Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

PRAKTIK KEBIDANAN KLINIK


ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN PADA NY. S 30
TAHUN G2P1A0 GRAVIDA 26-27 MINGGU DENGAN ANEMIA
SEDANG
DI UPTD PUSKESMAS PONED PLUMBON
KABUPATEN CIREBON

OLEH:
Azizah NIM. P2.06.24.2.18.008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN II


DI UPTD PUSKESMAS PONED PLUMBON KABUPATEN CIREBON

Cirebon, 16 Desember 2020

Pembimbing Prodi Ketua Program Studi


D.III Kebidanan Cirebon D.III Kebidanan Cirebon

Suratmi, SST. M.Keb Hj. Dyah Widiyastuti, SST.,


NIP. M.Keb
NIP. 197910242001122001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Illahi Robbi, karena atas berkat
rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan “Laporan Praktik Klinik
Kebidanan II Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny. A 25 Tahun G1P0A0
dengan Abortus Imminens Di UPTD Puskesmas PONED Plumbon”. Laporan ini
disusun dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada :

1. Hj. Ani Radiati, S.Pd., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Tasikmalaya

2. Nunung Mulyani, APP., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik


Kesehatan Kementerian Kesehatan Tasikmalaya

3. Hj. Dyah Widiyastuti, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi D.III
Kebidanan Cirebon Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Tasikmalaya

4. Suratmi, SST, M.Keb dan Neneng Marini, ST. Keb selaku Dosen
Pembimbing

5. Seluruh Dosen D.III Kebidanan Cirebon Politeknik Kesehatan Kementerian


Kesehatan Tasikmalaya

i
6. dr. Atih Andriyantie Fauzi selaku Kepala UPTD Puskesmas PONED
Plumbon

7. Ida Saidah, S.Tr, Keb selaku Bidan Koordinator di Puskesmas Plumbon

8. Seluruh bidan di UPTD Puskesmas PONED Plumbon

9. Teman-teman dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan.

Dengan disusunnya laporan Praktik Klinik Lapangan ini diharapkan dapat


memberikan pengetahuan dan gambaran umum tentang penanganan kasus ibu
hamil dengan abortus imminens.

Dalam penulisan dan pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan laporan ini.

Cirebon, 16 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1

B. Tujuan Penulisan Laporan..................................................................................3

iii
1. Tujuan Umum..................................................................................................3

2. Tujuan khusus..................................................................................................3

C. Teknik Penulisan..................................................................................................3

1. Studi kasus........................................................................................................3

2. Studi Kepustakaan...........................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5

A. Pengertian Anemia...............................................................................................5

B. Etiologi..................................................................................................................5

C. Tanda dan Gejala.................................................................................................7

D. Derajat Anemia....................................................................................................9

E. Macam-macam Anemia.......................................................................................9

F. Bahaya Anemia pada Ibu hamil dan Janin......................................................10

H. Penanganan Anemia dalam Kehamilan........................................................14

BAB III............................................................................................................................15

TINJAUAN KASUS........................................................................................................15

BAB IV............................................................................................................................19

PEMBAHASAN..............................................................................................................19

A. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan............................................................19

BAB V.............................................................................................................................23

PENUTUP.......................................................................................................................23

A. Kesimpulan.........................................................................................................23

B. Saran...................................................................................................................23

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih
merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping
menunjukan derajat kesehatan masyarakat juga dapat mengambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab
lansung kematian ibu adalah anemia.

Anemia dalam kehamilan masih merupakan masalah kronik di


Indonesia terbukti dalam prevalensi pada wanita hamil sebanyak 63,5%.
Prevelensi pada kehamilan di negara maju yaitu rata-rata 18%, sedangkan
prevelensi rata-rata anemia pada wanita hamil di negara berkembang sekitar
63,5%-80%. Prevelensi anemia didunia diperkirakan 30% dari populasi dunia
dan sekitar 500 juta orang diyakini menderita anemia. WHO (2012)
melaporkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia berkisar rata-
rata 41,8%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,
prevelensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia sebesar 37,1%. Meskipun
pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu
hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode
kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi
kejadian anemia masih tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar


hemoglobin kurang dari 11 gram% selama masa kehamilan pada trimester 1
dan ke-3 dan kurang dari 10 gram% selama masa post partum dan trimester 2.
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung
hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan
tubuh (Proverawati, 2013). Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan
dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin.

1
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia
terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada wanita
usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan
kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari
anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam folat, dan
perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya (Noverstiti,
2012).

Asuhan pelayanan kebidanan dalam mencegah komplikasi pada masa


kehamilan maupun persalinan dilakukan dengan pemeriksaan darah yang
dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester 1 dan
trimester 3. Di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi dan kebanyakan
anemia yang diderita oleh masyarakat salah satunya karena kehamilan dan
persalinan dengan jarak yang berdekatan, ibu hamil dengan pendidikan dan
tingkat sosial ekonomi yang rendah (Nurjanah dkk, 2012).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia


kehamilan diantaranya, umur, paritas, tingkat pendidikan, status ekonomi dan
kepatuhan konsumsi tablet Fe (Keisnawati, dkk, 2015).

Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia


zat besi pada ibu hamil. Menurut Manuaba (2010). Dampak dari anemia pada
kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan pre¬maturitas, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, perdarahan antepartum,
ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan
His, kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, dan
pada kala nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan pospartum,
memudahkan infeksi puerperium, dan pengeluarkan AS1 berkurang (Aryanti
dkk, 2013).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penyusun tertarik untuk


mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Pada

2
Ny. S Usia 30 Tahun G2P1A0 Gravida 26-27 Minggu Dengan Anemia
Sedang Di UPTD Puskesmas PONED Plumbon”.

B. Tujuan Penulisan Laporan


1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Kebidana pada Ny. S dengan Anemia
Berat di UPTD Puskesmas PONED Plumbon Kabupaten Cirebon Tahun 2020.

2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif secara terfokus pada Ny.
S dengan Anemia Berat di UPTD Puskesmas PONED Plumbon
Kabupaten Cirebon Tahun 2020.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif secara terfokus pada Ny. S
dengan Anemia Berat di UPTD Puskesmas PONED Plumbon
Kabupaten Cirebon Tahun 2020.
c. Mampu melakukan analisis dengan tepat sesuai dengan data subjektif
dan objektif.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan
klien dan analisa yang didapatkan.
e. Mampu menganalisis ada atau tidaknya kesenjangan antara teori
dengan praktik.

C. Teknik Penulisan
1. Studi kasus
Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan teknik :
a) Anamnesa
Melakukan wawancara langsung pada klien dan juga keluarga untuk
mendapatkan data subyektif.

b) Pemeriksaan Fisik

3
Dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
(1) Inspeksi, merupakan proses observasi dengan menggunakan mata,
inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik.
(2) Palpasi, dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan.
Metode ini dilakukan untuk mendeteksi ciri-ciri jaringan atau
organ.
(3) Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
(4) Auskultasi, merupakan metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop untuk memperjelas mendengar denyut jantung, paru-
paru, bunyi usus serta untuk mengatur tekanan darah sedangkan
monoaural dan doppler digunakan mendengar denyut jantung janin
(DJJ)
c) Pengkajian Psikososial
2. Studi Kepustakaan
Dengan menggunakan beberapa referensi buku baik medis maupun
kebidanan, literaur dan media internet yang berhubungan dengan Anemia
Berat.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel
darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu
mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh
jaringan tubuh (Proverawati, 2013).

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia


terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada wanita
usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan
kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari
anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam folat, dan
perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya (Noverstiti,
2012).

Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar


hemoglobin kurang dari 11 gram% selama masa kehamilan pada trimester 1
dan ke-3 dan kurang dari 10 gram% selama masa post partum dan trimester 2.

B. Etiologi
Penyebab abortus (early pregnancy loss) bervariasi dan sering
diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor Paritas
Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia
zat besi pada ibu hamil. Menurut Manuaba (2010), wanita yang sering
mengalami kehamilan dan melahirkan makin anemia karena banyak
kehilangan zat besi, hal ini disebabkan selama kehamilan wanita
menggunakan cadangan besi yang ada di dalam tubuhnya (Salmariantyty,

5
2012). Paritas atau jumlah anak yang dilahirkan ibu sangat berkaitan
dengan jarak kelahiran. Semakin tinggi paritasnya, maka semakin pendek
jarak kelahirannya. Hal ini dapat membuat seorang ibu belum cukup
waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Paritas yang tinggi dapat
menyebabkan kondisi kesehatan ibu menurun dan sering mengalami
kurang darah sehingga berpengaruh buruk pada kehamilan selanjutnya.
b. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, kebanyakan ibu hanya sampai
sekolah dasar, bahkan ada yang tidak bersekolah. Rendahnya pendidikan
ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh
pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin
rendah pengetahuan makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Pendidikan ibu adalah faktor yang cukup
berpengaruh terhadap terjadinya anemia.
c. Umur
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil.
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan
diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena
pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan
pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil
penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh
terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2014).
d. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Mengingat masih rendahnya konsumsi tablet tambah darah dan
masih rendahnya cakupan program distribusi tablet tambah darah, maka
perlu dilakukan upaya peningkatan cakupan dan peningkatan konsumsi

