Anda di halaman 1dari 13

KIE DAN KONSELING KEHAMILAN YANG TIDAK

DIHARAPKAN PADA PASANGAN YANG SUDAH MENIKAH

Laporan Refleksi
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Pranikah & Prakonsepsi

Disusun Oleh :
Dhita Maulani 215491517043

PRODI PROFESI BIDAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS NASIONAL
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PRODI PROFESI BIDAN
Jl. Sawo Manila No.61, RT.14/RW.7, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
ESSAY REFLEKSI
DI RUANG KONSULTASI KLINIK ASSYIFA CILAMAYA

Introduction
Essay pada kasus yang diambil menggunakan metode Gibss Reflection Cycle
(1988). Melalui Refleksi ini dapat sebagai bahan atau pengetahuan untuk
pengembangan diri saya kedepan.
Description
Rotasi pertama saya di stase Pranikah & Prakonsepsi adalah mengenai kasus
Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan yang sudah menikah yang diambil
dari kasus yang ditemukan di Ruang Konsultasi KIA Klinik Assyifa Cilamaya
Tahun 2021. Klinik Assyifa Cilamaya merupakan Klinik Pratama rawat inap yang
melayani pasien umum dan BPJS, memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan
dan pertolongan Persalinan beserta USG dengan dokter Kandungan, saat pasien ibu
hamil dan pertolongan persalinan dinyatakan normal bisa dilakukan pertolongan di
Klinik tetapi saat kondisi dikatakan fatalogis kami melakukan kolaborasi dengan
rumah sakit dan langsung melakukan rujukan. Penatalaksanaan dalam suatu
penyakit dan keluhan pasien yang datang dilakukan secara komprehensif disertai
skrining kemungkinan lainnya dan dilakukan kolaborasi dengan pihak lain seperti
rumah sakit saat ada penanganan kegawatdaruratan. Pada pasien ibu hamil yang
datang ke Klinik Assyifa Cilamaya pada umumnya dilakukan pemeriksaan dan
konseling secara menyeluruh di ruang KIA dan ditemukan beberapa pasien dengan
kondisi kehamilan yang tidak diharapkan ada beberapa kasus seperti kehamilan
karena diluar nikah akibat pasien tersebut melakukan prostitusi online, kehamilan
remaja dikarenakan pacaran yang keterlaluan dan tanpa dibatasi oleh orang tuanya,
kehamialan yang tidak diharapkan dikarenakan kegagalan KB, kehamilan yang
tidak diinginkan karena permasalahn ekonomi, dan masalah karier.
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PRODI PROFESI BIDAN
Jl. Sawo Manila No.61, RT.14/RW.7, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
Pada kasus tersebut membuat saya tertarik untuk mengambil masalah tersebut
untuk dianalisis bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan serta konseling yang
akan diberikan mengenai pernikahan yang tidak diinginkan terutama pada pasangan
yang sudah menikah. Kemudian saya menemukan perbedaan faktor penyebab
terjadinya pernikahan tidak diinginkan disini. Menurut pengetahuan saya setelah
membaca beberapa penelitian dan jurnal mengenai pernikahan tidak diinginkan.
Menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana
pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan.
Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja
maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa tidak sedikit
orang yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini. Kehamilan yang tidak
diinginkan ini dapat dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun
belum menikah (PKBI, 2016). Alasan kehamilan tidak diinginkan pada pasangan
yang sudah menikah seperti Anak sudah banyak, suami jarang kerja, dan sering
mabuk, Ibu masih dalam kontrak kerja, Ketika Pasien dalam masa subur, suami
selalu tidak mau tahu dan tidak pernah mau pakai kondom, Umur pasien sudah tua
dan anak sudah cukup, Tidak boleh hamil anak keempat karena sudah tiga kali
operasi Caesar, Suami tidak bersedia menerima kehamilan lagi walaupun anak baru
satu, Jarak antara anak terlalu dekat, Suami baru PHK, dan sering sakit sedangkan
gaji isteri kecil, Tidak sanggup menanggung anak tambahan, kegagalan KB.
Faktor penyebab ini membuat saya tertarik. Bagaimana cara memberikan pelayanan
dan pengertian serta konseling pada pasien dengan kondisi ini agar bisa menerima
kehamilannya serta melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan
meyakinkan keluarga beserta suaminya untuk selalu mendukung dan menerima
kehamilan pasien tersebut.
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PRODI PROFESI BIDAN
