Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL

LAPORAN REFLEKSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Persalinan

Oleh ;
EKA OKTAVIA
205491517003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur, penulis memanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas stase

Persalinan dengan berjudul “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal Di PKM Cilincing

Kota Jakarta Utara”.

Dalam penyusunan tugas stase Persalinan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Dr. Retno Widowati, selaku Dekan FIKES Universitas Nasional.
2. Dr. Rukmaini, S.ST, M.Keb, selaku Dekan FIKES Universitas Nasional, Koordinator
Stase Persalinan dan Dosen Pembimbing.
3. Sri Dinengsih, S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan Universitas
Nasional.
4. Tim dosen pengajar ibu Dr. Rukmaini, S.ST, M.Keb, ibu Jenny Siauta, S.ST, M.Keb,
ibu Dr. Siti Syamsiah,S.ST.,M.Keb, ibu Dewi Kurniati, S.SiT, M.Keb.
5. Teman-teman kelompok 1 dan pihak lain yang tidak bias disebutkan satu persatu yang
telah memberikan semangat dan masukan dalam penyelesaiaan tugas stase kehamilan
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas stase kehamilan ini masih jauh dari sempurna.
Pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan tugas stase kehamilan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tugas stase
kehamilan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca umumnya, dan bagi
penulis khususnya.
Jakarta, 13 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup .......................................................................... 4
1.5 Manfaat ...................................................................................... 4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ .. 6
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Data Subyektif .................................................................................... 11
3.2 Data Obyektif ............................................................................... 13
3.3 Assesment ...................................................................................... 15
3.4 Planing .......................................................................................... 16

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisa Kasus Berdasarkan Data Subyektif ............................... 17
4.2 Analisa Kasus Berdasarkan Data Obyektif ................................ 17
4.3 Analisa Kasus Berdasarkan Diagnosa ........................................ 18
4.4 Analisa Kasus Berdasarkan Pelaksanaan ................................... 19

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 20
5.2 Saran ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berdasarkan World Health Organization (WHO) AKI secara global yang yaitu
Angka Kematian Bayi 19 per 1000 KH. Angka ini masih cukup jauh dari target
SDGs (Sustainable Development Goals) yang menargetkan pada tahun 2030 yatu
AKB 12 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016).
Penyebab utama kematian bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu Sepsis (20,5%),
malformasi kongenital (18,1%) dan pnemonia (15,4%). Dan penyebab utama
kematian bayi pada kelompok 29 hari – 11 bulan yaitu Diare (31,4%), pnemonia
(23,8) dan meningitis/ensefalitis
(9,3%), sedangkan cakupan KN 1 : 77,31% ( Kemenkes, 2015). Selanjutnya untuk
menurunkan AKB pemerintah juga mengupayakan agar setiap persalinan harus
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih seperti Dokter Spesialis Kebidanan dan
Kandungan (SpOG), dokter umum dan bidan serta diupayakan agar proses
pelayanan dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes RI ,2015).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunka angka kematian neonatal
antara lain juga melalui penempatan bidan di desa, strategi Making Pregnancy
Safer, pelayanan kontrasepsi, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan
menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) (Kemenkes, 2015).
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi AKB antara lain seperti ;
1) Meningkatkan Pelayanan kesehatan Neonatal, yaitu dengan mengharuskan agar
setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan Kunjungan Neonatal minimal 3 kali
(KN1, KN2 dan KN3) sesuai standar. 2). Penanganan neonatal dengan kelainan atau
komplikasi/kegawatdaruratan sesuai standar tenaga kesehatan yang mana
pelayanannya antar lain seperti Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM),
Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah
(Kemenkes, 2015). Berdasarkan latar belakang diatas maka salah satu yang perlu
didilakukan dengan memberikan asuhan kebidanan untuk mencapai kompetensi
(Kemenkes, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas Sehingga penulis akan memaparkan kasus

“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Di PKM Cilincing Tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah


“Bagaimanakah Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Normal”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Normal dengan menggunakan pendekatan SOAP.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data dasar secara subyektif dan obyektif

pada Pada Bayi Baru Lahir Normal.

