Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

DI PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI

KOTA PEKANBARU

Oleh :

Bd.Yanti Nida S.Tr. Keb

Nip 1968013119880120001
KATA PENGANTAR

Bissmillahirohmanirrohim Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat

rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang

berjudul “Makalah Ibu Hamil Dengan Anemia di Puskesemas payung sekaki”.

Sholawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan para sahabatnya beserta umatnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari studi kasus ini masih jauh dari sempurna dan banyak

kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi penulisan studi kasus selanjutnya. Semoga Laporan Studi kasus ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan pada penulis khususny, Aamiin yaa Rabalalamin.

Pekanbaru, 16 Februari

Bd.Yanti Nida S.Tr. Keb

DAFTAR ISI

i
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Tujuan ................................................................................................................2

1.3 Waktu Dan Tempat Pengambilan Kasus ...........................................................3

1.4 Gambaran Kasus ................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................4

2.1 Konsep Dasar Anemia ......................................................................................4

2.1.1 Pengertian Anemia dalam Kehamilan ..........................................................4

2.1.2 Patofisiologi Anemia ....................................................................................4

2.1.3 Etiologi Anemia ...........................................................................................5

2.1.4 Tanda Dan Gejala Anemia ...........................................................................6

2.1.5 Diagnosis Anemia Pada Kehamilan .............................................................6

2.1.6 Macam-Macam Anemia ...............................................................................7

2.1.7 Dampak Anemia ...........................................................................................8

2.2 Konsep Ketuban Pecah Dini...........................................................................9

2.2.1 Pengertian.......................................................................................................9

2.2.3 Tanda dan Gejala

2.2.4. Patofisiologi

BAB III PEMBAHASAN ..........................................................................................21

BAB IV PENUTUP....................................................................................................24

4.1 Kesimpulan .....................................................................................................24

ii
4.2 Saran................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Hasil Riskesdas 2018 menyatakan bahwa di Indonesia sebesar 48,9% ibu
hamil mengalami anemia. Sebanyak 84,6% anemia pada ibu hamil terjadi pada
kelompok umur 15-24 tahun. Untuk mencegah anemia setiap ibu hamil
diharapkan mendapatkan tablet tambah darah (DTT) minimal 90 tablet selama
kehamilan. Cakupan pemberian DTT pada ibu hamil di Indonesia tahun 2018
adalah 81,16%. Angka ini belum mencapai target Renstra tahun 2018 yaitu 95%.
Provinsi dengan cakupan tertinggi pemberian DTT pada ibu hamil adalah
Bengkulu (99,49%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Banten
(32,11%). Terdapat dau provinsi dengan cakupan yang sudah melampaui target
Renstra tahun 2018 yaitu Bengkulu dan DKI Jakarta (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Riau tahun 2018, cakupan ibu
hamil mendapat tablet Fe sebesar 82,8%, data tersebut masih dibawah target yang
ditentukan yaitu 95%. Sedangkan untuk Kabupaten/Kota dengan cakupan
tertinggi adalah Kabupaten Indragiri Hulu sebesar 100% diikuti oleh Kabupaten
Kuantan Singingi (96,85%), dan Kota Pekanbaru (94,07%). Cakupan terendah
adalah Kabupaten Rokan Hilir sebesar 66,24%, diikuti oleh Kabupaten Indragiri
Hilir sebesar &1,7%, dan Kabupaten siak 66,34% (Dinas Kesehatan Provinsi
Riau, 2019).
Anemia umumnya disebabkan oleh kurang gizi, kurang zat besi dalam diet,
malabsorpsi, kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, haid, dll,
penyakit kronik; TBC, paru, cacing usus, malaria, dll (Nugraheny, 2010). Bahaya
anemia bagi ibu hamil yaitu dapat menyebabkan perdarahan waktu persalinan
sehingga membahayakan jiwa ibu, mengganggu pertumbuhan bayi dalam
kandungan, berat badan bayi dibawah dibawah berat normal (Pudiastuti, 2012).
Pencegahkan dan pengobatan untuk ibu hamil terhadap anemia yaitu dapat
dilakukan dengan meningkatkan konsumsi makanan yang bergizi termasuk
makan-makanan yang mengandung zat besi, menamah pemasukan zat besi
kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD), mengobati penyakit

