Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KOMPLIKASI KEHAMILAN (ANEMIA DAN KEHAMILAN DENGAN


HIPERTENSI)

DOSEN PENGAMPU:
BAIQ YUNI FITRI HAMIDIYANTI, S.Si.T.M,KEB

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

1. ALODIA ZULAIKA TSARY A. P07124121001


2. AYU LESTARI P07124121003
3. AZIZA SAFITRI P. P07124121004
4. BAIQ BIDIA OPERATUL M. P07124121005
5. ST.AISYAH TURRODIAH. P07124121038
6. BAIQ AGISNA PUTRI P07124121046
7. NI PUTU KURSITA AYU. A P07124121065
8. NURIL KHAZINATUL ASROR P07124121069
9. RAHMAYANA HIDAYATUL F. P07124121070
10. SEPTIANA P07124121076
11. SARI WANDINI P07124121075
12. ZAHRANI NUR RAHMATIA P07124121084
13. APRILIA NINGSI. P07124121002
14. BQ. MUTIARA SALSABILLA. P07124121006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat karunia serta taufik dan hidayah- Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Komplikasi Kehamilan (Anemia dan Kehamilan dengan
Hipertensi)”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang metode komplementer bagi para pembaca dan penulis. Kami mengucapkan
terimakasih kepada ibu Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti, S.Si.T.M,Keb., selaku dosen
mata kuliah Obstetri yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan demgan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami maka, kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan, semoga makalah ini dapat berguna
bagi kami, pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan umumnya.

Mataram, 5 Agustus 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................. 5
TINJAUAN TEORI ............................................................................................. 5
A. Anemia Dalam Kehamilan ............................................................................. 5
1. Pengertian ................................................................................................. 5
2. Etiologi ..................................................................................................... 5
3. Tanda dan Gejala ...................................................................................... 6
4. Macam- macam anemia dalam kehamilan ................................................. 6
5. Pencegahan anemia ................................................................................... 7
6. Klasifikasi Anemia .................................................................................... 9
7. Dampak Anemia pada kehamilan ............................................................. 10
B. Hipertensi dalam Kehamilan.......................................................................... 12
1. Pengertian ............................................................................................... 12
2. Etiologi ................................................................................................... 12
3. Klasifikasi ............................................................................................... 13
4. Gejala dan tanda ...................................................................................... 15
5. Komplikasi .............................................................................................. 15
6. Diagnosa ................................................................................................. 16
7. Pencegahan ............................................................................................. 16
8. Faktor-Faktor terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan ............................. 17
BAB III.............................................................................................................. 21
PENUTUP ......................................................................................................... 21
A, Kesimpulan ............................................................................................. 21
B. Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia dalam kehamilan masih merupakan masalah kronik di
Indonesia terbukti dalam prevalensi pada wanita hamil sebanyak
63,5%. Dalam empat tahun terakhir prevalensi anemia tidak
menunjukan penurunan yang cukup bermakna. Dalam era pembangunan
di Indonesia seperti sekarang ini dimana mutu sumber daya manusia
merupakan keadaan yang sangat diprioritaskan maka masalah anemia
perlu mendapat penanganan yang serius.
Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar
hemoglobin kurang dari 11 gram% selama masa kehamilan pada
trimester 1 dan ke-3 dan kurang dari 10 gram% selama masa post
partum dan trimester 2. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan
dampak yang membahayakan bagi ibu dan janin.
Menurut Unicef paritas atau jumlah anak yang dilahirkan ibu
sangat berkaitan dengan jarak kelahiran. Semakin tinggi paritasnya,
maka semakin pendek jarak kelahirannya. Hal ini dapat membuat
seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi
tubuhnya. Paritas yang tinggi dapat menyebabkan kondisi kesehatan ibu
menurun dan sering mengalami kurang darah sehingga berpengaruh buruk
pada kehamilan selanjutnya.
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90
mmHg atau lebih setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang
sebelumnya normotensif, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan atau
tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal (Indriani, 2013). Hipertensi
pada kehamilan adalah hipertensi yang ditandai dengan tekanan darah ≥
140/90 mmhg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan
proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2015)
Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama
morbiditasdan mortalitas kematian ibu dan janin.Hipertensi terjadi pada 5-

