Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH LUKA FISTULA DAN PERAWATANNYA

“ Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Wound Care “
Dosen Pengampu : Bayu Brahmantia, M.Kep., CWCS.

Oleh :
SI Ilmu Keperawatan C - Kelompok III
Adi Rifan Juanda C1914201096
Adinda Senja Pamungkas C1914201110
Alya Indriyani C1914201077
Erisca Yusdiantini C1914201111
Gita Adelia C1914201075
Lala Elawati C1914201107
Muhammad Rofiq Najib C1914201099
Sawitri Prameswari C1914201090
Yevi Tri Khotami R C1914201104

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TA 2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Dengan judul
untuk makalah ini adalah “Luka Fistula dan Perawatannya”.
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas Mata Kuliah “Wound Care” di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan,
pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai besarnya dari berbagai pihak.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan oleh pihak
tersebut.
Penulis bangga untuk mempersembahkan makalah ini. Ada banyak hal
penting yang dapat diraih, dipelajari, dan dipikirkan didalamnya. Penulis sadar
bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini, terutama dalam penulisan, tapi
penulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Tasikmalaya, 25 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 2
C. Manfaat .................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
A. Definisi ................................................................................................................... 4
B. Macam-macam Fistula ......................................................................................... 4
C. Etiologi ................................................................................................................... 7
D. Manifestasi Klinis / Tanda Dan Gejala ............................................................... 7
E. Patofisiologi ........................................................................................................... 8
F. Farmakoterapi....................................................................................................... 9
G. Masalah/Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan (Teori)
(SDKI/SIKI/SLKI) ...................................................................................................... 10
H. Wound Dressing .............................................................................................. 15
I. Evidence Based Nursing ( EBN ) ....................................................................... 16
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 19
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fistula enterokutan atau Enterocutaneous fistula (ECF) adalah suatu
keadaan adanya hubungan yang tidak normal antara traktus gastrointestinal (GI)
intraabdomen dengan kulit. ECF masih menjadi momok yang menakutkan bagi
ahli bedah di dunia hingga saat ini. Hal ini karena sebanyak 75% dari semua
kejadian ECF adalah akibat langsung dari operasi laparoskopi atau laparotomi
(iatrogenik), Sedangkan etiologi ECF dari proses penyakit seperti radang usus,
patologi divertikular, trauma, radiasi dan keganasan hanya berkisar 25% dari
semua kejadian ECF.
Morbiditas dan mortalitas terkait ECF sangat tinggi, 90% pasien ECF akan
mengalami morbiditas mulai dari eksoriasi kulit, dehidrasi, hingga sepsis.
Angka kematian yang disebabkan oleh ECF berkisar antara 5-20% dan
tergantung pada sejumlah faktor termasuk infeksi yang mendasari dan lokasi
fistula. Penelitian menunjukan bahwa angka kematian untuk sebagian besar
prosedur bedah elektif kurang dari 2%, namun pada pasien dengan ECF angka
kematian meningkat hingga berkisar dari 6% hingga 48%. ECF juga telah
meningkatkan beban keuangan yang signifikan pada pasien dan sistem
perawatan kesehatan secara keseluruhan dengan menambah panjang hari rawat
rumah sakit dan unit perawatan intensif.
Tatalaksana ECF masih menjadi tantangan bagi dunia kedokteran.
Keberhasilan dalam manajemen ECF membutuhkan pendekatan multidisiplin.
Dengan penanganan yang komprehensif, disebutkan bahwa tingkat penutupan
spontan ECF dengan manajemen konservatif adalah mulai dari 5-20%,
sedangkan angka penutupan ECF dengan tindakan operatif berkisar antara 75-
85%. Terapi konservatif yang dilakukan antara lain, resusitasi cairan, kontrol
sepsis, terapi nutrisi dan elektrolit, kontrol output, serta perawatan luka dan
kulit.
Metode yang perawatan luka yang terbukti bermanfaat dalam mengurangi
output ECF dan meningkatkan penutupan spontan ECF adalah menggunakan

