Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KASUS REFLEKTIF

Disusun untuk memenuhi tugas praktek asuhan kebidanan distase Pra nikah dan pra konsepsi

Oleh : Mahasiswa Profesi Bidan Angkatan -3 kelompok Buleleng

1. Gita Haryantini
2. Hamdia
3. Luh citra dewi
4. Luh Putu Rani Yesinta
5. Ni Made Budi Wahyuni
6. Ni Nyoman Swandeni
7. Nyoman Mandayani
8. Nyoman Musiani
9. Tiar Esti Herlina

Pembimbing : Ni Made Karlina Sumiari Tangkas. S.ST, MH


Yopita Triguno, S.Tr. Keb, M.Tr.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES BULELENG
TAHUN 2021

1
ESSAY REFLEKSI
STASE PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI
Oleh
Profesi Bidan Angkatan -3 Kelompok Buleleng

1. DESKRIPSI
Pada saat memasuki stase pra nikah dan pra konsepsi, sebenarnya saya merasa
kesulitan dalam menemukan sasaran target untuk dilakukan konseling dan pemeriksaan
pra nikah, mengingat akhir-akhir ini jarang sekali ada pasangan pra nikah dan pra
konsepsi alias calon pengantin (catin) yang datang untuk melakukan konseling dan
pemeriksaan pra nikah. sehingga membuat saya tertarik untuk mencari penyebab tidak
adanya pasangan pra nikah dan prakonsepsi (catin) melakukan konseling dan
pemeriksaan pra nikah dan pra konsepsi. Berbekal informasi tentang jadwal hendak
kawin di media sosial Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Buleleng, saya
mendatangi KUA kecamatan Buleleng untuk mencari tahu tentang persyaratan
pernikahan di Kabupaten Buleleng, adapun untuk persyaratan pernikahan tidak harus
melakukan pemeriksaan kesehatan maupun konseling pra nikah itu menjadi salah satu
sebab tidak adanya catin yang memeriksakan kesehatannya, berbeda halnya dengan
didaerah jawa, yang mana salah satu persyaratan untuk menikah adalah surat keterangan
layak menikah atau surat tanda telah melakukan imunisasi TT catin yang dikeluarkan
oleh tempat pelayanan kesehatan, sehingga setiap catin sudah pasti datang ketempat
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan surat itu, dan saat itulah biasanya para nakes
memberikan konseling dan pemeriksaan pra nikah.
Menanggapi kejadian tersebut saya mencoba konfirmasi ke Puskesmas Buleleng
I, dan benar saja bahwa memang akhir-akhir ini tidak ada pasangan catin yang datang
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan atupun untuk konseling pra nikah. Dengan
berbekal data kehendak menikah dari KUA Buleleng kami memutuskan untuk
menghubungi setiap catin yang akan melangsungkan pernikahan dibulan juni dan juli
dengan sistem door to door, dan didapatkan alasan kenapa para catin tidak melakukan
pemeriksaan kesehatan dan konseling yaitu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
pemeriksaan dan konseling pra nikah dan kebanyakan mereka kelahiran diatas tahun

1
1990 yang mana bila kita lakukan skrining TT status TT mereka adalah TT 5, hal ini
sesuai dengan alasan dari pihak Puskesmas Buleleng I yakni karena catin yang akan
melangsungkan pernikahan berstatus TT5, sehingga mereka tidak perlu melakukan
imunisasi TT lagi.
Namun pemeriksaan kesehatan pra nikah tidak semata-mata hanya masalah
imunisasi TT, namun ada banyak hal yg perlu diketahui bagi catin salah satunya yaitu
kesehatan Reproduksi, informasi tentang kehamilan, persalinan dan nifas, pemakaian alat
kontrasepsi dan upaya menjaga keharmonisan keluarga dalam hal ini meliputi kesehatan
mental.
Berdasarkan kejadian diatas penting bagi tenaga kesehatan untuk menjalin atau
mempererat kembali kerjasama lintas sektoral, salah satunya mungkin dengan ikut
mengisi dalam kegiatan kursus catin yang dilakukan KUA buleleng agar upaya untuk
meningkatkan pengetahuan catin untuk melakukan konseling dan pemeriksaan pra
konsepsi tercapai. Sehingga dapat membantu catin dalam melaksanakan tugas
reproduksinya setelah menikah.

2. EVALUASI
a. Sisi positif : mempererat kerjasama lintas sektoral untuk menemui penyebab masalah
dan menemukan metode terbaik untuk tetap bisa memberikan konseling dan
pemeriksaan pada target pra nikah pra konsepsi (catin) dimasa pandemi, dengan
melakukan tindakan jemput bola door to door memberikan konseling lebih terfokus
pada setiap individu, selain itu memberikan waktu yang lebih fleksibel dalam
memberikan konseling
b. Sisi negatif
Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari biasanya, memberikan rasa tidak
nyaman pada catin pada awalnya karena dikira ada permasalahan serius pada catin.

3. ANALISIS

Pemberian konseling dan pemeriksaan prakonsepsi sebenarnya merupakan salah


satu persyaratan wajib bagi pasangan yang akan menikah, hal tersebut dikarenakan tidak
semua orang punya riwayat kesehatan yang baik (KEMENKES RI, 2015).

