Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA


REMAJA DAN PRANIKAH
Dosen Pembimbing : Gusti Ayu Marhaeni, M.Biomed

OLEH :
1. Desak Made Devi Prasetyaningsih (P07124322041)
2. Indrayani (P07124322042)
3. Ni Made Tatik Karismawati (P07124322043)
4. Luh Astini Dewi (P07124322044)
5. Kadek Yuli Astini (P07124322045)
6. Ni Luh Putu Eka Apriliani (P07124322046)
7. Ni Putu Neysa Putri Arthayani (P07124322047)
8. Kadek Dwi Purnama Sari (P07124322048)
9. Luh Putu Mega Puspita Pertami (P07124322049)
10. Ni Luh Putu Wahyu Agustini (P07124322050)
11. Ni Putu Harista Diandari (P07124322051)
12. Ni Nyoman Dila Triana Putri (P07124322052)
13. Ni Ketut Yuni Arista Dewi (P07124322053)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
PRAKATA........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan Praktik.......................................................................................... 2
C. Metode Praktik......................................................................................... 3
D. Sistematika Penulisan Laporan................................................................ 4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Masa Remaja (Adolesen)............................................................................... 5
B. Konsep Dasar Perkembangan Remaja........................................................... 6
C. Manajemen Kebidanan dan Standar Asuhan Kesehatan Reproduksi............ 8
D. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja, Prakonsepsi........................... 11
E. Fluor Albus.................................................................................................... 13
F. Persiapan Pra Nikah....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk usia remaja 10-24 tahun berkisar 1,2 milyar jiwa (18%) di dunia
yang memerlukan perhatian serius karena termasuk dalam usia sekolah dan usia
kerja, dan berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi yaitu perilaku
seksual pranikah, pernikahan dini, kehamilan dini, NAPZA dan HIV/AIDS. WHO
(2015) menyebutkan bahwa sekitar 21 juta remaja perempuan yang berumur 15-
19 tahun di Negara berkembang, mengalami kehamilan setiap tahun dan hampir
setengah kehamilan tersebut (49%) merupakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Kehamilan tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya perilaku seks
menyimpang yang cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 18
negara terjadi peningkatan kasus kehamilan usia remaja di daerah perkotaannya.
Persentase perempuan melahirkan pertama kali <18 tahun, lebih dari 83% dari
populasi pada daerah tersebut.
Peningkatan jumlah remaja di Asia yang melakukan hubungan seksual di
luar nikah dan melakukannya dengan tidak aman sehingga meningkatkan resiko
terjadinya penyakit-penyakit menular seksual dan kanker serviks pada remaja,
sangat sedikit remaja yang mendapatkan pendidikan kesehatan seksual dan
memiliki pengalaman seksual (Olgavianita, 2015). Tingginya angka remaja yang
sudah pacaran dikhawatirkan dapat menjerumuskan ke dalam perilaku seks
pranikah. Hal ini menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan pernikahan
dini, yang berisiko terkena kanker leher Rahim. Permasalahan remaja seringkali
berawal dari kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran berprilaku
untuk menerapkan kesehatan reproduksi, belum memadai (Hastuti, 2018).
Kementerian Kesehatan RI sejak tahun 2003, telah mengembangkan
program kesehatan remaja dengan menggunakan pendekatan khusus yang dikenal
sebagai Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Sejak tahun 2003, hingga
akhir tahun 2013, dilaporkan bahwa dari 497 Kabupaten/Kota yang ada di
Indonesia telah memiliki minimal 4 Puskesmas mampu laksana PKPR. Selain itu,
pengembangan PKPR di tingkat Rumah Sakit sebagai layanan rujukan juga telah

