Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PRAKTEK

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY NY “D” DENGAN NEONATUS


CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN
DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN LEJAR
KOTA MALANG

OLEH:

SRILEJARING TIYAS
NIM.202108112

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ ASUHAN KEBIDANAN PADA BY NY “D”

DENGAN NEONATUS CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN di

Praktek Mandiri Bidan Lejar Kota Malang telah disetujui oleh pembimbing

penyusunan Asuhan pada:

Hari/tanggal :

Malang, 10 April 2022

Mahasiswa

Srilejaring Tiyas

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Dwi Ertiana, SST, S. Keb, Bd. MPH. Kalprina Todingan,S.Tr.Keb.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

kemurahan dan bimbingan-Nya, penulis dapat membuat laporan praktik asuhan

kebidanan dengan judul ASUHAN KEBIDANAN PADA BY NY “D”

DENGAN NEONATUS CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN DI

PRAKTEK MANDIRI BIDAN LEJAR KOTA MALANG Laporan Asuhan

Kebidanan ini sebagai kewajiban bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi Bidan

STIKES Karya Husada Kediri yang akan menyelesaikan pendidikan akhir

program. Dengan laporan Praktik Asuhan Kebidanan dijadikan syarat dalam

menempuh profesi kebidanan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

tersusunnya Laporan Asuhan Kebidanan ini.

Penulis menyadari bahawa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan karya tulis ini.

Harapan penulis mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua pihak.

Malang, 10 April 2022

Srilejaring Tiyas

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................i


HALAMAN KATA PENGANTAR .........................................................ii
HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................iii
HALAMAN DAFTAR SINGKATAN .....................................................v
HALAMAN LAMPIRAN.........................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................1


1.1 Latar Belakang ...........................................................................1
1.2 Tujuan ........................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum ..................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................3
1.3 Manfaat.......................................................................................4
1.3.1 Manfaat Teoritis ...............................................................4
1.3.2 Manfaat Praktis ................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................7


2.1 Kajian Tinjauan Pustaka Berdasarkan Sumber Pustaka ............7
2.1.1 Definisi Neonatus ..........................................................7
2.1.2 Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir.............................9
2.1.3 Klasifikasi Neonatus.....................................................11
2.1.4 Tanda-tanda Bayi Lahir Normal...................................12
2.1.5 Apgar Score………………………………………… . 13
2.1.6 Tahapan Bayi Baru Lahir……………………………..14
2.1.7 Penampilan Bayi Baru Lahir………………………….14
2.1.8 Mekanisme Kehilangan Panas………………………..18
2.1.9 Ikterus………………………………………………...19
2.1.10 Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir……………………...21
2.1.11 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir…………….21
2.1.12 Inisiasi Menyusui Dini………………………………..27
2.1.13 Rawat Gabung/Rooming In…………………………..28
2.2 Kajian Tinjauan Pustaka Berdasarkan Jurnal Penelitian .........33
2.2.1 Menurut Jurnal Penelitian Umu Qonitum 2018...........33
2.2.2 Menurut Jurnal Penelitian Dian Puspita,dkk 2018 ......37
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan ...........................................43
2.3.1 Standar I: Pengkajian ...................................................43
2.3.2 Standar II: Perumusan Diagnosa dan atau
Masalah Kebidanan .....................................................43
2.3.3 Standar III: Perencanaan ..............................................43
2.3.4 Stndar IV: Implementasi ..............................................45
2.3.5 Standar V: Evaluasi .....................................................46
2.3.6 Pencatatan Asuhan Kebidanan ....................................47

BAB 3 TINJAUAN KASUS ....................................................................48


3.1 Pengkajian…………………………………………………….48
3.1.1 Data Subyektif………………………………………...48

iii
3.1.2 Data Obyektif………………………...……………… 50
3.2 Analisa Data/Diagnosa…………………………...…………...50
3.3 Intervensi…………………………………………...………....53
3.4 Implementasi…………………………………………...……..55
3.5 Evaluasi………………………………………………...……..57
BAB 4 PEMBAHASAN ..........................................................................61
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................61
5.1 Kesimpulan ..............................................................................61
5.2 Saran ........................................................................................62

iv
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

AKB : Amgka Kematian Bayi

ASI : Air Susu Ibu

BBL : Berat Badan Lahir

CFR : Case Fatality Rate

DTT : Disinfeksi Tingkat Tinggi

G6PD : Glukosa-6 Phosphate Dehydrogenese

JNPK-KR : Jaringan Nasional Pelatihan Kliknik Kesehtan

Reproduksi

KH : Kelahiran Hidup

KEMENKES RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KN : Kunjungan Neonatal

SDGs : Sustainable Development Goals

SC : Seksio Sesarea

STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

WHO : World Health Organization

DAFTAR LAMPIRAN

v
Lampiran 1 Dokumentasi / foto kegiatan ..............................................63

Lampiran 2 Leaflet ................................................................................65

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan World Health Organization (WHO) AKI secara global

yang yaitu Angka Kematian Bayi 19 per 1000 KH. Angka ini masih cukup

jauh dari target SDGs (Sustainable Development Goals) yang menargetkan

pada tahun 2030 yatu AKB 12 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016)

Faktor penyebab kematian bayi di Indonesia berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa, penyebab kematian

terbanyak pada kelompok bayi 0-6 dominasi oleh gangguan/kelainan

pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Dilain pihak

faktor ibu yang berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian bayi diusia 0-6

hari adalah Hipertensi Maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan kelahiran

(17,5%), ketuban pecah dini dan perdarahan antepartum masing-masing

(12,5%). Penyebab utama kematian bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu

Sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pnemonia (15,4%). Dan

penyebab utama kematian bayi pada kelompok 29 hari – 11 bulan yaitu Diare

(31,4%), pnemonia (23,8) dan meningitis/ensefalitis (9,3%), sedangkan

cakupan KN 1 : 77,31% ( Kemenkes, 2015).

Selanjutnya untuk menurunkan AKB pemerintah juga mengupayakan

agar setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih seperti

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan (SpOG), dokter umum dan bidan

serta diupayakan agar proses pelayanan dilakukan difasilitas pelayanan

kesehatan (Kemenkes RI ,2015).

1
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan

harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.

Bayi baru lahir adalah individu baru, yang keluar dari rahim ibu melalui

proses persalinan (Sembiring, 2019). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir dengan berat badan normal, yaitu di antara 2.500 sampai 4.000 gram.

Setelah bayi lahir, bayi akan mengalami proses pertumbuhan dan proses

beradaptasi dengan perbedaan yang ada, antara lingkungan di dalam rahim

dengan lingkungan di luar rahim, sehingga proses adaptasi pada tubuh bayi

harus selalu di awasi (Armini, Sriasih, & Marhaeni, 2017)

Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

tersebut selama jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar BBL akan

menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan. Setelah lahir

BBL harus dipindahkan dari keadaan sangat bergantung menjadi fisiologis.

Saat ini bayi harus mendapatkan pernapasannya sendiri lewat sirkulasi baru

mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup.

( Dainity,2018)

Perawatan neonatal esensial pada saat lahir sangat penting, karena

pada

neonatus hari-hari pertama kehidupannya yang sangat rentan. Banyak

perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di

dalam rahim ke kehidupan di luar rahim, dengan meliputi kewaspadaan

umum, penilaian awal, pencegahan kehilangan panas, pemotongan dan

perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini (IMD), pencegahan perdarahan,

2
pencegahan infeksi mata, pemberian imunisasi, pemberian identitas,

anamnesis dan pemeriksaan fisik.( Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal

Esensial 2010)

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian

neonatal antara lain juga melalui penempatan bidan di desa, strategi Making

Pregnancy Safer, pelayanan kontrasepsi, pemberdayaan keluarga dan

masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA)

(Kemenkes, 2015)

Berdasarkan latar belakang diatas maka salah satu yang perlu

didilakukan dengan memberikan asuhan kebidanan untuk mencapai

kompetensi. (Kemenkes, 2015) sehingga penulis memilih melakukan

pelayanan asuhan kebidanan pada by ny “D” Dengan Neonatus Cukup Bulan

Sesuai Masa Kehamilan di Praktek Mandiri Bidan Lejar Kota Malang.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan pada by ny “D” Dengan Neonatus

Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan di Praktek Mandiri Bidan

Lejar Kota Malang.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Melaksanakan pengkajian neonatus pada by.ny. “D” di

Praktek Mandiri Bidan Lejar Kota Malang.

3
1.2.2.2 Menentukan diagnosa dari asuhan kebidanan sesuai

prioritas pada Neonatus di Praktek Mandiri Bidan Lejar

Kota Malang.

1.2.2.3 Menyusun perencanaan asuhan kebidanan yang telah

dilakukan secara continue pada by ny “D” Dengan

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan di Praktek

Mandiri Bidan Lejar Kota Malang.

