OLEH:
KELOMPOK J
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang selalu
dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat serta salam dikirimkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan hidayah-Nya, kelompok dapat
menyelesaikan laporan seminar kasus terkait “Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada
Usia Lansia”.
Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada Ibu Ns. Windy Freska,
S.Kep., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah membimbing kelompok dengan
penuh ketelatenan dan penuh kesabaran dalam menyusun laporan seminar kasus ini. Terima
kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Ibu Ns. Winda Permata Sari, S.Kep.,
selaku pembimbing klinik yang telah memberi banyak motivasi, nasehat dan bimbingan
selama kelompok mengikuti praktik klinik keperawatan jiwa di Puskesmas Andalas. Selain
itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Hema Malini, S. Kp., MN., PhD selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas
2. Ibu Dr. Ns. Lili Fajria, S.Kep., M. Biomed selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan seminar kasus ini. Laporan
seminar kasus ini telah disusun dengan semaksimal mungkin, akan tetapi kelompok tetaplah
manusia yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan seminar kasusini. Kelompok berharap
laporan seminar ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik lagi.
Kelompok J
i
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis
dan produktif sebagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan
semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya,
mampu menghadapi stress kehidupan dengan wajar, mampu bekerja dengan produktif
dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,
menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman dengan orang lain
(Keliat, 2011)
Masalah kesehatan jiwa tidak dapat dilihat secara langsung seperti masalah fisik yang
memperlihatkan gejala yang berbeda yang muncul dari berbagai perubahan. Klien dengan
masalah kesehatan jiwa banyak tidak mampu menceritakan hal-hal yang terjadi pada
dirinya, selain itu kemampuan mereka dalam beradaptasi menyelesaikan masalah sangat
bervariasi. Adaptasi seseorang dalam menyelesaikan masalah secara maladaptif akan
mengakibatkan gangguan jiwa (Keliat, 2006).
Kesehatan jiwa mencakup disetiap perkembangan individu di mulai sejak dalam
kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari bayi (0-18 bulan),
masa toddler (1,5-3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (6-
12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18- 2 35 tahun), dewasa tengah (35-65
tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun) (Wong, D.L, 2009).
Pada tahun 2000 jumlah penduduk lansia di seluruh dunia sebanyak 426 juta atau
sekitar 6,8%, jumlah ini akan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2025 yaitu
sekitar 828 juta jiwa atau sekitar 9,7% dari total penduduk dunia (Notoadmodjo, 2018).
Hal ini menunjukkan bahwa peta populasi penduduk di dunia dari tahun ke tahun semakin
bergeser kearah usia lanjut yang pertumbuhannya semakin meningkat.
Menurut WHO, pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat
dari tahun 2013. (Kemenkes RI, 2013). Indonesia termasuk ke dalam negara kelima
dengan lansia terbanyak di dunia. Berdasarkan data proyeksi penduduk, diprediksi jumlah
penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta)
dan tahun 2035 (48,19 juta) (Kemenkes RI, 2017). Hal ini menunjukan bahwa baik secara
global, Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (aging
1
population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun keatas melebihi angka 7
persen.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka kelompok ingin
memaparkan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien sehat mental pada usia lansia di
Puskesmas Andalas.
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Memaparkan asuhan keperawatan pada pasien sehat mental pada usia lansia di
Puskesmas Andalas
2. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien sehat mental pada usia lansia
di Puskesmas Andalas
b. Mendiskripsikan pengkajian keperawatan pada pasien sehat mental pada usia
lansia di Puskesmas Andalas
c. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien sehat mental pada usia lansia
di Puskesmas Andalas
d. Mendiskripsikan perencanaan keperawatan pada pasien sehat mental pada usia
lansia di Puskesmas Andalas
e. Mendiskripsikan implementasi keperawatan pada pasien sehat mental pada usia
lansia di Puskesmas Andalas
f. Mendiskripsikan dokumentasi evaluasi pada pasien sehat mental pada usia lansia
di Puskesmas Andalas
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
1) Virilitas (Prasenium) : masa persiapan usia lanjut yang menampakan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).
2) Usia lanjut dini (Senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (60-64 tahun).
3) Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : usia
diatas 65 tahun (Fatmah, 2010).
4
E. Proses Terjadinya Masalah
➢ Faktor Predisposisi
a. Biologi
o Latar Belakang Genetik: Tidak ada riwayat adanya gangguan jiwa di dalam
keluarga
o Status Nutrisi: Riwayat status nutrisi baik
o Kondisi kesehatan secara umum: terjadi perubahan-perubahan fisik pada
sel, sistem persarafan, pendengaran, penglihatan,
o Sensitivitas Biologi: Kadar Dopamin seimbang dengan serotonin, GABA,
asetilkolin di SSP (substansia nigra, midbrain, hipotalamus-pituitari)
o Paparan terhadap racun: tidak terpapar mercury, insektisida, tidak terjadi
keracunan dan penyalahgunaan zat.
b. Psikologis
o Intelegensi: mulai terjadi perubahan terhadap informasi
matematika dan perkataan verbal
o Keterampilan Verbal: kemampuan komunikasi baik verbal maupun non
verbal masih baik
o Moral: mampu membedakan dan memilih mana yang baik danburuk
o Kepribadian: struktur mental seimbang id, ego, super ego
o Pengalaman masa lalu: mengalami pengalaman yang dapat dijadikan sebagai
pelajaran untuk kematangan bagi diri dan orang lain (anak cucu)
o Konsep diri: konsep diri positif, memiliki pedoman hidup yang realistis
o Motivasi: motivasi masih tinggi namun dapat terjadi penurunan motivasi
o Pertahanan psikologi: kebiasaan koping adaptif.
o Self control: mampu menahan diri dari dorongan negatif, mampu melakukan
hal-hal positif.
c. Sosial Kultural
o Usia: 60 tahun keatas
o Gender: Wanita/Pria
o Pendidikan: telah menempuh pendidikan formal
o Pendapatan: telah memiliki pendapatan, namun mengalami penurunan seiring
meningkatnya usia yang menyebabkan kurang mandiri dalam ekonomi
o Pekerjaan: memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan
5
o Status sosial: memisahkan diri dari autokritas keluarga
o Latar belakang budaya: tidak memiliki nilai budaya yang bertentangan
dengan kesehatan
o Agama dan keyakinan: mempunyai religi dan nilai yang baik
o Keikutsertaan dan politik: masih mampu berpartisipasi dalam kegiatan politik
yang sehat
o Pengalaman sosial: masih mampu berhubungan baik dengan lingkungan dan
lawan jenis kelamin
o Peran sosial: menuntun generasi berikutnya mandiri dan punya tanggung
jawab sosial.
