Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI PADA CATIN Nn “C”
DENGAN PENGETAHUAN KURANG DI BPM HJ. NURANI S.ST
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULELENG I

Disusun untuk memenuhi tugas praktek asuhan kebidanan distase Pra nikah dan pra konsepsi

Oleh : Mahasiswa Profesi Bidan Angkatan -3 kelompok Buleleng

1. Gita Haryantini (NIM 20089152051)


2. Hamdia (NIM 20089152047)
3. Luh citra dewi (NIM 20089152042)
4. Luh Putu Rani Yesinta (NIM 20089152048)
5. Ni Ketut Siya Darmini (NIM 20089152055)
6. Ni Made Budi Wahyuni (NIM 20089152050)
7. Ni Nyoman Swandeni (NIM 20089152029)
8. Nyoman Mandayani (NIM 20089152030)
9. Nyoman Musiani (NIM 20089152049)
10. Tiar Esti Herlina (NIM 20089152041

Pembimbing : Ni Made Karlina Sumiari Tangkas. S.ST, MH


Yopita Triguno, S.Tr. Keb, M.Tr.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES BULELENG
TAHUN 2021

1
Daftar isi

Judul Asuhan Kebidanan.…………………………………………………………… 1


Daftar isi………………………………………………………………………………. 1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………. 2
1.2 Tujuan ……………………………………………………………………………. 3
1.3 Ruang Lingkup …………………………………………………………………… 4
1.4 Manfaat …………………………………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Kajian Teori Kasus……………………………………………………………….. 5
2.1.1 Pengertian Pendidikan Pranikah………………………………………………… 5
2.1.2 Tujuan Asuhan Pranikah………………………………………………………… 6
2.1.3 Kesiapan Pranikah………………………………………………………………. 6
2.1.4 Kesiapan Pelayanan Pranikah…………………………………………………… 6
ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI………………….. 22
PEMBAHASAN……………………………………………………………………… 28
PENUTUP ……………………………………………………………………………. 31
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 33

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Belakakang

Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah menemukan
belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan berusaha
menyatukan ide-ide. Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi. Tentulah persiapan yang
matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk dilakukan.
Saat ini, pendidikan pra nikah belum menjadi prioritas bagi keluarga maupun calon pengantin.
Padahal dalam kursus diajarkan banyak hal yang dapat mendukung suksesnya kehidupan rumah
tangga pengantin baru. Angka perceraian pun dapat diminimalisir dengan adanya pendidikan

pra nikah (Triningtyas, 2017).

Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang
menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Idealnya tes kesehatan pra
nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan tetapi tes kesehatan pra nikah dapat
dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung. Upaya kesehatan terhadap pasangan
pranikah yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pemeriksaan kesehatan bagi
pasangan pranikah sangat penting untuk mengetahui tingat kesehatan dari pasangan, jika
ditemukan masalah kesehatan maka dapat langsung dilakukan intervensi untuk pengobatan.
Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah atau hamil khususnya pada wanita akan mengurangi
angka kesakitan dan kematian ibu dan anak. Pemeriksaan kesehatan sebelum hamil merupakan
sesuatu yang sangat penting agar kehamilan dapat berjalan dengan baik. Kesadaran akan hal ini
masih sangat rendah sehingga angka kesakitan dan komplikasi kehamilan masih sangat tinggi.
Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu proses kehamilan dapat dideteksi secara dini
sehingga keadaan yang lebih buruk dapat cepat dihindari. Jika dalam istilah menikah itu harus
dipersiapkan lahir batin, yang juga harus diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah

2
adalah persiapan kesehatan pasangan. Berdasarkan definisi sehat menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO) adalah 5keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-
mata bebas dari penyakit atau kecacatan (Zulaekha, 2013).

Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat
mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa
saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan
upaya yang maksimal. Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti
sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan.
Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan
atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun
sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu
sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Jadi kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk
mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua (Zulaekha, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul mengenai
“Asuhan Kebidanan Pada Nn. C Umur 22 Tahun Pranikah dan Prakonsepsi dengan Pengatuhan
Yang Kurang di BPM HJ. NURANI S.ST Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng I”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah menjalankan Praktek Klinik Kebidanan (PKK), mahasiswa profesi


diharapka mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada masa pranikah dan
prakonsepsi dengan melibatkan keluarga dan masyarakat sesuai dengan kode etik profesi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Mampu melakukan pendidikan kesehatan pranikah dan prakonsepsi

2) Mampu melalukan konseling pranikah dan prakonsepsi

3
3) Mampu menganalisa asuhan kebidanan pada Ny. C secara Komprehensif

4) Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi secara holistic,
komprehensif dan berkesinambungan yang didukung kemampuan berpikir kritis dan
rasionalisasi klinik dan reflektif.

