Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Resiko Tinggi Aggregate Lansia”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.4 Manfaat..........................................................................................3
BAB 3 PEMBAHASAN
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................44
iii
4.2 Saran..............................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
f. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
kelompok aggregate lansia yang bermasalah.
1.4 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
4
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah
kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok
usia diatas 90 tahun.
5
adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain. Bagi Lanjut Usia Tidak potensial (ayat 7)
pemerintah dan masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai
kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan menikmati taraf
hidup yang wajar. Selanjutnya pada ayat 9 disebutkan bahwa pemeliharaan
taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang
bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati taraf
hidup yang wajar.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta
faktor resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang
sering dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan,
kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu, beberapa penyakit yang
sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan pendengaran
dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.
Data Susenas tahun 2012 menjelaskan bahwa angka kesakitan pada
lansia tahun 2012 di perkotaan adalah 24,77% artinya dari setiap 100 orang
lansia di daerah perkotaan 24 orang mengalami sakit. Di pedesaan didapatkan
28,62% artinya setiap 100 orang lansia di pedesaan, 28 orang mengalami
sakit.
6
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam pelayanan kesehatan melalui
penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang ramah bag lansia bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia supaya lebih berkualitas dan
berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat. Upaya yang dikembangkan untuk
mendukung kebijakan tersebut antara lain pada pelayanan kesehatan dasar
dengan pendekatan Pelayanan Santun Lansia, meningkatkan upaya rujukan
kesehatan melalui pengembangan Poliklinik Geriatri Terpadu di Rumah Sakit,
dan menyediakan sarana dan prasarana yang ramah bagi lansia.Kesadaran
setiap lansia untuk menjaga kesehatan dan menyiapkan hari tua dengan sebaik
dan sedini mungkin merupakan hal yang sangat penting. Semua pelayanan
kesehatan harus didasarkan pada konsep pendekatan siklus hidup dengan
tujuan jangka panjang, yaitu sehat sampai memasuki lanjut usia.
Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan dalam
kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan
tersebut diantaranya yaitu :
a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat,
indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai
berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga seringsakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif,
adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit
untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah
rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat
perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia
sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak
pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
7
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah
kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai
menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya
belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui
permasalahan hidup yang cukup serius. (Kholifah, 2016)
a. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik
melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami
8
klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan penyakit
yang dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya. Pendekatan fisik
secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2 bagian:
1) Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
2) Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan
atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia
ini, terutama yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan untuk
mempertahankan kesehatan.
b. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai
pendukung terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia
pribadi dan sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup
banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa
puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar,
simpatik dan service. Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan
mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan
dan bertahap.
c. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi
kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lansia
berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antar lania maupun lansia dengan
perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia
9
untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah. (Kholifah, 2016)
2.1.6 Teori Proses Menua
1. Teori-teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul / DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel)
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak)
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
e. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
f. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
10
g. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan social
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
c. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
d. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontak social
3. Berkurangnya kontak komitmen
11
Sedangkan Teori penuaan secara umum menurut (Azizah, 2011) dapat
dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial:
1. Teori Biologi
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali.
Jika seldari tubuh lansia dibiakkanlalu diobrservasi di laboratorium
terlihat jumlah sel–sel yang akan membelah sedikit. Pada beberapa
sistem, seperti sistem saraf, system musculoskeletal dan jantung, sel
pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel
tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem
tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan
memperbaiki diri.
b. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada
lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya
perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tertentu.
Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin
pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen
pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan
fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan
perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitanya dan
cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan
kecepatan pada system musculoskeletal.
c. Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di
dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang
mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme
pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri
12
dari toksin tersebut membuat struktur membran sel mengalami
perubahan serta terjadi kesalahan genetik. Membran sel tersebut
merupakan alat sel supaya dapat berkomunikasi dengan
lingkungannya dan berfungsi juga untuk mengontrol proses
pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik di dalam
tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat
penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh rigiditas membran.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan
reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di
semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan kerusakan sistem tubuh.
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem
yang terdiri dari system limfatik dan khususnya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi
yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan
dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang
mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel
kanker leluasa membelah-belah.
e. Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono
(2004) dalam (Azizah, 2011), pengurangan “intake” kalori pada
rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang
umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
13
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses
metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang
merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon
pertumbuhan.