6
melalui pemberdayaan masyarakat dan proaktif dari petugas dalam
menjangkau sasaran ibu hamil agar sedini mungkin ibu hamil
mendapatkan pelayanan ANC memeriksakan kehamilannya kepada tenaga
kesehatan. Anemia pada kehamilan terjadi karena cara minum tablet Fe
dengan menggunakan kopi atau teh yang bersifat mengikat zat besi,
sehingga zat besi tidak bisa di absropsi tubuh.
e. Pekerjaan
Dalam hal kejadian anemia pada ibu hamil berdasarkan pekerjaan tampak
presentase lebih besar pada ibu hamil yang bekerja. Pekerjaan merupakan
suatu aktivitas sehingga memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan
menentukan jumlahnpenghasilan untuk membantu suami dalam
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ibu hamil yang mempunyai penghasilan
berhubungan dengan kemampuan ibu hamil untuk memperoleh
pengeahuan tentang anemia karena tercukupi keuaangan keluarga.
f. Tingkat Ekonomi
Rendahnya tingkat ekonomi pada ibu hamil yang tidak bekerja
mengakibatkan kemampuan ibu hamil untuk memperoleh informasi dan
melakukan pemeriksaan kehamilan menjadi berkurang. Namun, disisi lain
ibu hamil yang tidak bekerja mempunyai lebih banyak waktu luang
sehinga dapat digunakam untuk mengikuti berbagai penyuluhan meskipun
mempunyai keterbatasan dalam hal keuangan. Pengetahuan yang diperoleh
ibu hamil tidak bekerja ini berpengaruh terhadap rendahnya kejadian
anemia ibu hamil disbanding ibu yang bekerja.
C. Tanda dan Gejala
Gejala yang muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan Hb
sampai kadar tertentu (Hb <8 g/dl). Sindrom anemia terdiri atas rasa lemah,
lesuh, cepat Lelah, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kaki terasa
dingin, dan sesak nafas. Pada pemerisksaan seperti kasus anemia lainnya, ibu
hamil tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut,
telapak tangan dan jaringan dibawah kuku (Bakta, 2009).

7
Menurut Soebroto (2009), gejala anemia pada ibu hamil diantaranya
adalah :
1. Cepat Lelah
2. Sering pusing
3. Mata berkunang-kunang
4. Lidah luka
5. Nafsu makan turun
6. Konsentrasi hilang
7. Nafas pendek
8. Keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.

Sedangkan tanda-tanda anemia padda ibu hamil di antaranya adalah :

1. Terjadinya peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha


memberi oksigen lebih banyak ke jaringan.
2. Adanya peningkatan kecepatan pernafasan karena tubuh berusaha
menyediakan lebih banyak oksigen pada darah.
3. Pusing akibat kurangnya darah ke otak.
4. Terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk
otor jantung dan rangka.
5. Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi.
6. Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat.
7. Penurunan kualitas rambut dan kulit.

Gejala anemia dalam kehamilan yang lain menurut American


Pregnancy (2016) di antaranya adalah :
1. Kelelahan
2. Kelemahan
3. Telinga berdengung
4. Sukar konsentrasi
5. Pernafasan pendek
6. Kulit pucat

8
7. Nyeri dada
8. Kepala terasa ringan
9. Tangan dan kaki terasa dingin.

D. Derajat Anemia
Penentuan anemia tidaknya seorang ibu hamil menggunakan dasar
kadar Hb dalam darah. Dalam penentuan derajat anemia terdapat bermacam-
macam pendapat, yaitu :

1. Derajat anemia berdasar kadar Hb menurut Who adalah :


a. Ringan sekali : Hb 10 g/dl – batas normal
b. Ringan : Hb 8 g/dl – 9,9 g/dl
c. Sedang : Hb 6 g/dl – 7,9 g/dl
d. Berat : Hb < 5 g/dl
2. Derajat anemia menurut Manuaba (2021) yaitu :
a. Tidak anemia : Hb 11 gr%
b. Anemia ringan : Hb 9-10 gr%
c. Anemia sedang : Hb 7-8 gr%
d. Anemia berat : Hb <7 gr%
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menetapkan derajat
anemia sebagai berikut :
a. Ringkan sekali : Hb 11 g/dl – batas normal
b. Ringan : Hb 8 g/dl - <11 g/dl
c. Sedang : Hb 5 g/dl - <8 g/dl
d. Berat : Hb <5 g/dl

Klasifikasi anemia pada ibu hamil berdasarkan berat ringannya,


anemia pada ibu hamil dikategorikan adalah anemia ringan dan anemia berat.
Anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah adalah 8 gr% - <11 gr%, anemia
berat apabila kadar Hb dalam darah <8 gr% (Depkes RI, 2009). Dari

9
keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa selama kehamilan, indikasi
terjadi anemia jika konsentrasi Hb <10,5 g/dl.