1
negative pressure wound therapies (NPWT) atau yang sering dikenal vacuum
assisted closure (VAC). Penggunaan VAC selama 7 hari telah terbukti efektif
menurunkan output ECF pada 98% pada pasien yang diteliti. VAC juga terbukti
melindungi kulit sekitar fistula agar tidak terjadi kontak dengan effluent
sehingga mencegah terjadinya maserasi kulit. Penelitian menunjukan bahwa
penggunaan VAC akan menurunkan produksi sitokin pro-inflamasi dan matrix
metalloproteinase (MMPs) yang berperan dalam mendegradasi kolagen.
Namun, penggunaan VAC memerlukan sumber daya yang besar sehingga
aplikasinya sulit diterapkan di rumah sakit dengan fasilitas yang kurang dan
perekonomian masyarakat yang rendah.
Salah satu bahan yang banyak diteliti sebagai bahan penyembuhan luka
adalah fenitoin. Fenitoin (diphenylhydantoin) mulai diperkenalkan pada tahun
1937 sebagai terapi kejang yang terbukti efektif dan masih digunakan sampai
saat ini. Efek stimulasi fenitoin terhadap pertumbuhan jaringan ikat pada
ginggiva menunjukkan kemungkinan untuk digunakan dalam penyembuhan
luka. Beberapa mekanisme kerja fenitoin yang diketahui dapat mendukung
terjadinya penyembuhan luka antara lain adalah stimulasi proliferasi dari
fibroblas, meningkatkan angiogenesis, meningkatkan pembentukan jaringan
granulasi, antagonis glukokortikoid, menurunkan aktifitas kolagenase,
peningkatan deposit kolagen, penurunan eksudat pada luka serta ditemukan
pula adanya efek antibakteri.
Efek penyembuhan luka itu juga diamati dalam penelitian yang dilakukan
Jaber et al dalam mengobati fistula gastrointestinal menggunakan terapi fenitoin
intravena. Penelitian lain menenujukan penggunaan fenitoin secara sistemik
pada pasien ECF akan menurunkan aliran efluen serta menunjukkan penurunan
ukuran fistula, yang mungkin merupakan efek penyembuhan luka dari
pemberian fenitoin.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu luka fistula
2. Untuk mengetahui etiologi luka fistula
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala luka fistula

2
4. Untuk mengetahui farmakoterapi luka fistula
5. Untuk mengetahui wound dressing luka fistula
6. Untuk mengetahui diagnosa dan intervensi pada luka fistula

C. Manfaat
Sebagai referensi bagi penulis selanjutnya yang akan mempelajari
materi mengenai luak fistula dan perawatannya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Fistula adalah saluran yang terhubung secara tidak normal di antara dua
rongga tubuh yang seharusnya terpisah. Saluran ini bisa muncul di bagian tubuh
tertentu, seperti anus dan pembuluh darah. Jika tidak ditangani, fistula bisa
menyebabkan berbagai gangguan pada fungsi tubuh. Selain pembuluh darah
dan anus, fistula juga dapat terbentuk di saluran atau organ tubuh lain, seperti
saluran kemih, saluran cerna, vagina, dan kulit. Banyak bagian tubuh yang
normalnya tidak terhubung, tetapi karena cedera, tindakan operasi, penyakit,
infeksi, atau pembengkakan, menjadi terhubung oleh suatu saluran.

