Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI


JUDUL KASUS : PRA NIKAH DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK)
DI PUSKESMAS SEBELAT
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Dosen Pembimbing Pendidikan: ……………………

Disusun Oleh:

Nama : Ika Merdeka Wati


NPM : 2126060025.P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2021/2022
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)
STASE ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI
JUDUL KASUS : PRA NIKAH DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK)
DI PUSKESMAS SEBELAT
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Bengkulu, Juli 2022


Pembimbing Pendidikan Preceptor Lahan Mahasiswa
TTD TTD TTD

(…………………..) (………………….) (…………………)


DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II Tinjauan Teori
Tinjauan Teori
Dokumentasi SOAP Dan Rencana Tindak Lanjut
BAB IV Pembahasan
BAB V Simpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-
24 tahun dan belum menikah.
Hal yang perlu diperhatikan adalah kesiapan fisik calon ibu, salah satunya adalah
Kekurangan Energi Kronis (KEK). Kurang Energi Kronis merupakan keadaan
dimana ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis)
yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi
pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). Seseorang dikatakan
menderita risiko KEK bilamana LILA < 23,5 cm (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, proporsi wanita usia subur resiko KEK
usia 15-19 tahun yang hamil sebanyak 38,5% dan yang tidak hamil sebanyak
46,6%. Pada usia 20-24 tahun adalah sebanyak 30,1% yang hamil dan yang tidak
hamil sebanyak 30,6%. Selain itu, pada usia 25-29 tahun adalah sebanyak 20,9%
yang hamil dan 19,3% yang tidak hamil. Serta pada usia 30-34 tahun adalah
sebanyak 21,4% yang hamil dan 13,6% yang tidak hamil. Hal ini menunjukkan
proporsi WUS (Wanita Usia Subur) risiko KEK mengalami peningkatan dalam
kurun waktu selama 7 tahun.
Masalah gizi kurang pada kelompok wanita mempengaruhi status gizi pada
periode siklus kehidupan berikutnya (intergenation impact). Ibu hamil dengan
status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung
melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar
dibanding dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan berat badan yang normal.
Sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami tiga masalah gizi
khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia (Saimin
dalam Ferial 2011).
Ibu Hamil yang mengalami KEK memberikan dampak buruk bagi ibu dan janin.
Kekurangan gizi dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin, abortus, cacat
bawaan, lahir mati, asfiksia, dan BBLR. Efek jangka pendek KEK diantaranya
yaitu anemia, perkembangan organ tidak optimal dan pertumbuhan fisik kurang,
sehingga mengakibatkan kurang produktifnya seseorang. Sehingga perlu ada
pencegahan terhadap kejadian KEK (Waryono, 2010).
Penelitian Hawkins, et al (2015) menyebutkan mengenai manfaat persiapan
pranikah dalam membantu pasangan membangun hubungan jangka panjang yang
sehat dan meningkatkan kesejahteraan anak. Dengan kesehatan reproduksi yang
telah disiapkan semenjak pranikah dapat menurunkan kehamilan tidak diinginkan
dan juga mengurangi adanya kelainan yang terjadi pada saat hamil, bersalin,
maupun nifas. Dengan demikan, bidan sebagai ujung tombak kesehatan ibu dan
anak memiliki peran penting dalam memberikan edukasi tetang perencanaan
kehamilan pada calon pengantin dalam asuhan kebidanan pranikah. Berdasarkan
pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk Menyusun case base discussion tentang
“Asuhan kebidanan pada Nn. S Wanita Usia Subur usia 24 tahun dengan Kekurangan
Energi Kronis (KEK) Di Puskesmas Selebat ” dengan penyusunan laporan secara
terstruktur dan sistematis.

B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan case base discussion ini adalah untuk
melatih penalaran klinis dan menekankan pemecahan masalah yang terdapat pada
kasus yang ditemukan saat melaksanakan praktik klinik kebidanan yang berjudul
“Asuhan kebidanan pada Nn. S Wanita Usia Subur usia 24 tahun dengan
Kekurangan Energi Kronis (KEK) Di Puskesmas Selebat” dengan penyusunan
laporan secara terstruktur dan sistematis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kekurangan Energi Kronik (KEK)


Menurut Helena (2013), Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah
satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut satu atau
lebih zat gizi. Sedangkan menurut Kemenkes (2013), Kekurangan Energi
Kronik (KEK) merupakan keadaan status gizi kurang yang dapat terjadi
pada Wanita Usia Subur (WUS) maupun wanita hamil.
Pada Rhole Island Departement of Health (2012) wanita prakonsepsi
merupakan wanita yang siap menjadi ibu serta memperhatikan kesehatan
dirinya. Menurut Kemenkes 2013 penyebab utama KEK adalah kekurangan
asupan energi dalam waktu lama dan dapat diketahui dengan cara mengukur
Lingkar Lengan Atas (LiLA) melalui ambang batas <23,5 cm bagi WUS
dan wanita hamil.

