksid eugenol. Karena

6
kalsifikasi saluran akar, zink oksid eugenol tidak mencapai apeks gigi, tetapi gigi-
geligi ini sering tetap berfungsi sebelum molar permanen pertama erupsi. Pasien
diminta datang lagi dalam satu atau dua minggu untuk mengevaluasi keberhasilan
perawatan. Gigi–geligi yang menunjukkan gejala bebas penyakit secara klinis dan
radiografis dengan eksfolisasi dalam batas–batas waktu normal dianggap sukses
(Welbury, 2003).

Pulpektomi devital adalah pengambilan seluruh jaringan pulpa dalam ruang


pulpa dan saluran akar yang lebih dahulu dimatikan dengan bahan devitalisasi pulpa.
Indikasinya adalah dilakukan pada gigi posterior sulung yang telah mengalami
pulpitis, atau dapat juga pada gigi anterior sulung pada pasien yang tidak tahan
terhadap anestesi. Pemilihan kasus untuk perawatan pulpektomi devital ini harus
benar–benar dipertimbangkan dengan melihat indikasi dan kontra indikasinya.
Perawatan pulpektomi devital pada gigi sulung menggunakan bahan devitalisasi yang
mengandung para formaldehid seperti toxavit dan lain–lain (Finn, 2003).

Kunjungan pertama, foto ronsen dan isolasi daerah kerja, karies diangkat
dengan ekskavitas atau bur dengan kecepatan rendah, letakkan para formaldehid
sebagai bahan devitalisasi kemudian ditambalkan sementara. Kunjungan kedua
(setelah 7–10 hari), tambalan sementara dibuka dilanjutkan dengan instrumen saluran
akar dengan file Hedstrom. Pemakaian Reamer tidak dianjurkan. Irigasi dengan
H2O2 3% keringkan dengan kapas. Beri bahan obat antibakteri formokresol atau
CHKM dan ditambal sementara. Kunjungan ketiga (setelah 2-10 hari), buka tambalan
sementara jika tidak ada tanda–tanda dapat dilakukan. Pengisian saluran akar dengan
salah satu bahan ZnO dan formokresol eugenol (1:1) atau ZnO formokresol, atau
pasta ZnO eugenol (Mathewson, 1995).

Gigi sulung yang dirawat pulpektomi non vital adalah gigi sulung dengan
diagnosis gangren pulpa atau nekrosis pulpa. Indikasinya adalah mahkota gigi masih
dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik, gigi tidak goyang dan

7
periodontal normal, belum terlihat adanya fistel, foto ronsen, resorpsi akar tidak lebih
dari 1/3 apikal, tidak ada granuloma pada gigi-geligi sulung. kondisi pasien baik, dan
keadaan sosial ekonomi pasien baik. Kontra indikasi adalah gigi tidak dapat
direstorasi lagi, kondisi kesehatan pasien jelek, mengidap penyakit kronis seperti
diabetes, TBC dan lain-lain. Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma
(kista) yang sukar dibersihkan (Taringan, 2004).

Kunjungan pertama, Ro-foto dan isolasi daerah kerja, buka atap pulpa dan
setelah ruang pulpa terbuka, jeringan pulpa diangkat dengan file Hedstrom, instrumen
saluran akar pada kunjungan pertama tidak dianjurkan jika ada pembengkakkan, gigi
goyang atau ada fistel, irigasi saluran akar dengan H2O2 3% keringkan dengan
gulungan kapas kecil. Obat anti bakteri diletakkan pada kamar pulpa formokresol
atau CHKM dan diberi tambalan sementara. Kunjungan kedua (setelah 2–10 hari),
buka tambalan sementara. Jika saluran akar sudah kering dapat diisi dengan ZnO dan
eugenol formokresol (1:1) atau ZnO dan formokresol, kemudian tambal sementara
atau tambal tetap. Jumlah kunjungan, waktu pelaksanaannya dan sejauh mana
instrumen dilakukan ditentukan oleh tanda dan gejala pada tiap kunjungan. Artinya
saluran akar diisi setelah kering dan semua tanda dan gejala telah hilang (Fijriani,
2013).

2.2 Macam-macam Bahan Pengisi


Perkembangan anatomi dan fisiologi gigi sulung berbeda dengan gigi
permanen sehingga kriteria bahan pengisi saluran akar juga berbeda. Syarat yang
ideal untuk bahan pengisi saluran akar gigi sulung antara lain dapat diresorbsi sesuai
dengan proses resorbsi akar gigi sulung, tidak mengiritasi jaringan periapical dan
benih gigi permanen, bila overfilling dapat diresorbsi tubuh, bersifat antiseptic,
mudah cara pengisiannya, melekat pada dinding saluran akar, tidak mengkerut,
mudah dibuang bila perlu, radiopak, dan tidak menyebabkan perubahan warna gigi.

