Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PULPOTOMI DAN PULPEKTOMI VITAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Program Profesi Departemen Pedodonsia

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Eriska Riyanti, drg., Sp.KGA. Subsp. AIBK(K)

Disusun oleh:
Mustika Praja Kurniawati
160112220089

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat beserta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

makalah mengenai “Pulpotomi dan Pulpektomi Vital” dalam rangka memenuhi

tugas pada putaran ilmu kedokteran gigi anak program studi profesi kedokteran

gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

Penulis banyak mendapat dukungan baik moril maupun materil dalam

bentuk bimbingan, bahan referensi, dan fasilitas lainnya dalam menyusun makalah

ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Eriska Riyanti,

drg., Sp.KGA(K) sebagai pembimbing dalam materi mengenai pulpotomi dan

pulpektomi vital ini. Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan karunia

dan rahmat-Nya atas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak. Akhir kata,

semoga makalah ini dapat menjadi karya yang bermanfaat dan dapat menambah

pengetahuan bagi yang membacanya.

Bandung, September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................5
1. Pulpotomi..................................................................................................................5
1.1 Definisi...........................................................................................................5
1.2 Indikasi...........................................................................................................5
1.3 Kontraindikasi................................................................................................5
1.4 Pertimbangan Diagnostik...............................................................................5
1.5 Hemostasis.....................................................................................................6
1.6 Medikamen pulpa...........................................................................................6
1.7 Teknik............................................................................................................6
1.8 Tahap evaluasi...............................................................................................7
1.9 Pulpotomi pada gigi permanen immature......................................................8
2. Pulpektomi................................................................................................................9
2.1 Definisi...........................................................................................................9
2.2 Indikasi...........................................................................................................9
2.3 Kontraindikasi...........................................................................................10
2.4 Teknik..........................................................................................................10
2.5 Pulpektomi pada gigi permanen immature..................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Metode pulpotomi...................................................................................7


Gambar 2 Prosedur pulpektomi.............................................................................11
Gambar 3 Pilihan perawatan gigi sulung...............................................................12
Gambar 4 Pilihan perawatan gigi permanen imatur1.............................................13

4
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pulpotomi

1.1 Definisi
Pulpotomi merupakan teknik endodontik yang paling banyak digunakan di
geligi sulung. Tujuan pulpotomi adalah mengamputasi gigi sulung koronal pulpa
yang terinflamasi dan menjaga vitalitas pulpa radikular, sehingga memfasilitasi
eksfoliasi normal dari geligi sulung.
Gigi harus bebas karies sebelum dilakukan pulpotomi. Pembuangan karies
bukan hanya untuk mencegah kontaminasi area pulpotomi dari debris, namun juga
untuk mengurangi risiko eksposur pulpa. Akses ke pulpa koronal memerlukan
pengambilan atap kamar pulpa keseluruhan. Amputasi pulpa koronal juga
memerlukan pemotongan yang bersih pada lantai pulpa. Residu jaringan yang
tertinggal akan menyebabkan masalah hemostasis. Untuk membuat potongan
yang optimal dapat menggunakan instrumen high-speed rotary dengan irigasi
berkali-kali. Bila lantai kamar pulpa mengalami perforasi maka gigi perlu
diekstraksi.

1.2 Indikasi
1. Eksposur pulpa karies.
2. Gigi vital dengan jaringan periodonsium yang sehat
3. Gigi asimptomatik atau nyeri ringan sementara
4. Radiografi pre-operatif menunjukkan tidak adanya patologi radikular
5. Gigi dapat direstorasi
6. Gigi yang memiliki setidaknya 2/3 panjang akarnya.
7. Perdarahan dari bagian yang diamputasi berwarna merah muda dan mudah
dikontrol.

1.3 Kontraindikasi
1. Adanya resorpsi internal
2. Adanya kehilangan tulang interradikular
3. Adanya abses dan fistula yang berhubungan dengan gigi
4. Karies menembus lantai kamar pulpa
5. Gigi dekat dengan eksfoliasi natural.

1.4 Pertimbangan Diagnostik


1. Pentingnya melakukan pulpotomi pada gigi yang terinflamasi pada pulpa
koronal dan pulpa radikularnya tidak ada inflamasi. Gigi yang dipilih
berdasarkan kriteria ini akan memiliki prognosis yang baik.