1.2.2.4 Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan

secara sistematis pada by ny “D” Dengan Neonatus Cukup

Bulan Sesuai Masa Kehamilan di Praktek Mandiri Bidan

Lejar Kota Malang.

1.2.2.5 Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah

dilakukan pada by ny “D” Dengan Neonatus Cukup Bulan

Sesuai Masa Kehamilan di Praktek Mandiri Bidan Lejar

Kota Malang.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

1.3.1.1 Manfaat Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan, menambah pemahaman dan

pengalaman secara nyata tentang asuhan kebidanan secara

berkesinambungan pada bayi baru lahir normal sehingga

dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu

pelayanan kebidanan.

1.3.1.2 Manfaat Bagi Profesi

4
Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk

menambah pengetahuan tentang neonatus normal.

1.3.1.3 Manfaat Bagi Institusi

Diharapkan dapat menjadi bahan materi kuliah asuhan

kebidanan ini dapat memberikan pemahaman dan

menambah pengetahuan bagi mahasiswa profesi kebidanan

STIKES Karya Husada Kediri mengenai asuhan kebidanan

secara berkesinambungan.

1.3.1.4 Manfaat Bagi Praktek Mandiri Bidan

Diharapakan dapa menjadi bahan evaluasi dan memberikan

kontribusi bagi Rumah Sakit dengan membantu

pelaksanaan asuhan kebidanan untuk meningkatkan

cakupan dan kualitas pelayanan di Praktek Mandiri Bidan.

1.3.1.5 Manfaat Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan serta wawasan pasien akan

pentingnya asuhan neonatus normal.

1.3.2 Manfaat Praktis

1.3.2.1 Manfaat Bagi Penulis

Memberikan pengalaman secara nyata tentang asuhan

kebidanan secara berkesinambungan bayi baru lahir normal

sehingga dapat meningkatkan keterampilan dalam

melaksanakan praktek kebidanan secara berkesinambungan

guna meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.

1.3.2.2 Manfaat Bagi Profesi

5
Dapat menjadi bahan materi kuliah asuhan kebidanan ini

dapat memberikan pemahaman bagi mahassiwa profesi

kebidanan STIKES Karya Husada Kediri mengenai asuhan

kebidanan secara berkesinambungan

1.3.2.3 Manfaat Bagi Institusi

Memberikan masukan tentang metode penelitian secara

“STUDI KASUS” bagi mahasiswa profesi kebidanan

Karya Husada Kediri mengenai asuhan kebidanan.

1.3.2.4 Manfaat Bagi Praktek Mandiri Bidan

Diharapakan dapat menjadi bahan evaluasi dan

memberikan kontribusi bagi Praktek Mandiri Bidan

dengan membantu pelaksanaan asuhan kebidanan untuk

meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan.

1.3.2.5 Manfaat Bagi Pasien

Mendapatkan pendampingan secara berkala sehingga

neonatus bisa memperoleh tingakat Kesehatan yang

optimal.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Tinjauan Pustaka Berdasarkan Sumber Pustaka

2.1.1 Pengertian Neonatus

 Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari

kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.

(Sembiring, 2019).

 Neonatus adalah organisme yang berada pada

periode adaptasi kehidupan intrauterin ke

ekstrauterin.(Syafrudin.2009)

 Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru

lahir mengalami proses kelahiran, berusia 0 - 28

hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis

berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari

kehidupan intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain)

dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan

baik (Marmi dkk, 2015)

7
 Menurut Sarwono (2005) dalam buku Asuhan

Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

(Sondakh,2017) Bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu denganberat

badan sekitar 2500-3000gram dan panjang badan

sekitar 50-55 cm. Ciri-ciri bayi normal adalah,

sebagai berikut :

a. Berat badan 2.500-4.000 gram.

b.Panjang badan 48-52.

c. Lingkar dada 30-38.

d.Lingkar kepala 33-35.

e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.

f. Pernapasan ±40-60 kali/menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan

subkutan cukup.

h.Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala

baisanya telah sempurna.

i. Kuku agak panjang dan lemas.

j. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah

menutupi labia minora, dan pada lakilaki, testis

sudah turun dan skrotum sudah ada.

k.Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan

baik.

l. Refleks Moro atau gerak memeluk jika dikagetkan

8
sudah baik.

m. Refleks grap atau menggenggam sudah baik.

n. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam

kecoklatan(Tando,2016)

2.1.2 Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir

2.1.2.1 Perubahan Sistim Pernafasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam

30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul

sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf pusat

dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan

lainnya. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir

berkisar 30-60 kali/menit

2.1.2.2 Perubahan Sistem Kardiovaskular

Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli

akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.

Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan

mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan

terjadinya penurunan resistansi pembuluh darah dari

arteri pulmonalis mengalir keparu-paru dan ductus

arteriosus tertutup.

2.1.2.3 Perubahan Thermoregulasi dan Metabolik

Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu

ruangan 25 ºC, maka bayi akan kehilangan panas

9
melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi.

Suhu lingkungan yang tidak baik akanmenyebabkan

bayi menderita hipotermi dan trauma dingin (cold

injury)

2.1.2.4 Perubahan Sistem Neorologis

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau

fisiologis belum berkembang sempurna. Bayi baru

lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak

terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol

otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada

ekstremitas.

2.1.2.5 Perubahan Gastrointestinal

Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan

menurun menjadi 50mg/100 mL dalam waktu 2 jam

sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan

neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir

diambil dari hasil metabolisme asam lemak

sehingga kadar gula akan mencapai 120mg/100mL

2.1.2.6 Perubahan Ginjal

Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam

pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2

hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali

dalam 24 jam.

2.1.2.7 Perubahan Hati

10
Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat

yang essensial untuk pembekuan darah. Hati juga

mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang

bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan

dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel

darah merah.

2.1.2.8 Perubahan Imun

Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme

penyerang dipintu masuk. Imaturitas jumlah sistem

pelindung secara signifikan meningkatkan resiko

infeksi pada periode bayi baru lahir

2.1.3 Klasifikasi Neonatus

2.1.3.1 Neonatus menurut masa gestasi

1) Kurang bulan (preterm infan) :<259 hari (37

minggu)

2) Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42

minggu)

3) Lebih bulan(postterm infant) :>294hari (42

minggu)

2.1.3.2 Neonatus menurut berat lahir

1) Berat lahir rendah : <2500 gram.

2) Berat lahir cukup : 2500 - 4000 gram.

3) Berat lahir lebih : >4000 gram.

11
2.1.3.3 Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi

(masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai

untuk masa kehamilan :

1) Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan.

2) Sesuai/ kecil/ besar ukuran masa kehamilan.

(Sambiring,2019)

2.1.4 Tanda-tanda Bayi Lahir Normal

a. Lahir aterm antara 37- 42 minggu

b. Berat badan 2500 - 4000 gram.

c. Panjang badan 48 - 52 cm.

d. Lingkar dada 30 - 38 cm.

e. Lingkar kepala 33 - 35 cm.

f. Frekuensi jantung 120-160×/menit.

g. Pernapasan ± 40 - 60×/menit.

h. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan

subkutan cukup.

i. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya

telah sempurna.

j. Kuku agak panjang dan lemas.

k. Nilai APGAR > 7

l. Gerakan aktif

m. Bayi lahir langsung menangis kuat

12
n. Refleks Rooting (mencari putting susu dengan

rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah

terbentuk dengan baik.

o. Refleks Sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk

dengan baik.

p. Refleks Moro atau gerak memeluk bila dikagetkan

sudah baik.

q. Refleks Graps atau menggenggam sudah baik.

r. Genitalia :

 Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis

yang berada pada skrotum dan penis yang

berlubang.

 Perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora.

s. Eliminasi baik, yang ditandai dengan keluarnya

mekonium dalam 24 jam pertama dan mekonium

berwarna hitam kecoklatan.(Jamil,dkk.2017)

2.1.5 Apgar Score

Infeksi intrauteri berat seperti lahir dan menit kemudian,

skor apgar menggunakan tanda-tanda vital untuk

mengindikasikan perlunya tindakan resusitasi, upaya

pernapasan, frekuensi denyut jantung, warna kulit, tonus

otot, dan respons terhadap stimulus. Setiap tanda diberikan

skor 1, 2, atau 0 dan kemudian ditotal. Skor 8-10

13
mengidentifikasikan bayi berada dalam kondisi baik, skor

0-7 merepresentasikan bayi afiksia ringan/sedang, dan skor

1-3 merepresentasikan asfiksia berat yang memerlukan

resusitasi segera.(JNPK-KR 2016)

2.1.6 Tahapan Bayi Baru Lahir

1. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit

pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan system

scoring apgar untuk fisik.

