Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN DINAS

KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN (KDPK)


STUDI KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A DENGAN ANEMIA PADA
IBU HAMIL DI KLINIK CICI LIAN

PEMBIMBING:
WINANCY, SST, M.Keb

Disusun oleh:
SINTA DEWI P3.73.24.1.20.038

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN TAHAP SARJANA


TERAPAN POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Dinas yang berjudul “Anemia dalam Kehamilan
Pada Ny A di klinik cipeucang tahun 2020”
Penulis sangat menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna lebih
baiknya penulisan laporan studi kasus ini. Penulis juga berharap semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bekasi, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................ 2
D. Manfaat.............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................... 4
A. Kehamilan ......................................................................................... 4
B. Anemia dalam Kehamilan ................................................................. 5
1. Pengertian Anemia dalam Kehamilan ......................................... 5
2. Patofisiologi Anemia ................................................................... 6
3. Etiologi Anemia .......................................................................... 7
4. Tanda Dan Gejala Anemia .......................................................... 8
5. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan ............................................ 8
6. Macam-Macam Anemia .............................................................. 9
7. Dampak Anemia.......................................................................... 10
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil .......... 11
1. Faktor Dasar .................................................................................. 11
2. Faktor Tidak Langsung ................................................................. 12
3. Faktor Langsung............................................................................ 12
D. Pencegahan Anemia .......................................................................... 13
1. Pemberian Fe................................................................................. 13
2. Nutrisi Ibu Hamil .......................................................................... 15
E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Anemia ........................ 19
BAB III PERKEMBAN KASUS ....................................................................... 22
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 32
A. Kesimpulan........................................................................................ 32
B. Saran.................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 34

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Zat Besi pada Setiap Kehamilan....................................... 15


Tabel 2.2 Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil 16
......................................................
Tabel 3.1 Perencanaan Asuhan Studi Kasus ....................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), Angka


Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup.
Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah yang diterima Kementerian
Kesehatan RI menunjukkan bahwa jumlah ibu yang meninggal karena
kehamilan dan persalinan tahun 2013 adalah sebanyak 5019 orang. Sedangkan
jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012
mencapai 160.681 anak (Depkes, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa
Indonesia tidak dapat mencapai target MDG’s 2015 yaitu sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup untuk AKI dan sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup
untuk AKB.
Penyebab kematian ibu langsung di negara-negara berkembang seperti
Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklampsi, partus lama, dan komplikasi
abortus. Penyebab kematian langsung tersebut merupakan 35 penyebab
kematian ibu terbanyak, penyakit kematian ibu tidak langsung adalah anemia
(Depkes RI dan FKM UI 2005).
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia
pada ibu hamil disebut “potensial danger to mother and child” (potensial
membahayakan ibu dan anak). Oleh karena itulah, anemia memerlukan
perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan
(Manuaba, 2007).
Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di
negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan
anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut,
bahkan jarak keduanya saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan
merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan

tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil.

1
Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan
sebesar 72,6%. Tingginya prevalensinya anemia pada ibu hamil merupakan
masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013 dalam
Razfi, 2014).
Pravalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10
wanita hamil menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada ibu
hamil 40%. Angka kejadian anemia kehamilan di Surakarta pada tahun 2009
adalah 9,39%. Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 ibu hamil
yang mengalami anemia kehamilan (Dinkes Surakarta, 2010 dalam Razfi,
2014).
Mengingat dampak anemia terhadap angka kematian ibu, maka
Kementrian Kesehatan sejak tahun 1975 telah melakukan upaya
penanggulangan dengan pemberian tablet besi yang dapat dilakukan melalui
pelayanan antenatal di sarana kesehatan seperti Puskesmas, dengan rincian 30
tablet pada trimester kedua dan 60 tablet pada trimester ketiga. Menurut
Depkes RI tahun 2008, cakupan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet dari
tahun 2003-2008 mengalami penurunan dari 66% menjadi 48%. Selanjutnya
hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa cakupan konsumsi 90 tablet
Fe pada ibu hamil trimester ketiga hanya sebesar 18%. (Putri, 2012).
Di klinik masih banyak ibu hamil yang mengalami anemia karena
dari 6 orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin
pada tanggal 12 Februari 2020, 4 ibu hamil mengalami anemia. Di mana, 2 ibu
mengalami anemia ringan, 1 ibu hamil anemia sedang, dan 1 ibu hamil lagi
mengalami anemia berat. Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan “Studi
Kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. A dengan Anemia Zat Besi pada
Kehamilan di klinik”

B. Rumusan Masalah

Berkaitan latar belakang di atas maka dapat ditarik suatu rumusan


masalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. A dengan Anemia dalam
Kehamilan di klinik?”.

\ C. Tujuan

1. Tujuan Umum

2
Diharapkan mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. A dengan anemia dalam kehamilan
di klinik.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya mengenai pengertian anemia dalam kehamilan pada Ny.


A.
2. Diketahuinya penyebab terjadinya anemia dalam kehamilan pada Ny.
A.
3. Diketahuinya tanda dan gejala anemia dalam kehamilan pada Ny. A.
4. Diketahuinya diagnosis anemia dalam kehamilan pada Ny. A.
5. Diketahuinya dampak anemia terhadap ibu dan janin pada Ny. A.
6. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia
dalam kehamilan pada Ny. A.
7. Diketahuinya cara pencegahan anemia dalam kehamilan pada Ny. A.
8. Diketahuinya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia pada
Ny. A.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan


sesuai dengan kebutuhan ibu hamil dengan anemia.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan tenaga kesehatan


khususnya bidan dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil
dengan anemia zat besi.

b. Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan meningkatkan kemampuan dalam


melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil khususnya ibu hamil
dengan anemia.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Defenisi

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional hamil


didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2009)
Kehamilan didefinisikan sebagai penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, di mana
trimester ke satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke 13 hingga 27), dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke 28 hingga 40) (Saifuddin, 2009).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,
2008).

2. Perubahan Pada Kehamilan

a. Perubahan Fisiologis

Perubahan fisiologis dibagi menjadi perubahan yang dapat


dilihat dan perubahan yang tidak dapat dilihat (Saminem, 2009).
Perubahan yang dapat dilihat meliputi:
1) perubahan pada kulit;
2) perubahan kelenjar;
3) perubahan payudara;
4) perubahan perut;
5) perubahan alat kelamin luar;
6) perubahan pada tungkai; dan
7) perubahan pada sikap tubuh.