B. Etiologi Kekurangan Energi Kronik (KEK)


Terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan faktor
manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi sehingga
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis
dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Berdasarkan penelitian Thaha
dkk (2014), menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya status gizi
kurang pada ibu hamil adalah pengetahuan, asupan gizi (konsumsi pangan),
pendidikan, penyakit infeksi (tingkat kesehatan), pekerjaan, dan status
ekonomi. Berdasarkan penelitian Febriyeni, 2017 menyatakan ada
hubungan pengetahuan (p = 0,013 dan OR = 12,000), ekonomi (p = 0,035
dan OR= 10,000), dan pola makan (p = 0,019 dan OR = 13,200) dengan
kejadian KEK pada ibu hamil.
Menurut Helena (2013) keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan
satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain jumlah zat gizi yang
dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang
dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.
C. Patofisiologi
Menurut Supariasa tahun 2012 patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi
melalui lima tahapan yaitu: pertama, ketidakcukupan zat gizi. Apabila
ketidakcukupan zat gizi ini berlangsung lama maka persediaan/cadangan
jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua,
apabila ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang
ditandai dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia
yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi
perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi
perubahan anatomi yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik.
Proses terjadinya KEK merupakan akibat dari faktor lingkungan dan
faktor manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi, maka
simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis
dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan.

D. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala terjadinya KEK adalah berat badan kurang dari 40 kg
atau tampak kurus dan LiLA kurang dari 23,5 cm. LiLA umumnya
dijadikan indikator antropometris untuk menilai kejadian KEK. Kategori
KEK adalah apabila LiLA kurang dari 23,5 cm atau berada pada bagian
merah pita LiLA saat dilakukan pengukuran. Menurut Depkes RI (1994) di
dalam buku Supariasa (2002) pengukuran LiLA pada kelompok Wanita
Usia Subur (WUS) adalah salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat
dilaksanakan pada masyarakat awam untuk mengetahui kelompok beresiko
KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. LiLA adalah suatu
cara untuk mengetahui resiko KEK.
Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik pada ibu
hamil maupun calon ibu (remaja putri). Adapun tujuan lebih luas antara
lain:
1. Mengetahui resiko KEK pada WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat
lahir rendah.
2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
3. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
4. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK.
5. Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita
KEK.
Ambang batas LiLA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm, apabila ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm atau berada pada bagian
merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). BBLR
mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan pada anak.

E. Penatalaksanaan
Menurut Chinue (2009), cara pencegahan KEK adalah:
1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi yaitu:
Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati
(sayuran berwarrna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). Makan sayur-
sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun
singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat
untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
2. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet
penambah darah.
3. Istirahat cukup
Menghemat tenaga dengan cara mengurangi kegiatan yang melelahkan,
tidur siang menguntungkan dan baik untuk kesehatan.
4. Pemberian makanan tambahan
Pemberian makanan tambahan yaitu pemberian tambahan makan
disamping makanan yang dimakan sehari-hari untuk mencegah
kekurangan energi kronis.

F. Dampak KEK
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS) dan
ibu hamil beresiko melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah. Hal ini terjadi
karena di dalam masa awal kehamilan ibu hamil mengalami malnutrisi
sehingga mempengaruhi perkembangan dan kapasitas embrio. Nutrisi yang
buruk pada kehamilan lanjut akan mempengaruhi pertumbuhan janin
sehingga pertumbuhan janin tidak akan maksimal karena asupan nutrisi
janin yang berasal dari ibu kurang. Berat Bayi Lahir Rendah mempunyai
resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan anak (Atika dan Siti, 2009).
Bila kelompok WUS dengan KEK hamil, berpotensi besar melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), janin tidak berkembang, dan
juga beresiko menyebabkan kematian ibu saat melahirkan (Infodatin 2016).
Hasil penelitian Pujiastuti dan Iriani (2016) berhasil membuktikan adanya
hubungan antara status gizi berdasar LiLA dengan kejadian BBLR.
Wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu
pertama kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita kerusakan
otak dan sumsum tulang karena sistem saraf pusat sangat peka pada 2–5
minggu pertama. Apabila hal tersebut diderita ibu hingga sepanjang minggu
terakhir kehamilan, maka ibu akan melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah (< 2500 gram) (Arisman, 2009).
KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu
antara lain anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
normal dan terkena penyakit infeksi. KEK ibu hamil dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). Pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur),
perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung
meningkat.
BAB III

