Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PENYULUHAN

ANTENATAL CARE

Disusun Oleh:
Muhammad Yamin (120100024)
Nur Harini Purba (120100027)
Mira Tania Andriana (120100413)
R Jeyasangkari A/P Rajendran (120100472)
Christy Sitorus (110100492)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
MEDAN
2017
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Antenatal Care.
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dr.
Arvita Muriany, M.Ked(OG), Sp.OG yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya.

Medan, September 2017

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

2.1. Definisi Pelayanan Antenatal Terpadu .................................... 4

2.2. Konsep Pelayanan .................................................................... 4

2.3. Jenis Pelayanan ........................................................................ 16

2.4. Jadwal Kunjungan ................................................................... 25

2.5. Beberapa Gejala Dan Tanda Bahaya Selama Kehamilan ....... 27

BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 33


1

BAB I

PENDAHULUAN

Sekarang ini sudah umum diterima bahwa setiap kehamilan membawa


risiko bagi kesehatan ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh
wanita yang hamil akan mengalami komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di
Indonesia, sejumlah besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang
bisa berakibat fatal. Survei demografi dan kesehatan yang dilaksanakan pada
tahun 1997 menyatakan bahwa dari tahun 1992 sampai 1997, terdapat 26% wanita
dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. Baru dalam setengah abad ini
diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu
ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi menurun.1

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan
dari 307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2002 menjadi 228/ 100.000
KH pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Namun demikian, masih diperlukan upaya
keras untuk mencapai target RPJMN 201-2014 yaitu 118/100.000 KH pada tahun
2014 dan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals), yaitu
AKI 102/100.000 KH pada tahun 2015. Faktor yang berkontribusi terhadap
kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang
berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti
perdarahan, pre eklampsia/eklampsia, infeksi, persalinan macet dan abortus.
Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat
keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran) menurut SDKI 2002 sebanyak
22.5%, maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan,
persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda
bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan
2

terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan). Faktor berpengaruh lainnya


adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti Malaria, HIV/AIDS,
Tuberkulosis, Sifilis; penyakit tidak menular seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus,
gangguan jiwa; maupun yang mengalami kekurangan gizi. Selain itu masih
terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi. Menurut data SDKI Tahun
2007, angka unmet-need 9,1%. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman, yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu.1,2

Masalah lain adalah HIV pada ibu hamil, selain mengancam keselamatan
ibu juga dapat menular kepada bayinya (mother-to-child transmission). Menurut
data Kementerian Kesehatan tahun 2009, dari 10.026 ibu hamil yang menjalani
test HIV, sebanyak 289 (2,9%) ibu hamil dinyatakan positif HIV. Sifilis
merupakan salah satu infeksi menular seksual yang juga perlu mendapat
perhatian. Ibu hamil yang menderita Sifilis berpotensi untuk melahirkan bayi
dengan Sifilis kongenital. Data terbatas dari tiga kabupaten model, dari 2.640 ibu
hamil yang diperiksa, yang positif 52 ibu hamil (1,97%). Penyakit menular lain
yang masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat adalah Tuberkulosis
(TB). Pada ibu hamil TB dapat memperburuk kesehatan dan status gizi ibu, serta
mempengaruhi tumbuh kembang janin dan risiko tertular pada bayinya.Penyakit
kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma berat, dan gangguan
jiwa sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu, janin dan bayi baru lahir.
Penanganan penyakit kronis pada ibu hamil masih belum seperti yang diharapkan
dan datanya juga belum terekam dengan baik.Kekurangan gizi pada ibu hamil
juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat
perhatian khusus. Kurang asupan zat besi pada perempuan khususnya ibu hamil
dapat menyebabkan anemia yang akan menambah risiko perdarahan dan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, prevalensi anemia pada pada ibu hamil
sekitar 40,1% (SKRT 2001). Di samping kekurangan asupan zat besi, anemia juga
dapat disebabkan karena kecacingan dan Malaria.2,3
3