1
dilakukan. Berbagai upaya kerjasama lintas sektor instansi terkait juga dilakukan
seperti BKBP3A, Dinas Pendidikan, Departemen Agama, dan lain-lain.
Menurut Mega, 2017 kolaborasi kegiatan yaitu Saka Bhakti Husada,
Usaha Kesehatan Sekolah, Pelayanan informasi Komunikasi KRR dan PKPR
yang dikembangakan dan diterapkan kepada remaja putri di beberapa sekolah, di
luar sekolah, SLB, remaja calon ibu, korban kekerasan perempuan dan anak, serta
dilakukan di daerah bencana dan konflik, namun pelaksanaannya masih belum
maksimal dilihat dari data cakupan PKPR yang masih rendah. Belum
terpenuhinya hak-hak reproduksi itu mengakibatkan timbulnya masalah dan
bahkan kematian bagi remaja putri. Hasil konferensi ICPD dan MDG’s,
mengharapkan di akhir tahun 2015, minimal 90% dari seluruh jumlah remaja
sudah harus mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksual
serta hak-hak yang menyertainya. Namun sampai saat MDGs berakhir dan
berlanjut pada program SDGs cakupan tersebut belum tercapai.
Dengan demikian, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman, mengetahui
perbedaan teori dan kondisi di lapangan, dan meningkatkan kompetensinya. Oleh
karena pentingnya mahasiswa bidan melakukan praktik langsung pada pasien
nyata di wahana praktik, maka dilaksanakan Praktik Kebidanan Asuhan
Kebidanan Holistik pada Remaja dan Pra Nikah. Melalui praktik ini mahasiswa
diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh saat proses belajar
mengajar di wahana praktik, memperoleh pengalaman dan meningkatkan
kompetensinya sehingga dapat memberikan asuhan yang menyeluruh.

B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Pada akhir Kepaniteraan Klinik diharapkan lulusan profesi bidan mampu
dalam memberikan asuhan kebidanan pada remaja dan pra nikah baik mandiri,
kolaborasi maupun rujukan secara profesional dan berkualitas dengan selalu
memperhatikan aspek budaya lokal.
2. Tujuan Khusus
Pada akhir Kepaniteraan Klinik, lulusan profesi bidan diharapkan mampu:
a. Melakukan pengkajian data secara lengkap, jelas, akurat dan fokus.

2
b. Menetapkan diagnosa kebidanan serta masalah Kebidanan dengan
menerapkan cara berpikir kritis.
c. Menyusun perencanaan asuhan kebidanan holistik pada remaja dan pranikah.
d. Melaksanakan asuhan kebidanan holistik pada remaja dan pranikah dengan
pendekatan holistik.
e. Melakukan evaluasi secara komprehensif pada asuhan kebidanan holistik pada
remaja dan pranikah yang telah diberikan.
f. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan holistik pada remaja dan
pranikah.
g. Melakukan reflektif praktik

C. Metode Praktik
Dalam melakukan observasi terhadap pelayanan yang diberikan oleh bidan
di Puskesmas Mengwi I, terdapat beberapa metode praktik yang digunakan, antara
lain :
1. Studi Kepustakaan
Metode kepustakaan dilakukan melalui penelitian langsung ke perpustakaan,
guna mencari informasi dan teori-teori yang berkaitan dengan dalam asuhan
kebidanan berupa buku-buku serta dokumen yang ada relevansinya dengan
asuhan kebidanan holistik pada remaja dan pra nikah.
2. Observasi
Metode observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan
mengadakan pengamatan yang sistematis, pengamatan yang dimaksud bisa
secara langsung pada dokumen atau catatan khusus. Dengan metode observasi,
mahasiswa melakukan pengamatan yang sistematis terhadap asuhan kebidanan
holistik pada remaja dan pra nikah.
3. Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi merupakan metode dengan mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda
dan sebagainya. Dalam metode ini mahasiswa mencari data mengenai
pelayanan yang diberikan oleh bidan dari catatan maupun buku-buku yang
ada.

3
D. Sistematika Penulisan Laporan
.Dalam laporan pendahuluan praktik ini terdiri dari dua bab, antara lain
BAB I Pendahuluan yaitu bab yang terdiri dari latar belakang yang mengangkat
mengenai pentingnya mahasiswa bidan untuk melaksanakan praktik di wahana
praktik dengan pasien sebagai subjek langsung untuk memberikan asuhan
kebidanan holistik pada remaja dan pra nikah dengan mutu yang berkualitas.
Bagian selanjutnya yaitu tujuan praktik, metode praktik dan sistematika penulisan
laporan. BAB II terdapat kajian teori mengenai pembahasan diantaranya: asuhan
kebidanan holistik pada remaja dan pra nikah. Selain itu juga disertakan dengan
Daftar Pustaka yang memuat sumber pustaka yang diambil atau digunakan dalam
laporan ini.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Masa Remaja (Adolesen)


Adolesen adalah masa peralihan dari pubertas ke dewasa yaitu pada umur
11-20 tahun. Pada masa ini mulai terbentuk perasaan identitas individu,
pencapaian menasipasi dalam keluarga, dan usahanya untuk mendapatkan
kepercayaan dari ayah dan ibu. Pada masa peralihan tersebut, individu matang
secara fisiologik dan kadang-kadang psikologik.

