“POSYANDU LANSIA”
Dosen Pengajar:
Kelompok 10:
1. Debora Lombogia
2. Michelle Poli
3. Sevira Bakary
4. Yohanes Wenur
5. Paula Kaawoan
6. Valenia Kilis
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu dan tren pelayanan kesehatan, Kebijakan pemerintah
tentang lansia, Posyandu lansia” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen
pada [bidang Keperawatan Gerontik] di Akper Bethesda Tomohon. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Isu dan tren
pelayanan kesehatan, Kebijakan pemerintah tentang lansia, Posyandu lansia”.Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku dosen mata kuliah. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……….…………………………………………………………..17
3.2 Saran………………………………………………………………………….17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Lansia merupakan masa manusia menapaki kehidupan menjelang akhir hayat. Keadaan ini
identik dengan perubahan-perubahan yang mencolok pada fisik maupun psikis manusia tersebut.
Secara kronologis lansia merupakan orang yang telah berumur 60 tahun keatas (Wahyuni, 2003).
Tetapi ada juga sumber yang menyebutkan bahwa lansia adalah orang yang telah berumur lebih
dari 65 tahun. Menurut Giriwijoyo dan Komariah (2002) secara kronologik lansia berumur 60-70
tahun, sedangkan lansia yang beresiko tinggi berusia di atas 70 atau diatas 60 tahun yang
mengidap penyakit. Dirjen Kesehatan Masyarakat mengelompokkan usia diatas 40 tahun sebagai
berikut : (1) Usia menjelang lanjut usia 40-55 tahun, (2) Usia lanjut masa presenium 55-64
tahun, (3) Usia lanjut masa senescens di atas atau sama dengan 65 tahun, (4) Usia lanjut resiko
tinggi di atas 70 tahun. WHO juga mengelompokkan lansia menjadi (1) Middle Age yaitu antara
usia 45-59 tahun, (2) Elderly yaitu antara usia 60-74 tahun, (3) Old yaitu antara usia 75-90 tahun,
dan (4) Very Old di atas atau sama dengan 90 tahun (Giriwijoyo dan Komariah, 2002).
Proporsi penduduk di atas 60 tahun di dunia diperkirakan akan terus meningkat. Perkiraan
peningkatan dari tahun 2000 sampai 2050 akan berlipatganda dari sekitar 11% menjadi 22%,
atau secara absolut meningkat dari 605juta menjadi 2 milyar lansia( WHO,2014). Dari tahun
2010-2014 pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun terus meningkat, dari 3,54 juta per
tahun menjadi 3,70 juta per tahun. Saat ini Jumlah penduduk usia lanjut Berkisar antara 27 juta
(angka nasional), dan diprediksi pada tahun 2020 akan menjadi sekitar 38 juta atau 11,8% dari
seluruh jumlah penduduk usia lanjut yang ada pada saat ini di kota Surakarta sebesar 11,3%
(DKK Surakarta, 2016).
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi yang dapat digunakan sebagai
referensi yang berkaitan dengan ilmu Keperawatan Gerontik khususnya dalam keaktifan lansia
atau kesejahteraan lansia.
BAB II
2
PEMBAHASAN
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan banyak orangtentang
praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan
issukeperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.Saat ini trend
dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan orang adalahAborsi, Eutanasia dan
Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut menyangkutketerkaitan dengan aspek
legal dan etis dalam keperawatan
4. Palliative care
3
Pemberian obat pada lansia bersifatpalliative careadalah obat tersebut ditunjukan untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat
menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai
contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan
diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek
sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi
sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban
ketidaknyaman lansia.
5. Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang
sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada
lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas,
termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya
perubahan usia ini adalahbahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan
untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita
bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis
obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
a. Bingung
b. Lemah ingatan
c. Penglihatan berkurang
d. Tidak bias memegang
e. Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi
f. Kesehatan menta
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan
kesehatan yang diterima.
4
e. Memberikan perawatan di rumah (home care)
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family
care)
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu Promotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a. Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang
positif menjadi norma-norma sosial.
1) Mengurangi cedera
2) Meningkatkan keamanan di tempat kerja
3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
4) Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
5) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
b. Preventif
1) Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Contoh pencegahan primer : program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi,
exercise, keamanan di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan
medikasi yang tepat.
2) Melakukakn pencegahan sekuder
meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan
pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker, skrining
:pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut
3) Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis
pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi,
medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
berfungsi.
c. Rehabilitatif
5
1. Pertahankan lingkungan aman
2. Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3. Pertahankan kecukupan gizi
4. Pertahankan fungsi pernafasan
5. Pertahankan aliran darah
6. Pertahankan kulit
7. Pertahankan fungsi pencernaan
8. Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
9. Meningkatkan fungsi psikososial
10. Pertahankan komunikasik.Mendorong pelaksanaan tugas
6
A. Hukum Perlindungan Lansia
8
4. Keputusan Presiden Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi Nasional
Lanjut Usia.
a. Pengangkatan anggota Komnas Lansia oleh Presiden.
b. Pelaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh Menteri Sosial
B. Pembinaan Lansia
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang
kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas- Puskesmas
ataupun Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya. Tekhnologi tepat guna dalam upaya
kesehatan usia lanjut adalah tekhnologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang
didukung oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima
oleh masyarakat sesuai dengan azas manfaat. Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia
lanjut adalah peran serta masyarakat baik sebagai pemberi pelayanan kesehatan maupun
penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam pemecahan nasalah
usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan pembinaan dan pengembangan upaya
kesehatan usia lanjut setempat.
a. Tujuan Umum
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan
keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
b. Tujuan Khusus
Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.