Jl. Sawo Manila No.61, RT.14/RW.7, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
Evaluation
Istilah kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak tidak
menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada
saat itu/mistimed pregnancy (kehamilan terjadi lebih cepat dari yang telah
direncanakan), sedangkan kehamilan yang diinginkan adalah kehamilan yang
terjadi pada waktu yang tepat. Sementara itu, konsep kehamilan yang diinginkan
merupakan kehamilan yang terjadinya direncanakan saat si ibu menggunakan
metode kontrasepsi atau tidak ingin hamil namun tidak menggunakan kontrasepsi
apapun. Kehamilan yang berakhir dengan aborsi dapat diasumsikan sebagai
kehamilan yang tidak diinginkan. Semua definisi ini menunjukkan bahwa
kehamilan merupakan keputusan yang disadari (Santelli, 2018).
Definisi kehamilan tidak diinginkan menurut Jain (2015) adalah gabungan dari
kehamilan yang tidak diinginkan sama sekali (unwanted pregnancy) dan
kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat iu (mistimed preganancy).
Kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan meningkatnya risiko
morbiditas wanita dan dengan perilaku kesehatan selama kehamilan yang
berhubungan dengan efek yang buruk. Sebagai contoh, wanita yang mengalami
kehamilan tidak diinginkan mungkin menunda ke pelayanan prenatal yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kesehatan bayinya (jain, 2015).
Di Indonesia terdapat 86% dari kelahiran yang diinginkan, dan 7 % kelahiran
dari kehamilan yang tidak direncanakan atau kelahiran dari kehamilan tidak
diinginkan.(Dini dkk,2016) Kehamilan tidak diinginkan ini juga masih menjadi
masalah utama di Amerika Serikat yaitu sekitar 3 Juta kehamilan pertahun dari 50%
seluruh kehamilan yang terjadi, angka kehamilan tidak diinginkan di Indonesia
masih sanggat tinggi menurut data WHO tercatat lebih dari 32 permpuan
mengalami kehamilan tidak diinginkan dalam rentang waktu 2010-2014, kasus ini
meningkat dari tahun 2012 (13,6%) menjadi (16%) pada tahun 2015 . Prevalensi
tersebut membuat Indonesia menempati peringkat tertinggi kehamilan tidak
diinginkan di kawana Asean.
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PRODI PROFESI BIDAN
Jl. Sawo Manila No.61, RT.14/RW.7, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
Kehamilan tidak diinginkan ini adalah salah satu faktor kematian ibu diindonesia,
Angka Kematian ibu di Indonesia tahun 2017 ada 228 kasus dan menjadi 359 tahun
2018 meningkat sesuai dengan laporan survei demografi kesehatan Indonesia
(SDKI). Alasan kehamilan tidak diinginkan pada pasangan yang sudah menikah
seperti Anak sudah banyak, suami jarang kerja, dan sering mabuk, Ibu masih dalam
kontrak kerja, Ketika informan dalam masa subur, suami selalu tidak mau tahu dan
tidak pernah mau pakai kondom, Umur pasien sudah tua dan anak sudah cukup,
Tidak boleh hamil anak keempat karena sudah tiga kali operasi Caesar, Suami tidak
bersedia menerima kehamilan lagi walaupun anak baru satu, Jarak antara anak
terlalu dekat, Suami baru PHK, dan sering sakit sedangkan gaji isteri kecil, Tidak
sanggup menanggung anak tambahan, kegagalan KB. Kehamilan yang tidak
diinginkan dapat mengakibatkan lahirnya seorang anak yang tidak diinginkan
(unwanted child), dimana anak ini akan mendapat cap buruk sepanjang hidupnya.
Masa depan “anak yang tidak diinginkan” ini sering mengalami keadaan yang
menyedihkan karena anak ini tidak mendapat kasih sayang dan pengasuhan yang
semestinya dari orang tuanya, selain itu perkembangan psikologisnya juga akan
terganggu. Besar kemungkinannya bahwa anak yang tumbuh tanpa kasih sayang
dan asuhan ini akan menjadi manusia yang tidak mengenal kasih sayang terhadap
sesamanya. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan juga dapat memicu
terjadinya pengguguran kandungan (aborsi) karena sebagian besar perempuan yang
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan mengambil keputusan atau jalan
keluar dengan melakukan aborsi, terlebih lagi aborsi yang tidak aman.
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PRODI PROFESI BIDAN
Jl. Sawo Manila No.61, RT.14/RW.7, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
Tidak ada metode kontrasepsi yang sampai saat ini terbukti 100% efektif.
Diperkirakan 8 – 30 juta kehamilan setiap tahunnya merupakan hasil dari kegagalan