8
Bahan-bahan yang hampir memenuhi syarat tersebut dan sering digunakan di bidang
kedokteran gigi adalah pasta Zinkokside-eugenol, pasta Iodoform, dan Kalsium
Hidroksida (Ca(OH)2 ).

a. Zink Oxide Eugenol (ZOE)


ZOE adalah bahan yang dibuat dari kombinasi seng oksida (zinc
oxide) dan eugenol yang terkandung dalam minyak cengkeh. ZOE
sebagai bahan pengisi digunakan dalam bentuk sediaan pasta dan produk
lainnya tersedia dalam bentuk powder dan liquid yang memiliki komposisi
sebagai berikut.
Komposisi % Berat
Powder
Zinc oxide 69
Zinc acetate 0.7
White resin 29
Zinc stearate 1
Liquid
Oil of cloves 78
Canada balsam 22

Penambahan bahan lain ke dasar campuran ZOE merupakan upaya


untuk meningkatkan kekuatan dan radiopasitas seperti penambahan bubuk
silver dan resin yang meningkatkan karakteristik pengadukkan dan
memperlama setting. Sedangkan penambahan Canada balsam sering
digunakan untuk meningkatkan aliran dan meningkatkan sifat
pencampuran. Indikasi penggunaan ZOE adalah dalam perawatan pulpa
nekrosis, pulpotomi atau pulpektomi (Chen, 2005).

9
Keuntungan dari bahan pengisi saluran akar bentuk pasta adalah
mudah didapatkan, biaya relatif murah, mempunyai efek antimikroba yang
baik, tidak sitotoksik untuk sel-sel yang berkontak langsung ataupun tidak
langsung, plastisitasnya baik, tidak toksisitas, merupakan materi radiopak,
memiliki anti inflamasi dan analgesik yang sangat berguna setelah
prosedur pulpektomi. Selain itu, ZOE juga tidak menyebabkan
diskolorisasi pada gigi. Namun, Zinc Oxide Eugenol (ZOE) dapat
mengiritasi jaringan periradicular tulang dan menyebabkan nekrosis tulang
dan cementum. Jika pengisiannya berlebih dapat mengiritasi jaringan
sehingga menyebabkan inflamasi. Tingkat resorpsi lambat, dan mengubah
jalan erupsi gigi permanen (Estrela, 2006).
Tingkat keberhasilan setelah pengisian dengan ZOE menurut beberapa
ahli seperti Barr et al 82,3%, Gould 82,5%, Coll et al 86,1%. Penelitian
yang telah dilakukan dimana ZOE dikombinasi dengan Iodoform
memperlihatkan efek antibakterial yang efektif baik pada bakteri aerob
maupun anaerob yang terdapat pada saluran akar gigi sulung dengan
waktu maksimum 10 hari.
Metode untuk manipulasi ZOE dapat dilakukan dengan cara
mencampur semen dengan menambahkan sejumlah powder ke dalam
cairan sehingga diperoleh konsistensi yang kental. Perbanding jumlah
powder dan cairan disesuaikan denga petunjuk pabrik. Pencampuran
dilakukan diatas glass lab dan diaduk menggunakan spatula semen.
Menurut Craig (2002) rata-rata waktu yang diperlukan untuk mencapai
setting time adalah 4-10 menit (Bhatia, 2002).
Teknik Pengisian :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam
2. Pembuangan jaringan pulpa dari kanal
3. Lakukan irigasi dengan hidrogen peroksida 3% dan diikuti dengan
sodium hypchlorite

10
4. Kanal dikeringkan menggunakan pappeer point yang steril
5. Lakukan kontrol terhadap pendarahan
6. Campuran tipis pasta ZOE unreinforced dilapisi dengan papper point
untuk menutupi dinding saluran akar.
7. Gunakan file untuk memasukkan pasta kedalam dinding
8. Pasta yang berlebih dibuang menggunakan papper point atau hedstorm
file
9. Pasta ZOE yang lebih tebal dimasukkan ke kanal
10. Gunakan plugger untuk kondensasi bahan pengisi ke dalam kanal
11. Lakukan evaluasi menggunakan radiografi untuk menentuka
keberhasilan
12. Lakukan restorasi