Meningkatkan kermampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya
dalam menghayati dan mengatasi keschatan usia lanjut.
Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.
c. Sasaran pembinaan Secara Langsung
Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun )atau dalam virilitas dalam
keluarga maupun masyardkat luas.
Kelompok usia lanjul dalan nidsa praseniun ( 55 -6-4 tahun ) dalam keluarga,
organisasi masyarakal usid lanjul dan asVarajal uiunnva.
Kelompok usta lanjul dialunl nitsa senescens ( 6 1uhun ) dan usia lanjut dengan
resiko Linggi ( lebih dari 70 tahun) hidu sendiri. terpencil. hidup dalanm panti.
penderita penyakit berat, cacat dail lain-lai.
d. Sasaran Pembinaan Tidak Langsung
Keluarga dimana usia lanjut berada
9
Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut
Masyarakat luas.
Kebijakan Depkes dalam pembinaan lansia merupakan bagian dari pembinaan keluarga.
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan perilaku yang
akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan
dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang
sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia
dan sejahtera.
Kebijakan dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga
secara optimal, dilakukan dengan cara: peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif
dan berguna bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam
kehidupan keluarga.
Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan Usia lanjut yaitu
10
Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap
dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya
promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut
merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut
yang antara lain adalah:
Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi
kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas
atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
Latihan fisik yang dilak ukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia
lanjut agar tetap merasa sehtl dan segar.
Diet seinbang alau makanan dengan meu yang nengandung g1/I sembang.
Pembinaan mental dalan1 Ieningkatkan kcitqw aan kepada luhan Y ang Maha Esa
Membina ketranpilan gar dapal nengCnbangkan kegemaran alau hobinya secara teratur
dan sesuai dengan kemampuannya.
Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial.
Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi ,
kelelahan fisik dan mental.
Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar
b. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun
komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini
penyakit-penyakit usia lanjut
Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan
usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu
pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna
Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia
lanjut.
Pembinaan mental dalam neningkatkan ketaqw aan kepada luhan Yang Maha Esa
c. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatn pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
Pelayanan keschatan dasar
Pelayanan kesciatan spesilikası nnelalui sistem rujukan
d. Upaya rehabılitalil yaitu upaya 11Nengentbalıkan ungsi organ yang telah menurun. Yang
dapat berupa kegiatan:
Menıberikan 1nformas1. pengethuan da1 pelayanan tentang pengguaan berbugai alat
bantu, misalnya alat pendengar.an dan lin -lam igar usu lanjut dapal menberikan karya
dan tetap 1erasa berguna seuai kebuluian dan kemanpun.
11
Mengembalikan kepercyaan pada diri sendin dan memperkuat mental penderila
Pembinaan usia dan hal penenulian kebuluhan pribadi, aktilitas di dalam mupun diluar
rumah.
Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
Perawatan fisioterapi
Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak kalah penting adalah penyuluha
kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral daripada setiap program kesehatan.
Adapaun tujuan khusus program penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut ditujukan
kepada;
12
Melaksanakan kemampuan dan motivasi terhadap kelompok masyarakat termasuk sw
asta yang melaksanakan pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan
usia lanjut secara sistematis dan berkesinambungan.
Mengambangkan, memporoduksi dan menyebarluaskan pedoman penyuluhan kesehatan
usia lanjut untuk para penyelenggaraan penyuluhan, baik pemerintah maupun swasta.
Adapun langkah-langkah dari penyuluhan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Perencanaan sudah dimulai dengan kegiatan tersebut diatas dinmana masalah kesehatan.
masyarakat usia lanjut dan Wilayahnya jelas sudah diketahui.
Pelaksanaan penyuluhan keschatan masyarakat usia lanjut harus berdaya guna serta
berhasil guna.
Merinci tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang harus jelas,
realistis dan bisa diukur.
Jangkauan penyuluhan harus dirinci, pendekatan ditetapkan dan dicapai lebih objektif,
rasionalhasil sasarannya.
Penyusunan pesan-pesan penyuluhan.
Pengembangan peran serta masyarakat, kemampuan penyelenggaraan benar-benar tepat
guna untuk dipergunakan.
memilih media atau saluran untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan
kemampuan Penyelenggaranan.
13
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu ansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia. keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
Sosial dalam penyelenggaraannya
a. Sasaran langsung:
Pra usia lanjut (45-59 tahun)
Usia lanjut (60-69 tahun)
Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
b. Sasaran tidak langsung
Keluarga dimana usia lanjut berada
Masyarakat tempat Usila berada
Organisasi sosial
Petugas keschatan
Masyarakat luas
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan
dalam posyandu lansia tergantung pada mekanısme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu
wilayah kabupaten maupun kota penyelenggard. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia
sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja,
dengan kegiatan sebagai berikut
a. Mejal: pendaftaran lansia, pengukuran dan pennbangan berat badan dan atau tinggi
badan.
b. Meja ll: Melakukan peneatatan berat badain tngo badan, indeks massa tubuh (IMT).
Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhant dan auukan kasus uga dilakukan di
meja ll ini.
14
c. Meja II1: melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain:
15
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental
emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah keschatan yang dihadapi. Jenis
Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia sepert
BAB III
PENUTUP
16
3.1 Kesimpulan
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak
memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian
khusus dari pemerintah dan masyarakat. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi
pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah
dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga,
Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat
pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
lansia.
3.2 Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/document/z1e6rrey-trend-dan-isu-keperawatan-lansia.html
17
https://www.academia.edu/13036109/
Kebijakan_Pemerintah_Dalam_Pelayanan_Kesehatan_Lansia
18