1
Menurut Green & Keruter (2000) Pendidikan kesehatan merupakan proses yang
menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan, idealnya tes kesehatan
pra nikah dilakukan 6 bulan sebelum dilakukan pernikahan, tetapi tes kesehatan pra nikah
dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung. Upaya kesehatan
terhadap pasangan pranikah yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

Tujuan asuhan pra nikah Menurut Kemenkes (2018), penyelenggaraan pelayanan


kesehatan masa sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk menjamin
kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas,
mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, menjamin
tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi, untuk mempertahankan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman,
dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan lmu pengetahuan dan teknologi

Upaya yang dapat dilakukan seorang individu untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dengan baik adalah dengan melakukan perencanaan dan persiapan. Begitu
pula dalam menyongsong kehidupan pernikahan yang bahagia, akan ada begitu banyak
hal yang harus dipersiapkan oleh seorang calon mempelai baik laki laki maupun
perempuan. Hasil akhir dari persiapan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesiapan,
sehingga pernikahan yang akan dibangun dapat berjalan dengan baik serta tanpa ada
kendala yang berarti. Beberapa kesiapan yang harus dimiliki oleh kedua calon pengantin
diantaranya yaitu; kesiapan fisik, kesiapan mental, dan kesiapan ekonomi. Ketiga hal ini
umumnya menjadi pemicu sebuah ketakutan bagi orang-orang yang hendak memasuki
jenjang pernikahan (Kertamuda, 2009)

Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan


perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta
memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang
dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No. 97
tahun 2014). Menurut KEMENKES (2018) dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang
dimaksud meliputi:

1
a. Pemeriksaan fisik :Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan
tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin
c. Pemeriksaan TORCH, IMS dan HIV
d. Pemeriksaan status imunisasi TT
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap
penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi
ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan.
Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan
penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi
dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang
bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 2.1 Perlindungan status TT
Status TT Interval status TT Lama perlindungan
TT1 Langkah awal
pembentukan
kekebalantubuh
terhadap penyakit
tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 12 bulan setelah TT3 10 tahun
TT5 12 bulan setelah TT4 >25 tahun*)
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.
Pemeriksaan kesehatan bagi pasangan pra nikah sangat penting untuk mengetahui tingkat
kesehatan dari pasangan, jika ditemukan masalah kesehatan maka dapat langsung dilakukan
intervensi untuk pengobatan. Pemeriksaan sebelum menikah atau sebelum hamil khususnya
pada wanita akan mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak. Pemeriksaan
kesehatan sebelum hamil merupakan sesuatu yang sangat penting agar kehamilan berjalan
dengan baik. Kesadaran akan hal ini masih rendah sehingga angka kesakitan dan komplikasi
kehamilan masih sangat tinggi. Dengan pemeriksaan kesehatan beberapa penyakit yang

1
kemungkinan menggangu proses kehamilan dapat dideteksi secara dini sehingga keadaan yang
lebih buruk dapat dihindari.

Belum optimalnya pelaksanaan program pemeriksaan pra nikah dan pra konsepsi disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya hambatan yang berasal dari calon pengantin antara lain karena
kurangnya pengetahuan, takut disuntik, dan persepsi yang salah tentang imunisasi TT yang
dianggap sebagai kontrasepsi. Hambatan dari petugas yaitu masih kurangnya petugas, beban
kerja terlalu banyak, dan terbatasnya petugas yang paham tentang program tersebut serta
kurangnya kerja sama anatara pihak KUA dan pelayanan kesehatan (Sawitri, 2011).

4. KESIMPULAN

Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat
mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa
saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat
melakukan upaya yang maksimal. Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra
berarti sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi
pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau
pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan
hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan
sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Jadi kesehatan pasangan pra nikah
penting sekali untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua
(Zulaekha, 2013).

5. RENCANA TINDAKAN
Rencana tindak lanjut dari kasus tersebut yaitu mempererat lagi kerja sama lintas sektoral
dengan KUA kecamatan Buleleng yaitu dengan cara ikut berkolaborasi pada kursus pranikah
yang biasanya diadakan oleh KUA dengan memberikan pendidikan kesehatan pra nikah dan
pra konsepsi, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan catin tentang kesehatan
reproduksinya.

DAFTAR PUSTAKA

1
BKKBN. 2014. Buku Saku Untuk Calon Pengantin. Jakarta : PT. Reckit Benckiser
Indonesia.

KEMENKES RI. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI

Kertamuda, E. F. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia. Jakarta: Salemba


Humanika.

PMK No. 41 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.

PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan
Kesehatan Seksual.

Sawitri, Ida Farida. 2011. Gambaran Persepsi Petugas Puskesmas dan Petugas Kantor Urusan
Agama (KUA) Dalam Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada calon pengantin
wanita di Kota Tangerang Selatan tahun 2011 (Jurnal). Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah

Zulaekha. 2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bafi “Calon Pengantin” di BP4 KUA Kec.
Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan. Skripsi. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Semarang: Insitut Agama Islam Negeri Walisongo.

Anda mungkin juga menyukai