5
2. Interpretasi radiografi dapat memberikan tanda seberapa luas lesi karies,
status lamina dura, adanya proses resorpsi abnormal atau penipisan
interradikular yang dapat memberi tanda secara tidak langsung terhadap
adanya inflamasi.

1.5 Hemostasis
Hemostasis pada area pulpotomi harus didapatkan sebelum aplikasi agen
terapeutik. Hal ini didapat dengan irigasi berulang dan mengoleskan perlahan
menggunakan cotton pellets selama 5 menit. Bila perdarahan tidak terkontrol,
inflamasi pulpa mungkin sudah menyebar ke akar dan dikaitkan dengan prognosis
yang buruk. Hal ini disebut dengan ‘bleeding sign’ atau ‘hiperemi pulpa’,
sehingga pulpektomi atau ekstraksi harus dipertimbangkan.

1.6 Medikamen pulpa


Medikamen diaplikasikan pada area pulpotomi setelah hemostasis
tercapai. Area pulpotomi kemudian dilapisi dengan base terapeutik. Secara
tradisional, base yang digunakan adalah semen ZnOE. Namun, eugenol bila
berkontak langsung dengan jaringan pulpa dapat menyebabkan pulpitis kronis.
Bila menggunakan MTA sebagai agen terapeutik maka MTA juga bisa berperan
sebagai base terapeutik. Lalu, bahan inti harus digunakan untuk menutup gigi
sebelum dilakukan restorasi akhir (idealnya menggunakan restorasi full coverage).

1.7 Teknik
1. Gigi dianestesi untuk kontrol nyeri dan isolasi menggunakan rubber-dam.
Teknik pembedahan yang bersih harus dilakukan sepanjang prosedur.
2. Seluruh karies dan overhang enamel dibuang.
3. Seluruh atap kamar pulpa dibuang dengan bur. Tidak boleh ada overhang
dentin.
4. Amputasi pulpa koronal menggunakan sharp discoid spoon excavator.
Pulp stump harus dieksisi dengan bersih dan tidak ada tag of tissue yang
meluas ke lantai kamar pulpa.
5. Kontrol perdarahan pada area amputasi. Cotton pellet yang telah dibasahi
formokresol ditempatkan pada kamar pulpa dan dibiarkan diatas pulp
stump sampai terbentuk clot.
6. Evaluasi manajemen perdarahan. Bila perdarahan terkontrol dan pulp
stump terlihat normal, maka dapat dikatakan bahwa jaringan pulpa dalam
kanal tidak terinflamasi sehingga bisa dilanjutkan.
7. Irigasi kamar pulpa menggunakan syringe berisi kloheksidine gluconate
kemudian aquadest.
8. Keringkan kavitas menggunakan cotton pellet.
9. Lakukan pengisian kamar pulpa dengan semen ZnOE
10. Tempatkan base zinc fosfat pada area pulpa yang diamputasi

6
11. Aplikasikan bahan tambal sementara seperti glass ionomer tipe 2.
12. Pada perawatan berikutnya dapat dilakukan restorasi stainless steel crown.

1.8 Tahap evaluasi


1. Memeriksa kontak prematur menggunakan articulating paper.
2. Menghilangkan kontak prematur menggunakan carver.
3. Penilaian radiograf secara regular.

Gambar 1 Metode pulpotomi


Gambar 1 merupakan metode prosedur pulpotomi.
A. Radiografi pre-operatif menunjukkan lesi karies dalam. Riwayat klinis
menunjukkan gejala intermittent saat makan tanpa adanya riwayat nyeri
spontan.
B. Lesi karies diidentifikasi secara anatomis.
C. Preparasi kavitas menunjukkan karies periferal yang sudah dibuang.

7
D. Setelah gigi bersih dari karies, atap kamar pulpa dibuang dan pulpa
diamputasi sampai lantai pulpa. Hemostasis harus tercapai pada tahap ini.
E. Agen terapeutik diaplikasikan pada area pulpotomi.
F. Base diaplikasikan pada area pulpotomi.
G. Gigi dibentuk dengan bahan core.
H. Gigi direstorasi menggunakan preformed metal crown.