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan


psikososialdan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut
(Sarwono,2011):

1. Masa remaja awal (Early adolescence): umur 11-13 tahun

Remaja pada tahap ini masih berfokus pada perubahan-perubahan yang


terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan
itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, tertarik pada lawan jenis, dan
mudah terangsang secara erotis serta berkurangnya kendali terhadap ego. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit mengertidan dimengerti orang dewasa.

2. Masa remaja pertengahan (Middle adolescene): umur 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman sebaya.ia senang jika
banyak teman yang menyukainya. Selain itu, berada dalam kondisikebingungan
dalam emmilih teman, dan cenderung menyukai teman dengan karakteristik yang
mirip dengan dirinya.

3. Masa remaja lanjut (Late adolescene): umur 17-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menujuu periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal dibawah ini, yaitu:

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.


b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam
pengalaman-pengalaman baru.

5
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh “dinding pembatas” yang memisahkan diri pribadinya dan
masyarakat umum.

B. Konsep Dasar Perkembangan Remaja


1. Pertumbuhan Genitalia Pada Masa Janin Sampai Anak-Anak
Pada janin usia 5 bulan, seluruh vagina sudah terbentuk. Bagian kaudal masih
tertutup himen (dibentuk oleh lapisan tipis sinus urogenitalis). Pada dinding lateral vagina
ditemukan sisa-sisa duktus wolfii dalam bentuk kista gartner. Perkembangan pada bayi
wanita, saat baru lahirm pembentukan genitalia interna sudah selesai. Folikel primordial
telah lengkap di dua ovarium (750.000) dan tidak berubah lagi. Saat itu sudah terbentuk
organ-organ genitalia, yaitu : tuba, uterus, vagina, dan genitalia eksterna, labia mayora
telah menutupi labia minora. Pengaruh estrogen pada beberapa minggu setelah lahir,
terutama minggu pertama dan kedua setelah lahir, sehingga uterus bayi baru lahir lebih
besar dibandingkan dengan anak kecil.
Pengaruh estrogen dapat menyebabkan pembengkakan payudara pada bayi wanita
dan pria selama 10 hari pertama kehidupan, kadang disertai sekresi cairan seperti air
susu. Sekitar 10-15% bayi wanita mengalami perdarahan pervaginam pada minggu
pertama yang bersifat withdrawal bleeding. Ciri khas dari masa kanak-kanan terjadi
perangsangan oleh hormon kelamin sangat kecil, kadar estrogen dan hormon
gonadotropin sangat rendah, menyebabkan perubahan pada awal pubertas. Kondisi
lainnya berupa asiditas vagina yang rendah sehingga memudahkan infeksi di samping
pengaruh hipofisis dalam pertumbuhan badan.
2. Perubahan Pubertas
Bayi laki-laki dan perempuan dilahirkan dengan semua organ reproduksi mereka
tapi belum atang dan tidak dapat berfungsi. Organ reproduksi wanita tumbuh sangat
sedikit sampai pubertas. Gadis mulai pubertas satu atau dua tahun lebih awal dari anak
laki-laki, pada usia rata-rata 10 tahun. Gadis juga menyelesaikan pubertas lebih cepat dari
anak laki-laki, sekitar 4 tahun, bukan 6 tahun.

