Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN REFLEKSI KASUS

Disusun oleh :
Fransiska A.Hadji
1610104047

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
A. DISKRIPSI KASUS
Seorang ibu datang ke puskemas mengatakan ingin melakukan KB implant setelah
dilakukan pemeriksaan TD 110/80 , N 85 x/m , R 22 x/m. sebelumnya bidan melakukan
penapisan awal pada pasien untuk mengetahui apakah pasien cocok menggunakan KB
Implant, setelah dilakukan penapisan pasien dikatakan cocok menggunakan KB Implant,
dan bidan melakukan pemasangan KB Implan yang dilakukan desinfeksi terlebih dahulu
tetapi tidak menggambar pola sebelum pemasangan KB Implant pada proses pemasangan
bidan hanya menggunakan sarung tangan satu (sebelah kanan).
B. EMOSI PRIBADI
Dari kasus diatas saya senang karena mendapatkan suatu keterampilan baru karena
bidan pembimbing memberikan kesempatan untuk mahasiswa mencoba melakukan
pemasangan KB Implant. Tetapi yang disayangkan dari kasus diatas yaitu kurangnya
kesadaran seorang tenaga kesehatan dalam menjaga keamanan diri sendiri dan juga
pasien dalam pencegahan infeksi.
C. EVALUASI
Dari kasus diatas menurut saya tindakan seorang bidan itu kurang tepat karena kurang
kesadaran dalam pencegahan infeksi saat pemasangan KB Implant dimana bidan hanya
menggunakan sarung tangan satu, karena menurut saya pencegahan infeksi itu sangat
penting untuk dilakukan karena jika tidak dilakukan itu bisa dikatakan menjolimi diri
sendiri.
D. ANALISIS KASUS
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
menjelaskan bahwa Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di
pakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan infeksius.
APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung mata (goggle),
perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron, sandal/sepatu
tertutup (Sepatu Boot).
Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko
pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari
pasien ke petugas dan sebaliknya. Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan
tindakan yang memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik darah
atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas.
Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan. Tidak
dibenarkan menggantung masker di leher, memakai sarung tangan sambil menulis dan
menyentuh permukaan lingkungan.
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:
a. Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan.
b. Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan
rutin
c. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2017 juga sudah menjelaskan bahwa seperti
gambar berikut:
E. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana saat melakukan tindakan pemasangan
implant ataupun pelepasan diatur dalam PMK No 27 tahun 2017 bahwa harus
menggunakan APD yaitu sarung tangan karena bertujuan melindungi kulit dan membran
mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh
dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya. Dalam tindakan pemasangan
atau pelepasan implant dianjurkan menggunakan sarung tangan bedah yang steril karena
implant termasuk melakukan pembedahan.
F. TINDAK LANJUT
Rencana tindak lanjut dari kasus ini yaitu menanamkan kesadaran kepada petugas
kesehatan tentang pentingnya melakukan pencegahan infeksi. Petugas kesehatan dapat
melakukan tindakan sesuai prosedur karena tidak menggunakan APD sangatlah fatal,
dapat menularkan ataupun menimbulkan infeksi penyebaran antara pasien ke petugas,
ataupun petugas kepada pasiennya.

G. Referensi
Sri Rahayu, Ida Prijatni. 2016. Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Permenkes RI

Anda mungkin juga menyukai