Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A” P1A2H1 POST SC DENGAN


INDIKASI INTRA UTERIN FETAL DEATH (IUFD)
DI RUANGAN KEBIDANAN RAWATAN
RSUD ADNAAN WD PAYAKUMBUH
TAHUN 2022

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk


menyelesaikan tugas Praktek Klinik Kebidanan II (PKK II)

Disusun Oleh :
Puji Permata Bunda
191000215401004

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus yang berjudul “ Asuhan
Kebidanan pada NY “A” P1A2H1 Post SC dengan indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD)
Di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022 ” Laporan ini berisikan tentang asuhan
kebidanan pada post sc dengan Intra Uterin Fetal Death (IUFD) yang di laksanakan dalam
bentuk manajement 7 langkah varney.
Selama penyusunan laporan studi kasus ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Riki Saputra,S.Fil.I,M.A, Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat.
2. Ibu Yuliza Anggraini,S.ST,M.Keb Dekan Fakultas Kesehatan UMSB.
3. Ibu Liza Andriani,S.SiT.M.Keb Ketua Program Studi DIII Kebidanan Fakultas
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
4. Ibu Nurlis.,S.Tr.Keb Pembimbing Lapangan di Ruangan Rawatan Kebidanan RSUD
Adnaan WD Payakumbuh.
5. Ibu Pagdya Haninda Nusantri Rusdi.,S.ST.M.Biomed Pembimbing Laporan Kasus
Prodi DIII Kebidanan Fakultas Kesehatan.
6. Pasien beserta keluarga yang memberi izin dalam pengambilan kasus ini.
7. Teman dan berbagai pihak yang telah memberi masukan dan saran kepada penulis.
Dalam menyusun laporan studi kasus patologis asuhan kebidanan ini penulis menyadari atas
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran. Dan
mudah-mudahan laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Payakumbuh, 20 Januari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
D. Manfaat Laporan............................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUATAKA ............................................................................ 5

A. POST SC........................................................................................................ 5
B. INTRA UTERIN FETAL DEATH (IUFD) .................................................. 10
BAB III STUDY KASUS ........................................................................................ 17

A. Pengkajian Data ............................................................................................ 17


B. Interpretasi Data ............................................................................................ 19
C. Identifikasi Masalah Diagnosa Potensial ...................................................... 20
D. Tindakan Segera............................................................................................. 20
E. Rencana Asuhan ............................................................................................ 21
F. Pelaksanaan ................................................................................................... 21
G. Evaluasi ......................................................................................................... 21
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................ 22

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 23

A. Kesimpulan.................................................................................................... 23
B. Saran............................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alamiah yang terjadi pada wanita.
Walaupun proses tersebut alami, masih terdapat kemungkinan untuk berkembang
menjadi patologis. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang
sehat dan sempurna secara jasmaniah. Tetapi ada kalanya kehamilan disertai dengan
resiko. Sebagian komplikasi tidak dapat dihindari dan besarnya komplikasi tidak selalu
sama. Sejumlah keadaan ibu dan janin dapat menyebabkan kematian pada janin (Centers
for Disease Control and Prevention, 2016).
Kematian janin dalam rahim atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian
hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa
memandang tuanya kehamilan (Manuaba, 2014:442). Menurut WHO dan The American
College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) yang disebut kematian janin adalah
janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin
dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil
akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Prawirohardjo,
2014:731).
Pada kasus kematian janin dalam rahim, hasil konsepsi akan dikeluarkan secara
spontan, sebagai benda asing. Tetapi sebagian dapat tertinggal dan 2 menimbulkan
masalah, diantaranya infeksi bila ketuban pecah atau gangguan pembekuan darah serta
trauma psikis ibu maupun keluarga. Kematian janin yang tertinggal lebih dari 6-8
minggu, dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah, sehingga bahaya perdarahan
akan lebih mengancam jiwa pada waktu tindakan medis dilakukan (Manuaba, 2012:325.
Prawirohardjo, 2014:733). Sedangkan kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh
tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Kematian janin dalam rahim
merupakan salah satu penyebab kematian perinatal. Angka kematian perinatal menjadi
penyumbang terbesar tingginya angka kematian bayi. Menurut Word Health Organitation

4
(WHO), pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia 31,7 per 1.000 kelahiran
hidup, AKB di Asia Tenggara 24 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2017). Hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000
kelahiran hidup. Namun demikian, AKB di Indonesia masih termasuk tinggi
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang sudah di
bawah 10 kematian per 1.000 kelahiran bayi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2015). Menurut World Health Organization (WHO) kematian perinatal adalah jumlah
kelahiran mati dan kematian pada minggu pertama kehidupan per 1.000 kelahiran total,
periode perinatal dimulai pada 22 minggu yang telah selesai (154 3 hari) masa kehamilan
dan berakhir tujuh hari setelah kelahiran (WHO, 2017). Kematian janin mengacu pada
kematian janin selama kehamilan
Deteksi dini pada kehamilan harus dikenali oleh ibu, salah satu cara deteksi dini yaitu
dengan mengetahui tanda bahaya kehamilan sehingga ibu bisa lebih cepat mengenali
keadaan ibu dan bayi, salah satu tanda bahaya kehamilan yaitu ibu tidak merasakan
gerakan janin, biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu.
Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin, dapat dicurigai terjadi kematian dalam
rahim. Kematian janin dalam rahim dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor
maternal, fetal dan kelainan patologik plasenta. Faktor ibu meliputi kehamilan post term
(> 42 minggu) dan penyakit yang diderita oleh ibu seperti anemia, preeklampsia,
eklampsia, diabetes mellitus, rhesus isoimunisasi, infeksi dalam kehamilan, Ketuban
Pecah Dini (KPD), ruptura uteri, hipotensi akut ibu.
Berdasarkan Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia angka kematian neonatal
secara umum, yaitu kematian janin dalam rahim (31,3%), aspiksia atau gangguan nafas
(20,4%) dan prematur (18,7%) pada tahun 2018. Berdasarkan data yang ada, sehingga
penulis tertarik mengambil studi kasus dengan judul “ Asuhan Kebidanan Pada Ny “A”
Post SC dengan indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Di RSUD Adnaan WD
Payakumbuh Tahun 2022.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan diatas dapat dikemukakan rumusan masalah: Bagaimana
melalukan asuhan kebidanan pada Ny “A” P1A1H1 Post SC dengan indikasi Intra Uterin
Fetal Death (IUFD) Di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022.