2. Teori Psikososial
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun
dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan
bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan social.
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia.
Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam
memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan
masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
14
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan sexual. (Azizah, 2011)
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur,
tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan
atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi..
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago
dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan
yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian
menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi
menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya
kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah
bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan
osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri, deformitas
dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
15
efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa
jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin,
klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi
jaringan ikat.
e. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan
gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa
lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,
ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
h. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
i. Sistem reproduksi
16
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
2. Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quotient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
4. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
17
5. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
b. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh
pada lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik
dan kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
d. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari
dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian
mendadak dari suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-
barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia
yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
f. Sindroma Diogenes
18
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali.
19
c. Kebersihan diri, kemandirian dalam ADL
d. Perilaku terhadap kesehatan : merokok, minum kopi,
alkohol, gula, garam, lemak.
4. Nilai dan kepercayaan terhadap kesehatan : tentang
posyandu lansia, gizi lansia
2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
a) Sarana perumahan : konstruksi, luas, lantai,
penerangan, pencahayaan, ventilasi, kebersihan,
jumlah dan jenis ruangan
b) Pekarangan : luas, keadaan, pemanfaatan.
c) Sarana sumber air bersih
d) Sarana pembuangan sampah
e) Saraana pembuangan kotoran manusia
f) Sarana mandi
g) Sarana SPAL
b. Pelayanan kesehatan dan sosial
a) Jumalah kader
b) Pengalaman mengikuti pelatihan kader :
1. Pernah : jemlah kader
2. Belum : jumlah kader
c) Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan :
1. Posyandu lansia : hari, tempat, tanggal
2. Kegiatan kelompok : senam, pengajian, arisan,
rekreasi, dll
c. Pendidikan
Status pendidikan anggota kelompok
d. Transportasi keamanan dan keselamatan
a) Sarana jalan dan transportasi di lingungan kelompok
lansia
b) Keamanan lingkungan : security, pencegahan
kebakaran, kualitas air dan udara
20
c) Keselamatan : pola penggunaan alat bantu jalan,
lingkungan yang beresiko terjadinya kecelakaan
lansia
e. Politik dan pemerintahan
a) Struktur organisasi posyandu lansia/ karang werda/
panti werda
b) Keikutsertaan kelompok lansia dalam program-
program kesehatan
f. Komunikasi
a) Sarana komunikasi yang digunakan
b) Pola komunikasi antar anggota kelompok
c) Penyebaran informasi kegiatan kelompok
d) Komunikasi kelompok dengan puskesmas, RW,
kelurahan
g. Ekonomi
a) Sumber pendanaan posyandu/ karang werda/ panti
werda
b) Status pekerjaan anggota kelompok lansia
c) Tingkat pendapatan anggota kelompok
d) Sarana ekonomi yang tersedia (pasar, toko, warung)
h. Rekreasi
a) Srana rekreasi yang tersedia di masyarakat
b) Kebiasaan rekreasi/ pola pemanfaatan waktu luang
3. Data Presepsi
a. Data persepsi yang dikaji meliputi :
a) Persepsi masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal
yaitu, bagaimana perasaan masyarakat tentang
kehidupan bermasyarakat yang dirasakan dilingkungan
tempat tinggal mereka, apa yang menjadi kekuatan
mereka, permasalahan, tanyakan pada masyarakat
21
dalam kelompok yang berbeda (misalnya lansia,
remaja, pekerja, profesional, ibu rumah tangga., dll)
b) Persepsi perawat
Persepsi perawat berupa pernyataan umum tentang
kondisi kesehatan dari masyarakat apa yang menjadi
kekuatan, apa masalahnya atau potensial masalah yang
dapat di identifikasi. (Riasmini et al., 2017)
4. Analisa data
Data yang dikumpulkan dalam pengkajian keperawatan
komunitas dapat diperoleh metode wawancara, angket, observasi
dan pemeriksaan. (Riasmini et al., 2017)
Berikut contoh analisa data :
No. Data Masalah Kesehatan
1. - Hasil angket
- Hasil wawancara
- Hasil observasi
- Data Sekunder
22
Diagnosis Komponen Skor Total
1 2 3 4 5 6 (SkorxBobot)
1
2
3
23
c. Promosi kesehatan, contoh : kesiapan meningkatkan
komunikasi keluarga bapak S
24
2.2.3 Intervensi
25
Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan kesehatan
komunitas, maka harus mencakup: 1) hal apa yang akan dilakukan; 2)
waktu atau kapan melakukannya; 3) jumlah; 4) target atau siapa yang
menjadi sasaran; 5) tempat atau lokasi. Hal yang mencakup
diperhatikan saat menetapkan rencana intervensi meliputi: 1) program
pemerintah terkait dengan masalah kesehatan yang ada; 2) kondisi atau
situasi yang ada; 3) sumber daya yang ada didalam dan diluar
komunitas yang dapat dimanfaatkan; 4) program yang lalu yang
pernah dijalankan; 5) menekankan pada pemberdayaan masyarakat; 6)
penggunaan teknologi tepat guna; 7) mengedepankan upaya promotif
dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Penyusunan rencana keperawatan komunitas menggunakan intregasi
mengacu pada NIC. (Riasmini et al., 2017)
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
26
informasi dan hasil analisis dibandingkan terhadap revelasi, keekfektifan
biaya dan keberhasilan untuk keperluan pemangku kepentingan.