B. Macam-macam Fistula
Ada beberapa jenis fistula yang dapat terbentuk pada tubuh manusia, di
antaranya:
1. Fistula Saluran Pencernaan
Fistula gastrointestinal adalah lubang yang terbentuk secara abnormal di
saluran pencernaan, misalnya lambung dan usus. Fistula di saluran
pencernaan sering kali terjadi akibat riwayat operasi, cedera atau luka tusuk,
dan peradangan di saluran cerna, hingga efek samping terapi radiasi di
rongga perut. Terbentuknya fistula di saluran ini bisa menyebabkan cairan
lambung merembes keluar melalui lapisan lambung atau usus. Jika cairan
lambung bocor ke organ sekitarnya, hal ini bisa memicu peradangan,
bahkan infeksi di organ tersebut.
Ada beberapa jenis fistula yang dapat terbentuk pada saluran pencernaan,
yaitu:
a. Fistula usus, yaitu fistula yang terbentuk di antara salah satu bagian
saluran cerna dengan bagian lain, misalnya usus besar dengan usus
kecil atau lambung dengan usus besar
b. Fistula ekstraintestinal, yaitu fistula yang terbentuk dari usus ke
organ tubuh yang lain, seperti kandung kemih, paru-paru, atau
sistem pembuluh darah

4
c. Fistula eksternal atau fistula kulit, yaitu jenis fistula yang terbentuk
antara saluran pencernaan dengan kulit yang melapisi tubuh
d. Fistula kompleks, ini adalah keadaan dimana fistula terjadi pada
lebih dari satu bagian tubuh.
2. Fistula Ani
Fistula ani adalah saluran kecil yang terbentuk di antara rektum atau
bagian ujung usus besar dengan kulit di dekat anus. Fistula ani biasanya
terjadi akibat infeksi di dekat anus yang menyebabkan penumpukan nanah
atau abses di jaringan sekitarnya. Fistula yang terbentuk pada saluran anus
tersebut bisa menyebabkan kulit di sekitar lubang anus terhubung dengan
saluran anus, sehingga kotoran dapat keluar melalui fistula tersebut. Satu-
satunya cara untuk mengobati fistula ani adalah melalui operasi.
Fistula ani meliputi :
a. Fistula anorektal adalah pembentukan saluran kecil di antara
saluran anus dan kulit di sekitar anus.
b. Fistula rektovaginal adalah pembentukan saluran kecil di antara
vagina dan rektum.
c. Fistula collovaginal adalah pembentukan saluran kecil di antara
vagina dan usus besar
Fistula ani dapat menyebabkan beberapa gejala berikut ini :
a. Iritasi kulit di sekitar anus
b. Nyeri saat duduk, bergerak, buang air besar, atau batuk
c. Keluar nanah atau darah saat buang air besar
d. Sulit mengendalikan buang air besar
e. Anus bengkak dan tampak kemerahan
f. Demam
3. Fistula Arteriovensoa / Pembuluh Darah
Fistula di pembuluh darah disebut juga fistula arteriovenosa. Fistula ini
merupakan fistula yang terbentuk antara pembuluh darah arteri dan vena.
Jika biasanya darah mengalir dari arteri ke kapiler lalu ke vena, fistula
membuat darah mengalir langsung dari arteri ke vena tanpa melewati