b. Pasta Iodoform
Iodoform adalah senyawa yang secara tradisional telah digunakan
sebagai bahan intervisit atau pengisi saluran akar, terutama pada gigi
sulung. Rumus kimia untuk iodoform (CHI3) menunjukkan bahwa
senyawa ini berkaitan dengan kloroform (CHCl3). Kedua komponen
tersebut disensitisasi oleh reaksi yodium dan natrium hidroksida dengan
senyawa organik. Bahan ini digunakan dalam obat-obatan sebagai bahan
pengisi saluran akar untuk reaksi penyembuhan luka pada sekitar awal
abad kedua puluh, tetapi sejak itu telah digantikan oleh bahan antiseptic
yang lebih kuat. Namun demikian, berdasarkan biokompatibilitas bahan
ini, resorbabilitas, dan efek antimikrobanya yang tahan lama, pasta
iodoform masih berhasil digunakan untuk perawatan setelah pulpektomi
pada gigi sulung. Pasta iodoform (kri paste) sebagai bahan pengisi saluran
akar mengandung iodoform 80,8% ; camphor 4,86% ; p-chlorophenol
2,025% ; menthol 1,215%. Pasta iodoform biasanya digunakan pada kasus

11
lesi-lesi refraktori dan lesi periapikal dengan resorbsi yang luas (Mihir,
2011).
Senyawa yang mengandung Iodin sangat berguna dalam pengendalian
infeksi dalam kedokteran gigi. Iodin mempunyai reaktivitas yang tinggi
dengan mengendaokan protein dan oksidasi enzim penting. Iodin dapat
larut dalam cairan kalium iodida, alkohol, atau membuat ikatan dengan
transporter (diketahui sebagai iodofore). Iodofore adalah senyawa Iodin.
Iodofore diklasifikasikan sebagai desinfektan tingkat menengah (senyawa
ini juga diguakan sebagai antiseptik). Pasta iodoform memiliki
kemampuan resorbsi yang baik, overfilling pasta iodoform akan cepat
diresorbsi. Pasta Iodoform juga memiliki keunggulan lain yaitu bersifat
desinfektan, dapat dibuang dengan mudah, tidak merusak benih enamel
gigi permanen pengganti, mudah pengisiannya, kombinasi dengan
Ca(OH)2 menunjukan sifat bakterisidal yang baik. Kekurangan dari pasti
ini yaitu dapat menyebabkan diskolorisasi pada mahkota gigi sehingga
dapat mengganggu estetik (Estrela, 2006).
Garcia-Godoy mendapat hasil keberhasilan yang memuaskan yaitu
95,6% secara klinis dan radiograf dengan pasta Kri selama 24 bulan pada
43 gigi. Dari penelitian tersebut, didapati bahwa pasta ini dapat diresorbsi
dalam waktu 2 minggu sekiranya terdapat pada daerah periradikular dan
regio furkasi. Rifkin melaporkan 89% keberhasilan secara klinis dan
radiograf selama 1 tahun dengan kri paste pulpektomi pada gigi sulung
(Mc Donald, 2004).
Studi penelitian juga menyatakan dengan kombinasi antara kalsium
hidroksida dengan iodoform serta tambahan additive oily lain (Vitapex),
yang menunjukkan bahan tersebut bersifat bactericidal dan lebih mudah
diresorbsi pada daerah periradikular serta tidak menyebabkan reaksi yang
penolakan terhadap bahan seperti zinc oxide eugenol. Tingkat
keberhasilan pada zinc oxide eugenol dilaporkan mencapai 60-80%

12
namun studi yang dilakukan akhir ini menyatakan tingkat keberhasilan
yang diperoleh adalah diatas 100% dengan penggunaan Vitapex
(kombinasi calcium hydroxide dan Iodoform paste) (Praveen, 2011).
Manipulasi kerja pasta iodoform (kri paste) :
1. Pemasangan rubber dam
2. Pembuangan jaringan karies dari korona
3. Pembuangan atau pembukaan atap kamar pulpa dengan menggunakan
bur non – end atau bur bulat high speed ataupun low speed
4. Pembuangan sisa jaringan pulpa korona dengan eskavator tajam yang
steril
5. Irigasi dengan menggunakan normal saline (0,9%), chlorhexidine
solution (0,4 %), atau larutan sodium hipoklorit (0,1 %)
6. Identifikasi terhadap saluran akar
7. Estimasi terhadap panjang kerja dari saluran akar, terdapat jarak 2 mm
terhadap pada bagian apeks
8. Pembuangan filamen pulpa bagian saluran akar dengan fine barbed
broach, menyisakan jaringan sehat pada bagian sepertiga dari apikal
saluran
9. Hedstorm file membantu dalam pembuangan sisa jaringan pulpa
(hindari penetrasi pada bagian apeks)
10.Masukkan file terkecil ke dalam saluran, mulai dari No 15 dan akhiri
dengan No 35
11.Jika terasa bagian yang tertahan, maka tidak perlu coba untuk
dimasukkan lebih jauh lagi
12.Irigasi saluran akar tersebut dengan 3 % H 2O2, diikuti dengan sodium
hipoklorit dan normal saline
13.Keringkan saluran dengan paper point yang panjangnya dijaga 2 mm
dari ujung akar
14.Aplikasikan formokresol selama 5 menit