a. Jenis jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada waktu
pelaksanaan program yang bertujuan memperbaiki pelaksaan
program dan kemungkinan adanya temuan utama berupa berbagai
masalah dalam pelaksanaan program.
2. Evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksaan
program sudah selesai, yang bertujuan untuk menilai hasil
pelaksanaan program dan temuan utama berupa pencapaian apa
saja dari pelaksanaan program.
b. Prinsip prinsip evaluasi meliputi: 1) penguatan program;
2)menggunakan berbagai pendekatan; 3) desain evaluasi untuk kriteria
penting di komuntas; 4) menciptakan proses partisipasi; 5)
diharapkan lebih fleksibel; 6) membangun kapasitas.
c. Proses evaluasi meliputi ;
1. Menentukan tujuan evaluasi
2. Menyusun desain evaluasi yang kredibel
3. Mendiskusikan rencana evaluasi
4. Menentukan pelaku evaluasi
5. Melaksanakan evaluasi
6. Mendesiminasikan hasil evaluasi
7. Menggunakan hasil evaluasi
d. Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari :
1. Relevansi (relevance) : apakah tujuan program mendukung tujuan
kebijakan ?
2. Keefektifan (effektiveness) : apakah tujuan program dapat
tercapai
3. Effesiensi (effeciancy) apakah tujuan program tercapai dengan
biaya paling rendah?
4. Hasil (outcomes) : apakah indikator tujuan program membaik ?
5. Dampak (impact) : apakah indikator tujuan kebijakan membaik ?
27
6. Keberlanjutan (sustainebility) : apakah perbaikan indikator terus
berlanjut setelah program selesai ? (Riasmini et al., 2017)
BAB 3
PEMBAHSAN
28
Lansia tidak bersekolah : 30
Lansia tamat SD: 50
Lansia tamat SMP : 10
Lansia tamat SMA : 5
Lansia tamat perguruan tinggi : 5
h. Pekerjaan:
PNS : 10% jumlah penduduk
Buruh : 10% jumlah penduduk
Pedagang : 70% jumlah penduduk
IRT : 10% jumlah penduduk
i. Pendapatan rata-rata:
Rp 800.000,- : 20%
Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
Rp 2.000.000,- : 30%
j. Tipe masyarakat: Masyarakat niaga
k. Agama: 100% Islam
B. Pengkajian Tahap 2
1. Lingkungan fisik
a. Perumahan: permanen dan rata-rata dalam kategori baik
b. Penerangan: di lingkungan penerangan pada malam hari sudah
cukup, tapi banyak rumah warga yang kurang pencahayaannya
pada siang hari
c. Sirkulasi udara: lingkungan sejuk karena banyak pohon yang
ditanam warga sekitar tetapi banyak perumahan warga yang
ventilasi rumahnya kurang memadahi seperti kurangnya jumlah
jendela dan dekatnya jarak antar rumah.
d. Kepadatan penduduk: Tergolong padat.