E. Macam-macam Anemia
1. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebebkan karena penghancuran sel darah merah yang lebih
cepat dibandingkan proses pembentukannya. Jenis anemia ini terbilang
jarang terjadi di Indonesia. Namun jika mengalami gangguan ini, transfuse
darah adalah satu-satunya.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena kurangnyanasam folat. Anemia jenis ini
juga cukup berbahaya jika tidak segera ditangani. Sama seperti anemia
hemolitik, anemia jenis ini juga bisa diatasi dengan transfuse darah.
3. Anemia Hipoplastik
Penyebab anemia ini lebih berhubungan dengan obat-obatan, racun dan
sinar ronsent. Pada anemia jenin ini, sumsung tulang tidak memiliki
kemampuan untuk membuat sel darah merah baru. Anemia ini juga
termasuk berbahaya. Karena itu, sang ibu membutuhkan transfuse darah
hingga berulang kali.
4. Anemia Kekurangan Zat Besi
Bisa dbilang ini adalah salah satu jenis anemia yang paling sering dialami.
Anemia ini disebabkan karena kurangnya asupan zat besi dalam tubuh dan
kerap terjadi pada Trimester 1, seperti protein hewani sejak dari sebelum
dan semasa hamil. Padahal, zat besi ini sangat penting dalam proses
pembentukan sel darah merah. Untungnya tidak seperti ketiga jenis anemia
sebelumnya, anemia jenis ini bisa diatasi dengan mengubah pola makan
dan menambah konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi.

F. Bahaya Anemia pada Ibu hamil dan Janin


a. Pada ibu

10
Ibu hamil dengan endometriosis, Ini adalah salah satu masalah kesehatan
yang umum terjadi pada ibu hamil, tapi tidak boleh disepelekan. Penyakit
yang sering disebut dengan istilah kurang darah ini bukanlah kondisi yang
bisa sembuh dengan sendirinya. Apabila jumlah sel darah merah dalam
tubuh terlalu sedikit, ibu dan janin dapat kekurangan gizi dan oksigen yang
akan membahayakan keselamatan mereka.
b. Pada Janin
1) Risiko janin lambat atau janin tidak berkembang dalam kandungan
2) Bayi lahir premature
3) Memiliki berat badan rendah saat lahir (BBLR)
4) Nilai APGAR score yang rendah.
5) Anemia pada ibu hamil yang parah juga bisa menyebabkan kerusakan
organ vital seperti otak dan jantung hingga kematian.

Kondisi anemia yang dibiarkan terus berlanjut tanpa pengobatan akan


memperbesar risiko ibu kehilangan banyak darah selama melahirkan. Kondisi
yang membuat ibu hamil perlu transfusi darah, dikatakan masuk stadium berat
dan perlu dibawa ke UGD ketika kadar Hb kurang dari 7 g/dL. Ibu hamil
dengan kadar Hb sekitar 6-10 g/dL juga direkomendasikan mendapatkan
transfusi darah segera apabila memiliki riwayat perdarahan postpartum atau
gangguan hematologis sebelumnya. Transfusi dibutuhkan apabila anemia
menyebabkan kadar Hb ibu hamil turun drastis hingga di bawah 6 g/dL dan
Anda akan melahirkan kurang dari 4 minggu. Target transfusi pada ibu hamil
secara umum adalah:

Hb > 8 g/dL

Trombosit > 75.000 /uL

Prothrombin time (PT) < 1,5x kontrol

Activated Prothrombin Time (APTT) < 1,5x kontrol

11
Fibrinogen > 1,0 g/l

Namun yang harus diingat, keputusan dokter untuk melakukan transfusi darah
tidak semata-mata hanya dengan melihat kadar Hb Anda saja. Jika menurut
dokter kehamilan Anda stabil alias tidak berisiko meski kadar Hb kurang dari 7
g/dL, Anda tidak memerlukan transfusi darah. Hal tersebut dikutip dari Joint
United Kingdom Blood Transfusion and Tissue Transplantation Services
Professional Advisory Committee (JPAC).

G. Mengatasi Anemia Pada Ibu Hamil


Untuk mengatasi anemia dalam kehamilan, berikut beberapa hal yang
perlu dilakukan, yaitu:
1. Makan makanan bernutrisi khusus
Mulanya ibu hamil hanya akan membutuhkan tambahan 0,8 mg zat
besi per hari di trimester pertama, hingga 7,5 mg per hari pada trimester
ketiga. Sementara itu, peningkatan asupan asam folat per trimeser biasanya
berkisar dari 400 – 600 mcg per hari, tergantung anjuran dokter. Melansir
dari laman American Pregnancy Association, makanan yang termasuk
tinggi zat besi untuk mengatasi anemia pada ibu hamil, yaitu: Daging (sapi
atau unggas) rendah lemak yang dimasak matang. Makanan laut seperti
ikan, cumi, kerang, dan udang yang dimasak matang. Telur yang dimasak
matang. Sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung. Kacang polong.
Produk susu yang telah dipasteurisasi. Kentang. Gandum
Sementara makanan tinggi folat untuk anemia pada ibu hamil
meliputi: Sayuran daun hijau, seperti bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak
hijau, atau selada. Keluarga jeruk. Alpukat, pepaya, pisang. Kacang-
kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang
hijau. Biji bunga matahari (kuaci). Gandum.Kuning telur.
2. Mengonsumsi vitamin C lebih banyak
Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi sayur dan buah tinggi
vitamin C, seperti jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, kembang kol, tomat, dan
paprika. Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi dari makanan

