Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Oleh :Kelompok 2

1. Azalia Nur Fidela (1140970120045)


2. Deddy Gunawan (1140970120049)
3. Moh Impron (1140970120061)
4. M. Husein Abdillah (1140970120062)
5. Nahdhea Khairunisa (1140970120064)
6. Norahasanah (1140970120068)

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik


Dosen : Ernawati S.Kep., Ns., M.Kep

POLITEKNIK KESDAM VI BANJARMASIN


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami selaku penulis dapat menyusun makalah
ini yang berjudul "KEPERAWATAN GERONTIK"

tepat pada waktunya.


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam pembelajaran Keperawatan Gerontik
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat tuntunan Tuhan Yang Maha
Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah.

Banjarmasin, 12 September 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN............................................................................................................................................... 6
A. Pengertian dan Batasan Lansia ............................................................................................................. 6
B. Permasalahan yang Terjadi Pada Lansia ............................................................................................... 6
C. Proses Penuaan..................................................................................................................................... 7
D. Karakteristik Penyakit Pada Lansia ....................................................................................................... 9
E. Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik .................................................................................. 10
F. Tanggung Jawab Perawat Gerontik .................................................................................................... 10
G. Jumlah Lansia di Indonesia dan Kalimantan Selatan .......................................................................... 10
BAB III ............................................................................................................................................................ 12
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 12
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang
terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu
proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid (DNA),
ketidaknormalan kromosom dan penurunan fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari
lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya ditemani oleh seseorang yang
mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara individu, pengaruh
proses menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah secara fisik,
biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Nies & McEwen, 2007; Tamher &
Noorkasiani, 2009).
Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan semakin
menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan kemunduran pada peran
sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan
hidupnya. Meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dengan
kata lain akan menurunkan tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962, dikutip
oleh Ambarwati 2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang
tertinggi (ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang terkait
dengan tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta memahami
potensi diri sendiri.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu yang ditujukan untuk merawat
masyarakat usia lanjut pada wilayah-wilayah tertentu, digerakkan oleh masyarakat sendiri
sehingga pelayanan kesehatan dapat mereka dapatkan. Program yang beragam dari
posyandu lansia tersebut seharusnya dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para
lansia, tetapi dilihat dari data yang diperoleh bahwa posyandu lansia ini tidak
dimanfaatkan semaksimal mungkin, bahkan sekitar 22,6% saja. Dengan mengikuti
kegiatan di posyandu, maka akan sangat bermanfaat bagi lansia untuk mencegah
kepikunan karena sering berinteraksi dengan lansia (Dinas Kesehatan RI, 2006; Istanti,
2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lansia menurut WHO dan Defkes RI serta Batasan
lansia ?
2. Apa saja permasalahan yang terjadi pada lansia ?
3. Bagaimana karakteristik penyakit pada lansia ?
4. Jelaskan ruang lingkup asuhan keperawatan gerontik !
5. Apa saja tanggung jawab perawat gerontik ?
6. Berapakah jumlah lansia di Indonesia dan Kal-Sel 2021 ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian lansia.
2. Untuk mengetahui permasalahan yang sering terjadi pada lansia.
3. Untuk mengetahui karakteristik penyakit pada lansia.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup asuhan keperawatan gerontic.
5. Untuk mengetahui tanggung jawab perawat gerontic
6. Untk mengetahui jumlah lansia di Indonesia dan Kal-Sel.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Batasan Lansia


Menurut World Health Organization (WHO 2019), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau proses
penuaan.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan atau Kemenkes (2019) Indonesia mulai
memasuki periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur harapan hidup
yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Di Indonesia mengalami peningkatan
jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa
(9,7%) pada tahun 2019, dan dapat diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun
2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). Peningkatan jumlah penduduk lansia di masa
depan dapat membawa dampak positif maupun negatif. Akan berdampak positif apabila
penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif, dan produktif. Disisi lain peningkatan
jumlah penduduk lansia akan menjadi beban apabila lansia memiiliki masalah penurunan
kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Menurut WHO (2019), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.
Berikut merupakan kategori umur menurut Depkes RI (2019) :
1) Masa lansia awal = 46 – 55 th
2) Masa lansia akhir = 56 – 65 th
3) Masa manula = > 65 th

B. Permasalahan yang Terjadi Pada Lansia


Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya
sehingga menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :
a. Masalah fisik
Masalahyang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering terjadi radang
persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra pengelihatan yang mulai
kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun,
sehingga seringsakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah
melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi
dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa ingin
berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia kepada
keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu
yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi
yang kurang terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah kesulitan untuk
menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang
ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa
gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