4
Sedangkan untuk perubahan yang tidak dapat dilihat adalah
sebagai berikut.
1) Perubahan pada alat pencernaan
2) Perubahan pada peredaran dan pembuluh darah
a) Perubahan pada darah
b) Perubahan pada jantung
c) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan pada paru
4) Perubahan pada kehamilan
a) Ginjal bekerja lebih berat karena harus menyaring ampas dua
orang, yaitu ibu dan janin.
b) Ureter tertekan oleh uterus apabila uterus keluar dari rongga
panggul. Ureter juga semakin berkelok-kelok dan kendur
sehingga menyebabkan perjalanan urin ke kandung kemih
melambat. Kuman dapat berkembang di kelokan itu dan
menimbulkan penyakit.
c) Pada bulan ke dua kehamilan, ibu berkemih karena ureter lebih
antefleksi dan membesar.
5) Perubahan pada tulang
6) Perubahan pada jaringan pembentuk organ
7) Perubahan pada alat kelamin dalam

b. Perubahan Psikologis

Menurut teori Rubin, perubahan psikologi yang terjadi pada


trimester I meliputi ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Pada
trimester II, perubahan meliputi perasaan lebih nyaman serta
kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin
meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
Pada trimester III, perubahan yang terjadi meliputi memiliki perasaan
aneh, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.
(Saminem, 2009).

B. Anemia Dalam Kehamilan

1. Pengertian Anemia dalam Kehamilan

5
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi
kekurangan sel darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11
gr/dl. Pada trimester I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada
trimester II kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil
anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi. (Prawirohardjo,
2010 dalam Astarina, 2014).
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar
hemoglobin (Hb) yang berada di bawah normal. Di Indonesia, anemia
umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal
dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah
satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil
umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi
kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu
turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III (Waryana, 2010).
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,
dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan
murah (Manuaba, 2010). .
Sebagaian besar anemia adalah anemia defisiensi Fe yang dapat
disebabkan oleh konsumsi Fe dari makanan yang kurang atau terjadi
perdarahan menahun akibat parasit, seperti ankilostomiasis (Manuaba,
2007).

2. Patofisiologi Anemia

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah


karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta.
Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester kedua
kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke sembilan dan meningkat
sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3
bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti
laktogen plasenta yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
Stimulasi peningkatan 300-350 ml massa sel merah ini dapat disebabkan
oleh hubungan antara hormon maternal dan peningkatan eritropoitin
selama kehamilan. (Ibrahim dan Proverawati, 2011).

6
Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia
kehamilan atau hemodilusi, yang menyebabkan terjadinya penurunan
hematokrit (20-30%), sehingga hemoglobin dari hematokrit lebih rendah
secara nyata dari pada keadaan tidak hamil. Hemoglobin dari hematokrit
mulai menurun pada bulan ke 3-5 kehamilan, dan mencapai nilai terendah
pada bulan ke 5-8. Cadangan besi wanita hamil mengandung 2 gram,
sekitar 60-70% berada dalam sel darah merah yang bersirkulasi, dan 10-
30% adalah besi cadangan yang terutama terletak di dalam hati, empedu,
dan sumsum tulang. Kehamilan membutuhkan tambahan zat besi sekitar
800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan yang terdiri dari :
1) Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat
besi dan mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan.
2) Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg.
3) Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat besi 100-200 mg. Sekitar 190
mg hilang selama melahirkan.
(Ibrahim dan Proverawati dalam Dhamayani, 2014).
Dalam Manuaba (2007), disebutkan bahwa kebutuhan Fe selama
hamil dapat diperhitungkan sebagai berikut.
1) Peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr
2) Pembentukan plasenta 300 mgr
3) Pertumbuhan darah janin 100 mgr
Jadi, jumlah Fe yang dibutuhkan selama hamil adalah 900 mgr.
saat persalinan yang disertai perdarahan sekitar 300 cc dan lahirnya
plasenta, ibu akan kehilangan Fe sebesar 200 mg dan kekurangan ini harus
mendapatkan kompensasi dari makanan untuk kelangsungan laktasi..

3. Etiologi Anemia

Ketika ibu hamil, jumlah darah bertambah (hypervolemia) sehingga


terjadi pengenceran darah. Kondisi tersebut disebabkan karena
pertambahan sel-sel darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
darah. Berikut adalah perbandingannya.
1) Plasma darah bertambah 30%.
2) Sel-sel darah bertambah 18%.
3) Hemoglobin bertambah 19%.

7
Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu
meringankan kerja jantung (Pranoto, 2013).
Penyebab lain dari anemia yaitu kehilangan darah berat akibat
menstruasi, atau parasit infeksi seperti cacing tambang, ascaris, serta
schistosomiasis yang dapat menurunkan konsentrasi hemoglobin darah
(Hb). Infeksi akut dan kronis, termasuk malaria, kanker, TBC, dan HIV
juga dapat menurunkan konsentrasi Hb. Kekurangan mikronutrien lain,
termasuk vitamin A dan B12, folat, riboflavin, dan tembaga juga dapat
meningkatkan risiko anemia (Benoist, 2008).

4. Tanda Dan Gejala Anemia

Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala:


a. letih, sering mengantuk, malaise;
b. pusing, lemah;
c. nyeri kepala;
d. luka pada lidah;
e. kulit pucat;
f. membran mukosa pucat (misal, konjungtiva);
g. bantalan kuku pucat;
h. tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah.
(Rukiyah, 2010).

5. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan


dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih
hebat pada hamil muda. (Manuaba, 2010).
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakanalat pemeriksaan Hb. Hasil pemeriksaan Hb dapat
digolongkan sebagai berikut (Manuaba, 2010).
Hb 11 g% tidak anemia
Hb 9 – 10 g% anemia ringan
Hb 7 – 8 g% anemia sedang
Hb <7 g% anemia berat

8
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,
yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa
sebagian besar ibu hamil mengalami anemia maka dilakukan pemberian
preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.
(Manuaba, 2010).

6. Macam-Macam Anemia

Menurut Prawirohardjo (2010), macam-macam anemia adalah


sebagai berikut (Astarina, 2014).

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh


kurangnya mineral Fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang
masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan absorbsi atau
terlampau banyaknya keluar dari badan, misalnya pada perdarahan
(Prawirohardjo, 2010).
Anemia defisiensi zat besi pada wanita bisa disebabkan oleh :
1) penurunan asupan atau penyerapan zat besi, termasuk defisiensi
nutrisi dan gangguan pencernaan, seperti diare atau hiperemesis;

2) peningkatan kebutuhan, seperti kehamilan yang sering, banyak atau


kembar;
3) infeksi kronis, terutama pada saluran kemih;
4) perdarahan akut atau kronis, misalnya menoragia, hemoroid
berdarah, atau hemoragi antepartum atau postpartum.
(Fraser, 2009).

b. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah gangguan darah di mana ukuran


sel lebih besar dari sel darah merah normal. Anemia ini biasanya
disebabkan oleh defisiensi asam folat dan jarang sekali karena
defisiensi vitamin B12. Anemia ini sering ditemukan pada wanita yang
jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein
tinggi (Proverawati, 2011).

9
c. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena


sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang
baru (Prawirohardjo, 2010). Pada sepertiga kasus anemia dipisu oleh
obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukemia, dan gangguan
imunologis (Fraser, 2009).