2. Mahasiswa mampu menentukan Diagnosa, masalah, Diagnosa Potensial dan

kebutuhan Pada Bayi Baru Lahir Normal.

3. Mahasiswa mampu menentukan Planing data Bayi Baru Lahir Normal.

4. Mahasiswa dapat menganalisa antara teori dan praktik Asuhan Kebidanan


pada Bayi Baru Lahir Normal
1.4 Ruang Lingkup
Bayi Baru Lahir Normal Di PKM Cilincing Tahun 2020.. Waktu pengkajian
pada 22 Desember 2020 pukul 03.30 WIB.
1.5 Manfaat
Manfaat studi kasus ini diarahkan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu

pengetahuan dan kepentingan bagi lembaga terkait :

1. Manfaat Teoritis
Bagi Institusi PKM Cilincing Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai
masukan data dan kejadian kasus Bayi Baru Lahir Normal.

2. Bagi Mahasiswa

Hasil studi kasus ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam
memberikan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal.

3. Bagi Pasien

Pasien mendapatkan informasi yang berhubungan dengan perawatan dan

pemeriksaan Bayi Baru Lahir.

4. Bagi Masyarakat

Untuk menambah wacana dan informasi pembaca tentang cara memberikan

Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa

dan sebagai bahan referensi untuk melaksanakan penelitian studi kasus

selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI


1. 1. Pengertian bayi baru lahir normal
Pengertian bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu, memiliki berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur
kehamilan 37-42 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa
gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram
serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin.Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat
Bayi baru lahir adalah bayi segera setelah lahir sampai dua puluh delapan hari. Pelayanan
kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu hamil.
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uterin Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500
gram sampai dengan 4000 gram. Pengertian bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gr sampai dengan
4000 gr
2. Patofisiologi bayi baru lahir normal
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi
mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi
(O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya
sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup,
mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar
rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah
kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada
sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta
menggunakan glukosa.
Perubahan Sistem Pernafasan.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan
yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan
pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
2) Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya
ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus
terjadi 2 perubahan besar :
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2) Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan
meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :
1) Pada saat tali pusat dipotong.
Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua hal ini membantu darah
dengan kandungan O2 sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan
tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh darah paru-paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan
atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Dengan pernafasan, kadar O2 dalam darah akan meningkat, mengakibatkan ductus
arteriosus berkontriksi dan menutup. Vena umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari
tali pusat menutup dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan
anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Sistem pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa, gastrointestinal dan Kekebalan Tubuh.
1) Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit
sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha
utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin.
2) Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna
makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi
bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati.
3) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir.
Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan menelan
dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat
gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat
sesuai pertumbuhan janin.
4) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan
alami yang dimiliki bayi diantaranya.
a) Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
b) Fungsi jaringan saluran nafas.
c) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
d) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh
organisme asing. ( Reni handayani, 2013)
3. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
Seorang bayi baru lahir dikatakan normal apabila memiliki ciri-ciri berikut:
a) Bayi baru lahir normal memiliki berat badan 2,5 – 4 Kg
b) Panjang badan 48 – 52 cm
c) Lingkar dada 30 – 38 cm
d) Lingkar kepala 33 – 35 cm
e) Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
f) Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
g) Kulit bayi baru lahir terlihat kemerahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
h) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i) Kuku agak panjang dan lemas
j) Genitalia; untuk perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora dan untuk laki-laki
testis sudah turun, skrotum sudah ada
k) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l) Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
m) Reflek graps atau menggenggam sudah baik
n) memiliki eliminasi yang baik, mekonium untuk bayi baru lahir akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Ria puspita, 2011)
4. Komplikasi bayi baru lahir normal
Proses rujukan bayi baru lahir dengan komplikasi
1. Kasus yang termasuk ke dalam kelompok bayi baru lahir dengan komplikasi sakit berat, yaitu:
a) Penyakit sangat berat
 Infeksi berat / Sepsis
 Kejang
 Gangguan Nafas Berat
 Hipotermiberat
b) Bayi Kuning
 Ikterus Patologis
 Asfiksia atau Asfiksia tidak teratasi
 BB lahir < 2000 g ATAU BB lahir < 2500 g dengan komplikasi
 Bayi baru lahir dengan kelainan congenital
 Diare / Dehidrasi
 DehidrasiBerat
2. Kasus yang termasuk ke dalam kelompok bayi baru lahir dengan komplikasi sakit sedang, yaitu:
a) Hipotermia Ringan
b) Berat badan tidak naik, masalah menetek
c) BBLR dengan BB lahir > 2000 gram tanpa komplikasi
3. Kasus yang termasuk ke dalam kelompok bayi baru lahir dengan komplikasi sakit ringan, yaitu:
a) Infeksi bakteri local
b) Ompalitis Ringan
c) Konjungtivitis Ringan
d) Infeksi Kulit Ringan
4. Detail Pelayanan Bayi Baru Lahir dengan Komplikasi:
Jika pada kunjungan pertama, bayi mengalami KEJANG atau HENTI NAPAS atau SIANOSIS,
lakukan Tindakan sebelum melakukan Penilaian dan RUJUK SEGERA (kebijakan kesehatan
Indonesia, 2014)
5. Pemeriksaan diagnostic bayi baru lahir normal
A. Pemeriksaan Fisik pada saat Bayi Lahir
Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan di kamar bersalin. Perlu
mengetahui riwayat keluarga, riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya dan riwayat
persalinan. Pemeriksaan dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan dibawah lampu yang
terang. Tangan serta alat yang digunakan harus bersih dan hangat.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
a) Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke luar uterus yang
memerlukan resusitasi.
b) Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang perlu tindakan segera.
c) Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (rawat gabung) atau tempat
perawatan khusus.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1) Menilai APGAR (Wikimedia, 2014)
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi
baru lahir pada usia 1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar mendesain sebuah
metode penilaian cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan
untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai
Apgar suatu ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh waktu. Banyak faktor
yang dapat mempengaruhi nilai Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan
bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan
untuk menilai respon resusitasi.
Cara menentukan nilai apgar skor
Lima kriteria Skor apgar:
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim

Warna warna kulit tubuh,


seluruhnya tetapi tangan dan tangan, dan kaki
Warna kulit Appearance
biru kaki kebiruan normal merah muda,
(akrosianosis) tidak ada sianosis

Denyut jantung tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse

tidak ada
meringis/menangis meringis/bersin/batuk
respons
Respons refleks lemah ketika saat stimulasi saluran Grimace
terhadap
distimulasi napas
stimulasi

lemah/tidak
Tonus otot sedikit gerakan bergerak aktif Activity
ada

menangis kuat,
lemah atau tidak
Pernapasan tidak ada pernapasan baik dan Respiration
teratur
teratur
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat diulangi
jika skor masih rendah.
Jumlah skor Interpretasi Catatan[3]

7-10 Bayi normal

Memerlukan tindakan medis segera seperti


4-6 Agak rendah penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau
pemberian oksigen untuk membantu bernapas.
0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir
ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut[4] tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi
masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika
skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa
anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi
signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan
dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan
tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
2) Mencari Kelainan Kongenital
Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan adanya kelainan kongenital pada bayi terutama
yang memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan
obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau infeksi virus pada trimester pertama. Juga ditanyakan
adakah kelainan bawaan keluarga disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit
yang dapat menggangu pertumbuhan janin seperti diabetes mellitus, asma broinkial dan
sebagainya.
3) Memeriksa cairan amnion
Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur volume. Hidramnion ( volume > 2000 ml ) sering
dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian atas, ibu dengan diabetes atau eklamsi.
Sedangkan oligohidramnion (volume < 500 ml) dihubungkan dengan agenesis ginjal bilateral.
Selain itu perlu diperhatikan adanya konsekuensi oligohidramnion seperti kontraktur sendi dan
hipoplasi paru.
4) Memeriksa tali pusat
Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegaranya, ada tidaknya simpul dan apakah
terdapat dua arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru lahir hanya mempunyai satu
arteri umbilikalis dan 15 % dari pada mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal terutama
pada sistem pencernaan, urogenital, respiratorik atau kardiovaskuler.
5) Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan perhatikan apakah ada perkapuran,
nekrosis dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat satu atau dua korion
(untuk menentukan kembar identik atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anastomosis
vascular antara kedua amnion, bila ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.
6) Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh.
7) Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa gestasi.
Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak dibanding bayi cukup
bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian tersebut sampai 10 kali lebih
besar.
8) Pemeriksaan mulut
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-palatoskisis harus diperhatikan
juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia esofagus.
Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan cara memasukkan kateter ke dalam lambung,
setelah kateter di dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml udara dan dengan stetoskop akan terdengar
bunyi udara masuk ke dalam lambung. Dengan demikian akan tersingkir atresia esophagus,
kemudian cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml
pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi esophagus dianjurkan pada
setiap bayi yang kecil untuk masa kehamilan, ateri umbulikalis hanya satu, polihidramnion atau
hipersalivasi.
Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia otot depresor aguli oris. Pada
keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut mulut dan mandibula akan
tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan kurang tampak pada daerah yang sehat (sebaliknya
pada paresis N.fasiali). Pada 20 % keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital berupa
kelainan kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital.
9) Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan memasukkan thermometer ke dalam
anus. Walaupun seringkali atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi dengan cara ini. Bila ada
atresia perhatikan apakah ada fistula rekto-vaginal.
10) Pemeriksaan garis tengah tubuh
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bidifa, meningomielokel dan lain-lain.
11) Pemeriksaan jenis kelamin
Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya. Bila terdapat keraguan
misalnya pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat hipospadia atau epispadia pada
bayi lelaki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin ditunda sampai dilakukan pemeriksaan lain
seperti pemeriksaan kromosom.

B. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan dilakukan setelah bayi berada di ruang
perawatan. Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan pada
pemeriksaan di kamar bersalin.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Aktifitas fisik
Inspeksi
Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.
2. Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
3. Kulit
Inspeksi
Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi
Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4. Kepala
Inspeksi
Distribusi rambut di puncak kepala.
Palpasi
Tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital.
Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.
5. Wajah
Inspeksi
Mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan simetris.
6. Mata
Inspeksi
Kelompak mata tanpa petosis atau udem. Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda,
iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7. Telinga
Inspeksi
Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang rawan
yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
8. Hidung
Inspeksi
Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
9. Mulut
Inspeksi
Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna merah
muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh, lidah
dan uvula di garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10. Leher
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek.
Palpasi
Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11. Dada
Inspeksi
Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.
Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal.
Palpasi
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardiomegali.
Auskultasi
Suara nafas jernih sama kedua sisi.
frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur.
Perkusi
Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12. Payudara
Inspeksi
Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
13. Abdomen
Inspeksi
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena berwarna putih
kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta
kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi
terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis
tengah dan tepi perut.
Perkusi
Timpanni kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi
Bising usus ada.
14. Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita)
Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus uretra ada di depan orivisium
vagina.
Inspeksi (laki-laki)
Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.
15. Anus
Inspeksi
Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran mekonium terjadi
dalam 24 jam.
16. Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang untuk
mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
Palpasi
Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek genggam ada, kuat
bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama karpal dan metacarpal
ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah
muda sama kedua sisi.
Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama bantalan kuku
merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan sendi penuh : tungkai,
lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek
plantar ada dan sismetris.
18 Pemeriksaan reflek
a) Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
Normal : dijumpai pada tahun pertama.
b) Tonic neck
cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan
dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi berlawanan, normalnya
reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–kira pada usia 2 bulan dan
menghilangkan pada usia 6 bulan.
c) Moro
cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke belakang, tungkai
sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang belakang dan
ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang
pada usia 3 - 4 bulan.
d) Mengenggam
cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau
tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.
normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan bayi
dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.
e) Rooting
cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.
Normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4
bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama selama tidur
f) Menghisap
cara : beri bayi botol dan dot.
normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini
menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.
g) Menari / melangkah
cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras.
normal : kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah jika sedikit di sentuh ke permukaan
keras di jumpai pada 4 - 8 minggu pertama.
19 Pengukuran atropometrik
a) Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan bidan menjaga
di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
BBL 2500 - 4000gram.
b) Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar tetap pada ujung
atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita.
PB : 48/52cm.
c) Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita mengelilingi
bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.
d) Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan dan
garis putih.
LD : 32 – 35 cm.
C. Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang
Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk menyakinkan bahwa tidak ada
kelainan kongenital atau kelainan akibat trauma yang terlewati perlu di perhatikan :
a) Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan, ubun-ubun.
b) Kulit : adanya ikterus, piodermia.
c) Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian.
d) Abdomen : adanya tumor yang tidak terdektesi sebelumnya.
e) Tali pusat : adanya infeksi.
di samping itu perlu di perhatikan apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengerti
cara pemberian ASI yang benar. (dr jony, 2012)
6. penanganan bayi baru lahir normal
Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (di akses reddit, 2010) asuhan segera, aman dan bersih
untuk bayi baru lahir ialah :
1. Pencegahan Infeksi
a) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir
DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam
keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian
a) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan tindakan
resusitasi bayi baru lahir.
3. Pencegahan Kehilangan Panas
 Mekanisme kehilangan panas
a) Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b) Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang
dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi
akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
c) Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan
yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau
pendingin ruangan.
d) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
 Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
a) Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk
membantu bayi memulai pernapasannya.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang
baru (hanngat, bersih, dan kering)
c) Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan
panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat
badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi
dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam (^) jam setelah
lahir.
 Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
1) Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi
mengalami asfiksia atau hipotermi)
2) Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara 36,5º C –
37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara
longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan
persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu
tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu (1) jam.
3) Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan
4) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin.
Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa
lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah
dimandikan.
5) Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
6) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
7) Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi
secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik
8) Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik
9) Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya
f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
g) Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya, untuk menjaga
bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan ASI
4. Membebaskan Jalan Nafas nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut :
a) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b) Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala
tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus
kassa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan
kasar.
e) Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen
dengan selangnya harus sudah ditempat
f) Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
g) Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
h) Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.
5. Merawat tali pusat
a) Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali
pusat pada puntung tali pusat.
b) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 %
untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
c) Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
d) Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.
e) Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi
tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul
kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
f) Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan
dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang
berlawanan.
g) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
h) Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup
dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002, di akses raddit, 2010)
6. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan
pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat.
Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu
tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat (Prawiroharjo, di akses raddit 2010).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat
dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami
kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam
keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada
dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap
terjadinya hipotermia.
 Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :
a) Keringkan bayi secara seksama
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
e) Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, di akses raddit 2010)
7. Pencegahan infeksi
a) Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi
beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
b) Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan
obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau
tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai
dengan perawatan tali pusat
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata
bayi segera setelah lahir
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi berikut ini :
a) Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
c) Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi
tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
d) Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah
dalam keadaan bersih.
e) Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya
yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap
setelah digunakan). (Dep.kes.RI, di akses raddit 2010)
8. Identifikasi bayi
a) Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca persalinan.
Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap
ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
b) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di
kamar bersalin dan di ruang rawat bayi
c) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak
mudah sobek dan tidak mudah lepas
d) Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor
bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu
e) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor
identifikasi. (Saifudin,, di akses raddit, 2010)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

Tanggal MRS : 25 Desember 2020


Tanggal Pengkajian : 25 Desember 2020
Waktu Pengkajian : 05.30 WIB
Tempat Pengkajian : PKM Cilincing
Nama Stase : Stase Persalinan.
Pembimbing : Dr. Rukmaini, S.ST., M.Keb.
Nama : Eka Oktavia
Npm : 205491517003

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

3.1 DATA SUBJEKTIF (Hari/ Tanggal Selasa/ 25 Desember 2020 Pukul 05.30 WIB)
1. Identitas Bayi
Nama : By. Ny.Y
Usia : 1 jam
Tanggal/Jam lahir : 25 Desember 2020/05.30
WIB Jenis kelamin : Perempuan

2. Identitas Orang Tua


Istri Suami
Nama Ny. Y Tn. A
Usia 35 tahun 38 tahun
Agama Islam Islam
Suku Rejang Melayu
Pekerjaan IRT IRT
Pendidikan SMA SMA
Golongan Darah A + B+
Alamat rumah Jl utan kayu utara no 13 Jl utan kayu utara no 13
Telepon/HP 08137788xxxx 08137788xxxx