kontrasepsi yang tidak konsisten atau tidak benar dalam penggunaan metode
kontrasepsi atau justru karena kegagalan metode itu sendiri (WHO, 2018). Bagi
yang sudah termotivasi untuk tidak memiliki anak lagi dan sudah menggunakan
kontrasepsi tetapi masih juga mengalami kegagalan, biasanya akan mencari jalan
keluar dengan cara aborsi (Mohammad, 2018).
Melihat dari kasus yang saya temukan penyebab kehamilan yang tidak diinginkan
disababkan karena faktor ekonomi dan terlalu banyak anak serta kegagalan KB.
Contoh pada kasus Ny. I yang merupakan ibu rumah tangga dengan penghasilan
suami sebagai buruh tani yang dimana mendapatkan penghasilan pas-pasan dan
memiliki 4 orang anak dengan usia yang berbeda anak paling terakhir berusia
3tahun dan ini merupakan kehamilan yang ke 5 dan ibu menggunakan KB pil
kombinasi. Hal tersebut sesuai teori yang dipaparkan dimana kehamilan yang tidak
diinginkan dapat disebabkan oleh faktor ekonomi dan kegagalan KB sebab KB
yang digunakan Ny. I adalah KB pil bisa saja pasien tersebut lupa meminumnya
dan melakukan hubungan seks secara rutin hingga menyebabkan kehamilan.
Berdasarkan pada kasus tersebut saya menemukan bahwa dalam mendiagnosis
kasus kehamilan tidak diharapkan mengacu pada faktor tersebut dan faktor tersebut
bisa mengakibatkan perubahan penerimaan kehamilan terhadap pasien. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan
seperti, meyakinkan ibu untuk menerima kehamilan, dukungan suami beserta
keluarga dalam penerimaan kehamilan, mendampingi ibu selama proses
kehaamilan, menyiapkan tabungan selama kehamilan untuk persiapan persalinan.
Disamping itu faktor-faktor tersebut mempunyai tujuan tersendiri untuk didiagnosis
menjadi kehamilan tidak diinginkan untuk dilakukan konseling dan pendampingan
terhadap pasien
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PRODI PROFESI BIDAN
Jl. Sawo Manila No.61, RT.14/RW.7, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
Analysis
Dignosis kehamilan tidak diinginkan pada pasangan yang sudah menikah dengan
cara mendapatkan konfirmasi adalah dengan menjalani tes kehamilan. Pasien dapat
melakukan tes kehamilan dengan membeli perangkat tes kehamilan, melakukan
konsultasi dengan dokter, atau mengunjungi klinik perencanaan keluarga. Setelah
pasien dipastikan sedang hamil, pasien harus memutuskan langkah selanjutnya.
Pilihan Anda selanjutnya adalah sebagai berikut : Tetap melanjutkan kehamilan dan
merawat anak, Tetap melanjutkan kehamilan dan memberikan anak untuk diadopsi,
Melakukan aborsi. Menentukan pilihan yang terbaik untuk situasi Pasien mungkin
akan sulit dilakukan. Ada banyak faktor yang akan memengaruhi pilihan. Faktor
tersebut biasanya meliputi situasi keuangan, keseimbangan emosional, kesiapan
untuk merawat anak, agama, dan kepercayaan pribadi. Dalam beberapa kasus,
pendapat dari orangtua, teman, atau anggota keluarga lainnya juga dapat
memengaruhi keputusan. (Aplikasi Hallodoc, 2021).
Secara konseptual, istilah KTD juga bisa diartikan sebagai Kehamilan Tidak
Dikehendaki (Unintended Pregnancy). Kehamilan yang tidak dikehendaki adalah
kehamilan yang terjadi baik karena alasan waktu yang tidak tepat (mistimed) tau
karena kehamilan tersebut tidak diinginkan (unwanted). Ketika seorang perempuan
tidak menginginkan kehamilan ketika terjadi pembuahan (konsepsi), tapi masih
menginginkan kehamilan di masa mendatang, maka kehamilan tersebut bisa
dikategorikan sebagai kehamilan yang terjadi tidak pada waktu yang direncanakan
(mistimed / unplanned). Ketika seorang perempuan tidak menginnginkan
kehamilan yang terjadi dengan berbagai alasan dan tidak ingin ada kehamilan di
kemudian hari, maka kehamilan
tersebut bisa dikategorikan sebagai
kehamilan yang tidak diinginkan
(Unwanted). kehamilan yang
dikehendaki (intended) adalah
kehamilan yang kejadiannya
diinginkan atau kehamilan yang
diharapkan akan terjadi karena sedang
direncanakan. (Guttmacher, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Lisa
Indrian Dini, dkk. Tahun 2012 dengan
penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Status Kehamilan Tidak Diinginkan Terhadap Perilaku Ibu Selama
Kehamilan dan Setelah Kelahiran di Indonesia (Analisis Data SDKI 2012)”.
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PRODI PROFESI BIDAN
Jl. Sawo Manila No.61, RT.14/RW.7, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