6
Pubertas pada anak perempuan dipengaruhi kelenjar hipofisis untuk
mensekresikan hormon yang menargetkan ovarium. Dua hormon hipofisi yang terlibat:
luneinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Hormon-hormon ini
merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen. Estrogen, pada giliriannya,
mendorong pertumbuhan dan perubahan fisik lainnya selama pubertas. Ini merangsang
pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi internal payudara dan rambut
kemaluan. Saat lahir perbanding serviks dan korpus uteri adalah 1:1 karena hipertrofi
korpus. Setelah pengaruh estrogen hilang, perbandingkan menjadi 2:1 dan pada pubertas
menjadi 1:2.
Anak laki-laki dan perempuan mengalami percepatan pertumbuhan remaja, gadis-
gadis lonjakan pertumbuhan lebih awal 1-2 tahun lebih cepat dari pada laki-laki (dan oleh
karena itu beberapas sentimeter lebih pendek, rata-rata).Memiliki percepatan
pertumbuhan yang lebih pendek. Misalnya, mereka biasanya mencapai tinggi dewasa
mereka sekitar usia 15. Gadis-gadis biasanya tidak tumbuh secepat anak laki-laki selama
lonjakan pertumbuhan, bahkan pada tingkat puncak pertumbuhan. Akibatnya, perempuan
sekitar 10 sentimeter (sekitar 4 inci) lebih pendek, rata-rata, dibandingkan laki-laki pada
saat mereka mencapai ketinggian akhir mereka.
Masa pubertas adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,
merupakan masa dimulainya fungsi ovarium secara mantap dan teratur. Dimulai
timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder dan berakhir kalau sudah ada kemampuan
reproduksi. Pubertas pada wnita rata-rata pada usia 8-14 tahun.
Faktor yang mempengaruhi pubertas, di antaranya: bangsa, iklim, gizi, kesehatan
atau penyakit, dan kebudayaan. Pada saat pubertas, ada beberapa kejadian penting, yaitu:
pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche atau haid
pertama kali, perubahan psikis, dan ovarium mulai berfungsi dibawah pengaru hormon
gonadotropin dari hipofisis, dan hormon ini dikeluarkan atas pengaruh dari realizing
factor dari hipotalamus.
Pengaruh peningkatan hormon menyebabkan pertumbuhan badan anak yang
cepat, terutama ekstremitas, badan lambat laun mendapat bentuk sesuai jenis kelamin.
Kecepatan ppertumbuhan karena pengaruh estrogen, menyebabkan penutupan garis
epifisis tulang-tulang sehingga pertumbuhan berhenti. Selain itu, pengaruh estrogen
menyebabkan pertumbuhan genitalia interna dan eksterna dan ciri-ciri kelamin sekunder

7
lainnya. Dalam masa pubertas, genitalia interna dan eksterna lambat laun tumbuh
mencapai bentuk dan sifat seperti pada masa dewasa.
3. Perubahan Pada Masa Reproduksi
Masa reproduksi adalah masa terpenting bagi wanita berlangsung kira-kira 33
tahun, dimana haid paling teratur dan siklus pada alat genitalia memungkinkan terjadinya
kehamilan. Ovulasi sebanyak 450 kali atau lebih, wanita berdarah atau menstruasi selama
1800 hari sepanjang hidup.

C. Manajemen Kebidanan dan Standar Asuhan Kesehatan Reproduksi


Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berpikir logis sistematis. Oleh
karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam
memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktik kebidanan
dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses manajemen
kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah :
1. Identifikasi dan analisa masalah
2. Diagnosa kebidanan
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
Pada tahun 1997, Helen Varney menyempurnakan proses 5 langkah tersebut
menjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang
bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa dipecah-
pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Helen Varney
Langkah I : mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan klien secara keseluruhan
Langkah II : mengintrepretasikan data untuk mengidentifkasi
diagnosa/masalah
Langkah III : mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya

8
Langkh IV : menetapkan kebutuhan akan tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain, serta rujukan
berdasarkan kondisi klien
Langkah V : menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat
dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada
langkah-langkah sebelumnya
Langkah VI : melaksanakan langsung asuhan secara efisien dan aman
Langkah VII : mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan
mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek
asuhan yang tidak efektif
Melihat kembali penjelasan diatas maka proses manajemen kebidanan merupakan
pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien. Diharapkan dengan
pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, serta seluruh aktifitas atau
tindakan yang diberikan oleh bidan pada klien akan efektif, serta terhindar dari seluruh
aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk
klien.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan, salah satu komponen di
dalamnya berisi mengenai standar kompetensi bidan di Indonesia, sebagai acuan untuk
melakukan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Keterampilan dasar yang harus dimiliki bidan meliputi mengidentifikasi
gangguan, masalah, dan kelainan pada sistem reproduksi; menangani perdarahan
abnormal dan abortus spontan; melakukan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada
wanita yang mengalami gangguan sistem reproduksi; memberi pelayanan dan pengobatan
sesuai dengan kewenangan terkait masalah reproduksi, yang meliputi keputihan,
perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid.
Keterampilan tambahan yang harus dikuasai bidan, khususnya yang berkaitan
dengan standar kompetensi kesembilan, adalah keterampilan untuk menggunakan
mikroskop agar dapat melakukan pemeriksaan apusan vagina serta keterampilan untuk
mengambil dan mengirim sediaan pap smear sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang
valid. (Yuni, R. 2012)