1
2

yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti kecacingan, malaria, dan


penyakit TBC (Fadlun & Feryanto, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Cut Mutia Sabrina, Joserizal Serudji, Almurdi
tahun 2017 tentang “Gambaran Anemia Pada Kehamilan di Bagian Obsstertri dan
Ginekologi RSUP Dr. Djamil Padang Periode 1 Januari 2012 sampai 31
Desember”. Hasil penelitian memperlihatkan angka kejadian anemia pada
kehamilan sebanyak 75 kasus (2,2%) dari 3396 kehamilan. Derajat anemia pada
kehamilan yang paling banyak ditemukan adalah derajatsedang, yaitu sebanyak 45
kasus (60%) diikuti oleh derajat ringan sebanyak 20 kasus (27%), dan derajat
berat sebanyak 10 kasus (13%). Berdasarkan hasil penelitian Wilda Al Khusmah
Rahayu Ningsih, Fitri Melina, & Ina Kuswanti pada tahun 2018 tentang
“Efektifitas Sayur Bayam Dan Tablet Fe Terhadap Kenaikan Kadar Hemaglobin
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Tegalrejo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan hemaglobin ibu hamil antara sebelum dan sesudah diberikan
sayur bayam dan Tablet Fe. Dengan nilai asymp. Sig (2-tailed) adalah sebesar
0,005, lebih rendah dari tingkat signifikan sebesar 5% atau 0,05.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum:


Mampu melakukan Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny”R” Di Puskesmas
payung sekaki dengan pendekatan manajemen kebidanan dan
pendokumentasian menggunakan metode SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Ny”R” Di Puskesmas


payung sekaki.
b. Mampu melakukan pengkaji data objektif pada Ny”R” Di Puskesmas
payung sekaki.
c. Mampu menegakkan Assesment Pada Ny”R” Di Payung sekaki.
d. Mampu melakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny”R” Di Payung
sekaki.
3

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Keilmuan


Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan dalam melakukan
pengkajian kasus untuk asuhan kebidanan pada ibu hamil.

1.3.2 Manfaat Aplikatif


Mampu memberikan asuhan kehamilan yang sesuai dengan standar
operasional prosedur dengan menggunakan pendekatan menajemen kebidanan
dan pendokumentasian metode SOAP. Selain itu dapat menambah pengetahuan
ibu dalam perawatan yang akan dilakukan oleh dirinya dan pencegahan
komplikasi pada kehamilannya.

1.4 WAKTU DAN TEMPAT PENGKAJIAN

a. Waktu
Asuhan kehamilan pada Ny. R dilakukan pada tanggal 30 Februari 2023
b. Tempat
Asuhan kehamilan pada Ny. R dilakukan di Puskesmas payung sekaki.

1.5 GAMBARAN KASUS

Bahaya anemia bagi ibu hamil yaitu dapat menyebabkan perdarahan waktu
persalinan sehingga membahayakan jiwa ibu, mengganggu pertumbuhan bayi dalam
kandungan, berat badan bayi dibawah dibawah berat normal (Pudiastuti, 2012).
Penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara, pengkajian fisik
dan pemeriksaan Hb pada Ny. R dan didapatkan hasil Ny. R umur 26 tahun
G1P0A0H0 usia kehamilan 13-14 minggu. Pengambilan kasus ini dilakukan di
Puskesmas payung sekaki. Waktu pengambilan kasus yakni pada tanggal 30 Februari
2023, dengan memberikan asuhan kebidanan kehamilan. Asuhan yang telah
diberikan selanjutkan didokumentasikan dengan metode SOAP.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Anemia


2.1.1 Pengertian Anemia dalam Kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel
darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan
III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin
kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia
defisiensi besi. (Prawirohardjo, 2010 dalam Astarina, 2014).
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb)
yang berada di bawah normal. Di Indonesia, anemia umumnya disebabkan oleh
kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi.
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu
turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan
merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan murah
(Manuaba, 2012).