5) Mampu melakukan pendokumentasian asuhan pelaporan pelayanan kebidanan sesuai


kode etik profesi (pranikah dan prakonsepsi)

1.3 Ruang Lingkup


1) Lokasi dan Waktu :
Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Laporan Komprehensif ini adalah
di BPM HJ.NURANI, S.ST, wilayah kerja Puskesmas Buleleng I sedangkan waktu dan
penyusunan Laporan Komprehensif di mulai tanggal 1-14 Juli 2021
2)Subjek Laporan Kasus :
Subjek yang diambil untuk penyusun Laporan Komprehensif ini adalah Nn. C umur 22
Tahun Pranikah dengan Pengetahuan Yang Kurang
3)Teknik/Cara Pengumpulan Data :
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara tekhnik wawancara dan
observasi

a. Wawancara

Teknik ini dilakukan melalui anamnesis dengan pasien, keluarga dan petugas kesehatan
lainnya dilibatkan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan
pasien yang akan dijadikan sebagai bahan laporan,sehingga diperoleh data yang akurat.
Wawancara dalam tugas akhir ini yaitu melakukan anamnesa pada ibu.

b.Observasi
Melaksanakan observasi langsung pada Nn. C dengan cara memeriksa fisik.
c. Studi Kepustakaan

4
Membaca dan mempelajari buku - buku sumber, makalah ataupun jurnal yang dapat
dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan kasus yang diambil. Studi
kepustakaan dalam tugas ini diambil dari buku - buku sumber dan jurnal

1.4 Manfaat
2.1.2Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil laporan komprehensif ini untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dan upaya-
upaya penyuluhan kepada masyarakat khususnya pada Pranikah dan Prakonsepsi untuk
diberikan asuhan secara komprehensif.

2.1.2Bagi Institusi Pendidikan


Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan untuk
menambah pengetahuan khususnya untuk program study Profesi Kebidanan di STIKES
Buleleng
2.1.2Bagi Penulis
Hasil laporan komprehensif ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan, dan
bertanggung jawab dalam mengambil kasus, tindakan, memberikan pelajaran tersendiri
dalam mengasah kemandirian ketika menyikapi pasien, mampu belajar meyakini seseorang
ketika memberi penjelasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada Pranikah dan
Prakonsepsi.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kajian Teori Kasus


2.1.1 Pengertian Pendidikan Pra Nikah

Menurut George F. Kneller sebagaimana yang dikutip oleh Helmawati dalam


bukunya yang berjudul “Pendidikan Keluarga; Teoritis dan Praktis” memberikan
penjelasan mengenai pendidikan dalam arti secara luas dan secara sempit. Pendidikan
dalam arti luas dijelaskan sebagai suatu tindakan dan pengalaman seseorang yang dapat
mempengaruhi perkembangan kemampuan jiwa, fisik serta wataknya. Adapun pendidikan
dalam arti sempit menurut George ialah sebuah proses mengubah (mentransformasi)
pengetahuan, nilai, serta keterampilan dari suatu generasi ke generasi setelahnya yang
diwariskan oleh masyarakat melalui lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal
seperti sekolah, perguruan tinggi dan sebagainya (Kertamuda, 2009).

Pra nikah tersusun dari dua kata yaitu “pra” dan “nikah”, kata “pra” sebagaimana
yang tercantum di dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah sebuah awalan yang
memiliki makna “sebelum”. Sedangkan kata “nikah” diartikan di dalam “Kamus Besar
Bahasa Indonesia” ialah sebagai sebuah ikatan atau perjanjian (akad) perkawinan antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
hokum Negara dan agama.

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan


adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk
perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU
No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong
anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis
dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria

6
(BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad
perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).

2.1.2 Tujuan Asuhan Pranikah

Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa sebelum


hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:

a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas;

b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;

c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi; dan

d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembanganilmu
pengetahuan dan teknologi.

2.1.3 Kesiapan Menikah

Upaya yang dapat dilakukan seorang individu untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dengan baik adalah dengan melakukan perencanaan dan persiapan. Begitu
pula dalam menyongsong kehidupan pernikahan yang bahagia, akan ada begitu banyak
hal yang harus dipersiapkan oleh seorang calon mempelai baik lakilaki maupun
perempuan. Hasil akhir dari persiapan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesiapan,
sehingga pernikahan yang akan dibangun dapat berjalan dengan baik serta tanpa ada
kendala yang berarti. Beberapa kesiapan yang harus dimiliki oleh kedua calon pengantin
diantaranya yaitu; kesiapan fisik, kesiapan mental, dan kesiapan ekonomi. Ketiga hal ini
umumnya menjadi pemicu sebuah ketakutan bagi orang-orang yang hendak memasuki
jenjang pernikahan (Kertamuda, 2009).

7
2.1.4 Pelayanan Kesehatan Pranikah

Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam Peraturan


Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam buku saku
kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi penyuluhnya yang
dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota
telah menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan, sarana, prasarana, dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang telah
ditentukan. Di Surabaya telah diatur dalam Surat Edaran Walikota Surabaya perihal
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), beberapa kegiatan program pendampingan
1000 HPK yang berkaitan dengan pranikah adalah dengan pemeriksaan kesehatan calon
pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta penyuluhan kesehatan
reproduksi calon pengantin.

Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan


perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta
memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami sebagaimana yang
dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan usia subur(PMK No. 97
tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana yang
dimaksud meliputi:

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda


vital(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status anemia).
Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung Indeks Masa
Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang, sebagai berikut:

BB(kg)
IMT = 2
TB m

8
Keterangan:

BB = Berat Badan (kg)

TB = Tinggi Badan (m)

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai berikut :
Status gizi Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0
Kelebihan BB tingkat berat >27
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.

Jika seseorang termasuk kategori :

1) IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.

2) IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).

Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita Usia
Subur (WUS) usia 15 – 45 tahun adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA
WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau
dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai
risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2014).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012) memberikan hasil


bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan makan yang menyebabkan

9
terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan dengan status gizi. Hal
ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada kelompok subjek yang tidak
puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok subjek
yang puas. Responden yang tidak puas terhadap citra tubuhnya cenderung memiliki
status gizi lebih, sehingga pada kelompok subjek dengan status gizi lebih rata-rata
asupan makannya malah cenderung lebih rendah. Pengambilan data mengenai citra
tubuh dan asupan makan memiliki kerangka waktu (time frame) yang sama yaitu dalam
1 bulan terakhir, sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh terhadap asupan makan
dapat terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya menekankan pentingnya
status gizi yang baik untuk mempersiapkan kehamilan di masa yang akan datang.

b. Pemeriksaan Penunjang

Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas


pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang diuraikan
sebagai berikut (Kemenkes, 2015):

1) Pemeriksaan darah rutin

Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan hemoglobin


untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia didefinisikan sebagai
berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin,
hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO anemia adalah
kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia
adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada
wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan
keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012). Anemia
defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah satu masalah masalah kesehatan
gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini
program nasional menganjurkankombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat
untuk profilaksis anemia (Fatimah, 2011).

10
c. Pemeriksaan darah yang dianjurkan

Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah endemis),


hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella, ciromegalovirus, dan
herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai dengan
indikasi.

1) Pemeriksaan gula darah

Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat mempengaruhi
fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe 1), meningkatkan risiko
mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia
urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis yang berpengaruh
dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan
lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu diabetes juga
berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti meningkatnya
kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia, dan
infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia,
hipoglikemia, neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).

2) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus hepatitis B,
ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin yang dapat berkembang
menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis B adalah
terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit, mual, muntah, kehilangan
nafsu makan, penurunan berat badan, dan demam. Dampak hepatitis B pada
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature, dan IUFD. Dapat
dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan menghindari hal-hal yang menularkan
hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis B melalui darah atau cairan
tubuh yang terinfeksi, hubungan seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan
jarum sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan dari ibu hamil
penderita hepatitis B ke janinnya.

11
3) Pemeriksaan TORCH

Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii, rubella,


cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV II). Dapat ditularkan
melalui konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan tidak dimasak
dengan sempurna atau setengah matang, penularan dari ibu ke janin, kotoran yang
terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing, kelelawar,burung). Dampak TORCH bagi
kesehatan dapat menimbulkan masalah kesuburan baik wanita maupun laki-laki
sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko
keguguran, kecacatan pada janin seperti kelainan pada syaraf, mata, otak, paru,
telinga, dan terganggunya fungsi motorik.

4) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)

Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit


yang tergolong dalam IMS seperti sifilis, gonorea, klamidia, kondiloma
akuminata, herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-lain. Gejala umum
infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:

1) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan gatal

2) Gatal di sekitar vagina dan anus

3) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau anus

4) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan


dengan menstruasi

5) Keluar darah setelah berhubungan seksual

6) Demam

Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:

1) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing

12
2) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan selangkangan
paha

3) Pembengkakan dan sakit di buah zakar

4) Gatal di sekitar alat kelamin

5) Demam

Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menutun, mudah


tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di luar kandungan, cacat
bawaan janin, kelainan penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks, dan
kanker organ seksual lainnya.

5) Pemeriksaan HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang dan


melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi sehingga tubuh
mudah tertular berbagai penyakit. AIDS (Acquire Immuno Deficiency
Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda penyakit akibat menurunnya
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Seseorang yang menderita HIV,
tiak langsung menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV
di dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma, cairan
vagina, dan air susu ibu). Cara penularan HIV melalui:

1) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.

2) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang sudah


terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).

3) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan dapat


terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat menyusui.

4) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi HIV.

Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapat pada
pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesame jenis kelamin), dan

13
penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan penularan HIV – AIDS dapat
dilakukan dengan ABCDE yaitu:

a) Abstinence (tidak berhubungan seksual)

b) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)

c) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku


seksualberisiko)

d) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti narkotika, zat


adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato) dengan siapapun.

e) Education (membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS)

d. Pemeriksaan urin rutin

Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan
mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.

e. Pemberian imunisasi

Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan


terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk
melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus
toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar
dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status
T5saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus
toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.

Tabel 2.1 Perlindungan status TT


Status TT Interval status TT Lama perlindungan
TT1 Langkah awal
pembentukan
kekebalantubuh
terhadap penyakit
tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun

14
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 12 bulan setelah 10 tahun
TT3
TT5 12 bulan setelah >25 tahun*)
TT4
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.