9
D. Asuhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja, Prakonsepsi
1. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
Masa remaja yaitu pada usia ( 10-19 tahun) adalah masa khusus dan penting,
karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja tersebut
disebut juga masa transisi yang unik yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik,
emosi dan psikis. Pada masa remaja terjadi perubahan organ biologis yang cepat dan
tidak seimbang dengan perubahan mental dan emosional atau kejiwaan. Keadaan ini
dapat membuat remaja bingung. Oleh karena itu perlu pengertian, bimbingan dan
dukungan dari lingkungan di sekitarnya sehingga remaja dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang sehat dan baik jasmani, mental maupun psikososial.
Faktor-faktor yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja termasuk kesehatan
reproduksi, antara lain :
a. Masalah gizi meliputi antara lain:
1) Anemia dan kurang energy kronis (KEK).
2) Pertumbuhan yang terhambat pada remaja perempuan yang dapat mengakibatkan
panggul sempit dan resiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah di kemudian
hari.
b. Masalah pendidikan antara lain :
1) Buta huruf, ini menyebabkan remaja tidak mempunyai akses terhadap informasi
yang dibutuhkannya dan kemungkinan tidak atau kurangnya kemampuan
mengambil keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya.
2) Pendidikan rendah sehingga remaja kurang mampu memenuhi kebutuhan fisik
dasar setelah berkeluarga, akibatnya akan berpengaruh pada kesehatan dirinya
sendiri dan keluarganya.
c. Masalah lingkungan dan pekerjaa antara lain:
1) Lingkungan dan suasana kerja remaja yang buruk dapat mengganggu kesehatan
reproduksi remaja.
2) Lingkungan social yang kurang atau tidak sehat dapat sebagai penghambat mental
dan emosional remaja.
d. Masalah perkawinan dan kehamilan dini antara lain:

10
1) Ketidak matangan secara fisik dan mental.
2) Resiko kompilkasi dan kematian ibu dan bayi lebih tinggi.
3) Resiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman.
4) Kemungkiana kehilangan kesempatan kerja untuk pengembangan diri remaja.
e. Masalah seks dan seksualitas antara lain:
1) Kehamilan pada remaja.
2) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang kesehatan reproduksi.
3) Kurangnya bimbingan untuk bersikap postif dalam hal yang berkaitan seksualitas.
4) Penyalahgunaan hubungan seksual.
5) Kehamilan diluar nikah.
6) Penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yang dapat menyebabkan penularah
hiv/aids melalui jarum suntik dan melalui hubungan seksual.

Dengan adanya motivasi dan pengetahuan yang mamadai untuk manjalani masa
remaja secara sehat, diharapkan para remaja mampu untuk memelihara kesehatan dirinya
sehingga mampu memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan kesehatan reproduksi
remaja, maka perlu penyuluhan pada orang tua dan remaja. Dalam Pedoman dan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) BKKBN, (2006):
1. Memberi penyuluhan kepada orang tua perlu mengenai sikap orang tua menghadap
remaja. Para orang tua harus mengetahui dan menyadari bahwa menghadapi remaja
orang tua sebaiknya memiliki sifat: 1)Berbicara secara halus terbuka dan jujur
terhadap remaja, 2)Membangun suasana komunikasi yang santai, 3)Memiliki
pengetahuan dan wawasan tentang remaja termasuk pergaulan remaja sekarang.
2. Membangun hubungan harmonis dengan remaja. Membangun komunikasi dengan
remaja, perlu menyadari bahwa masa remaja adalah masa transisi antara masa anak
dan masa dewasa. Orang tua mampu membantu mengarahkan remaja untuk
mengembangkan potensi diri sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan
membentuk nilai-nilai yang memungkinakan remaja untuk membuat pilihan yang
bijaksana serta menggunakan kebebasan secara bijaksana pula.
3. Memperhatikan kunci pokok berkomunikasi dengan remaja
a. Mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan sekitar sekolah dan aktivitasnya.
b. Perhatikan pendapat remaja.
c. Sediakan waktu untuk mendiskusikan hal-hal yang sensitive.

