Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ISU DAN TREN PELAYANAN KESEHATAN LANSIA”

“KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG LANSIA”

“POSYANDU LANSIA”

Dosen Pengajar:

Ns.Grace Merentek, S.Kep.,M.Kep

Kelompok 10:

1. Debora Lombogia
2. Michelle Poli
3. Sevira Bakary
4. Yohanes Wenur
5. Paula Kaawoan
6. Valenia Kilis

AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON


T/A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu dan tren pelayanan kesehatan, Kebijakan pemerintah
tentang lansia, Posyandu lansia” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen
pada [bidang Keperawatan Gerontik] di Akper Bethesda Tomohon. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Isu dan tren
pelayanan kesehatan, Kebijakan pemerintah tentang lansia, Posyandu lansia”.Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku dosen mata kuliah. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Tomohon, 24 Februari 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...1


1.2 Tujuan Penelitian……………………………………………………………...2
1.3 Manfaat Penelitian…………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Isu dan Tren Pelayanan Kesehatan Lansia…………………………………….3


A. Masalah Kesehatan Gerontik
B. Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
C. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia
2.2 Kebijakan Pemerintah tentang Lansia…………………………………………7
A. Hukum Perlindungan Lansia
B. Pembinaan Lansia
C. Kebijakan Depkes dalam Pembinaan Lansia
D. Kegiatan-Kegiatan dalam Pembinaan Lansia
2.3 Posyandu Lansia……………………………………………………………...14
A. Tujuan Posyandu Lansia
B. Sasaran Posyandu Lansia
C. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
D. Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
E. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..17

3.1 Kesimpulan……….…………………………………………………………..17
3.2 Saran………………………………………………………………………….17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia merupakan masa manusia menapaki kehidupan menjelang akhir hayat. Keadaan ini
identik dengan perubahan-perubahan yang mencolok pada fisik maupun psikis manusia tersebut.
Secara kronologis lansia merupakan orang yang telah berumur 60 tahun keatas (Wahyuni, 2003).
Tetapi ada juga sumber yang menyebutkan bahwa lansia adalah orang yang telah berumur lebih
dari 65 tahun. Menurut Giriwijoyo dan Komariah (2002) secara kronologik lansia berumur 60-70
tahun, sedangkan lansia yang beresiko tinggi berusia di atas 70 atau diatas 60 tahun yang
mengidap penyakit. Dirjen Kesehatan Masyarakat mengelompokkan usia diatas 40 tahun sebagai
berikut : (1) Usia menjelang lanjut usia 40-55 tahun, (2) Usia lanjut masa presenium 55-64
tahun, (3) Usia lanjut masa senescens di atas atau sama dengan 65 tahun, (4) Usia lanjut resiko
tinggi di atas 70 tahun. WHO juga mengelompokkan lansia menjadi (1) Middle Age yaitu antara
usia 45-59 tahun, (2) Elderly yaitu antara usia 60-74 tahun, (3) Old yaitu antara usia 75-90 tahun,
dan (4) Very Old di atas atau sama dengan 90 tahun (Giriwijoyo dan Komariah, 2002).

Proporsi penduduk di atas 60 tahun di dunia diperkirakan akan terus meningkat. Perkiraan
peningkatan dari tahun 2000 sampai 2050 akan berlipatganda dari sekitar 11% menjadi 22%,
atau secara absolut meningkat dari 605juta menjadi 2 milyar lansia( WHO,2014). Dari tahun
2010-2014 pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun terus meningkat, dari 3,54 juta per
tahun menjadi 3,70 juta per tahun. Saat ini Jumlah penduduk usia lanjut Berkisar antara 27 juta
(angka nasional), dan diprediksi pada tahun 2020 akan menjadi sekitar 38 juta atau 11,8% dari
seluruh jumlah penduduk usia lanjut yang ada pada saat ini di kota Surakarta sebesar 11,3%
(DKK Surakarta, 2016).

Untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia pemerintah membuat beberapa kebjakan-


kebijakan pelayanan kesehatan lansia. Tujuan umum kebijakan pelayanan kesehatan lansia
adalah meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai lansia sehat, mandiri, aktif,
produktif dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat. Sementara tujuan khususnya adalah
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun lansia, meningkatkan koordinasi
dengan lintas program, lintas sektor, organisasi profesi dan pihak terkait lainnya, meningkatnya
ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lansia, meningkatnya peran serta dan
pemberdayaan keluarga, masyarakat dan lansia dalam upaya serta peningkatan kesehatan lansia,
meningkatnya peran serta lansia dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat
(KEMENKES, 2016).