Masalah gizi yang lain adalah kurang energi kronik (KEK) dan konsumsi
garam beryodium yang masih rendah. Wanita usia subur (WUS) yang berisiko
kurang energi kronik (KEK) sekitar 13,6% dan 62,3% rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beryodium cukup (Riskesdas 2007).Selain penanganan
masalah kehamilan dan komplikasi yang menyertainya, perlu diupayakan
peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan, melalui kegiatan brain boos
termeliputi stimulasi otak janin dan asupan gizi seimbang pada ibu hamil.
Masalah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) merupakan masalah global yang
terkait dengan kesehatan dan hak asasi manusia. Ibu hamil yang mendapat
kekerasan secara fisik dan psikis baik dari suami maupun orang-orang terdekatnya
dapat mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin.

Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap


pelayanan antenatal adalah cakupan K1 - kontak pertama dan K4 - kontak 4 kali
dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi,sesuai standar. Secara
nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, K1 mencapai
94,24% dan K4 84,36% (data Kementerian Kesehatan tahun 2009). Walaupun
demikian, masih terdapat disparitas antar provinsi dan antar kabupaten/kota yang
variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan, juga ditemukan ibu hamil
yang tidak menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontak
dengan tenaga kesehatan (missed opportunity).3

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan antenatal


di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik
perorangan/kelompok perlu dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu,
mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif, yang
meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular (imunisasi,
HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular seksual), penanganan penyakit kronis
serta beberapa program lokal dan spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan
program2
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pelayanan Antenatal Terpadu


Pengawasan wanita hamil atau asuhan antenatal adalah upaya preventif
program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan.Sehingga yang diharapkan pada Antenatal Care adalah perawatan yang
ditujukan kepada ibu hamil, yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan
perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar tidak terjadi
kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat. Antenatal care meliputi:

1. Antenatal Care (ANC) adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama


ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
2. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.

2.2 Konsep Pelayanan

Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan


pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu
hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas. Dalam
pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa
kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit
yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil
siap untuk menjalani persalinan normal.Setiap kehamilan, dalam
perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh
karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar dan
5

terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan antenatal terpadu


dan berkualitas secara keseluruhan meliputi3
hal-hal sebagai berikut:
a) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat;
b) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
c) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi.
d) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat bila
diperlukan
e) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan
dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi
Kerangka konsep antenatal komprehensif dan terpadu
6

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus Memberikan


pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:2,3,6
a) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap
bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b) Ukur lingkar lengan atas (LiLA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
c) Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah; dan atau proteinuria)
d) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada
gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur
setelah kehamilan 24 minggu.
7

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


12 minggu 3 jari di atas simpisis
16 minggu simpisis-pusat
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3jari di atas pusat
34 minggu pusat-prosessus xifoideus
36 minggu 3 jari di bawah prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

e) Hitung denyut jantung janin (DJJ)


Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin.
f) Tentukan presentasi janin;
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala
8

janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
g) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-
nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu
saat ini.Pemberian imunisasi TT lengkap6,7
a. TT1 dapat diberikan pada kunjungan ANC pertama.
b. TT2 diberikan 4 minggu setelah TT1, lama perlindungan 3 tahun.
c. TT3 diberikan 6 bulan setelah TT2, lama perlindungan 5 tahun.
d. TT4 diberikan 1 tahun setelah TT3, lama perlindungan 10 tahun.
e. TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur
hidup
h) Beri tablet tambah darah (tablet besi),
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat Tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
i) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
9

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya pre- eklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
e. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah
Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah
non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada
indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan
sedini mungkin pada kehamilan.
g. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV
dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani
konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV.

j) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicuriga menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas,
apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di
fasilitas rujukan.
10

k) Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-
kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.
l) KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya
Perawatan tubuh dan pakaian
Wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar, bersih dan
tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Kebersihan tubuh harus
terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomik pada perut, area genitalia/
lipat paha, dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih
lembab dan mudah terinvasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan
pancuran atau gayung saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam
bathtub dan melakukan vaginal touch. Gunakan pakaian yang longgar,
bersih, dan nyaman dan hindarkan sepatu berhak tinggi dan alas kaki keras
(tidak elastis) serta korset penahan perut. Lakukan gerak tubuh ringan,
misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari. Jangan melakukan
pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang
menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan. Beristirahat cukup, minimal
8 jam pada malam hari dan 2 jam di siang hari. Ibu tidak dianjurkan
melakukan kebiasaan merokok selama hamil harena dapat menyebabkan
11

vasopasme yang berakibat anoksia janin, berat badan lahir rendah


(BBLR), prematuritas, kelainan congenital, dan solusio plasenta.
Perawatan Payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat
segera berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pengurutan payudara
untuk mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus,
sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena pengurutan yang
salah dapat
menimbulkan kontraksi pada rahim. Membasahi areola dan puting susu
secara lembut dapat mencegah retak dan lecet. Untuk sekresi yang
mongering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan
campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitive, dan
menjadi lebih berat, maka gunakan penopang payudara yang sesuai
(brassiere).
Perawatan Gigi
Paling tidak dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu
pada trimester pertama dan ketiga. Penjadwalan pada trimester pertam
dikaitkan dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi air liur yang
berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga. Pada
trimester ketiga terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk
pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat pengaruh
yang merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu menyikat
gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya
caries dan gingivitis.
Buang air besar,
pada wanita hamil kemungkinan mengalami obstipasi karena kurang gerak
badan, peristaltik usus kurang karena pengaruh hormon, dan tekanan
rektum oleh kepala. Akibat obstipasi, berisi penuh oleh usus yang berisi
feces dan uterus yang membesar, maka hal tersebut dapat menimbulkan
bendungan di dalam panggul. Bendungan ini memudahkan timbulnya
haemorroid dan pyelitis. Pencegahannya ialah dengan minum banyak air,
12

gerak badan yang cukup, makan yang banyak mengandung serat seperti
sayur dan buah.
Coitus, pada wanita yang mudah keguguran sebaiknya tidak
melakukan coitus
pada hamil muda. Jika ingin melakukan coitus pada hamil muda, harus
dilakukan secara hati-hati. Coitus pada akhir kehamilan juga lebih baik
dihindarkan, karena kadang-kadang menimbulkan infeksi pada persalinan
dan nifas serta dapat memecahkan ketuban pada multipara. Selain itu
sperma mengandung prostaglandin yang dapat menimbulkan kontraksi
uterus.
Kesehatan jiwa, karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam
menghadapi persalinan sehingga bukan saja dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan fisik tetapi juga latihan kejiwaan.
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga
terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat
perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi,transportasi rujukan
dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik
selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil
muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas,
dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera
mencari pertolongan
ke tenaga kesehtan kesehatan
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan
yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk
proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu
13

hamil disarankan minum Tablet tambah darah secara rutin untuk


mencegah anemia pada kehamilannya
1. Makanan (diet)
ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai jumlah kalori
dan protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Jumlah kalori yang dibutuhkan oleh ibu hamil setiap harinya adalah 2.500
kalori. Pengetahuan berbagai jenis makanan yang dapat memberikan
kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan
bahasa yang dimengerti oleh ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori
yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat
badan sebaiknya tidak melebihi 10-12 kg selama hamil.
Protein (obstetri fisiologi)
Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram per hari. Jumlah
ini lebih banyak dari kebutuhan protein wanita tidak hamil, karena pada
wanita hamil metabolisme bertambah untuk pertumbuhan janin,
pertumbuhan rahim, pertumbuhan buah dada, dan untuk pertambahan
volume darah. Sumber protein dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan
(kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, telur). Defisiensi
protein dapat menyebabkan kelahiran premature, anemia, dan edema.2,10.11
Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium
dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot
dan rangka. Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju,
yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan
riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu.
Zat besi
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan
oksigenasi jaringan yang diperoleh dari pengikatan dan penghantaran
oksigen melalui hemoglobin di sel-sel darah merah. Untuk menjaga
konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi pada ibu
14

hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setekah trimester kedua. Zat


besi yang diberikan dapat berupa ferrosus gluconate, ferrosus fumarate,
atau ferrosus sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat
menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Vitamin (obstetri fisiologi)
Pada binatang percobaan kekurangan vitamin dapat menimbulkan kelainan
bawaan dan abortus. Pada manusia pengaruh tersebut belum terbuktitetapi
bagaimanapun vitamin perlu untuk mencapai kesehatan yang optimal.
Vitamin A diperlukan untuk menambah daya tahan tubuh
terhadap infeksi.
Vitamin B complex terdiri dari vitamin B1 (thiamin), B2
(riboflavin), asam nicotin dan vitamin B6. Vitamin B1 adalah
vitamin anti neuritis. Asam nikotin bersifat anti pellagra.
Sedangkan jika keurangan B2 menyebabkan cheilosis. Ada
kemungkinan bahwa kekurangan vitamin B complex dapat
menyebabkan perdarahan pada bayi, menambah kemungkinan
perdarahan post partum, dan atrofi dari ovaria.
Vitamin C penting sekali untuk pertumbuhan janin.
Vitamin D bersifat anti architis.
Vitamin E penting untuk reproduksi dan pertumbuhan embrio.
Asam folat
Sel-sel darah merah juga memerlukan asam folat bagi
pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil
adalah 400 mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat
menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil.
Air (obstetri fisiologi)
Wanita hamil harus minum cukup banyak air kira-kira 6-8 gelas
sehari. Air menambah keringat dan juga pengeluaran racun dari usus dan
ginjal.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus
prematurus dan pendarahan pasca persalinan. Jika makan makanan
15

berlebihan karena beranggapan untuk porsi dua orang dapat menyebabkan


komplikasi seperti gemuk, pre-ekslamsia, janin besar dan sebagainya.8,9
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit
menular (misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak
menular (misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan
ibu dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV
Daerah tertentu (risiko tinggi).Konseling HIV menjadi salah satu
komponen standar dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil
diberikan penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya,
dan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani
tes HIV atau tidak. Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah
agar tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya
apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk
tetap HIV negatif selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.9,10
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada
bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan
tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan
sampai bayi berusia 6 bulan.
i. KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB
setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya
waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan,
ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulas auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit otak (
brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.
16

2.3 Jenis pelayanan


Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.2,3
Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
2.3.1 Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
1. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
2. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda terutama
pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah kehamilan
berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali kalau
memang cukup berat, hingga tidak dapat makan dan berat badan menurun
terus.
Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.

Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin.
Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan tanda
bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.
Demam
17

Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari liang
rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada
kehamilan.
Batuk lama
Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut. Dapat
dicurigai ibu menderita TBC.
Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu masalah
pada kehamilan yang harus diwaspadai.
Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa lelah,
mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi pada sore
hari. Kemungkinan ibu menderita kurang darah.
Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila
bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu.Namun apabila hal ini terjadi
berlebihan maka perlu diwaspadai.
Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu
hamil.
Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan ke empat.
Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan ini, gerakan
yang semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka ibu hamil harus
waspada.
Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri,
bicara sendiri, tidak mandi, dsb.
Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini
disebabkan karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang mengganggu
kesehatan ibu dan janinnya maka akan dikonsulkan ke psikiater.
Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan
18

Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu


hamil seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu mau
berterus terang pada kunjungan pertama, yang mungkin disebabkan oleh
rasa takut atau belum mampu mengemukakan masalahnya kepada orang
lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam keadaan ini, petugas kesehatan
diharapkan dapat mengenali korban dan memberikan
dukungan agar mau membuka diri.
Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat
kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita ibu. Menanyakan status
imunisasi Tetanus Toksoid.
Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti:
antihipertensi,diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat
TB, dan sebagainya.
Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat
pemakaian obat Malaria
Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat
penyakit pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-
langkah penanggulangan penyakit menular seksual
Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi
jumlah,frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan
kandungan gizinya.
Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
1. Siapa yang akan menolong persalinan?
Setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga kesehatan.
2. Dimana akan bersalin?
Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas atau dirumah
sakit?
3. Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
19

Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau


keluarga terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun
dan bidan dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam
menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
4. Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi
pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor
darah yang sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk
keselamatan ibu melahirkan.
5. Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus
dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar
calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan.
Alat transportasi tersebut dapat berupa mobil,ojek, becak, sepeda,
tandu, perahu, dsb.
6. Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan
ibu kelak. Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan
ibu bersalin) atau dasolin (dana sosial ibu bersalin) yang dapat
dipergunakan untuk membantu pembiayaan mulai antenatal,
persalinan dan kegawatdaruratan. Informasi anamnesa bisa
diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kaderataupun sumber
informasi lainnya yang dapat dipercaya.Setiap ibu hamil, pada
kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan
antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali
kunjungan diantar suami.

2.3.2 Pemeriksaan Lanjutan


Pemeriksaan Status Present ( kondisi saat ini ): Keadaan umum,
nadi, TD, Pernafasan, Cyanose, Dyspnoe, suhu, anemis, turgor, berat
20

badan, tinggi badan. Bila ada tanda-tanda kedaruratan, maka ibu segera
dikirim ke ruang rawat inap untuk penanganan selanjutnya.Pemeriksaan
status lokalis : kepala, muka, cloasma gravidarum, mulut, gigi (apakah
ada caries), tonsil / faring (apakah ada tonsilitis / faringitis), hal ini perlu
diperhatikan karena merupakan infeksi fokal yang dapat menyebabkan
gangguan pada ibu hamil dan janinnya yang lebih serius, pemeriksaan
mata, kuping, hidung, rambut, dan lain-lain.
Pemeriksaan presentasi dan posisi janin : Pasien diminta
mengosongkan kandung kemih dan kemudian diminta untuk berbaring
telentang dengan lutut semifleksi.6,12

LEOPOLD I
- Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke arah muka
penderita

- Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.

- Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan dan


tentukan konsistensi uterus

- Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau
kepala atau kosong).Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting,
sifat bokong ialah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting, pada
letak lintang fundus uteri kosong.
21

Gambar 2. Palpasi Leopold I

LEOPOLD II
- Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai
disamping kiri dan

- kanan umbilikus.

- Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi


denyut jantung

- janin nantinya.

- Tentukan bagian-bagian kecil janin, pada letak lintang tentukan ketak


kepala janin.

Gambar 3. Palpasi Leopold II


22

LEOPOLD III
- Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien

- Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan untuk menentukan bagian terbawah janin

- Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan


apakah sudah mengalami engagement atau belum.

Gambar 4. Palpasi Leopold III

LEOPOLD IV
- Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki
pasien.

- Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian


terendah janin.

- Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas


panggul, dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul.
23

- Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah
dari kepala yang masih teraba dari luar dan :

a. Kedua tangan itu convergent, hanya bagian kecil dari kepala turun
ke dalam rongga.

b. Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke
dalam rongga panggul.

c. Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari kepala


masuk ke dalam rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala
sudah melewati pintu atas panggul.

Gambar 5. Palpasi Leopold IV

Pemeriksaan genitalia eksterna ( kemaluan luar ), dan kalau perlu


melakukan pemeriksaan dalam (kalau tidak ada kontra indikasi seperti
dugaan plasenta previa untuk mengetahui keadaan panggul dan turunnya
bagian bawah anak, apakah dalam keadaan inpartu, dan lain sebagainya.
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai
jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis
(kejiwaan) ibu hamil.2,3
24