11
d. Berilah dorongan, dengan menyampaikan pesan dengan jelas dan berilah contoh
yang baik.
e. Perhatikan ekspresi mata atau mimik muka dan bahasa tubuh anak.
f. Tanggapilah apa yang disampaikan remaja, jangn memberikan nasehat pada
setiap kalimat yang disampaikan anak remaja.

2. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Masa Pra Konsepsi


Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun
sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur,
yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Tujuan asuhan prakonsepsi adalah untuk
memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada dalam status kesehatan fisik dan
emosional yang optimal saat sebelum kehamilan. Manfaat adanya asuhan prakonsepsi
adalah adanya kesiapan secara fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa
konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang
dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat
mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan
pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat.
Bagi calon ibu, berikut pemeriksaan klinis yang sebaiknya dilakukan:
a. Rongga Panggul.
Pemeriksaan ini akan mendeteksi, apakah ada masalah pada organ reproduksi
calon ibu. Selain kista, keluhan calon ibu adalah mioma atau miom, yakni sejenis tumor
yang biasanya tumbuh di dinding rahim.Miom memang tidak bersifat ganas, tapi
benjolannya kadang-kadang menekan jaringan sekitarnya, seperti usus dan kandung
kemih.Sehingga, calon ibu merasakan nyeri dan pendarahan hebat saat haid. Jika
kemudian ibu hamil dengan miom dalam rahimnya, maka yang nyeri panggul akan
dialaminya.
b. Berat Badan
Berat Badan calon ibu bisa berpengaruh terhadap kesuburan. Berat badan yang
berlebihan bisa mengakibatkan terjadi ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan
tingkat kesuburan menurun. Jika pun terjadi pembuahan saat berat badan berlebih, risiko
calon ibu untuk menderita diabetes cukup besar. Sebaliknya, jika calon ibu terlalu kurus,
kesuburan akan terpengaruh. Calon ibu bisa mengalami gangguan keseimbangan

12
hormon.Calon ibu yang terlalu kurus menyebabkan ketidakteraturan haid jika bobot
tubuh kurang dari normal, maka tubuh juga susah payah dalam memproduksi hormon
estrogen dengan baik. Ujungnya, ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur) gagal
berlangsung dengan baik.
c. Pap smear
Dokter melakukan pemeriksaan ini untuk mendeteksi ada tidaknya kanker atau
gangguan lain di leher rahim. Pap smear biasanya dilakukan tiga tahun setelah melakukan
hubungan seks pertama kali.Jika ditemukan kelainan, maka harus disembuhkan sebelum
Anda hamil.

E. Fluor Albus/ Keputihan


1. Pengertian Flour Albus
a. Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan darivagina bukan merupakan
darah (Sibagariang, 2010).
b. Flour Albus merupakan pengeluaran cairan pervaginamyang tidak berupa darah
yang kadang merupakan sebuah manifestasi klinik dari infeksi yang selalu
membasahi dan menimbulkan iritasi, rasa gatal, dan gangguan rasa tidak nyaman
pada penderitanya (Shadine, 2012).
2. Klasifikasi Flour Albus menurut Sibagariang (2010) adalah :
a. Flour Albus fisiologis
Dalam keadaan normal ada sejumlah secret yang mempertahankan kelembapan
vagina yang banyak mengandung epitel dan sedikit leukosit dengan warna jernih.
Tanda – tanda keputihan normal adalah jika cairan yang keluar tidak terlalu
kental, jernih, warna putih atau kekuningan jika terkontaminasi oleh udara, tidak disertai
rasa nyeri, dan tidak timbul rasa gatal yang berlebih. Hal hal yang dapat menyebabkan
terjadinya Flour Albus fisiologis antara lain:
1) Waktu sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, karena mulai mendapat
terdapat pengaruh esterogen.
2) Wanita dewasa apabila dirangsang dan waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran
transudasi dari dinding vagina.
3) Waktu sekitar ovulasi karena adanya produksi kelenjar-kelenjar pada mulut
serviks uteri menjadi lebih encer.