12
secara lebih efisien. Kebutuhan vitamin C harian juga dapat dipenuhi
dengan minum suplemen vitamin C, tapi sebaiknya konsultasikan dulu ke
dokter agar pengobatan terkontrol dengan baik. Namun, mencukupi
asupan gizi dari makanan saja mungkin tidak akan cukup buat ibu hamil.
Maka, Anda perlu melakukan langkah selanjutnya untuk mengurangi
risiko..
3. Minum suplemen
Sebagai langkah awal pengobatan anemia pada ibu hamil, dokter
akan menyarankan Anda untuk mulai minum suplemen zat besi, vitamin
B12, dan asam folat sebagai tambahan vitamin prenatal. Minum dosis
pertama suplemen sebaiknya di pagi hari agar tidak memperparah sensasi
mual muntah karena morning sickness, ditambah akibat anemia pada ibu
hamil. Jika harus diminum setelah makan, tunggu satu jam dulu baru telan
vitamin Anda agar tidak merasa mual. Ibu hamil juga bisa minum
suplemen sebelum tidur untuk mengurangi risiko mual setelahnya. Jangan
lupa minum banyak air setelah menelan vitamin untuk mengurangi anemia
pada wanita hamil.

Dilansir dari Maternal and Child Health Integrated Program, salah


satu cara efektif mencegah anemia pada ibu hamil adalah mengonsumsi
suplemen zat besi. Selain itu, pencegahan anemia saat hamil dapat mulai
dilakukan dengan mengatur pola makan menjadi lebih baik, seperti:

1. Mengonsumsi suplemen asam folat dan zat besi (60 mg zat besi dan 400
mcg asam folat).
2. Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi (daging, ayam,
ikan, telur, dan gandum).
3. Memakan makanan yang kaya akan asam folat (kacang kering, gandum,
jus jeruk, dan sayuran hijau).
4. Mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung vitamin C (buah
dan sayur yang segar).

13
Perhatikan juga bahwa zat besi dari sumber makanan hewani, seperti
daging, dapat terserap tubuh lebih baik dibanding zat besi dari sayuran atau
buah.

H. Penanganan Anemia dalam Kehamilan


1. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Ibu hamil iedealnya harus dideteksi dan ditangani sejak pelayanan
Kesehatan dasar. Di desa, ibu hamil tidak perlu berkunjung ke Polindes
untuk mengetahui konsidi kehamilannya dan mengetahui jika ibu hamil
terjadi anemia. Penanganan d anemia di Polendes meliputi :
a. Membuat diagnosis klinik dan rujukan pemeriksaan laboratorium ke
tingkat pelayann yang lebih lengkap.
b. Memberikan terapi oral pada ibu hamil yang berupa pemberian tablet
besi 90 mg/hari.
c. Penyuluhan gizi ibu hamil dan menyusui.
2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Wewenang Puskesmas untuk menangani kasus anemia pada ibu
hamil di antaranya dengan cara :
a. Membuat diagnosis dan terapi
b. Menentukan penyakit kronik (malaria, TBC) dan penanganannya.
3. Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan layanan Kesehatan tingkat lanjutan jika
Polindes dan Puskesmas tidak dapat menangani kasus anemia pada ibu
hamil, wewenang rumah sakit dalam menangani kasus anemia pada ibu
hamil meliputi :
a. Membuat diagnosis dan terapi
b. Diagnosis thalassemia dengan elektroforesis Hb, bila ibu ternyata
pembawa sifat, perlu tes pada suami untuk menentukan risiko pada
bayi.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN PADA NY. S 30


TAHUN G2P1A0
GRAVIDA 26-27 MINGGU DENGAN ANEMIA SEDANG

Hari/Tanggal : Jumat, 24 November 2020


Waktu : 13.00 WIB
Tempat : UPTD Puskesmas PONED Plumbon

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. A
Umur : 30 Tahun Umur : 29 Tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam Agama : Islam
Goldar :B
Alamat : Ds. Gombang Rt/Rw 10/03 Kec. Plumbon

2. Riwayat Kehamilan Sekarang


Ibu datang ke PONED diantar suami mengeluh lemas dan nafas sesak. Ibu
mengatakan hamil anak ke-2 usia kandungan 5 bulan. Anak pertama