5
kapiler. Akibatnya, suplai darah bagi jaringan yang dilewati pembuluh
darah kapiler akan berkurang. Fistula arteriovenosa biasanya terjadi di kaki,
tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi di bagian tubuh lain seperti di
lengan, paru-paru, ginjal, atau otak. Jika tidak diobati, fistula jenis ini bisa
menyebabkan komplikasi berat dan kerusakan jaringan tubuh atau organ di
sekitarnya.
4. Fistula Vagina
Fistula vagina adalah kondisi ketika terbentuknya celah pada rongga
vagina dengan organ lain, seperti kandung kemih dan usus besar. Fistula
vagina bisa menyebabkan kentut vagina, urine atau tinja keluar dari vagina.
Kondisi ini perlu ditangani dengan operasi. Fistula vagina dapat terjadi
akibat cedera, operasi, infeksi, efek samping terapi radiasi, atau penyakit
tertentu, seperti penyakit radang usus dan divertikulitis. Jenis fistula ini juga
bisa terbentuk akibat robekan perineum yang parah saat persalinan atau
infeksi akibat episiotomi setelah melahirkan.
Ada beberapa jenis fistula vagina, yaitu:
a. Fistula vesikovaginal, keadaan dimana terbentuknya fistula di antara
vagina dan kandung kemih.
b. Fistula ureterovaginal, keadaan dimana terbentuknya fistula di
antara vagina dan ureter
c. Fistula uretra, keadaan dimana terbentuknya fistula di antara vagina
dan uretra.
d. Fistula kolovaginal, keadaan dimana terbentuknya fistula di antara
vagina dan usus besar.
e. Fistula enterovaginal, keadaan dimana terbentuknya fistula di
antara usus kecil dan vagina.
5. Fistula Rectovaginal / Obstetrik
Fistula rektovaginal atau disebut juga fistula obstetrik adalah jenis fistula
yang terbentuk antara rektum dan vagina. Kondisi ini membuat gas dan tinja
dari saluran cerna bisa keluar melalui vagina. Fistula obstetrik yang tidak
diperbaiki juga bisa menghambat proses, bahkan meningkatkan risiko

6
kematian ibu saat melahirkan. Fistula pada vagina dan rektum bisa terbentuk
akibat beberapa hal, yaitu :
 Cedera saat melahirkan, misalnya robekan atau ruptur perineum yang
parah
 Penyakit tertentu, seperti abses anus, kanker vagina atau kanker anus,
penyakit radang usus, dan penyakit Crohn
 Efek samping terapi radiasi di daerah panggul
 Riwayat operasi di daerah panggul, vagina, atau anus

C. Etiologi
Penyebab dari fistula disebabkan karena obstetric. (Mukti, Mochtar,
Wiyati, 2018). Beberapa penyebab terjadinya fistula umbilikalis pada anak
dan dewasa adalah :
1. Kelainan kongenital
2. Obstuksi pada sistem pencernaan
3. Pembedahan
4. Keganasan
5. Malnutrisi

D. Manifestasi Klinis / Tanda Dan Gejala


Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang ketaneus. Gejala lain
mungkin passase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih,tergantung
pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi
sistemik disertai gejala yang berhubungan. (B runner Suddarth, 2001 ).
Adapun manifestasi klinis penyakit fistula ani adalah sebagai berikut :
1. Pus atau feses dapat bocor secara konstan darilubang kutaneus
2. Pasase platus atau feses dari vagina atau kandung kemih tergantung
pada saluran fistula
3. Keluarnya cairan yang tidak biasa dari anus ( diluar waktu BAB/
buang air besar ) besar ) cairan bisa berupa nanah atau cairan berup
cairan bisa berupa nanah atau cairan berupa darah a darah
4. Nyeri pada anus
5. Bengkak pada tepi anus yang berulang

7
6. Gatal pada anus
7. Kadang-kadang didahului olehkeluhan hemoroid/wsir
8. Sering mengalami abses anal ( nanah pada anus )
9. Bisul/luka lecet di bokong
10. Eksternal opening pada bokong akan terliahat seperti bintik atau
bulatan memerah sering disertai rembesan nanah.