7. Dampak Anemia

Anemia dapat terjasi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian
ini harus selalu diwaspadai. Penyakit anemia yang menyerang ibu hamil,
berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan, dam saat masa nifas. Adapun
pengaruh anemia terhdap kehamilan, persalinan dan nifas daoat
mengakibatkan sebagai berikut (Astarina, 2014).

a. Dampak Anemia Terhadap Ibu

1) Bahaya Selama Kehamilan

Berikut adalah bahaya anemia selama kehamilan.


1) Abortus.
2) Persalinan prematur.
3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim.
4) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%).
5) Perdarahan antepartum.
6) Ketuban pecah dini (KPD).

2) Bahaya saat Persalinan

Bahaya anemia saat persalinan adalah sebagai berikut.


1) Gangguan his.
2) Kala I memanjang.
3) Persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat
lelah.
4) Retensio plasenta.
5) Atonia uteri.

10
3) Pada Masa Nifas

Berikut adalah bahaya anemia pada masa nifas.


1) Subinvolusi.
2) Perlukaan sukar sembuh.
3) Infeksi puerperium.
4) Pengeluaran ASI berkurang.
5) Anemia masa nifas.
6) Infeksi mamae.

b. Dampak Anemia Terhadap Janin

Berikut adalah dampak anemia terhdap janin


1) Asfiksia intrauterin sampai kematian.
2) IUFD.
3) BBLR.
4) Kelahiran dengan anemia.
5) Cacat bawaan.
6) Mudah terkena infeksi.
7) IQ rendah dan bahkan bias mengakibatkan kematian.
(Manuaba, 2010).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil

1. Faktor Dasar

a. Sosial ekonomi

Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis
akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula.
Status gizipun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan
berkualitas. Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil
(Sulistyawati, 2009 dalam Nurhidayati, 2013).

b. Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi


pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk

11
mencegah terjadinya anemia.

c. Pendidikan

Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi


pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu
hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani
masalah gizi dan kesehatan keluarga.

2. Faktor Tidak Langsung

a. Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama pada


partumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia

defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi


parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani
pengawasan antenatal.

b. Umur Ibu

Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil,
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur
muda (<20 tahun) perlu tambahan gizi yang banyak karena selain
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga
harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk
umur yang tua di atas 30 tahun perlu energi yang besar juga karena
fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna
mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Kristiyanasari, 2010
dalam Nurhidayati, 2013).

3. Faktor Langsung

a. Kecukupan konsumsi tablet besi

Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia


gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil.

12
b. Jarak kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2


tahun.

c. Paritas

Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa


memperhatikan apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan
frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan
aborsi.

d. Status gizi
Maulana (2010) kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat
yang buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga
suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan
terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi ibu hamil sangatlah
penting dilakukan (Nurhidayati, 2013).

e. Penyakit Infeksi

Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu


umumnya adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan
terjadinya peningkatan penghancuran sel darah merah dan
terganggunya eritrosit. Cacingan jarang sekali menyebabkan kematian
secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat
mengakibatkan anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat
menyebabkan anemia.

D. Pencegahan Anemia

1. Pemberian Fe

Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan


suplementasi besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan
60 mg besi selama 6 bulan untuk emmenuhi kebutuhan fisiologik selama

13
kehamilan.

Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan


untuk memberikan suplementasi sampai tiga bulan postpartum
(Prawirohaedjo dalam Astarina, 2014).
Pemberian tablet besi merupakan salah satu pencegahan anemia.
Pemerintah saat ini mulai melihat calon pengantin perempuan sebagai
target. Mereka diberikan tablet tiap minggu selama 16 minggu ditambah 1
tablet tiap hari selama haid. Dosis mingguan ini ternyata cukup efekstif
dalam meningkatkan kadar hemoglobin (Asrtarina, 2014).

Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak


1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Susiloningtyas,
2012).
Selain itu, pendidikan dan peningkatan asupan besi melalui
makanan juga merupakan upaya dalam mencegah anemia. Mengonsumsi
makan yang cukup mengandung kalori, setiap 1000 kkal makanan dari
beras mengandung 6 mg Fe. Meningkatkan makanan yang dapat memacu
penyerapan zat besi dan mengurangi makanan yang dapat menghambat
penyerapan zat besi (Arisman, 2007). Selain itu, juga dengan memberikan
penyuluahn tentang tanda dan gejala anemia serta yang ditimbulkan oleh
anemia. (Astarina, 2014).
Pemberian Fe selama kehamilan dan setelah kelahiran dapat
mencegah anemia. Pemantauan konsumsi tablet Fe juga perlu diikuti
dengan pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat
mempengaruhi efektifitas penyerapan Fe. Cara minum tablet Fe yang
benar yaitu dengan air putih atau air jeruk (Setyoresmi, 2012 dalam
Astarina, 2014).
Pada masa kehamilan seorang wanita memerlukan tambahan zat
besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan mebentuk sel darah
merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan
menjadi makin anemis (Manuaba, 2010 dalam Astarina, 2014).

14
Tabel 2.1 Kebutuhan Zat Besi pada Setiap Kehamilan

Meningkatkan sel darah merah ibu 500 mg Fe


Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe
Untuk darah janin 100 mg Fe
Jumlah 900 mg Fe

2. Nutrisi Ibu Hamil

Nutrisi pada ibu hamil sangat menentukan status kesehatan dan


janinnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi menurut
Arisman (2004) dalam Yanti (2010) adalah sebagai berikut.
a. Keadaan sosial ekonomi keluarga ibu hamil
Untuk memenuhi kebutuhan gizi diperlukan sumber keuangan yang
memadai. Daya beli keluarga yang rendah dalam emmenuhi kebutuhan
gizi sudah barang tentu asupan nutrisi juga berkurang.
b. Keadaan kesehatan dan gizi ibu
Ibu dalam keadaan sakit kemampuan mengkonsumsi zat gizi berkurang
ditambah lagi pada keadaan sakit terjadi peningkatan metabolisme
tubuh sehingga diperlukan asupan yang lebih banyak.
c. Jarak kehamilan jika yang dikandung bukan anak pertama
Jarak kelahiran yang pendek mengakibatkan fungsi alat reproduksi
masih belum optimal.
d. Usia kehamilan pertama
Usia di atas 35 tahun merupakan resiko penyulit persalinan dan mula
terjadinya penurunan fungsi-fungsi organ reproduksi.
e. Kebiasaan ibu hamil mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, perokok,
pengguna kopi.
Kecukupan akan zat gizi pada ibu hamil dapat dipantau melalui
keadaan kesehatannya dan berat badan janin saat lahir. Adanya
penambahan berat badan yang sesuai standar ibu hamil merupakan salah
satu indicator kecukupan gizi. Pada trimester pertma sebaiknya kenaikan
berat badan 1-2 kg, trimester ke dua dank e tiga sekitar 0,34-0,50 kg tiap
minggu (Tarwoto, 2007).
Total berat kumulatif pada wanita hamil dengan tinggi 150 cm

15
sekitar 8,8 kg – 13,6 kg dan hamil kembar 15,4 kg – 20,4 kg (Arisman,
2004).
Selama hamil, kebutuhan gizi meningkat dibandingkan dengan
kebutuhan sebelum hamil misalnya kebutuhan protein meningkat 68%,
asam folat 100%, kalsium 50% dan besi 200-300 % (Tarwoto, 2007).

