Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS 3

MODUL 3 ORAL MEDICINE

“MUCOCELE”

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Oral Medicine

Disusun Oleh :
SHERINA ZAHARA DITA
21100707360804083

Dosen Pembimbing :

Dr. drg. Dhona Afriza, M. Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022
Halaman Depan
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Sherina Zahara Dita


NPM : 21100707360804083

Telah disetujui Laporan kasus yang berjudul :


“MUCOCELE”
Untuk Memenuhi Syarat dalam Melengkapi Kepanitraan Klinik di Bagian
Oral Medicine

Padang, Desember 2022


Disetujui Oleh,
Dosen Pembimbing

(Dr. drg. Dhona Afriza, M. Biomed)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus 3 dengan
topik ”Mucocele” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
kepanitraan klinik modul Oral Medicine.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan Dr. drg. Dhona Afriza, M. Biomed
selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai
pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Padang, Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Definisi Mucocele.....................................................................................3
2.2 Etiopatogenesis Mucocele.........................................................................3
2.3 Klasifikasi Mucocele.................................................................................4
2.4 Gambaran Klinis dan Histopatologi Mucocele.........................................5
2.5 Diagnosis Mucocele..................................................................................7
2.6 Diagnosis Banding Mucocele....................................................................8
2.7 Perawatan Mucocele..................................................................................8
BAB III LAPORAN KASUS.................................................................................9
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Diagnosa banding mucocele...................................................................8


Tabel 3. 1 Pemeriksaan..........................................................................................12

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Mucocele ekstravasasi mukus (Ayhan et al., 2020)............................5
Gambar 2. 2 Mucocele retensi mukus (Ayhan et al., 2020)....................................5
Gambar 2. 3 Mucocele pada anterior median line permukaan ventral lidah yang
melibatkan blandin-nuhn (Setiawan et al., 2016)....................................................6
Gambar 2. 4 Mucocele pada bibir bawah (Sadiq et al., 2022).................................6
Gambar 2. 5 Gambaran histopatologi mucocele tipe ekstravasasi mukus yang
terletak di bibir bawah (More et al., 2014)..............................................................6
Gambar 2. 6 Gambaran histopatologi mucocele yang bagian duktusnya
mengalami dilatasi (More et al., 2014)....................................................................7

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mucocele adalah pseudokista jaringan lunak rongga mulut, biasanya berasal
dari kelenjar ludah minor. Gambaran klinis ditandai dengan lesi nodular sessile
berbentuk kubah tanpa rasa sakit yang berbatas tegas, halus dan tembus cahaya.
Diameternya bervariasi dari beberapa milimeter hingga sekitar 1 cm. Mucocele
pada rongga mulut biasanya menimbulkan ketidaknyamanan sehingga
mengganggu saat bicara, pengunyahan atau menelan. Komplikasi ini tergantung
pada ukuran dan lokasi mucocele (Choi et al., 2019).
Mucocele berwarna biru tua hingga warna normal menyerupai mukosa
mulut. Variasi warna tergantung pada ukuran lesi dan kedekatannya dengan
permukaan mukosa. Lesi superfisial menyebabkan regangan jaringan, yang
membuat jaringan lebih tipis dan sianotik dan menyebabkan kongesti vaskular
yang mengakibatkan lesi kebiruan. Tetapi mucocele yang lebih dalam merupakan
massa berbatas tegas yang ditutupi oleh mukosa mulut yang normal (Suryavanshi
et al., 2020).
Kasus mucocele umumnya melibatkan glandula saliva minor. Tidak tertutup
kemungkinan mucocele dapat melibatkan glandula saliva mayor tergantung pada
letaknya. Sedangkan ranula merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut
mucocele yang berada di dasar mulut, dan diketahui daerah dasar mulut dekat
dengan glandula sublingual dan glandula saliva minor (Ayhan et al., 2020).
Terbentuknya mucocele dapat disebabkan oleh ekstravasasi mukus dan
fenomena retensi mukus. Perawatan mucocele dapat dilakukan dengan beberapa
pilihan tindakan, baik bedah dan non-bedah. Metode bedah yang dapat dilakukan
adalah bedah eksisi lesi dengan atau tanpa pengangkatan kelenjar. Metode non
bedah untuk mengobati mukokel yaitu cryosurgery, laser ablasi, skleroterapi,
injeksi toksin botulinum, kortikosteroid topikal atau injeksi steroid intralesi,
makro dan mikro marsupialisasi. Prognosis kasus mucocele adalah baik (Sadiq et
al., 2022).