13
15.Jika infeksi terjadi (eksudat dari saluran dan atau berhubungan dengan
sinus) dressing saluran akar dengan kalsium hidroksida non setting
16.Persiapkan campuran pasta yang akan diobturasi ke saluran akar
17.Lakukan obturasi saluran akar dengan pasta iodoform untuk mengisi
bagian saluran akar menggunakan paper point, syringe, atau lentulo
spiral root canal filler
18.Plugger saluran akar digunakan untuk mengkondensasi materi
pengisian ke dalam saluran
19.X – Ray digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pengisian
saluran akar
20.Berikutnya, lapisi bagian sisa kamar pulpa dengan GIC dan dilakukan
restorasi lanjutan
21.Yang penting restorasi harus mencapai eksternal korona secara
optimal

c. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)


Sejak diperkenalkan di Kedokteran Gigi CaOH oleh Hermann,
medikamen ini telah diidentifikasi mendukung penyembuhan pada
berbagai situasi klinis. CaOH telah digunakan sebagai bahan pengisi
saluran akar tunggal maupun dikombinasi dengan iodoform yang mana
tersedia sebagai Vitapex dan Metapex. CaOH biasa digunakan sebagai
medicament intracanal, sealer endodontik, pulp capping agent(hard setting
calcium hydroxyl), apeksifikasi, perawatan pulpotomi. Bahan Kalsium
Hidroksida yang diteliti dalam penelitian adalah terdiri dari campuran
25% kalsium hidroksida dan 75% larutan aquous dari asam
poliakrilik(cair) (Mihir, 2011).
Kalsium hidroksida (Ca(OH)) telah digunakan sejak 1920 Kalsium
hidroksida terbukti sebagai bahan biokompatibel, pH bahan kalsium
hidroksida berkisar antara 12,5-12,8. Kalsium hidroksida memiliki

14
kelarutan yang rendah terhadap air, serta tidak dapat larut dalam alkohol.
Karena sifat yang dimilikinya, kalsium hidroksida dinilai efektif dalam
melawan mikroba anaerob yang berada pada pulpa gigi yang nekrosis.
Kandungan alkaline pada CaOH mampu menghalangi proses inflamasi
dengan berperan sebagai buffer lokal dan dengan mengaktivasi alkaline
fosfatase yang penting dalam pembentukan jaringan keras. Keuntungan
lain adalah bahan kalsium hidroksida memiliki keefektifan dalam waktu
yang cukup lama jika dibandingkan dengan bahan medikamen lainnya,
dan pada beberapa kasus perawatan saluran akar bahan ini dapat bertahan
selama beberapa bulan dalam saluran akar (Praveen, 2011).
Mekanisme antimikroba Ca(OH) terjadi dengan pemisahan ion
calcium dan hydroxyl ke dalam reaksi enzimatik pada bakteri dan
jaringan, menginhibisi replikasi DNA serta bertindak sebagai barrier
dalam mencegah masuknya bakteri dalam system saluran akar. Ion
hydroxyl akan mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri anaerob. Difusi
ion hydroxyl (OH) menyebabkan lingkungan alkaline sehingga tidak
kondusif bagi pertahanan bakteri dalam saluran akar. Ion calcium
memberi efek terapeutik yang dimediasi melalui ion channel (Bhatia,
2002).
Menurut Tam et al, (1989) kalsium hidroksida juga memiliki beberapa
kelemahan, di antaranya kekuatan kompresif yang rendah sehingga dapat
berpengaruh pada kestabilan kalsium hidroksida terhadap cairan di dalam
saluran akar yang akhirnya dapat melarutkan bahan medikamen saluran
akar. Selain itu, Haapasalo et al dan Porteiner et al melaporkan bahwa
dentin dapat menginaktifkan aktivitas antibakteri kalsium hidroksida, hal
ini berkaitan dengan kemampuan buffer dentin yang menghambat kerja
kalsium hidroksida. Kemampuan buffer dentin menghambat terjadinya
kondisi alkaline yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri, juga
menghambat penetrasi ion hydroxyl ke jaringan pulpa. Begitu juga

15
penelitian Peters et al, (2002) menunjukkan jumlah saluran akar yang
positif mengandung bakteri meningkat setelah perawatan saluran akar
dengan kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida menyebabkan resopsi
interna sehingga gigi mudah fraktur (Carlos, 2000).