Metode penelitian ini adalah analisis data sekunder dari Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Hasil dari penelitian ini adalah ibu yang
mengalami kehamilan tidak diinginkan berpeluang tidak melakukan perawatan
kehamilan 1,79 dibandingkan kehamilan diinginkan; berpeluang sama terhadap
perilaku tidak memberikan ASI eksklusif dan pemberian imunisasi dasar lengkap
yang dipengaruhi oleh status ekonomi. Semakin kaya cenderung melakukan
perawatan kehamilan.
Biran Affandi memperkirakan bahwa kegagalan kontrasepsi di Indonesia dalam
tahun 2014-2015 berkisar antara 558.404 sampai 1.118.561 kasus dari 9.708.089
orang pemakai kontrasepsi. Angka kegagalan tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini (Mohamad, 2015).
Para pemakai kontrasepsi pada dasarnya belum atau tidak ingin hamil lagi,
sehingga dapat dikatakan bahwa kegagalan kontrasepsi mengakibatkan
kehamilan yang sebenarnya tidak diinginkan. Sebagian dari mereka mungkin
ingin meneruskan kehamilannya dan sisanya memutuskan untuk
menggugurkannya. Jumlah kehamilan yang tidak diinginkan akan lebih besar
lagi jika ditambah dengan mereka yang tidak ingin hamil lagi tetapi tidak
menggunakan kontrasepsi sama sekali (Mohamad, 2015).
Kegagalan kontrasepsi dapat menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD). Kasus KTD justru banyak dialami oleh pasangan suami isteri
yang mengalami kegagalan dalam ber-KB. Kegagalan KB kasus KTD juga bisa
dialami oleh mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi dalam 3 bulan terakhir
padahal mereka termasuk aktif secara seksual (kelompok unmet need) (bkkbn,
2010).
Penatalaksanaan kasus terjadinya Kehamilan tidak diharapkan dengan
menyediakan pelayanan konseling dan bimbingan terhadap kasus kehamilan
yang tidak diharapkan agar penderita memiliki dukungan dan jalan keluar
Kegiatan tersebut digelar tidak hanya memberikan informasi ketersediaan
layanan pencegahan dan penanganan KTD berbasis konseling dan kontrasepsi
yang aman.
Conclusion and Action Plan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi KTD pada pasangan sudah menikah adalah. 1) suami
jarang kerja dan sering mabuk 2) Ibu masih dalam kontrak kerja 3) Ketika pasien
dalam masa subur 4) suami selalu tidak mau tahu dan tidak pernah mau pakai
kondom 5) Umur pasien sudah tua dan anak sudah cukup 6) Tidak boleh hamil
anak keempat karena sudah tiga kali operasi Caesar 7) Suami tidak bersedia
menerima kehamilan lagi walaupun anak baru satu 8) Jarak antara anak terlalu
dekat 9) Suami baru PHK dan sering sakit sedangkan gaji isteri kecil 10) Tidak
sanggup menanggung anak tambahan 11) kegagalan KB.
Konseling bagi pasangan suah menikah dalam kasus kehamilan tidak diinginkan
di Klinik Assyifa Cilamaya bahwa konselor akan membantu klien untuk
mengidentifikasi kebutuhannya dan membuat keputusan yang tepat tanpa adanya
tekanan dari siapapun. Konselor mendorong klien untuk mengenali dan
mengembangkan kapasitas pribadi mereka sehingga dapat memahami lebih
efektif permasalahan yang dihadapinya. Berdasarkan basik klien yang seorang
perempuan dan mempunyai karakter yang ingin tahu, terkadang banyak provider
yang menjudge kehamilannya terlalu sering. Klinik Assyifa Cilamaya
memberikan layanan yang ramah dan penuh kasih sayang, yang dimana secara
prevesi lebih terjaga kerahasiaannya dan lebih baik.
Referensi:
Abror, Khoirul. 2015. Hukum Perkawinan dan Percraian. Lampung: Pusat
Penerbitan dan Penelitian LP2M. Hal: 59.
Besral. 2018. “Determinants Of Early Marriage In Indonesia: A Systematic
Review”. International Journal of Science and Health. No. 3.
BKKBN. 2010. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-hak Reproduksi Bagi
Remaja Indonesia. Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hakhak
Reproduksi
Meiandayati, Rini. 2015. “Kejadian Pernikahan Usia Dini Berdasarkan
Karakteristik dan Sosial Budaya di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang Tahun 2014”. Jurnal Sosial dan Budaya. Vol. 1 No. 2.
Montazeri. 2016. “Determinants of Early Marriage from Married Girls‟
Perspectives in Iranian Setting: A Qualitative Study”. Journal of Environmental
and Public Health. ID 8615929, 8 pages.
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PRODI PROFESI BIDAN
Jl. Sawo Manila No.61, RT.14/RW.7, Pejaten Bar., Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12520
Action Plan