2.1.2 Patofisiologi Anemia


Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester kedua kehamilan, dan maksimum terjadi
pada bulan ke sembilan dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang
aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan
volume plasma seperti 8 laktogen plasenta yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron. Stimulasi peningkatan 300-350 ml massa sel merah ini dapat disebabkan

4
5

oleh hubungan antara hormon maternal dan peningkatan eritropoitin selama


kehamilan. (Ibrahim dan Proverawati, 2011).
Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia kehamilan
atau hemodilusi, yang menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit (20-30%),
sehingga hemoglobin dari hematokrit lebih rendah secara nyata dari pada keadaan
tidak hamil. Hemoglobin dari hematokrit mulai menurun pada bulan ke 3-5
kehamilan, dan mencapai nilai terendah pada bulan ke 5-8. Cadangan besi wanita
hamil mengandung 2 gram, sekitar 60-70% berada dalam sel darah merah yang
bersirkulasi, dan 10- 30% adalah besi cadangan yang terutama terletak di dalam hati,
empedu, dan sumsum tulang. Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar
800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan yang terdiri dari :
a) Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi
dan mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan.
b) Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg. 3) Pertumbuhan plasenta
membutuhkan zat besi 100-200 mg. Sekitar 190 mg hilang selama
melahirkan. (Ibrahim dan Proverawati, 2011).

2.1.3. Etiologi Anemia


Ketika ibu hamil, jumlah darah bertambah (hypervolemia) sehingga terjadi
pengenceran darah. Kondisi tersebut disebabkan karena pertambahan sel-sel darah
tidak sebanding dengan pertambahan plasma darah. Berikut adalah
perbandingannya :
1) Plasma darah bertambah 30%.
2) Sel-sel darah bertambah 18%.
3) Hemoglobin bertambah 19%. Secara fisiologis, pengenceran darah ini
adalah untuk membantu meringankan kerja jantung (Pranoto, 2013).
Penyebab lain dari anemia yaitu kehilangan darah berat akibat menstruasi,
atau parasit infeksi seperti cacing tambang, ascaris, serta schistosomiasis yang dapat
menurunkan konsentrasi hemoglobin darah (Hb). Infeksi akut dan kronis, termasuk
malaria, kanker, TBC, dan HIV juga dapat menurunkan konsentrasi Hb. Kekurangan
mikronutrien lain, termasuk vitamin A dan B12, folat, riboflavin, dan tembaga juga
dapat meningkatkan risiko anemia (Benoist, 2008).
6

2.1.4 Tanda Dan Gejala Anemia


Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala :
a. letih, sering mengantuk, malaise;
b. pusing, lemah;
c. nyeri kepala;
d. luka pada lidah;
e. kulit pucat;
f. membran mukosa pucat (misal, konjungtiva);
g. bantalan kuku pucat;
h. tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah.
(Rukiyah, 2010).

2.1.5 Diagnosis Anemia Pada Kehamilan


Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan
anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
(Manuaba, 2012). Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakanalat pemeriksaan Hb. Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai
berikut (Manuaba, 2012) :

a) Hb 11 g% tidak anemia
b) Hb 9 – 10 g% anemia ringan
c) Hb 7 – 8 g% anemia sedang Hb

2.1.6. Macam-Macam Anemia


Macam--macam anemia adalah sebagai berikut :
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
mineral Fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi
dengan makanan, karena gangguan absorbsi atau terlampau banyaknya keluar dari
badan, misalnya pada perdarahan (Prawirohardjo, 2018).
7

Anemia defisiensi zat besi pada wanita bisa disebabkan oleh :


1) penurunan asupan atau penyerapan zat besi, termasuk defisiensi nutrisi dan
gangguan pencernaan, seperti diare atau hiperemesis;
2) peningkatan kebutuhan, seperti kehamilan yang sering, banyak atau kembar;
3) infeksi kronis, terutama pada saluran kemih;
4) perdarahan akut atau kronis, misalnya menoragia, hemoroid berdarah, atau
hemoragi antepartum atau postpartum (Astarina, 2014).
b. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah gangguan darah di mana ukuransel lebih besar
dari sel darah merah normal. Anemia ini biasanyadisebabkan oleh defisiensi asam
folat dan jarang sekali karenadefisiensi vitamin B12. Anemia ini sering ditemukan
pada wanita yangjarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan
proteintinggi (Proverawati, 2011).
c. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang
belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru (Prawirohardjo, 2018).
Pada sepertiga kasus anemia dipisu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasi,
leukemia, dan gangguan imunologis (Fraser, 2009).