1
2

Mucocele harus dapat diidentifikasi dengan tepat oleh dokter gigi sehingga
dapat menentukan perawatan yang tepat untuk kasus ini dan dapat mengedukasi
pasien terkait kondisi mucocele yang dialami.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Mucocele?
2. Apa etiopatogenesis Mucocele?
3. Bagaimana klasifikasi Mucocele?
4. Bagaimana gambaran klinis dan histopatologi Mucocele?
5. Apa diagnosis dari Mucocele?
6. Apa diagnosis banding dari Mucocele?
7. Bagaimana perawatan Mucocele?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dan mengalisis definisi Mucocele?
2. Mengetahui dan mengalisis etiopatogenesis Mucocele?
3. Mengetahui dan mengalisis klasifikasi Mucocele?
4. Mengetahui dan mengalisis gambaran klinis dan histopatologi Mucocele?
5. Mengetahui dan mengalisis diagnosis dari Mucocele?
6. Mengetahui dan mengalisis diagnosis banding dari Mucocele?
7. Mengetahui dan mengalisis perawatan Mucocele?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Mucocele


Mucocele merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk
akibat rupturnya duktus glandula saliva minor dan
penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak.
Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau
mekanik. Mucocele merupakan kista benigna, tetapi
dikatakan bukan kista yang sesungguhnya, karena tidak
memiliki epithelial lining pada gambaran
histopatologisnya. Lokasinya bervariasi. Bibir bawah
merupakan bagian yang paling sering terkena mucocele,
yaitu lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada.
Umumnya terletak di bagian lateral mengarah ke midline.
Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal dan ventral
lidah, dan jarang terjadi pada bibir atas. Banyak literatur
yang menyebut mucocele sebagai mucous cyst.
Kebanyakan kasus melaporkan insidensi tertinggi
mucocele adalah usia muda tetapi hingga saat ini belum
ada studi khusus pada usia yang spesifik (Setiawan et al.,
2016).

2.2 Etiopatogenesis Mucocele


Mucocele melibatkan duktus glandula saliva minor
dengan etiologi yang tidak begitu jelas, namun diduga
terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma
lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor,
untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi. Trauma lokal
atau mekanik dapat disebabkan karena trauma pada
mukosa mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva
minor akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti

3
menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang,
menggigit-gigit bibir, kebiasaan menggesek-gesekkan
bagian ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah
(biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum susu
botol atau dot), dan lain-lain (Pratiwi & Dwimega, 2021).

Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran bayi,


misalnya trauma akibat proses kelahiran bayi yang
menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat
dilakukan suction untuk membersihkan saluran nafas
sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang
disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan

4
5

masih berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan
lahir. Ketiga contoh trauma pada proses kelahiran bayi akan mengakibatkan
mucocele kongenital. Setelah terjadi trauma yang dikarenakan salah satu atau
beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor rusak, akibatnya saliva keluar
menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya
tertahan lalu terbentuk inflamasi (adanya penumpukan jaringan granulasi di
sekeliling kista) mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, terbentuk
pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang
disebut mucocele (More et al., 2014).

Kedua diakibatkan adanya genangan mukus dalam


duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar, tipe ini
disebut mukus retensi. Genangan mukus dalam duktus
ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan
karena plug mukus dari sialolith atau inflamasi pada
mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu
mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada duktus
glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi akibat
cairan mukus yang menggenang dan menumpuk pada
duktus glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur,
kemudian lapisan subepitel digenangi oleh cairan mukus
dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut
yang disebut mucocele (Choi et al., 2019).

2.3 Klasifikasi Mucocele


Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum
mucocele dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
mucocele ekstravasasi mukus yang sering disebut sebagai
mukokel superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau
mekanik, dan mucocele retensi mukus atau sering disebut
kista retensi mukus dimana etiologinya plug mukus akibat
sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut yang
6

menyebabkan duktus glandula saliva tertekan dan


tersumbat secara tidak langsung (Ayhan et al., 2020).

Klasifikasi mucocele dibagi lagi menjadi tiga


berdasarkan letaknya, yaitu superficial mucocele yang
letaknya tepat di bawah lapisan mukosa dengan diameter
0,1-0,4 cm, classic mucocele yang letaknya tepat di atas
lapisan submukosa dengan diameter lebih kecil dari 1 cm,
dan deep mucocele yang letaknya lebih dalam dari kedua
mukokel sebelumnya. Dikenal pula tipe mucocele
kongenital yang etiologinya trauma pada proses kelahiran
bayi (More et al., 2014).