Tabel 2.2 Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil (Prasetyono, 2009 dalam
Yanti, 2010)
Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
Protein 40 g 60 g - Pertumbuhan Susu, keju,
- Cairan amnion telur, daging,
- Pertumbuhan dan biji-bijian,
perkembangan kacang-
plasenta kacangan,
- Meningkatkan air serealia
susu dan jaringan
payudara, sirkulasi
Hb, dan protein
plasma
Kalori 2.250 2.550 - Meningkatkan Karbohidrat,
g g metabolisme lemak, protein,
- Menambah energi umbi-umbian
(tenaga)
- Menghemat
protein

16
Kalsium 500 g 900 g - Pembentukan Susu, keju, biji
rangka dan tulang utuh, sayuran
gigi janin hijau
- Melindungi dari
penyakit
- Meningkatkan
metabolisme
kalsium ibu
Fosfor 450 g 650 g - Pembentukan Susu, daging,
rangka dan tulang Keju

Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
gigi janin
- Mrlindungi dari
penyakit
- Meningkatkan
metabolisme
kalsium ibu
Zat besi 26 g 56 g Kenaikan sirkulasi Hati, daging,
darah dan Hb telur, beras,
sayuran hijau
(bayam,
kangkung,
daun papaya,
dan daun
singkong)
Magnesium 250 g 280 g - Metabolisme Kacang, tahu,
energy dan protein kakao, hasil
- Activator enzim laut, beras
- Pertumbuhan
jaringan
- Metabolisme sel
dan penguat otot

17
Yodium 150 ug 175 ug Kenaikan metabolisme Garam
Vitamin A 500 700 - Pertumbuhan sel Mentega, krim,
RE RE dan jaringan sayuran, buah-
- Pertumbuhan gigi buahan
dan tulang
Vitamin D 200 IU 400 IU - Mineralisasi tulang Minyak hati,
dan gigi ikan, kuning
- Pertumbuhan dan telur, susu

Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
pembentukan
tulang bayi
Vitamin E 12 IU 14 IU - Pembentukan sel Biji-bijian
darah merah yang terutama
sehat gandum, telur,
- Antioksidan kacang-
penguat daya tahan kacangan,
tubuh minyak sayur,
sayuran hijau,
dan susu
Vitamin C 60 g 70 g - Pembentukan Sayuran,
jaringan brokoli, buah-
- Pengikat dengan buahan (jeruk,
pembuluh darah tomat, papaya)
- Antioksidan
penguat daya tahan
tubuh

18
Asam folat 160 ug 310 ug - Perkembangan Sayuran
saraf dan sel darah berwarna hijau
- Kebutuhan asam gelap seperti
folat selama hamil bayam,
adalah 800 mcg/ kembang kol,
hari terutama pada dan brokoli
12 minggu Pada buah-
pertamakehamilan. buahan asam
Kekurangan asam folat banyak
folat dapat terdapat pada
mengganggu jeruk, pisang,
pembentukan otak wortel, dan

Kebutuhan
Sumber
Zat Gizi Tdk Kegunaan
Hamil Makanan
Hamil
sampai cacat Tomat
bawaan pada
susunan saraf pusat
maupun otak janin
Vitamin B6 2,0 mg 2,5 mg - Memperlancar Gandum,
metabolisme jantung, hati,
protein daging, telur,
- Merangsang susu, keju, ikan
partumbuhan janin (chod, sarden),
- Mempercepat serealia dan
pembentukan sel susu kedelai
darah merah yang telah
B12 1,0 ug 1,3 ug Menjaga sistem saraf, difortifikasi
otot dan jantung agar
berfungsi secara
normal

19
Riboplavin 1,0 mg 1,7 mg Memperlancar Daging, hati,
metabolisme energi beras, dan
dan protein kacang-
kacangan
Niasin 10 mg 11 mg Memperlancar Daging, hati,
metabolisme energi beras, dan
dan protein kacang-
kacangan

E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Anemia

Dalam penerapan praktis pelayanan antenatal menurut Badan Litbang


Depkes RI, standar minimal palayanan antenatal adalah “14 T” yaitu
1) Timbang berat badan (T1). Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali
kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per
minggu mulai trimester kedua.
Penimbangan berat badan sangat penting dalam pengawasan ibu hamil.
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu hamil dari sebelum
hamil, terhitung mulai trimester I sampai trimester III yang berkisar
diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi
terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir (Wiknjosastro, 2005).
2) Ukur tekanan darah (T2). Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90
mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya
preeklampsi.
3) Ukur tinggi fundus uteri (T3).
4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4).
5) Pemberian imunisasi TT (T5).
Menurut Saifuddin (2006), imunisasi TT diberikan pada trimester I atau
trimester II dan TT yang kedua diberikan dengan jarak 4 minggu setelah
TT yang pertama.
6) Pemeriksaan Hb (T6)
Menurut pendapat Manuaba (2007) pemeriksaan darah di lakukan minimal
dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III dengan
pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia.
Kriteria anemia menurut WHO untuk wanita hamil memiliki hemoglobin

20
<11 g/dl. Sedangkan, derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin
menurut WHO yaitu ringan : Hb 8 g/dl-9.9 g/dl, sedang : Hb 6 g/dl-7.9
g/dl, berat : Hb <6 g/dl.
7) Pemeriksaan VDRL (T7).
8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8).
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9).
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10).
11) Pemeriksaan protein urin atas indikasi (T11).
12) Pemeriksaan reduksi urin atas indikasi (T12).
13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13).
14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14).

Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14 T sesuai kebijakan


dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T. Pelayanan/asuhan
antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan
tidak diberikan oleh dukun bayi (Prawirohardjo, 2008).
Dari standar minimal pelayanan antenatal yaitu 14 T di atas, terlihat
bahwa untuk pencegahan maupun penangan anemia terdapat pada T4 yaitu
pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan, dan T6 yaitu
pemeriksaan Hb. T6 tersebut merupakan program pemerintah untuk mencegah
terjadinya anemia pada ibu hamil sedangkan untuk T6 berfungsi untuk
mengetahui kadar Hb dalam darah seorang ibu hamil sehingga dapat diketahui
tingkat anemia yang dialami oleh seorang ibu hamil.

21
BAB III

PERKEMBANGAN
KASUS

A. Jenis Studi Kasus

Jenis laporan ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptif
yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan
atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara obyektif. Studi kasus
adalah studi yang dilakukan dengan cara mengkaji suatu permasalahan melalui
suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Ningsih, 2012).

B. Lokasi Dan Waktu

1) Pengambilan kasus dilakukan di ruang periksa klinik


2) Menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai dari kehamilan sampai
persalinan.