2.2.7. Dampak Anemia


Anemia dapat terjasi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus
selalu diwaspadai. Penyakit anemia yang menyerang ibu hamil berpengaruh terhadap
kehamilan, persalinan, dam saat masa nifas. Adapun pengaruh anemia terhdap
kehamilan, persalinan dan nifas dapat mengakibatkan sebagai berikut (Astarina,
2014).
a. Dampak Anemia Terhadap Ibu
1) Bahaya Selama Kehamilan
Berikut adalah bahaya anemia selama kehamilan.
a) Abortus.
b) Persalinan prematur.
c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim.
d) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%).
8

e) Perdarahan antepartum.
f) Ketuban pecah dini (KPD).
2) Bahaya saat Persalinan
a) Bahaya anemia saat persalinan adalah sebagai berikut.
b) Gangguan his.
c) Kala I memanjang.
d) Persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.
e) Retensio plasenta.
f) Atonia uteri.
3) Pada Masa Nifas
Berikut adalah bahaya anemia pada masa nifas.
a) Subinvolusi.
b) Perlukaan sukar sembuh.
c) Infeksi puerperium.
d) Pengeluaran ASI berkurang.
e) Anemia masa nifas.
f) Infeksi mamae.
(Astarina, 2014)
b. Dampak Anemia Terhadap Janin
Berikut adalah dampak anemia terhadap janin
1) Asfiksia intrauterin sampai kematian.
2) IUFD.
3) BBLR.
4) Kelahiran dengan anemia.
5) Cacat bawaan.
6) Mudah terkena infeksi.
7) IQ rendah dan bahkan bias mengakibatkan kematian. (Manuaba, 2012).
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil
1) Faktor Dasar
a) Sosial ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis
akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status
9

gizipun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat


sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik
dan psikologis ibu hamil (Nurhidayati, 2013).
b) Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi
pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk mencegah
terjadinya anemia.
c) Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi
pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu
hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah
gizi dan kesehatan keluarga.
(Nurhidayati, 2013)
2) Faktor Langsung
a) Kecukupan konsumsi tablet besi
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia
gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil.
b) Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2
tahun.
c) Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa
memperhatikan apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan
frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan
aborsi.
d) Status gizi
Maulana (2010) kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat
yang buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga
suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan
terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi ibu hamil sangatlah
penting dilakukan (Nurhidayati, 2013).
10

e) Penyakit Infeksi
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu
umumnya adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan
terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan terganggunya
eritrosit. Cacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung,
namun sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing
akan menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi
besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia (Nurhidayati, 2013).
d. Pencegahan Anemia
1) Pemberian Fe
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
suplementasi besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60
mg besi selama 6 bulan untuk emmenuhi kebutuhan fisiologik selama
kehamilan. Di wilayah-eilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi,
dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga bulan postpartum
(Astarina, 2014).
Pemberian tablet besi merupakan salah satu pencegahan anemia.
Pemerintah saat ini mulai melihat calon pengantin perempuan sebagai target.
Mereka diberikan tablet tiap minggu selama 16 minggu ditambah 1 tablet tiap
hari selama haid. Dosis mingguan ini ternyata cukup efekstif dalam
meningkatkan kadar hemoglobin (Asrtarina, 2014).
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1
gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi
dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Susiloningtyas, 2012).
Selain itu, pendidikan dan peningkatan asupan besi melalui makanan
juga merupakan upaya dalam mencegah anemia. Mengonsumsi makan yang
cukup mengandung kalori, setiap 1000 kkal makanan dari beras mengandung
6 mg Fe. Meningkatkan makanan yang dapat memacu penyerapan zat besi dan
mengurangi makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi (Arisman,
2007). Selain itu, juga dengan memberikan penyuluahn tentang tanda dan
gejala anemia serta yang ditimbulkan oleh anemia. (Astarina, 2014).
11