➢ Faktor Presipitasi
1) Biologis
Kondisi kesehatan secara umum: terjadi perubahan-perubahan fisik pada
sistem tubuh seperti sistem kekebalan dan elastitistas pembuluh darah di
tubuh
2) Psikologis
Self-control: mampu menahan diri dari dorongan yang negatif dan mampu
melakukan hal-hal positif
3) Sosial Budaya
➢ Pendidikan: telah memiliki pendidikan formal maupun non formal dari
berbagai pengalaman yang dialami
➢ Pendapatan: telah memiliki pendapatan, namun seiring berjalannya usia terjadi
penurunan produktivitas yang menyebabkan kurang mandiri dalam ekonomi
➢ Pekerjaan: mampu memiliki tanggung jawab dalam pekerjaan.
➢ Status sosial: cenderung kurang mandiri dan mulai bergantung dan
membutuhkan dukungan dari keluarga inti
➢ Budaya: tidak mengalami pertentangan nilai budaya
➢ Agama dan keyakinan: mempunyai religi dan nilai yang baik.
7
tendon mengerut, kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami sclerosis.
Kecepatan dan kekuatan otot skeletal berkurang, pengecilan otot akibat
menurunnya serabut otot. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan
kecepatan motorik dalam bergerak sehingga lansia membutuhkan waktu lebih
lambat dalam melakukan aktivitas. Kekuatan motorik lansia cendrung kaku
sehingga menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya akan menjadi
tumpah dan jatuh.
5. Sistem Penginderaan
Menurut Nugroho (2008) sistem panca indera lansia akan mengalami
gangguan dan kemunduran diantaranya pada sitem pendengaran, penglihatan,
pengecap, dan pembau, serta peraba. Menurunnya kemampuan atau
melakukan pengecapan dan pembauan, sensitifitas terhadap empat rasa
menurun setelah usia 50 tahun. Pada sistem penglihatan terjadi penurunan
respon terhadap sinar atau cahaya, adaptasi terhadap gelap, akomodasi dan
lapang pandang. Gangguan pada mata sering disebabkan oleh katarak,
gloukoma atau degenerasi makula. Pada lansia dengan katarak yang berat
terjadi penurunan visus bahkan pada stadium lanjut hanya dapat membedakan
terang dan gelap. Upaya yang dapat dilakukan melakukan pemeriksaan mata
dan menggunakan kaca mata bagi lansia yang mengalami gangguan
akomodasi dan menganjurkan untuk pembuangan katarak melalui operasi
katarak. Penggunaan cahaya pada malam hari dapat membantu lansia
menyesuaikan penglihatan terhadap terhadap perubahan cahaya dari terang ke
gelap.
6. Sistem Gastrointestinal
Pada masa usia lanjut, lansia akan mengalami kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, esophagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik melemah sehingga dapat
mengakibatkan konstipasi, kemampuan absorbsi menurun, hati mengecil,
produksi saliva menurun, produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung.
Hal ini dapat mengurangi kenyaman bagi lansia saat makan dan menelan
sehingga lansia sering membatasi jenis makanan yang dimakannya. Untuk
mengurangi kenikmatan saat makan lansia dianjurkan untuk memakai gigi
palsu yang sesuai atau pas, sehingga asupan nutrisi tetap terjaga. Perubahan
8
pada esophagus terjadi perlambatan ritmis pengaliran makanan kelambung
akibat melemahnya kekuatan otot lingkar antara esophagus dan lambung.
Perubahan pada sistem pencernaan ini membuat lansia sering mengalami
gangguan dalam pemenuhan nutrisinya.
7. Sistem Reproduksi
Pada lansia, terjadi selaput lendir vagina yang kering atau menurun,
menciutnya ovarium dan uterus, atropi payudara, testis masih dapat
memproduksi, meskipun adanya penurunan berangsur angsur dan dorongan
seks menetap sampai diatas usia 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik,
penghentian produksi ovum pada saat menopause (Darmojo, 2006). Pada
wanita lansia terjadi produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium menurun
saat menopause. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi meliputi
penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan hilangnya elastisitas,
penurunan sekresi vagina, mengakibatkan kekeringan, gatal dan menurunnya
keasaman vagina ; involusio (atropi) uterus dan ovarium dan penurunan tonus
muskulus pubo koksigeus, mengakibatkan lemasnya vagina dan perineum.
Perubahan tersebut berakibat perdarahan pervagina dan nyeri saat
bersenggema. Pada pria lansia, penis dan testis menurun ukurannya dan
keadaan androgen berkurang.
8. Sistem Endokrin
Pada lansia, produksi hampir semua hormone menurun, fungsi paratiroid dan
sekresi tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSF, FSH, LH, menurunnya
aktifitas tiroid akibatnya basal metabolisme menurun, menurunnya produksi
aldosteron, menurunnya sekreksi hormone, progesterone, estrogen, dan
aldosteron, bertambahnya insulin. Produksi testoteron dan sperma yang
menurun, pada wanita karena jumlah ovum dan folikel yang sangat rendah
maka kadar esterogen akan menurun setelah menopause. Hal ini menyebabkan
dinding rahim menipis, selaput lendir mulut rahim dan saluran kemih mulai
kering. Akibatnya infeksi saluran kemih sering terjadi pada wanita lansia.
Teori rantai silang juga menjelaskan bahwa sistem imun tubuh menjadi kurang
efisien dan mekanisme pertahanan tubuh tidak dapat merubah ikatan rantai
silang (Meiner & Lueckenotte, 2010).
9. Sistem Integumen
9
Lansia mengalami kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering
dan kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose,
kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke
kulit dan menurunnya selsel yang memproduksi pigmen kuku pada jari tangan
dan kaki menjadi tebal dan rapuh, rambut menipis dan botak, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya.
b. Psikologis
Menurut Maryam (2008) perubahan psikologis pada lansia meliputi short term
memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan. Dalam psikologi
perkembangan, lansia dan perubahan yang di alaminya akibat proses penuaan
digambarkan oleh hal-hal berikut :
1) keadaan fisik lemah tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang lain,
2) status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk
melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya,
3) menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan
kondisi fisik.
Menurut Nugroho (2008) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan psikologis antara lain :
1) perubahan fisik, khususnya organ perasa,
2) kesehatan umum,
3) tingkat pendidikan,
4) keturunan,
5) lingkungan,
6) gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian,
7) gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan,
8) rangkaian kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
Bahaya psikologis pada lansia dianggap memiliki dampak lebih besar
dibandingkan dengan usia muda, karena penyesuaian pribadi dan sosial pada
lansia jauh lebih sulit.
c. Sosial
Aspek atau perubahan perkembangan selanjutnya menurut Stuart adalah aspek
sosial, yaitu keadaan interaksi sosial pada lansia mulai menurun akibat perubahan,
10
baik secara kualitas maupun kuantitasnya secara perlahan mengakibatkan
terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah
masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen. Jika keterasingan
terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan
kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung
diri, Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang
dimilikinya.
Beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri dari keterlibatan
sosial yaitu: (1) Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin
lepas dari peran dan aktifitas selama ini, (2) Penyakit dan menurunnya
kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu memikirkan diri sendiri secara
berlebihan, (3) Orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh
darinya, (4) Pada saat kematian semakin mendekat, orang ingin seperti ingin
membuang semua hal yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi. Konsep diri
merupakan inti dari pola perkembangan kepribadian seseorang yang akan
mempengaruhi berbagai bentuk sifat. Jika konsep diri positif akan
mengembangkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri dan kemampuan
untuk melihat dirinya secara realitas, sehingga akan menumbuhkan penyesuaian
sosial yang baik. Sebaliknya apabila konsep diri negatif akan mengembangkan
perasaan tidak mampu dan rendah diri. Mereka merasa ragu dan kurang percaya
diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk pula.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Teori aktivitas menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Meiner &
Lueckenotte, 2006).
d. Spiritual
Perubahan spiritual yang terjadi pada lansia adalah dimana agama atau
kepercayaan terintegrasi dalam kehidupannya, lansia semakin matur dalam
kehidupan agamanya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam
kehidupan sehari-hari. Dari segi spiritual pada umumnya lansia mengharapkan
panjang umur, semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati, mempertahankan
hak dan hartanya, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di
11
sisi-Nya (khusnul khotimah), dan masuk surga (Suardiman, 2013). Bertambah
usia meningkatkan kematangan dalam berpikir dan bertindak sehingga segi
spiritual lansia menjadi lebih baik yang akan berpengaruh dalam mengambil
keputusan dan menentukan sikap dalam kehidupan sehari-hari.
G. Sumber Koping
a. Personal Ability
1) Mampu untuk mencari informasi
2) Mampu mengidentifikasi masalah.
3) Kondisi fisik normal, semangat dan antusias
4) Mempunyai pengetahuan dan intelegensi yang cukup untuk menghadapi
stressor.
5) Mempunyai pedoman hidup yang realistis.
6) Mampu melaksanakan rencana tindakan
b. Sosial Support
1) Mendapat dukungan dari keluarga dan masyarakat Keluarga merupakan
support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya baik
fisik maupun mental Ebersol (2005). Peranan keluarga dalam perawatan lansia
antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan
status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan
motivasi serta memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.
2) Diterima menjadi bagian dari keluarga dan masyarakat Lansia menjadi bagian
dari lingkungan sosialnya dengan mendapatkan berbagai dukungan sosial
seperti pendidikan dapat meningkatkan intelegensi dan wawasan lansia serta
tersedianya sarana dan prasarana kesehatan khusus lansia dapat menunjang
untuk memelihara kesehatan lansia baik fisik maupun mental.
3) Ikut dalam kegiatan atau perkumpulan di masyarakat (formal dan non formal).
4) Tidak ada pertentangan nilai budaya
c. Material Asset
1) Mempunyai penghasilan yang layak untuk tumbuh kembang usia lanjut
2) Mempunyai tabungan untuk mengantisipasi kebutuhan hidup
3) Mampu mengakses ke pelayanan kesehatan yang ada
d. Positive Believe
1) Keyakinan dan nilai hidup yang positif.
12
2) Motivasi masih tinggi dan bersemangat menjalani hidup.
3) Mempunyai keyakinan bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati.
H. Diagnosis Keperawatan
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis
keperawatan. Diagnosa yang dapat ditegakkan yaitu kesiapan peningkatan
perkembangan usia lansia. Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan batasan
karakteristik yang telah dijelaskan sebelumnya.
I. Tindakan Keperawatan
a. Klien
1. Tujuan :
➢ Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang
normal (merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti
kegiatan social dan keagamaan di lingkungan.
➢ Lansia dapat menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang
normal dan merasa hidupnya bermakna.
➢ Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang
norma
2. Tindakan :
➢ Jelaskan ciri perilaku perkembangan lansia yang normal dan menyimpang.
➢ Mendiskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencapai
integritas diri yang utuh.
➢ Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini.
➢ Melakukan menceritakan kembali masa lalunya, terutama keberhasilannya.
➢ Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia f) Mengikuti kegiatan
sosial di lingkungannya.
➢ Melakukan kegiatan kelompok.
➢ Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritas diri
yang utuh.
➢ Memotivasi lansia untuk menjalankan rencana yang telah dibuatnya.
b. Keluarga
1. Tujuan :
➢ Keluarga dapat menejelaskan perilaku lansia yang menggambarkan
13
perkembangan normal dan menyimpang
➢ Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan lansia
➢ Keluarga melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan lansia
➢ Keluarga merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan
Psikososial lansia
2. Tindakan :
➢ Menjelaskan perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang pada
keluarga.
➢ Mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan lansia yang normal dengan
keluarga: (1) Bersama lansia mendiskusikan makna hidupnya selama ini (2)
Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia (3) Mendorong lansia
untuk mengikuti kegiatan sosial (arisan, menengok yang sakit, dll) di
lingkungannya (4) Mendorong lansia untuk melakukan kegiatan (5)
Mendorong lansia untuk melakukan life review (menceritakan kembali masa
lalunya terutama keberhasilannya).
➢ Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia.
➢ Membuat stimulasi perkembangan psikososial lansia
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R
A. DATA DEMOGRAFI
Pasien
Nama : Ny.R
Tempat/Tgl Lahir : Padang/ 16 Februari 1962
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Caniago
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Jati I No.10, Sawahan
Keluarga
1. Nama KK : Tn.N
2. Alamat : Jl. Jati I No.10
3. Pekerjaan : Karyawan swasta
4. Pendidikan : SLTA
5. Anggota Keluarga : 4 Orang
15
GENOGRAM
Keterangan :
: Perempuan : Laki-laki
: Meninggal : TinggalSerumah
: Klien
6. Tipe Keluarga
Tipe bentuk keluarga Ny.R adalah nuclear family yang terdiri dari suami, istri dan anak
(Friedman, 2010). Ny. A mengatakan bahwa dirinya tinggal serumah dengan anak-
anaknya dan suami. Sistem pengambilan keputusan diputuskan oleh Tn. A yang bekerja
sebagai kepala keluarga
7. Adat/Budaya terkait Kesehatan
Menurut Ny.R jika ada anggota keluarga yang sakit maka akan dibawa ke pustu ataupun
ke puskesmas. Biasanya jika ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang cukup
berat maka akan dibawa ke RS
9.Spiritual
Ny. R mengatakan bahwa semua anggota keluarganya beragama islam. Ny.R mengatakan
bahwa dalam keseharian sering ke mushalla untuk beribadah. dikarenakan jarak mushalla
yang dekat dengan rumahnya. Keluarga Ny.R aktif di dalam kegiatan pengajian di
musholla dan mengikuti acara-acara pengajian lainnya seperti syukuran. Ny.R
mengatakan bahwa dirinya dan anggota keluarganya berkeyakinan bahwa segala
16
sesuatunya sudah diatur oleh Allah SWT, termasuk apapun sakit yang dialaminya
sekarang.