1
10 % kehamilan.Masalah pokok yang dihadapi di Indonesiadan Negara-
negara berkembang adalahtingginya angka kematian perinatalmaupun ibu
bersalin(Republika, 2014). Hipertensi pada kehamilan termasuk dalam
komplikasi kehamilan, sebagai salah satu dari trias komplikasi selain
pendarahan dan infeksi. Sejumlah kehamilan 2 sekitar 10-15% disertai
komplikasi hipertensi (preeklamsia) dan berkontribusi besar dalam
morbiditas dan mortalitas neonatal dan materna (Plaat dan Krishnachetty,
2014).
Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) didefinisikan sebagai tekanan
darah ≥140/90 mmHg Dalam dua kali pengukuran atau lebih. (Cunningham,
2010). Berdasarkan International Society for The Study of Hypertension in
Pregnancy (ISSHP) ada 4 kategori hipertensi dalam kehamilan, yaitu
Preeklamsia-eklamsia, hipertensi gestasional, kronik hipertensi dan
superimpose preeklamsia Hipertensi kronik. (Manuaba, 2007).
Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil.
Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar
15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya adalah komplikasi
yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian
lebih dari setengah juta ibu setiap tahun (Prawirohardjo,2013). Kematian
ibu diklasifikasikan menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung merupakan sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, atau masa nifas, dan segala intervensi atau penangan tidak tepat
dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung ialah akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS,
serta penyakit kardiovaskular (Prawirohardjo, 2013).
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan
dan cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga
oleh perawatan dalam persalinan yang masih ditangani oleh petugas non
medik dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam
kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga

2
pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-
benar di pahami oleh semua tenaga medik baik di pusat maupun di daerah.
Laporan kesehatan dunia menyatakan bahwa ada sekitar 287.000 kematian
ibu pada tahun 2010 yang terdiri atas Afrika Sub-Sahara (56%) dan Asia
Selatan (29%) atau sekitar (85%) kematian ibu terjadi di negara
berkembang. Sedangkan di negara-negara Asia Tenggara yaitu 150 ibu per
100.000 kelahiran hidup (Christina,2015).
Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa hipertensimerupakan
penyakit yang berbahaya, terutama apabila terjadi pada wanita yang sedang
hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bagi bayi yang
akan dilahirkan. Karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan
dini. Hipertensi dalam kehamilan atau yang disebut dengan preeklampsia,
kejadian ini persentasenya 12% darikematian ibu di seluruh dunia.
Kemenkes tahun 2013 menyatakan bahwa hipertensi meningkatkan angka
kematian dan kesakitan pada ibu hamil (Kemenkes, 2013).
Kira-kira 85% hipertensi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian hipertensi dan resiko
meningkat lagi pada grandemultigravida. Selain itu primitua, lama
perkawinan ≥ 4 tahun juga dapat beresiko tinggi timbul hipertensi. Dari
kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada kehamilan, 3-
8% pasien terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua.
Catatan statistik menunjukkan dari seluruh incidence dunia, dari 5-8%
hipertensi dari semua kehamilan terdapat 12% lebih dikarenakan oleh
primigravida. Faktor yang mempengaruhi hipertensi, diantaranya frekuensi
primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama
primigravida muda. Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida
(Sarwono, 2014).

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu anemia dalam kehamilan?
2. Apa itu hipertensi?
3. Bagaimana etiologi hipertensi?
4. Apa saja klasfikasi hipertensi dalam kehamilan?
5. Bagaimana pelaksanaan hipertensi dalam kehamilan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menguasai dan memahami bagaimana anemia
dan hipertensi dalam kehamilan serta penatalaksanaannya.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswi mampu memahami dan menguasai anemia dalam
kehamilan
b. Mahasiswi mampu memahami dan menguasai pengertian dari
hipertensi.
c. Mahasiswi mampu memahami etiologi hipertensi
d. Mahasiswi mampu menguasi dan memahami macam- macam
klasifikasi hipertensi.
e. Mahasiswi mampu menguasai dan memahami penatalaksanaan
dalam hipertensi.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anemia Dalam Kehamilan


1. Pengertian
Anemia dalam kehamilan dapat diartikan ibu hamil yang
mengalami defisiensi zat besi dalam darahSelain itu anemia dalam
kehamilan dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) <11 gr% pada trimester I dan III sedangkan pada
trimester II kadar hemoglobin <10,5 gr%. Anemia kehamilan disebut
"potentional danger to mother and child" (potensi membahayakan ibu
dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari
semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Bobak2005;
Manuaba, 2017).