C. Subyek Laporan Kasus

22
Subyek laporan kasus ini adalah Ny. A, usia 20 tahun G3P2A0 dengan
anemia ringan.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan selama melakukan laporan dinas ini adalah


dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil, pedoman
observasi, dan wawancara.

E. Teknik / Cara Pengumpulan Data

Data Primer
a) Observasi : metode pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan
langsung dengan menggunakan panca indra maupun alat sesuai format
asuhan kebidanan. Pada kasus ini observasi dilakukan dengan
menggunakan lembar status pasien.

b) Wawancara : pada kasus ini wawancara dilakukan oleh peneliti kepada


klien untuk mendapatkan informasi lengkap dan akurat tentang keluhan
yang dialami oleh klien.
c) Pemeriksaan fisik

Menurut Ningsih (2012), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk


mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara:
1) Inspeksi

Suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematis dengan


menggunakan indra penglihatan, pandangan, dan penciuman sebagai
suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi dilakukan secara
beruntun mulai dari kepala sampai kaki.
2) Palpasi

Suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat teraba dengan


menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk mendeteksi jaringan,
bentuk tubuh, persepsi getaran atau pergerakan, dan konsistensi.
3) Perkusi

Adalah mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk menghasilkan


getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh. Perkusi dilakukan pada
daerah abdomen.
23
4) Auskultasi

Mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam organ tubuh untuk


mendeteksi perbedaan dari normal. Dilakukan untuk mendeteksi detak
jantung bayi.
Data sekunder
Data sekunder dapat diperoleh dari dokumen yang diambil
dari klinik
F. Bahan Dan Alat

1. Wawancara
Menggunakan alat :
1) format pengkajian pada ibu hamil,
2) lembar informed consent,
3) alat tulis,
4) buku tulis.

2. Observasi
1) Pemeriksaan fisik kehamilan :
a. sphygmomanometer
b. stetoskop,
c. termometer,
d. jam tangan,
e. lila,
f. timbangan berat badan,
g. pengukur tinggi badan,
h. pen light,
i. leanec atau Doppler,
j. reflek patella.
2) Pemeriksaan darah

G. Perencanaan Asuhan Studi Kasus

Tabel 3.1 Perencanaan Asuhan Studi Kasus

24
Diagnosa
Rencana Asuhan Pelaksanaan Evaluasi
kebidanan
Kunjungan I 1.Informed 1. Melakukan 1. Ibu menyetujui
- D/ ibu: Ny. consent Informed consent 2. Pemeriksaan
A G3P2A0 2.Timbang berat 2. Menimbang berat BB, TTV, dan
hamil 32 badan badan TFU telah
minggu 3.Ukur tekanan 3. Mengukur tekanan dilakukan
dengan darah darah 3. Ibu telah
anemia 4.Ukur TFU 4. Mengukur TFU menerima
ringan 5.Pemberian 5. Memberikan tablet tablet Fe dan
- D/ Janin: tablet Fe Fe dan Vitamin C itamin C dan
tunggal, 6.Pemberian 6. Memberikan berjanji
hidup, imunisasi TT konseling dan meminumnya

Diagnosa
Rencana Asuhan Pelaksanaan Evaluasi
kebidanan

25
presentasi 7.Pemeriksaan Hb penkes secara teratur
kepala 8.Pemeriksaan ketidaknyamanan 4. Ibu mengerti
VDRL trimester III dan ketidaknyaman
9.Perawatan tanda bahaya an trimester III
payudara, kehamilan dan tanda
senam payudara 7.Memberikan bahaya
dan pijat tekan konseling dan kehamilan
payudara penkes penanganan 5. Ibu mengerti
10. Pemelihar ketidaknyamanan cara mengatasi
aan tingkat trimester III dan ketidaknyaman
kebugaran / tanda bahaya an trimester III
senam ibu hamil kehamilan dan tanda
11. Temu 8.Membuat bahaya
wicara dalam kesepakatan untuk kehamilan
rangka kunjungan rumah 6. Ibu bersedia
persiapan untuk
rujukan kunjungan
12. Pemeriksa rumah
an protein urine
atas indikasi
13. Pemeriksa
an reduksi urine
atas indikasi
14. Pemberian
terapi kapsul
yodium untuk
daerah endemis
gondok
15. Pemberian
terapi anti

Diagnosa
Rencana Asuhan Pelaksanaan Evaluasi
kebidanan

26
malaria untuk
daerah endemis
malaria.
16. Konseling
dan penkes
ketidaknyamana
n trimester III
dan tanda
bahaya
kehamilan
17. Konseling
dan penkes
penanganan
ketidaknyamana
n trimester III
dan tanda
bahaya
kehamilan
Kunjungan II Lakukan 1.Mengukur tekanan 1. Ibu
- D/ ibu: Ny. pemeriksaan darah mengetahui
A G3P2A0 kehamilan sesuai 2.Mengukur TFU hasil
hamil 33 dengen pelayanan 3.Mengingatkan ibu pemeriksaan
minggu asuhan antenatal untuk meminum 2. Ibu berjanji
dengan 14 T tablet Fe dan akan
anemia vitamin C secara meminum
ringan teratur tablet Fe dan
- D/ Janin: 4.Mengingatkan ibu Vitamin C
tunggal, ketidaknyamanan secara teratur
hidup, trimester III dan 3. Ibu mengerti
presentasi tanda bahaya ketidaknyama

Diagnosa
Rencana Asuhan Pelaksanaan Evaluasi
kebidanan
27
kepala kehamilan nan trimester
5.Mengingatkan ibu III dan tanda
penanganan bahaya
ketidaknyamanan kehamilan
trimester III dan 4. Ibu mengerti
tanda bahaya cara
kehamilan mengatasi
6.Mengajarkan ibu ketidaknyama
cara melakukan nan trimester
senam hamil III dan tanda
7.Mengingatkan ibu bahaya
untuk kunjungan kehamilan
ulang ke puskesmas 5. Ibu dapat
melakukan
senam hamil
6. Ibu
mengatakan
akan
kunjungan
ulang

Diagnosa
Rencana Asuhan Pelaksanaan Evaluasi
kebidanan

28
Kunjungan III Lakukan 1. Menimbang 1.Ibu mengetahui
- D/ ibu: Ny. pemeriksaan berat badan hasil
A G3P2A0 kehamilan sesuai 2. Mengukur pemeriksaan
hamil 36 dengen pelayanan tekanan darah 2.Ibu mengatakan
minggu asuhan antenatal 3. Mengukur tidak meminum
dengan 14 T TFU tablet Fe dan
anemia 4. Memberikan Vitamin C
ringan tablet Fe dan secara teratur
- D/ Janin: Vitamin C 3.Pemeriksaan
tunggal, 5. Melakukan Hb telah
hidup, pemeriksaan dilakukan
presentasi Hb 4.Ibu mengerti
kepala 6. Mengingatkan ketidaknyamana
ibu n trimester III
ketidaknyama dan tanda
nan trimester bahaya
III dan tanda kehamilan
bahaya 5.Ibu mengerti
kehamilan cara mengatasi
7. Mengingatkan ketidaknyamana
ibu n trimester III
penanganan dan tanda
ketidaknyama bahaya
nan trimester kehamilan
III dan tanda 6.Ibu mengetahui
bahaya tanda-tanda
kehamilan persalinan
8. Memberitahu 7.Ibu mengatakan
ibu tanda- akan kunjungan
tanda ulang