Tabel 2.2 Skrining imunisasi TT


No Riwayat imunisasi TT Pernah/ tidak Kesimpulan status TT
dimunisasi
DPT/DPT-HB/Dt/
Td/TT
A Riwayat imunisasi DPT-HB
saat bayi:
Bayi yang lajir mulai tahun
1990 status TTnya dihitung
TT2
B Riwayat BIAS
1 Untuk WUS yang
lahir antara 1973 s.d
1976
a. Kelas 6 (2 dosis)
2 Untuk WUS yang
lahir antara 1977 s.d
1987
a. Kelas 6 ( 2dosis)
b. Kelas 6 (2 dosis)
3 Untuk WUS yang
lahir tahun 1988
Kelas 1
Kelas 5
Kelas 6

15
4 Untuk WUS yang
lahir tahun 1989
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
5 Untuk WUS yang
lahir 1990
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
d. Kelas 5
e. Kelas 6
6 Untuk WUS yang
lahir 1991
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
7 Untuk WUS yang
lahir 1992 s/d
sekarang
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
C Saat Calon Pengantin
D Saat Hamil
a. Hamil 1
b. Hamil 2

16
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain-lain (kegiatan
kampanye/ Ori Difteri)
contoh : saat SMA tahun
2003-2005, dan akselerasi
WUS di Bangkalan dan
Sumenep (2009-2010) Ori
Difteri 2011, Sub PIN
Difteri 2012
Sumber: Kemenkes, 2014.

Keterangan tabel:

a. Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan yang diajukan hanya
pada riwayat calon pengantin (C), Hamil (D), dan lain-lain (E).

b. Vaksinasi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977 s.d sekarang

c. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984 – 1997: kelas 1 laki-
laki dan perempuan (DT 2 dosis) dan kelas 6 perempuan

d. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998 – 2000: kelas 1 (DT)

s/d 2 – 6 (TT)

e. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 2001 – sekarang: kelas 1, 2,


dan 3.

f. Vaksinasi catin dan ibu hamil (2 dosis) dimulai sejak tahun 1984 s/d 2000 –
tahun 2001 s/d sekarang harus diskrining terlebih dahulu

g. Interval minimal pemberian TT: TT 1 ke TT 2 = 4 minggu, TT 2 ke TT 3 = 6


bulan, TT 3 ke TT 4 = 1 tahun, TT 4 ke TT 5 = 1 tahun.

f. Suplementasi gizi

Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui


penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta

17
defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang
dan tablet tambah darah.

g. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah

Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah, konseling


edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan pernikahan.
Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling yang diberikan kepada
calon pasangan untuk mengenal, memahami dan menerima agar mereka siapsecara
lahir dan batin sebelum memutuskan untuk menempuh suatu perkawinan
(Triningtyas, dkk, 2017).

Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan

kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan rencana


pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor untuk membuat
keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan penyesuaian di
kemudianhari secara baik (Latipun, 2010).

Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage counseling)


merupakan upaya membantu pasangan calon pengantin. Konselig pernikahan ini
dilakukan oleh konselor yang professional. Tujuannya agar mereka dapat
berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara
yang saling menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi
berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota
keluarganya (Willis, 2009). Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk
pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu
pasangan agar saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara
sehat, saling menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi yang
baik (Kertamuda, 2009).Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu
calon pasangan suami istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon suami
istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam
perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan sepakat
untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius (pernikahan). Anggota

18
keluarga calon suami istri yaitu individu-individu yang mempunyai hubungan
keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri (Zulaekha, 2013).

Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum


memasuki jenjang pernikahan meliputi:

1) Kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu
mengetahui mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk menjalankan
proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman. Catin perempuan akan
menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas. Catin laki-laki akan menjadi
calon ayah yang harus memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung
kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai
risiko masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan
lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan pemakaian alat
kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih rentan secara sosial
maupun fisik terhadap penularan infeksi menular seksual. Laki-laki dan
perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga
kesehatan reproduksi.

2) Hak dan kesehatan reproduksi seksual

Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan yang
berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak inii menjamin setiap
pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak serta untuk

19
memperoleh informasikesehatan reproduksi. Informasi yang perlu diketahui
antara lain:

a) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.

b) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindung dari


infeksi menular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan infeksi saluran
reproduksi (ISR), serta memahamicara penularannya, upaya pencegahan,
dan pengobatan.

c) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif, terjangkau,


dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa paksaan serta mengetahui
dan memahami efek samping dan komplikasi dari masing-masinng alat
dan obat kontrasepsi.

d) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan


reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat
dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas, serta memperoleh bayi
yang sehat.

e) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang, saling
menghargai dan menghormati pasangangan, serta dilakukan dalam
kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan,
ancaman, dan kekerasan.

Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain :

a. Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas

b. Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena


berisiko dalam penularan penyakit dan merusak organ reproduksi.

3) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi

Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara laki-laki
dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki

20
dan perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat, kepercayaan
atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu dan kondisi
(kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan
kemampuan personil mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh
stereotip, peran gender yang kaku. Penerapan kesetaraan gender dalam
pernikahan:

a. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat

saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya:

Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara bersama

dan tidak memaksakan ego masing-masing

1. Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga, pengasuhan,


dan pendidikan anak.

2. Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan.

3. Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif

b. Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah ini:

1. Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak rambut,


menyudut dengan rokok, melukai, dan lain-lain)

2. Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-komentar yang


merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-lain)

3. Kekerasan seksual

4. Penelantaran rumah tangga.

4) Cara merawat organ reproduksi

Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan


perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:

a. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.

21
b. Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.

c. Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.

d. Menggunakan celana yang tidak ketat

e. Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.

Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:

a. Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan menggunakan


air

bersih dan dikeringkan.

b. Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena dapat


membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu tumbuhnya jamur.

c. Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya serap


tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi,
ganti pembalut sesering mungkin.

d. Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta keluhan
organ reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:

a. Menjaga kebersihan organ kelamin

b. Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang


menutup penis.

c. Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

22
ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 7 Juni 2021
Pukul : 10.15 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Hj. Nurani
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama : Nn. C Nama : Tn. E
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Madura
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl.Hasanuddin Alamat : Jl. Hasanuddin
No.Telp : 081870560xxx

2. Alasan datang
Konseling persiapan pernikahan
3. Keluhan Utama
Tidak ada
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 28- 30 hari/bulan, teratur, lama ±3-5 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 4 kali/hari 3 hari awal pertama, hari berikutnya 2-3 kali
ganti pembalut
d. Dismeorhe : Tidak ada.
e. HPHT : 20 Mei 2021

23
f. Fluor Albus : kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak gatal, tidak
berbau
5. Penyuluhan yang Pernah Didapat
Kedua calon pengantin belum mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi pranikah dan
perencanaan kehamilan
6. Riwayat Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,
asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC, belum pernah melakukan pemeriksaan hepatitis,
IMS dan HIV/AIDS, dan golongan darah
Status TT5 (SD Kelas 1, 2 dan 3).
b. Catin Laki-laki : Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,
asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC), belum pernah melakukan pemeriksaan hepatitis,
IMS dan HIV/AIDS dan golongan darah.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Catin Wanita : Almarhum Ayah menderita hipertensi dan DM
b. Catin Laki-laki : Ibu menderita DM
8. Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak ada
b. Catin Laki-laki : Tidak ada
9. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi, ayam, telur,
daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur (khususnya Nn. C). Minum air putih 8-9
gelas sehari, suka mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan kopi. Tidak ada
pantangan/alergi makanan
b. Eliminasi
Catin wanita : BAB 1 kali sehari, warna kuning khas, tidak ada keluhan sakit saat
BAB. BAK 3-4 kali sehari, tidak ada keluhan saat berkemih
Catin Laki-laki: BAB 1 kali sehari. BAK 3-4 kali sehari, tidak ada keluhan saat berkemih
c. Istirahat : jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam
d. Aktivitas

24
Catin wanita : Mengejakan pekerjaan rumah tangga
Catin laki-laki : Bekerja selama 8 jam
e. Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2-3
kali/hari atau setiap kali basah. Setelah BAK atau BAB tidak dikeringkan menggunakan
tisu / handuk.
f. Riwayat Pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal
 Catin Wanita : pernikahan yang pertama, dan belum pernah melakukan hubungan
seksual
 Catin Laki-laki : pernikahan yang pertama, dan belum pernah melakukan hubungan
seksual
g. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua calon pengantin
mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan belum siap untuk hamil setelah
menikah, ingin menunda kehamilan selama 1- 2 tahun.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum Catin wanita Catin laki-laki
Keadaan umum Baik Baik
Kesadara Composmentis Composmentis
Antropometri BB : 50 kg BB : 62 kg
TB : 155 cm TB : 168 cm
IMT :20,8 IMT : 22
LILA : 25 cm TD : 120/80 mmhg
TD :120/80 mmhg N : 88x/ mennit
N : 80 x/ menit RR : 22x/ menit
RR : 20 x/ menit S : 36,7ᵒ C
S : 36,7ᵒ C
2. Pemeriksaan Fisik Catin wanita Catin laki-laki
a. Postur tubuh Normal Normal

25
b. Wajah wajah tidak pucat, tidak ada wajah tidak pucat, tidak ada
kelainan yang berkenaan kelainan yang berkenaan
dengan genetic seperti dengan genetic seperti
sindrom down sindrom down

c. Mata Konjungtiva merah muda, Konjungtiva merah muda,


sclera putih sclera putih
d. Mulut Bibir lembab tidak pucat Bibir lembab tidak pucat
e. Leher Tidak ada pembesaran Tidak terkaji
kelenjar tiroid
f. Dada Simetris Tidak terkaji
g. Abdomen Tidak dilakukan Tidak terkaji
h. Genitalia Tidak dilakukan Tidak terkaji
3. Piemeriksaan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
penunjang

II. ANALISIS
Nn. C usia 22 tahun Pranikah dan Prakonsepsi dengan Pengatuhan Yang Kurang

III.PENATALAKSANAAN
Tanggal : 7 Juni 2021
Pukul : 10.40 WITA
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa secara umum keadaan
mereka baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Menjelaskan kepada catin perempuan dan laki-laki mengenai pernikahan ideal, dimana
kehidupan keluarga harus didasari rasa kasih sayang, saling menghargai, dan menghormati
pasangan.