BAB 3. PEMBAHASAN

Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan
mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Untuk mengatasi kelainan jaringan
pulpa dan kelainan periapeks, maka perlu dilakukan perawatan saluran akar pada gigi
sulung. Material pengisi saluran akar harus biokompatibel dengan jaringan periapikal,
dapat diresorpsi dan tidak bersifat toxic terhadap jaringan periapikal dan benih gigi
permanen. Prinsip perawatan pulpektomi pada anak-anak adalah bekerja asepsis,
efektif dan efisien serta tidak menimbulkan rasa sakit. Pada masa tumbuh kembang
anak fungsi gigi sulung antara lain sebegai penyedia ruang gigi tetap, merangsang
tumbuh kembang rahang, pengunyahan dan estetik. Kehilangan gigi sulung yang
terlalu dini dapat menyebabkan terjadinya maloklusi (Widhianti, 2003).

Masalah pengolahan tingkah laku anak, hubungan kerjasama anak (pasien),


orang tua dan dokter gigi serta kesulitan anatomi gigi sulung menyebabkan perawatan
gigi sulung kurang diminati sehingga penyelesaian berlarut-larut. Kesulitan dalam
tahap preparasi gigi dikarenakan saluran akar gigi sulung yang sempit, kompleks
membuat kesulitan dalam melakukan preparasi maka preparasi gigi sulung hanya
bertujuan untuk membuang seluruh jaringan nekrotik sejauh mungkin di dalam
saluran akar tanpa melakukan Shaping saluran akar, hal ini berbeda dengan gigi
permanen (Yanti, 2015).

Bahan pengisian juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam
perawatan pulpektomi. Pertimbangan pemilihan bahan pengisian yang tepat

16
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perawatan. Zinc oxide eugenol
bersifat paling rapuh dibandingkan bahan lain tetapi merupakan bahan yang termurah.
Sedangkan pasta iodoform mempunyai kemampuan resorbsi dan desifektan yang
lebih baik dibandingkan dengan ZOE, tidak ada tindakan iritan, dapat menghilangkan
rasa sakit dan tidak ada toksisitas, sangat resorbable, bacteriocidal, tidak berbahaya,
radiopaque, keberhasilan yang baik pada klink dan radiografi, resobability dan sifat
disinfektan yang lebih baik daripada ZOE. Di sisi lain, kalsium hidroksida memiliki
aksi antimicrobial dan mudah diresorpsi namun memiliki kelemahan, kekuatan
kompresif yang rendah, dentin dapat menginaktifkan aktivitas antibakteri kalsium
hidroksida, menyebabkan resopsi interna sehingga gigi mudah fraktur. Beberapa
penelitian terakhir menunjukan tingkat keberhasilan yang tinggi pada beberapa bahan
kombinasi seperti kombinasi kalsium hidroksida dengan pasta iodoform (Pediarahma,
2014).

KASUS 1
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun datang bersama ibunya ke Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan keluhan gigi yang
gigis pada bagian anterior rahang atas. Menurut keterangan ibu pasien, gigis dimulai
dari usia pasien ±3 tahun yang lalu dan pasien tidak mengeluhkan sakit. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik maupun alergi terhadap obat apapun. Pada
pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan kelainan atau abnormalitas. Pemeriksaan
intraoral gigi 51, 52 dan 62 berwarna kehitaman dengan mahkota yang tersisa
setinggi gingiva dan menunjukkan kavitas dengan kedalaman pulpa yang telah
terbuka dengan hasil pemeriksaan obyektif sondasi (-), perkusi (-), palpasi (-) dan CE
(-) pada masing – masing gigi yang menunjukkan gigi telah nekrosis. Pada gigi 61
terdapat apikal penetrasi. Pemeriksaan radiografi periapikal menunjukkan kavitas
dengan kedalaman pulpa yang telah terbuka tanpa menunjukkan adanya kelainan
periapikal. Selain itu, hasil pemeriksaan radiografi pada gigi 61 menunjukkan adanya
resorpsi akar ½.

17
A B

Gambar 1. A. Gambar awal gigi yang akan dilakukan perawatan pulpektomi; B.


Pemeriksaan
radiografi periapikal tanpa menunjukkan adanya kelainan periapikal

Penatalaksanaan
Kunjungan Pertama, dilakukan pembersihan jaringan karies menggunakan round
bur metal dan preparasi akses saluran akar hingga memperoleh akses yang lurus
menggunakan round burdiamond. Kemudian mencari jalan masuk ke saluran akar
melalui orifis dengan menggunakan
smooth broach. Selanjutnya, pengukuran panjang kerja terlebih dahulu dilakukan
dengan cara mengukur langsung panjang gigi pada radiografi periapikal, yaitu dari
incisal sampai apeks gigi yang sering disebut sebagai panjang kerja estimasi.
Kemudian panjang kerja estimasi yang didapat digunakan sebagai patokan untuk
mengukur panjang kerja yang sebenarnya dengan metode secara langsung
menggunakan file yang dimasukkan ke dalam saluran akar sesuai dengan panjang
kerja estimasi dan dilakukan pengambilan rontgen. Panjang kerja yang didapat
dikurangi 2mm dari panjang kerja yang sebenarnya. Panjang kerja yang didapat, yaitu
gigi 51 (14,4 mm), gigi 52 (13,7 mm) dan gigi 62 (13,3 mm).