1.2 Tujuan Penelitian


1
1. Untuk mengetahui apa saja isu dan pelayanan kesehatan lansia yaitu masalah kesehatan
gerontik, Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia, Prinsip pelayanan kesehatan lansia.
2. Untuk mengetahui apa saja kebijakan pemerintah tentang lansia yaitu Hukum
perlindungan lansia, Pembinaan lansia, Kebijakan depkes dalam pembinaan lansia,
Kegiatan-kegiatan dalam pembinaan lansia
3. Untuk mengetahui Tujuan posyandu lansia, sasaran posyandu lansia, mekanisme
pelayanan posyandu lansia, kendala pelaksanaan posyandu lansia, bentuk pelayanan
posyandu lansia

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi yang dapat digunakan sebagai
referensi yang berkaitan dengan ilmu Keperawatan Gerontik khususnya dalam keaktifan lansia
atau kesejahteraan lansia.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 ISU DAN TREN PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan banyak orangtentang
praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan
issukeperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.Saat ini trend
dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan orang adalahAborsi, Eutanasia dan
Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut menyangkutketerkaitan dengan aspek
legal dan etis dalam keperawatan

A. Masalah Kesehatan Gerontik


1. Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos
atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami
isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini
dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara
berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat
menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya
normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam
membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama masih mampu
melaksanakan.
2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat
menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri,
timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering
menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak
masalah.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang
kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan
sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan
bantuan orang lain.

4. Palliative care

3
Pemberian obat pada lansia bersifatpalliative careadalah obat tersebut ditunjukan untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat
menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai
contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan
diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek
sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi
sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban
ketidaknyaman lansia.
5. Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang
sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada
lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas,
termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya
perubahan usia ini adalahbahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan
untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita
bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis
obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
a. Bingung
b. Lemah ingatan
c. Penglihatan berkurang
d. Tidak bias memegang
e. Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi
f. Kesehatan menta

B. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan
kesehatan yang diterima.

1. Azas Menurut WHO (1991)


adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life, dengan prinsip
kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan
diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).Azas yang dianut oleh Departemen
Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life,
yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan
memperpanjang usia.
2. Pendekatan Menurut World Health Organization (1982),
pendekatan yang digunakan adalag sebagai berikut :
a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d. Lansia turut memilih kebijakan (choice)

4
e. Memberikan perawatan di rumah (home care)
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family
care)
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu Promotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a. Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang
positif menjadi norma-norma sosial.

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :

1) Mengurangi cedera
2) Meningkatkan keamanan di tempat kerja
3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
4) Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
5) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
b. Preventif
1) Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Contoh pencegahan primer : program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi,
exercise, keamanan di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan
medikasi yang tepat.
2) Melakukakn pencegahan sekuder
meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan
pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker, skrining
:pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut
3) Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis
pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi,
medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
berfungsi.
c. Rehabilitatif

C. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia

5
1. Pertahankan lingkungan aman
2. Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3. Pertahankan kecukupan gizi
4. Pertahankan fungsi pernafasan
5. Pertahankan aliran darah
6. Pertahankan kulit
7. Pertahankan fungsi pencernaan
8. Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
9. Meningkatkan fungsi psikososial
10. Pertahankan komunikasik.Mendorong pelaksanaan tugas

2.2 KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG LANSIA

6
A. Hukum Perlindungan Lansia

Empat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lanjut usia, yaitu

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.


Yang menjadi dasar pertimbangan dalam undang-undang ini, antara lain adalah bahwa
pelaksanaan pembangunan yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapah hidup makin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah".
Selanjutnya dalam ketentuan umum, memuat ketentuan-ketentuan yang antara lain
dimuat mengenai pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke ataS. Asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah keimanan, dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kekeluargaan, keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan dalam perikehidupan. Dengan arah agar lanjut usia tetap dapat
diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembarngunan dengan memperhatikan
fungsi kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi
fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan tara kesejahteraannya. Selanjutnya tujuan
dari semua itu adalah untuk menperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif,
terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budava dan
kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Lsa. Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalaih kehaupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak
unt menmgkatkan kesejahteraan yang meliput:
 pelayanan keagamaan dan mental spiritual
 pelayanan kesehatan
 pelayanan kesempatan kerja
 pelayanan pendidikan dan pelatihan
 kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum
 kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
 perlindungan sosial
 bantuan sosial
Dalam undang-undang juga diatur bahwa Lansia mempunyai kewajiban, yaitu :
 membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam
rangka menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya:
 mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan,
kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus;
 memberikan keteladanan dalam scgala aspek hehidupan kepada generasi penerus.
Pemerintah bertugas mengarahkan. membimbing, dan menciptakan suasana yang
menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahieraan sosial lanjut usia.
7
Sedangkan pemerintah masyarakat dan keluarga bertanggungjaw ab atas terw
ujudnya upaya peningkatan kesejahteraan Sosial lanjut usia.