DOKUMENTASI SOAP

Asuhan Kebidanan Pada Nn. S Wanita Usia Subur Usia 24 Tahun Dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) Di Puskesmas Selebat

Responsi
Deskripsi Kegiatan TTD
Pembimbing CI
Tanggal: xx-xx-2022 Subjektif
1. Nn. S datang mengatakan ingin suntik TT untuk persiapan pernikahan dan
No RM: kehamilan. TTD
2. Nn. S berencana menikah pada bulan Agustus 2022. Mahasiswa:
Identitas Pasien
Objektif
Nama : Ny. S 1. Keadaan Umum : baik, Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Antropometri
BB : 55 Kg, TB: 156 cm, IMT : 22.6 Kg/m2, LILA : 23 cm
Umur : 24 tahun 3. Pemeriksaan Vital Sign:
Tekanan Darah : 110/80 mmhg, Respirasi : 20x/menit, Nadi : 80x/menit, TTD Perceptor
Suhu :36,5 ºC Lahan:
Agama : Islam
4. Pemeriksaan penunjang: Hb: 13,2 g/dL %, PP test (-)
Analisa
Suku : Melayu Nn. S calon pengantin usia 24 tahun dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Penatalaksanaan
Pendidikan : SMA TTD
1. Memberitahu Nn. S tentang hasil pemeriksaan bahwa Nn. S mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK). Pembimbing PKK
Pekerjaan: Karyawan
Swasta 2. Menganjurkan Nn. S sebagai caten untuk memperbaiki pola makan supaya KEK
dapat tertangani sebagai persiapan kehamilan. Mulai rajin konsumsi sayur, buah,
Alamat : daging, ikan, ayam, telur serta mengurangi makanan cepat saji, mencegah stress
berlebihan, dan kontrol kesehatan minimal 6 bulan sekali.
3. Memberi KIE kepada Nn. S untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dengan
memperhatikan status gizi ibu sebelum hamil dan pada saat hamil kelak.
4. Memberitahu Nn. S bahwa akan diberikan imunisasi TT.
5. Menyuntikan imunisasi TT 0,5 ml di lengan kiri atas untuk mencegah tetanus
toxoid pada pasien.
6. Memberi KIE kepada Nn. S tentang efek samping imunisasi TT yaitu terasa nyeri
di daerah bekas penyuntikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Nn. S usia 24 tahun datang ke Puskesmas Selebat untuk mendapatkan konseling pra nikah
dan suntik TT, datang pada hari xxx, xx Juli 2022 pukul 10.20 WIB. Nn. S masuk ke ruang
KIA, kemudian dilakukan anamnesa. Hasil pengkajian menunjukkan secara umum baik. Hasil
pemeriksaan menunjukkan TD = 110/80 mmHg, N = 80 x/m, BB = 55 kg, TB = 156 cm dan
Lingkar Lengan Atas (LiLA) = 23 cm. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK jika
memiliki LILA < 23,5 cm. Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu
hamil (bumil) (Depkes RI, 2012).
Lingkar lengan atas merupakan gambaran ketersediaan zat gizi di otot dan lemak bawah
kulit (Hardinsya, 2016). Cadangan energi dapat disimpan dalam bentuk glikogen salah satunya
di otot, sementara kelebihan zat gizi makro yang lain disimpan dalam bentuk jaringan adiposa,
yang ada di lemak bawah kulit, sehingga lingkar lengan atas dapat digunakan sebagai indikator
untuk melihat riwayat asupan gizi seseorang pada masa lampau (Hastuti, 2012).
Nn. S berencana menikah pada bulan Agustus, ia mengatakan bahwa sehari makan 2-3 kali
sehari dengan porsi sedang dengan jenis makanan nasi, sedikit sayur, dan lauk. Dalam satu hari,
Nn. S minum air putih 6-7 gelas. Berdasarkan pola makan sehari hari, asupan nutrisi Nn. S
termasuk kurang. Padahal tubuh membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk menghasilan
energi untuk beraktifitas dan pertumbuhan.
Energi didalam tubuh berfungsi untuk pertumbuhan yaitu untuk sintesis senyawa-senyawa
baru. Energi diperlukan untuk kelangsungan proses didalam tubuh seperti proses peredaran dan
sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan, proses fisiologis lainnya. Energi dalam
tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak. Kebutuhan
energi untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, aktivitas otot, fungsi metabolik untuk
memperbaiki jaringan rusak dan tulang yang sakit atau cidera, sumber energi makanan berasal
dari karbohidrat sebesar 4 kkal/gr, protein sebesar 4 kkal/gr, dan lemak 9 kkal/gr ( Waryono,
2010).
Menurut Pujiatun tahun 2014 menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat konsumsi
energi dengan kejadian kurang energi kronis pada siswa putri di SMA Muhammadiyah 6
Surakarta ditunjukkan dengan nilai p: 0.000 (p < 0,05). Prinsip asupan gizi dengan status gizi
pada seseorang. Jika asupan protein cukup maka status gizi akan baik termasuk ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA).
Perilaku konsumsi makan merupakan salah satu bentuk perilaku pencegahan penyakit,