2. Tahap II disebut tahap transional reaktivitas. Pada tahap

II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama

terhadap adanya perubahan perilaku

3. Tahap III disebut tahap periodic, pengkajian dilakukan

setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan

seluruh tubuh (Jamil,dkk,2017)

2.1.7 Penampilan Bayi Baru Lahir

 Kesadaran dan Reaksi terhadap sekeliling, perlu di

kurangi rangsangan terhadap reaksi terhadap rayuan,

rangsangan sakit, atau suara keras yang

mengejutkan atau suara mainan;

 Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan

yang simetris pada waktu bangun. adanya tremor

pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis

14
adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu

tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut;

 Simetris, apakah secara keseluruhan badan

seimbang; kepala: apakah terlihat simetris, benjolan

seperti tumor yang lunak dibelakang atas yang

menyebabkan kepala tampak lebih panjang ini

disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan pada

kepala tersebut hanya terdapat dibelahan kiri atau

kanan saja, atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak

melampaui garis tengah bujur kepala, pengukuran

lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi benjol

(Capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika

terjadi moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali

pada bentuknya semula.

 Muka wajah: bayi tampak ekspresi; mata:

perhatikan antara kesimetrisan antara mata kanan

dan mata kiri, perhatikan adanya tanda-tanda

perdarahan berupa bercak merah yang akan

menghilang dalam waktu 6 minggu;

 Mulut: penampilannya harus simetris, mulut tidak

mencucu seperti mulut ikan, tidak ada tanda

kebiruan pada mulut bayi, saliva tidak terdapat pada

15
bayi normal, bila terdapat secret yang berlebihan,

kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna;

 Leher, dada, abdomen: melihat adanya cedera akibat

persalinan; perhatikan ada tidaknya kelainan pada

pernapasan bayi, karena bayi biasanya bayi masih

ada pernapasan perut;

 Punggung: adanya benjolan atau tumor atau tulang

punggung dengan lekukan yang kurang sempurna;

Bahu, tangan, sendi, tungkai: perlu diperhatikan

bentuk, gerakannya, faktur (bila ekstremitas

lunglai/kurang gerak), farices

 Kulit dan kuku: dalam keadaan normal kulit

berwarna kemerahan, kadang-kadang didapatkan

kulit yang mengelupas ringan, pengelupasan yang

berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya

kelainan, waspada timbulnya kulit dengan warna

yang tak rata (“cuti Marmorata”) ini dapat

disebabkan karena temperature dingin, telapak

tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi biru,

kulit menjadi pucat dan kuning, bercak - bercak

besar biru yang sering terdapat disekitar bokong

(Mongolian Spot) akan menghilang pada umur 1

(satu) sampai 5 (lima) tahun;

16
 Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus

diperhatikan: tinja dan kemih: diharapkan keluar

dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut

yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja,

disertai muntah, dan mungkin dengan kulit

kebiruan, harap segera konsultasi untuk

pemeriksaan lebih lanjut, untuk kemungkinsn

Hirschprung/Congenital

Megacolon.

 Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara

otomatis dan spontan tanpa disadari pada bayi

normal, refleks pada bayi antara lain Tonik neek

refleks, yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi

normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan

memiringkan kepalanya, Rooting refleks yaitu bila

jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka

ia

akan membuka mulutnya dan memiringkan

kepalanya ke arah datangnya jari , Grasping refleks

yaitu bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi

maka jari-jarinya akan langsung menggenggam

sangat kuat, Moro refleks yaitu reflek yang timbul

diluar tubuhnya pada orang yang mendekapnya,

Stapping refleks yaitu reflek kaki secara spontan

17
apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu

persatu

disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah- olah

berjalan, Sucking refleks (menghisap) yaitu areola

putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langis-

langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan

memancarkan ASI, Swallowing refleks (menelan)

dimana ASI dimulut bayi mendesak otot didaerah

mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks

menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung.

 Berat badan: sebaiknya tiap hari dipantau penurunan

berat badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir,

menunjukan kekurangan cairan.

 Kesadaran bayi misalnya bila bayi

diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan

kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan yang

mengangkat.(JNPK-KR 2016)

2.1.8 Mekanisme Kehilangan Panas

 Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh

oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir,

tubuh bayi tidak segera dikeringkan

 Konduksi

18
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin,

contoh meja, tempat tidur, timbangan yang

temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan

menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di

atas benda-benda tersebut

 Konveksi

Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar

udara sekitar yang lebih dingin, contoh ruangan

yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin,

hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin

ruangan

 Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai

suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi,karena

benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh

bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

(Sambiring,2019)

2.1.9 Ikterus

Ikterus patologis: Ikterus menjadi patologis jika kondisi

dapat terlihat dalam 24 jam, ketika kadar bilirubin

meningkat sebanyak 5 mg/dL dalam 24 jam, ketika kadar

bilirubin >15 mg ketika peningkatan kadarnya ber langsung

19
lebih dai minggu pada bayi cukup bulan dan lebih dari 2

minggu pada bayi prematur, atau ketika bayi menjadi

letargi dan kemampuan menyusu buruk. Temuan

Laboratorium: Pada hiperbilirubinemia fisiologis normal,

bilirubin indirek (jumlah total bilirubin dikurangi bilirubin

direk) dalam darah tali pusat adalah mg/dL, meningkat

hingga <5 mg/dL dalam

24 jam. Kadar bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk

normal adalah 0,0-0,4 mg/dL. (Sinclair,2009). Pengamatan

ikhterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya

buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya

matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan

diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh

sirkulasi darah.

 Penatalaksanaan Ikterus

 Pendekatan menetukan kemungkinan

penyebab, atau pendekatan yang dapat

memenuhi kebutuhan.

 Kadar bilirubin serum berkala darah tepi

lengkap, golongan darah ibu dan bayi. uji

coombs. Pemeriksaan penyaringan defisiensi

enzim G-6-PD.

 Pencegahan

 Pengawasan antenatal yang baik.

20
 Menghindari obat yang meningkatkan

icterus pada bayi pada masa kehamilan dan

kelahiran. Misalnya sulfafurasol,

novobiosin,

oksitosin, dll.

 Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada

janin dan neonates.

 Pencegahan fenobarbital pada ibu 1-2 hari

sebelum partus.

 Pemberian makanan yang dini.

 Pencegahan infeksi.

 Pemberian ASI yang adekuat.

 Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan

keinginan bayinya, paling tidak setiap 2-3

jam.

 Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan

sinar matahari pukul 7-9 pagi.

2.1.10 Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir

Saat bayi baru lahir maka kita melakukan prinsip asuhan

sebagai berikut :

 Pencegahan infeksi

 Penilaian segera setelah lahir

 Pencegahan kehilangan panas

 Asuhan tali pusat

21
 Inisiasi menyusui dini

 Manajemen laktasi

 Pencegahan infeksi mata

 Pemberian vit K1

 Pemberian imunisasi

 Pemeriksaan BBL(Kemenkes RI,2014)

2.1.11 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

2.1.11.1 Pengertian Asuhan Kebidanan Pada Bayi

Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar

tetap hangat, membersihkan saluran nafas,

mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan),

memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat

tali pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan

vitamin K1, memberi salep mata antibiotik pada

kedua mata, memberi immunisasi Hepatitis B, serta

melakukan pemeriksaan fisik (Syaputra Lyndon,

2014)

2.1.11.2 Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal

dalam menjaga bayi tetap hangat adalah dengan

menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah

lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam atau

sampai bayi stabil untuk mencegah hipotermi.

22
2. Membersihkan saluran napas dengan menghisap

lendir yang ada di mulut dan hidung (jika

diperlukan). Tindkaan ini juga dilakukan

sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit

pertama. Bayi normal akan menangis spontan

segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung

menangis, jalan napas segera dibersihkan

3. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban

dengan menggunakan kain atau handuk yang

kering, bersih dan halus. Dikeringkan mulai dari

muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan

lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks

akan membantu menyamankan dan

menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan,

selimuti bayi dengan kain kering untuk

menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem,

Hindari mengeringkan punggung tangan bayi.

Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu

bayi mencari putting ibunya yang berbau sama.

4. Memotong dan mengikat tali pusat dengan

teknik aseptik dan antiseptik. Tindakan ini

dilakukan untuk menilai APGAR skor menit

kelima. Cara pemotongan dan pengikatan tali

pusat adalah sebagai berikut :

23
(1) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit

pasca bayi lahir. Penyuntikan oksitosin

dilakukan pada ibu sebelum tali pusat

dipotong (oksotosin IU intramuscular)

(2) Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan

klem logam DTT 3 cm dari dinding perut

(pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan tekan

tali pusat dengan dua jari kemudian dorong

isi tali pusat kea rah ibu (agar darah tidak

terpancar pada saat dilakukan pemotongan

tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan

jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah

ibu.