Pemberian Fe selama kehamilan dan setelah kelahiran dapat


mencegah anemia. Pemantauan konsumsi tablet Fe juga perlu diikuti dengan
pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi
efektifitas penyerapan Fe. Cara minum tablet Fe yang benar yaitu dengan air
putih atau air jeruk (Setyoresmi, 2012 dalam Astarina, 2014).
Pada masa kehamilan seorang wanita memerlukan tambahan zat besi
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan mebentuk sel darah merah
janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan
melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis
(Manuaba, 2010 dalam Astarina, 2014).
Tabel 2.7
Kebutuhan Zat Besi pada Setiap Kehamilan

Meningkatkan sel darah merah ibu 500 mg Fe

Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe

Untuk darah janin 100 mg Fe

Jumlah 900 mg Fe

(Astarina, 2014)

2.2 Konsep Ketuban Pecah Dini


2.2.1 Pengertian
Premature Rupture of Membrane (PROM) atau ketuban pecah sebelum
waktunya atau pecahnya selaput ketuban pada saat sebelum permulaan persalinan
tanpa memandang usia kehamilan. Preterm PrematureRupture of Membrane
(PPROM) adalah KPD yang terjadi secara sponan saat kehamilan kurang dari 37
minggu dan sebelum terjadinya proses persalinan. KPD yang memanjang adalah
KPD yang terjadi lebih dari12 jam sebelum waktunya melahirkan (Nugroho, 2012).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu (Manuaba, 2010).
Menurut (Prawirohardjo, 2014) untuk menegakkan diaganosa pada KPD dilakukan
dengan cara anamnesa, inspeksi, pengamatan dengan mata biasa akan tampak
12

keluarnya cairan dari vagina, pemeriksaan dengan spekulum melihat cairan amnion
yang keluar dari orifisium uteri eksternum (OUE) atau akumulasi cairan dalam
vagina juga dilakukan pengambilan cairan pada forniks posterior untuk pemeriksaan
laboratorium, test lakmus dan pemeriksaan penunjang.
Penetuan cairan Ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus merah menjadi biru.
Menurut (Andalas et al., 2019) menyatakan bahwa pemeriksaan obstetri sangat
dibutuhkan untuk membantu penegakan diagnosis. Ketuban pecah dini didiagnosis
ketika cairan amnion dilihat dengan adanya pooling di fornix posterior atau cairan
bening mengalir dari saluran serviks dan juga tampak keluar cairan dari serviks pada
saat valsalva maneuver dan salah satu pemeriksaan untuk mendiagnosis ketuban
pecah dini adalah Nitrazin test (Lakmus Test) (chtar, 2012).
Dari pengetian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum muncul tanda-tanda persalinan atau waktunya
melahirkan, pada pembukaan dibawah 4 cm atau fase laten

2.2.2 Etiologi
Penyebab dari KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti.Beberapa laporan menyebabkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD (Fadlun, 2011). Adapun beberapa penyebab dari kejadian KPD antara lain:
a. Infeksi: infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadi
nya KPD.
b. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).
c. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah.
d. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gameli.
13

e. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun


amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
f. Faktor predisposisi diantaranya riwayat KPD sebelumnya, polihidramnion
(cairan ketuban berlebihan), kehamilan kembar, peningkatan paritas.

Sedangkan faktor lain penyebab ketuban pecah dini menurut Nugroho (2012)
yaitu:
a. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai
dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit
ketuban.
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu .
c. Faktor multi gravida, merokok dan perdarahan antepartum.