18
Gambar 2.
Pengukuran panjang kerja dengan metode secara langsung menggunakan file yang
dimasukkan ke dalam saluran akar, kemudian dilakukan pengambilan radiografi

Kemudian dilakukan pengambilan jaringan pulpa nekrotik (pulp debridement)


dengan tekhnik pull stroke menggunakan barber broach yang ditandai rubber stop,
step ini dilakukan sampai jaringan pulpa benar-benar terambil seluruhnya. Panjang
kerja pada tahap ini adalah 2/3 dari Panjang kerja, yaitu yaitu gigi 51 (9,6 mm), gigi
52 (9,1 mm) dan gigi 62 (8,8 mm). Selanjutnya, dilakukan preparasi saluran akar
dengan K-File ukuran nomor 15 dan diakhiri file ukuran nomor 35 atau sampai
didapat white dentin. Pada gigi desidui, preparasi dilakukan hanya untuk mengangkut
jaringan pulpa bukan untuk memperluas saluran akar. Kemudian, dilakukan finishing
preparasi saluran akar dengan H-File nomor 40. Setelah itu, saluran akar diirigasi
menggunakan larutan natrium hipoklorit (NaOCl) dan di sterilisasi menggunakan
pasta Ca(OH)2 yang diaplikasikan menggunakan lentulo. Kavitas ditutup dengan
menggunakan tumpatan sementara kavit.

Pada kunjungan kedua, 1 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan subyektif


pasien tidak ada keluhan, hasil pemeriksaan obyektif perkusi (-), palasi (-) dan tes
perhidrol (-) paska sterilisasi. Karena pemeriksaan subyektif, obyektif dan tes
perhidrol menunjukkan hasil negatif (-), maka dapat dilakukan obturasi. Area kerja
dilakukan isolasi terlebih dahulu. Kemudian saluran akar diirigasi menggunakan
NaOCl dan dikeringkan menggunakan paper point. Selanjutnya obturasi saluran akan
menggunakan ZOE dengan menggunakan plugger pada saluran akar lalu dilakukan
penekanan dengan cotton pellet hingga saluran akar penuh. Tutup menggunakan
cotton pellet dan tumpat sementara. Dilakukan pengambilan foto rontgen untuk

19
memastikan bahwa saluran akar sudah hermetis. Dari hasil evaluasi pemeriksaan
radiografi terlihat pengisian saluran akar sudah hermetis. Pasien diinstruksikan untuk
datang kembali 1 minggu kemudian untuk dilakukan evaluasi paska obturasi.

Gambar 3. Hasil radiografi obturasi saluran akar menggunakan ZOE

Pada kunjungan ketiga, 1 minggu kemudian dilakukan pemeriksaan subyektif


pasien tidak ada keluhan dan hasil pemeriksaan obyektif perkusi (-) dan palasi (-)
paska obturasi. Tahapan selanjutnya dilakukan restorasi permanen menggunakan SIK
karena pasien menolak untuk dilakukan restorasi menggunakan mahkota
polycarbonate crown (PCC). Satu minggu paska restorasi, pasien melakukan kontrol
dan tidak ditemukan adanya keluhan.