(3) Pegang tali pusat diantara kedua klem

tersebut, satu tangan menjadi landasan tali

pusat sambil melindungi bayi, tangan yang

lain memotong tali pusat diantara kedua

klem tersebut dengan menggunakan gunting

DTT (steril)

(4) Mengikat tali pusat dengan benang DTT

pada satu sisi, kemudian lingkarkan kembali

benang tersebut dan ikat dengan simpul

kunci pada sisi lainnya.

24
(5) Melepaskan klem penjepit tali pusat dan

masukkan ke dalam larutan klorin 0,5%

(6) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu

untuk upaya inisisasi menyusui dini.

5. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin,

eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan sampai 2

tahun dengan makanan pendamping ASI sejak

usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat

dilakukan setelah mengikat tali pusat. Langkah

IMD pada bayi baru lahir adalah lakukan kontak

kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit

satu jam dan biarkan bayi mencari dan

menemukan putting dan mulai menyusui.

6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD,

berupa gelang pengenal tersebut berisi identitas

nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis

kelamin.

7. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena

sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir

belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko

mengalami perdarahan. Untuk mencegah

terjadinya perdarahan pada semua bayi baru

lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan

vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg

25
dosis tunggal, intra muscular pada anterolateral

paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan setelah

proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi

Hepatitis B

8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata

untuk mencegah terjadinya infeksi pada

mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah

lahir.

9. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-

O) diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin

K1 secara intramuscular. Imunisasi Hepatitis B

bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B

terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi

usia 0-7 hari.

10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir

untuk mengetahui apakah terdapat kelainan

yang perlu mendapat tindakan segera serta

kelainan yang berhubungan dengan kehamilan,

persalinan dan kelahiran. Memeriksa secara

sistematis head to toe (dari kepala hingga jari

kaki). Diantaranya :

26
(1) Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran,

bentuk, sutura menutup/melebar adanya

caput succedaneum, cepal hepatoma

(2) Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan,

subkonjungtiva, dan tanda-tanda infeksi

(3) Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap

labioskisis, labiopalatoskisis dan reflex

isap

(4) Telinga: pemeriksaan terhadap kelainan

daun telinga dan bentuk telinga.

(5) Leher: perumahan terhadap serumen atau

simetris.

(6) Dada: pemeriksaan terhadap bentuk,

pernapasan dan ada tidaknya retraksi

(7) Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit

(pembesaran hati, limpa, tumor).

(8) Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan

jumlah darah pada tali pusat, warna dan

besar tali pusat, hernia di tali pusat atau

selangkangan.

(9) Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis

berada dalam skrotum, penis berlubang pada

ujung, pada wanita vagina berlubang dan

apakah labia mayora menutupi labio minora

27
(10) Anus: tidak terdapat atresia ani

(11) Ekstremitas: tidak terdapat

polidaktili dan syndaktili.(Sondakh,2017).

2.1.12 Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonates menurut kemenkes RI,

(2015) adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang

diberikan oleh tenaga kesehatan kepada neonates sedikitnya

3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir.

 Kunjungan neonates ke-1 (KN I) dilakukan 6-48

jam setelah lahir, dilakukan pemeriksaan

pernapasan, warna kulit gerakan aktif atau tidak,

ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan,

lingkar dada, pemberian salep mata, vitamin K1,

Hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan

kehilangan panas bay

 Kunjungan neonates ke-2 (KN 2) dilakukan pada

hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah lahir,

pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat,

pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola

istirahat, keamanan dan tanda-tanda bahaya

 Kunjungan neonates ke-3 (KN 3) dilakukan pada

hari ke-8 sampai hari ke-28 setalah lahir, dilakukan

pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan,

tinggi badan dan nutrisinya.

28
2.1.12 IMD

 Pengertian

IMD adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) pada 1

jam pertama setelah melahirkan. IMD dengan cara

merangkak mencari payudara. Dari hasil penelitian

dalam dan luar negeri. IMD tidak hanya

mensukseskan pemberian ASI Eksklusif. Lebih dari

itu terlihat hasil yang nyata yaitu menyelamatkan

nyawa bayi. Oleh karena itu menyusu di satu jam

pertama bayi baru lahir sangat berperan dalam

menurunkan AKB. Faktanya dalam 1 tahun, 4 juta

bayi berusia 28 hari meninggal. Jika semua bayi di

dunia segera lahir diberikan kesempatan menyuu

sendiri dengan membiarkan kontak kulit ibu ke kulit

bayi setidaknya selama 1 jam maka 1 nyawa bayi

dapat diselamatkan.(JNPK-KR 2016)

 Manfaat

Kontak kulit dengan kulit segera lahir dan menyusu

sendiri 1 jam pertama kehidupan sangat penting.

 Bagi Bayi

 Makanan dengan kualitas dan

kuantitas yang optimal agar

kolostrum segera keluar yang

disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

29
 Memberikan kesehatan bayi dengan

kekebalan pasif yang segera kepada

bayi, kolostrum adalah imunisasi

pertama bagi bayi.

 Meningkatkan kecerdasan.

 Membantu bayi mengkoordinasikan

hisap, telan dan nafas

 Meningkatkan jalinan kasih sayang

ibu dan bayi

 Mencegah kehilangan panas

 Merangsang kolostrum segera keluar

 Bagi Ibu

 Rangsangan putting susu ibu,

memberikan refleks pengeluaran

oksitosin kelenjar hipofisis, sehingga

pelepasan plasenta akan dapat

dipercepat.

 Pemberian ASI memepercepat

involusi uterus menuju keadaan

normal.

 Rangsangan putting susu ibu

mempercepat pengeluaran ASI,

karena oksitosin bekerja sama

30
dengan hormone prolaktin.(JPKN-

KR.2016)

2.1.13 Rawat Gabung/Rooming In

Rawat Gabung / Rooming in adalah Suatu cara perawatan,

dimana setelah bayi lahir, bayi langsung didekatkan dengan

ibunya dalam satu ruangan dalam 24 jam guna

mendapatkan ASI eksklusif dan melancarkan proses laktasi.

Tujuan:

 Menguatkan ikatan bathin antara ibu dan

bayinya

 Melancarkan proses laktasi

 Memberikan kepercayaan pada ibu dengan

merawat bayinya

Sasaran dan Syarat

Tidak semua bayi dan ibu bisa dirawat gabung. Bayi dan

ibu yang dapat dirawat gabung harus memenuhi kriteria :

 Lahir spontan dengan persentase kepala atau

bokong

 Bila lahir dengan tindakan, bayi boleh rooming in

setelah bayi cukup sehat, refleks isap (+)

 Bayi lahir dengan tindakan SC / dengan pembiusan

umum pada ibu, rooming in diperbolehkan setelah

4-6 jam setelah operasi selesai.

 Bayi tidak dalam keadaan asfiksia

31
 Umur kehamilan > 37 minggu

 Berat lahir > 2500 gram

 Bayi tidak infeksi intra partu

 Bayi dan ibu sehat

Manfaat Rooming In

 Aspek Fisik

Bila bayi dekat dengan ibu maka ibu dengan mudah

melakukan perawatan bayi dengan mandiri, dapat

menyusui kapan saja, sehingga ibu dapat melihat

perubahan-perubahan yang terjadi pada bayinya.

 Aspek Fisiologis

Bila bayi dekat dengan ibu, ibu akan sering

menyusukan bayinya. Proses ini adalah proses

fisiologis yang alami. Bagi ibu timbul refleks

oksitosin yang membantu proses involusio rahim.

 Aspek Psikologis

Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan

terjadi proses lekat (early infant mother bonding)

akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi.

Bagi Ibu : Merupakan kepuasan tersendiri bisa

memberikan ASI

Bagi Bayi : Mendapatkan rasa aman atau merasa

terlindungi

 Aspek Edukatif

32
Dengan rawat gabung ibu akan mempunyai

pengalaman yang berguna terutama yang baru

mempunyai anak.Keterampilan yang didapat pada

rawat gabung yaitu diharapkan dapat menjadi

modal bagi ibu untuk merawat bayinya sendiri.

Dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi

keluarga.

 Aspek Ekonomi

Dengan Rooming in pemberian ASI dapat

dilakukan sedini mungkin. Bagi pihak keluarga bisa

menjadi penghematan dalam pengeluaran biaya

untuk susu botol

 Aspek Medis

Rooming in dapat menurunkan terjadinya infeksi

nasokomial pada bayi. (JPKN-KR.2016)

2.2 Kajian Tinjauan Pustaka Berdasarkan Jurnal Penelitian

2.2.1 Umu Qonitun,dkk.Tahun 2018. Dengan Judul Gambaran

Kestabilan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir Yang Dilakukan

Inisiasi Menyusui Dini Di Ruang Mina RS Muhammadiyah

Tuban.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kestabilan

suhu tubuh bayi baru lahir yang dilakukan Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) berdasarkan suhu sebelum dilakukan IMD dan suhu sesudah

33
dilakukan IMD di Ruang Mina RS Muhammadiyah Tuban. Desain

penelitian ini menggunakan desain deskriptif.