2.3.3 Penunjang
Laboratorium (darah, urin, feses) rutin, bila ada indikasi, kita dapat
melakukan pemeriksaan skrining untuk Sifilis, Triponema Pallidum, VDRL, HIV.
Fetal anomalies dengan amniosintesis, USG (dapat mengetahui kelainan
kongenital, jumlah air ketuban, posisi anak, keadaan plasenta, dan lain-lain).
Skrining untuk infeksi saluran kencing dan penyakit hubungan seksual.
Pemeriksaan radiologi, kardiotokografi, amnioskopi, dan pemeriksaan penunjang
lain.
Dari seluruh pemeriksaan diatas, dapat dibuat kesimpulan untuk
menegakkan diagnosa. Kehamilannya normal atau tidak. Kemudian dapat
melakukan penyaringan pasien apakah termasuk golongan Kehamilan Resiko
Tinggi atau normal, atau perlu segera rawat inap atas indikasi ibu dan anak. Hal
tersebut penting agar kita dapat mendeteksi kelainan sedini mungkin.
Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam
perjalanan kehamilan dan persalinannya. Ibu hamil yang tidak memeriksakan
kehamilannya pada tenaga medis akan mengalami resiko kematian 3-7 kali
dibandingkan dengan ibu yang memeriksakan kehamilannya.
25

2.4 Jadwal Kunjungan

a. Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 - 13 kali


selama kehamilan. Di negara berkembang pemeriksaan Antenatal Care
dilakukan sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat.7

1) Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat


haidnya satu bulan.
2) Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan
bulan.
3) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan
bulan sampai terjadinya persalinan.
b. Kunjungan Antenatal Care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan
yaitu trimester pertama 1 kali, trimester kedua 1 kali dan trimester ketiga 2
kali.

c. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan


atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknaes, 2003:45).

Pada kehamilan tanpa penyulit jadwal kunjungan cukup 4 kali selama


kehamilan. Kunjungan pertama dilakukan 1 kali hingga usia kehamilan 28
minggu, lalu 1 kali kunjungan selama kehamilan 28-36 minggu, dan 2 kali
kunjungan pada usia kehamilan diatas 36 minggu. Tetapi bila kehamilan dengan
resiko tinggi atau dengan penyulit perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih
sering.

Dari kunjungan satu ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan pencatatan:

Keluhan yang dirasakan ibu hamil


Hasil pemeriksaan setiap kunjungan
Umum
- Tekanan darah
- Respirasi
26

- Nadi
- Temperatur tubuh
Abdomen
- Tinggi fundus uteri
- Letak janin (setelah 34 minggu)
- Presentasi janin
- Denyut jantung janin
Pemeriksaan tambahan
- Proteinuria
- Glukosuria
- Keton
Menilai kesejahteraan janin
Untuk menilai kesejahteraan janin pada kehamilan resiko tinggi dapat
dilakukan berbagai jenis pemeriksaan atau pengumpulan informasi, baik
yang diperoleh dari ibu hamil maupun pemeriksaan oleh petugas
kesehatan. Pemeriksaan yang memerlukan peralatan canggih umumnya
dilakukan alat pencatat denyut jantung janin (kardiotokografi) dan
ultrasonografi yang disebut dengan pemeriksaan profil biofisik janin
(biophysic profile).
Berbagai jenis pemeriksaan tersebut adalah:
- Pengukuran tinggi fundus uteri terutama usia kehamialn >29 minggu
yang akan disesuaikan dengan usia kehamilan saat pemeriksaan
dilakukan. Tinggi fundus yang normal sama dengan usia kehamilan.
- Gerakan menendang atau tendangan janin (10 gerakan/12 jam)
- Gerakan janin
- Gerakan janin yang menghilang dalam waktu 48 jam dikaitkan dengan
hipoksia berat atau janin meningggal
- Denyut jantung janin
- Ultrasonografi
Bila usia kehamilan memasuki 34 minggu, selain pemeriksaan diatas, juga
dilakukan pemeriksaan tentang:
27

- Penilaian besar janin, letak dan presentasi


- Penilaian luas panggul

2.5 Beberapa Gejala Dan Tanda Bahaya Selama Kehamilan

Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya


10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi
kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak
karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap
dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan
adanya penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat
dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik
terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya.6

Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20


minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12 % kehamilan akan
berakhir dengan keguguran yang umumnya 60-80 % disebabkan oelh kelainan
kromosom yang ditemui pada spermatozoa ataupun ovum. Penyebab yang sama
dan menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan ukuran
pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan atau lebih besar, pada
umumnya disebabkan oleh mola hidantidosa. Perdarahan pada kehamilan muda
dengan uji kehamilan tidak jelas, pembesaran uterus lebih kecil dari seharusnya,
dan adanya massa di adneksa biasanya disebabkan oleh kehamilan ektopik.6