Gambar 4. Restorasi permanen menggunakan SIK

20
Pada kasus ini dipilih perawatan pulpektomi pada gigi 51, 52 dan 62 sesuai
dengan indikasinya, yaitu gigi telah mengalami nekrosis pulpa dan gigi belum terjadi
resorpsi akar. Diharapkan perawatan pulpektomi dapat mencegah infeksi yang lebih
lanjut dan gigi dapat dipertahankan sampai waktu eksfoliasinya. Keuntungan
dilakukan pulpektomi, yaitu menjaga fungsi mastikasi, mempertahankan ruang untuk
gigi tetap, mencegah munculnya masalah dalam berbicara, mencegah kebiasaan
buruk lidah, mencegah efek psikologis dari kehilangan gigi dan mencegah gangguan
erupsi gigi permanen (Stephen, 2002).
Pada kasus ini bahan sterilisasi saluran akar adalah Ca(OH) 2 karena ion OH-
dapat menginaktifkan enzim membrane sitoplasma bakteri sehingga transport nutrisi
tidak bisa masuk ke dalam tubuh bakteri sehingga mengganggu proses pertumbuhan,
pembelahan sel, dan aktivitas metabolic dari bakteri (bakterisidal). Ca(OH) 2 memiliki
pH tinggi. Basa kuat yang berkisar antara 12,5 – 12,8 (Arslan, 2012).
Pengisian saluran akar pada kasus ini dilakukan menggunakan plugger pada
saluran akar lalu dilakukan penekanan dengan cotton pellet.13 Bahan pengisi saluran
akar yang ideal untuk pulpektomi pada molar desidui harus memiliki beberapa sifat,
seperti antibaketrial, dapat diresorpsi pada tingkat yang sama seperti resorpsi akar,
tidak berbahaya untuk benih gigi permanen, tidak mengiritasi jaringan periapikal,
serta mudah digunakan.
Bahan obturasi yang digunakan pada kasus ini adalah ZOE. ZOE telah lama
digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi desidui dan hingga saat ini
merupakan satu – satunya bahan yang dianjurkan sebagai bahan pengisi saluran akar
dalam pedoman klinis yang dikembangkan oleh American Academy of Pediatric
Dentistry (AAPD).14 ZOE memiliki beberapa keuntunga, yaitu biaya yang relatif
murah, mempunyai efek antimikroba yang baik, tidak sitotoksik untuk sel-sel yang
berkontak langsung ataupun tidak langsung, plastisitasnya baik, tidak toksisitas,
merupakan materi radiopak, tidak menyebabkan diskolorisasi pada gigi, memiliki anti
inflamasi dan analgesik yang sangat berguna setelah prosedur pulpektomi. 15 ZOE

21
adalah bahan yang dibuat dari kombinasi seng oksida (zinc oxide) dan eugenol yang
terkandung dalam minyak cengkeh. Indikasi penggunaan ZOE adalah pada perawatan
nekrosis, pulpotomi, pulpektomi (Mihir, 2011).
Mekanisme kerja ZOE adalah ketika ZOE dimasukkan dalam rongga dentin,
jumlah kecil dari eugenol menyebar melalui dentin ke pulpa. Konsentrasi rendah
eugenol memberi efek anestesi antiinflamasi dan lokal pada pulpa gigi. Dengan
demikian, pengguanaan ZOE dapat memfasilitasi penyembuhan pulpa. Di sisi lain,
konsentrasi eugenol yang berlebihan dan masuk ke periapkial dapat bersifat sitotoksik
(Estrela, 2006).

Kasus 2
Seorang anak perempuan, 8 tahun, datang ke poliklinik IKGA FKGUI dengan
keluhan geraham sebelah kiri bawah berlubang. Gigi tersebut beberapa bulan yang
lalu pernah sakit dan sekarang tidak sakit lagi meskipun belum pernah dirawat. Pada
pemeriksaan secara klinis dijumpai 85 karies mencapai pulpa, non vital, perkusi dan
tekan negative, jaringan lunak disekitar gigi tidak terdapat kemerahan, palpasi
negative. Kebersihan rongga mulut sedang, kavitas klas 1 dan frekuensi karies
rendah. Sedangkan dari hasil pengamatan radiografis tampak 85 karies mencapai
pulpa, pada akar tidak ada kelainan, saluran akar 2 sempit. Daerah bifurkasi,
periapikal, dan sekitarnya tidak menunjukan radiolusensi, resorbsi akar kurang dari
sepertiga akar. Benih gigi tetap masih tertutup tulang.

Penatalaksanaan
Perawatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut, pada kunjungan
pertama dilakukan preparasi gigi sampai dengan sterilisasi yakni menggunakan
formokresol dan dilakukan tumpatan sementara. Pada kunjungan kedua, dilakukan
pengisian saluran akar dengan bahan ZOE. Bahan diletakkan dalam ruang pulpa
kemudian dimasukkan kedalam saluran akar dengan endodontic plugger. Setelah
penuh kemudian dipadatkan dengan cotton pellet dan ditutup tumpatan sementara

22
untuk selanjutnya dilakukan foto rotgen untuk melihat hasil pengisian saluran akar.
Kemudian diselesaikan dengan pembuatan restorasi mahkota logam. Dalam interval
waktu satu minggu dilakukan kontrol I dan dilanjutkan dengan kontrol II, pada
pemeriksaan klinis ketika kontrol I dan II tidak terdapat keluhan, tes perkusi, tekan
dan palpasi negatif.

Pada kasus 2, perawatan pulpektomi diselesaikan dalam 2x kunjungan. Pada


saat anak brusia 8 tahun, gigi 85 telah mengalami resorbsi akar. Secara radiografis
resorbsi akar tersebut tampak kurang dari sepertiga panjang akar, meskipun demikian
dalam melakukan instrumentasi adanya resorbsi tidak beraturan disekitar permukaan
akar gigi yang berhadapan dengan letak benih gigi harus diperhatikan. Pada
pengambilan jaringan nekrotik dilakukan dengan file nomor 15-30 sejauh mungkin,
kemudian dilakukan irigasi dengan akuades dan saluran akar dikeringkan.
Pengambilan jaringan nekrotik dengan file dilakukan semaksimal mungkin karena
sempitnya saluran akar dan dugaan resorbsi tidak beraturan. Kemidan dilakukan
sterilisasi dan pada kunjungan berikutnya dilakukan pengisian dan restorasi. Selam
kontrol tidak terdapat keluhan dan hasil pemeriksaan klinik perkusi, tekan dan palpasi
negatif.