13
4) Pada wanita hamil disebabkan karena meningkatnya suplai darah ke vagina dan
mulut rahim sehingga terjadi penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.
5) Akseptor kontasepsi pil dan IUD serta seorang wanita yang menderita penyakit
kronik atau pada wanita yang mengalami stres.
b. Flour Albus Patologis
Penyebab terjadinya Flour Albus patologis adalah:
1) Infeksi
Adanya kuman, jamur, parasit, dan virus dapat menghasilkan zat kimia tertentu
bersifat asam dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
2) Benda asing
Adanya benda asing yang dapat merangsang pengeluaran cairan dari liang
senggama yang berlebihan.
3) Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan,
sehingga mengakibatkan sel tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak,
akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan
oksigen pada sel kanker tersebut.
4) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Kadang – kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang senggama yang
bercampur air seni atau feses, yang terjadi akibat adanya lubang kecil dari kandung
kencing tau usus ke liang senggama akibat adanya cacat bawaan, cedera persalinan,
radiasi dan akibat kanker.
5) Menopause
Pada menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam pematangan
sel akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal
karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.
c. Tanda dan gejala Flour Albus
Menurut Sibagariang (2010), ada beberapa tanda dan gejala FlourAlbus, aintara
lain :
1) Fisiologis
a) Cairan yang tidak berwarna / bening
b) Tidak bebau

14
c) Tidak berlebihan
d) Tidak menyebabkan rasa gatal
2) Patologis
a) Keputihan yang disertai gatal, panas pada vagina
b) Keluarnya lendir yang kental
c) Rasa panas saat kencing
d) Secret vagina berwarna putih dan menggumpal
e) Berwarna putih ke abu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk.
d. Faktor Penyebab Flour Albus
Beberapa penyebab Flour Albus menurut Shadine (2012), antara lain :
1) Infeksi vagina oleh jamur (candida albicans) atau parasit (tricomonas). Jenis
infeksi yang terjadi pada vagina yakni, bacterialvaginosis, trikomonas, dan
candidiasis. Bacterial vaginosis merupakan gangguan vagina yang sering ditandai
dengan keputihan dan bau tak sedap. Hal ini disebabkan oleh Lactobacillus
menurun, bakteri patogen (penyebab infeksi) meningkat, dan PH vagina
meningkat.
2) Faktor hygiene yang jelek. Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat
menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini terjadi karena kelembaban vagina
yang meningkat sehingga bakteri patogen penyebab infeksi mudah menyebar.
3) Pemakaian obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid, dan pil KB) dalam waktu yang
lama, karena pemakaian obat-obatan khususnya antibiotik yang terlalu lama dapat
menimbulkan sistem imunitas dalam tubuh. Sedangkan penggunaan KB
mempengaruhi keseimbangan hormon wanita. Biasanya pada wanita yang
mengonsumsi antibiotik timbul keputihan.
4) Stres, otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi kita reseptor otak
mengalami stres maka hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan
keseimbangan dan dapat menyebabkan timbulnya keputihan.
e. Pencegahan Flour Albus.
Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya Flour
Albus, antara lain :
1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Rambut vagina
atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi kuman.