E. Patofisiologi
Pada fistula selalu ditemukan dua buah muara keluar yang sering disebut
dengan istilah eksternal opening ( daerrah perineum ) dan internal opening (
anorektal). Lebih mudah untuk menemukan external opening dibandingkan
internal opening apalagi internal openingnya lebih dari satu (multiple)
karakteristik dibandingakan penyakit/gangguan lain yang berada disekitar anus
(hemoroid/wasir, abses anal, fisura ani dll) adalah pada fistula ani sering terjadi
kekambuhan dan infeksi ulang jika tidak mendapat penanganan yang baik.
Sering dianggap tidak berbahaya.Tidak jarang banyak yang menyimpan fistula
ani sampai bertahun-tahun.
Gejala yang tampak ringan seperti bisul atau luka lecet dibokong membuat
fistula ani sering mendapat penanganan yang keliru dan menyebabkan
keterlambatan pasien untuk datang konsultasi kedokter. Awal keluhan biasanya
berupa keluarnya cairan yang tidak biasanya da biasanya dari anus( diluar
waktu diluar waktu BAB/ buang BAB/ buang aiar besar) cairan biasanya
biasanya berupa nanah berupa nanah atau cairan serupa nanah, nyeri pada anus,
bengkak pada tepi anus yang berulang, gatal pada anus. Kadang-kadang
ddidahului dengan keluhan hemorid atau wasir. Sering mengalami abses anal
(nanah pada anus) sebelumnya. Sering disertai rembesan nanah atau darah
disekitarnya. Pasien sering mengira bintik atau bulatan tersebut, bisul atau luka
lecet biasa.
Biasanya disebut fistel adalah terowongan yang menyambung dua bagian
tubuh yang tidak lazim. Biasanya adalah sejenis bisul dibagian anus yang tidak
bisa sembuh-sembuh. Didalam bisul tersebut adalah terowongan atau canal yang

8
menembus ke saluran pembuangan rectum. Bisa ada satu, dua tau lebih lubang
fistula.

F. Farmakoterapi
Luka fistula adalah kondisi medis yang terjadi ketika terdapat saluran
abnormal yang menghubungkan organ internal dengan permukaan kulit atau
membran mukosa. Pengobatan luka fistula tergantung pada jenis dan lokasi
fistula.
Farmakoterapi luka fistula bertujuan untuk mengurangi gejala, mengontrol
infeksi, dan mempromosikan penyembuhan luka. Berikut adalah beberapa jenis
obat yang biasanya digunakan dalam pengobatan luka fistula:
1. Antibiotik: Antibiotik dapat membantu mengobati infeksi yang terjadi
pada luka fistula.
2. Antiinflamasi nonsteroid (NSAID): NSAID dapat membantu
mengurangi peradangan dan nyeri yang terjadi pada luka fistula.
3. Imunosupresan: Obat imunosupresan dapat digunakan dalam
pengobatan luka fistula yang disebabkan oleh penyakit inflamasi usus,
seperti Crohn's disease.
4. Obat pengikat asam empedu: Obat ini dapat membantu mengurangi
produksi cairan empedu pada luka fistula yang terjadi pada kantung
empedu atau saluran empedu.
5. Obat antimotil: Obat antimotil dapat digunakan untuk mengurangi
pergerakan usus pada luka fistula yang terjadi pada saluran pencernaan.
Namun, penting untuk diingat bahwa pengobatan luka fistula harus
disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien dan diberikan oleh dokter
yang berkompeten dalam bidang tersebut. Selain itu, pengobatan farmakoterapi
biasanya digabungkan dengan prosedur bedah untuk mencapai kesembuhan
yang lebih efektif.

9
G. Masalah/Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan (Teori)
(SDKI/SIKI/SLKI)
1 Diagnosa Konstipasi berhubungan dengan Kerusakan
Keperawatan Otot (D.0049)
(SDKI)
Tujuan dan Kriteria Setelah dilakukan intervensi, diharapkan
Hasil Eliminasi Fekal (L.04033) membaik dengan
(SLKI) kriteria hasil :
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat
5/5
2. Keluhan defeksi lama dan sulit menurun
5/5
3. Mengejan saat defeksi menurun 5/5
4. Urgency menurun 5/5
5. Peristaltic usus membaik 5/5
Intervensi Manajemen Kosntipasi
(SIKI) I.04155
Observasi
- Periksa tanda dan gejala konstipasi
- Periksa pergerakan usus, karakteristik
feses
- Identifikasi factor resiko konstipasi
Terapeutik
- Anjurkan diet tinggi serat
Edukasi
- Latihan BAB teratur
- Ajarkan cara mengatasi konstipasi
Kolaborasi
- Konsultasi dengan tim medis tentang
penurunan/peningkatan frekuensi suara
usus