23
BAB 4. KESIMPULAN

Perawatan pulpektomi pada gigi desidui memiliki banyak tujuan salah satunya
adalah untuk mempertahankan gigi sulung sampai saatnya digantikan oleh gigi
permanen pengganti agar tidak terjadinya gangguan tumbuh kembang pada lengkung
rahang dan maloklusi. Pada perawatan pulpa gigi dengan pulpektomi merupakan
pembuangan seluruh jaringan pulpa pada gigi desidui yang ada pada kamar pulpa
maupun saluran akar. Bahan pengisi yang dapat kita gunakan adalah Zinc Oxide
Eugenol (ZOE), Pasta Iodoform, dan Kalsium Hidroksida (CaOH). ZOE merupakan
bahan yang umum digunakan untuk pengisian pada perawatan pulpektomi. Bahan
tersebut dapat dikombinasi dengan Formokresol untuk meningkatkan efek antibakteri
walaupun masih memiliki kekurangan pada formokresol yang memiliki sifat toksik.
Tingkat keberhasilan ZOE sebagai bahan pengisi menurut suatu penelitian adalah
82,5%, sedangkan pada penelitian lain perawatan saluran akar dengan bahan pengisi
kombinasi ZOE-formokresol didapatkan tingkat keberhasilan klinis yang lebih tinggi
yaitu 90%, dan secara radiografis 77,3%.

24
DAFTAR PUSTAKA

Andlaw RJ, Rock WP. A manual of paedodontics. 3rd Ed. New York: Churchill
Livingstone; 1993
Bahrololoomi Z, Zamaninejad S. Success Rate of Zinc Oxide Eugenol in Pulpectomy
of Necrotic Primary Molars : A Retrospective Study. J Dent Mater Tech. 2015
Bhatia R, et al. Periapical and Intraradicular Resorption of Extruded Endoflas in
Primary Molars : A Case Report. 2002
Carlos Nurko. Clinical Section Resorption of a Calcium Hydroxide/Iodoform Paste
(Vitapex) in Root Canal Therapy for Primary Teeth: A Case Report . 2000.
Pediatric Dentistry San Antonio
Chen Chung Wen, Kao Chia Tze, Tsui Hsien Huang. Comparison of the
biocompatibility between 2 endodontic filling material for primary teeth. Chin
Dent J. 2005
Craig RG, Power JM. Restorative Dental Material 11 ed. St Louis : Mosby. 2002
Curzon MEJ, Roberts JF, Kennedy DB. Kennedy’s paediatric operative dentistry. 4th
Ed. London: Wright; 1996
Estrela C, et al. Influence Of Iodoform On Antimicrobial Potential Of Calcium
Hydroxide. J Appl Oral Sci. 2006
Fijriani. Penatalaksanaan Penyakit Pulpas pada Anak. FKG Universitas Hasanudin.
2013
Finn SB. Clinical pedodontics. 4th Ed. Philadelphia: W.B. Saunders; 2003
Mathewson RJ, Primosch RE. Fundamentals of pediatric dentistry. 3rd Ed. Chicago:
Quintessence Publishing; 1995
Mc Donald, Avery, Dean. Dentistry for the child and adolescent 8th ed. USA: Mosby,
2004
Mihir J. Pediatric Obturating Materials and Techniques. Journal of Contemporary
Dentistry. 2011

25
Pediarahma A, Rizal MF. Zink Oxide Eugenol – Formokresol Root Canal Treatment
Fails to Treat A Decidous Tooth with Dentoalveolar Abses. JDI. 2014
Peters OA, et al. Effects of four Ni-Ti preparation techniques on root canal geometry
assessed by micro CT. Int Endod J. 2001
Praveen P, et al. A review of obturating material for primary teeth. SRM University
Journal of Dental Sciences. 2011
Tarigan Rasinta. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti) Edisi 2 Revisi. Jakarta : EGC,
2004
Welbury R R. Paediatric dentistry. 2nd ed. New york: Oxford university press, 2003
Widhianti I, Suwelo IS. Perawatan Saluran Akar Satu Kali Kunjungan Pada Gigi
Incisivus Sulung Non Vital. JKGUI. 2003
Yanti N. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC. 2015

26

Anda mungkin juga menyukai