Anda di halaman 1dari 27

1

MAKALAH KEBIDANAN

“ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS INFERTILITAS SESUAI

WEWENANG, KOLABORASI DAN RUJUKAN”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7

MASNA

NAZZARIAH

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR

2023
2

KATA PENGANTAR

 Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

makalah ini yang Alhamdulillah selesai tepat waktunya dengan judul makalah

“Asuhan Kebidanan Pada Kasus Infertilitas Sesuai Wewenang, Kolaborasi dan

Rujukan”.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan pembelajaran

kepada kita semua khusunya yang bersangkutan dengan obat-obatan.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, kami menyadari bahwa makalah ini

masih sangatlah jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari

semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan dami kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

i
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Infertilisasi...........................................................................3

B. Pemeriksaan Fisik Dan Prosedur Pemeriksaan Kasus Intertilitas...............6

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intertilitas.........................................16

D. Pendidikan Kesehatan Pada Pasangan.......................................................20

E. Penatalaksanaan Infertilitas........................................................................20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................23

B. Saran...........................................................................................................23

Daftar Pustaka

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia terdapat sekitar tiga juta pasangan suami istri yang tidak

mempunyai anak dan dikatakan sebagai pasangan yang mengalami

kemandulan atau infertilitas. Sebagian besar pasangan suami istri berpikir

bahwa mereka akan mudah memperoleh anak. Sebetulnya 1 diantara 10

pasang akan mengalami hambatan untuk mempunyai anak.

Infertilitas bagi pasangan suami istri yang mendambakan anak

menimbulkan kesedihan, kemarahan dan kekecewaan dalam keluarga. Ilmu

kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan suami istri untuk

dapat memperoleh anak. Ini berarti separuhnya terpaksa menempuh hidup

tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini atau bercerai.

Seringkali wanita yang dipersalahkan bila suatu pasangan suami istri

sukar memperoleh keturunan. Sekitar 40% kasus infertilitas disebabkan oleh

kemandulan wanita, 30 % disebabkan oleh kemandulan pria dan 30% oleh

keduanya. Kadang-kadang dalam pasangan suami istri, pria tidak bisa

menerima kenyataan bahwa masalah berasal dari kedua belah pihak, sehingga

akan menolak untuk dilakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena

menganggap infertilitas sebagai suatu hal yang memalukan di masyarakat,

dimana seorang pria diharapkan dapat meneruskan keturunannya sebagai ciri

kejantanan.

1
2

Untuk itulah diperlukan suatu penanganan infertilitas yang menyeluruh

dari tenaga kesehatan meliputi pasangan suami istri, keluarga dan

lingkungannya, sehingga infertilitas tidak lagi menjadi suatu masalah yang

dapat mengganggu kebahagian keluarga pasangan suami istri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa konsep dasar infertilisasi ?

2. Bagaimana pemeriksaan fisik dan prosedur pemeriksaan kasus intertilitas ?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi intertilitas ?

4. Bagaimana pendidikan kesehatan pada pasangan ?

5. Bagaimana penatalaksanaan infertilitas ?

C. Tujuan

1. Mengetahui konsep dasar infertilisasi ?

2. Mengetahui pemeriksaan fisik dan prosedur pemeriksaan kasus

intertilitas?

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi intertilitas ?

4. Mengetahui pendidikan kesehatan pada pasangan ?

5. Mengetahui penatalaksanaan infertilitas ?


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Infertilitas

1. Definisi Infertilitas

Infertilitas didefenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan suami

istri untuk mendapatkan kehamilan secara alamiah selama 1 tahun

menjalani hubungan seksual tanpa kontrasepsi. Infertilitas merupakan

suatu masalah klinis yang sering ditemukan (Seto,2020). Secara medis,

infertilitas dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan

belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual

secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk

apapun.

b. Infertilitas Sekunder berarti pasangan suami istri telah atau belum

pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu

memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual secara teratur

tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk

apapun.