10
2 Diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan Agen
Keperawatan Pencedera Fisik (D.0077)
(SDKI)
Tujuan dan Kriteria Setelah dilakukan intervensi, diharapkan
Tingkat Nyeri (L.08066) menurun dengan
Hasil
kriteria hasil :
(SLKI) 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas
meningkat 5/5
2. Keluhan nyeri menurun 5/5
3. Meringis menurun 5/5
4. Gelisah menurun 5/5
5. Kesulitan tidur menurun 5/5
6. Anorexia menurun 5/5
7. Frekuensi nadi membaik 5/5
8. Pola nafas membaik 5/5
9. Tekanan darah membaik 5/5
10. Nafsu makan membaik 5/5
Intervensi Manajemen Nyeri
I.08238
(SIKI)
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekeunsi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat &
memperingan nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
- Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgeti, jika perlu

11
3 Diagnosa Intoleransi Aktivitas berhubunagn dengan
Keperawatan Kelemahan
(SDKI) (D.0056)
Tujuan dan Kriteria Setelah dilakukan intervensi, diharapkan
Toleransi Aktivitas (L.05047) meningkat
Hasil
dengan kriteria hasil :
(SLKI) 1. Frekuensi nadi meningkat 5/5
2. Kemudahan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat 5/5
3. Keluhan lelah menurun 5/5
4. Perasaan kemah menurun 5/5
5. Tekanan darah membaik 5/5
Frekeunsi nafas membaik 5/5
Intervensi Manajemen Energi
I.05178
(SIKI)
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
- Monitor kesalahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus
- Lakukan ROM Pasif / Aktif
- Fasilitasi duduk di tempat tidur
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
4 Diagnosa Gangguan Integritas Kulit / Jaringan
berhubungan dengan Faktor Mekanis
Keperawatan
(D.0129)
(SDKI)

12
Tujuan dan Kriteria Setelah dilakukan intervensi, diharapkan
Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125)
Hasil
meningkat dengan kriteria hasil :
(SLKI) 1. Elastisitas meningkat 5/5
2. Hidrasi meningkat 5/5
3. Perfusi jaringan meningkat 5/5
4. Kerusakan jaringan menurun 5/5
5. Kerusakan lapisan kulit menurun 5/5
6. Nyeri menurun 5/5
7. Sensai mambaik 5/5
Intervensi Perawatan Integritas Kulit
I.11353
(SIKI)
Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas
kulit
Terapeutik
- Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
- Bersihkan parineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
Edukasi
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan asupan nutrisi
- Anjurkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrim
Perawatan Luka
I.14564
Observasi
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda tanda infeksi
Terapuetik
- Lepaskan balutan plester seacar perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl
- Bersihkan jaringan neukrotik
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
- Anjurkan prosedur luka secara mandiri
5 Diagnosa Ansietas berhubungan dengan Ancaman
Keperawatan Terhadap Konsep Diri

13
(SDKI) (D.0080)
Tujuan dan Kriteria Setelah dilakukan intervensi, diharapkan
Tingkat Ansietas (L.09093) menurun dengan
Hasil
kriteria hasil :
(SLKI) 1. Verbalisasi kebingungan menurun 5/5
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi
yang dihadapi menurun 5/5
3. Perilaku gelisah menurun 5/5
4. Perilaku tegang menurun 5/5
5. Tremor menurun 5/5
6. Pucat menurun 5/5
7. Perasaan keberdayaan membaik 5/5
Intervensi Redukasi Ansietas
(SIKI) I.09134
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
- Ciptakan suasan teraputik untuk
menumbuhkan kepercayaan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Modifikasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
- Latihan kegiatan yang mengurangi
ketegangan