e. Edukasi
2. Status pendidikan: SMA sederajat, yang terdiri dari:
Perguruan tinggi: 10 orang
TK : 17 – 20 orang
SMA : 16 orang
29
SMP : 15 orang
SD : 20 orang
Sarana pendidikan: terdapat 1 taman kanak-kanak
3. Keamanan dan keselamatan
a. Pemadam kebakaran: tidak ada
b. Polisi: tidak ada namun terdapat siskamling secara rutin
c. Sarana transportasi: sepeda ontel, motor dan mobil pribadi
d. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan
bermotor
e. Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara voting bersama
4. Struktur Pemerintahan
a. Masyarakat swadaya yang terdiri dari 1 RW dan 4 RT
b. Pamong desa: 1 orang
c. Kader desa: 5 orang
d. PKK: ada dan masih berjalan aktif tiap bulan
e. Kontak tani: tidak ada
f. Karang taruna: ada dan berjalan aktif tiap bulan
g. Kumpulan agama: ada dan aktif di masyarakat
5. Sarana dan Fasilitas Kesehatan
a. Pelayanan kesehatan: Tidak terdapat praktik bidan swasta
maupun praktik klinik swasta yang lain.
b. Tenaga kesehatan: 2 perawat dan 1 bidan
c. Tempat ibadah: terdapat masjid dan mushola
d. Sekolah: terdapat 1 taman kanak-kanak
e. Panti sosial: tidak terdapat
f. Pasar: tidak ada, namun terdapat banyak toko kelontong yang
menyediakan banyak kebutuhan dari masyarakat sekitar
g. Tempat pertemuan: terletak di rumah ketua RW dalam setiap
acara yang diadakan oleh lokasi setempat
h. Posyandu: terdapat posyandu lansia (tiap minggu ke 2)
Sering hadir: 35 % lansia
Jarang hadir : 25 % Lansia
30
Tidak pernah hadir : 40 %
dan posyandu balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap
sebulan sekali.
i. Hygiene perumahan: sanitasi warga RW 1 dalam kategori baik
j. Sumber air bersih: air sumur galian
k. Pembuangan air limbah: dialirkan lancar ke selokan dan tidak
menggenang
l. Jamban: 80% sudah mempunyai jamban di rumah masing-
masing
m. Sarana MCK: semua dilakukan di kamar mandi masing masing
dan hampir tidak ada yang di sungai
n. Pembuangan sampah: dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat
makam setempat
o. Sumber polusi: air selokan
6. Komunikasi
Terdapat infrastruktur komunikasi yang memadai dan modern seperti
internet, ponsel, koran, majalah, radio dan televisi. Masyarakat juga
bisa menggunakan alat-alat komunikasi tersebut. Untuk papan
informasi untuk menyampaikan kabar berita dari desa maupun dari
yang disediakan tempat di dekat rumah pak RW.
7. Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat RW 1 desa Bekonang dalam kategori
baik dan diatas garis kemiskinan. Warga masyarakat juga tidak ada
yang menganggur di rumah. Rata-rata pekerjaan warga setempat
adalah pedagang, baik di rumah maupun masyarakat. Rata-rata gajih:
a. Rp 800.000,- : 20%
b. Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%
c. Rp 2.000.000,- : 30%
8. Rekreasi
Karang taruna dari wilayah setempat sering mengadakan wisata
bersama-sama ke suatu tempat. Kelompok khusus seperti anggota
31
kader juga sering mengadakan rekreasi bersama yang diharapkan
dapat mengurangi stresor dan beban pikiran.
Distribusi penyakit dengan agregat lansia dengan hipertensi.
Dari rekapitulasi data bulan Maret-Mei di puskesmas mojolaban 90
lansia yang bekunjung/periksa. Dari jumlah tersebut ada 3 penyakit
dengan distribusi terbesar yaitu:
1. Hipertensi : 50 orang atau 45 %
2. Atritis : 15 orang atau 13,5 %
3. DM: 25 orang atau 22,5 %
Dari data kesehatan di RW 1 didapatkan data bahwa :
1. Jumlah lansia keseluruhan : 100 orang
2. Jumlah lansia dengan hipertensi : 50 orang atau sekitar 50 %
3. Jumlah lansia dengan artritis: 15 orang atau sekitar 15 %
4. Jumlah lansia dengan DM : 25 orang atau sekitar 25 %
C. Analisa Data
32
mojosari RW 1 45%
Lansia menderita
hipertensi.
2. 85% kemampuan lansia
dalam mengenali secara
dini penyakit hipertensi
kurang baik.
3. 40% warga yang
menderita hipertensi
tidak pernah
mendapatkan penyuluhan
tentang hipertensi
D. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia
berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan
33
E. Intervensi
Resiko peningkatan Promosi Kesehatan Berkurangnya perilaku Domain IV Pengetahuan Domain 3; Perilaku
hipertensi pada lansia berisiko meningkatnya kesehatan dan perilaku.