2. Etiologi
Saat kehamilan minggu ke-6 terjadi peningkatan volume plasma
secara cepat namun tidak sesuai dengan peningkatan volume sel darah
merahVolume plasma meningkat 43% lebih besar dibandingkan wanita
tidak hamil yang puncaknya terjadi pada minggu ke-24 atau terus
meningkat sampai minggu ke-37. Hal ini menyebabkan penurunan
kadar hematokrit dan hemoglobin (Laksmi et al., 2008) Akibatnya
terjadi gangguan transpor oksigen yang menyebabkan anemia. (Black
& Hawks, 2014)
Anemia dalam kehamilan sebagian besar disebabkan oleh
kekurangan besi (anemia defisiensi besi) yang dikarenakan kurangnya
masukan unsur besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, gangguan
penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari
badanmisalnya pada perdarahan (Wiknjosastro, 2006). Menurut
Soebroto (2009), anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh bermacam- macam penyebab.

5
3. Tanda dan Gejala
Gejala umum anemia seperti yang telah dijelaskan dalam bab
sebelumnya disebut juga sebagai mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan kadar Hb. Gejala ini muncul pada setiap kasus
anemia setelah penurunan Hb sampai kadar tertentu (Hb <8 g/dl).
Sindrom anemia terdiri atas rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga
mendengingmata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, dan sesak
nafas. Pada pemeriksaan seperti kasus anemia lainnya, ibu hamil
tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtivamukosa mulut,
telapak tangan dan jaringan dibawah kuku (Bakta2009).
Menurut Soebroto (2009), gejala anemia pada ibu hamil di
antaranya adalah:
a. Cepat Lelah
b. Sering pusing
c. Mata berkunang-kunang
d. Lidah luka
e. Nafsu makan turun
f. Konsentrasi hilang
g. Nafas pendek

4. Macam- macam anemia dalam kehamilan


Menurut Hermawan Wibisono & Ayu Bulan Febry Kurnia Dewi
(2009) Berikut ini diuraikan beberapa tipe atau klasifikasi anemia
a. Anemia defisiensi besi, disebabkan oleh kurangnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi.
b. Anemia Megalobalistik, disebabkan oleh kurangnya asupan asam
folik anemia ini muncul dari malnutrisi dan infeksi yang menahun
(kronik)
c. Anemia hipoplasti, disebabkan oleh menurunnya fungsi sum-sum
tulang dalam membentuk sel darah merah baru.

6
d. Anemia hemolotik, disebabkan proses pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembentukannya

5. Pencegahan anemia
Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :
a. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran
warna hijau, kacang – kacangan, protein hewani, terutama hati.
b. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk,
tomat, mangga dan lain–lain yang dapat meningkatkan penyerapan
zat besi.
Salah satu upaya pencegahan dan penanganan anemia pada ibu
hamil diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan dan merubah
sikap menjadi positif melalui edukasi tentang kebutuhan gizi selama
kehamilan, periksa kehamilan minimal 4 kali selama hamil, pemberian
zat besi 90 tablet, cek Hb semester I dan III, segera memeriksakan diri
jika ada keluahan yang tidak biasa, penyediaan makanan yang sesuai
kebutuhan ibu hamil, meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu
hamil maupun keluarga dalam memilih, mengolah dan menyajikan
makanan serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan gizi
(Solehati, Sari, Lukman, & Kosasih, 2018).
Menurut (Waryono, 2010) pencegahan anemia pada ibu hamil
diantaranya cukup istirahat, mengkonsumsi makanan bergizi yang
banyak mengandung Fe, pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali dan
mengkonsumsi tablet fe 90 tablet selama kehamilan.
Sedangkan menurut Arisman (2009) upaya pencegahan anemia
pada ibu hamil dapat dilakukan dengan pemberian fe melalui oral
ataupun suntikan, pendidikan kesehatan, pengawasan penyakit infeksi
dan fortifikasi (pengayaan) zat besi pada makanan pokok. Untuk
penanganan anemia ringan pada ibu hamil menurut Safrudin (2012)
diantaranya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
sayuran berwarna hijau tua dan buahbuahan, Membiasakan konsumsi

7
makanan yang mempermudah penyerapan Fe seperti vitamin C, air
jeruk daging dan ikan serta menghindari minuman yang menghambat
penyerapan Fe seperti teh dan kopi

6. Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi yang


dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan
dan status kesehatan. Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktor-
faktor yang melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi besi di
negara berkembang adalah keadaan sosial ekonomi rendah meliputi
pendidikan orang tua dan penghasilan yang rendah serta kesehatan
pribadi di lingkungan yang buruk. Meskipun anemia disebabkan oleh
berbagai faktor, namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak
diseluruh dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya masukan
zat gizi besi.
Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan
tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis dan
kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing). Di
negara berkembang seperti Indonesia penyakit kecacingan masih
merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia gizi besi, karena
diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setaip harinya.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak.
Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu,
lemah, letih, lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi
belajar, olah raga dan produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi
akan menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena
infeksi.