3. Faktor Neonatal

a. Keadaan saat lahir: bayi lahir sehat

b. Keberhasilan IMD: berhasil

c. Pola eliminasi:

1) BAK: 5 menit pasca lahir

2) BAB: 1 jam pasca lahir

d. Riwayat laktasi: IMD

e. Pemberian salep mata: belum di lakukan

f. Pemberian vitamin K: belum di lakukan

g. pemberian Hb-0: belum di lakukan

4. Faktor Genetik
a. Penyakit keturunan: tidak ada
b. Cacat fisik: tidak ada
5. Faktor Lingkungan
a. Keluarga perokok: ayah
b. Ventilasi dan pencahayaan: baik

3.2 DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum: baik
2. Keadaan setelah lahir: baik
3. Tanda-tanda Vital:

a. Respirasi: 55x/ menit


b. Denyut jantung: 99x/menit
c. Suhu: 36,70c
4. Antropometri :
a. BB: 31200gram
b. PB: 50cm
c. LK: 32 cm
d. LD: 33 cm
5. Kepala
a. Bentuk: normal
b. Caput succadenium: tidak ada
c. LK: 33cm
6. Telinga
a. Bentuk: normal
b. Letak simetris: simetris kanan dan kiri
c. Pengeluaran cairan: tidak ada kanan dan kiri
7. Mata
a. Letak: simetris kanan kiri
b. Sklera putih: putih kanan dan kiri tidak ada juling mata
c. Tanda infeksi: tidak ada kanan dan kiri
d. Refleks: positif kanan dan kiri
8. Hidung dan Mulut
a. Warna: normal

b. Kelainan: tidak ada


c. Refleks: positif (rooting, sucking, dan swallowing)
9. Leher
a. Pergerakan leher: normal
b. Refleks: refleks tonick neck positif
10. Dada
a. Retraksi dada: normal
b. Bunyi nafas: normal
c. Bunyi jantung: normal
11. Perut
a. Bentuk persut: horizontal
b. Tali pusat: normal
12. Bahu, lengan, dan tangan.
a. Simetris: kanan dan kiri
b. Jumlah jari tangan: 10
c. Warna kuku: putih ke pink-pinkan
d. Gerakan otot tangan: normal
e. Refleks: moro dan menggenggam positif
13. Punggung
Benjolan: tidak ada( tidak ada benjolan spina bifida)
14. Anus
Lubang anus: ada

15. Genitalia:

*Perempuan
a. Lubang vagina: ada
b. Lubang uretra: ada( bayi sudah baak)
c. Labia mayor: menutupi labia minor kanan dan kiri
d. Labia minor: ada kanan dan kiri
16. Kulit
a. Verniks caseosa: ada
b. Warna kulit: putih kemerahan
17. Kaki
a. Simetris: simetris kanan dan kiri
b. Jumlah jari kaki: 10
c. Warna kuku kaki: putih ke merahan
d. Refleks: positif
18. Anus: lubang anus ada mekonium ada, bayi sudah BAB.

3.3 ANALISA
Diagnosa : Neonates 1 jam
sehat Diagnosa potensial : tidak ada
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : 1. memandikan, menjemur.
2. Perawatan tali pusat
3. HB0, vit-k, salep mata
4. ASI eksklusif

3.4 PENATALAKSANAAN
1. Mengeringkan dan mengelap tubuh bayi kecuali telapak tangan, di lakukan saat
bayi lahir dan menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering.
2. Memotong tali pusar bayi dan mengikat dengan klem tali pusat warna biru serta
membungkus tali pusar dengan kassa bersih dan kering.
3. Melakukan IMD selama 1 jam dengan tetap menjaga kehangatakan
bayi (memakaikan topi, dan menyelimuti bagian belakang bayi).
4. Melakukan pemeriksaan fisik setelah di lakukan IMD.