Dukungan Suami Selama Masa Kehamilan Tidak Diinginkan

Membahas tentang kehamilan mungkin untuk beberapa perempuan itu adalah


hal yang sangat menyenangkan untuk mendapatkan banyak perhatian dari setiap
orang yang mengetahui jika sedang hamil, tetapi bagaimana jadinya jika kabar
kehamilan malah menjadi sebuah kesedihan dan hal yang tidak diinginkan oleh
beberapa perempuan dikarenakan adanya beberapa faktor seperti masalah
Ekonomi dan tidak adanya dukungan suami. Sebagai mahasiswa profesi bidan
saya menjalani beberapa stase dan ini adalah stase pertama saya tentang pranikah
& prakonsepsi. Pada hari pertama ditempat saya bekerja di Klinik Assyifa
Cilamaya dan juga sebagai tempat penugasan saya. Kehamilan adalah suatu
keadaan di dalam rahim seorang wanita terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum
dan spermatozoa). Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan
fisiologis (Yanti, 2017). Hal tersebut sedang dirasakan oleh pasien saya Ny. I
yang sedang merasakan kehamilan yang ke 4nya. Ketika saya jaga dijam 16.00
WIB tanggal 9 Oktober 2021 pasien datang untuk melakukan pemeriksaan
dikarenakan mengalami keluhan telat haid sudah 1bulan yang lalu, terakhir haid
tanggal 20 Agustus 2021 dan merasakan mual-muntah dipagi hari dan merasakan
adanya perubahan seperti payudara membesar.
Setelah dilakukan observasi lanjutan seperti melakukan test kehamilan,
pemeriksaan TFU sepusat dan
Ballotment (+), ibu sangat
kooperatif dan dapat mengikuti
arahan yang sudah diberikan.
Setelah dilakukan pemeriksaan
dan kemudian didapatkan hasil
pemeriksaan USG dan test
kehamilan bergaris dua dokter
mendiagnosa ibu tersebut postif hamil dengan taksiran usia kehamilan 7minggu.
Pada saat proses pemeriksaan ibu datang dengan suaminya dan didampingi
oleh dokter dan saya beserta rekan saya bidan selama proses pemeriksaan.
Setelah diketahui hamil pasien dan suaminya merasa kaget dan kecewa dengan
hasil pemeriksaan postifi hamil dilihat dari ekspresi wajahnya disebabkan terlalu
banyak anak dan anak terakhir baru berusia 3tahun, kemudian dengan adanya
wabah Covid19 yang dirasa mendapatkan dampak yang lebih berat. Kemudian
saya dan dokter memberikan konseling bahwasanya kehamilan ini harus
dipertahankan dan harus diterima karena rezeky dan titipan yang sudah diberikan
Tuhan dan harus adanya dukungan dari suami dan keluarga terhadap kehamilan
anak ke 5.
Anamnesa yang lebih mendalam perlu dilakukan untuk untuk mencari
penyebab apa yang membuat suami tidak mendukung dengan kehamilan ibu.
Dukungan suami adalah komunikasi verbal dan non-verbal, saran, bantuan yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh suami terhadap ibu hamil didalam
lingkungan sosialnya (Friedman, 2010). Dukungan suami merupakan suatu
bentuk wujud dari sikap perhatian dan kasih sayang. Dukungan dapat diberikan
baik fisik maupun psikis. Suami memiliki andil yang cukup besar dalam
menentukan status kesehatan ibu. Dukungan suami yang baik dapat memberikan
motivasi yang baik pada ibu untuk memeriksakan kehamilannya (Eko, 2011).
Namun rasanya suami dan ibu ini masih sangat kaget dan keberatan dengan hasil
kehamilan anak ke 5nya. Secara umum, asuhan yang saya berikan cukup efektif