7. Riwayat Rekreasi Keluarga
Ny.R mengatakan keluarga jaearng pergi berekreasi, tetapi keluarga menonton dan
berkumpul bersama jmerupakan rekreasi bagi keluarga.
Tahap perkembangan keluarga Ny.R saat ini adalah tahap perkembangan keluarga
dengan keluarga usia lanjut dengan tugas perkembangan yaitu imulai saat pensiun
sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanyameninggal.
Tugas Perkembangan :
17
Data Lingkungan
15. Karakteristik rumah
Wc KM1
KM2 KM3 J
e
D
Ruang R n
a
p Keluarga ua d
u
G ng e
ru
d ta l
a
n m a
g
u
Ny.R dan keluarga tinggal di sawahan. Tipe lingkungan tempat tinggal adalah perumahan
warga dengan jarak antara satu rumah dengan yang lainnya terlalu berdekatan dan padat
penduduk. Tipe rumah semi permanen, saat ini rumah yang ditempati adalah milik sendiri
dengan kondisi yang terpelihara Dengan Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1
kamar mandi, dapur dan warung. Setiap kamar terdapat jendela, termasuk ruang tamu, dan
kamar tidur. Pencahayaan dan ventilasi rumah mencukupi dan sesuai kriteria rumah sehat.
Lantai rumah menggunakan semen. Kondisi rumah tampak bersih. Pembuangan sampah ke
TPS. Sumber air di rumah merupakan PDAM. Didapur terdapat tempat memasak jemuran
kain. Sanitasi air di kamar mandi mencukupi dan bersih. Dikamar mandi tersedia
perlengkapan mandi untuk masing-masing anggota keluarga seperti sikat gigi, dsb.
Keluarga menggunakan sabun mandi dan shampo bersama.
16. Mobilitas geografis keluarga
Ny.R mengatakan keluarga telah tinggal di lingkungan tersebut selama 28 tahun
17. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny.R mengatakan mempunyai hubungan baik dengan siapapun yang ada di komunitasnya.
Ny.R mengatakan menerima jika ada yang melakukan kunjungan ke rumah seperti dari
pihak puskesmas maupun kunjungan lainnya. Ny.R mengatakan senang jika membantu saat
ada acara di komunitasnya seperti acara pernikahan, gotong royong. Ny.R mengatakan
sering ikut kegiatan gotong royong dan pengajian yang ada dilingkungannya
18
Struktur Keluarga
18. Struktur peran
Untuk struktur peran formal dalam keluarga Ny.R :
a. Tn. A berperan sebagai suami bagi Ny. R
b. Ny. R berperan sebagai istri bagi Tn.A, sebagai ibu dari Tn.Y,
Tn,N dan Ny.M
Selain itu peran informal dalam keluarga
➢ Tn. A merupakan seorang Martir yaitu tidak menginginkan apapun untuk dirinya
tetapi mengorbankan apapun untuk kebaikan anggota keluarga yang lain. Tn. A juga
seorang yang pekerja keras dan suka bergaul bersama tetangga.
➢ Ny. R merupakan koordinator keluarga. Koordinator keluarga mengatur dan
merencanakan aktivitas keluarga, dengan demikian menigkatakan kohesivitas dan
melawan perpecahan keluarga (Friedman, 2010).
➢ Tn. N berperan sebagai pengikut. Pengikut sejalan dengan pergerakan kelompok ,
kurang lebih menerima ide orang lain secara pasif, berfungsi sebagai pendengar dalam
diskusi dan keputusan kelompok
19. Pola komunikasi keluarga
Berdasarkan pengkajian, anggota keluarga dalam keluarga Ny. R menggunakan bahasa
Minang dan tidak ada seorang pun yang mengalami kerusakan verbal seperti bisu,
sehingga komunikasi dilakukan secara normal. Interaksi antar anggota keluarga
menggunakan proses komunikasi fungsional. Dimana anggota keluarga menyatakan maksud
pembicaraannya dengan tegas dan jelas. Komunikasi dalam keluarga dilakukan lebih
intens ketika semua anggota keluarga berkumpul bersama.
20. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Tn.A selalu menjaga hubugan baik dengan keluarga dengan memusyawarahkan
jika ada masalah dan pengambilan keputusan oleh kepala keluarga dan dalam
menyelesaikan masalah anggota keluarga ikut dalam menyelesaikan masalah sesuai
dengan tanggung jawab masing-masing.
Fungsi Keluarga
21. Fungsi Afektif
Keluarga Ny.R memiliki pelekatan yang kuat antar anggota keluarga memiliki hubungan
komunikasi yang baik.
19
22. Fungsi Sosialisasi
Keluarga Ny.R mengatakan membesarkan anak-anaknya berdasarkan pada nilai agama,
adat dan budaya yang berlaku di Minangkabau. Ny.R menanam ajaran agama pada anak-
anaknya sejak dari kecil seperti menghormati orang tua dan yang lebih tua.
23. Fungsi Reproduksi
Ny.R mengatakan ingin hubungan keluarganya harmonis. Ny.R mengatakan sudah tidak
ingin memiliki keturunan karena merasa sudah cukup dengan anaknya yang sekarang.
Ny.R mengatakan karena ia sudah menopouse dan memasuki usia lanjut usia. Ny.R
mengatakan hanya ingin fokus untuk membuat masa depan anaknya nanti menjadi sukses
dan bahagia.
24. Fungsi Ekonomi
Klien termasuk keluarga dengan ekonomi menengah, untuk ekonomi klien mengatakan
cukup di keluarga.
25. Fungsi Perawatan Kesehatan
Ny.R mengatakan kesehatan adalah hal yang penting bagi keluarga dan anggota keluarga
lain akan saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan. Menurut keluarga Ny.R sehat
adalah keadaan kita tidak sakit dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya
tanpa ada gangguan seperti demam, sakit kepala, sesak nafas, batuk, sakit gigi dan lain-lain.