15
berusia 2 tahun. HPHT = 15-02-2020. HTP = 22-02-2021. Sudah
merasakan Gerakan janin dan aktif sampai sekarang akan tetapi belum
pernah menghitungnya. Belum mengetahui tanda-tanda bahaya pada
kehamilan. Rutin periksa kehamilan di BPM dan Puskesmas 2 kali. Sudah
pernah USG 1 kali di dr.Yusuf Yuniarto, Sp.OG pada tanggal 23-11-2020.
Ibu tidak pernah mengonsumsi jamu dan obat lainnya, hanya mengonsumsi
obat dari bidan. Ibu jarang meminum suplemen dari bidan seperti tablet Fe,
Vitamin dan kalsium. Ibu merasa khawatir dengan kehamilannya.
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Dulu
Pada kehamilan, persalinan anak yang pertama ibu mengalami anemia berat
dan BB bayi 1500 gram lahir aterm secara spontan di RS Arjawinangun.
Sehingga membutuhkan transfuse darah.
4. Riwayat Kesehatan
Selama kehamilan ini ibu tidak pernah di rawat di RS. Ibu dan keluarga
tidak memiliki riwayat penyakit berat seperti hipertensi, diabetes, asma,
malaria, jantung, ginjal, HIV/AIDS, dan lainnya.
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Ibu mengatakan ini pernikahan pertama lamanya 3 tahun. Respon dan
dukungan keluarga terhadap kehamilan baik. Tinggal bersama suami dan
keluarga lainnya. Pengambilan keputusan dilakukan bersama suami.
Menjadi akseptor KB IUD. Makan sehari 2x dengan menu seadanya yang
terdiri dari nasi dan lauk pauk lainnya serta ibu jarang mengkonsumsi
sayur-mayur dan buah-buahan, tidak ada pantangan terhadap makanan. Ibu
dan suami tidak merokok, minum-minuman keras maupun mengkonsumsi
obat terlarang. Pekerjaan rumah dibantu oleh suami. Istirahat cukup. Tidak
ada masalah dalam hubungan seksual. Rencanan melahirkan di PONED.
Memiliki asuransi Kesehatan yaitu BPJS.
B. DATA OBJEKTIF
1. ● Keadaan umum : Tampak Lemah
● Kesadaran : Compos Mentis
2. Pemeriksaan Fisik

16
● TTV → ▫ TD : 130/84 mmHg ▫P : 25 x/menit
▫N : 100 x/menit ▫S : 36,5o C
● Antropometri : -BB = 41 kg
-TB = 144 cm
-LILA = 20 cm
● Wajah : Tidak ada oedema
● Mata : Sklera putih, konjungtiva pucat
● Mulut : Gusi pucat, Tidak ada karies
● Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis

● Dada : ▫ Jantung : bunyi normal dan irama regular


▫ Paru-paru : tidak ada wheezing atau ronchi
● Payudara : Payudara simetris, puting menonjol tidak ada nyeri
tekan, retraksi, dimpling sign dan massa
● Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, kandung kemih kosong,
TFU 21 cm, PUKI, presentasi kepala DJJ = 140
x/menit.
● CVAT : Tidak ada nyeri ketuk kanan dan kiri (-/-)
 Genetalia : Tidak ada varises, terdapat pengeluaran darah
Tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan scene
 Anus : Tidak ada hemoroid
 Ekstremitas :
o Atas : Tidak ada oedema (-) kuku pucat
o Bawah : Tidak ada oedema dan varises (-/-) kuku
pucat,
Reflek patella kanan dan kiri positif (+/+)
3. Pemeriksaan Penunjang
● HB : 5,4 gr%

C. ANALISIS

17
Ny. S umur 30 tahun G2P1A0 gravida 26-27 minggu dengan anemia
sedang, potensial anemia berat. Perlu kolabosari dengan dokter Sp.OG untuk
rujukan penanganan transfuse darah.

D. PENATALAKSANAAN
1. Membina hubungan baik dengan ibu, respon baik
2. Melakukan informed consent, ibu setuju untuk dilakukan pemeriksaan
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu mengetahui hasil pemeriksaan
4. Melakukan konsul dengan dokter, advis :
- Pasang infus RL 20 tpm
- Rujuk
5. Memasang infus RL pada Ibu, Infus sudah terpasang
6. Menganjurkan keluarga untuk berdiskusi menentukan tempat tujuan untuk
merujuk pasien.
7. Memberikan KIE tentang :
a) Tanda-tanda bahaya pada ibu hamil. Respon baik dan ibu dapat
mengulang.
b) Cara menghitung gerakan janin. Ibu paham dan akan mencobanya.
c) Pola makan, agar makan dengan menu yang bergizi seperti sayur-
sayuran hijau, kacang-kacangan, daging dan buah-buahan,
d) Memberikan dukungan emosional kepada ibu. Ibu menerima
dengan baik.
8. Menganjurkan keluarga untuk memberikan support pada ibu agar kondisi
ibu semakin membaik.
9. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit Arjawinangun untuk ditindak lebih
lanjut oleh Dokter Sp.OG.
10. Melakukan dokumentasi dalam bentuk SOAP.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini, penulis akan membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan kesesuaian antara tinjauan teori degan penatalaksanaan yang
dilakukan pada kasus anemia berdasarkan pengkajian pada Ny. S dengan anemia
sedang di UPTD Puskesmas PONED Plumbon kabupaten Cirebon tahun 2020
pada tanggal 24 November 2020. Dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan
menggunakan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP.

A. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


1. Data Subjektif
Berdasarkan anamnesa ibu mengatakan bahwa ini merupakan kehamilan
kedua, belum pernah keguguran sebelumnya. HPHT tanggal 15 Mei 2020.
HTP tanggal 22 Februari 2021. Ibu merasa sedang hamil 6 bulan dan sudah
merasakan gerakan janin.
Didapat data subjektif bahwa ibu mengeluh lemas dan nafas sesak.
Tanda dan gejala anemia yang dialami Ny. S berdasarkan teori, lemas karena
terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otor
jantung dan rangka. Nafas sesak karena terjadinya peningkatan kecepatan
pernafasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih banyak oksigen pada
darah. Ibu jarang meminum tablet Fe dan suplemen lainnya, didapat
kepatuhan konsumsi tablet Fe ibu masih rendah, sehingga perlu upaya
peningkatan cakupan dan peningkatan konsumsi melalui pemberdayaan
masyarakat dan proaktif petugas Kesehatan dalam pelayanan ANC.

19
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas dulu ibu mengalami anemia
berat dan bayi lahir BBLR 1800 gram di RS dan usia anak 2 tahun.
Berdasarkan data tersebut bahwa ibu termasuk etiologi yaitu paritas dimana
jarak anak pertama dengan kehamilannya yang sekarang berdekatan,
kemudian ibu mempunyai riwayar anemia berat dan Bayi lahir dengan BBLR.
Diperoleh informasi bahwa ibu sebelum dan selama hamil makan 1-2
kali sehari, porsi sedang dengan yang seadanya, ibu jarang makan sayur dan
buah-buahan. Ibu tidak bekerja. Berdasarkan data tersebut bahwa ibu termasu
ke faktor tingkat ekonomi dan tingkat Pendidikan dimana Ny. S dan suaminya
hanya lulusan SD, suami juga bekerja sebagai buruh. Sehingga dalam hal
kejadian anemia pada ibu hamil berdasarkan pekerjaan tampak presentase
lebih besar pada ibu hamil yang bekerja. Pekerjaan merupakan suatu aktivitas
sehingga memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan menentukan jumlah
penghasilan untuk membantu suami dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Ibu hamil yang mempunyai penghasilan berhubungan dengan kemampuan ibu
hamil untuk memperoleh pengetahuan tentang anemia karena tercukupi
keuaangan keluarga.
Rendahnya tingkat ekonomi pada ibu hamil yang tidak bekerja
mengakibatkan kemampuan ibu hamil untuk memperoleh informasi dan
melakukan pemeriksaan kehamilan menjadi berkurang. Namun, disisi lain ibu
hamil yang tidak bekerja mempunyai lebih banyak waktu luang sehinga dapat
digunakam untuk mengikuti berbagai penyuluhan meskipun mempunyai
keterbatasan dalam hal keuangan. Pengetahuan yang diperoleh ibu hamil tidak
bekerja ini berpengaruh terhadap rendahnya kejadian anemia ibu hamil
dibanding ibu yang bekerja.

2. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan didapat bahwa keadaan umum ibu tampak lemah,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/84 mmHg, nadi 100 kali/menit,
suhu 36,50C, dan pernapasan 25 kali/menit. Tanda gejala abortus iminens

20
adalah keadaan umum tampak lemah, peningkatan kecepatan pernafasan,
terasa Lelah, pusing, peningkatan kecepatan denyut jantung, kulit pucat.
Pada pemeriksaan mata sklera putih, konjungtiva pucat. Pada wajah
tidak terdapa oedema. Pada pemeriksaan payudara, puting susu menonjol,
adanya hiperpigmentasi. Tanda mungkin hamil yaitu payudara tegang, tampak
menjadi lebih besar, areola payudara makin hiperpigmentasi (hitam), puting
susu makin menonjol. Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon pada saat kehamilan, yaitu
estrogen, progesteron, dansomatomamotrofin.
Pada abdomen tampak linea gravidarum, denyut jantung janin belum
terdengar. Pada pemeriksaan abdomen juga didapatkan hasil tinggi fundus
uteri (TFU) 21 cm, presentasi kepala, DJJ 140 x/menit. Tidak ada dan adanya
nyeri tekan bagian bawah perut. Merupakan tanda normal keadaan ibu hamil
sesuai usia kehamilan.
Pada pemeriksaan genetalia dan anus ibu tampak normal, akan tetapi
karena HB yang rendah yaitu 5,4 gr% mengakibatkan kuku terlihat pucat kulit
pucat karena berkurangnya oksigenasi. Penurunan kualitas rambut dan kulit.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) menetapkan derajat
anemia sebagai berikut : Ringkan sekali : Hb 11 g/dl – batas normal, Ringan
Hb 8 g/dl - <11 g/dl, Sedang Hb 5 g/dl - <8 g/dl, Berat Hb <5 g/dl. Kondisi
yang membuat ibu hamil perlu transfusi darah, dikatakan masuk stadium berat
dan perlu dibawa ke UGD ketika kadar Hb kurang dari 7 g/dL. Ibu hamil
dengan kadar Hb sekitar 6-10 g/dL juga direkomendasikan mendapatkan
transfusi darah segera apabila memiliki riwayat perdarahan postpartum atau
gangguan hematologis sebelumnya.