Perdarahan pada kehamilan usia lanjut atau di atas 20 minggu pada


umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat terkait
dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi implantasi
plasenta tersebut. Pada plasenta yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir,
28

maka umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah
rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin,
maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan yang dapat membahayakan
keselamatan ibu. Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat
menimbulkan perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau
berulang sebelumnya. Plasenta previa menjadi penyebab dari 25 % kasus
perdarahan antepartum.6

Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio


plasenta (40 %) atau vasa previa (5 %) dari keseluruhan perdarah anterpartum.6

Preeklampsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai
dengan peningkatan tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan
preeklampsia. Data informasi awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil
akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi kronis
dengan preeklampsia.6

Nyeri Hebat di Daerah Abdomino pelvikum

Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan disertai
dengan riwayat dan tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada
solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan yang keluar (revealed)
maupun tersembunyi (concealed):

- Trauma abdomen
- Preeklampsia
- Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
- Bagian-bagian janin sulit diraba
- Uterus tegang dan nyeri
- Janin mati dalam Rahim
29

Gejala dan Tanda Lain yang Harus Diwaspadai

Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius
selama kehamilan adalah sebagai berikut:

Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan (hiperemesis


gravidarum)
Disuria
Menggigil atau demam
Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya
Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya
Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.

Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium/


penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa banding,
sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan normal dan keadaan
bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.Berikut ini adalah penanganan dan tindak
lanjut kasus
30
31
32

BAB III
KESIMPULAN
Antenatal Care merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada
ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat
dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan.

Asuhan Antenatal itu sendiri penting unuk menjamin proses alamiah


kelahiran berjalan normal dan sehat, baik kepada ibu maupun bayi yang akan
dilahirkan. Tujuan dari asuhan Antenatal Care adalah untuk memantau kemajuan
kehamilan dan memastikan kesehatan ibu serta tumbuh kembang bayi, juga untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
Disamping itu Antenatal Care juga bertujuan untuk mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.

Temu Wicara dengan dokter sangatlah penting untuk mengklasifikasikan


apakah ibu hamil dalam status kehamilan resiko tinggi, oleh karena itu, setiap ibu
hamil harus memeriksa diri secara teratur dan mendapat pelayanan kebidanan
yang optimal.
33

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Angka Kematian Ibu, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia


2012. Diunduh dari www.Litbang.depkes.co.id, diakses pada 05
September 2017.
2. Data dan Informasi untuk Pimpinan, diunduh dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Booklet/Data%20&%20Informasi%2
0untuk%20Pimpinan.pdf ,diakses pada 05 September 2017.
3. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu ; Kementerian Kesehatan Direktur
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat 2010, diunduh dari
www.kesehatanibu.depkes.go.id, diakses pada 05 September 2017.
4. Bobak, Irenne M.; Lowdermilk, Deltra Leonard; and Jensen, Margaret
Duncan. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing)
Edisi 4. Jakarta: EGC
5. Ida bagus Gde Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. EGC. Jakarta.
6. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, obstetri
patologi. Ed 2.EGC. Jakarta.
7. Adriaansz G,Asuhan Antenatal,Buku ilmu kebidanan, Sarwono
Prawirohardjo. Penerbit Prawirohardjo. Jakarta. 2009. P278-287.
8. Reeder; Martin; Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas:
kesehatan wanita, bayi, dan keluarga volume 1 edisi 18. Jakarta : EGC
9. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2006. p278-287.
10. Salimah; Rusmiati; Maryanah; Susanti Ni Nengah. 2006. Asuhan
Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC
11. Sastrawinata S. obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Bandung, 2003.
12. Sherwood L., Human Physiology From Cells To Systems, 6th Edition,
Thompson Brooks/Cole, 2007.

Anda mungkin juga menyukai