ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI PADA CATIN Nn “C”
DENGAN PENGETAHUAN KURANG DI BPM HJ. NURANI S.ST
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULELENG I
Disusun untuk memenuhi tugas praktek asuhan kebidanan distase Pra nikah dan pra konsepsi
1
Daftar isi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Belakakang
Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah menemukan
belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi cerita dan berusaha
menyatukan ide-ide. Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi. Tentulah persiapan yang
matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling indah adalah layak untuk dilakukan.
Saat ini, pendidikan pra nikah belum menjadi prioritas bagi keluarga maupun calon pengantin.
Padahal dalam kursus diajarkan banyak hal yang dapat mendukung suksesnya kehidupan rumah
tangga pengantin baru. Angka perceraian pun dapat diminimalisir dengan adanya pendidikan
Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses yang
menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Idealnya tes kesehatan pra
nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan tetapi tes kesehatan pra nikah dapat
dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung. Upaya kesehatan terhadap pasangan
pranikah yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pemeriksaan kesehatan bagi
pasangan pranikah sangat penting untuk mengetahui tingat kesehatan dari pasangan, jika
ditemukan masalah kesehatan maka dapat langsung dilakukan intervensi untuk pengobatan.
Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah atau hamil khususnya pada wanita akan mengurangi
angka kesakitan dan kematian ibu dan anak. Pemeriksaan kesehatan sebelum hamil merupakan
sesuatu yang sangat penting agar kehamilan dapat berjalan dengan baik. Kesadaran akan hal ini
masih sangat rendah sehingga angka kesakitan dan komplikasi kehamilan masih sangat tinggi.
Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu proses kehamilan dapat dideteksi secara dini
sehingga keadaan yang lebih buruk dapat cepat dihindari. Jika dalam istilah menikah itu harus
dipersiapkan lahir batin, yang juga harus diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah
2
adalah persiapan kesehatan pasangan. Berdasarkan definisi sehat menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO) adalah 5keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-
mata bebas dari penyakit atau kecacatan (Zulaekha, 2013).
Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat
mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa
saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan
upaya yang maksimal. Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti
sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan.
Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan
atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun
sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu
sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Jadi kesehatan pasangan pra nikah penting sekali untuk
mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua (Zulaekha, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul mengenai
“Asuhan Kebidanan Pada Nn. C Umur 22 Tahun Pranikah dan Prakonsepsi dengan Pengatuhan
Yang Kurang di BPM HJ. NURANI S.ST Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng I”.
1.2 Tujuan
3
3) Mampu menganalisa asuhan kebidanan pada Ny. C secara Komprehensif
4) Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi secara holistic,
komprehensif dan berkesinambungan yang didukung kemampuan berpikir kritis dan
rasionalisasi klinik dan reflektif.
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui anamnesis dengan pasien, keluarga dan petugas kesehatan
lainnya dilibatkan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan
pasien yang akan dijadikan sebagai bahan laporan,sehingga diperoleh data yang akurat.
Wawancara dalam tugas akhir ini yaitu melakukan anamnesa pada ibu.
b.Observasi
Melaksanakan observasi langsung pada Nn. C dengan cara memeriksa fisik.
c. Studi Kepustakaan
4
Membaca dan mempelajari buku - buku sumber, makalah ataupun jurnal yang dapat
dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan kasus yang diambil. Studi
kepustakaan dalam tugas ini diambil dari buku - buku sumber dan jurnal
1.4 Manfaat
2.1.2Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil laporan komprehensif ini untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dan upaya-
upaya penyuluhan kepada masyarakat khususnya pada Pranikah dan Prakonsepsi untuk
diberikan asuhan secara komprehensif.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pra nikah tersusun dari dua kata yaitu “pra” dan “nikah”, kata “pra” sebagaimana
yang tercantum di dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah sebuah awalan yang
memiliki makna “sebelum”. Sedangkan kata “nikah” diartikan di dalam “Kamus Besar
Bahasa Indonesia” ialah sebagai sebuah ikatan atau perjanjian (akad) perkawinan antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
hokum Negara dan agama.
6
(BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad
perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembanganilmu
pengetahuan dan teknologi.