5. Menginformasikan kepada ibu dan suami bahwa keadaan bayi baik, dan hasil
pemeriksaan tidak menunjukan adanya kelainan. Ev. Ibu dan suami merasa senang
6. Menginformasikan kepada ibu dan suami bahwa akan di berikan salep mata dan
suntik vit-k serta HB-0 pada bayi. Dan menjelaskan manfaat kegunaanya. Ev. Ibu
dan suami setuju di lakukan
7. Menyuntikan vaksin HB0 pada paha kanan luar bayi setelah bayi di pakaikan baju.
Ev: sudah di suntikan dengan persetujuan orang tua.
8. Menyuntikan vit-k 1ml pada paha kiri luar bayi. Ev. Sudah di lakukan.
9. Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi. Menjelaskan
manfaat dari ASI ekslusif dan kerugian mneggunakan susu pormula terlalu dini. Ev:
ibu akan memberikan ASI eksklusif karna anak sebelumnya juga ASI eksklusif.
10. Menjelaskan cara perawatan bayi baru lahir pada ibu yaitu menjemur, memandikan,
perawatan vagina dan cara melakukan perawatan tali pusat bayi. Ev: ibu dan
keluarga mengerti dan paham penjelasan bidan.
11. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa pemakaian gurita tidak di anjurkan
jika ingin memakai gurita fungsinya hanya untuk menghangatkan bukan untuk
membuat perut bayi kecil dan perut bayi akan buncit sampai 2 tahun. Jadi
pemakaian tidak boleh kencang karna dapat mengganggu proses pencernaan dan
nafas bayi. Ev: ibu dan kelurga mengerti.
12. Menjelaskan bedong hanya untuk menghangatkan bayi jadi hanya di pakai Ketika
bayi kedinginan atau bisa kedinginan. Ev: ibu dan keluarga mengerti.
13. Menjelasakan jika bayi mengalami gumoh setelah mandi, kedinginan atau setelah
menyusu itu hal yang wajar. Ev: ibu dan kelurga mengerti.
14. Meminta ibu dan keluarga untuk datang memeriksakan bayinya kembali 4 hari
kedepan atau jika ada keluhan. Ev: ibu dan kelurga mengerti.
15. Memandikan bayi setelah 6 jam pasca lahir. Ev: bayi di mandikan jam 09.45 WIB.
16. Melakukan perwatan tali pusat. Ev: setelah bayi di mandikan membungkus tali
pusat hanya dengan kassa.
17. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan temuan pada bayi. Ev: di tulis pada
buku stasus pasien.
Mengetahui,

Pembimbing, Mahasiswa,

(Dr. Rukmaini, S.St., M.Keb) (Eka Oktavia)


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi Ny “Y” dengan Bayi baru
lahir normal di Puskesmas Cilincing” Tahun 2020.
Pada asuhan di atas tidak di temukannya kesenjangan antara teori dan
praktek dari pengkajian awal hingga penatalaksanaan akhir asuhan kebidanan bayi
baru lahir di Puskesmas Cilincing.
BAB V
PENUTUP
51. kesimpulan
asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. Y di dapatkan hasil semua

normal dan tidak ada kelainan. BB 3100gram, PB 50cm, LK 32cm, dengan jenis

kelammin perempuan.

Asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Bayi Ny.Y sudah di lakukan sesuai

SOP di PKM Cilincing tahun 2020. Pada asuhan ini sudah mengikuti teori-teori

yang berlaku pada asuhan bayi baru lahir

52. Saran
1. Bagi Bidan
Untuk tetap mempertahankan mutu pelayanan agar pasien di PKM Cilincing
selalu puas dalam pelayanan yang di berikan oleh bidan. Serta selalu update
keilmuan mengenai bayi baru lahir agar selalu memberikan pelayanan yang
terdepan.
2. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat memberikan penjelasan dan keterangan yang akurat
pada tenaga Kesehatan khusunya bidan. Dan rutin memeriksakan bayinya
sesuai jadwal yang di berikan oleh bidan atau bila menemukan hal yang ganjal
sehingga jika di temukan kelainan pada bayi dapat segera di tangani.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, R, Straight. 2005. Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
Hapsari. 2009. Termogulasi Pada Bayi Baru Lahir(Perlindungan Termal). Jakarta: EGC
Muslihatun, wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Winknjsastro, Hanifa.(2005).Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwon
Prawirohardjo
Rukiyah, Yeyeh, Ayi.Yulianti, Lia.2010.Asuhan Neonatus, Bayu dan Anak Balita. CV. Trans
Info Media. Jakarta Timur.

Anda mungkin juga menyukai