Sedangkan sakit adalah saat kita memiliki keluhan kesehatan yang mengakibatkan
keterbatasan dalam beraktifitas. Klien mengatakan mengunakan kartu BPJS untuk berobat
ke puskesmas, jarak puskesmas dengan rumah klien hanya ± 3 KM
20
keluarga menyelesaikan dengan cara bermusyawarah dan berdiskusi bersama anggota
keluarga yang lainnya. Ny.R
29. Stategi adaptasi disfungsional
Tidak ada adaptasi disfungsional dalam keluarga Ny.R
30 Harapan keluarga
Tn. A dan Ny. R berharap kelak semua anak anaknya menjadi orang yang berguna bagi
nusa bangsa dan agama, dan menjadi kebanggaan keluarga.
B. PENGKAJIAN KLIEN
1. FISIK
TANDA-TANDA VITAL
• Suhu : 36,5 0C
• TD : 120/80 mmHg
• Nadi : 100x/i
• Pernapasan : 18 x/i
• Tinggi badan : 149 cm
• Berat badan : 45 kg
C. PEMERIKSAAN FISK
• Kepala
Simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada luka
• Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan baik
• Hidung
Simetris, tidak ada polip, tidak sinusitis, terdapat sekret dan penciuman baik
• Telinga
Bentuk normal,tidak ada serumen, pendengaran baik, simetris
• Leher: Tidak ada pembesaran tiroid dan KGB
• Dada:
I : Normal chest
Pa:Fermitus ki=ka
Pe:Sonor
A: Vesikuler
• Jantung
21
I : Ictus cordis tidak terlihat
Pa: Ictus cordis teraba kuat angkat
Pe:Redup
A: Bunyi S1 & S2 normal, tidak ada bising jantung/ mur mur
• Abdomen:
I : Acites(-)
Pa:Tidak ada nyeri tekan
Pe:Tympani
A: 16 x/i
• Ekstremitas
CRT<2 detik, ekstremitas tidak edema, Turgor kulit kembali cepat
2. Status Mental
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : Tidak ada masalah dengan cara berpakaian, berpakaian rapi seperti
biasanya dengan memakai baju dan celana rumah yang rapi dan bersih. Penggunaan
pakaian sesuai dengan umur pasien dan cara berpakaian sesuai dengan waktu,
identitas, situasi dan kondisi pasien berganti pakaian 2 kali sehari yaitu pagi dan sore
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Jelaskan: Ny.R tidak ada mengeluhkan mengenai gerakannya
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
22
4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus Asa Khawatir Gembira berlebihan
Jelaskan:
Masalah Keperawatan : Ny.R akan merasa sedih jika dia bersalah
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan: Afek Klien tampak normal dan tidak ada masalah dan sesuai dengan
keadaan yang sedang berlangsung.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
6. Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata Defensif Curiga
Jelaskan : Saat wawancara Ny.R dapat berinteraksi dengan baik, Ny.R menunjukkan
sikap yang kooperatif, kontak mata ada, klien mampu menjawab pertanyaan dengan
baik dan sesuai. Ny.R tidak menunjukkan sikap curiga saat berkomunikasi
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecap Penghidu
Jelaskan Jelaskan : Tidak ada masalah dengan persepsi Ny.R. Klien memiliki persepsi
sesuai dengan kenyataan. Ny.R tidak mengalami halusinasi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
8. Proses Pikir
Sikumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of idea Blocking Pengulangan pembicaraan
Jelaskan: Tidak ada masalah dengan proses fikir pada Ny.R. Klien mampu
berkomunikasi dengan baik dan sesuai dengan topic pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
23
Nihilistic Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan: : Selama pengkajian, tidak ditemukan adanya keyakinan yang berlebihan
terhadap sesuatu (waham).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
10. Tingkat Kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : klien dalam keadaan sadar sepenuhnya, orientasi terhadap waktu,
tempat dan orang tepat
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan: Ny.R tidak memiliki gangguan daya ingat, Ny. R dapat mengingat yang
terjadi saaat ini dengan baik dan kejadian sebelumnya
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi Tidak mampu
berhitung
sederhana
Jelaskan: Ny.R mampu berkonsenterasi dan berhitung dengan baik
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
13. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : Ny.R tidak memiliki gangguan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
24
3. Sumber Koping
a. Personal ability
Mekanisme koping yang yang digunakan klien adalah mekanisme koping adaptive
yaitu dengan membicarakan dengan angggota keluarga yang lain seperti bercerita
masalah kepada anaknya
b. Sistem pendukung keluarga/teman sebaya/masyarakat
Klien mengatakan klien selalu mendapatkan dukungan dari keluarga baik sehat
maupun sakit, Klien mengatakan tidak memiliki masalah dngan lingkungan
tempat tinggal, klien sudah tinggal dilingkungan tersebut puluhan tahun
c. Material aset : Status sosial ekonomi keluarga
Berapa penghasilan keluarga dalam sebulan?
a) Kurang dari UMR
b) Sama atau lebih dari UMR
Apakah keluarga memiliki asnsuransi?
a) BPJS
b) Askeskin
c) Jamsostek
d) Tidak punya
e) Lainnya
d. Positive believe : Nilai atau norma keluarga
Terdapat motivasi yang kuat pada keluarga Ny.M untuk mendapatkan kesehatan
yang optimal pada keluarganya.
4. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahrag Mencederai diri
Lainnya........................... Lainnya........................
25
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA KELUARGA
Kesiapan peningkatan perkembangan usia lanjut
E. ANALISA DATA
No Data Masalah
1. DS: Kesiapan peningkatan
• Klien mengatakan hidupnya berarti bagi perkembangan usia
keluarganya, klien mengatakan lanjut
keluarganya menyayanginya dan
membutuhkannya
26
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
27
G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
28
mempunyai perkembangan yang normal
- Mendiskusikan ciri perkembangan lanjut usia yang
normal dan menyimpang : Terlaksana
P:
- Tindak lanjut : Melakukan dan menceritakan kembali
masa lalunya terutama keberhasilannya
29
- Klien mampu menceritakan pengalaman masa lalunya
dari masa kanak-kanak sampai usia lanjut serta
menceritakan keberhasilan-keberhasilan yang telah
diraihnya.