Kelas 2; hipertensi dan Kelas S; Edukasi klien
Hasil angket : meningkatnya efektifitas Kelas S; Pengetahuan kesehatan
Manajemen Kesehatan 5510: Pendidikan kesehatan
pemeliharaan kesehatan
1. 85% kemampuan Level 3: Intervensi (210)
pada agregat resiko
lansia dalam Defisiensi kesehatan 5520: Memfasilitasi
komunitas (00215). meningkatnya hipertensi 1844: Pengetahuan;
mengenali secara dini pembelajaran (244).
penyakit hipertensi Perilaku kesehatan manajemen sakit akut.
5604: Pengajaran kelompok
kurang baik. cenderung berisiko 1803: Pengetahuan; proses (372)
2. 40% warga yang (00188). penyakit.
5618: Pengajaran
menderita hipertensi Ketidakefektifa 1805: Pengetahuan; prosedur/tindakan (371).
tidak pernah pemeliharaan kesehatan perilaku sehat.
mendapatkan (00099). 1823: Pengetahuan; Domain 4; Keamanan
penyuluhan tentang promosi kesehatan.
hipertensi 1854: Pengetahuan; diet Kelas U; Manajemen krisis
3. Berdasarkan data dari sehat
puskesmas mojolaban 1855: Pengetahuan; gaya 6240: P3K (194)
pada bulan Maret hidup sehat. 6366:Triase; telepon (399)
sampai bulan Mei di
kelurahan bekonang
dukuh mojosari RW 1
34
45% Lansia menderita Domain 7; Komunitas
hipertensi.
Kelas C; Promosi kesehatan
komunitas
Level 3: Intervensi
35
1602:Perilaku promosi Level 3; Intervensi
kesehatan .
1603:Pencarian perilaku 6486:Manajemen lingkungan;
sehat . keamanan (179).
1606:Partisipasi dalam
Domain 6; Sistem kesehatan
pengambilan keputusan
perawatan kesehatan . Kelas Y; Mediasi terhadap sistem
1608:Kontrol gejala . kesehatan
36
Kualitas Hidup Domain 6: Sistem Kesehatan
2109: Tingkatan
ketidaknyamanan .
1306: Nyeri; Tingkat
Respon fisik
2102: Level nyeri.
2103: Tingkatan gejala
37
kasus
3003: Kepuasan
keberlanjutan perawatan
3016: Kepuasan manajemen
nyeri
3007: Kepuasan ;
lingkungan fisik
3011: Kepuasan klien ;
kontrol gejala
2606:Status kesehatan
keluarga
38
Domain VI; Kesehatan keluarga Domain 5; Keluarga
39
3.2 Kritisi Kelompok Menurut Teori
3.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian : Pada pengkajian tidak dikategorikan dalam data inti
dan data subsistem tetapi kasus pengkajian di atas dikategorikan
hanya pengkajian tahap 1 dan pengkajian tahap 2. (Riasmini et al.,
2017) seharusnya pengkajian di kategorikan menjadi data inti, data
subsistem, dan data persepsi.
2. Pengkajian yang tidak ada pada data inti yaitu sejarah desa, lansia
tinggal dirumah sendiri/ dengan keluarga, data vital statistik
(kelahiran, prevalensi kematian kelompok usia, dan penyebab
kematian) (Riasmini et al., 2017). Kemudian dalam pengkajian data
subsistem menurut kelompok kami sebagian ada yang sudah benar
dan ada yang masih kurang tepat penempatannya misalkan: pada
data pengkajian keamanan dan keselamatan yaitu pemilihan ketua
RT/ RW dengan cara voting bersama, seharusnya berada pada
politik dan pemerintah. Termuat pada (Riasmini et al., 2017) Data
yang perlu dikumpulkan meliputi : Pemerintahan (RT, RW, Desa /
Kelurahan, kecamatan, dsb).