dengan mengetahui kehamilan Ny. I dan dukungan dengan memberikan
konseling untuk dapat menerima dan mempertahankan serta meyakinkan suami
untuk mendukung kehamilan istrinya dengan support yang kami berikan.
Menurut kamus program keluarga berencana, kehamilan tidak diinginkan
adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang mengalami
sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan kehamilan.
(BKKBN, 2017). Pada dasarnya keluarga khususnya suami memiliki peran
sangat penting dalam memberikan dukungan kepada istrinya yang berefek pada
kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan ibu dalam menghadapi
kehamilannya. Hal ini juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan
serta kesejahteraan ibu hamil, meringankan rasa sakit dan ketegangan yang
sedang dihadapi dan mengurangi kemungkinan komplikasi yang terjadi
(Labrague et al. 2013). Suami merupakan penyemangat paling diharapkan dan
paling ideal bagi istri (Melo and Brito, 2013). Dukungan dan pendampingan
suami dalam penerimaan kehamilan sangat berpengaruh penting dalam
penerimaan ibu menerima kehamilannya.
Kehamilan tidak diinginkan karena faktor banyaknya anak dan jangka
kelahiran anak diperberat tidak adanya dukungan suami. Kecemasan melibatkan
persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis.
Dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya
(Menurut freud, 2016). Dukungan suami dan pemberian perhatian akan
membantu istri dalam mendapatkan kepercayaan diri dan menghilangkan
kecemasan dan harga diri sebagai seorang istri. Dengan adanya perhatian suami
membuat istri merasa lebih yakin, bahwa ia tidak saja tepat menjadi istri, tapi
juga akan bahagia menjadi calon ibu bagi anak yang dikandungnya (Adhim,
2012). Manajemen pelayanan dengan memberikan support untuk menerima
hadiah dari tuhan sebagai kehamilan ke 5 nya menurut saya sudah sangat baik,
seperti meyakinkan ibu dan suaminya Jika dengan menerima dengan ikhlas
kehamilan ini maka akan dimudahkan jalannya oleh tuhan, meyakinkan suami
untuk mendukung kehamilan istrinya. Dukungan yang diberikan tenaga
kesehatan juga dapat membantu meringankan kecemasan dan stress yang
dihadapi ibu.
Menurut penelitian Widyastuti (2014), kehamilan tidak diinginkan merupakan
suatu kondisi ketika pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari
suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari suatu perilaku
seksual atau hubungan seksual baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Kehamilan tidak direncanakan dapat disebabkan dari perilaku yang tidak sehat
atau kondisi sebelum dan saat hamil seperti korban pemerkosaan, kurangnya
pengetahuan ibu tentang kontrasepsi, banyak anak, usia relative muda, pasangan
tidak bertanggungjawab, hubungan pasangan belum mapan maupun ada
kendalan ekonomi (Saptarini & Suparmi, 2016). Beberapa faktor yang
berhubungan dengan Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) adalah sebagai
berikut (Anggraini dkk, 2018)
Selain itu, peran suami selama kehamilan adalah selalu menjaga kesehatan
sang istri, harus mau memberitahukan istri agar mengikuti pola hidup yang sehat
dengan menghindari berbagai kegiatan yang sangat berbahaya untuk kandungan,