Upaya yang dapat dilakukan seorang individu untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dengan baik adalah dengan melakukan perencanaan dan persiapan. Begitu
pula dalam menyongsong kehidupan pernikahan yang bahagia, akan ada begitu banyak
hal yang harus dipersiapkan oleh seorang calon mempelai baik lakilaki maupun
perempuan. Hasil akhir dari persiapan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesiapan,
sehingga pernikahan yang akan dibangun dapat berjalan dengan baik serta tanpa ada
kendala yang berarti. Beberapa kesiapan yang harus dimiliki oleh kedua calon pengantin
diantaranya yaitu; kesiapan fisik, kesiapan mental, dan kesiapan ekonomi. Ketiga hal ini
umumnya menjadi pemicu sebuah ketakutan bagi orang-orang yang hendak memasuki
jenjang pernikahan (Kertamuda, 2009).
7
2.1.4 Pelayanan Kesehatan Pranikah
a. Pemeriksaan fisik
BB(kg)
IMT = 2
TB m
8
Keterangan:
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai berikut :
Status gizi Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0
Kelebihan BB tingkat berat >27
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
1) IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2) IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok Wanita Usia
Subur (WUS) usia 15 – 45 tahun adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas LLA
WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau
dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai
risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak
(Supariasa, dkk, 2014).
9
terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan dengan status gizi. Hal
ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada kelompok subjek yang tidak
puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah dibandingkan dengan kelompok subjek
yang puas. Responden yang tidak puas terhadap citra tubuhnya cenderung memiliki
status gizi lebih, sehingga pada kelompok subjek dengan status gizi lebih rata-rata
asupan makannya malah cenderung lebih rendah. Pengambilan data mengenai citra
tubuh dan asupan makan memiliki kerangka waktu (time frame) yang sama yaitu dalam
1 bulan terakhir, sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh terhadap asupan makan
dapat terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya menekankan pentingnya
status gizi yang baik untuk mempersiapkan kehamilan di masa yang akan datang.
b. Pemeriksaan Penunjang
10
c. Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat mempengaruhi
fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe 1), meningkatkan risiko
mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia
urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis yang berpengaruh
dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit terangsang, penurunan
lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu diabetes juga
berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti meningkatnya
kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia, dan
infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia,
hipoglikemia, neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).
2) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus hepatitis B,
ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin yang dapat berkembang
menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis B adalah
terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit, mual, muntah, kehilangan
nafsu makan, penurunan berat badan, dan demam. Dampak hepatitis B pada
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature, dan IUFD. Dapat
dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan menghindari hal-hal yang menularkan
hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis B melalui darah atau cairan
tubuh yang terinfeksi, hubungan seksual dengan penderita hepatitis B, penggunaan
jarum sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan dari ibu hamil
penderita hepatitis B ke janinnya.
11
3) Pemeriksaan TORCH
3) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau anus
6) Demam
12
2) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan selangkangan
paha
5) Demam
5) Pemeriksaan HIV
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapat pada
pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesame jenis kelamin), dan
13
penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan penularan HIV – AIDS dapat
dilakukan dengan ABCDE yaitu:
Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan
mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
e. Pemberian imunisasi
14
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 12 bulan setelah 10 tahun
TT3
TT5 12 bulan setelah >25 tahun*)
TT4
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.
15
4 Untuk WUS yang
lahir tahun 1989
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
5 Untuk WUS yang
lahir 1990
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
d. Kelas 5
e. Kelas 6
6 Untuk WUS yang
lahir 1991
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
7 Untuk WUS yang
lahir 1992 s/d
sekarang
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
C Saat Calon Pengantin
D Saat Hamil
a. Hamil 1
b. Hamil 2
16
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain-lain (kegiatan
kampanye/ Ori Difteri)
contoh : saat SMA tahun
2003-2005, dan akselerasi
WUS di Bangkalan dan
Sumenep (2009-2010) Ori
Difteri 2011, Sub PIN
Difteri 2012
Sumber: Kemenkes, 2014.
Keterangan tabel:
a. Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan yang diajukan hanya
pada riwayat calon pengantin (C), Hamil (D), dan lain-lain (E).
c. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984 – 1997: kelas 1 laki-
laki dan perempuan (DT 2 dosis) dan kelas 6 perempuan
d. Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998 – 2000: kelas 1 (DT)
s/d 2 – 6 (TT)
f. Vaksinasi catin dan ibu hamil (2 dosis) dimulai sejak tahun 1984 s/d 2000 –
tahun 2001 s/d sekarang harus diskrining terlebih dahulu
f. Suplementasi gizi
17
defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang
dan tablet tambah darah.