8
7. Klasifikasi Anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran
sel dan hemoglobin yang dikandungnya.
a) Makrositik; Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah
bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah.
Ada dua jenis anemia makrositik yaitu :
b) Anemia; Kekurangan vitamin B12, asam folat dan gangguan
sintesis DNA.
c) Anemia Non Megaloblastik; eritropolesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
d) Mikrositik; Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan
oleh defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme
serta gangguan metabolisme besi lainnya.
e) Normositik: Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak
berubah, ini disebabkan kehilangan darah yang parah
meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit-
penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal, dan hati.

8. Derajat Anemia
Pada Ibu Hamil Menururt Word Health Organzsation (WHO)
anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 %.
Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu:
a. Tidak anemia : Hb >11 gr%,
b. Anemia ringan : Hb 9-10.9gr%
c. Anemia sedang: Hb 7-8.9gr%
d. Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009).

9
9. Dampak Anemia pada kehamilan
a. Abortus
Penelitian yang dilakukan oleh Aryanti (2016) menyebutkan
bawah terdapat hubungan antara anemia dengan abortus. Hal ini
disebabkan oleh metabolisme ibu yang terganggu karena
kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen. Efek tidak
langsung yang dapat diakibatkan oleh ibu dan janin antara lain
terjadinya abortus, selain itu ibu lebih rentan terhadap infeksi dan
kemungkinan bayi lahir prematur.
b. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh anemia karena
karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen
sehingga kemampuan jasmani menjadi menurun. Anemia pada
wanita hamil dapat meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian
perinatal dapat meningkat oleh hal tersebut (Usman, 2017).
c. Perdarahan postpartum
Penelitian Frass (2015) dalam Rizky, dkk. (2017) yang melaporkan
bahwa terdapat hubungan antara anemia dengan risiko perdarahan
postpartum. Anemia pada kehamilan menyebabkan oksigen yang
diikat dalam darah kurang sehingga jumlah oksigen berkurang
dalam uterus dan menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi
dengan adekuat sehingga menimbulkan perdarahan postpartum,
sehingga ibu hamil yang mengalami anemia memiliki
kemungkinan terjadi perdarahan postpartum 15,62 kali lebih besar
dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami anemia.
d. Kala I lama
Ibu bersalin dengan anemia akan lebih mudah mengalami keletihan
otot uterus yang mengakibatkan his menjadi terganggu. Apabila his
yang ditimbulkan sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan

10
mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks atau yang
disebut inkoordinasi kontraksi otot rahim, yang akhirnya akan
mengganggu proses persalinan. His yang ditimbulkannya sifatnya
lemah, pendek, dan jarang hal ini di sebabkan oleh proses
terganggunya pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP). Salah satu
senyawa terpenting dalam pembentukan ATP adalah oksigen.
Energi yang di hasilkan oleh ATP merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam terjadinya suatu kontraksi otot. Anemia dapat
menyebabkan jumlah sel darah merah berkurang sehingga oksigen
yang diikat dalam darah sedikit kemudian menghambat aliran
darah menuju otot yang sedang berkontraksi, sehingga
mengakibatkan kinerja otot uterus tidak maksimal (Ulfatul, dkk.,
2014).
e. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Penelitian yang dilakukan oleh Siti dan Siti (2018) menyebutkan
bahwa terdapat hubungan antara anemia dan kejadian berat badan
lahir rendah (BBLR). Anemia pada kehamilan akan menyebabkan
terganggunya oksigenasi maupun suplai nutrisi dari ibu terhadap
janin, akibatnya janin akan mengalami gangguan penambahan
berat badan sehingga terjadi BBLR.Ibu hamil yang mengalami
anemia pada trimester pertama berisiko 10,29 kali melahirkan
BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia dan ibu yang
mengalami anemia pada trimester kedua kehamilan berisiko
sebesar 16 kali lebih banyak melahirkan bayi berat badan lahir
rendah (BBLR) daripada ibu yang tidak anemia (Labir, dkk., 2013).