tidak merokok di dekat ibu hamil dan kalau perlu tidak merokok selama istri
mengandung sebab asap rokok sangat tidak baik untuk perkembangan janin,
harus mau menerima semua keluhan istri ketika istri merasa capek, pusing dan
lain sebagainya (Ida Ayu Chandranita Manuaba,2009:91). Dalam proses
kehamilan istri, kepedulian suami itu penting. Perhatian yang diberikan suami
akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologi istri. Perhatian yang diberikan
suami dapat dilihat dari pengetahuan suami yang berkaitan dengan kehamilan
Hal ini merupakan suatu tantangan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan dan keyakinan kepada ibu serta suami, bagaimana pendampingan
terhadap kehamilan tidak diinginkan untuk dapat diterima dengan baik sehingga
peroses kehamilan berjalan lancar sampai persalinan. Suami harus diberikan
pengertian lebih bahwa support yang diberikan sangat membantu kesehatan
mental ibu sehingga berdampak pada keseimbangan hormone yang melancarkan
proses kehamilan dan persalinan dan juga penerimaan ibu. (Labrague et al,
2013).
Proses anamnesa yang baik dan benar akan membantu bidan dalam mencari
akar masalah dalam kasus ini. Komunikasi yang baik juga akan membentuk
hubungan yang baik antara petugas kesehatan, suami dan ibu hamil sehingga
dapat menimbulkan keyakinan, penerimaan kehamilan, dan kepercayaan diri dan
menghilangkan kekhawatiran selama kehamilan. Pemberian edukasi mengenai
pentingnya dukungan dan penerimaan serta support suami dan kelurga terhadap
kehamilan tidak diinginkan pada ibu dan efek postifinya dalam menimbulkan
kontak batin antara pasangan suami istri sehingga akan timbul perasaan saling
menyayangi dan mencintai sehingga melahirkan penerimaan kehamilan sebagai
rasa syukur. Dengan ini diharapkan kehamilan ini dapat dipertahankan dan di
terima dan menimbulkan suami untuk selalu mendukung istrinya dalam
menjalani kehamilan istrinya.
Berdasarkan teori yang ada dan pengalaman yang saya dapatkan dalam kasus
ini jika suatu saat mendapatkan kejadian serupa. Maka saya akan belajar
menggali faktor apa yang menyebabkan kejadian tersebut tidak diterima dengan
baik oleh pasien dan suaminya, kemudian akan memberikan konseling yang
dapat membantu rasa kecemasan dan dapat memotivasi untuk menerima
kehamilan dengan support dan dukungan yang dapat diberikan.

Daftar Pustaka

Aprillia, Y.2011. Pentingnya pendaping Kehamilan. Jakarta: PT Gramedia


Sarana Indonesia.
Labrague, L. J. (2013) ‘Exploring First-Time Fathers’ Feeling and Experiences
during Labor – Delivery of their Parthner / Wife’, 6 (2), pp. 217-227
Dini, L. I., Riono, P., & Sulistiyowati, N. 2016. Pengaruh Status Kehamilan
Tidak Diinginkan Terhadap Perilaku Ibu Selama Kehamilan dan Setelah
Kelahiran Di Indonesia (Analisis Data SDKI 2012). Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 7(2), 119-133.
Elvira, D Sylvia. 2001. Tinjauan Psikologi pada Kehamilan Tidak Diinginkan.
Seminar Gerakan Sayang Kehidupan. Jakarta.
Ikamari, L., Izugbara, C., & Ochako, R. 2013. Prevalence and determinants of
unintended pregnancy among women in Nairobi, Kenya. BMC pregnancy and
childbirth, 13(1), 69

Anda mungkin juga menyukai