3. Pada pengkajian data presepsi tidak di dapatkan pada kasus di atas,
menurut teori dalam (Riasmini et al., 2017) data presepsi yang
dikaji meliuputi:
a. Persepsi masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal
yaitu, bagaimana perasaan masyarakat tentang kehidupan
bermasyarakat yang dirasakan dilingkungan tempat tinggal
mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka, permasalahan,
tanyakan pada masyarakat dalam kelompok yang berbeda
(misalnya lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu rumah
tangga., dll)
40
b. Persepsi perawat
Persepsi perawat berupa pernyataan umum tentang kondisi
kesehatan dari masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa
masalahnya atau potensial masalah yang dapat di identifikasi.
4. Analisa data
Data pada analisa data sudah benar yaitu data yang
dikumpulkan dalam pengkajian keperawatan komunitas dapat
diperoleh metode wawancara, angket, observasi dan pemeriksaan.
(Riasmini et al., 2017) namun untuk data objektifnya tidak ada di
pengkajian, serta penghitungan pada distribusi penyakit lansia tidak
tepat misalkan di kasus:
Ds: Dari hasil wawancara dengan ketua RW 1 mengatakan bahwa
rata-rata lansia yang menderita hipertensi sekitar 50 %.
Do: Berdasarkan data dari puskesmas mojolaban pada bulan Maret
sampai bulan Mei di kelurahan bekonang dukuh mojosari RW 1
45% Lansia menderita hipertensi, 85% kemampuan lansia dalam
mengenali secara dini penyakit hipertensi kurang baik, 40% warga
yang menderita hipertensi tidak pernah mendapatkan penyuluhan
tentang hipertensi.
5. Menentukan prioritas masalah
Pada kasus diatas tidak menggunakan skoring prioritas
karena masalah yang muncul hanya 1 sehingga tidak menggunakan
sekoring jika lebih dari 1 bisa menggunakan sekoring. Ada 3 cara
menentukan prioritas masalah yaitu yang pertama menggunakan 12
penilaian, ke-2 menggunakan 6 penilaian (Lancaster & Stanhope,
2016), dan yang ke-3 menggunakan teori Abraham Maslow
menggunakan 3 kriteria penilaian. Dalam (Swarjana, 2016) untuk
menentukan prioritas masalah kesehatan komunitas di antaranya
yaitu : 1) Menurut WHO (1990); 2) Goeppinger; 3) CDC (center for
desease control and prevention)
41
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut kelompok kami diagnosa di atas kurang tepat jika
menggunakan teori dari IPPKI II, menurut hasil Munas IPKKI II di
Yogyakarta ditetapkan formulasi diagnosis keperawatan
menggunakan ketentuan diagnosis keperawatan NANDA (2015-
2017) dan ICNP. Formulasi diagnosis tersebut digunakan tanpa
menuliskan etiologi. Penulisan tersebut sesuai dengan tabel
diagnosis sesuai dengan NANDA (2015-2017) mencakup diagnosis
aktual, promosi kesehatan/sejahtera/resiko. (Riasmini et al., 2017)
Dan juga diagnosa diatas tepat jika menurut (Swarjana, 2016)
ketepatan dalam merumuskan diagnosis sangat dipengaruhi oleh
keakuratan data yang di kumpulkan serta analisis data. 1. Risk of (a
spesific problem or health risk in the community), 2. Among (the
spesific group or population that is affected by yhe problem/risk), 3.
Realeted to (strengths and weaknes in the community that influence
the spesific problem or health risk in the community).
42
3.2.4 Implementasi dan Evaluasi
Pada kasus di atas tidak terdapat implementasi dan evaluasi.
Tahap implementasi keperawatan komunitas memeliki beberapa
strategi implementasi di antaranya proses kelompok, promosi
kesehatan dan kemitraan (patner ship). (Riasmini et al., 2017)
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien.
Respons perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi
keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria
hasil. Evaluasi formatif dilakukan sesaat setelah perawat
melakukan tindakan pada lansia. Evaluasi hasil/sumatif: menilai
hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan
tingkah laku lansia setelah semua tindakan keperawatan dilakukan.
Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara
paripurna. Hasil evaluasi yang menentukan apakah masalah teratasi,
teratasi sebagian, atau tidak teratasi, adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan. (Kholifah, 2016)
43
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua. (Nugroho,
2000)
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi
tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk
etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental
pada lanjut usia yag dirawat. (Kushariyadi, 2010)
Menurut Anderson E dan McFarlene dalam (Riasmini et al., 2017), dalam
panduan asuhan keperawatan pengkajian secara umum meliputi inti
komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang mempengaruhinya.
Inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama,
keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang 8 subsistem.
4.2 Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
45