18
keluarga calon suami istri yaitu individu-individu yang mempunyai hubungan
keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri (Zulaekha, 2013).
1) Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu
mengetahui mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk menjalankan
proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman. Catin perempuan akan
menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas. Catin laki-laki akan menjadi
calon ayah yang harus memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung
kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai
risiko masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan
lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan pemakaian alat
kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih rentan secara sosial
maupun fisik terhadap penularan infeksi menular seksual. Laki-laki dan
perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menjaga
kesehatan reproduksi.
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan yang
berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak inii menjamin setiap
pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak serta untuk
19
memperoleh informasikesehatan reproduksi. Informasi yang perlu diketahui
antara lain:
e) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang, saling
menghargai dan menghormati pasangangan, serta dilakukan dalam
kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan,
ancaman, dan kekerasan.
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara laki-laki
dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki
20
dan perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat, kepercayaan
atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu dan kondisi
(kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan
kemampuan personil mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh
stereotip, peran gender yang kaku. Penerapan kesetaraan gender dalam
pernikahan:
a. Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat
3. Kekerasan seksual
21
b. Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.
d. Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta keluhan
organ reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
c. Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
22
ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 7 Juni 2021
Pukul : 10.15 WIB
Tempat Pengkajian : BPM Hj. Nurani
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama : Nn. C Nama : Tn. E
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Madura
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl.Hasanuddin Alamat : Jl. Hasanuddin
No.Telp : 081870560xxx
2. Alasan datang
Konseling persiapan pernikahan
3. Keluhan Utama
Tidak ada
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 28- 30 hari/bulan, teratur, lama ±3-5 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 4 kali/hari 3 hari awal pertama, hari berikutnya 2-3 kali
ganti pembalut
d. Dismeorhe : Tidak ada.
e. HPHT : 20 Mei 2021
23
f. Fluor Albus : kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak gatal, tidak
berbau
5. Penyuluhan yang Pernah Didapat
Kedua calon pengantin belum mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi pranikah dan
perencanaan kehamilan
6. Riwayat Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,
asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC, belum pernah melakukan pemeriksaan hepatitis,
IMS dan HIV/AIDS, dan golongan darah
Status TT5 (SD Kelas 1, 2 dan 3).
b. Catin Laki-laki : Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi,
asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC), belum pernah melakukan pemeriksaan hepatitis,
IMS dan HIV/AIDS dan golongan darah.
24
Catin wanita : Mengejakan pekerjaan rumah tangga
Catin laki-laki : Bekerja selama 8 jam
e. Hygiene : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2-3
kali/hari atau setiap kali basah. Setelah BAK atau BAB tidak dikeringkan menggunakan
tisu / handuk.
f. Riwayat Pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal
Catin Wanita : pernikahan yang pertama, dan belum pernah melakukan hubungan
seksual
Catin Laki-laki : pernikahan yang pertama, dan belum pernah melakukan hubungan
seksual
g. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua calon pengantin
mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan belum siap untuk hamil setelah
menikah, ingin menunda kehamilan selama 1- 2 tahun.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum Catin wanita Catin laki-laki
Keadaan umum Baik Baik
Kesadara Composmentis Composmentis
Antropometri BB : 50 kg BB : 62 kg
TB : 155 cm TB : 168 cm
IMT :20,8 IMT : 22
LILA : 25 cm TD : 120/80 mmhg
TD :120/80 mmhg N : 88x/ mennit
N : 80 x/ menit RR : 22x/ menit
RR : 20 x/ menit S : 36,7ᵒ C
S : 36,7ᵒ C
2. Pemeriksaan Fisik Catin wanita Catin laki-laki
a. Postur tubuh Normal Normal
25
b. Wajah wajah tidak pucat, tidak ada wajah tidak pucat, tidak ada
kelainan yang berkenaan kelainan yang berkenaan
dengan genetic seperti dengan genetic seperti
sindrom down sindrom down
II. ANALISIS
Nn. C usia 22 tahun Pranikah dan Prakonsepsi dengan Pengatuhan Yang Kurang
III.PENATALAKSANAAN
Tanggal : 7 Juni 2021
Pukul : 10.40 WITA
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa secara umum keadaan
mereka baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Menjelaskan kepada catin perempuan dan laki-laki mengenai pernikahan ideal, dimana
kehidupan keluarga harus didasari rasa kasih sayang, saling menghargai, dan menghormati
pasangan.