3. Data Analisis

Dari hasil pengkajian data subjektif didapatkan bahwa ini merupakan


kehamilan kedua, belum pernah keguguran sebelumnya. HPHT tanggal 15

21
Mei 2008 dan HTP 22 Februai 2021, mengeluh lemas dan merasa sesak. Dari
hasil pemeriksaan fisik di dapatkan semua hasilnya adalam batas normal.
Hanya saja laju nafas yang tampak lebih cepat dan hasil pemeriksaan
penunjang yaitu Hb didapatkan ibu termasuk dalam anemia sedang yaitu 5,4
gr%. sehingga dapat ditegakkan analisa yaitu “Ny. S, usia 30 tahun, G1P0A0
hamil 26-27 minggu dengan anemia sedang potensial anemia berat perlu
kolaborasi dengan dr. Sp.OG rujukan penanganan transfusi darah”.

4. Penatalaksanaan

Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang didapat


serta analisa yang ditegakkan, maka disusunlah penatalaksanaan yang telah
dilakukan sesuai dengan kebututuhan ibu, yaitu:

a. Melakukan konsultasi degan dokter dan didapatkan advis untuk


memberikan infus RL 20 tpm dan melakukan rujukan
b. Memberitahu bahwa ibu mengalami anemia sedang yaitu Anemia dalam
kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari
11 gram% selama masa kehamilan pada trimester 1 dan ke-3 dan kurang
dari 10 gram% selama masa post partum dan trimester 2. Yang ditandai
lemas, dan nafas sesak.
c. Memberitahu tanda bahaya kehamilan pada ibu, supaya ibu dapat
mencegahnya dan tidak terulang kembali.
d. Memberitahu cara menghitung gerakan janin selama 10 jam berapa kali
bayai bergerak, suapaya ibu mengetahui kapan bayi itu aktif bergerak.
e. Memberikan dukungan emosional, supaya ibu dapat kuat dalam kondisi
seperti ini dan bisa bersemangat Kembali.
f. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit Arjawinangun untuk diobservasi lebih
lanjut oleh Dokter Sp.OG

22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. S usia 30 tahun


G2P1A0 dengan anemia sedang penulis menyimpulkan sebagai berikut.

1. Anemia adalah Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan


kadar hemoglobin kurang dari 11 gram% selama masa kehamilan pada
trimester 1 dan ke-3 dan kurang dari 10 gram% selama masa post partum
dan trimester 2.
2. Tanda dan gejala anemia yang terjadi pada Ny. A adalah keluhan ibu yang
mengatakan bahwa ia merasa lemas da nafas sesak. Laju nafas 25
kali/menit hasil pemeriksaan lab Hb di dapatkan 5,4 gr%. Semua tanda
dan gejala tersebut merupakan tanda dan gejala dari anemia sedang.
3. Dalam kasus ini Ny. S kadar HB yang rendah dan mempunyai Riwayat
anemia berat pada kehamilan sebelumnya. Sehingga harus dilakukan
observasi oleh dokter spesialis kandungan untuk dilakukan transfuse
darah. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia sedang adalah
melakukan konsultasi degan dokter dan didapatkan advis untuk
memberikan infus RL 20 tpm dan melakukan rujukan

B. Saran
Penulis mengharapkan semua tenaga kesehatan terutama bidan dapat
terus meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai anemia dalam

23
kehamilan sehingga dapat memberiksan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan ibu. Selain itu, kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh seorang
bidan harus dapat terus ditingkatkan agar dapat memberikan dukungan
kepada setiap ibu hamil untuk terhindar dari anemia.

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, Wahyuddin, 2014, Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap


Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung Maros, Jurnal
Medika Nusantara. Vol. 25 No. 2.

Aryanti Wardiah, Sumini Setiawati, Riyani, Riska Wandiri, Lidya Aryanti.


(2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur tahun
2013. Bandarlampung: PSIK Universitas Malahayati.

Astriana, Willy. 2017. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Pritas dan
Usia. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 123-130.

Astuitik, Reni Yuni dan Dwi Ertiana. (2018). Anemia dalam Kehamilan. Jawa
Timur: CV. Pustaka Abadi.

Krisnawati., Desi Ari Madi Yanti., Apri Sulistianingsih. (2015). Faktorfaktor


terjadinya anemia pada ibu primigravida di wilayah kerja Puskesmas tahun
2015. STIKES Peringsewu Lampung.

Manuaba, I. B. G. (2012). Buku Ajar Phantom Obstetri. Jakarta: Trans Info


Media.

Nurjanah Siti., Siti Chadlilorul Qudsiah, Herry Suswanti Djarot. (2012).


Hubungan Antara Paritas dan Umur dengan Anemia Pada Ibu Hamil
Trimester III Tahun 2012. Noverstiti, Elsy. (2012). Faktor- faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di

24
Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang tahun 2012. STIKES
Peringsewu LampungSemarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.

Purwandari, Atik. Dkk. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Anemia. Junal Ilmiah Kebidanan. 4(1), 62-68.

Salmariantity. (2012). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten
Indragiri Hilir tahun 2012. Jakarta: FK UI.

25

Anda mungkin juga menyukai