2.2. 3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Nugroho (2012) yaitu:
a. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, 19 dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak
dibawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

2.2.4. Patofisiologi
Patofisiologi ketuban pecah dini menurut Prawirohardjo (2010) yaitu:
Ketuban pecah dini dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang.Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena
seluruh selaput ketuban rapuh.Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi
ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
14

menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.


Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:
a. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
b. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.Mendekati waktu
persalinan,keseimbangan antara MMP dan TIMP- 1 mengarah pada degradasi
proteolitik dari matriks ekstraselular dan membrane janin.Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.Pada penyakit periodontitis dimana
terdapat peningkatan MMP,cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-
faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.Ketuban pecah dini
prematur sering terjadi pada polihidramion, inkompeten serviks, 20 solusio plasenta.
15

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada kunjungan tanggal 30 Februari


2023. Ny. R umur 26 tahun mengatakan hamil yang pertama, selama hamil ibu sudah
melakukan pemeriksaan kehamilan 3 kali..

Pada kunjungan 30 Februari 2023 diagnosis ibu adalah G1A0H0A0 usia


kehamilan 13-14 minggu, keadaan umum ibu dan janin baik dengan masalah pusing
dan mudah lelah mengatakan susah tidur pada malam hari,tidak pernah tidur siang.
Dan pada pengkajian data objektif didapat keadaan umum baik, tanda-tanda vital
dalam batas normal, konjungtiva pucat serta dari pemeriksaan penunjang Hb 10,2
gr/Dl.

Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny. R, yaitu pemeriksaan


Hb didapatkan hasil Hb Ny. R yaitu 10,2 gr/dL, menurut WHO ini dikategorikan
anemia sedang, hal ini bisa diatasi dengan rajin mengkonsumsi tablet fe dan makan
makan yang mengandung zat besi untuk meningkatkan kadar Hb ibu seperti sayur-
sayuran hijau tua (bayam, buncis, brokoli), telur, daging merah, kacang-kacangan,
hati, buah-buahan (buah naga, buah bit, jeruk), dan dengan mengkonsumsi tablet Fe
rutin setiap harinya, diminum dimalam hari, dan meminumnya dapat dibarengi
dengan vitamin C, jus buah, atau air jeruk, hindari mengkonsumsi dengan susu, teh,
kopi atau kalsium. Karena dapat menghambat penyerapan zat besi.

Kurang tidur menyebabkan sel darah merah dalam tubuh berkurang hingga
dapat memicu terserang anemia. Apabila durasi tidur kita kurang dari waktuu idel,hal
ini akan menyebabkan proses pembaharuan sel-sel tersebut akan berjalan secara
tidak maksimal dan akan mengganggu proses pembuatan hemoglobin sehingga
jumlah hemoglobin yang diproduksi tidak akan mencukupi kebutuhan tubuh kita
(Astuti,2015).

Ibu mengatakan tidur siang yang tidak teratur dan hanya tidur malam 5-6 jam
hal ini tidak sesuai sehingga menyebabkan ibu kurang tidur. Menganjurkan ibu untuk
istirahat yang cukup dengan tidur siang minimal 1-2 jam dan tidur malam minimal 7-
16

8 jam, minum susu hangat sebelum tidur, serta menjaga pola makan yang teratur agar
ibu dapat tidur. Sesuai menurut Prawihardjo (2012)

Wanita hamil dianjurkan untuk tidur siang 1 sampai 2 jam setiap hari, 7-8
jam setiap tidur malam, Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada Ny. R selama
pemeriksaan yaitu tekanan darah 102/70 mmHg.

Kenaikan berat badan pada Ny. R selama kehamilan sebanyak 3 kg, yaitu
dari 53 kg sebelum hamil menjadi 57 kg pada usia kehamilan 13-14 minggu. Jika
dalam kisaran berat badan ideal pada awal kehamilan (IMT ≥18,5 sampai <24,9),
berat badan harus naik 11,5–16 kg selama kehamilan (Marcel, 2016). Menurut berat
badan per tinggi badan (m2), IMT Ny. R adalah 21,35.Dengan demikian kenaikan
berat badan pada Ny. Y masih normal yang di rekomendasikan kenaikan berat badan
selama kehamilan menurut IMT. Untuk ukuran LILA Ny. Y adalah 28 cm dan tidak
masuk KEK sesuai Kemenkes RI (2013:28).