26
3. Menjelaskan kepada catin perempuan untuk segera merencanakan kehamilannya, karena
usianya saat ini sudah tergolong normal untuk bisa mengandung/memproduksi, dimana usia
tersebut organ reproduksi sudah/dalam keadaan matang. Sehingga disarankan untuk segera
hamil dan tidak menunda kehamilan.
4. Menjelaskan kepada catin jika sudah hamil dan bersalin segera menggunakan Kontrasepsi
untuk menjarakkan usia kehamilan agar mengurangi resiko terjadinya jarak kehamilan yg
terlalu dekat dan terlalu banyak anak yang dapat menggangu organ reproduksi.
5. Menjelaskan kepada catin mengenai dampak kehamilan terlalu dekat yaitu memiliki dampak
antara lain kesulitan dalam persalinan, hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia),
keguguran, perdarahan, dan resiko panggul sempit. Serta menganjurkan catin untuk
menghindari 4 Terlalu dalam kehamilan yaitu teralu muda (<20 tahun), terlalu tua (>35
tahun), terlalu dekat jarak kehamilan (<2 tahun), dan terlalu banyak anak (>3 anak).
6. Menjelaskan kepada catin perempuan bahwa keputihan yang dialami merupakan keputihan
yang fisiologis. Menganjurkan klien untuk sering mengganti celana dalam, menggunakan
celana dalam dengan bahan yang gampang menyerap keringat seperti berbahan cutton, tidak
perlu menggunakan cairan pembersih genitalia untuk menjaga tingkat keasaman normal
vagina dan tidak perlu menggunakan pantyliner untuk mencegah agar vagina tidak lembab.
7. Menjelaskan kepada kedua catin bahwa keduanya memiliki risiko terkena DM dan catin
perempuan memiliki lebih besar risko mengalami hipertensi dikarenakan catin perempuan
memiliki keturunan penyakit hipertensi serta kedua calon memiliki keturunan penyakit DM
dan dampak buruk dari hipertensi dan diabetes mellitus.
8. Menganjurkan kedua catin menjaga pola makan seimbang, mengurangi makanan yang
mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi makanan
cepat saji, mencegah stress berlebihan, melakukan olahraga secara rutin, dan kontrol
kesehatan secara rutin dikarenakan kedua catin berisiko mengalami DM dan khususnya catin
wanita berisiko mengalami hipertensi.
9. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status imunisasi TT saat ini sudah TT5 atau lengkap
yang masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum >25 tahun atau seumur hidup,
sehingga catin wanita tidak perlu diberikan suntik imunisasi TT lagi.

27
10. Menganjurkan catin untuk mengurangi konsumsi kafein (batas mengkonsumsi kafein
sebanyak 200 miligram/hari), seperti teh dan kopi, yang dapat memperburuk kesehatan
menjelang persiapan kehamilan
11. Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang kaya
zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan, ikan, dan
daging ayam, serta mengandung asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau
minum susu yang terdapat kandungan asam folat. Selain itu, catin perempuan juga penting
mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Aturan minum TTD bagi catin perempuan yaitu
diminum secara teratur 1 tablet setiap minggu, TTD diminum setelah makan dengan air
putih/jus buah tidak dengan teh, kopi, dan susu.
12. Menjelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi/ KB yang berguna dalam merencanakan kehamian
dengan mengatur kapan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak,dan anak.
13. Menganjurkan kedua catin untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.
14. Memberitahukan kepada catin untuk melakukan rapidtes sebelum pernikahan dilakukan dan
memberitahu kepada tamu undangan untuk melakukan rapidtes dan tidak lupa menggunakan
masker selama acara berlangsung, sesuai dengan protocol pemerintah saat ini.
16. Melakukan pendokumentasian.

28
PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pada kasus ini Nn. C dan Tn. E sedang melakukan persiapan pernikahan. Berdasarkan
pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn. C berusia 22 tahun dan Tn. E berusia 25 tahun.
Menurut BKKBN (2017), umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25
tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria. Dan, umur Nn. C sudah memasuki umur
ideal yang matang secara biologis dan umur Tn. E termasuk usia yang sudah sangat matang.
Sehingga sehingga disarankan untuk rencana kehamilan agar tidak terjadi komplikasi pada Nn. C
dan janin nantinya jika kehamilan terlalu lama ditunda sehingga dapat menyebabkan kehamilan
terlalu dekat untuk kehamilan berikutnya. Maka masalah yang terdapat dalam kasus ini yaitu
pengetahuan yang kurang tentang kematangan/pertumbuhan organ reproduksi, serta
menimbulkan kecemasan ketidaksiapan menjadi orang tua. Sehingga perlu dilakukan antisipasi
penatalaksanaan yaitu pemberian KIE resiko penundaan kehamilan dan resiko terlalu dekat usia
kehamilan.
Riwayat psikososial didapatkan bahwa kedua calon pengantin sudah siap secara mental
untuk menikah dan tetapi belum siap untuk hamil setelah menikah, bahkan ingin menunda
kehamilan. Keputusan yang dibuat oleh kedua calon pengantin masih belum tepat dan harus
segera dilakukan perencanaan kehamilan, karena usia Nn. C saat ini sudah 22 tahun dimana
menurut teori dalam buku Ilmu Kandungan oleh Prawirohardjo (2010) mengatakan bahwa usia
reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Hal ini
dikarenakan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah yang memicu terjadinya berbagai
komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Begitupun pria, disarankan untuk
menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi,
volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengalami penurunan kualitas sehingga
meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa calon pengantin wanita memiliki siklus haid 27
– 33 hari teratur tiap bulan, lama sekitar 4 – 5 hari, ada nyeri haid 1 – 2 hari tapi tidak
mengganggu aktivitas, dan nada nyeri pinggang dan mood swing 1-2 hari sebelum menstruasi.
Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang
memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati & Misaroh, 2009). Sedangkan untuk lama

29
menstruasi normalnya berlangsung 3-7 hari (Ramaiah, 2006), sementara itu menurut Proverawati
dan Misaroh (2009) lama mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari.
Dengan demikian tidak ada gangguan pada Nn. C terkait menstruasi. Bila ditemukan gangguan
menstruasi, baik siklus, lama menstruasi, nyeri haid berlebihan, maka dapat berakibat pada
gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Adapun fluor albus yang kadang-kadang
dialami Nn. C memiliki sifat bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak gatal, tidak berbau
merupakan fisiologis atau normal. Sebagaimana diungkapkan oleh Saifuddin (2010) bahwa
keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna,
dan gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.