- Klien tampak terbuka kepada perawat
- Klien tampak senang setelah bercerita dengan perawat
A:
- Kesiapan peningkatan perkembangan usia lansia : Normal
- Mendiskusikan dan menceritakan kembali masa lalu,
terutama keberhasilannya : Terlaksana
P:
- Tindak lanjut mendiskusikan untuk mengikuti kegiatan
sosial dilingkungannya
No Jumat/18 1. Membina hubungan saling percaya S :
November 2022
dengan menggunakan komunikasi - Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan sosial
terapeutik dilingkungannya seperti pengajian dan gotong royong
2. Melakukan evaluasi validasi - Klien mengatakan ingin semakin aktif melalukan kegiatan
3. Berdiskusi mengenai pertemuan sosial dilingkungannya
sebelumnya - Klien mengatakan senang ketika bersosialisasi dengan
4. Memberikan reinforcement positif tetangga
5. Mendiskusikan untuk mengikuti - Klien mengatakan senang mengikuti setiap kegiatan
30
kegiatan sosial dilingkungannya tersebut
6. Membuat kontrak selanjutnya O:
- Klien tampak antusias ketika menceritakan kegiatan sosial
apa saja yang diikuti
A:
- Kesiapan peningkatakan perkembangan usia lansia :
Normal
- Mendiskusikan untuk mengikuti kegiatan sosial
dilingkungannya : Terlaksana
P:
- Tindak lanjut membimbing lansia membuat rencana
kegiatan untuk mencapai integritas diri yang utuh
4 Sabtu/19 1. Membina hubungan saling percaya S :
November 2022
dengan menggunakan komunikasi - Klien mengatakan ingin lebih banyak melakukan hal
terapeutik positif selama dirumah
2. Melakukan evaluasi validasi - Klien mengatakan ingin mengasah keterampilannya
3. Berdiskusi mengenai pertemuan - Klien mengatakan akan melakukan kegiatan yang telah
sebelumnya didiskusikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
4. Memberikan reinforcement positif - Klien mengatakan akan berusaha selalu menjalankan
5. Membimbing lansia membuat rencana jadwal yang telah didiskusikan
kegiatan untuk mencapai integritas diri O :
31
yang utuh - Klien tampak bersemangat ketika mendiskusikan kegiatan
6. Membuat kontrak selanjutnya apa saja yang ingin dilakukan
- Klien tampak setuju dan kooperatif dengan rencana
kegiatan yang telah didiskusikan
A:
- Kesiapan peningkatan perkembangan usia lansia : Normal
- Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk
mencapai integritas diri yang utuh : Terlaksana
P:
- Intervensi dihentikan
32
BAB IV
PEMBAHASAN
33
Dari beberapa perubahan-perubahan fisik yang terjadi Ny.R mengeluhkan
gerakannya yang mulai terbatas seiring berjalannya usia, hal itu membuat Ny.R
menjadi lebih lamban dalam beraktivitas dan meninggalkan aktivitias/hobi yang
disukainya. Namun Ny.R mengatakan sudah beradaptasi dengan kondisinya dan
bersyukur karena masih bisa melakukan aktivitas seperti berjalan, membersihkan
rumah, dan merawat dirinya sendiri. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Potter
& Perry (2009) bahwa lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses
penuaan yang harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi
seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada setiap individu.
Beberapa lansia merasa sulit menerima kenyataan bahwa dirinya telah menua,
namun beberapa yang lain mampu beradaptasi dengan kondisi fisiknya. Ny. R
tinggal serumah dengan anak-anaknya dan suami. Sistem pengambilan keputusan
diputuskan oleh Tn. N yang berperan sebagai kepala keluarga.
Selanjutnya dari aspek kognitif seperti daya ingat, Ny.R mengatakan tidak
mengalami penurunan fungsi kognitif. Ny. R mampu mengingat kejadian yang
sudah terjadi sebelumnya, namun ada beberapa gejala yang mulai timbul yang
ditandai dengan mulai sering lupa dengan hal yang telah dilakukannya, namun hal
ini normal terjadi pada lansia, sesuai dengan teori bahwa pada dasarnya, fungsi
daya ingat akan mengalami penurunan secara normal seiring dengan penambahan
usia. Selain itu, ada faktor risiko yang dapat mempengaruhi penurunan fungsi daya
ingat lansia yaitu keturunan dari keluarga, tingkat pendidikan, cedera otak, racun,
tidak melakukan aktivitas fisik, dan penyakit kronik seperti parkinson, jantung,
stroke serta diabetes.
b. Aspek Psikologis
Ny.R mengatakan belum mengetahui bagaimana ciri-ciri dari perkembangan
normal dan menyimpang, tidak pernah tau mengenai perkembangan normal atau
pun menyimpang pada usia lansia, mengetahui apa itu integritas diri. Ny.R
mengatakan bahwa hidupnya sangat berarti untuk keluarganya. Ny.R mengatakan
keluarganya menyayanginya sama dengan dirinya yang menyayangi keluarganya.
Ny.R juga mengatakan bahwa siap menerima perubahan bila itu diperlukan.
Data-data diatas menunjukkan bahwa Ny.R berada pada tahap perkembangan
lansia yang normal. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Keliat (2007)
terkait tugas perkembangan lansia normal yaitu integritas diri dengan karakteristik
perkembangan yaitu mempunyai harga diri yang tinggi, merasa disayang oleh
34
keluarga, menilai kehidupannya berarti, memandang sesuatu hal secara
keseluruhan (tuntutan dan makna hidup), menerima nilai dan keunikan orang lain,
dan menerima datangnya kematian.
Ny.R mengatakan bahwa dia merasa puas akan hidupnya. Ny.R mengatakan
bahwa kehidupannya harus terus dijalani dengan ikhlas dan tidak memikirkan
penyesalan di masa lalu. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian Agus &
Andormeda (2014) bahwa kesejahteraan psikologis adalah kondisi dimana
individu atau lansia merasa puas akan kehidupannya baik kehidupan di masa
sekarang maupun kehidupan di masa lalu. Kesejahteraan psikologis berhubungan
erat dengan gaya hidup aktif usia lanjut yang aktif pergi berorganisasi menghadiri
pertemuan dan sebagainya lebih puas hidupnya daripada yang hanya tinggal di
rumah saja. Pernyataan ini mendukung karena Ny.R merupakan lansia yang cukup
aktif mengikuti kegiatan di lingkungan sekitarnya. Ny. R mengatakan senang jika
membantu saat ada acara di komunitasnya seperti acara pernikahan, gotong
royong.
c. Aspek Sosial dan Spiritual
Ny.R mengatakan mempunyai hubungan baik dengan siapapun yang ada di
komunitasnya. Ny.R mengatakan menerima jika ada yang melakukan kunjungan
ke rumah seperti dari pihak puskesmas maupun kunjungan lainnya. Ny.R
mengatakan senang jika membantu saat ada acara di komunitasnya seperti
acara pernikahan, gotong royong.
Ny.R mengatakan bahwa dirinya cukup aktif dalam mengikuti kegiatan sosial
di lingkungannya seperti pesta pernikahan tetangga, gotong royong daerah rumah.
