Pengalaman kejadian ini saya alami ketika saya sedang melakukan praktik
kebidanan komprehensif saat menjadi mahasiswa semester V program
studi sarjana terapan kebidanan. Tanggal 13 september 2019 saya praktik
di Praktek Mandiri Bidan/PMB Kartiyem yang bertempat di Kulon Progo.
Saat itu ada ibu dalam persalinan kala I fase laten, dimana Ibu baru
pertama kali akan melahirkan. Ibu mengeluh cemas dan khawatir dengan
kehamilannya serta kurang kooperatif (berteriak-teriak merasakan nyeri).
Dengan kejadian seperti itu bidan memberikan support dan dukungan
kepada ibu bersalin, dan membantu persalinan dengan professional
dengan dibantu oleh para mahasiswa. Setelah melewati kala I, II, dan III
dilakukan pengecekan dan ibu mengalami robekan perineum derajat 2.
2. Emosi Pribadi terhadap Kasus
Renungkan kembali situasi yg terjadi
Identifikasi emosi pribadi yg terlibat pd kasus tsb
Tujuan: memperkuat pengalaman yg menyenangkan serta dpt mengatasi
pengalaman yg tdk menyenangkan
4. Analisis
Tulis analisis kasus scr prospektif misal dgn mengkaji berbagai
kemungkinan penatalaksanaan yg berbeda
Gunakan referensi dgn menggunakan pendekatan EBM
Bidan melakukan analisis kasus dengan tepat karena pasien pertama kali
melahirkan dan terihat cemas. Pada kasus diatas bidan memberikan
support dan dukungan terhadap pasien. Hal ini akan berdampak positif
terhadap aspek psikologis pasien yang sedang membutuhkan pelayanan
kesehatan. Aspek yang tidak kalah penting adalah bercemin dengan
kejadian tersebut akan berdampak kepada mahasiswa yang nantinya akan
banyak mewarisi apa-apa yang dilakukan bidan yang diperoleh saat
praktik.
Dalam melakukan tindakan persalinan bidan memiliki kewenangan yang
diatur dalam Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin
Penyelenggaraan Praktik Bidan, dalam Pasal 19 ayat (1) Pelayanan
kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a diberikan
pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa
menyusui, dan masa antara dua kehamilan. Kemudian ayat (2) Pelayanan
kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang meliputi
persalinan normal. Pada ayat (3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan
ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang dalam
melakukan: episiotomi, pertolongan persalinan normal, penjahitan luka
jalan lahir tingkat I dan II, penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan
dengan perujukan, pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga
dan postpartum, dll.
5. Kesimpulan
Adakah tindakan yg berbeda dari yg sudah dilakukan?
Tuliskan kesimpulan hasil analisis berdasarkan referensi yg digunakan
Terhadap kejadian kasus tersebut bahwa komunikasi yang baik diperlukan
dalam membina hubungan antara bidan dan klien. Tindakan yang
dilakukan bidan sudah sesuai dengan wewenang bidan sehingga
penanganan tepat dan efesien.
Berdasarkan kejadian pada kasus tersebut diambil kesimpulan bahwa
kecemasan dalam persalinan pada primigravida merupakan respon
terhadap situasi tertentu yang mengancam, sering kali kecemasan dapat
ditandai dengan perasaan mudah marah, cemas, gugup, kewaspadaan yang
berlebihan, dan perasaan tegang saat menghadapi proses persalinan. Pada
ibu primigravida Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian ruptur
perineum. Pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki resiko
lebih besar untuk mengalami laserasi perineum daripada ibu dengan
paritas lebih dari satu. Hal ini dikarenakan jalan lahir yang belum pernah
dilalui oleh kepala bayi sehingga otot-otot perineum belum meregang
(USU, 2006).
6. Tindak lanjut
Apabila terjadi kasus serupa apa yg akan dilakukan?
Tuliskan rencana saudara bila mendapatkan kasus yg serupa
Apabila terjadi kasus serupa tentunya sebagai calon bidan perlu
menekankan pemahaman dan kemampuan bagaimana melakukan
komunikasi antara bidan dan pasien tentang sikap dan norma-norma etik
dan dalam melakukan tindakan asuhan kebidanan memperhatikan
batasan-batasan dan kewenanangan bidan dan bisa memprediksi kejadian
yang mungkin terjadi.
Rencana apabila mendapatkan kasus yang serupa :
Langkah-langkah yang bisa diambil agar terlaksananya manajemen
asuhan kebidanan yang tepat dan efektif. Selalu melaksanakan
komunikasi terapeutik antara bidan ke klien, melakukan tindakan sesuai
dengan SOP yang tersedia dan selalu menerapkan asuhan sayang Ibu.
Melakukan tindakan sesuai wewenang bidan yang telah diatur dalam
permenkes dan kemenkes.