29
Diagnosa
Rencana Asuhan Pelaksanaan Evaluasi
kebidanan
persalinan
9. Mengingatkan
ibu untuk
kunjungan
ulang ke
puskesmas

Kunjungan IV Lakukan 1. Menimbang berat 1.Ibu mengetahui


- D/ ibu: Ny. pemeriksaan badan hasil
A G3P2A0 kehamilan sesuai 2. Mengukur tekanan pemeriksaan
hamil 37 dengen pelayanan darah 2.Ibu mengatakan
minggu asuhan antenatal 3. Mengukur TFU tidak meminum
dengan 14 T 4. Memberikan tablet tablet Fe dan
anemia Fe dan Vitamin C Vitamin C
ringan 5. Mengingatkan ibu secara teratur
- D/ Janin: ketidaknyamanan 3.Pemeriksaan
tunggal, trimester III dan Hb telah
hidup, tanda bahaya dilakukan
presentasi kehamilan 4.Ibu mengerti
kepala 6. Mengingatkan ibu ketidaknyaman
penanganan an trimester III
ketidaknyamanan

30
Diagnosa
Rencana Asuhan Pelaksanaan Evaluasi
kebidanan
trimester III dan dan tanda
tanda bahaya bahaya
kehamilan kehamilan
7. Mengingatkan ibu 5.Ibu mengerti
tanda-tanda cara mengatasi
persalinan ketidaknyaman
8. Mengingatkan ibu an trimester III
untuk kunjungan dan tanda
ulang ke bahaya
puskesmas kehamilan
6.Ibu mengetahui
tanda-tanda
persalinan
7.Ibu mengatakan
akan kunjungan
ulang

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A, G3P2A0, dengan anemia


ringan di klinik pada 9 november 2020, penulis akan membahas dan menguraikan isi dari
laporan kasus ini, khususnya tinjauan kasus untuk melihat kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi pada asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan. Pada
pembahasan ini penulis juga membandingkan teori-teori yang ada dengan asuhan
kebidanan yang telah diberikan kepada Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan.
Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel
darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan III
kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin kurang dari
10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi.
31
(Prawirohardjo, 2010 dalam Astarina, 2014).

Ini sesuai dengan kasus yang didapatkan oleh penulis di mana kadar Hb
Ny. A G3P2A0 pada trimester II hanya 10,2 gram/ dl, kurang dari 10,5 gram/ dl.
Sedangkan pada pemeriksaan ke dua yang dilakukan tanggal 20 November 2020,
kehamilan trimester III, kadar hemoglobin dalam darah Ny. A 10,6 gram/ dl. Hal ini
menunjukkan bahwa Ny. A G3P2A0 mengalami anemia.
Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala letih, sering mengantuk, malaise,
pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada lidah, kulit pucat, membran mukosa pucat (misal,
konjungtiva), bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah (Rukiyah,
2010).
Pada kunjungan ANC pertama pada tanggal 30 Oktober 2020, penulis tidak
menemukan tanda dan gejala anemia dari data subjektif di mana ibu mengatakan tidak
ada keluhan seperti yang telah disebutkan di atas. Namun, pada pemeriksaan objektif
ditemukan tanda-tanda anemia pada Ny. A, di mana konjungtiva ibu sedikit pucat dan
pada pemeriksaan penunjang (pemeriksaan kadar Hb) yang dilakukan pada tanggal 20
september 2020 didapatkan hasil kadar hemoglobin ibu 10,2 gr/dl.
Berdasarkan kadar Hb ibu yaitu 10,2 gram/dl, penulis mengkategorikan anemia
yang dialami ibu adalah anemia ringan. Penggolongan ini sesuai dengan tinjauan teori
yang menyatakan bahwa Hb 11 gr% untuk yang tidak anemia, Hb 9 – 10 g% anemia
ringan, Hb 7 – 8 g% anemia sedang, dan Hb <7 g% anemia berat. Hal ini menunjukkan
bahwa Ny. A mengalami anemia ringan (Manuaba, 2010).
Selanjutnya, pada kunjungan ANC ke tiga pada tanggal 28 November 2020
ditemukan keluhan bahwa ibu pusing dan lelah. Selain itu, ibu juga mengatakan bahwa ia
tidak meminum vitamin (tablet Fe) yang telah diberikan secara teratur. Selanjutnya,
dilakukan pemeriksaan ulang laboratorium dan didapatkan kadar HB ibu 10,6 gr/dl.
Kadar HB ibu mengalami peningkatan dari pemeriksaan sebelumnya, namun masih
dikategorikan ke dalam kadar HB yang rendah.
Peningkatan yang cukup rendah ini, menurut penulis disebabkan karena ibu
yang tidak mematuhi anjuran petugas kesehatan untuk meminum tablet Fe secara teratur.
Selain itu, juga didukung oleh konsumsi makanan sehari-hari ibu yang tidak sesuai

32
dengan kebutuhannya selama hamil. Ibu mengatakan bahwa ia tidak suka mengonsumsi
sayuran dan hanya memakannya dalam jumlah yang sedikit.
Berdasarkan pengakuan Ny. A ini, penulis mengkategorikan anemia yang
dialaminya sebagai anemia defisiensi besi. Pengkategorian ini penulis dapatkan
berdasarkan tinjauan teori yang menyatakan bahwa anemia defisiensi besi adalah anemia
yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe (Prawirohardjo, 2010). Anemia defisiensi
zat besi pada wanita bisa disebabkan oleh penurunan asupan atau penyerapan zat besi,
termasuk defisiensi nutrisi dan gangguan pencernaan, seperti diare atau hiperemesis
(Frase, 2009). Pemenuhan kebutuhan zat besi dapat diperoleh dari konsumsi makanan
seperti hati, daging, telur, beras, sayuran hijau (bayam, kangkung, daun papaya, dan daun
singkong) (Yanti, 2010).
Pada kasus Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan bila tidak segera ditangani akan
terjadi anemia sedang tetapi dalam kasus ini tidak ditemukan terjadinya diagnosa
potensial. Pada tinjauan kasus menunjukkan bahwa kadar Hb ibu mengalami peningkatan
di mana pada pemeriksaan laboratoriun yang pertama tanggal 20 September 2020, kadar
Hb ibu 10,2 gr/dl dan mengalami peningkatan pada 28 November 2020 menjadi 10,6
gr/dl.