2. Peraturan Penerimah Nomor 4 lahun 2004 Ientang Pelaksanaan Upaya Peningkatan


Kesejahteraan Lanjut lsia.
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bugi lanjut usia.meliputi:
a. Pelayanan keaganaan dan mental spinitual. antara lain adalah penmbangunan sarana
ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usit.
b. Pelayanan keschatan dilahsanlkan nelalui peningkalan upaya penyembuhan (kuratil),
diperluas pada bidang pelayanan geriaih gerontologık.
c. Pelayanan untuk prasarana ununn. yaitu mendapatkan kemudahan dalanm
penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya. kemudahan dalam nelakukan
perjalanan, penyediaan fasilita
d. Kemudahan dalam penggunaan fasilitts umum yang dalam hal ini pelayanan
administasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur
hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah,
pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi,
pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat rekreasi, penyediaan tempat duduk
khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan
para lanjut usia. Selain itu juga diatur dalam penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada
bangunan umum,, jalan umum, pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum.
Ketentuan mengenai pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih
lanjut oleh Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing
3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.
a. Keanggotaan Komisi Lanjut Usia terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat
yang berjumlah paling banyak 25 orang
b. Unsur pemerintah adalah pejabat yang mewakili dan bertanggungjawab di bidang
Kesejahteraan rakyat, kesehatan, sosial, kependudukan dan keluarga berencana,
ketenagakerjaan pendidikan nasional, agama, permukiman dan prasarana
Wilayah, pemberdayaan perempuan kebudayaan dan pariwisata, perhubungan,
pemerintahan dalam negeri. Unsur masyarakat adalah merupakan wakil dari
organisasi masyarakat yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial lanjut usia,
perguruan tinggi, dan dunia usaha.

c. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Komisi


Provinsi/Kabupaten/Kota Lanjut Usia.
d. Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia ditetapkan oleh Gubemur pada tingkat
provinsi, dan oleh Bupati/Walikota pada tingkat kabupaten/kota.

8
4. Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi Nasional
Lanjut Usia.
a. Pengangkatan anggota Komnas Lansia oleh Presiden.
b. Pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh Menteri Sosial

B. Pembinaan Lansia

Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang
kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas- Puskesmas
ataupun Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya. Tekhnologi tepat guna dalam upaya
kesehatan usia lanjut adalah tekhnologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang
didukung oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima
oleh masyarakat sesuai dengan azas manfaat. Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia
lanjut adalah peran serta masyarakat baik sebagai pemberi pelayanan kesehatan maupun
penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam pemecahan nasalah
usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan pembinaan dan pengembangan upaya
kesehatan usia lanjut setempat.

Tujuan Dan Sasaran Pembinaan

a. Tujuan Umum
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan
keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
b. Tujuan Khusus
 Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.
 Meningkatkan kermampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya
dalam menghayati dan mengatasi keschatan usia lanjut.
 Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.
 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
c. Sasaran pembinaan Secara Langsung
 Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun )atau dalam virilitas dalam
keluarga maupun masyardkat luas.
 Kelompok usia lanjul dalan nidsa praseniun ( 55 -6-4 tahun ) dalam keluarga,
organisasi masyarakal usid lanjul dan asVarajal uiunnva.
 Kelompok usta lanjul dialunl nitsa senescens ( 6 1uhun ) dan usia lanjut dengan
resiko Linggi ( lebih dari 70 tahun) hidu sendiri. terpencil. hidup dalanm panti.
penderita penyakit berat, cacat dail lain-lai.
d. Sasaran Pembinaan Tidak Langsung
 Keluarga dimana usia lanjut berada

9
 Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut
 Masyarakat luas.

C. Kebijakan Depkes dalam Pembinaan Lansia

Kebijakan Depkes dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari pembinaan keluarga.
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan perilaku yang
akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan
dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang
sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia
dan sejahtera.