 Pengertian

Hipothermia adalah suhu bayi < 36,5°C. Disamping sebagai

suatu gejala, hipothermia dapat merupakan awal penyakit

yang berakhir dengan kematian.

 Pencegahan

Salah satu cara pencegahan hypothermia pada bayi baru

lahir adalah dengan penerapan Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) yaitu dilakukan segera setelah bayi lahir, kemudian

bayi dikeringkan kecuali kedua telapak tangan dan

diletakkan

didada ibu untuk skin to skin selama minimal satu jam.

Dada ibu sebagai stabilisator suhu yang dapat

menghangatkan tubuh bayi yang beresiko kedinginan

karena adaptasi dengan

udara luar kandungan pasca bersalin.

 Etiologi

Sebagian besar dari masalah bayi baru lahir adalah spesifik

timbul pada periode perinatal. Masalah-masalah ini bukan

hanya bisa menyebabkan kematian, tetapi juga besarnya

angka kecacatan dan angka penyakit. Masalah ini salah

satunya disebabkan oleh kebersihan yang tidak terjaga

selama proses kelahiran, kurangnya asuhan BBL serta

34
asuhan yang pilih kasih. Kematian dikalangan bayi baru

lahir sudah demikian seringnya hingga hal tersebut diterima

sebagai suatu hal yang rutin oleh masyarakat. Kematian

neonatal dini yang telah disebutkan sebelumnya lebih

banyak

Disebabkan secara langsung karena asfiksia, infeksi (sepsis

dan infeksi saluran pernafasan), prematuritas dan

hypothermia. Adapun mekanisme atau proses penurunan

suhu pada BBL, yaitu segera setelah dilahirkan, suhu BBL

akan turun. Bayi yang masih basah bisa kehilangan panas

cukup banyak untuk membuat suhu tubuhnya turun sampai

sebanyak 2-4°C (3,6 - 7,2°C). Karena dalam keadaan basah,

maka bayi tersebut akan kehilangan sebagian besar panas

tubuhnya melalui penguapan (evaporasi) dari permukaan

kulit yang basah, persentuhan dengan bendabenda yang

dingin (konduksi), persentuhan dengan udara dingin

(konveksi), atau persentuhan dengan benda-benda yang

bersuhu lebih rendah di sekitarnya (radiasi) . Penurunan

suhu pada bayi tersebut terjadi pada menit-menit ke 10-20

setelah

kelahiran. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan bayi

untuk menghasilkan panas yang cukup untuk mengimbangi

hilangnya panas saat kelahiran. Selain itu suhu dingin dan

luar permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan

35
tubuhnya yang kecil serta kepalanya yang secara

proporsional lebih besar, juga bisa menyebabkan turunnya

suhu pada bayi.

 Dampak

Adapun dampak atau konsekuensi dari hipothermia

biasanya sangat parah. BBL yang hipothermia akan

menderita hipoglycemia (gula darah rendah) serta asidosis

metabolis,

sebab mereka akan mencoba untuk menghasilkan panas

guna mempertahankan suhu tubuhnya. Bila terjadi

hipoglycemia berat akan menyebabkan gagal kegawatan

pernafasan serta penggumpalan darah yang abnormal. BBL

yang menderita cedera dingin dan hipothermia akan

menghadapi resiko yang

lebih tinggi lagi terkena infeksi, penguningan (jaundice),

serta pulmonaria hemorrhage (perdarahan paru-paru). BBL

dengan hipothermia akan lebih besar kemungkinannya

meninggal dibanding dengan BBL yang tidak mengalami

hypothermia.

 Kesimpulan

Sebelum dilakukan IMD terdapat 25 bayi baru lahir yang

hampir seluruhnya memiliki suhu tidak stabil dan hanya

terdapat 4 bayi baru lahir yang Sebagian kecil memiliki

suhu stabil. Penurunan suhu pada bayi baru lahir terjadi

36
pada menit-menit ke 10-20 setelah kelahiran. Bayi yang

masih basah bisa kehilangan panas tubuh yang cukup

banyak untuk membuat suhu tubuhnya turun sebanyak 2 – 4

°C (3,6 – 7,2 °F). Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan

bayi untuk menghasilkan panas yang cukup untuk

mengimbangi hilangnya panas saat kelahiran, maka

dibutuhkan penanganan segera agar tidak terjadi komplikasi

yang lebih lanjut dengan cara dilakukan penerapan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) sesaat setelah bayi lahir dan

dilakukan minimal 1 jam, karena cara tersebut dianggap

sebagai cara yang paling sederhana dan mudah dilakukan,

sehingga diharapkan dapat meningkatkan suhu pada bayi

baru lahir. Bayi yang dilakukan IMD berada dalam suhu

yang aman. Karena suhu

payudara ibu meningkat 0,5 °C dalam dua menit jika bayi

diletakkan di dada ibu. Inisiasi menyusu dini (early

initiation) adalah proses bayi baru lahir mencari puting susu

ibu secara mandiri dengan teknik skin to skin antara kulit

ibu

dan bayi minimal selama satu jam segera setelah lahir.

Setelah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) semua bayi

baru lahir memiliki suhu tubuh stabil di Ruang Mina RS

Muhammadiyah Tuban. hal ini disebabkan karena dada ibu

berfungsi sebagai stabilisatorbagi bayi, sehingga dalam

37
pelaksanaannya keterlibatan ibu sangat berperan aktif,

dimulai sejak awal sebagai pemberi pelayanan untuk bisa

memenuhi kebutuhan fisik dan emosionalnya. Suhu tubuh

bayi baru lahir setelah pelaksanaan IMD berada dalam

keadaan stabil, ibu tampak lebih tenang dan Bahagia

dengan kehadiran bayi didekapannya. Dada ibu yang

melahirkan mampu mengontrol kehangatan kulit dadanya

sesuai kebutuhan tubuh bayinya, hal ini membuat bayi akan

berada pada suhu tubuh yang optimal sehingga bayi merasa

lebih tenang dan nyaman, tidak hanya memberikan

keuntungan untuk mencegah hipotermi saja, keadaan

emosional ibu dan bayi atau ikatan kasih sayang (bonding)

antara ibu dan bayi terjalin dengan baik, hal ini akan

memberikan dampak yang

besar untuk perkembangan bayi, karena ikatan kasih sayang

telah terjalin dengan baik, yang pada akhirnya hal tersebut

dapat memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan

kemampuan hidup bayi dan mengembangkan kualitas

hidupnya.

2.2.2 Dian Puspita Reni,dkk. Tahun 2018. Dengan Judul Perbedaan

Perawatan Talipusat Terbuka Dan Kasa Kering Dengan Lama

Pelepasan Talipusat Pada Bayi Baru Lahir.

 Latar Belakang

38
Kematian neonatal akibat tetanus neonatorum berdasarkan

data WHO tahun 2015 untuk negara-negara di Asia

Tenggara sebanyak 581 bayi. Kasus tetanus neonatorum di

Indonesia tahun 2014 sebanyak 84 bayi dari 15 provinsi

dengan mortalitas 54 bayi. Faktor risiko mortalitas tersebut

antara lain perawatan tali pusat dengan alkohol, iodium,

tradisional, serta perawatan tali pusat yang tidak diketahui

caranya. Case Fatality Rate (CFR) tetanus neonatorum pada

tahun 2014 sebesar. 64,3%, meningkat dibandingkan tahun

2013 sebesar 53,8% . Perawatan tali pusat diperlukan untuk

mencegah tali pusat menjadi media perkembangbiakan

mikroorganisme patogen: Staphylococcus aureus atau

Clostridia . Teknik perawatan yang salah dapat

menyebabkan infeksi tetanus neonatorum dimana hal

tersebut dapat mempengaruhi lama pelepasan tali pusat.

Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk

mengambil judul penelitian “Perbedaan Perawatan Tali

Pusat Terbuka dan Kasa Kering dengan Lama Pelepasan

Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir”.

 Metode Penelitian

Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cohort. Teknik pengambilan sampel purposive sampling.

Besar sampel 80 bayi yaitu 40 bayi kelompok kasus

dilaksanakan di Puskesmas Gajahan dan 40 responden

39
kelompok kontrol dilaksanakan di Rumah Sakit Amanah

Ibu dan Anak yang memenuhi kriteria retriksi. Perawatan

tali pusat sebagai variabel bebas dan lama pelepasan tali

pusat sebagai variabel terikat. Teknik pengumpulan data

menggunakan lembar observasi dan rekam medik

responden. Teknik analisis data menggunakan Chi-Square.

 Pengertian

Perawatan tali pusat adalah kegiatan merawat tali pusat bayi

setelah tali pusat dipotong sampai sebelum lepas

 Tujuan

Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat

menjadi media perkembang biakan mikroorganisme

patogen: Staphylococcus aureus atau Clostridia.