Antisipasi yang telah dilakukan pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan
adalah pemeberian terapi yaitu tablet Fe dengan dosis 2 x 1 tablet per hari dan vitamin C
dengan dosis 2 x 1 dalam sehari. Selain itu, ibu juga diberikan konseling untuk
mengonsumsi makanan yang bergizi serta dapat meningkatkan kadar Hb ibu.
Dalam tinjauan teori dijelaskan bahwa pemberian Fe selama kehamilan dan
setelah kelahiran dapat mencegah anemia. Pemantauan konsumsi tablet Fe juga perlu
diikuti dengan pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat
mempengaruhi efektifitas penyerapan Fe. Cara minum tablet Fe yang benar yaitu dengan
air putih atau air jeruk (Setyoresmi, 2012 dalam Astarina, 2014).
Pada kasus ini sudah sesuai dengan tinjauan teori di mana, seorang ibu hamil
diberikan tablet Fe untuk mencegah dan mengatasi anemia yang dialami oleh ibu
serta pemenuhan nutrisi selama kehamilan. Selain tablet Fe, di Puskesmas
Kecamatan Senen, Ny. A yang mengalami anemia ringan juga diberikan vitamin C.
Vitamin C diberikan kepada Ny. A bertujuan untuk mempercepat penyerapan zat besi

33
dalam tubuh ibu sehingga diharapkan kadar Hb ibu dapat meningkat.

Selain itu, ibu juga disarankan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan
mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang terutama makanan yang
mengandung tinggi zat besi.
Dengan penanganan yang telah dilakukan diharapkan ibu tidak lagi mengalami
anemia ringan dan kadar Hb-nya dapat meningkat dari 10,2 gram/dl menjadi minimal 11
gram/dl. Namun, hal itu tidak dapat terwujud dikarenakan ibu tidak mematuhi anjuran
dari tenaga kesehatan untuk meminum tablet Fe dan vitamin C secara teratur.
Meskipun kadar Hb ibu mengalami peningkatan, namun masih dikategorikan anemia
ringan di mana pada pemeriksaan ulang yang dilakukan tanggal 25 Februari 2016, kadar
Hb ibu hanya meningkat sebesar 0,4 gram/ dl yaitu menjadi 10,6 gram/ dl. Dan ini tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pemberian preparat 60 mg/hari dapat
menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Susiloningtyas, 2012).
Bahaya anemia selama kehamilan adalah abortus, persalinan prematur.
hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, ancaman dekompensasi kordis (Hb <
6 gr%), perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba, 2010).
Namun, bahaya yang disebutkan ini tidak ditemukan pada Ny. A G3P2A0 di mana
selama melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A, penulis pernah menemukan kelainan-
kelainan tersebut. Selama kehamilan Ny. A, tidak pernah terjadi perdarahan, tidak adanya
hambatan dalam tumbuh kembang janin yang didapatkan berdasarkan hasil pemeriksaan
TFU yang masih sesuai dengan usia kehamilan, serta tidak terjadi KPD sampai dengan
proses persalinan. Ny. A pada akhir kehamilannya mengalami oligohidramnion, namun
menurut penulis ini bukan disebabkan oleh anemia yang dialaminya dan penulis
juga tidak menemukan teori yang menjelaskan hubungan antara anemia dalam
kehamilan dengan terjadinya oligohidramnion.
Bahaya anemia saat persalinan adalah gangguan his, kala I memanjang,
persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah, retensio plasenta, dan

34
atonia uteri (Manuaba, 2010). Bahaya pada persalinan ini juga tidak ditemukan pada Ny.
A. Persalinan Ny. A dilakukan secara Secsio Caecaria di RS Permata Jonggol atas
indikasi oligohidramnion dengan hasil indeks cairan amnion 1 cm.

Bahaya anemia pada masa nifas adalah subinvolusi, perlukaan sukar sembuh,
infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, anemia masa nifas, dan infeksi mamae.
Bahaya ini juga tidak ditemukan oleh penulis. Selama masa nifas, Ny. A tidak
mengalami subinvolusi dan infeksi. Pengeluaran ASI ibu lancer bahkan dalam jumlah
yang cukup banyak. Untuk anemia pada masa nifas, tidak dapat diketahui oleh penulis
karena di Puskesmas Gandoang tidak dilakukan pemeriksaan hemoglobin dalam darah
namun konjungtiva ibu masih sedikit pucat. Berdasarkan keadaan konjungtiva tersebut,
penulis menyimpulkan bahwa Ny. A masih mengalami anemia.
Kasus pada Ny. A G3P2A0 dengan anemia ringan telah dilakukan sesuai dengan
asuhan kebidanan yang dimulai pada tanggal September s/d November 2020 dengan
kunjungan ANC sebanyak 4 kali diklinik, Kunjungan ANC terakhir dilakukan RS
permata jonggol dikarenakan ibu mendapatkan rujukan dari klinik atas indikasi Indeks
Cairan Amnion yang kurang dari 10 cm yaitu 5,2 cm.
Pada setiap kunjungan ANC, asuhan dilakukan sesuai dengan standar pelayanan
minimal 14T. Terutama T4 dan T6 yaitu pemberian tablet Fe dan pemeriksaan
hemoglobin darah yang dapat mendukung penegakan diagnosis anemia yang dialami oleh
Ny. A serta upaya untuk menanganinya telah dilakukan di klinik. pemeriksaan kadar
hemoglobin darah pada Ny. A dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada trimester II bulan
September dan pada trimester III bulan November 2020.
Ibu diberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan ibu yang mengalami anemia
ringan seperti memberikan ibu terapi tablet Fe dengan dosis 2 x 1 tablet dalam sehari,
Vitamin C 2 x 1 tablet dalam sehari. Selain itu, ibu juga diberikan konseling untuk
mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi serta makanan bergizi lainnya.
Selanjutnya, tenaga kesehatan menjelaskan pada ibu penyebab terjadinya anemia
ringan yaitu karena kehamilan dan nutrisi yang kurang zat besi dan protein serta
menjelaskan kepada ibu dampak yang akan terjadi apabila tidak segera ditangani. Selain
itu, tenaga kesehatan juga memberitahukan kepada ibu mengenai masalah potensial yang

35
akan terjadi apabila anemia ringan tidak dapat diatasi yaitu terjadinya anemia
sedang.

