Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEPERAWATAN LUKA

“IMPLEMENTASI PERAWATAN LUKA TERKINI”

Dosen Pengampuh : Ns. Andro Runtu,S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4 :

Anjeli Undap

Argyn Rumende

Belinda Lesono

Distefano Gontah

Euodia Tahendung

Febi Sabanari

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karuniaNya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah

Keperawatan Luka. Adapun maksud dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai

salah satu cara guna untuk memperdalam pengetahuan materi Keperawatan Luka yang

merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan di Akademi Keperawatan Bethesda

Tomohon.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan,

dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami selaku penulis

menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah mengambil bagian

dalam penyusunan makalah ini.

TOMOHON, Maret 2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

2.1 DEFINISI IMPLEMENTASI..................................................................................2

2.2 TINDAKAN KEPERAWATAN.............................................................................3

2.3 KOMPLIKASI PROSES PENYEMBUHAN LUKA.............................................8

BAB III PENUTUP.........................................................................................................10

3.1 KESIMPULAN......................................................................................................10

3.2 SARAN..................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Seseorang yang menderita luka akan merasakan adanya ketidaksempurnaan yang

pada akhirnya cenderung untuk mengalami gangguan fisik dan emosional . Tidak dapat

dipungkiri bahwa luka akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Sebagai contoh

pasien dengan luka kanker dengan eksudat yang banyak dan sangat berbau tentunya

bukan hanya menjadi gangguan kesehatan bagi klien akan tetapi juga akan

mempengaruhi gangguan interaksi pasien.

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat dapat

disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,

sengatan listrik, atau gigitan hewan (Sjamsuhidajat, 2017). Luka adalah terputusnya

kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan. Luka bisa diklasifikasikan

berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan, dan lama penyembuhan

(Kartika, 2015). Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh

yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh, sehingga dapat mengganggu

aktivitas sehari-hari (Hidayat, 2014).

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan

dan pengobatan dan tindakan untuk memperbaiki kondisi dan pendidikan untuk

klienkeluarga atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul

dikemudian hari.Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan

klien dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan& strategi

implementasikeperawatan.

Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien,

keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon pasien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002). Jadi, implemetasi

keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan

pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan

pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan

cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan.

2
Tujuan dari pelaksanaan/implementasi adalah membantu klien dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,

penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Melaksanakan hasil dari

rencana keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untukmengetahui kondisi kesehatan

pasien dalam periode yang singkat, untuk mempertahankan daya tahan tubuh, untuk

mencegah komplikasi, untuk menemukan perubahan system tubuh, untuk memberikan

lingkungan yang nyaman bagi klien, dan untuk mengimplementasi pesan dokter.

2.2 TINDAKAN KEPERAWATAN

Setiap tahapan proses penyembuhan luka perlu dikenali oleh tenaga kesehatan

khususnya perawat luka untuk dapat merencanakan dan melakukan intervensi yang

terbaik dalam mendukung proses penyembuhan berjalan cepat. Tindakan Perawatan

Luka dengan yang dilakukan tidak hanya dilihat dari sisi profesi keperawatan melainkan

juga perlu menggunakan pendekatan multidisiplin seperti adanya infeksi sistemik

diperlukan pemeriksaan kultur eksudat dan pemberian antibiotik. Berikut beberapa

tindakan keperawatan serta kolaborasi yang dapat dilakukan sesuai dengan tahapan

proses penyembuhan luka;

1. Tindakan pada Tahap Inflamasi

Proses inflamasi tidak boleh dihentikan oleh karena menjadi mekanisme

pertahanan tubuh terhadap cedera atau trauma yang merusak kulit. Morison (2004),

menyatakan bahwa tahapan ini sangat penting dan tidak ada upaya yang dapat

menghentikan kecuali terjadi pada kompartemen tertutup (kompartemen sindrom) di

3
mana struktur penting tertekan seperti luka bakar di leher. Berikut tindakan keperawatan

dan kolaborasi pada tahap inflamasi.