1.9 Pulpotomi pada gigi permanen immature


Tujuan pulpotomi pada gigi permanen immature adalah untuk mengamputasi
pulpa koronal yang terinflamasi dan menjaga vitalitas pulpa yang tersisa untuk
mendukung apeksogenesis. Apeksogenesis melibatkan perkembangan normal dari
pulpa radikular di bawah area pulpotomi, menghasilkan panjang akar normal,
ketebalan dentin radikular dan penutupan apikal. Apeksogenesis mengoptimalkan
anatomi dan kekuatan akar. Risiko utama dari apeksogenesis adalah potensi
terjadinya kalsifikasi pulpa distrofik yang selanjutnya membutuhkan perawatan
pulpektomi. Sifat biomekanis dari akar lebih baik setelah apeksogenesis dibanding
setelah apeksifikasi, tetapi apeksifikasi adalah pilihan satu-satunya bila terjadi
nekrosis pulpa pada gigi permanen immature. Alternatif untuk apeksifikasi adalah
penggunaan sel punca hematogen untuk menginduksi kalsifikasi ruang saluran
akar.
Tidak seperti geligi sulung dimana pulpotomi selalu pada lantai pulpa,
eksposur karies kecil pada tanduk pulpa gigi permanen dapat diatasi dengan
pulpotomi superfisial 1-2 mm. Hal tersebut berdasarkan Cvek’s pulpotomy. Bila
terdapat eksposur besar, atau area eksposur yang banyak, pulpotomi yang dalam
diperlukan hingga pembukaan dari saluran akar, atau di CEJ dari gigi anterior.
Area eksposur diirigasi terus menerus hingga terjadi hemostasis, sebelum
pengaplikasian medikamen terapeutik. Medikamen dapat berupa bubuk atau pasta
kalsium hidroksida atau MTA. Pasta antibiotik/ kortikosteroid juga dapat
digunakan.
Kriteria klinis
1. Eksposur karies pulpa
2. Gigi asimptomatik atau adanya episode nyeri yang ringan dan sementara.
3. Radiografi preoperative memperlihatkan adanya akar immature dengan
apikal yang terbuka.
4. Tidak ada patologi radikular
5. Gigi yang dapat direstorasi

8
Teknik
1. Kontrol nyeri dan isolasi rubber-dam
2. Pembuangan karies
3. Pembuangan atap kamar pulpa
4. Amputasi pulpa koronal, secara superficsial atau dalam hingga pembukaan
saluran akar.
5. Kontrol perdarahan pada area yang diamputasi
6. Aplikasi medikamen terapeutik (kalsium hidroksida atau MTA)
7. Tempatkan base langsung diatas medikamen
8. Restorasi gigi dengan seal koronal yang adekuat
9. Penilaian radiograf secara regular

2. Pulpektomi

2.1 Definisi
Pulpektomi adalah pembuangan seluruh jaringan pulpa dari gigi untuk
mendapat akses ke saluran akar yang telah didebridement, dibesarkan dan
didisinfeksi. Pulpektomi dapat dipertimbangkan pada gigi sulung bila memiliki
akar yang utuh. Adanya resorpsi akar adalah indikasi untuk ekstraksi. Infeksi
parah meliputi selulitis fasial akut yang dikaitkan dengan gigi sulung tidak
merespon baik terhadap pulpektomi. Ekstraksi biasanya direkomendasikan pada
kasus tersebut.
Meskipun morfologi saluran akar pada insisif gigi sulung relatif sederhana,
morfologi gigi sulung dengan akar ganda lebih kompleks dibanding gigi
permanen, dengan fins, ramifikasi dan komunikasi interkanal. Faktor-faktor
anatomis tersebut menghambat debridement kemomekanis pada ruang saluran
akar. Apeks anatomis dapat mencapai 3 mm dari apeks radiograf dan seringnya
terjadi pada permukaan lateral akar, sehingga sulit untuk menentukan panjang
kerja sebenarnya. Overinstrumensasi saluran akar gigi sulung berpotensi merusak
gigi permanen dibawahnya. Pengukuran secara elektronik dari saluran akar dapat
membantu lokasi dari apeks anatomis dari gigi sulung.
Obturasi ruang saluran akar gigi geligi sulung tidak boleh menganggu
eksfoliasi gigi permanen penggantinya. Hal ini memerlukan pasta pengisi saluran
akar yang dapat diresorpsi. Pengecualian untuk hal ini adalah bila tujuannya dalah
mempertahankan gigi sulung yang tidak punya gigi pengganti. Bahan untuk
obturasi antara lain unreinforced ZnOE cement, pasta kalsium hidroksida dan
iodoform.