Kebijakan dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga
secara optimal, dilakukan dengan cara: peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif
dan berguna bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam
kehidupan keluarga.

Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan Usia lanjut yaitu

a. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 Lentang Pokok-Pokok keschatan.


b. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen
kesehatan
c. Keputusan Presiiden Nomor 15 lahun 1985 1entang Susunan Organisasi Departemen
Kesehatan
d. Kepulusan Menteri Kesehatan Nomor 558 lahun 1984 entang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Keschaan.
e. Keputusän Menteri Keselhatn Nonor 99 a Tahun 1982 tentang berkakunya Sistem
kesehatan Nasional dan RP3JPK Keputusan Meneri Koordinusi Keejahtern Rakv al
Nomor 05 Tahun 1990 lentang Pembentukan Kelompok Kerja I etap Kesejahteraan isia
l.anju1.
f. Sural keputusan menteri Kesehaan Nomor 1.34 Tahun 1990 1entang Pembentukan m
Kerja Geatric

D. Kegiatan-kegiatan dalam Pembinaan Lansia

10
Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:

a. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap
dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya
promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut
merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut
yang antara lain adalah:
 Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi
kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas
atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
 Latihan fisik yang dilak ukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia
lanjut agar tetap merasa sehtl dan segar.
 Diet seinbang alau makanan dengan meu yang nengandung g1/I sembang.
 Pembinaan mental dalan1 Ieningkatkan kcitqw aan kepada luhan Y ang Maha Esa
 Membina ketranpilan gar dapal nengCnbangkan kegemaran alau hobinya secara teratur
dan sesuai dengan kemampuannya.
 Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial.
 Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi ,
kelelahan fisik dan mental.
Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar
b. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun
komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini
penyakit-penyakit usia lanjut
 Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan
usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
 Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu
pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna
 Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia
lanjut.
 Pembinaan mental dalam neningkatkan ketaqw aan kepada luhan Yang Maha Esa
c. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatn pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
 Pelayanan keschatan dasar
 Pelayanan kesciatan spesilikası nnelalui sistem rujukan
d. Upaya rehabılitalil yaitu upaya 11Nengentbalıkan ungsi organ yang telah menurun. Yang
dapat berupa kegiatan:
 Menıberikan 1nformas1. pengethuan da1 pelayanan tentang pengguaan berbugai alat
bantu, misalnya alat pendengar.an dan lin -lam igar usu lanjut dapal menberikan karya
dan tetap 1erasa berguna seuai kebuluian dan kemanpun.

11
 Mengembalikan kepercyaan pada diri sendin dan memperkuat mental penderila
 Pembinaan usia dan hal penenulian kebuluhan pribadi, aktilitas di dalam mupun diluar
rumah.
 Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
 Perawatan fisioterapi

Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak kalah penting adalah penyuluha
kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral daripada setiap program kesehatan.

Adapaun tujuan khusus program penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut ditujukan
kepada;

 Kelompok usia lanjut itu sendiri


 Kelompok keluarga yang memiliki usia lanjut
 Kelompok masyarakat lingkungan usia lanjut
 Penyelenggaraan kesehatan
 Lintas sektoral (Pemerintah dan swasta)

Sedangkan penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut terdiri dari:

1. Komponen Penyebarluasan Informasi kesehatan dengan melakukan kegiatan


 Mengembangkan, memproduksi dan menyebarluaskan bahan-bahan penyuluhan
keschatan masyarakat usia lanjut.
 Meningkatkan sikap. kenampuan dan motivasi petugas puskesmas dan rujukan serta
masyarakat di bidang keschatan masyarakat usia lanjut.
 Melengkapi puskesmas den rujukannya dengan sarana den bahan penyuluhan.
 Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk media masa agar pesan
kesehatan masyarakat usia lanjut menjadi bagian integral.
 Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat umum den kelompok khusus seperti
daerah terpencil, transmigrasi dan lain-lain.
 Melaksanakan pengkajian den pengembangan serta pelaksanaan tekhnologi tepat guna
dibidang penyebarluasan informasi.
 Melaksanakan evalusasi secara berkala untuk mengukur dampak serta meningkatkan
daya guna dan hasil guna penyuluhan.
 Menyebarluaskan informasi secara khusus dalam keadaan darurat seperti wabah, bencana
alam, kecelakaan.

2. Komponen pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan dengan


kegiatan antara lain:
 Mengembangkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas Puskesmas dan pengurus
LKMD dalam mengembangkan potensi swadaya masyarakat di bidang keschatan.