26
3. Menjelaskan kepada catin perempuan untuk segera merencanakan kehamilannya, karena
usianya saat ini sudah tergolong normal untuk bisa mengandung/memproduksi, dimana usia
tersebut organ reproduksi sudah/dalam keadaan matang. Sehingga disarankan untuk segera
hamil dan tidak menunda kehamilan.
4. Menjelaskan kepada catin jika sudah hamil dan bersalin segera menggunakan Kontrasepsi
untuk menjarakkan usia kehamilan agar mengurangi resiko terjadinya jarak kehamilan yg
terlalu dekat dan terlalu banyak anak yang dapat menggangu organ reproduksi.
5. Menjelaskan kepada catin mengenai dampak kehamilan terlalu dekat yaitu memiliki dampak
antara lain kesulitan dalam persalinan, hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia),
keguguran, perdarahan, dan resiko panggul sempit. Serta menganjurkan catin untuk
menghindari 4 Terlalu dalam kehamilan yaitu teralu muda (<20 tahun), terlalu tua (>35
tahun), terlalu dekat jarak kehamilan (<2 tahun), dan terlalu banyak anak (>3 anak).
6. Menjelaskan kepada catin perempuan bahwa keputihan yang dialami merupakan keputihan
yang fisiologis. Menganjurkan klien untuk sering mengganti celana dalam, menggunakan
celana dalam dengan bahan yang gampang menyerap keringat seperti berbahan cutton, tidak
perlu menggunakan cairan pembersih genitalia untuk menjaga tingkat keasaman normal
vagina dan tidak perlu menggunakan pantyliner untuk mencegah agar vagina tidak lembab.
7. Menjelaskan kepada kedua catin bahwa keduanya memiliki risiko terkena DM dan catin
perempuan memiliki lebih besar risko mengalami hipertensi dikarenakan catin perempuan
memiliki keturunan penyakit hipertensi serta kedua calon memiliki keturunan penyakit DM
dan dampak buruk dari hipertensi dan diabetes mellitus.
8. Menganjurkan kedua catin menjaga pola makan seimbang, mengurangi makanan yang
mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi makanan
cepat saji, mencegah stress berlebihan, melakukan olahraga secara rutin, dan kontrol
kesehatan secara rutin dikarenakan kedua catin berisiko mengalami DM dan khususnya catin
wanita berisiko mengalami hipertensi.
9. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status imunisasi TT saat ini sudah TT5 atau lengkap
yang masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum >25 tahun atau seumur hidup,
sehingga catin wanita tidak perlu diberikan suntik imunisasi TT lagi.
27
10. Menganjurkan catin untuk mengurangi konsumsi kafein (batas mengkonsumsi kafein
sebanyak 200 miligram/hari), seperti teh dan kopi, yang dapat memperburuk kesehatan
menjelang persiapan kehamilan
11. Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang kaya
zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan, ikan, dan
daging ayam, serta mengandung asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau
minum susu yang terdapat kandungan asam folat. Selain itu, catin perempuan juga penting
mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Aturan minum TTD bagi catin perempuan yaitu
diminum secara teratur 1 tablet setiap minggu, TTD diminum setelah makan dengan air
putih/jus buah tidak dengan teh, kopi, dan susu.
12. Menjelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi/ KB yang berguna dalam merencanakan kehamian
dengan mengatur kapan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak,dan anak.
13. Menganjurkan kedua catin untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.
14. Memberitahukan kepada catin untuk melakukan rapidtes sebelum pernikahan dilakukan dan
memberitahu kepada tamu undangan untuk melakukan rapidtes dan tidak lupa menggunakan
masker selama acara berlangsung, sesuai dengan protocol pemerintah saat ini.