 Dampak

Teknik perawatan yang salah dapat menyebabkan infeksi

tetanus neonatorum dimana hal tersebut dapat

mempengaruhi lama pelepasan tali pusat.

 Upaya

a. Perawatan Talipusat Dengan Menggunakan Kasa

Kering

Perawatan kasa kering yakni perawatan tali pusat

yang menggunakan pembungkus berupa kasa kering

(bersih atau steril), tali pusat tetap dijaga agar bersih

dan kering sehingga tidak terjadi infeksi) . Kasa

40
terbuat dari tenunan longgar, bermata besar dan

dapat menyerap cairan dengan baik. Proses

pelepasan tali pusat perlu difasilitasi oleh udara

terbuka. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan

apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.

Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga

menimbulkan resiko infeksi10) . Tali pusat juga

harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari

atau ketika tali pusat terkena urin maupun feses .

b. Perawatan Talipusat Secara Terbuka

Perawatan tali pusat terbuka ialah perawatan tali

pusat yang tidak diberikan perlakuan apapun. Tali

pusat dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa kering

maupun antiseptik lainnya. Pelepasan tali pusat

dengan bantuan udara . Perawatan terbuka akan

membantu pengeringan tali pusat lebih cepat karena

pada tali pusat terdapat Jeli Wharton yang banyak

mengandung air yang jika terkena udara akan

berubah strukturnya dan secara fisiologis berubah

fungsi menjadi padat dan mengeklem tali pusat

secara otomatis sehingga menyebabkan aliran darah

pada pembuluh darah didalam sisa tali pusat

terhambat atau bahkan tidak mengalir lagi yang

membuat tali pusat kering dan layu yang kemudian

41
sisa tali pusat akan terlepas . Paparan udara

menyebabkan penguapan pada kandungan air dalam

Jeli Wharton dan pembuluh darah, sehingga

kandungan air berkurang bahkan menghilang. Tali

pusat mengalami mumifikasi kemudian mengering

dan mengalami perubahan morfologi yang

membuatnya cepat terlepas dari umbilikus bayi .

Salah satu faktor yang mempengaruhi cepatnya

proses penyembuhan luka ialah oksigenasi jaringan.

Semakin baik oksigenasi yang terjadi maka proses

penyembuhan luka akan semakin cepat dan luka

dengan cepat akan mengering. Kadar oksigen

dijaringan sangat penting untuk pembentukan sel-sel

baru penyembuh luka . Tali pusat pada perawatan

terbuka dianjurkan untuk tetap bersih dan kering.

Selama tali pusat belum lepas, sebaiknya bayi tidak

dimandikan dengan cara dimasukkan ke dalam bak

mandi, cukup dilap saja untuk mencegah agar tali

pusat tidak basah dan lembab .

 Kesimpulan

a. Pada Perawatan Talipusat dengan menggunakan kassa

kering

42
Hasil pada penelitian menunjukkan bahwa dari 40

responden kelompok kasus terdapat 31 responden

(77.5%) dengan lama pelepasan tali pusatnya berkisar

antara 1-7 hari dan 9 responden (22.5%) dengan lama

pelepasan tali pusat >7 hari. Rerata waktu lepas tali

pusat bayi yang dirawat dengan kasa kering adalah 6.55

hari.

b. Pada Perawatan Talipusat Terbuka

Hasil pada penelitian menunjukkan bahwa dari 40

responden kelompok kontrol terdapat 38 responden

(95%) dengan lama pelepasan tali pusatnya berkisar

antara 1-7 hari dan 2 responden (5%) dengan lama

pelepasan tali pusat >7 hari. Rerata waktu lepas tali

pusat bayi yang dirawat dengan perawatan terbuka lebih

cepat yaitu 5.43 hari

c. Perbedaan Perawatan Talipusat Terbuka dan Kasa

Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi

Baru Lahir.

Setelah tali pusat dipotong, bakteri dapat berkolonisasi

pada tali pusat, seperti Escherichia coli, Clostridium

tetani, Streptokokus grup B (SGB), dan Staphylococcus

aureus. Bakteri anaerob merupakan bakteri yang tidak

dapat tumbuh dalam suasana O2 atau zat asam karena

dalam suasana ini akan terbentuk H2O2 yang bersifat

43
toksik terhadap bakteri. Tali pusat dianjurkan terbuka

agar terkena udara secara leluasa karena akan lebih

cepat kering. Pada luka terbuka terdapat bakteri

anaerob yang tidak tahan terhadap oksigen. Salah satu

cara untuk mematikannya adalah dengan membiarkan

luka terpapar udara . Tali pusat yang tertutup rapat

dengan apapun akan memperlambat pelepasan tali

pusat dan membuatnya menjadi lembab . Kelembaban

tali pusat merupakan faktor yang memperlambat

pelepasannya tali pusat. Lama pelepasan tali pusat

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

timbulnya infeksi, cara perawatan tali pusat,

kelembaban tali pusat, dan kondisi sanitasi lingkungan

sekitar neonatus .

d. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Azizah

(2015) menunjukkan bahwa rerata waktu lepas tali

pusat bayi yang dibungkus dengan kasa steril adalah

7,30 hari, sedangkan rerata waktu lepas tali pusat bayi

yang dirawat dengan perawatan terbuka lebih cepat

yaitu 5,10 hari .

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan

44
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat

kebidanan. Berikut adalah asuhan kebidanan menurut Kepmenkes RI

No.938/Menkes/SK/VIII/2007:

2.3.1 Standar I: Pengkajian

2.3.1.1 Pernyataan Standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat,

relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisipasien. Kriteria Pengkajian:

1) Data tepat, akurat dan lengkap

2) Terdiri dari data sobyektif ( hasil anamneses, biodata,

keluhan utama, Riwayat obstetric, Riwayat Kesehatan

dan latar belakang social budaya )

3) Data Obyektif ( hasil pemeriksaan fisik, psikologis, dan

pemeriksaan penunjang.

2.3.2 Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

2.3.1.2 Pernyataan Standar

Bidan menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk

menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah:

1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan

2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara

mandiri, kolaborasi dan rujukan.

45
2.3.3 Standar III: Perencanaan

2.3.3.1 Pernyataan Standar

Bidan merencanakan Asuhan Kebidanan berdasarkan

diagnose dan masalah yang ditegakkan. Kriteria Perencanaan:

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas

masalah dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan

antisipasi dan asuhan secara komprehensif.

2) Melibatkan klien pasien dan atau keluarga

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, social budaya

klien dan keluarga

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan

kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan

memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat

untu klien.

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang

berlaku sumber daya serta fasilitas yang ada.

2.3.4 Standar IV : Implementasi

2.3.4.1 Pernyataan Standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence

based kepada klien atau pasien dalam bentuk upaya

promotive, preventif, dan rehabilitative. Dilaksanakan secara

mandiri, kolaborasi dan rujukan. Kriteria:

46
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-

psiko-sosial-spiritual-kultural.

2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan

dari klien dan atau keluarganya (informed consent).

3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence

based.

4) Melibatkan klien/pasien

5) Menjaga privacy klien/pasien

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara

berkesinambungan.

8) Menggunakan sumber daya, saran dan fasilitas yang ada

dan sesuai

9) Melakukan tindakan sesuai standar

10) Mencatat semua tinadakan yang telah dilakukan

2.3.5 Standar V: Evaluasi

2.3.5.1 Pernyataan Standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan

kebidanan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien. Kriteria Evaluasi:

1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan

asuhan sesuai dengan kondisi klien.

47
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada

klien dan atau keluarga.

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

4) Hasisl evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi

klien/pasien.

2.3.6 Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

2.3.6.1 Pernyataan Standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat,

singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang

ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan

kebidanan. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan:

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan

asuhan padaformulir yang tersedia (Rekam

Medis/KMS/Status Pasien/Buku KIA).