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil beresiko kurang energi kronis (KEK), dimana LILA kurang dari 23,5 cm ibu
hamil dengan KEK akan dapat melahirkan BBLR. Berat badan dan LILA pada ibu
hamil yang masuk dalam batas normal akan menunjukkan status gizi ibu dalam
kondisi yang baik. Pemeriksaan yang telah dilakukan adalah secara head to toe yang
meliputi dari kepala sampai ekstremitas serta pemeriksaan pada abdomen dari hasil
pemeriksaan TFU ibu didapatkan hasil TFU pertengahan simpisis dengan pusat.
Menurut (Sari,Anggrita, dkk,2015)
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kehamilan pada Ny.R G1P0A0H0, usia kehamilan 13-14
minggu Di Puskesmas payung negri antara lain:.
a. Data subjektif yang di diperoleh dari ibu Ny.R umur 26 tahun G 1P0A0H0 HPHT
25 Oktober 2022, usia kehamilan 13-14 minggu dengan pusing dan mudah lelah.
b. Data objektif, TTV ibu dalam batas normal, TFU petengahan antara simpisis
dengan pusat . Hb ibu didapat 8,7 gr/dL .
c. Diagnosa Ny.R G1P0A0H0 usia kehamilan 13-14 minggu, KU ibu baik dengan
anemia ringan.
d. Memberikan asuhan kepada ibu tentang makan makanan yang bergizi seimbang
dan mengingatkan ibu untuk istirahat yang cukup dan tetap mengkonsumsi tablet
fe yang berguna untuk meningkatkan hb ibu serta mendeteksi secara dini apabila
terjadi komplikasi dan penyulit dalam kehamilan
4.2 Saran
a. Mahasiswa diharapakan dapat mengerti mengenai asuhan yang diberikan pada
ibu hamil dengan anemia ringan di masa kehamilan . Mahasiswa mampu
menganalisa dan memberikan penatalaksanaannya.
b. Diharapkan bagi institusi pendididkan laporan ini dapat bermanfaat dan bisa
dijadikan sebagai sumber referensi, bahan bacaan dan bahan ajaran yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan kehamilan.
c. Bagi lahan praktik Diharapkan bagi penyedia layanan asuhan kebidanan yang
sedang menjalankan praktik untuk selalu mempertahankan dan meningkatkan
pelayanan kebidanan yang sudah ada semakin lebih baik lagi

17
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri. 2017. Asuhan Ibu Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Erlangga
Astarina, Dita. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu
Hamil di Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara Tahun 2014. Jakarta:
Poltekkes Jakarta III.
Benoist, B.D., McLean, E., Egli, I., and Cogswell, M., 2008. Worldwide Prevalence
of Anaemia 1993–2005 : WHO global database on anaemia. Switzerland:
WHO Press, World Health Organization. Tersedia :
http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241596657_eng.pdf.
Diakses pada Oktober 2020
Fraser, M. Cooper, A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles (ed 14). Jakarta : EGC.
Ibrahim dan Proverawati. 2011. Nutrisi Janin & Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha
Medika
Husin, Farid. 2015. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan-Kehamilan. Yogyakarta: C.V
Andi Offset
Manuaba, dkk. 2012. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
ECG
Nurhidayati, Rohmah Dyah. 2013. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia
Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo. Tersedia : http://eprints.ums.ac.id/. Diakses pada Oktober 2020.
Prawirodharjo, Sarwono. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka
Pranoto, Ibnu, dkk. 2013. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.
Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika
Susiloningtyas. 2012. Pemberian Zat Besi (Fe) dalam Kehamilan. Tersedia :
http://jurnal.unissula.ac.id/. Diakses pada Oktober 2020
Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2010. Asuhan kebidanan IV (potologi kebidanan ). Jakarta :
Trans Info Media
Tyastuti, Siti. Wahyuni, Henny. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan.Modul
Kebidanan. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihana.

18

Anda mungkin juga menyukai