14
H. Wound Dressing
Luka fistula membutuhkan perawatan khusus karena dapat menjadi tempat
masuknya kuman dan infeksi. Penggunaan wound dressing yang tepat pada luka
fistula dapat membantu melindungi luka dari infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.
Berikut adalah beberapa jenis wound dressing yang dapat digunakan pada
luka fistula:
1. Hydrocolloid dressing: Jenis dressing ini dapat membantu melindungi
luka dari infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Hydrocolloid
dressing juga dapat menyerap eksudat (cairan yang keluar dari luka)
sehingga luka tetap kering dan bersih.
2. Alginate dressing: Jenis dressing ini terbuat dari serat alginat yang
diekstrak dari rumput laut. Alginate dressing dapat menyerap eksudat
dan membentuk gelembung gel yang membantu mempercepat proses
penyembuhan.
3. Foam dressing: Jenis dressing ini terbuat dari busa yang dapat menyerap
eksudat dan mencegah infeksi. Foam dressing juga dapat
menyeimbangkan kelembaban luka dan mencegah terjadinya iritasi
kulit.
4. Film dressing: Jenis dressing ini terbuat dari lapisan tipis dan transparan
yang dapat melindungi luka dari debu dan kotoran. Film dressing juga
dapat membantu melindungi luka dari gesekan dengan pakaian atau
benda lainnya.
5. Gauze dressing: Jenis dressing ini terbuat dari kain steril yang dapat
digunakan untuk membersihkan luka atau menyerap eksudat. Namun,
gauze dressing tidak disarankan untuk digunakan secara langsung pada
luka fistula karena dapat menyebabkan iritasi dan memperlambat proses
penyembuhan.
Pilihan wound dressing yang tepat untuk luka fistula harus disesuaikan
dengan kondisi masing-masing pasien.

15
I. Evidence Based Nursing ( EBN )
Jurnal 1
TERAPI MINYAK ESSENSIAL LAVENDER SEBAGAI EVIDENCE
BASED NURSING UNTUK MENGURANGI NYERI KANULASI AV
FISTULA PADA PASIEN HEMODIALISA
Penulis : Aan Efendi, Sulastri, Puji Kristini
P Penerapan EBN ini menggunakan desain teknik purposive sampling .
instrument penerapan menggunakan skala penilaian nyeri visual analog
scale/ VAS minyak enssetial lavender pelaksanaan dilakukan di ruangan
Hemodialisa Rumah Sakit Padan Arang Boyolali. Tahap observasi serta
pencarian literatur dimulai pada tanggal 06 – 15 Januari 2020. Jumlah
responden sebanyak 10 orang pasien.
I Intervensi terapi 5 menit sebelum pasien dilakukan pemasangan insersi
AV Fistula pasien diberikan tindakan pengolesan pada area yang akan
dilakukan penusukan dan meletakkan kassa yang sudah ditetesi minyak
essensial lavender sebanyak 3 tetes pada kerah baju/leher selama 5 menit
setelah itu dilakukan disinfektan dan AV Fistula dimasukkan.
Selanjutnya pasien dilakukan pengukuran terhadap tingkat nyeri dengan
menggunakan Numeric Rating Scale dan Visual Analog Scale (Post
Test).
C Tidak ada jurnal pembanding dalam penelitian ini.
O Penerapan terapi Pelaksanaan intervensi minyak essensial lavender
dengan inhalasi dan topical kepada 10 responden pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Pandanarang Boyolali.
menunjukkan 10 responden (100%) mengalami penurunan nyeri saat
kanulasi av fistula dan tidak ada responden yang tidak mengalami
penurunan nyeri. Hasil penerapan ini menunjukkan sesudah diberikan
minyak essensial lavender dengan inhalasi dan topical dapat mengurang
nyeri kanulasi av fistula pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.
T Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020.