11
B. Hipertensi dalam Kehamilan
1. Pengertian
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah yang abnormal di
dalam arteri. Ibu hamil dengan hipertensi adalah ibu hamil yang tekanan
darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih yang terjadi saat
kehamilan. Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal
yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017).

2. Etiologi
a. Tidak diketahui, tetapi diduga dikaitkan dengan pengaruh genetik
dan imunologis.
b. Mulai di awal kehamilan dan berhubungan dengan gangguan pada
plasenta yang sedang berkembang. Sel-sel trofoblas yang
menyerang ovum yang telah dibuahi secara normal mampu
merestrukturisasi arteri spiral maternal di dalam lapisan desidua
uterus untuk menciptakan tekanan darah, suplai darah yang tinggi
ke janin yang sedang berkembang.
c. Perkembangan plasenta belum selesai pada sekitar 18 minggu
gestasi, dan jika ini tidak mengalami kemajuan secara normal,
arteri spiralis yang menyuplai bantalan plasenta akan tetap sempit,
dan mempertahankan respons tersebut, menyebabkan vasospasme
umum dan iskemia.
d. Setelah gestsi 20 minggu, tkanan darah ibu meningkat sebagai
respons terhadap kondisi diatas, menyebabkan kerusakan
endotelial umum dalam sistem sirkulasinya, menyebabkan
vasokontriksi, aktivasi tromobosit, dan insufisiensi plasenta.
e. Di tahap akhir PIH, terkadang disebut sebagai preeklamsia,
kerusakan organ akhir terjadi pada sistem ginjal dan hepatik,
dengan gejala seperti proteinuria, gangguan mekanisme

12
pembekuan, dan gangguan distribusi cairan, menyebabkan edema
umum.
f. Ini merupakan suatu kondisi progresif dan penyakit multisistem,
yang diredakan hanya dengan pelahiran bayi dan plasenta. Jarang
sekali terjadi eklampsia, yang dicirikan dengan kejang, kehilangan
kesadaran, dan hipertensi berat (Medforth, 2011).

3. Klasifikasi
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai
12 minggu pascapersalinan.Hipertensi, obesitas dan usia
merupakan faktor risiko hipertensi kronis. Hipertensi kronis pada
kehamilan meningkatkan risiko pre-eklampsia, pertumbuhan janin,
persalinan dini, dan kelahiran dengan ceasar.Hipertensi kronis
pada kehamilan umumnya berasal dari hipertensi essensial terlihat
dari riwayat keluarganya. Tetapi bisa juga berasal dari kelainan
ginjal parenkim, hiperplasia fibromuskular atau
hiperaldosteronisme hanya saja kasusnya jarang.
b. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan protein.Pre-eklampsia juga dapat
disertai gejala sakit kepala, perubahan visual, nyeri epigastrium,
dan dyspnoea. Beberapa faktor telah diidentifikasi terkait dengan
peningkatan risiko pre-eklampsia seperti usia, paritas, pre-
eklampsia sebelumnya, riwayat keluarga,kehamilan ganda, kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya (diabetes mellitus tipe I),
obesitas dan resistensi insulin, hipertensi kronis, penyakit ginjal,
penyakit autoimun, sindrom anti-fosfolipid, penyakit rematik),
merokok, peningkatan indeks massa tubuh (BMI), peningkatan
tekanan darah, dan proteinuria.

13
c. Elampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang
atau koma..Eklampsia keadaan darurat yang dapat mengancam
jiwa, terjadi pada sebelum, saat, dan setelah persalinan
(antepartum, intrapartum, postpartum). Eklampsia didahului
dengan sakit kepala dan perubahan penglihatan, kemudian kejang
selama 60-90 detik.
d. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah
hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.
e. Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension) adalah
hipertensi yang timbul tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan
dengan tanda-tanda preeklamsia tetapi tanpa proteinuria (Sarwono,
2019).Hipertensi gestasional berat adalah kondisi peningkatan
tekanan darah > 160/110 mmHg. Tekanan darah baru menjadi
normal pada post partum, biasanyadalam sepuluh hari. Pasien
mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, dan sakit
perut dan tes laboratorium abnormal, termasuk jumlah trombosit
rendah dan tes fungsi hati abnormal.