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3) S adalah data Sobyektif, mencatat hasil anamnesa

4) O adalah data Obyektif, mencatat hasil pemeriksaan

5) A adalah hasil Analisa, mencatat diagnose dan masalah

kebidanan

6) P adalah Penatalaksanaan, mencatat seluruh

perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan

seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan

secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

48
BAB 3

TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN

1.1 DATA SUBJEKTIF

Pada tanggal : 09 April 2022 pukul. 10.40 WIB

1.1.1 Identitas

Nama bayi : By.Ny. “D”

Umur : 0 hari

Tanggal/jam lahir : 09 April 2022 jam 09.40 WIB

Jenis kelamin : Laki-laki

Nama Ibu : Ny. “D” Nama Suami : Tn. “S”

Umur : 34 tahun Umur : 37 tahun

Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : D3 Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta

49
Penghasilan :- Penghasilan : ±Rp.3.000.000

Alamat : Jl. Pelabuhan Ketapang rt Alamat : idem

4 rw 05 Kota.Malang

1.1.2 Riwayat kehamilan

d. Gravida : Ke dua

e. Abortus : 0x

f. Aterm : 38 -39 minggu

g. Anak hidup :1

h. Selama hamil memeriksakan kehamilan di Praktek Mandiri

Bidan Lejar Malang

i. Keluhan yang dirasakan selama hamil: pada hamil muda ibu

mengeluh mual,hamil tua mengeluh pinggang sakit

j. Riwayat penyakit kehamilan

- Perdarahan : tidak ada

- Pre eklampsia/eklampsia : tidak ada

- Penyakit kelamin : tidak ada

- Lain-lain : tidak ada

k. Kebiasaan selama hamil

- Makanan : nasi, sayur,lauk,susu, buah

- Obat-obatan/jamu : vitamin ibu hamil

- Merokok : tidak pernah

- Lain-lain : tidak ada

50
1.1.3 Riwayat persalinan

h. Jenis persalinan : lahir normal

i. Penolong : Bidan

j. Lama persalinan :

- Kala I : 1 Jam, 30 Menit

- Kala II : 0 Jam, 10 Menit

k. Ketuban pecah : spontan Lamanya : 10 menit

Warna : jernih Bau : anyit Jumlah ±350 cc

l. Komplikasi persalinan

- Ibu : tidak ada

- Bayi : tidak ada

m. Nilai APGAR : 8/9

n. BB : 2900 gram

o. PB : 49 cm

p. Keadaan bayi waktu lahir : tangis kuat,gerak aktif

q. Resusitasi :

- Pengisapan lendir :ya Rangsangan : tidak ada

- Massage jantung : tidak dilakukan Lamanya :-

- Intubasi endotraceal :tidak dilakukan Nomor :-

- Oksigen : tidak memakai o 2 Lamanya :-.................

lt/mnt

- Therapi :tidak ada

1.1.4 Riwayat masuk rumah sakit

Bayi baru lahir spontan ditolong Bidan

51
1.1.5 Alasan kunjungan

Bayi baru lahir ditolong bidan

1.1.6 Keluhan utama

Bayi baru lahir spontan ditolong bidan

1.2 DATA OBYEKTIF

1.2.1 Keadaan Umum

Baik

1.2.2 Pemeriksaan Umum

-Suhu : 36,5 ºC, Pukul : 11.00 WIB

-Nadi : 138 x/mnt,Teratur: teratur Pukul: 11.00 WIB

-Pernafasan : 52 x/mnt, Teratur: teratur Pukul: 11.00 WIB

-Berat badan sekarang 2900 gram

1.2.3 Pemeriksaan Fisik

-Kepala : Simetris kiri dan kanan, UUB belum

menutup,persebaran rambut merata, hitam, tipis,halus, tidak

terdapat caput succadeneum maupun cephal hematoma

-Mata : Simetris kiri dan kanan ,pupil mata bereaksi

dengan baik ,sklera putih dan tidak ikterus

-Hidung : Simetris kiri dan kanan, bernafas tanpa

kesulitan tidak ada pernafasan cuping hidung, tampak bersih

dan tidak ada kelainan.

-Telinga : Simetris kiri dan kanan, terbentuk dengan

baik, struktur telinga lengkap tidak ada benjolan.

52
-Mulut : Bibir kemerahan, bibir tidak sumbing, reflek hisap

baik dan palatum terbentuk baik

-Leher : Tidak ada pembesaran, pembengkakan, dan

peradangan

-Dada : Simetris kiri dan kanan , Gerakan dada sesuai

nafas bayi, tidak ada tonjolan pada tonjolan dada

-Perut : Simetris tidak ada kelainan

-Tali pusat : masih basah,tidak ada perdarahan

-Punggung : Simetris,tidak ada kelaianan

-Ekstremitas : atas dan bawah simetris, pergerakan aktif, jari-

jari tangan dan kaki lengkap .

-Genetalia : normal,jenis kelamin perempuan, labia mayora

sudah menutup labia minora

-Anus : positif

1.2.4 Refleks

-Refleks Moro : baik

-Refleks Rooting : baik.

-Refleks Walking : baik

-Refleks Grasphing/Plantar : baik

-Refleks Sucking : baik

-Refleks Tonic Neck : positif

1.2.5 Antropometri

-Ukuran Kepala : Sub Occipito Bregmatica : 29 cm

Fronto Occipitalis : 12 cm

53
Mento Occipitalis : 13,5 cm

-Lingkar kepala : 30 cm

-Lingkar lengan atas : 10 cm

1.2.6 Eliminasi

Miksi : 1x Warna: jernih tanggal/jam:09 April 2022 jam

12.00 WIB

Mekoneum : positif Warna: hitam kehijauan tanggal/jam:

09 April 2022 jam 12.00 WIB

2. ANALISA /DIAGNOSA

Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan

3. RENCANA

1. Cucitangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi

R/ Tangan yang kotor dapat menjadi tempat berkembang biaknya

mikroorganisme, dimana apabila menyentuh pasien dapat

terkontaminasi

2. Rawat gabung ibu dan bayi ,observsi tanda-tanda vital dan tangisan

bayi setiap 30 menit sekali dan melihat warna kulit bayi

R/ Tanda-tanda vital memberikan gambaran dalam menentukan

tindakan selanjutnya,Rawat gabung berguna untuk meningkatkan

pemberian ASI, mengurangi resiko infeksi, meningkatkan ikatan

antara ibu dan bayi.

3. Observasi Tand-tanda vital

54
R/ Tanda-tanda vital memberikan gambaran dalam menentukan

tindakan selanjutnya.

4. Jaga tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara IMD

R/ Perawatan bayi dengan IMD akan meningkatkan tali kasih antara

ibu dan bayi serta dapat memberikan kekebalan pasif melalui

kolostrum, merangsang kontraksi uterus sehingga mencegah

terjadinya perdarahan.

5. Bonding attachment dan berikan ASI pada bayi segera secara

eksklusive pada bayi nol hari sampai 6 bulan dan bayi mau

menghisap , bayi dibungkus dengan kain bedong

R/ Rangsangan oleh hisapan bayi dapat merangsang hipofisis posterior

mengeluarkan hormone oksitosin untuk sekresi ASI dan hipofisis

anterior untuk merangsang hormone prolactin untuk produksi ASI

6. Jelaskan tanda bahaya bayi baru lahir

R/ Merupakan upaya untuk dapat segera ditemukannya adanya

kelainan-kelaianan pada bayi baru lahir

7. Menganjurkan ibu untuk selalu mengganti pakaian atau popok bayi

setiap kali basah

R/ Pakaian bayi yang basah akan memepengaruhi suhu badan yang

dapat mengakibatkan evaporasi

8. Lakukan obsevasi eleminasi bayi

R/ Untuk mengetahui keseimbangan antara intake dan out put

9. Kaji tanda-tanda infeksi

R/ Bayi masih sangat rentan terhadap infeksi terutama pada tali pusat

55
bayi yang dapat menjadi tempat masuknya mikroorganisme

10. Lakukan perawatan tali pusat saat atau setelah bayi dimandikan atau

bila diperlukan.

R/ Adanya luka yang terbuka dan lembab dapat terjadi tempat

berkembang biaknya mikroorganisme. Perawatan tali pusat

dilakukan secara terbuka dan kering, tidak memeberikan apapun

pada tali pusat, bila tali pusat kotor /basah cuci dengan air bersih

kemudian dikeringkan.

11. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang

R/ Asupan gizi yang adekuat pada ibu yang menyusui sangat

mempengaruhi produksi ASI

12. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar

R/ Cara menyusui yang salah dapat menyebabkan lecet pada putting

susu, bayi tidak menetek puas.

13. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene bayi dan dirinya

R/ Neonatus dan ibu menyusui rawan akan terkena infeksi

14. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand

R/ Kecukupan ASI sebagai nutrisi yang terpenting bagi bayi dapat

tercukupi

15. Lakukan pendokumentasian

R/ Pendokumentasian yang lengkap merupakan tanggung jawab

petugas yang dapat digunakan sebagai timbang terima ke petugas

berikutnya juga dapat sebagai bukti yang kuat apabila dikemudian

hari dibutuhkan.

56
4. PELAKSANAAN

Tanggal/jam Kegiatan/Monitoring

09 April 2022/jam 1. Sebelum dan sesudah merawat bayi mencuci

12.00 WIB tangan

2. Mengukur Antropometri bayi, jenis kelamin

laki-laki , BB 2900 gram, PB 49 cm, lingkar

kepala 30 cm, lingkar dada 30 cm, lingkar perut

29 cm.

3. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat

dengan cara memberikan pakaian yang hangat

dan bersih

4. Melakukan Bonding attachment dan

memberikan ASI pada bayi segera dan bayi

mau menghisap, bayi dibungkus dengan kain

bedong.