16
Jurnal 2

EFEKTIVITAS KOMBINASI TERAPI RELAKSASI BENSON DAN


AROMATERAPI TERHADAP INTENSITAS NYERI INSERSI AV
FISTULA PASIEN HEMODIALISA
Penulis : Alfisa Her Bening, Ekan Faozy , Kusnanto
P Sampel dari penerapan EBN ini terdiri dari pasien hemodialysis di
Ruang Hemodialisa RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo. Responden dipilih
menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah responden dalam
penelitian ini terdiri dari 10 responden yang memenuhi kriteria inklusi
berupa pasien hemodialysis yang bersedia menjadi responden, pasien
dengan akses AV Shunt dengan keluhan nyeri skala 4-6, kondisi stabil,
dapat berkomunikasi dan mengikuti prosedur penelitian hingga tahap
akhir dengan baik.
I Intervensi yang diberikan berupa pemberian teknik relaksasi benson
yang dikombinasikan dengan aromaterapi lavender. Prosedur pemberian
intervensi berupa responden diminta untuk memposisikan diri dengan
nyaman lalu mengatur napas dengan pelan dan focus pada satu kata
sesuai dengan keyakinan yang dianut, bersamaan dengan itu responden
juga diberikan aromaterapi lavender yang diletakkan di sisi responden
sehingga memungkinkan responden untuk menghirupnya. Tindakan ini
dilakukan selama kurang lebih 10 menit dan bersamaan dengan
penusukan AV fistula pada responden.
C Tidak ada jurnal pembanding dalam penelitian ini.
O Hasil penelitian ini telah menunjukkan pemberian kombinasi terapi
relaksasi benson dan aromaterapi lavender pada pasien hemodialisa
dengan nyeri insersi av fistula dinilai efektif dibuktikan dengan
perbedaan yang signifikan antara tingkat nyeri sebelum diberikan
intervensi dan sesudah diberikan intervensi. Kombinasi relaksasi benson
dan aromaterapi lavender merupakan metode yang efektif, minim efek

17
samping, ekonomis, terjangkau dan mudah untuk diaplikasikan untuk
mengurangi nyeri pada pasien hemodialisa dengan insersi av fistula.
T Penelitian ini dilakukan pada tahun 2022.

18
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Fistula adalah saluran yang terhubung secara tidak normal di antara dua
rongga tubuh yang seharusnya terpisah. Saluran ini bisa muncul di bagian
tubuh tertentu, seperti anus dan pembuluh darah. Fistula terbagi atas beberapa
bagian yaitu :
1. Fistula Saluran Pencernaan
2. Fistula Ani
3. Fistula Arteriovensoa / Pembuluh Darah
4. Fistula vagina
5. Fistula Rectovaginal / Obstetrik

B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan sebaiknya nantinya dalam
memberikan asuhan keperawatan juga harus memberikan pedidikan
kesehatan, serta dapat menganjurkan pasien untuk bergaya hidup sehat seperti
makan-makanan yang bergizi dan teratur. Kemudian Sebagai referensi bagi
penulis selanjutnya yang akan mempelajari materi mengenai luak fistula dan
perawatannya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Limanto, D. H., Christian, D. H., Caesario, M., & Usman, U. (2021). Dasar-dasar
teknik pembedahan fistula arteriovenosa (Vol. 1). Airlangga University
Press.
Efendi, A., Sulastri, S., & Kristini, P. (2020). Terapi Minyak Essensial Lavender
Sebagai Evidence Based Nursing Untuk Mengurangi Nyeri Kanulasi Av-
Fistula Pada Pasien Hemodialisa. Prosiding Seminar Nasional Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2020.
Bening, A. H., Faozy, E., & Kusnanto, K. (2022). Efektivitas Kombinasi Terapi
Relaksasi Benson dan Aromaterapi terhadap Intensitas Nyeri Insersi AV
Fistula Pasien Hemodialisa. ASJN (Aisyiyah Surakarta Journal of
Nursing), 3(2), 76-82.
https://www.honestdocs.id/mengenal-fistula-dan-dampaknya-untuk-tubuh
diakses 25 Maret 2023

20

Anda mungkin juga menyukai