Ny.R mengatakan membesarkan anak-anaknya berdasarkan pada nilai agama,
adat dan budaya yang berlaku di Minangkabau. Ny.R menanam ajaran agama pada
anak-anaknya sejak dari kecil seperti menghormati orang tua dan yang lebih tua.
Hal itu menunjukkan bahwa Ny.R merupakan lanjut usia yang sukses, sesuai yang
dijelaskan oleh Meiner & Lueckenotte (2006), teori aktivitas menyatakan bahwa
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial. Lansia yang sukses berarti lansia yang tetap aktif. Teori ini melihat bahwa
aktivitas diperlukan untuk memelihara kepuasan hidup seseorang dan konsep diri
yang positif. Aktivitas lansia dapat dilihat secara luas sebagai fisik ataupun
intelektual.
Sementara itu pada aspek spiritual, Ny. R mengatakan bahwa semua anggota
35
keluarganya beragama islam. Ny.R mengatakan bahwa dalam keseharian sering ke
mushalla untuk beribadah. dikarenakan jarak mushalla yang dekat dengan
rumahnya. Keluarga Ny.R aktif di dalam kegiatan pengajian di musholla dan
mengikuti acara-acara pengajian lainnya seperti syukuran. Ny.R mengatakan
bahwa dirinya dan anggota keluarganya berkeyakinan bahwa segala sesuatunya
sudah diatur oleh Allah SWT, termasuk apapun sakit yang dialaminya sekarang.
Didukung juga oleh Stanley (2006) bahwa spiritualitas bagi para lansia menjadi
sangat penting karena sebagai usaha mempersiapkan para lansia dalam
menghadapi saat-saat akhir.
B. Diagnosa
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny.R ditemukan diagnosa
keperawatan “Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Lanjut”. Sesuai dengan
diagnosa yang ada pada Nanda dengan kesiapan peningkatan perkembangan usia lanjut,
dimana pada didapatkan data Ny. R mengatakan belum mengetahui bagaimana cirri-ciri
dari perkembangan normal dan menyimpang, Ny. R tidak pernah tau mengenai
perkembangan normal atau pun menyimpang pada usia lansia, Ny. R belum mengetahui
apa itu integritas diri, walaupun secara keseharian Ny. R sudah melakukannya, Ny. R
biasa nya mengikuti kegiatan sosial di masyarakat seperti ikut dalam kegiatan acara
pernikahan dan gotong royong.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah yang sesuai dengan diagnose
keperawatan yang telah ditemukan. Intervensi terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum,
tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan (Suarli dkk, 2015). Sebagaimana dapat
dilihat dari hasil pengkajian dan pembahasan bahwa klien dengan usia lanjut memang
masih berada dalam tahap perkembangan normal namun dari beerbagai aspek yang telah
dikaji terdapat beberapa penyimpangan yang ditemukan yang apabila dibiarkan akan
menyebabkan terjadinya penurunan integritas diri pada klien, oleh karena itu penting
dilakukan upaya preventif dengan memberikan rancangan intervensi yang telah dibuat
untuk mencegah terjadinya penyimpangan pada tahap perkembangan klien.
Beberapa rincian tujuan khusus dari rencana tindakan keperawatan untuk
perkembangan psikososial pada klien yaitu agar lansia mampu menyebutkan karakteristik
perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang, merasa disayangi dan
36
dibutuhkan keluarganya, mampu mengikuti kegiatan sosial dan keagamaan di
lingkungannya, lansia mampu menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang
normal dan merasakan hidupnya bermakna, lansia mampu melakukan tindakan untuk
mencapai perkembangan psikososial yang normal. Sedangkan tujuan rencana tindakan
keperawatan untuk keluarga klien adalah agar keluarga mampu menjelaskan perilaku
yang menggambarkan perkembangan psikososial lansia yang normal dan menyimpang,
mampu menjelaskan cara memfasilitasi dan merencanakan tindakan untuk memfasilitasi
perkembangan psikososial lansia, lalu mampu merencanakan stimulasi untuk
mengembangkan kemampuan psikososial lansia (Keliat, 2007).
D. Implementasi
Suarti dkk (2015) mengatakan bahwa tindakakan keperawatan adalah pelaksanaan
rencana tindakan yang telah ditentukan agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.
Implementasi adalah pengelolaan atau perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan sesuai rencana tindakan keperawatan.
Implementasi yang diberikan adalah dalam bentuk pendidikan kesehatan klien dan
kepada keluarga dan stimulasi tumbuh kembang kepada Ny.R keluarga. Dalam
Notoatmodjo (2007) dijelaskan bahwa pada proses belajar terjadi pengambilan tanggapan
yang diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan. Makin banyak dan sering
diberikan stimulus, maka makin memperkaya tanggapan pada subjek belajar. Pada proses
belajar ini bukan hanya terjadi proses penambahan informasi tetapi juga penyamaan
persepsi. Metode terapi yang diberikan melalui diskusi dan simulasi juga sangat cocok
untuk proses pendidikan orang dewasa.
Beberapa implementasi telah diberikan kepada Ny.R dan keluarga dari berbagai
aspek yaitu aspek biologis, aspek kognitif, aspek psikologis, aspek sosial, dan aspek
spiritual. Dari berbagai implementasi sesuai aspek yang telah diberikan terdapat beberapa
yang telah tercapai sesuai tujuan intervensi yaitu implementasi aspek biologis dengan
pemberian pengetahuan dan stimulasi pelaksanaan ADL, klien telah memahami dan
mampu melakukan rencana ADL yang telah dibuat. Selanjutnya implementasi aspek
sosial dengan pemberian pengetahuan dan stimulasi berupa motivasi pelaksanaan kegiatan
sosial di lingkungan, hal ini telah optimal dilakukan klien bahkan sebelum diberikannya
intervensi sehingga klien mampu meningkatkannya dengan baik. Selanjutnya
implementasi aspek spiritual dengan pemberian pengetahuan dan stimulasi berupa terapi
benson, klien telah mencapai perkembangan optimal dalam aspek spiritual setelah
37
diberikan intervensi yang ditandai dengan meningkatnya motivasi klien untuk beribadah
ke masjid, berkumpul dengan kelompok dalam kegiatan keagamaan, dan ketenangan yang
meningkat.
Selanjutnya implementasi yang lambat untuk tercapai yaitu implementasi aspek
psikologis dengan pemberian pengetahuan perkembangan dan stimulasi manajemen stres.