Infertilitas mempengaruhi sekitar 13-15% pasangan diseluruh

dunia. Pravelnsi infertilitas sangat bervariasi. Negara-negara maju

cenderung memiliki angka prevelensi yang lebih kecil (1 dari 6 pasangan

mengalami infertilitas) dibandingkan negara-negara yang sedang

3
4

berkembang cenderung memiliki keterbatasan sumber daya untuk

investigasi dan terapi infertilitas.

Selain itu, infertilitas juga dianggap sebagai suatu permasalahan

publik yang memiliki dampak luas. Infertilitas tidak hanya mempengaruhi

kehidupan pasangan yang bersangkutan saja, namun juga mempengaruhi

pelayanan kesehatan dan lingkungan sosial. Infertilitas juga

mengakibatkan dampak psikososial dalam diri pasangan infertile meliputi

perasaan sedih, bersalah, dan merasa dikucilkan secara sosial

(Djuwantono, 2012).

2. Tanda dan Gejala Infertilitas

a. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.

b. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapatkan

kehamilan.

c. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya.

d. Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode

kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi

untuk mencegah kehamilan (Djuwantono,2012).

3. Patofisiologi Infertilitas

Patofisiologis infertilitas pada pria dapat mencakup satu atau lebih

kelainan pada berbagai proses yang terlibat dalam menentukan jumlah dan

fungsi sperma yang baik. Setiap proses mulai dari aksis hipotalamus-

pituitary- gonad (HPG) hingga faktor-faktor yang mempengaruhi

pergerakan sperma di dalam vagina untuk membuahi ovum dapat


5

berpeluang menyebabkan infertilitas pria (Openi, 2014). Sedangkan

Patologis infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh gangguan ovulasi,

adhesi pelvis atau tuba, endometriosis, atau penyebab uterus lainnya

(Albertus,2017).

4. Dampak Dari Masalah Infertilitas

a. Dampak emosional pada wanita

Wanita sangat sensitif jika menyinggung masalah infertilitas.

Bagi wanita, mengandung dan melahirkan menjadi sebuah anugerah

dari Tuhan. Kodrat itu tak di miliki oleh kaum adam. Bahkan, depresi

pada wanita yang menderita infertilitas setara dengan depresi pada

pasien yang menderita kanker atau penyakit jantung (Sehat, 2012).

b. Dampak psikologis pada pria

Pria juga sangat sensitive terhadap masalah infertilitas. Sosok

wanita lebih sering disalahkan saat suatu pasangan mengalami

kesulitan punya anak, terkadang ego pria sulit dikalahkan.

c. Hubungan Pasangan

Masalah infertilitas memiliki dampak psikologis yang besar

pada hubungan pasangan. Terkadang hal konyol bias menjadi

penyebab pertikaian. Jika tidak segera diselesaikan, gesekan kecil bias

berubah menjadi lebih besar.

d. Hubungan Keluarga

Masalah ketidaksuburan bias melibatkan hubungan dua

keluarga. Keluarga pria menuduh wanita mengalami kemandulan.


6

Sebaliknya, keluarga wanita bias menuding pria yang mengalami

ketidaksuburan.

B. Pemeriksaan Fisik dan Prosedur Pemeriksaan Kasus Intertilitas

1. Anamnesa

a. Identitas klien dan suami

b. Keluhan utama

c. Riwayat Menstruasi

Gangguan ovulasi merupakan salah satu faktor penyebab

infertilitas, seperti Sindrom Ovarium Poli Kistik (SOPK), gangguan

pada siklus haid, dan insufiensi ovarium primer.

Infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi dapat

diklasifikasikan berdasarkan siklus haid, yaitu amenore primer atau

sekunder. Namun tidak semua pasien infertilitas dengan gangguan

ovulasi memiliki gejala klinis amenorea, beberapa diantaranya

menunjukkan gejala oligomenore

d. Riwayat perkawinan

Pasangan dikatakan infertil primer apabila belum mendapatkan

kehamilan sekurang-kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual

secara teratur tanpa kontrasepsi atau 6 bulan pada wanita berusia lebih

dari 35 tahun. Pasangan dikatakan infertil sekunder apabila sudah

pernah hamil sebelumnya namun belum mendapatkan kehamilan

kembal.
7

e. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Ada atau tidak adnaya kehamilan sebelumnya, jika ada

bagaimana luarannya? Riwayat keguguran berulang, aborsi yang

diinduksi, infeksi pasca aborsi atau sepsis purpuralis dapat menjadi

faktor resiko terjadinya infertilitas.

f. Riwayat penggunaan kontrasepsi

Riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya, terutama metode

kontrasepsi IUD, suntik DMPA dan masalah yang menyertainya.

g. Riwayat penyakit yang lalu dan sekarang

Terdapat beberapa keadaan medis yang menjadi faktor resiko

terjadinya infertil antara lain penyakit tiroid, penyakit gangguan

metabolik, galaktorea, hirsutisme, nyeri perut atau panggul,

dyspareunia, penyakit pada organ reproduksi (infeksi genitalia,

penyakit radang panggul (PID), endometriosis, kanker alat genital),

kehamilan ektopik, gangguan seksual.

h. Riwayat penyakit keluarga

Terdapat beberapa keadaan medis yang bisa diturunkan dari

keluarga pasangan yang infertil dan dapat menjadi faktor resiko

terjadinya infertil antara lain riwayat keluarga dengan kelainan

kongenital, keterlambatan perkembangan, menopause dini, penyakit

alat reproduksi, endometriosis, abortus berulang, hipertensi, diabetes

mellitus, kanker payudara.


8

i. Riwayat aktivitas seksual

Frekuensi dan jadwal berhubungan terkait dengan siklus,

masalah seperti hilangnya libido, kesulitan/nyeri saat berhubungan,

vaginal douching setelah berhubungan akan memperngaruhi proses

fertilisasi

j. Kebiasaan Merokok

Rokok mengandung zat berbahaya bagi oosit (menyebabkan

kerusakan oksidatif terhadap mitokondria), sperma (menyebabkan

tingginya kerusakan morfologi), dan embrio (menyebabkan

keguguran). Kebiasaan merokok pada perempuan dapat menurunkan

tingkat fertilitas. Kebiasaan merokok pada laki-laki dapat

mempengaruhi kualitas semen, namun dampaknya terhadap fertilitas

belum jelas. Berhenti merokok pada laki-laki dapat meningkatkan

kesehatan pada umumnya.

k. Kebiasaan Minum Alkohol dan NAPZA

Alkohol dikatakan dapat berdampak pada fungsi sel Leydig

dengan mengurangi sintesis testosteron dan menyebabkan kerusakan

pada membran basalis. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat

menyebabkan gangguan pada fungsi hipotalamus dan hipofisis.

Konsumsi satu atau dua gelas alkohol, satu sampai dua kali per minggu

tidak meningkatkan risiko pertumbuhan janin. Konsumsi alkohol tiga

atau empat gelas sehari pada laki-laki tidak mempunyai efek terhadap
9

fertilitas. Konsumsi alkohol yang berlebihan pada laki-laki dapat

menyebabkan penurunan kualitas semen.

l. Gangguan Makan

Gangguan makan terkait dengan kurangnya pemenuhan nutrisi

yang adekuat untuk fertilitas.

m. Kebiasaan Olahraga

Olahraga ringan-sedang dapat meningkatkan fertilitas karena

akan meningkatkan aliran darah dan status anti oksidan, sedangkan

olahraga > 5 jam/minggu, contoh: bersepeda untuk laki-laki, Olahraga

> 3-5 jam/minggu, contoh: aerobik untuk perempuan

n. Terpapar Bahan Kimia

Terdapat beberapa pekerjaan yang melibatkan paparan bahan

berbahaya bagi kesuburan seorang perempuan maupun laki-laki, antara

lain pekerjaan yang berhubungan dengan bahan/agen sebagai berikut:

 X-ray (Radioterapi): Azoospermia, mengurangi jumlah sperma,

namun dapat kembali normal

 Getaran (Penggali, pekerja mesin): Oligozoospermia,

asthenozoospermia

 Kerja paruh waktu/waktu kerja yang lama (Paramedis):

Menurunkan fekunditas, pemanjangan waktu untuk terjadinya

kehamilan

 Visual/computer (Pekerja kantoran): Meningkatkan risiko

infertilitas
10

 Pestisida (petani): Oligozoospermia dan azoospermia, mengurangi

tingkat kesuburan, aktu kehamilan tidak konsisten

 Cadmium, magnesium (Pekerja di pabrik baterai, pelebur, pekerja

metal): Mengurangi kesuburan, memberikan efek pada pasangan

seksual

 Aceton, glycol ether, carbon disulphide (Laboran, pekerja di

bidang percetakan, pekerja kimia): Oligospermia, menurunkan

fekunditas, parameter sperma menjadi tidak normal.

 Obat kemoterapi, antibiotic (Perawat, apoteker): Pemanjangan

waktu kehamilan, meningkatnya angka kejadian infertilitas yang

dilaporkan secara perorangan

 Gas anastetik (Dokter gigi, dokter anastesi, perawat): Menurunkan

angka fekunditas

o. Stress

Perasaan cemas, rasa bersalah, dan depresi yang berlebihan

dapat berhubungan dengan infertilitas, namun belum didapatkan hasil

penelitian yang adekuat. Teknik relaksasi dapat mengurangi stress dan

potensi terjadinya infertilitas. Berdasarkan studi yang dilakukan,

perempuan yang gagal hamil akan mengalami kenaikan tekanan darah

dan denyut nadi, karena stress dapat menyebabkan penyempitan aliran

darah ke organ-organ panggul.


11

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik secara lengkap terhadap kedua pasangan

biasanya dapat mengungkap permasalahan yang melatarbelakangi

infertilitas. Namun dalam praktikum ini pemeriksaan fisik hanya

dilakukan kepada istri/pasangan perempuan sesuai dengan wewenang

bidan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah:

a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran

b. Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan dan Indeks Masa Tubuh

Perempuan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari

29, cenderung memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan

kehamilan. Tindakan menurunkan berat badan pada perempuan yang

memiliki IMT > 29 dan mengalami anovulasi akan meningkatkan

peluang untuk hamil. Upaya meningkatkan berat badan pada

perempuan yang memiliki IMT < 19 serta mengalami gangguan haid

akan meningkatkan kesempatan terjadinya pembuahan.

c. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, nadi, dan

frekuensi pernafasan.

Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan untuk menilai status

kesehatan secara umum.

d. Pemeriksaan pada payudara

Mengevaluasi perkembangan payudara (tanner staging),

mengeksklusi kemungkinan adanya patologi atau galaktorea

e. Pemeriksaan Abdominal
12

Memerikss kemungkinan adanya massa abdominal,

organomegali, ascites, abdominal striae, dan luka bekas pembedahan.

f. Pemeriksaan Ginekologi

Mengevaluasi ukuran dan bentuk klitoris, hymen, cairan pada

vagina; Melakukan inspekulo: evaluasi porsio apakah ada massa, erosi

dan fluor. Melakukan pemeriksaan dalam bimanual: palpasi apakah

ada benjolan pada kelenjar bartolini, skene dan vagina, konsistensi

porsio, nyeri goyang porsio, massa dan nyeri pada adnexa.

3. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dilakukan oleh dokter umum atau dokter

spesialis, pemeriksaan untuk mencari penyebab infertil antara lain sebagai

berikut:

a. Pemeriksaan ovulasi dan cadangan ovarium

1) Ovulasi

a) Riwayat menstruasi

Frekuensi dan keteraturan menstuasi harus ditanyakan

kepada seorang perempuan. Perempuan yang mempunyai

siklus dan frekuensi haid yang teratur setiap bulannya,

kemungkinan mengalami ovulasi. Perempuan dengan siklus

haid yang tidak teratur disarankan untuk melakukan

pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon

gonadotropin (FSH dan LH)


13

b) Progesteron Fase Luteal Madya

Perempuan yang memiliki siklus haid teratur dan telah

mengalami infertilitas selama 1 tahun, dianjurkan untuk

mengkonfirmasi terjadinya ovulasi dengan cara mengukur

kadar progesteron serum fase luteal madya (hari ke 21-28).

Pemeriksaan kadar progesteron serum perlu dilakukan pada

perempuan yang memiliki siklus haid panjang (oligomenorea).

Pemeriksaan dilakukan pada akhir siklus (hari ke 28-35) dan

dapat diulang tiap minggu sampai siklus haid berikutnya terjadi

c) Ultrasonografi transvaginal

Ultrasonografi transvaginal digunakan untuk memantau

ovulasi alamiah, mendeteksi adanya patologi pelvik

(fibroid/polip) pada uterus ataupun ovarium, mengetahui

bentuk dan letak uterus, terdapat abnormalitas atau arah uterus

yang tidak normal.

d) Temperatur basal

e) LH urin

f) Biopsi endometriu

Biopsi endometrium untuk mengevaluasi fase luteal

sebagai bagian dari pemeriksaan infertilitas tidak

direkomendasikan karena tidak terdapat bukti bahwa

pemeriksaan ini akan meningkatkan kehamilan


14

2) Cadangan Ovarium

a) Kadar Antimüllerian hormone (AMH)

b) Hitung folikel antral basal

c) FSH dan estradiol hari ke-2 atau ke-3

Untuk pemeriksaan cadangan ovarium, parameter yang

dapat digunakan adalah AMH dan folikel antral basal (FAB).

Berikut nilai AMH dan FAB yang dapat digunakan:

a) Hiper-responder (FAB > 20 folikel / AMH > 4.6 ng/ml

b) Normo-responder (FAB > 6-8 folikel / AMH 1.2 - 4.6 ng/ml)

c) Poor-responder (FAB < 6-8 folikel / AMH < 1.2 ng/ml)

b. Pemeriksaan Uterus

Pemeriksaan histeroskopi tidak dianjurkan apabila tidak terdapat

indikasi, karena efektifitas pembedahan sebagai terapi kelainan uterus

untuk meningkatkan angka kehamilan belum dapat ditegakkan

c. Pemeriksaan tuba

- Perempuan yang tidak memiliki riwayat penyakit radang panggul

(PID), kehamilan ektopik atau endometriosis, disarankan untuk

melakukan histerosalpingografi (HSG) untuk melihat adanya oklusi

tuba. Pemeriksaan ini tidak invasif dan lebih efisien dibandingkan

laparaskopi.

- Pemeriksaan oklusi tuba menggunakan sono-histerosalpingografi dapat

dipertimbangkan karena merupakan alternatif yang efektif


15

- Tindakan laparoskopi kromotubasi untuk menilai patensi tuba,

dianjurkan untuk dilakukan pada perempuan yang diketahui memiliki

riwayat penyakit radang panggul

d. Pemeriksaan vaginal pap smear

e. Pemeriksaan lendir serviks

Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa

adalah:

 Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui

spermatozoa adalah lendir yang cair.

 pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis.

 Enzim proteolitik.

f. Pemeriksaan endometrium

Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi

dilakukan mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka

: endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesteron

kurang. Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan

antibiotika bila terjadi infeksi.

g. Pemeriksaan hormone suami dan istri

h. Pemeriksaan analisis sperma

i. Pemeriksaan biopsy testis


16

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intertilitas

1. Faktor Usia

Ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula

kemungkinan wanita tersebut untuk hamil. Kejadian infertilitas berbanding

lurus dengan pertambahan usia wanita. Wanita yang sudah berumur akan

memiliki kualitas oosit yang tidak baik akibatnya adanya kelainan

kromosom pada oosit tersebut.