5. Memberikan injeksi Vit K 1 dosis 1 mg 1 jam

setelah lahir secara intramuscular

6. Memberikan tetes mata gentamycin kepada

bayi 1 jam setelah lahir

7. Memberikan injeksi HB0 sebanyak 0,5 cc

secara intramuscular

8. Merencanakan bayi dimabdikan setelah 6 jam

setelah lahir

57
9. Melakukan perawatan tali pusat saat atau

setelah bayi dimandikan atau bila diperlukan.

10. Memberikan identitas pada bayi yaitu berupa

gelang bayi berwarna merah muda pada kaki

bayi dengan mencantumkan nama ibu, jenis

kelamin bayi,tanggal lahir, BBL dan PB bayi

baru lahir.

5. EVALUASI (Tanggal : 09 April 2021 Jam.: 15 00 wib

S : Ibu mengatakan bayi bisa menetek dengan kuat

O: Keadaan umum bayi baik, tangis kuat, gerak aktif,warna kulitvmerah

muda, bayi bisa menetek kuat, tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi

maupun perdarahan pada tali pusat.Tanda-tanda vital Suhu 36,8C,HR

140kali/menit, Pernafasan 44 kali /menit

A : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan

P:

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Menganjurkan ibu untuk memeberikan ASI pada bayinya

4. Menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat

5. Menjelasakan pada ibu tanda-tanda bahaya baru baru lahir

6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif 0 hari samapi 6 bulan

7. Merawat tali pusat

8. Mengganti popok bayi saat basah

9. Mengobservasi eliminasi bayi

58
10. Mengkaji adanyatanda-tanda infeksi

11. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi

12. Menganjurkan pada ibu untuk menjga personal hygiene pada ibu dan

bayinya

13. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir yang

harus diwaspadai (pernafasan 60 kali /menit, terlalu panas, tali pusat:

merah, bengkak, bernanah

14. Mengajarkan pada ibu cara merawat tali pusat secara terbuka yaitu

sebelum dan merawat bayi cucitangan terlebih dahulu, tali pusat bayi

dibersihkan dengan menggunakan air bersih lalu dikeringkan ,tidak diberi

apa-apa, popok dipakaikan dibawah tali pusat bayi.

59
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Asuhan Kebidanan Pada By.Ny. “D” Dengan Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Masa Kehamilan Di Praktek Mandiri Bidan Lejar Kota Malang

Setelah melakukan asuhan kebidanan neonatus cukup bulan sesuai

masa kehamilan pada By. Ny. “D” di Praktek Mandiri Bidan Lejar Kota

Malang maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan mengenai

penanganan pada bayi neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan.

4.1.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamneses, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien

lengkap sehingga mendukung penetapan diagnosa dan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek dalam pengkajian

4.1.2 Analisa

Analisa yang ada pada praktek umumnya sudah sesuai dan sama dengan

teori Asuhan Kebidanan pada By.Ny.”D” dengan neonatus cukup bulan

60
sesuai masa kehamilan.

4.1.3. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada By.Ny.”D” dengan neonatus

cukup bulan sesuai masa kehamilan antara teori dan praktek tidak ada

kesenjangan , diantaranya:

1) Sesuai teori bahwa pada neonatus normal hendaknya dilakukan

asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal untuk mendapatkan

derajat Kesehatan yang optimal.

2) Asuhan pada bayi lahir yang diberikan antara lain:

(1) Menjaga bayi agar tetap hangat

(2) Melakukan Rawat Gabung/Roomin In

(3) Melakukan edukasi pada keluarga tentang tanda-tanda bahaya

bayi baru lahir

(4) Segera mengganti pakaina/popok bayi jika basah

(5) Melakukan IMD

(6) Melakukan observasi tanda-tanda vital bayi

(7) Melakukan observasi eleminasi pada bayi.

(8) Mengkaji tanda-tanda infeksi

(9) Menjelaskan dan membantu ibu dalam meneyusui yang benar

(10) Menjaga personal hygiene bayi dan ibunya

(11) Perawatan tali pusat.

(12) Pemberian ASI secara On Demand

(13) Melakukan pendokumentasian.

61
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian study kasus yang telah dilakukan penulis pada

By.Ny.”D” dengan asuhan kebidanan neonatus cukup bulan sesuai masa

kehamilan di Praktek Mandiri Bidan Lejar Kota Malang, bahwa pada

neonarus normal hendaknya diberikan asuhan neonatus normal untuk

mendapatkan Kesehatan yang optimal bagi neonatus oleh tenaga

Kesehatan terampil di Praktek Mandiri Bidan Lejar Kota Malang agar

temuan-temuan yang menjadin masalah dapat ditangani secara tepat .

Pelaksanaan pengkajian , diagnose kebidanan, Menyusun perencanaan ,

pelaksanaan dan evaluasi serta dokumentasi asuhan kebidanan pada setiap

prosesnya tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Penulis

Diharapkan lebih meningkatkan wawasan, pengetahuan,

pemahaman, dan dapat mempraktekkan teori yang didapat secara

langsung melalui Asuhan Kebidanan pada By.Ny.. “D” dengan

62
neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan di Praktek Mandiri

Bidan Lejar Kota Malang dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan dan dokumentasi SOAP.

5.1.2 Bagi Instansi Pendidikan

Diharapakan dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswanya

dengan penerapan Pendidikan Asuhan Kebidanan neonatus cukup

bulan sesuai masa kehamilan di Praktek Mandiri Bidan Lejar Kota

Malang dengan tepat dalam proses belajar mengajar dan

meningkatkan praktik pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien

agar mahasiswa dapat memiliki pengalaman secara nyata dalam

memberikan Asuhan Kebidanan pada By.Ny”D” dengan neonatus

cukup bulan sesuai masa kehamilan serta dapat menjadi bahan

referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan

kebidanan pada By.Ny”D” dengan neonatus cukup bulan sesuai masa

kehamilan.

5.1.3 Bagi Praktek Mandiri Bidan Lejar Kota Malang

Diharapkan dapat sebagai masukan agar dapat meningkatkan

mutu pelayanan kebidanan melalui pendekatan manajemen asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir normal secara komprehensif sehingga

bila ditemukan masalah dalam proses tersebut dapat segera

mendapatkan penangnan yang tepat.

5.1.4 Bagi klien

Diharapakan klien memiliki kesadaran untuk selalu

memeriksakan keadaan kesehatannya secar teratur sehingga dapat

63
memiliki gambaran tentang pentingnya perwatan neonatus normal

serta klien mau untuk kooperatif melakukan anjuran bidan. Sehingga

factor resiko dapat dideteksi secara dini dan mendapat penanganan

yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial 2010

Dainty maternity, Arum Dwi Anjani, Nita Evriana bsari. Asuhan


kebidanan
neonatus, bayi balita dan anak prasekolah. Yogyakarta 2018.
Diana Puspita Reni,dkk.Tahun 2018. Perbedaan Perawatan Talipusat
Terbuka Dan Kassa Kering Dengan Lama Pelepasan Talipusat Pada Bayi Baru
Lahir. https://www.google.com/search?q=2.2.2+Dian+Puspita+Reni%2Cdkk.
+Tahun+2018.+Dengan+Judul+Perbedaan+Perawatan+Talipusat+Terbuka+Dan+
Kasa+Kering+Dengan+Lama+Pelepasan+Talipusat+Pada+Bayi+Baru+Lahir.&oq
=2.2.2%09Dian+Puspita+Reni%2Cdkk.
+Tahun+2018.+Dengan+Judul+Perbedaan+Perawatan+Talipusat+Terbuka+Dan+
Kasa+Kering+Dengan+Lama+Pelepasan+Talipusat+Pada+Bayi+Baru+Lahir.&aq
s=chrome..69i57.2008j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8
Jamil, siti nurhasiyah, Sukma, Febi Hamidah. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. 2017
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta JNPK-KR, Maternal &Neonatal
Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 25 tahun 2014. Jakarta 2014.
Kemenkes (a).2015.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
2015.
__________(b).2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Pusdiklatnakes Kemenkes RI.

64
Marmi,dan K. Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka belajar.
Sondakh, J. J.2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir.
Malang: Penerbit Erlangga.
Syafrudin, SKM, M. Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes. Kebidanan komunitas.
Jakarta 2009.
Sinclair C. Buku Saku Kebidanan. EGC, Jakarta, 2009.
Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.
Jakarta: EGC
Umu Qonitun,dkk.Tahun 2018. Gambaran Kestabilan Suhu Tubuh Bayi
Baru Lahir Yang Dilakukan Inisiasi Menyusui Dini Di Ruang Mina RS
Muhammadiyah Tuban. https://www.semanticscholar.org/paper/Gambaran-
Kestabilan-Suhu-Tubuh-Bayi-Baru-Lahir-Yang-Qonitun-Utaminingsih/
a5e62bf9de459b117b966d4b874cbb83244f86f3

65
DOKUMENTASI

66
67
LEAFLET

68
69

Anda mungkin juga menyukai