yaitu respon untuk melakukan pencegahan penyakit dan upaya mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya, seperti dalam rangka pencegahan KEK pada ibu hamil
(Purwoastuti, 2015).
Hasil penelitian Tanziha et al. (2016) menyatakan bahwa faktor resiko utama kejadian
anemia pada ibu hamil adalah status gizi KEK yang terjadi akibat pola makan sebelum hamil
yang tidak adekuat. Malnutrisi KEK masih banyak terjadi pada remaja diantaranya disebabkan
oleh pemahaman yang salah terkait gizi dan kesehatan, body images, atau ketiadaan akses
terhadap makanan sehat (Brown 2011).
Berdasarkan Zaki tahun 2017 mengungkapkan bahwa menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan secara statistik antara asupan zat gizi makro energi, protein, dan lemak dengan
ukuran lingkar lengan atas subjek (p<0.05). Kemudian hasil penelitian Muchlisa et al. (2013)
dimana asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan seng memiliki hubungan yang
signifikan dengan status gizi berdasarkan LiLA yang ditunjukkan dengan nilai p<0.05. Semakin
besar nilai asupan energi, protein, dan lemak dapat meningkatkan nilai lingkar lengan atas.
Menurut Azizah tahun 2017 menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
kekurangan energi kronis adalah pola makan yang kurang beragam dan porsi yang kurang.
Berdasarkan hasil anamnesa, Nn. S bekerja sebagai karyawan swasta yang bekerja dari
pagi hingga sore hari. Nn. S jarang melakukan olahraga khusus karena setelah bekerja Nn. S
merasa lelah karena waktunya untuk melakukan pekerjaan. Pekerjaan Nn. S yang padat dapat
berpengaruh terhadap status gizi saat ini. Aktifitas fisik dalam hal ini pekerjaan ibu merupakan
setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
Aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari berkaitan dengan penggunaan energi yang
menyebabkan terjadinya perubahan status gizi dalam waktu yang relatif lama. Sistem aktivitas
fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme basal untuk bergerak. Berat badan
berkaitan erat dengan tingkat pengeluaran energi tubuh.
Pengeluaran energi ditentukan dua faktor yaitu tingkat aktivitas dan angka metabolisme
basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh.
Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada beberapa banyak otot yang bergerak,
berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan.
Berdasarkan beberapa hal di atas, maka asuhan kebidanan pranikah Nn. S dianjurkan untuk
makan makanan yang seimbang terdiri dari karbohidrat, protein, vitamin, mineral serta
mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Selain itu, Ny. S diharapkan dapat mengatur
pola aktivitasnya dan dapat menjaga kebutuhan istirahat yang hal itu dapat mempengaruhi
kondisi status gizi ibu. Dengan demikian, diharapkan dapat menyiapkan masa pranikah yang
sehat.
BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengkajian, pemeriksaan dan penyusunan laporan case base discussion
didapatkan kesimpulan Nn. S calon pengantin usia 24 tahun dan dari hasil pengukuran Lila 23
cm, di diagnosa dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK). Bidan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada Pra nikah dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) yaitu sesuai evidance base
yaitu dengan melakukan pengkajian secara menyeluruh, pemeriksaan serta melaksanakan
tindakan untuk menangani kasus KEK dengan KIE untuk menjaga pola makan. Setelah bidan
memberikan edukasi pada pasien dan keluarga, maka pasien mengerti dan akan mengikuti
anjuran dari bidan.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Mencegah Pernikahan Anak Melalui
Program KKBPK. 47 (2018).
Dyah, F. faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil. J. Kesehat. 28–50
(2016).
Energi, K., Pada, K. & Hamil, I. B. U. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Kekurangan Energi ... Faletehan Heal. J.4, (2017).
Fallis, A. . KEK. J. Chem. Inf. Model.53, 1689–1699 (2013).
In Reply: BEHAVIOUR THERAPY. Br. J. Psychiatry112, 211–212 (2017).
Kementerian Kesehatan RI. Undang-undang No. 36 Tahun 2014. UU RI No. 36 Tahun 2009 2
(2014).
Tuslihah, S. Hubungan Umur, Paritas dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care. J.
Chem. Inf. Model.53, 1689–1699 (2013).
Universitas Sumatera Utara. Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. (2013).
UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. (2009).
YPAN. UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 1–15

Anda mungkin juga menyukai