PENYEBAB :

a. Pada Wanita

1) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan

membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan

menghambat transportasi ke vagina

2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang

menganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di

serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu,

bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga

dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke

rahim

3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus

yang menganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi

uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk

perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang


17

4) Kelainan tuba falopi akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi

tuba falopi dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak

dapat bertemu

5) Gangguan ovulasi. Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena

ketidakseimbangan hormon seperti adanya hambatan pada sekresi

hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap

ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor kranial,

stress dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya

disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi

kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk

matang dan berakhir pada gangguan ovulasi

6) Kegagalan implantasi. Wanita dengan kadar hormon progesteron

yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan

endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses

nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya, fetus

tidak dapat berkembang dan terjadi abortus.

7) Faktor immunologis. Apabila embrio memiliki antigen yang

berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi yang berbeda

dari ibu, maka tubuh ini memberikan reaksi sebagai respon

terhadap benda asing. Reaksi ini dapat memberikan abortus

spontan pada wanita hamil.

8) Lingkungan paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas

anantesi, zat kimia dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada


18

seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan

mempengaruhi kesuburan.

b. Pada Pria

Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas

pada pria yaitu

1) Abnormalitas sperma : morfologi, motilitas

2) Abnormalitas ejakulasi : ejakulasi rerograde, hipospadia

3) Abnormalitas ereksi

4) Abnormalitas cairan semen : perubahan pH dan perubahan

komposisi kimiawi

5) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut

sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital

6) Lingkungan : radiasi, obat-obatan anti kanker

7) Abrasi genetik

2. Infertilitas disengaja

Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri

menggunakan alat kontrasepsi baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi

mantap.

3. Infertilitas tidak disengaja

a. Pihak suami disebabkan oleh :

1) Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis) misalnya

: aspermia, hypospermia, necrospermia.


19

2) Kelainan mekanis, misalnya : impotensi, ejakulation precox,

penutupan ductus deferens, hypospedia, phymosis.

Infertilitas yang disebakan oleh pria sekitar 35-40%.

b. Pihak istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari

organ luar sampai dengan indung telur.

1) Gangguan ovulasi, misal : gangguan ovarium, gangguan hormonal.

2) Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya

tumor pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel

telur tidak dapat matang. Sedangkan gangguan hormonal disebakan

oleh bagian dari otak (hipothalamus dan hopifisis) tidak

memproduksi hormon-hormon reproduksi seperti FSH dan LH.

3) Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi

kelainan tuba, endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau

hymen, fluor albus, kelainan rahim.

4) Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun

penyumbatan pada saluran tuba.

5) Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya

yang tidak normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40% pasien

dengan endometriosis adalah infetil. Endometriosis yang berat

dapat menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium dan peritoneum.

Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri sekitar 40-50%,

sedangkan penyebab yang tidak jelas kurang dari 10-20%.


20

D. Pendidikan Kesehatan Pada Pasangan

1. Nasehat untuk pasangan infertil

Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya :

a. Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan sekresi dengan

memperhatikan masa subur.

b. Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.

c. Menghitung minggu masa subur.

d. Membiasakan pola hidup sehat.

2. Konseling/Informasi/Edukasi (KIE)

a. Memberikan edukasi tentang tahapan tatalaksana infertilitas

(pemeriksaan sperma, pemeriksaan hidrotubasi, inseminasi, bayi

tabung).

b. Memberikan support dalam pelaksanaan tatalaksana infertilitas

selanjutnya.