16. Melakukan pendokumentasian.
28
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pada kasus ini Nn. C dan Tn. E sedang melakukan persiapan pernikahan. Berdasarkan
pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn. C berusia 22 tahun dan Tn. E berusia 25 tahun.
Menurut BKKBN (2017), umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20 – 25
tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria. Dan, umur Nn. C sudah memasuki umur
ideal yang matang secara biologis dan umur Tn. E termasuk usia yang sudah sangat matang.
Sehingga sehingga disarankan untuk rencana kehamilan agar tidak terjadi komplikasi pada Nn. C
dan janin nantinya jika kehamilan terlalu lama ditunda sehingga dapat menyebabkan kehamilan
terlalu dekat untuk kehamilan berikutnya. Maka masalah yang terdapat dalam kasus ini yaitu
pengetahuan yang kurang tentang kematangan/pertumbuhan organ reproduksi, serta
menimbulkan kecemasan ketidaksiapan menjadi orang tua. Sehingga perlu dilakukan antisipasi
penatalaksanaan yaitu pemberian KIE resiko penundaan kehamilan dan resiko terlalu dekat usia
kehamilan.
Riwayat psikososial didapatkan bahwa kedua calon pengantin sudah siap secara mental
untuk menikah dan tetapi belum siap untuk hamil setelah menikah, bahkan ingin menunda
kehamilan. Keputusan yang dibuat oleh kedua calon pengantin masih belum tepat dan harus
segera dilakukan perencanaan kehamilan, karena usia Nn. C saat ini sudah 22 tahun dimana
menurut teori dalam buku Ilmu Kandungan oleh Prawirohardjo (2010) mengatakan bahwa usia
reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Hal ini
dikarenakan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah yang memicu terjadinya berbagai
komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Begitupun pria, disarankan untuk
menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi,
volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengalami penurunan kualitas sehingga
meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa calon pengantin wanita memiliki siklus haid 27
– 33 hari teratur tiap bulan, lama sekitar 4 – 5 hari, ada nyeri haid 1 – 2 hari tapi tidak
mengganggu aktivitas, dan nada nyeri pinggang dan mood swing 1-2 hari sebelum menstruasi.
Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15% yang
memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati & Misaroh, 2009). Sedangkan untuk lama
29
menstruasi normalnya berlangsung 3-7 hari (Ramaiah, 2006), sementara itu menurut Proverawati
dan Misaroh (2009) lama mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari.
Dengan demikian tidak ada gangguan pada Nn. C terkait menstruasi. Bila ditemukan gangguan
menstruasi, baik siklus, lama menstruasi, nyeri haid berlebihan, maka dapat berakibat pada
gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Adapun fluor albus yang kadang-kadang
dialami Nn. C memiliki sifat bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak gatal, tidak berbau
merupakan fisiologis atau normal. Sebagaimana diungkapkan oleh Saifuddin (2010) bahwa
keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna,
dan gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
Riwayat kesehatan keluarga ditemukan bahwa ayah Nn. C memiliki riwayat penyakit hipertensi
dan diabetes mellitus, begitupun ibu Tn. E memiliki penyakit diabetes melitus. Beberapa
penyakit yang dapat diturunkan ialah hipertensi dan diabetes mellitus. Sebagian besar wanita
dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat.
Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah menghindarai penggunaan penghambat ACE dan
antogonis reseptor angiotensin. Wanita harus diberi pendidikan kesehatan tentang risiko
pereeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin. Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan masalah gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek samping obat
(Varney, 2007). Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko hipertensi dan diabetes mellitus
diharapkan keturunan penderita dapat melakukan pencegahan dengan modifikasi diet/gaya
hidup, seperti pola makan seimbang, olahraga rutin, menghindari stress, olahraga rutin, dan cek
kesehatan secara rutin sehingga dapat terhindar dari hipertensi dan diabetes mellitus maupun
komplikasinya (Kemenkes, 2014).
Oleh karena itu, kedua catin dianjurkan untuk pola makan seimbang, mengurangi
makanan yang mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi
makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan, menghentikan kebiasan merokok, melakukan
olahraga secara rutin, dan kontol kesehatan secara rutin.