9
2.2 Indikasi
1. Pulpitis irreversible
2. Gigi yang dapat direstorasi.
3. Radiograf pre-operatif memperlihatkan adanya akar yang utuh dan tidak
resorpsi, minimal 2/3 panjang akar tersedia.
4. Retensi dari gigi diperlukan.

2.3 Kontraindikasi
1. Gigi yang sudah sangat rusak dan tidak dapat direstorasi.
2. Keterlibatan periradikular yang meluas ke benih gigi permanen, dimana
risiko kerusakan gigi permanen menjadi tinggi.
3. Resorpsi akar eksternal dan internal.
4. Mobilitas ekstensif
5. Kehilangan tulang pada apeks atau pada furkasi.

2.4 Teknik
1. Kontrol nyeri dan isolasi rubber-dam.
2. Pembuangan karies
3. Pembukaan atap pulpa
4. Pengambilan jaringan pulpa vital terinfeksi sampai saluran akar
menggunakan barbed broaches.
5. Pembuatan foto rontgen untuk menghitung panjang kerja.
6. Pembuangan jaringan pulpa vital dari dalam saluran akar menggunakan K-
file dengan teknik preparasi konvensional berdasarkan pengukuran
panjang kerja (kurang lebih 1-2 mm dari apikal)
7. Irigasi dengan NaOCl/ EDTA/ Chlorhexidine dan keringkan saluran akar
dengan absorbent paper point.
8. Sterilisasi saluran akar menggunakan medikamen intrakanal (ChKM,
Cresophene, atau CaOH)
9. Pengisian saluran akar dapat dilakukan bila tanda dan gejala klinis sudah
tidak ada (perkusi (-), tekan (-), palpasi (-), kemerahan (-), kegoyangan (-))
menggunakan pasta ZnOE dilapisi oleh semen Zinc Fosfat atau GIC
sebagai tumpatan sementara.
10. Restorasi untuk memastikan seal koronal yang adekuat
11. Penilaian radiograf secara regular.

10
Gambar 2 Prosedur pulpektomi

11
2.5 Pulpektomi pada gigi permanen immature
Imaturitas didefinisikan sebagai tidak adanya penutupan apikal. Gigi molar
permanen imatur yang nekrotik memiliki prognosis jangka panjang yang buruk
dan, kecuali pada kondisi tertentu, gigi tersebut harus diekstraksi. Namun, retensi
gigi tersebut dapat menjadi penting bagi perkembangan alveolar atau dapat
memfasilitasi perawatan ortodontik selanjutnya dengan mempertahankan ruangan
hingga waktu optimal untuk dilakukan ekstraksi.
Berdasarkan definisi, gigi tersebut sudah kehilangan sejumlah struktur gigi
yang signifikan akibat karies. Perawatan endodontik dapat melemahkan gigi yang
sudah rentan, memerlukan apeksifikasi dan meliibatkan tantangan operatif yang
signifikan (seperti isolasi, obturasi, dan restorasi).

Gambar 3 Pilihan perawatan gigi sulung

12
Gambar 4 Pilihan perawatan gigi permanen imatur1

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Koch G, Poulsen S, Espelid I, Haubek D. Pediatric Dentistry: A


Clinical Approach. 3rd ed. Sussex: John Wiley and Sons Ltd; 2017.
2. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 4th ed.
Australia: Elsevier; 2013.
3. Asnani KH. Essentials of Pediatric Dentistry. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2010.
4. Dean JA. McDonald and Avery’s Dentistry for the Child and
Adolescent. 11th ed. Jones JE, Sanders BJ, Winson LA, Yepes JF,
editors. St Louis: Elsevier; 2022.
5. Rao A. Principles and Practice of Pedodontics. 3rd ed. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2012.

14

Anda mungkin juga menyukai