4. Klasifikasi Tekanan Darah


Klasifikasi Hipertensi
klarifikasi Tekanan TDS TDD
Darah
Normal 120mmHg 80mmHg
Pree-Hiertensi 120-139mmHg 80-89mmHg
Hipertensi 1 140-159mmHg 90-99mmHg
Hipertensi2 >160mmHg >100mmHg
Sumber: (dr.Sari, 2019:7)

14
5. Gejala dan tanda
Ibu hamil yang mengeluhkan hipertensi esensial tidak mengeluhkan
gejalagejala selain hipertensi itu sendiri.
a. Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan
hipertensi dalam kehamilan, oleh karena diastolik mengkur
tahanan perifer dan tidak tergantung keadaan emosional pasien.
b. Diagnosis hipertensi dibuat jika tekana darah diastolik ≥90mmHg
pada 2 pengkuran berjarak 1 jam atau lebih.
c. Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam :
1) Hipertensi karena kehamilan,jika hipertensi terjadi pertama
kali sesudah usia kehamilan 20 minggu, selama persalinan,
dan atau dalam 48 jam pascapersalinan.
2) Hipertensi kronik,jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20
minggu. ( sarwono,2009)

6. Komplikasi
Komplikasi awal adalah kejang, yaitu :
a. Kejang dapat meningkatkan kemungkinan mortalitas maternal
sebanyak 10x lipat.
b. Kejang dapat meningkatakan kemungkinan kematian janin
sebanyak 40 kali lipat yang disebabkan oleh hipoksia, asidosis, dan
solusio plasenta.
c. Dapat terjadi kebutaan atau paralisis karena lepasnya rentina atau
akibat perdarahan intrakranial.
d. Terjadinya perdarahan postpartum.
e. Adanya toksik delirium.
f. Terjadinya luka karena kejang, seperti laserasi bibir atau lidah dan
fraktur vertebra.
g. Terjadi aspirasi pneumonia (Pratiwi dan Fatimah, 2018).

15
7. Diagnosa
Diagnosis hipertensi gestasional, antara lain :
a. Tekanan darah ≥140/90 mmHg
b. Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal
diusia kehamilan <12 minggu. Tidak ada proteinuria (diperiksa
dengan tes celup urin).
c. Dapat disertai tanda dan gejala preeklamsia, seperti nyeri ulu hati
dan trombositopenia.
d. Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan (Kemenkes, 2013).
Diagnosis hipertensi esensial ditegakkan jika tekanan darah
pasien adalah 140/90 mmHg atau lebih, sebelum ibu hamil atau
menunjukkan kenaikan tekanan darah sebelum kehamilan
mencapai 20 minggu tanpa disertai gejala-gejala preeklamsia,
glomerulonefritis, atau pielonefritis (Yulaikha, 2009).

8. Pencegahan dan Penatalaksanaan


a. Pembatasan kalori, cairan, dan diet rendah garam tidak dapat
mencegah hipertensi karena kehamilan, malah dapat
membahayakan janin.
b. Manfaat aspirin,kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi
karena kehamilan belum terbukti.
c. Yang lebih lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat
tepat.kasus harus ditindaklanjuti secara reguler dan diberi
penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan
kesehatan dalam rencana pendidikan keluarga.(suami,orang
tua,mertua,dll) harus dilibatkan sejak awal.
d. Pemasukan cairan terlalu banyak mengkibatkan edema
paru. (sarwono,2019)
Upaya media mencakup pemberian aspirin dengan dosis rendah
dan antioksidan. Pemberian aspirin 60 mg pada wanita primigravida
mampu menurunkan kejadian preeklamsia. Terapi antioksidan dapat

16
menurunkan aktivasi sel endotel dan bermanfaat dalam mencegah
hipertensi kehamilan (Pratiwi dan Fatimah, 2019).
Bidan memainkan peran penting dalam skrining dan identifikasi
wanita yang mengalami hipertensi akibat kehamilan. Selama
pemeriksaan antenatal, bidan mengukur tekanan darah, memeriksa
urine wanita untuk mendeteksi keberadaan protein, dan memantau
tanda-tanda edema yang berlebihan. Jika bidan mendeteksi adanya
hipertensi ringan tanpa proteinuria maka peningkatan tingkat
pemantauan akan dibutuhkan dan wanita diminta untuk lebih sering
memaksakan diri guna memantau tekanan darah dan urinenya. Asuhan
kolaboratif memberikan penatalaksanaan yang paling efektif dan
setelah rujukan ke konsultan untuk investigasi, wanita sering kali dapat
kembali memperoleh asuhan di komunitas asalkan kondisinya tidak
memburuk (Medforth, 2011).
Ketika protein tampak di urine, wanita harus dirujuk ke asukan
antenatal yang dipimpin oleh konsultan dan dapat dilakukan sebagai
asuhan rawat jalan, dalam suatu tatanan perawatan sehari atau wanita
dapat dirujuk ke unit triase dengan mempertimbangkan ke
penatalaksanaan lebih lanjut. Anti-hipertensi dapat diberikan terutama
untuk mencegah terjadinya hipertensi berat yang melindungi ibu dari
resiko hemoragi serebral. Metildopa adalah antihipertensi yang
bekerja secara sentral yang aman digunakan pada kehamilan dalam
dosis sampai dengan 1 g setiap hari (Medforth, 2011).