Pada data objektif, Nn C memiliki IMT 20,8 kg/m2 dan Lila 25 cm yang termasuk dalam
kategori normal. IMT normal ialah 18,5 – 25 kg/m2 (Depkes, 2011). Sedangkan, ambang batas
LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau IMT <
18,5 kg/m2 , artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK atau gizi kurang, dan diperkirakan
30
akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014). Status nutrisi
pada wanita pranikah perlu dikaji karena berhubungan dengan kesehatan reproduksi.
Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan
makan, dan mengembangkan kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu
mempertahankan kesehatan sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010). Jika IMT > 30 kg/m2 ,
dapat meningkatkan komplikasi pada kehamilan seperti preeklamsi, diabetus gestasional,
kelainan kongenital,persalinan preterm, dan lain-lain (Lisa, dkk, 2015).
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia
adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria
ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. Anemia merupakan
tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari
penyebabnya (Oehadian, 2012). Pemeriksaan ini dilakukan untuk deteksi dini ada /tidaknya
penyakit menular seksual yang nantinya dapat ditularkan kepada janin jika ibu berencana untuk
hamil. Sesuai dengan panduan dari CDC (center for Disease Control and Prevention) US bahwa
deteksi dini HIV dapat rutin pada wanita dengan sex tidak aman, dan semua wanita yang tidak
memiliki risiko virus HIV, sedangkan untuk deteksi dini hepatitis B dilakukan pada wanita yang
memiliki risiko, dan belum pernah vaksin. Penyakit HIV dan hepatitis B dapat ditularkan saat
didalam kandungan melalui aliran darah plasenta yang dapat menyebabkan abortus spontan,
IUGR, kelainan kongenital (Lisa, dkk,2015).
Keterampilan dasar prakonsepsi, KB, dan ginekologi yang terdapat dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan sudah sesuai
dengan penatalaksanaan pada kasus Nn. C akan tetapi ada kesenjangan dalam penatalaksanaan
khususnya pemeriksaan laboratorium untuk catin. Dalam KMK No.369 tahun 2007 terdapat
keterampilan dasar berupa pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi
kehamilan yang sehat.
Sementara itu, pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasangan tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan Hb dan golongan darah. Hal ini terdapat
kesenjangan dikarenakan alat pemeriksaan yang terbatas dan dilakukan pada ibu hamil usia
kehamian trimester I dan II. Sehingga tindakan dalam penatalaksanaan dilakukan yaitu
pemberian pendidikan kesehatan mengenai Hb normal dan untuk catin perempuan dianjurkan
31
untuk mengkonsumsi Tablet Tambah Darah, serta mengkonsumsi makanan kaya zat besi dalam
perencanaan kehamilan nantinya, dan memberikan penkes tentang pemeriksaan deteksi dini
mengenai penyakit menular.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan analisis
terhadap Nn. C dan Tn. E yaitu pasangan usia subur dengan persiapan pernikahan dan penundaan
kehamilan. Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn C diantaranya dengan pemberian konseling
pranikah yang didalamnya meliputi tentang kesehatan reproduksi, khususnya penundaan
kehamian dengan usia minimal 20 tahun, persiapan kehamilan dan masa subur. Pengetahuan
tentang penundaan kehamilan dan masa subur pada pasangan calon pengantin dengan
perencanaan kehamilan sangatlah penting. Karena dengan menunda kehamilan muda dapat
mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan janin, serta pada pemberian penkes mengenai
masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum
yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka
dimungkinkan terjadi kehamilan (Indriarti, dkk, 2013).
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar
wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status
T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat
dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin (Kemenkes, 2017). Berdasarkan
tahun kelahiran Nn. C yakni tahun 1999 dan mengaku selalu ikut imunisasi yang diadakan saat
SD yakni kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 yang masing-masing diberikan 2 dosis imunisasi (5 dosis),
sehingga status imunisasi TT Nn. C adalah TT5 atau lengkap dengan perlindungan > 25 tahun
atau seumur hidup.
Persiapan kehamilan lainnya yakni dengan menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
asam folat seperti sayur hijau, susu mengandung asam folat, serta mengkonsumsi makanan kaya
zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran hijau tua,kacang-kacangan,ikan. Berperan dalam
perkembangan sistem saraf pusat dan darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir
dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat
yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah
kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi (BKKBN, 2014).