Penulis bersama tenaga kesehatan juga melibatkan suami untuk terus memberikan
dukungan kepada ibu agar dapat mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi serta
mengikut anjuran tenaga kesehatan dalam mengatasi anemia yang dialaminya.
Asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sudah sesuai dengan kebutuhan ibu.
Namun, asuhan ini masih sangat kurang karena tenaga kesehatan tidak menjelaskan
secara rinci mengenai akibat dari anemia itu sendiri serta tidak menjelaskan dengan lebih
jelas tentang nutrisi dan kebutuhan pada ibu hamil. Misalnya, tenaga kesehatan tidak
menjelaskan berapa yang harus dikonsumsi oleh Ny.A tersebut makanan yang
mengandung zat besi dalam sehari. Selain itu, tenaga kesehatan juga tidak memberitahu
ibu makanan apa saja yang mengandung tinggi zat besi seperti hati, ikan, telur, dan
sayuran hijau. Dengan demikian, kurangnya asupan nutrisi merupakan penyebab
terjadinya anemia pada Ny. A, namun kurangnya kesadaran ibu ini juga
disebabkan oleh kurangnya penjelasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Pada pengkajian data, juga terjadi kesenjangan pada kasus ini. Di mana, tenaga
kesehatan tidak mengkaji dengan lebih rinci mengenai keluhan yang dirasakan oleh ibu
dan tidak mengkaji lebih dalam lagi mengenai pola makan ibu sehari-hari. Tenaga
kesehatan tidak mengkaji porsii makan ibu dalam sehari dan jenis makanan apa saja yang
dimakannya dalam sehari. Hal ini harus dilakukan agar tenaga kesehatan dapat
mengetahui jumlah nutrisi terutama zat besi yang dikonsumsi ibu dalam sehari, jika
jumlah yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan ibu maka anemia yang
dialaminya tidak dapat diatasi. Hal ini terlihat dari peningkatan Hb Ny. A yang cukup
sedikit yaitu sebesar 0,4 gram/ dl pada trimester III. Dengan kata lain, peningkatan kadar
Hb tidak tercapai dengan maksimal.

36
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A G3P2A0 dengan


anemia ringan, penulis menyimpulkan sebagai berikut.
1) Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel
darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I
dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar
hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Dengan demikian, penulis menyimpulkan
bahwa Ny. A mengalami anemia di mana kadar hemoglobinnya 10,2 gram/ dl
pada trimester II dan 10,6 gram/ dl pada trimester III. Berdasarkan kadar Hb
tersebut, Ny. A mengalami anemia ringan.
2) Anemia dalam kehamilan pada Ny. A terjadi karena ketidakteraturan dalam
mengonsumsi tablet Fe dan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat
besi seperti sayuran hijau. Ini penulis dapatkan berdasarkan pengakuan dari Ny. A
tersebut.
3) Tanda dan gejala anemia yang terjadi pada Ny. A adalah keluhan ibu yang
mengatakan bahwa ia cepat lelah dan pusing. Selain itu, ditemukan bahwa
konjungtiva ibu sedikit pucat. Semua tanda dan gejala tersebut merupakan tanda
dan gejala dari anemia.
4) Bahaya yang mungkin akan terjadi pada ibu hamil dengan anemia tidak ditemui
pada Ny. A selama kehamilannya. Ibu tidak mengalami abortus, tidak pernah
perdarahan, tidak KPD, dan pertumbuhan janinnya sesuai dengan bertambahnya
usia kehamilan.
37
5) Pencegahan dan penanganan anemia dilakukan dengan pemberian tablet Fe
selama kehamilan dan pemenuhan nutrisi ibu hamil terutama yang mengandung
tinggi zat besi.
6) Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia tidak berbeda dengan ibu
hamil yang tidak mengalami anemia yaitu sesuai dengan standar pelayanan 14 T.

Pencegahan maupun penangan anemia terdapat pada T4 yaitu pemberian tablet


Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan, dan T6 yaitu pemeriksaan Hb. T6
tersebut merupakan program pemerintah untuk mencegah terjadinya anemia pada
ibu hamil sedangkan untuk T6 berfungsi untuk mengetahui kadar Hb dalam darah
seorang ibu hamil sehingga dapat diketahui tingkat anemia yang dialami oleh
seorang ibu hamil.

B. Saran

Pada akhir pembuatan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mengharapkan semua
tenaga kesehatan terutama bidan dapat terus meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan mengenai anemia dalam kehamilan sehingga dapat memberiksan
asuhan yang sesuai dengan kebutuhan ibu. Selain itu, kemampuan
komunikasi yang dimiliki oleh seorang bidan harus dapat terus ditingkatkan agar
dapat memberikan dukungan kepada setiap ibu hamil untuk terhindar dari anemia.

38
DAFTAR PUSTAKA

Astarina, Dita. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu Hamil
di Puskesmas Kelurahan Rawabadak Utara Tahun 2014. Jakarta: Poltekkes
Jakarta III.

Benoist, B.D., McLean, E., Egli, I., and Cogswell, M., 2008. Worldwide
Prevalence of Anaemia 1993–2005 : WHO global database on anaemia.
Switzerland: WHO Press, World Health Organization. Tersedia :
http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/9789241596657_eng.pdf. Diakses
pada Maret 2016

Dhamayani, Sri. 2014. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Trimester III yang
Mengalami Anemia dalam Memilih Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Hamparan Perak Tahun 2013. Tersedia : http://repository.usu.ac.id/.
Diakses pada Februari 2016.

Fraser, M. Cooper, A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles (ed 14). Jakarta : EGC. Gibney,

Michael J., dkk. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. Ibrahim dan

Proverawati. 2011. Nutrisi Janin & Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Kemenkes RI. Jadilah Kartini Indonesia yang Tidak Mati Muda (Pencanangan Kampanye
Peduli Kesehatan Ibu 2014). Tersedia : http://www.depkes.go.id/. Diakses pada
Juni 2016.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Perilaku Kesehatan. Jakarta


: Rineka Cipta.

39
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka
Cipta.

Nurhidayati, Rohmah Dyah. 2013. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia Pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
Tersedia : http://eprints.ums.ac.id/. Diakses pada Mei 2016.

Pranoto, Ibnu, dkk. 2013. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.


Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Putri, Dinnya Darosha. 2012. pola makan dan konsumsi tablet besi pada ibu hamil
trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman
tahun 2012. Tersedia : http://repository.usu.ac.id/. Diaskes pada Juni 2016.

Razfi, Fitrina M. 2014. Gambaran Pola Kebiasaan Cara Minum Tablet Fe pada Ibu
Hamil Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura. Tersedia:
http://eprints.ums.ac.id/31229/2/BAB_I.pdf. Diakses pada Februari 2016.

Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2010. Asuhan kebidanan IV (potologi kebidanan ).


Jakarta : Trans Info Media

Saifuddin, AB. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: EGC.

Saminem, Hajjah. 2008. Kehamilan Normal. Jakarta : EGC.

Setyoresmi, Luruh, dkk. 2012. Hubungan Tingkat Konsumsi dan Kepatuhan Minum
Tablet Fe Terhadap Kadar Hb Ibu Hamil trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas
Pandanwangi. Jurnal Gizi Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan FKUB.

Susiloningtyas. 2012. Pemberian Zat Besi (Fe) dalam Kehamilan. Tersedia :


http://jurnal.unissula.ac.id/. Diakses pada Juni 2016.

Susenas, BPS Provinsi DKI Jakarta. 2012. Tersedia :


http://www.depkes.go.id/PROFIL_KES_PROVINSI_2012. Diakses pada Februari
2016.

Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihana.

Yanti, Supri Indah. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Gedung Negara Kecamatan Hulu Sungkai

40
Kabupaten Lampung. Jakarta : Poltekkes Jakarta III.

41

Anda mungkin juga menyukai