15
2) Biasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan
dari depan kebelakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi. Jangan
lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering.
3) Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian celana
dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat. Usahakan
menggunakan celana dalam yang terbuat dr bahan katun yang menyerap keringat.
4) Pemakaian celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan kelembaban daerah
vagina. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya.
5) Hindari terlalu sering memakai bedak talk di sekitar vagina, tisu harum, atau tisu
toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
6) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat air yang
tidak bersih. Jadi, bersihan bak mandi, ember, ciduk, water torn, dan bibir kloset
dengan antiseptik untuk menghindari menjamurnya kuman.
7) Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari keputihan
yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui hubungan seks.
8) Menghindari berhubungan seks pra nikah.
f. Patosifiologi Flour Albus
Pada dasarnya dalam keadaan normal, organ vagina memproduksi cairan yang
berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna dan jumlah tidak berlebih. Cairan ini
berfungsi sebagai sistem perlindungan alami, mengurangi gesekan di dinding vagina saat
berjalan dan saat melakukan hubungan seksual. Sebenarnya di dalam alat genital wanita
terdapat mekanisme pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pada
pH vagina berkisar antara 3,8-4,2. Sebagian besar, hingga 95% adalah bakteri patogen
(yang menimbulkan penyakit). Biasanya ketika ekosistem didalam keadaan seimbang,
bakteri patogen tidak akan mengganggu.Masalah baru timbul ketika kondisi asam ini
turun alias lebih besar dari 4,2. Bakteri-bakteri laktobasilus gagal menandingi bakteri
patogen. Ujungnya, jamur akan berjaya dan terjadilah keputihan (Shadine, 2012).
g. Penatalaksanaan Flour Albus.
Menurut Shadine (2012), untuk menghindari komplikasi yang serius dari Flour
Albus, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga
memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat

16
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya di berikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan
dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi
infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri danparasit.
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti cream yang
dioleskan dan vulva yang dimasukan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan
yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual
dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain
itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulanganya yaitu dengan :
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2) Setia untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,
panty liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dengan
arah depan kebelakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6) Hindari penggunaan bedak talk, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena menyebabkan iritasi.
7) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
h. Evaluasi Flour Albus
Pada evaluasi kasus gangguan reproduksi dengan Flour Albus diharpkan dalam
waktu 2 minggu Flour Albus sudah berkurang, tidak ada infeksi lanjut, klien merasa tidak

17
cemas dan nyaman.

F. Persiapan Pra Nikah


1. Persiapan Fisik:
Pemeriksaan status kesehatan : tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi
nafas, tekanan darah).
2. Persiapan Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi serta
defisiensi asam folat.
3. Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit, Golongan Darah dan
Rhesus, Gula Darah Sewaktu (GDS), Thalasemia, Hepatitis B dan C, TORCH
(TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes simpleks)
4. Status Imunisasi TT: Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap
penyakit tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk
mencapai kekebalan penuh.
5. Persiapan Pra Nikah, Status TT Interval (selang waktu) minimal

Status Imunisasi Interval (Selang waktu) Lama

TT1 0
TT2 4 miggu setelah TT1 3 Tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 Tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 Tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 Tahun

6. Menjaga kebersihan organ reproduksi


a. Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
b. Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik.
c. Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
d. Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.

18
e. Khusus untuk perempuan: - tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan
pembilas vagina. - Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
f. Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap 4
jam sekali atau setelah buang air.
g. Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
h. Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardina M. Akses informasi kesehatan reproduksi. Jurnal Komunikator. 2017;


9(1): 17-24.

Hastuti P, Aini FN, Sartika QL, Kurnasih H. Cegah pernikahan dini melalui pusat
informasi dan konseling kesehatan reproduksi. Jurnal Link. 2018; 13(2):
34-7.

Kementerian kesehatan RI. 2015. Kesehatan Reproduksi Dan Seksual Bagi Calon
Pengantin. Jakarta

______ .2016. Jakarta: Ditjen Kesehatan Masyarakat; 2017.

Malarcher, S. (2010). A View of sexual and reproductive health through the equity
lens. In World Health Organization (2010). Social determinants of sexual
and reproductive health. Informing future and programme
implementation. Geneva: Switzerland

Olgavianita K. Perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi berdasarkan


pemanfaatan PIK-KRR di SMA Negeri 1 Ngunter [skripsi]. Surakarta:
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2015.

Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info


Media: Jakarta

19
Rahyani, R.(2016). Modul Perkuliahan Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Pada
Kesehatan Reproduksi. Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar: Poltekkes
Denpasar

Rahyani, R. (2012). Kesehatan Reproduksi Buku Ajar Bidan. EGC: Jakarta


Sarwono. 2011. Psikologi Remaja.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

UN Millennium Project. (2006). Public choices, private decisions; sexuall and


reproductive health and the Millennium Goals. India: United Nations
Development Programme

Wiknjosastro, H. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

World Health Organization. (2007). Unsafe abortion: Global and regional


estimates of the incidence of unsafe abortion and associated mortality in
2003. Fifth edtion. Geneva: Switzerland

Yanti. (2011). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

20

Anda mungkin juga menyukai