12
 Melaksanakan kemampuan dan motivasi terhadap kelompok masyarakat termasuk sw
asta yang melaksanakan pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan
usia lanjut secara sistematis dan berkesinambungan.
 Mengambangkan, memporoduksi dan menyebarluaskan pedoman penyuluhan kesehatan
usia lanjut untuk para penyelenggaraan penyuluhan, baik pemerintah maupun swasta.

3. Komponen Pengembangan Penyelengaraan penyuluhan dengai kegialan:


 Menyempurnakan kurikulum penyuluhan kesehatan usia lanjut di sekolah-sekolah
kesehatan.
 Melengkapi masukan penyuluhan pada usia lanjut
 Menyusun modul pelatihan khusus usia lanjut untuk aparat diberbagai tingkiat.

Adapun langkah-langkah dari penyuluhan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

 Perencanaan sudah dimulai dengan kegiatan tersebut diatas dinmana masalah kesehatan.
masyarakat usia lanjut dan Wilayahnya jelas sudah diketahui.
 Pelaksanaan penyuluhan keschatan masyarakat usia lanjut harus berdaya guna serta
berhasil guna.
 Merinci tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang harus jelas,
realistis dan bisa diukur.
 Jangkauan penyuluhan harus dirinci, pendekatan ditetapkan dan dicapai lebih objektif,
rasionalhasil sasarannya.
 Penyusunan pesan-pesan penyuluhan.
 Pengembangan peran serta masyarakat, kemampuan penyelenggaraan benar-benar tepat
guna untuk dipergunakan.
 memilih media atau saluran untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan
kemampuan Penyelenggaranan.

2.3 POSYANDU LANSIA

13
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu ansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia. keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
Sosial dalam penyelenggaraannya

A. Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga


terbentukpelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

B. Sasaran posyandu lansia

a. Sasaran langsung:
 Pra usia lanjut (45-59 tahun)
 Usia lanjut (60-69 tahun)
 Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
b. Sasaran tidak langsung
 Keluarga dimana usia lanjut berada
 Masyarakat tempat Usila berada
 Organisasi sosial
 Petugas keschatan
 Masyarakat luas

C. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan
dalam posyandu lansia tergantung pada mekanısme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu
wilayah kabupaten maupun kota penyelenggard. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia
sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut

a. Mejal: pendaftaran lansia, pengukuran dan pennbangan berat badan dan atau tinggi
badan.
b. Meja ll: Melakukan peneatatan berat badain tngo badan, indeks massa tubuh (IMT).
Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhant dan auukan kasus uga dilakukan di
meja ll ini.

14
c. Meja II1: melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.

D Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain:

a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu


Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperolch dari pengalaman pribadi
dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuuhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan
atau masalah kesehatan yang melekat pada mercka. Dengan pengalaman ini. pengetahuan
lansia menjadi meningka, yang imenjadi dasar pembentukan sikap dan dapat nnendorong
minat atau motivasi mereka urntuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yangjauh atau sulit dijangkau
Jarak pesyandu yang dekat akiün membuat lansia tnudah menjangkau posyandu tanpa
harus mengalam kelelahan atau kecelakitan fisik karena penurunan daya tahan atau
kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan
dengan factor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau
merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan
atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk
datang ke posyandu
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia
apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi
segala permasalahan bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan
atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik
tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di
posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila indiv iudu dihadapkan pada
stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

E. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

15
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental
emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah keschatan yang dihadapi. Jenis
Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia sepert

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari nrelhputi kegiatan dasar dalam kehidupan,


seperti makan'minum, berjalan, mandi. berpakaian, naik furun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi mclalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satuI menit.
e. Pemeriksaan henoglobin nenggunakan lalquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air scni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zal putih elhr (potcin) dalam air seni scbagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan nujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
pada pemeriksaan butir 1 hingga 7
i. Penyuluhan Keschatan.

BAB III

PENUTUP

16
3.1 Kesimpulan

Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak
memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian
khusus dari pemerintah dan masyarakat. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi
pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah
dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga,
Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat
pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
lansia.

3.2 Saran

1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan

2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

https://123dok.com/document/z1e6rrey-trend-dan-isu-keperawatan-lansia.html

17
https://www.academia.edu/13036109/
Kebijakan_Pemerintah_Dalam_Pelayanan_Kesehatan_Lansia

18

Anda mungkin juga menyukai