Hal ini lambat untuk tercapai dikarenakan kondisi klien dan lingkungannya yang masih
kurang memotivasi untuk terjadinya peningkatan perkembangan yang optimal. Seperti
yang telah disampaikan bahwa klien dan keluarga terutama anak dan menantunya jarang
mengobrol dan berbagi pendapat, hal itu merupakan suatu kurangnya dukungan atau
motivasi dari keluarga, hal ini sejalan dengan penelitian Agus & Andromeda (2014)
bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting untuk tercapainya
kesejahteraan psikologis lansia.
Dan untuk implementasi yang tidak tercapai adalah aspek kognitif. Klien tidak
mengalami peningkatan dalam perkembangan kognitifnya, hal ini merupakan hal yang
normal dan didasari oleh teori yang dijelaskan oleh The U.S Departement of Health and
Human Services (2011) bahwa penurunan kognitif atau daya ingat merupakan tahap yang
normal dan pasti terjadi pada lansia yang mana mengingkatnya usia akan diiringi dengan
terjadinya penurunan fungsi otak pada tubuh.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses penilaian pencapai tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada
tahap ini bertujuan untuk menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang tealah
ditentukan dan menilai aktivitas rencana keperawatan dan strategi asuhan keperawatan
(Suarli,dkk, 2015).
Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan, evaluasi untuk melihat sejauh
mana Ny. R memahami kesiapan peningkatan perkembangan usia lanjut yang telah
dibahas dalam beberapa aspek yaitu aspek biologis & kognitif, aspek psikologis, aspek
sosial dan aspek spiritual.
Setelah diberikan beberapa implementasi berupa pendidikan kesehatan dan
berbagai stimulasi untuk menuju tercapainya integritas diri pada lansia, didapatkan hasil
bahwa klien dan keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan mahasiswa,
keluarga dan klien mampu mengenal karakteristik perkembangan usia lansia yang normal
dan mengalami perilaku penyimpangan dalam perkembangannya. Setelah dilakukan
38
penyuluhan dan diberikan informasi mengenai cara meningkatkan perkembangan lansia,
keluarga mulai memahami cara yang benar untuk meningkatkan perkembangan klien.
Peningkatan kemampuan psikomotor keluarga bisa terjadi karena dalam terapi yang
merupakan bagian dari upaya mental health promotion, terjadi proses belajar yang dalam
pelaksanaannya keluarga mengalami proses latihan dan memperoleh tingkah laku baru,
Ny.R dan keluarga mengatakan dengan adanya kunjungan rumah yang dilakukan
mahasiswa dapat menambah pengetahuan mereka tentang kesehatan, sehingga keluarga
Ny.R bisa melakukan perawatan terhadap klien dengan diagnosa peningkatan
perkembangan usia lanjut.
Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting terhadap perawatan. Menurut
Friedman (2002) bahwa keluarga mempunyai peran sebagai motivator, educator, dan
fasilitator. Upaya yang dapat dilakukan keluarga untuk melaksanakan perannya sebagai
motivator yaitu dengan memberikan dukungan kepada klien untuk dapat menstimulasi
dengan baik, hal ini juga berfungsi sebagai strategi preventif pada keluarga yang
mengalami gangguan atau sakit. Sedangkan peran sebagai educator, dapat dilakukan
keluarga dengan memberikan informasi tentang kesehatan pada klien, yang dapat
berfungsi sebagai usaha promotif dari keluarga. Peran sebagai fasilitator, dimana keluarga
mampu membantu, dan mengalokasikan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan
lansia, yang berfungsi sebagai rehabilitatif maupun kuratif.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien telah berjalan dengan baik yang ditandai dengan Ny.R memahami
perilaku psikososial normal pada dirinya. Keluarga Ny.R mengerti dan mampu
melakukan stimulasi aspek perkembangan pada Ny.R dalam kegiatan sehari-hari.
39
meningkat.
Rencana tindak lanjut untuk keluarga adalah mempertahankan support sistem bagi
klien karena keluarga adalah orang terdekat yang setiap saat berada bersama klien di
rumah. Peneliti berharap keluarga mampu membimbing dan mendukung lansia dalam
peningkatan perkembangan diusia yang tidak muda lagi.
Rencana tindak lanjut pada spesialis jiwa dari proses pemberian asuhan
keperawatan pada Ny. R dan Keluarga dapat dikembangan dengan melakukan terapi
kelompok terapeutik pada usia lanjut.
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ny.R dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang normal
(merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu mengikuti kegiatan sosial
dan keagamaan di lingkungan).
2. Ny. R dapat menjelaskan cara mencapai perkembangan sosial yang normal dan
merasa hidupnya bermakna
3. Ny. R dapat melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial yang
normal.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengembangan keilmuan Keperawatan
Jiwa dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien sehat mental pada usia
lansia.
2. Bagi Puskesmas Andalas
Diharapkan penulisan ini dapat menjadi acuan bagi Puskesmas Andalas agar
dapat memaksimalkan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien sehat mental
pada usia lansia.
41
DAFTAR PUSTAKA
Agus, AD., Andromeda. 2014. Perbedaan Successful Aging pada Lansia Ditinjau Dari Jenis
Kelamin. Semarang: IJIP
Dinata, WW. 2015. Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Melalui Senam Yoga.
Yogyakarta: JOP
Keliat, Budi Anna (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Edisi I.
Keliat, B. A & Subu, A. (Eds). (2006). Modul IC CMHN: Manajemen Kasus Gangguan Jiwa
dalam Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia dan World Health Organization Indonesia.
Keliat, Budi Anna (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Edisi I.
Keliat, Riasmini, M., & Daulima, N.H.C (2010). Efektifitas penerapan model community
mental health nursing terhadap kemampuan hidup klien dengan gangguan jiwa dan
keluarga di wilayah DKI Jakarta, Riset DRPM UI.
Keliat, Riasmini, M., & Daulima, N.H.C (2010). Keliat, Akemal, Daulima, N. H. C., &
Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan kesehatan komunitas Jiwa: CMHN basic couse,
Jakarta : EGC. penerapan model community mental health nursing terhadap
kemampuan hidup klien dengan gangguan jiwa dan keluarga di wilayah DKI Jakarta,
Riset DRPM UI.
Maryam, R.S., Ekasari, M., Fatma., Rosidawati., Jubaedi, A., & Batubara, Irwan. (2008).
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Notoadmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Notoadmodjo, S. (2018). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2005). Fundamental of nursing : concept, process, and practice.
Philadelphia : Mosby Years Book Inc
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamental of nursing : concept, process, and practice.
Philadelphia : Mosby Years Book Inc
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamental of nursing : concept, process, and
practice. Philadelphia : Mosby Years Book Inc.
42
Wong, D, L,. Eaton, Wilson, Wingkelstein, & Schwartz. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatric Wong (S.K, Andry Hartono, Setiawan, Trans. 6 ed).
Jakarta: EGC
43