Gambar 2. 1 Mucocele ekstravasasi mukus (Ayhan et al., 2020).

Gambar 2. 2 Mucocele retensi mukus (Ayhan et al., 2020).


7

2.4 Gambaran Klinis dan Histopatologi Mucocele


Mucocele memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu
massa atau pembengkakan lunak yang berfluktuasi. Lesi
superfisial menyebabkan regangan jaringan, yang
membuat jaringan lebih tipis dan sianotik dan
menyebabkan kongesti vaskular yang mengakibatkan lesi
kebiruan, sedangkan lesi yang lebih dalam warnanya
normal seperti warna mukosa mulut dan apabila dipalpasi
pasien tidak sakit. Massa ini berdiameter 1 mm hingga
beberapa sentimeter, beberapa literatur menuliskan
diameter mucocele umumnya kurang dari 1 cm (More et
al., 2014).

Gambar 2. 3 Mucocele pada anterior median line permukaan ventral lidah yang
melibatkan blandin-nuhn (Setiawan et al., 2016).

Gambar 2. 4 Mucocele pada bibir bawah (Sadiq et al., 2022).


Gambaran histopatologi mucocele tipe ekstrsavasasi
mukus berbeda dengan tipe retensi mukus. Tipe
ekstravasasi gambaran histopatologinya memperlihatkan
8

glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (Gambar


2.5). Sedangkan tipe retensi menunjukkan adanya
epithelial lining (Gambar 2.6).

Gambar 2. 5 Gambaran histopatologi mucocele tipe ekstravasasi mukus yang


terletak di bibir bawah (More et al., 2014).

Gambar 2. 6 Gambaran histopatologi mucocele yang bagian duktusnya


mengalami dilatasi (More et al., 2014).
2.5 Diagnosis Mucocele
Untuk menegakkan diagnosa mucocele dilakukan
prosedur-prosedur yang meliputi beberapa tahap. Pertama
melakukan anamnese dan mencatat riwayat pasien. Pada
pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang
diperoleh dari orang terdekat pasien. Pada pasien dewasa
dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu
sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien
dan pemeriksaan pendukung. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan melihat tanda-
tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan
9

keadaan umum mencakup pengukuran temperatur dan


pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra oral
mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan
keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi,
warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian
pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat
pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien
dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan
apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi
pada massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa
sakit pada saat dilakukan palpasi (Pratiwi & Dwimega,
2021).

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung


meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu
dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mucocele, cairan
diambil secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi,
kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk
mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.
Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi,
meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance
Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan),
ultrasonografi, sialografi, dan juga radiografi konfensional
(Sadiq et al., 2022).

2.6 Diagnosis Banding Mucocele


Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan
gambaran klinis dengan mucocele, diantaranya
hemangioma dan pyogenic granuloma (apabila letaknya
pada bagian anterior lidah). Untuk dapat membedakan
mucocele dengan penyakit-penyakit tersebut maka
10

dibutuhkan riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis


yang jelas yang menggambarkan ciri khas mucocele yang
tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan
hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung
lain yang akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiografi (Indiarti & Ariawan, 2013).

Tabel 2. 1 Diagnosa banding mucocele.

Mucocele Hemangioma Granuloma Pyogenic


Definisi Merupakan lesi Merupakan tumor Merupakan lesi
mukosa oral yang jinak pembuluh mukokutaneus non-
terbentuk akibat darah yang paling neoplastik yang muncul
rupturnya duktus umum yang memiliki akibat respon terhadap
glandula saliva minor karakteristik riwayat iritasi kronis, traumatik
dan penumpukan alami berupa injuri dan faktor hormonal
mucin pada sekeliling poliferasi yang cepat
jaringan lunak dari sel endotel diawal
(Setiawan et al., kelahiran dan diikuti
2016). involusi secara terus
menerus.
Etiologi 1) Trauma lokal atau Etiologinya diduga Granuloma piogenikum
mekanik pada berhubungan dengan biasanya disebabkan
duktus glandula abnormalitas karena infeksi
saliva minor proliferasi sel-sel Botryomycotic,
2) Diakibatkan adanya endotelium. Staphylococci, dan
genangan mukus Streptococci. Granuloma
dalam duktus piogenikum terjadi akibat
ekskresi yang hasil dari trauma minor
tersumbat dan pada jaringan, yang
melebar menjadi jalur invasi ke
jaringan bagi
mikroorganisme non
spesifik.
11