E. Penatalaksanaan Infertilitas

1. Pada Wanita

a. Informasi mengenai siklus menstruasi, gejala lender serviks puncak

dan waktu yang tepat untuk koital

b. Terapi obat

1) Stimulan ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh

supresi hipotalamus atau peningkatan kadar prolactin dan terapi

pengganti hormone

2) Glukokortikoid, jika terdapat hyperplasia adrenal


21

3) Penggunaan antibiotic yang sesuai untuk pencegahan dan

penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat.

c. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak

secara luas

d. Bedah plastik, jika akan dilakukan penyatuan uterus bikonuate

e. Pengangkatan tumor atau fibroid

2. Pada Pria

a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibody,

autoimun, sehingga diharapkan kualitas sperma meningkat

b. Pemberian Testoterone Enantal dan Testosteron spionat untuk

menstimulasi kejantanan

c. Pemberian HCG secara IM untuk memperbaiki hipogonadisme

d. Pemberian FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis

e. Penggunaan bromokriptin untuk mengobati tumor hipofsis atau

hipotalamus

f. Pemberian klomifen untuk mengatasi subfertilitas idiopatik

g. Perbaikan varikokel untuk menghasilkan perbaikan kualita sperma

h. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan terkoreksi, seperti

perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang ketat

dan panas

i. Perhatikan penggunaan lubrikan saat koital, dan hindari lubrikan yang

mengandung spermatisida.
22

Selain itu, hal terpenting adalah pencegahan terhadap terjadinya

infertilitas, yang dapat dilakukan dengan cara :

1. Mengidentifikasi berbagai infeksi yang menyebabkan infertilitas, terutama

infeksi prostat, buah zakar, maupun saluran sperma, dan setiap infeksi di

daerah tersebut harus ditangani serius

2. Mengetahui beberapa zat yang dapat meracuni sperma. Banyak penelitian

menunjukkan pengaruh buruh rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma

3. Menyadari bahwa mengonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah

banyak berhubungan dengan rendahnya kadar hormone testosterone yang

dapat mengganggu pertumbuhan sperma

4. Berperilaku sehat.
23

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk

mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung atau

suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan

dan kelahiran bayi hidup. Dan klasifikasi dari infertilitas ada dua yaitu primer

dan sekunder. Penyebab dari infertilitas ini bisa dipandang dari pihak

perempuan dan laki-lakinya. Jika dari wanita bisa dilihat dari faktor penyakit

dan fungsional. Sedangkan dari segi laki-laki bisa dilihat dari kelainan alat

kelamin dan kegagalan fungsional. Akan tetapi bisa dilihat juga penyebabnya

dari pasangan suami istri tersebut misalnya gangguan pada hubungan seksual

dan psikologisnya.

B. Saran

Apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan lama

belum mempunyai anak maka bisa langsung konsultasi atau periksa ke dokter

ahli untuk segera mengetahui penyebabnya. Karena jika sudah melakukan

usaha terus-menerus tapi tidak ada hasilnya, pasti terjadi infertilitas yang bisa

disebabkan dari pihak laki-laki, perempuan atau hubungan dari kedua

pasangan suami istri tersebut.

23
24

DAFTAR PUSTAKA

Agung, 2013. Penanganan Kelainan Endokrinologi Reproduksi Dan Fertilitas


Dalam Praktek Sehari-hari : Jakarta,: Sagung Seto

Anwar, Ruswana. 2017. Modul Konseling Asuhan Kebidanan pada Ibu


Menopause. Jakarta: Sagung Seto

Baziad, Ali. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta: Sagung Seto

Djuwantono, Tono. 2012. Step by Step Penanganan Kelainan Endokrinologi


Reproduksi dan Fertilitas dalam Praktik Sehari-Hari. Jakarta: Sagung Seto

Hestiantoro, Andon. 2013. Konsensus Penanganan Infertilitas

Nessi, Maryanah, 2018. Kesehatan Reproduksi Remaja. Malang : Wineka Media.

Mukhlisina, 2020. Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Media Sains Indonesia

Anda mungkin juga menyukai