 Tindakan Keperawatan

a. Mencuci luka dengan larutan fisiologis yang tidak iritatif atau merusak jaringan

luka dan dapat menggunakan antiseptik gentle (lembut) untuk mencegah infeksi

atau mengontrol pertumbuhan kuman. Mencuci luka dapat menggunakan teknik

swab atau gosokan lembut dan irigasi.

b. Membatasi penggunaan iodine povidine yang dapat menghambat fibroblast

dalam sintesis kolagen dan penggunaan hidrogen peroksida yang merusak

jaringan luka.

c. Mengajarkan individu manajemen nyeri dan elevasi bagian tubuh yang cedera

atau luka untuk meningkatkan kenyamanan dan mencegah edema berlebihan.

d. memilih topikal terapi yang mendukung lingkungan luka lembab (moist),

sehingga mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah infeksi.

e. memberikan vitamin C (antioksidan), pyridoxine, riboflavin dan thiamine yang

dapat membantu stamina tubuh atau sel dalam melawan bakteri sebagai

penyebab infeksi serta asam lemak omega 3 yang dapat membantu dalam respon

inflamasi dan mencegah infeksi.

f. memberi pendidikan kesehatan cara perawatan lika dirumah.

g. mengawasi pemberian obat antibiotik atau kortikosteroid atau antiinflamasi yang

dapat menghambat sel neotrofil dan fibroblast bekerja.

 Kolaborasi

4
Kolaborasi dengan dokter gizi klinis atau ahli gizi jika mengalami malnutrisi atau

ada faktor penghambat lainnya seperti penyakit penyerta (diabetes,jantung dan lainnya)

dan juga dapat kolaborasi dengan internis atau lainnya.

2. Tindakan Pada Tahap Proliferasi

Proliferasi memiliki 3 peristiwa penting dalam proses penyembuhan luka yaitu

sintesis kolagen, pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Pembentukan

angiogenesis atau pembuluh darah kapiler baru juga terjadi pada tahapan ini. Trauma

atau perawatan luka yang tidak tepat akan menyebabkan jaringan granulasi berdarah

dan mengakibatkan tahapan proses penyembuhan luka kembali ke tahapan inflamasi.

 Tindakan Keperawatan

a. Mencuci luka pada tahapan ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan lembut

untuk mencegah jaringan granulasi berdarah. Cuci luka dapat menggunakan

teknik swab gentle menggunakan kasa lembut.

b. Penggunaan iodine povidine tidak diperbolehkan pada fase ini karena

menghambat kinerja sel fibroblast.

c. Memilih topikal terapi yang bertujuan mendukung lingkungan luka lembap

(moist), mengelola eksudat dan mencegah infeksi. Dressing kolagen dapat

digunakan untuk membantu menumbuhkan jaringan granulasi dan kalsium

alginat untuk menyerap dan mencegah terjadi perdarahan. Jangan gunakan

balutan yang melekat pada jaringan granulasi.

d. Memberikan vitamin C (antioksidan) dan protein atau mineral lainnya yang

dapat mendukung sel fibroblast menyintesis kolagen untuk membentuk jaringan

5
baru. Vitamin A, zinc dan zat besijuga perlu diberikan untuk dapat mendukung

sintesis kolagen, proliferasi sel dan epitelisasi (Hess, 1999). Pada fase ini dapat

dianjurkan untuk minum susu kolagen atau tinggi protein jika tidak memiliki

kontra indikasi atau komplikasi.

e. Memantau eksudat yang berlebihan dan odor luka sebagai tanda adanya

pertumbuhan bakteri berlebihan atau infeksi lokal.

 Kolaborasi

a. Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur eksudat untuk mengetahui jenis bakteri

jika dicurigai infeksi.

b. Kolaborasi pemberian antibiotik dengan dokter umum atau spesialis jika

ditemukan adanya tanda infeksi lokal dan hasil kultur menunjukkan ada bakteri

serta tanda infeksi sistemik

c. Kolaborasi pemberian terapianti diabetik atau lainnya jika ada penyakit penyerta

diabetes dengan dokter internis atau bagian konsultan endokrin

d. kolaborasi dengan dokter spesialis bedah vaskular atau lainnya, jika ditemukan

adanya penurunan perfusi menuju ke tempat cedera

e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk nutrisi, dan fisioterapi untuk mencegah

komplikasi seperti; kontraktur atau kecacatan yang berhubungan dengan lokasi

luka.

3. Tindakan pada Tahap Maturasi

Maturasi adalah tahap akhir dari proses penyembuhan luka. Pada tahap ini luka yang

sudah epitelisasi akan mudah rusak atau kembali menjadi luka sehingga diperlukan

tindakan perlindungan yang optimal. Morison (2004) menyatakan bahwa kekuatan

6
regangan (tensile strength) 50% dari kulit diperoleh kembali dalam tiga bulan pertama.