Gambaran
Klinis

Gambaran klinis yang Gambaran klinis Gambaran klinis dari


khas, yaitu massa atau berupa lesi dengan granuloma piogenikum
pembengkakan lunak pembengkakan, adalah berbentuk lesi
yang berfluktuasi. permukaan licin, lunak dan bermassa
Warna lesi bisa sama warnanya bisa sama lobular yang biasanya
dengan mukosa dengan jaringan pedunkulata (tidak
sekitarnya atau sedikit sekitar atau kebiruan, bertangkai). Karakteristik
kebiruan. konsistensi kenyal dan permukaan bersifat
terlokalisasi. ulserasi, mudah berdarah
dan berwarna dari pink,
merah, hingga ungu,
tergantung dari usia lesi.

2.7 Perawatan Mucocele


Pada umumnya pasien yang berkunjung ke dokter
gigi dan meminta perawatan, memiliki ukuran mucocele
yang relatif besar. Perawatan mucocele dilakukan untuk
mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut
yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan
massa. Sejumlah literatur menuliskan beberapa kasus
mucocele dapat hilang dengan sendirinya tanpa dilakukan
perawatan terutama pada pasien anak-anak. Perawatan
yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab
dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor penyebab
dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi
(Setiawan et al., 2016).

Umumnya mucocele yang etiologinya trauma akibat


kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang
terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya
12

rekurensi mucocele. Karena jika kebiasaan buruk atau hal


yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera
disingkirkan atau dihilangkan, maka mucocele akan
dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya
sudah dilakukan perawatan bedah. Pembedahan massa
dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan
dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung
kepada ukuran dan lokasi massa (Pratiwi & Dwimega,
2021).
BAB III
LAPORAN KASUS

Seorang wanita usia 17 tahun datang ke RSGM


Baiturrahmah dengan keluhan tidak nyaman akibat
terdapat benjolan kecil pada bibir bawahnya sejak 6 bulan
yang lalu. Benjolan tersebut pernah pecah namun timbul
lagi namun tidak pernah sakit. Pemeriksaan subjektif
diketahui bahwa pasien mempunyai kebiasaan menggigit-
gigit bibi bawahnya. Pemeriksaan klinis ekstraoral
didapatkan benjolan sewarna dengan warna bibir, dengan
ukuran 3 mm. Pemeriksaan objektif intraoral dalam
keadaan normal.

REKAM MEDIK KEDOKTERAN GIGI

A. Data Mahasiswa
Nama : Sherina Zahara Dita
NPM : 21100707360804083
No RM : 1234
Tanggal : 5 Oktober 2022

B. Data Pasien
Nama : Bunga
TTL : Padang, 1 Januari 2005
NIK : 123456789
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Minang
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Status pernikahan : Belum Menikah

13
Alamat : Maransi
No Telepon : 081234567

14
15

Tabel 3. 1 Pemeriksaan

No Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


1. Pemeriksaan Subjektif Keluhan Utama Seorang wanita berusia 17 tahun, datang ke
RSGM Baiturrahmah dengan keluhan tidak
nyaman karena terdapat benjolan pada bibir
bawahnya dan tidak pernah sakit.
Keluhan Tambahan O : sejak 6 bulan yang lalu
L : pada bibir bawah
D : tidak pernah sakit
C : benjolan ukuran 3 mm
A : sering mengigit bibir
R:-
T:-
Riwayat Dental Belum pernah ke drg sebelumnya
Riwayat Medis Tidak pernah dirawat di rumah sakit
Riwayat Keluarga Tidak ada keluarga yang mengalami hal
serupa
Riwayat Sistemik Tidak ada riwayat penyakit sistemik
2. Pemeriksaan Objektif Intraoral Pemeriksaan klinis intraoral dalam batas
normal
Ekstraoral Pemeriksaan klinis ekstraoral terlihat adanya
lesi berbentuk bula ukuran 3 mm pada bibir
bawah, sewarna dengan warna bibir
3. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Dilakukan dengan pengambilan cairan secara
aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi,
kemudian dievaluasi secara mikroskopis
untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan
yang terlibat
Radiografi Pemeriksaan secara MRI (Magnetic
Resonance Imaging), CT Scan (Computed
Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi,
dan juga radiografi konfensional.
4. Diagnosa Mucocele
5. Diagnosa Banding Hemangioma, lymphangioma, pyogenic
granuloma (apabila letaknya pada bagian
anterior lidah), salivary gland neoplasma.
6. Rencana Perawatan Penatalaksanaan dengan pembedahan
massa/lesi.
7. Prognosa Sedang.
8. Rujukan Pasien di rujuk ke dokter spesialis bedah
mulut untuk pembedahan lesi.
16