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Nn. C usia 22 tahun dan Tn. E usia 25 tahun merupakan calon pengantin. Keputusan untuk
menunda kehamilan setelah menikah merupakan keputusan yang belum tepat mengingat usia
Nn. C sudah 22 tahun, merupakan usia yang tepat yakni ideal dan matang secara biologis dan
psykologis untuk kehamilan sehingga perlunya perencanaan kehamilan segera karena usia Nn. C
sudah mencukupi/sudah layak.
Hasil analisis dari kasus ini berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif pada
Nn.C dan Tn. E sebagai calon pasangan pengantin, yaitu pasangan usia subur dengan persiapan
pernikahan dan penundaan kehamilan. Sehingga, tata laksana yang diberikan, selain persiapan
pernikahan sesuai panduan calon pengantin yang telah ditetapkan oleh Kemenkes, juga diberikan
tambahan konseling dan anjuran terkait dengan perencanaan kehamilan, tanda bahaya kehamilan
usia muda serta penundaan kehamilan, seperti KIE persiapan kehamilan, masa subur, dan
anjuran konsumsi makanan yang mengandung kaya zat besi dan asam folat. Sehingga, dengan
tata laksana yang sesuai diharapkan dapat membantu pasangan calon pengantin mencapai tujuan
secara optimal yakni segera memperoleh keturunan yang sehat atau generasi platinum dalam
ikatan pernikahan yang sah.
5.2 Saran
1. Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga kesehatan agar tujuan
mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan Puskesmas
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus ditingkatkan, dapat
dilakukan dengan cara konseling pranikah karena melahirkan generasi yang cerdas dimulai
dari dalam kandungan, dan pemberian vaksin sebelum pranikah seperti HPV, Hepatitis B. serta
perlunya dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti Hb dan golongan darah pada pranikah
wanita.
33
3. Bagi Mahasiswi Kebidanan
Dalam pemberian asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi harus diberikan sesuai
standar kemenkes kebidanan agar penatalaksanaan yang diberikan pada calon pengantin lebih
baik lagi terutama apabila ada masalah dalam kasus maka diberikan penatalaksanaan yang
lebih kritis lagi.
34
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2014. Modul pengajaran mempersiapkan kehamilan yang sehat. BKKBN dan UMM.
Diakses dari http://dp2m.umm.ac. id/files/ file/informasi %20progra%20insentif%20
ristek/modul%20pengajaran%20menjaga%20 kehamila%20sehat.pdf. Tanggal 6 Juni
2021.
Budiman. 2011. Hubungan Usia, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Minum Alkohol, Dan
Konsumsi Obat-obatan dengan Kualitas Sperma Di Fertility Centre RSIA Melinda
Bandung. Skripsi.
Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Dinkes Prov. Jawa Timur. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Fatimah, S. 2011. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian Anemia
Defisiensi Besi. Jurnal Sains dan Teknologi. 7 (3) : 137 – 152.
Fitriyah, Imroatul. 2014. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri di Sekolah
Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Skripsi : FK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi Tetanus Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2014. Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
Kemenkes. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
Kemenkes. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2018. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta: Kemenkes
RI.
Kemenkes. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup Sehat). Jakarta:
Kemenkes RI.
35
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan Kementerian
Agama.
Khaidir M. 2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya Pada Pria. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1). Page 30-34.
PMK No. 41 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.
PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan
Kesehatan Seksual.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta:
Nuha Medika
Reeder, M., dkk. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga.
Volume 2. Edisi 18. Jakarta: EGC.
.
Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University Press.
RSUA. 2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita. Artikel. Web RSUA.
http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Penyebab%20infertilitas%20pada %20Pria%20d
an%20Wanita.pdf. (Diunduh dari pada tanggal 6 juni 2021)
Saifuddin, A. B., dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayana Kontrasepsi. Jakarta: PT Binda
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sukaesih, Sri. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai
Tanda Bahaya dalam Kehamilan di Puskesmas Tegal Selatan Kota Tegal Tahun 2012.
Skripsi. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
36
Zulaekha. 2013. Bimbingan Konseling Pra Nikah bafi “Calon Pengantin” di BP4 KUA Kec.
Mranggen (Studi Analisis Bimbingan Konseling Perkawinan. Skripsi. Fakultas Dakwah
dan Komunikasi. Semarang: Insitut Agama Islam Negeri Walisongo.
37