Riwayat kesehatan keluarga ditemukan bahwa ayah Nn. C memiliki riwayat penyakit hipertensi
dan diabetes mellitus, begitupun ibu Tn. E memiliki penyakit diabetes melitus. Beberapa
penyakit yang dapat diturunkan ialah hipertensi dan diabetes mellitus. Sebagian besar wanita
dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat.
Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah menghindarai penggunaan penghambat ACE dan
antogonis reseptor angiotensin. Wanita harus diberi pendidikan kesehatan tentang risiko
pereeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin. Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan masalah gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek samping obat
(Varney, 2007). Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko hipertensi dan diabetes mellitus
diharapkan keturunan penderita dapat melakukan pencegahan dengan modifikasi diet/gaya
hidup, seperti pola makan seimbang, olahraga rutin, menghindari stress, olahraga rutin, dan cek
kesehatan secara rutin sehingga dapat terhindar dari hipertensi dan diabetes mellitus maupun
komplikasinya (Kemenkes, 2014).
Oleh karena itu, kedua catin dianjurkan untuk pola makan seimbang, mengurangi
makanan yang mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi
makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan, menghentikan kebiasan merokok, melakukan
olahraga secara rutin, dan kontol kesehatan secara rutin.
Pada data objektif, Nn C memiliki IMT 20,8 kg/m2 dan Lila 25 cm yang termasuk dalam
kategori normal. IMT normal ialah 18,5 – 25 kg/m2 (Depkes, 2011). Sedangkan, ambang batas
LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau IMT <
18,5 kg/m2 , artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK atau gizi kurang, dan diperkirakan

30
akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014). Status nutrisi
pada wanita pranikah perlu dikaji karena berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan
makan, dan mengembangkan kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu
mempertahankan kesehatan sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010). Jika IMT > 30 kg/m2 ,
dapat meningkatkan komplikasi pada kehamilan seperti preeklamsi, diabetus gestasional,
kelainan kongenital,persalinan preterm, dan lain-lain (Lisa, dkk, 2015).
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia
adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria
ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. Anemia merupakan
tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari
penyebabnya (Oehadian, 2012). Pemeriksaan ini dilakukan untuk deteksi dini ada /tidaknya
penyakit menular seksual yang nantinya dapat ditularkan kepada janin jika ibu berencana untuk
hamil. Sesuai dengan panduan dari CDC (center for Disease Control and Prevention) US bahwa
deteksi dini HIV dapat rutin pada wanita dengan sex tidak aman, dan semua wanita yang tidak
memiliki risiko virus HIV, sedangkan untuk deteksi dini hepatitis B dilakukan pada wanita yang
memiliki risiko, dan belum pernah vaksin. Penyakit HIV dan hepatitis B dapat ditularkan saat
didalam kandungan melalui aliran darah plasenta yang dapat menyebabkan abortus spontan,
IUGR, kelainan kongenital (Lisa, dkk,2015).
Keterampilan dasar prakonsepsi, KB, dan ginekologi yang terdapat dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan sudah sesuai
dengan penatalaksanaan pada kasus Nn. C akan tetapi ada kesenjangan dalam penatalaksanaan
khususnya pemeriksaan laboratorium untuk catin. Dalam KMK No.369 tahun 2007 terdapat
keterampilan dasar berupa pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi
kehamilan yang sehat.
Sementara itu, pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasangan tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan Hb dan golongan darah. Hal ini terdapat
kesenjangan dikarenakan alat pemeriksaan yang terbatas dan dilakukan pada ibu hamil usia
kehamian trimester I dan II. Sehingga tindakan dalam penatalaksanaan dilakukan yaitu
pemberian pendidikan kesehatan mengenai Hb normal dan untuk catin perempuan dianjurkan

31
untuk mengkonsumsi Tablet Tambah Darah, serta mengkonsumsi makanan kaya zat besi dalam
perencanaan kehamilan nantinya, dan memberikan penkes tentang pemeriksaan deteksi dini
mengenai penyakit menular.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan analisis
terhadap Nn. C dan Tn. E yaitu pasangan usia subur dengan persiapan pernikahan dan penundaan
kehamilan. Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn C diantaranya dengan pemberian konseling
pranikah yang didalamnya meliputi tentang kesehatan reproduksi, khususnya penundaan
kehamian dengan usia minimal 20 tahun, persiapan kehamilan dan masa subur. Pengetahuan
tentang penundaan kehamilan dan masa subur pada pasangan calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan sangatlah penting. Karena dengan menunda kehamilan muda dapat
mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan janin, serta pada pemberian penkes mengenai
masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum
yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka
dimungkinkan terjadi kehamilan (Indriarti, dkk, 2013).
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar
wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status
T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat
dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin (Kemenkes, 2017). Berdasarkan
tahun kelahiran Nn. C yakni tahun 1999 dan mengaku selalu ikut imunisasi yang diadakan saat
SD yakni kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 yang masing-masing diberikan 2 dosis imunisasi (5 dosis),
sehingga status imunisasi TT Nn. C adalah TT5 atau lengkap dengan perlindungan > 25 tahun
atau seumur hidup.
Persiapan kehamilan lainnya yakni dengan menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
asam folat seperti sayur hijau, susu mengandung asam folat, serta mengkonsumsi makanan kaya
zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran hijau tua,kacang-kacangan,ikan. Berperan dalam
perkembangan sistem saraf pusat dan darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir
dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat
yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah
kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi (BKKBN, 2014).