9. Faktor-Faktor terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan


Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai
berikut usia, primigravida, paritas, hiperplasentosis, riwayat keluarga
pernah preeklamsia /eklamsia, dan obesitas (Sarwono, 2016).

17
1. Usia
a. Pengertian
Usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau
diadakan) (Hoetomo, 2005). Menurut KBBI (2002) ibu
didefinisikan wanita yang telah melahirkan. Usia ibu adalah
lama waktu hidup seorang wanita yang telah melahirkan anak.
b. Klasifikasi
Usia reproduksi ibu dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Usia resiko rendah (≥20 dan ≤35 tahun)
Usia ≥20 dan ≤35 tahun adalah batasan paling aman dari
segi reproduksi sehat, dimana seorang ibu bisa
mengandung dengan aman apabila mendapat
pemeliharaan yang baik selama masa mengandung,
keamanan reproduksinya relatif bisa dipelihara dengan
mudah.
2) Usia resiko tinggi
Kehamilan usia <20 tahun merupakan kehamilan beresiko
karena sistem reproduksi belum optimal, peredaran darah
menuju serviks dan uterus belum sempurna sehingga
dapat menggunakan proses penyaluran nutrisi da(<20
tahun atau >35 tahun ibu ke janin. Kehamilan usia >35
tahun mempunyai masalah hipertensi, diabetes melitus,
anemia dan penyakit kronis lainnya karena fungsi
reproduksi mengalami penurunan di bandingkan
reproduksi normal (sarwono, 2018).
2. Primigravida
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil pertama kali.
Wanita hamil yang umurnya dibawah 20 tahun di sebut
primigravida muda, sedangkan wanita yang pertaa hamil pada usia
35 tahun di sebut primigravida tua. Usia wanita terbaik untuk hamil
antara usia 20 tahun samapi 35 tahun.(manuaba,2017)

18
3. Paritas
a. Pengertian
Paritas adalah menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang
telah mencapai viabilitas(mampu hidup) dan telah dilahirkan,
tanpa mengingat jumlah anaknya, (kelahiran kembar tiga
hanya dihitung satu paritas). tanpa mengingat janinya hidup
atau mati pada waktu lahir. (ilmu kebidanan,2017)
b. Klasifikasi
Menurut Manuaba (2018) paritas dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Primipara
Seorang Wanita yang sudah menjalanin kehamilan sampai
janin mencapai tahap viabilitas.
2) Multipara
Seorang wanita yang sudah menjalani dalam lebih
kehamilan dan menghasilkan janin sampai viabilitas.
3) Grandemultipara
Wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari
empat kali.
4. Hiperplasentosis
Hiperplasentosis/ kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor
predisposisi terjadinya preeklamsia, karena trofoblas yang
berlebihan dapat menurunkan perfusi uterus plasenta yang
selanjutnya mempengaruhi aktivitas edotel yang dapat
mengakibatkan terjadinya vasospasme. Vasospasme adalah dasar
patofisologi praeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut
misalnya; kehamilan multiple, diabetes melitus, bayi besar, 70%
terjadi pada kasus molahidatidos (Prawiroharjo, 2018:
Cunningham, 2019).