Luka akan kembali pulih sampal 2 tahun dengan tensil strength 80%. Berikut tindakan

keperawatan dan kolaborasi pada tahap maturasi:

 Tindakan Keperawatan

a. Mencuci luka pada tahapan ini juga perlu dilakukan dengan hati-hati dan lembut

untuk mencegah kerusakan epitel baru.

b. Memilih topikal terapi yang bertujuan mendukung lingkungan luka lembap

(moist) dan melindungi epitel baru. Lingkungan luka yang kering akan

menghambat proses migrasi epitel dan menyebabkan terbentuk scab atau

kematian sel (Hess, 1999).

c. Memantau pinggiran luka dari kalus, hipergranulasi atau biofilm yang dapat

menghambat proses migrasi sel epitel. Jika ada penghambat tersebut, maka perlu

dikaji kembali tindakan sebelumnya dan memilih topikal terapi atau balutan

yang dapat mengatasi masalah tersebut.

d. Biofilm atau koloni kuman mudah terlihat pada jaringan granulasi yang akan

menghambat pertumbuhan epitel. Biofilm ditandai dengan adanya lapisan jernih

atau bening seperti agar-agar di atas permukaan jaringan granulasi. Biofilm

dapat diatasi dengan topikal antimikrobial atau menggunakan mekanikal

debridemen seperti menggunakan kasa atau pinset untuk mengangkat atau

menghilangkannya.

 Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian antibiotik dengan dokter umum atau spesialis jika

ditemukan adanya tanda infeksi sistemik.

7
b. Kolaborasi dengan dokter spesialis untuk pemberian terapi sesuai penyakit

penyerta yang menghambat proses penyembuhan.

c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk nutrisi dan fisioterapi untuk mencegah

komplikasi seperti kontraktur atau kecacatan yang berhubungan dengan lokasi

luka.

2.3 KOMPLIKASI PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Proses penyembuhan luka yang tidak berjalan dengan baik oleh karena berbagai

faktor penghambat akan menyebabkan komplikasi. Beberapa faktor yang menjadi

penghambat proses penyembuhan luka diantaranya penyakit penyerta, nutrisi, perfusi

jaringan dan usia. Komplikasi yang umum terjadi pada proses penyembuhan luka yaitu;

1. Infeksi

Cairan luka atau eksudat yang banyak, berbau dan jenis purulen menandakan

adanya infeksi. Infeksi yang tidak terkontrol dan jika ditangani maka akan

menyebabkan osteomyelitis, bakteremia dan sepsis.

2. Hemoragik

Pendarahan paling sering terjadi jika kondisi pasien lemah dan adanya penyakit

penyerta seperti kelainan darah atau malnutrisi seperti kekurangan vitamin K.

3. Dehiscense atau Dehisen

Dehiscense adalah terpisahnya lapisan kulit dan jaringan atau tepi laku tidak

menyatu dengan tepi luka lainnya. Komplikasi ini dapat terjadi pada hari ke-3

sampai ke-11 setelah cedera.

4. Eviserasi

8
Organ bagian dalam (viseral) dapat keluar melalui permukaan luka yang disebut

sebagai eviserasi.

5. Fistula

Terbentuknya jalan abnormal di antara dua organ atau di antara suatu organ dan

permukaan tubuh. Fistula ani menghubungkan organ pencernaan (Sigmoid)

menuju ke permukaan kulit sekitar anus oleh akibat berbagai faktor antara lain

infeksi, Chron’s disease, diverticulitis dan komplikasi sekitar anus.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Proses penyembuhan luka melalui tiga tahapan yaitu inflamasi, proliferasi dan

maturasi. Proliferasi dan maturasi. Proses inflamasi berlangsung maksimal sampai 6

hari, proses proliferasi 1 hari sampai 21 hari, dan maturasi dari 21 hari sampai 2 tahun.

Tipe penyembuhan luka juga terbagi menjadi tipe penyembuhan primer, sekunder dan

tersier. Pengetuhuan terkait pada proses penyembuhan luka ini digunakan oleh perawat

atau tenaga kesehatan untuk dapat memberikan intervensi yang tepat dalam mendukung

proses penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk

mendukung proses penyembuhan luka diantaranya mencuci luka dengan larutan pencuci

luka yang tidak iritatif, teknik cuci luka swab atau gosokan atau irigasi, memberikan

suplemen tambahan dan edukasi perawatan berkelanjutan. Perawatan luka yang tepat

akan mencegah komplikasi seperti infeksi, pendarahan, dehisen, evirasi, dan fistula.

3.2 SARAN

Dalam penulisan makalah ini masih kurang dari kesempurnaan karena

kurangnya referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya

membangun khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca

sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ns. I Made Sukma Wijaya, M.Kep., WOC(ET)N.2018.Perawatan Luka Dengan

Pendekatan Multidisiplin.Yogyakarta : ANDI(Anggota IKAPI).

https://osf.io/8ucph/download

11

Anda mungkin juga menyukai