32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Nn. C usia 22 tahun dan Tn. E usia 25 tahun merupakan calon pengantin. Keputusan untuk
menunda kehamilan setelah menikah merupakan keputusan yang belum tepat mengingat usia
Nn. C sudah 22 tahun, merupakan usia yang tepat yakni ideal dan matang secara biologis dan
psykologis untuk kehamilan sehingga perlunya perencanaan kehamilan segera karena usia Nn. C
sudah mencukupi/sudah layak.
Hasil analisis dari kasus ini berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif pada
Nn.C dan Tn. E sebagai calon pasangan pengantin, yaitu pasangan usia subur dengan persiapan
pernikahan dan penundaan kehamilan. Sehingga, tata laksana yang diberikan, selain persiapan
pernikahan sesuai panduan calon pengantin yang telah ditetapkan oleh Kemenkes, juga diberikan
tambahan konseling dan anjuran terkait dengan perencanaan kehamilan, tanda bahaya kehamilan
usia muda serta penundaan kehamilan, seperti KIE persiapan kehamilan, masa subur, dan
anjuran konsumsi makanan yang mengandung kaya zat besi dan asam folat. Sehingga, dengan
tata laksana yang sesuai diharapkan dapat membantu pasangan calon pengantin mencapai tujuan
secara optimal yakni segera memperoleh keturunan yang sehat atau generasi platinum dalam
ikatan pernikahan yang sah.

5.2 Saran
1. Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga kesehatan agar tujuan
mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan Puskesmas
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus ditingkatkan, dapat
dilakukan dengan cara konseling pranikah karena melahirkan generasi yang cerdas dimulai
dari dalam kandungan, dan pemberian vaksin sebelum pranikah seperti HPV, Hepatitis B. serta
perlunya dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti Hb dan golongan darah pada pranikah
wanita.

33
3. Bagi Mahasiswi Kebidanan
Dalam pemberian asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi harus diberikan sesuai
standar kemenkes kebidanan agar penatalaksanaan yang diberikan pada calon pengantin lebih
baik lagi terutama apabila ada masalah dalam kasus maka diberikan penatalaksanaan yang
lebih kritis lagi.

34
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2014. Modul pengajaran mempersiapkan kehamilan yang sehat. BKKBN dan UMM.
Diakses dari http://dp2m.umm.ac. id/files/ file/informasi %20progra%20insentif%20
ristek/modul%20pengajaran%20menjaga%20 kehamila%20sehat.pdf. Tanggal 6 Juni
2021.

BKKBN. 2017. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Diunduh di


https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun. Diakses
pada 7 Juni 2021.

Budiman. 2011. Hubungan Usia, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Minum Alkohol, Dan
Konsumsi Obat-obatan dengan Kualitas Sperma Di Fertility Centre RSIA Melinda
Bandung. Skripsi.

Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.

Dinkes Prov. Jawa Timur. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Fatimah, S. 2011. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian Anemia
Defisiensi Besi. Jurnal Sains dan Teknologi. 7 (3) : 137 – 152.

Fitriyah, Imroatul. 2014. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah
Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Skripsi : FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Kemenkes. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi Tetanus Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes. 2014. Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.

Kemenkes. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.

Kemenkes. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta:
Kemenkes RI.

Kemenkes. 2018. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta: Kemenkes
RI.
Kemenkes. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup Sehat). Jakarta:
Kemenkes RI.

35
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan Kementerian
Agama.

Kertamuda, E. F. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia. Jakarta: Salemba


Humanika.

Khaidir M. 2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya Pada Pria. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1). Page 30-34.

Kurniawan, L. B. 2016. Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium Diabetes Melitus


Gestasional. CDK-246. 43 (11): 811 – 813.
Kusharto CM. 2006. Serat Makanan dan Peranannya bagi Kesehatan. Jurnal Gizi dan Pangan,
1(2), 45—54.
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika

PMK No. 41 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.

PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan
Kesehatan Seksual.

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta:
Nuha Medika
Reeder, M., dkk. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga.
Volume 2. Edisi 18. Jakarta: EGC.
.
Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University Press.

RSUA. 2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita. Artikel. Web RSUA.
http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Penyebab%20infertilitas%20pada %20Pria%20d
an%20Wanita.pdf. (Diunduh dari pada tanggal 6 juni 2021)

Saifuddin, A. B., dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayana Kontrasepsi. Jakarta: PT Binda
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung


Seto.

Sukaesih, Sri. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai
Tanda Bahaya dalam Kehamilan di Puskesmas Tegal Selatan Kota Tegal Tahun 2012.
Skripsi. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

36
Zulaekha. 2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bafi “Calon Pengantin” di BP4 KUA Kec.
Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan. Skripsi. Fakultas Dakwah
dan Komunikasi. Semarang: Insitut Agama Islam Negeri Walisongo.

37

Anda mungkin juga menyukai