5. Riwayat keluarga pernah preeklamsia /eklamsia

19
Riwayat hipertensi adalah ibu yang mengalami pernah mengalami
hipertensi sebelum hamil atau sebelum kehamilan 20 minggu. Ibu
yang mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar
mengalami preeklmsi, serta meningkatkan morbiditas dan
mortalitas maternal dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsi
ditengan berdasarkan peningkatan tekanan darah yang di sertai
dengan proteinuria atau edema anasarka (Cunningham, 2017).
6. Obesitas
a. Pengertian
Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi
penimbunan lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh dan
dapat mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit. Hubungan
obesitas dan hipertensi telah diketahui sejak lama dan kedua
keadaan ini sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular. Diketahui terjadinya resistensi leptin merupakan
penyebab yang mendasari beberapa perubahan hormonal,
metabolik, neurologi dan hemodinamik pada hipertensi dengan
obesitas (Prawirohardjo, 2009).
b. Klasifikasi
Menurut WHO (2016) klasifikasi obesitas setelah mengukur IMT
sebagai berikut :
1) Berat badan kurang (underweight) dengan IMT <18,5
2) Berat badan normal dengan IMT 18,5-22,9
3) Kelebihan berat badan (overweight) dengan resiko dengan
IMT 23-24,9
4) Obesitas I dengan IMT 25-29,9
5) Obesitas II dengan IMT ≥30 (Kemenkes, 2018).

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang kami sudah paparkan maka dapat kami
simpukan bahwa Anemia kehamilan disebut "potentional danger to mother
and child" (potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
Kesehatan. Gejala umum anemia seperti yang telah dijelaskan dalam bab
sebelumnya disebut juga sebagai mekanisme kompensasi tubuh terhadap
penurunan kadar Hb.
Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut
usia, primigravida, paritas, hiperplasentosis, riwayat keluarga pernah
preeklamsia /eklamsia, dan obesitas.
B. Saran
Sebaiknya dalam hal ini anak sejatinya membutuhkan pendidikan yang
ada di dalamnya bimbingan, pengarahan, pembiasaan, dan pembinaan, pada
wanita terutama ibu hamil sehingga anemia ataupun hipertensi bisa dicegah
sedini mungkin agar ibu dan bayi sehat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Chenyun, Yanping & Hao Lin. (2020). Blood Pressure Control In Hypertensive
Patients And Its Relation With Exercise And Exercise-Related Behaviors.

Chairani & Setiadi .(2022). Application of Family Nursing Care in Patients with
Hypertension: A Case Study. Asian Journal of Pharmaceutical Research and
Development. 2022; 10(2): 47-51.

Diakses dari https://doi.org/10.22270/ajprd.v10i2.1118 pada tanggal 25 Mei 2022.

Dinkes DIY. (2020). Profil Kesehatan DIY 2020. Yogyakarta : Dinkes Provinsi
DIY.

Depkes RI. (2009). Pelayanan Antenatal.

Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:


Pustaka As Salam

Hastuti, Apriyani Puji. (2022). Hipertensi. Jawa Tengah : Penerbit Lakeisha.

Hernawan & Rosyid (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi di Panti Wreda Darma
Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol.
10, No. 1. Diakses pada tanggal 27 Mei 2022.

Imelda & Al-Bahra (2022). Family Nursing Care In Hypertension Disease With
Nursing Problems Knowledge Deficit With Hypertension Health Education
Actions. Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi (JIKO). Diakses pada tanggal
23 Mei 2022.

Junaedi, Yulianti, Rinata. (2013). Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta Selatan
: FMedia (Imprint Agro Media Pustaka)
Jurnal Medicine. Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc7034707/ pada tanggal 26
Mei 2022.

Kholifah, Siti Nur & Wahyu Widagdo. (2016). Keperawatan Keluarga Dan
Komunitas. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Manuaba, I.B.G.,I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. (2007).


Pemgantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Oktaviani, Zunnita & Handayani. (2020). Efek Edukasi Melalui Brosur Terhadap
Kontrol Tekanan Darah Dan Kepatuhan Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah

22
Farmasi Vol.10, No.1, Juni 2020 : 65-75 e-ISSN : 2622-755X. Diakses pada
tanggal 23 Mei 2022.

Peana, Yosefphine Putri. (2021). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Pada
Lansia Dengan Hipertensi. e-ISSN: 2654-3168. Diakses pada tanggal 23 Mei
2022.

Solehati, T., Sari, C. W. rdM., Lukman, M., & Kosasih, C. E. (2018). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Deteksi Dini Dan Pencegahan
Anemia Dalam Upaya Menurunkan Aki Pada Kader Posyandu. Jurnal
Keperawatan Komprehensif, 4(1), 7–12.

Sukmawati.dkk.2019. Pengaruh Edukasi Pencegahan dan Penanganan Anemia


Terhadap Pengeahuan dan Sikap Ibu Hamil. Jurnal keperawatan. VII(1)

23

Anda mungkin juga menyukai