RSGM Baiturrahmah Padang


drg. Sherina Zahara Dita
SIP. 21100707360804083
Alamat : Jl. Raya By Pass KM 15 Aie Pacah Padang.Telp. 0751-463871
Padang, Desember 2022
SURAT RUJUKAN
Kepada Yth : Dr. drg. Andries Pascawinata, MDSc, Sp. BM
Di bagian Ilmu Bedah Mulut

Dengan Hormat,
Bersama ini kami mohon pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut kepada pasien:
Nama : Bunga
Tempat/tgl lahir : Padang, 1 Januari 2005
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Maransi
Keluhan : Tidak nyaman akibat terdapatnya benjolan pada bibir bawah, pernah pecah
namun timbul kembali, namun tidak terasa sakit.
Diagnosa Sementara : Mucocele
Terapi : Tidak ada

Mohon pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Demikian surat rujukan ini kami kirim.
Atas perhatian dokter, kami ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

drg. Sherina Zahara Dita


SIP. 21100707360804083
BAB IV
KESIMPULAN

Mucocele merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk


akibat rupturnya duktus glandula saliva minor dan
penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak.
Kebiasaan menggigit mukosa bibir tanpa disadari dan
dilakukan terus menerus dapat menimbulkan tonjolan
yang disebut dengan mucocele. Hal ini terjadi akibat
ekstravasasi dan akumulasi sekresi kelenjar saliva minor
dalam jaringan periduktus. Perawatan mucocele yang
memiliki batas dasar lesi yang jelas dapat dilakukan
dengan tindakan bedah. Keberhasilan perawatan sangat
didukung dengan diagnosis dan rencana perawatan yang
tepat serta menghilangkan faktor penyebab.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ayhan, E., Toprak, S. F., Kaya, Ş., & Akkaynak, Ş. (2020). Dermoscopy of oral
mucocele: Three types of extravasation mucoceles. Turkish Journal of
Medical Sciences, 50(1), 96–102. https://doi.org/10.3906/sag-1907-56
Choi, Y. J., Byun, J. S., Choi, J. K., & Jung, J. K. (2019). Identification of
predictive variables for the recurrence of oral mucocele. Medicina Oral
Patologia Oral y Cirugia Bucal, 24(2), e231–e235.
https://doi.org/10.4317/medoral.22690
Indiarti, I. S., & Ariawan, D. (2013). A case report of mucocele. Ijcpd, 9(4), 253–
256.
More, C. B., Bhavsar, K., Varma, S., & Tailor, M. (2014). Oral mucocele: A
clinical and histopathological study. Journal of Oral and Maxillofacial
Pathology, 18(5), 72–76. https://doi.org/10.4103/0973-029X.141370
Pratiwi, D., & Dwimega, A. (2021). Penatalaksanaan Mukokel dengan Mikro
marsupialisasi pada Pasien Anak (Laporan Kasus). Jurnal Kedokteran Gigi
Terpadu, 3(1), 14–16. https://doi.org/10.25105/jkgt.v3i1.9831
Sadiq, M. S. K., Maqsood, A., Akhter, F., Alam, M. K., Abbasi, M. S., Minallah,
S., Vohra, F., Alswairki, H. J., Abutayyem, H., Mussallam, S., & Ahmed, N.
(2022). The Effectiveness of Lasers in Treatment of Oral Mucocele in
Pediatric Patients: A Systematic Review. Materials, 15(7), 1–11.
https://doi.org/10.3390/ma15072452
Setiawan, D., Dwirahardjo, B., & Astuti, E. T. R. (2016). Studi kasus eksisi
mucocele rekuren pada ventral lidah dengan anestesi lokal. Mkgk, 2(1), 1–6.
Suryavanshi, R., Abdullah, A., Singh, N., & Astekar, M. (2020). Oral mucocele in
infant with an unusual presentation. BMJ Case Reports, 13(6), 10–13.
https://doi.org/10.1136/bcr-2020-234669

18

Anda mungkin juga menyukai