C. Proses Penuaan
Teori – teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat
dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
7) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi.
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel
tersebut mati.

b. Teori kejiwaan sosial


1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia. Mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke
lanjut usia.
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
4) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen

Sedangkan Teori penuaan secara umum menurut Ma’rifatul (2011) dapat dibedakan menjadi
dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial:
a. Teori Biologi
1) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel–sel tubuh
“diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika seldari tubuh lansia dibiakkanlalu diobrservasi
di laboratorium terlihat jumlah sel–sel yang akan membelah sedikit. Pada beberapa
sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan
organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau
mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan
mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah,
2011)
2) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan
elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein
dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin
pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang
lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia.
Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan
kecepatan pada system musculoskeletal (Azizah dan Lilik, 2011).
3) Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi,
tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari
toksin tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan serta terjadi
kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat sel supaya dapat
berkomunikasi dengan lingkungannya dan berfungsi juga untuk mengontrol proses
pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen
protein pada membran sel yang sangat penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh
rigiditas membran. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan
reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan
organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah
dan Lilik, 2011).
4) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian,
kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah
putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang
berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik
menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat
menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut
sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya
mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi
menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah dan Ma’rifatul L., 2011).
5) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004), pengurangan
“intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang
umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena
menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan
pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon
pertumbuhan.

b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah menua.
Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial (Azizah dan Ma’rifatul, L., 2011).
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada lansia yang
sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat,
melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal
(Azizah dan Lilik M, 2011).
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).

D. Karakteristik Penyakit Pada Lansia


Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran sel- sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor
resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut
usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain.
Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi,
gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.
Data Susenas tahun 2012 menjelaskan bahwa angka kesakitan pada lansia tahun
2012 di perkotaan adalah 24,77% artinya dari setiap 100 orang lansia di daerah
perkotaan 24 orang mengalami sakit. Di pedesaan didapatkan 28,62% artinya setiap
100 orang lansia di pedesaan, 28 orang mengalami sakit.

Jenis Penyakit Prevalensi Menurut Kelompok Umur


No
55-64 th 65-74 th 75 th +
1 Hipertensi 45,9 57 63,8
2 Artritis 45 51 54,8

3 Stroke 33 46 67
4 Peny. Paru Obstruksi Kronis 5,6 8,6 9,4

5 DM 5,5 4,8 3,5


6 Kanker 3,2 3,9 5

7 Peny. Jantung Koroner 2,8 3,6 3,2


8 Batu ginjal 1,3 1,2 1,1

9 Gagal jantung 0,7 0,9 1,1


10 Gagal ginjal 0,5 0,5 0,6

E. Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik


Lingkup Keperawatan Gerontik asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan
ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan
kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan lansia. Sifat nya adalah
independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik.

F. Tanggung Jawab Perawat Gerontik

Wahjudi Nugroho (2000) mengemukakan bahwa terdapat delapan tanggung jawab


perawat gerontik atau orang lanjut usia, yaitu:
(1) membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal,
(2) membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya,
(3) membantu klien lansia menerima kondisinya,
(4) membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi
sampai dengan meninggal,
(5) mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan,
(6) membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup
klien usia lanjut,
(7) menolong dan merawat klien usia lanjut yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu (kronis maupun akut),
(8) mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
Dengan tugas dan tanggung jawab pera

G. Jumlah Lansia di Indonesia dan Kalimantan Selatan


Menurut Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), ada
30,16 juta jiwa penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia pada 2021. selain itu dari hasil
survey menunjukkan, penduduk lajut usia di Kalsel berada pada angka 4,51 persen
dengan jumlah 185,11 ribu jiwa yang juga merupakan kelompok usia tidak produktif yakni
berkisar antara 65 tahun keatas.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut World Health Organization (WHO 2019), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging process atau proses
penuaan.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran sel- sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor
resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut
usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain.
Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi,
gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb
DAFTAR PUSTAKA

Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha

Ilmu

Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Depkes RI (2005). Pedoman pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta

Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta

Stanley, M &Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed.2.Jakarta: EGC

Tantut Susanto. (2013). Keperawatan Gerontik. Digital Repository. Universitas Jember.

Undang-Undang No 13 (1998). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA.

Anda mungkin juga menyukai