5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny “A” P1A2H1 Post
SC dengan indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Di RSUD Adnaan WD
Payakumbuh Tahun 2022 sesuai dengan manajemen kebidanan dan mendokumentasikan
dalam bentuk 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah :
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny “A” P1A2H1 Post SC dengan
indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun
2022.
b. Melakukan interpretasi data pada Ny “A” P1A2H1 Post SC dengan indikasi Intra Uterin
Fetal Death (IUFD) Di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022.
c. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada Ny “A” P1A2H1 Post SC dengan
indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun
2022.
d. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi pada Ny “A” Post SC dengan
indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun
2022.
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Ny “A” P1A2H1 Post SC dengan indikasi
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022.
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny “A” P1A2H1 Post SC dengan
indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD) Di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun
2022.
g. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada Ny “A” P1A2H1 Post SC dengan indikasi Intra
Uterin Fetal Death (IUFD) Di RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2022.

6
D. Manfaat Laporan
1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Bagi pendidikan ilmu kebidanan sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi
mahasiswa kesehatan khususnya bidan dalam hal penambah pengetahuan dan
perkembangan tentang Post sc dengan indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD).
2. Manfaat Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dalam aplikasi yang lebih nyata dilapangan dibidang maternitas
Post SC dengan indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD).
3. Manfaat Bagi Pembaca
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang informasi ibu nifas Post sc
dengan Intra Uterin Fetal Death (IUFD).

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Sectio Caesarea


1. Pengertian SC
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan mebuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut. (amrusofian, 2012). Sectio Caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat syatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut atau vagina ( Mochtar dalam siti, dkk tahun 2013).
2. Etiologi
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigavida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kalainan
letak ada, disproporsi sefalo pelvik (janin atau panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solusio plasenta tingkat I-II, kompilasi kehamilan yang disertai
dengan penyakit dan gangguang perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri
dan sebagainya).
b. Etiologi yang berasal dari janin
Yaitu fetal distress atau gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, prolapses tali pusat dengan pembuakaan kecil, kegagalan persalinan vakum
atau forceps ekstraksi (Nurarif % Hardhi, 2015).
3. Patofisiologi SC
Terjadi kehamilan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinakan dan akhirnya harus dilakukan tindakan Sectio Caesatea
menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat
dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis, panggul sempit,
partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan mall presentasu
janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaotu
SC. Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan

8
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara
mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri. Kurangnya informasi
mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan
menimbulkan masalah ansietas pada pasien
B. IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
1. Pengertian IUFD
Menurut WHO kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi.1 Kematian janin merupakan hasil akhir
dari gangguan pertumbuhan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis
sebelumnya sehingga tidak diobati.
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda – tanda kehidupan janin dalam
kandungan atau Intra Uterina Feta Death (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan
dibawah 20 minggu maupun sesudah 20 minggu.
Jadi dapat disimpulakan IUFD adalah kematian janin pada usia kehamian lebih
dari 20 minggu yang dapat disebabkan oeh berbagai macam fator baik dari ibu, fetal,
atau keadaan lainnya.
2. Batasan Kematian Janin
a. Kematian yang terjadi pada janin dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram.
b. Kematian janin dibagi dalam 4 golongan yaitu :
Kelompok I : kematian janin sebelum kehamilan 20 minggu.
Kelompok II : kematian janin pada umur kehamilan 20-28 minggu.
Kelompok III : kematian janin pada umur kehamilan lebih dari 28 minggu.
Kelompok IV : kematian janin yang tidak termasuk tiga golongan di atas.
c. Kematian janin pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu.
d. Kelahiran bayi termasuk dengan BBL > 500 gram atau lebih sesuai umur
kehamilan > 22 minggu.
3. Etiologi IUFD
Penyebab kematian janin dalam rahim yaitu :
a. 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).

9
b. Factor maternal antara lain adalah post term (> 42 minggu), diabetes mellitus tidak
terkontrol, sistemik lupuseritematosus, infeksi hipertensi, pre-eklamsia, eklamsia,
hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri, antifosfolipid
sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.
1) Usia
Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan perkembangan dari
organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau
kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan yang tidak
secara langsung dapat mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Usia
reproduksi yang baik untuk seorang ibu hamil adalah usia 20-30 tahun. Pada
umur ibu yang masih muda organ-organ reproduksi dan emosi belum cukup
matang, hal ini disebabkan adanya kemunduran organ reproduksi secara
umum.
2) Paritas
Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman terhadap
ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada janin. Ibu
hamil yang telah melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara,
mempunyai risiko tinggi dalam kehamilan seperti hipertensi, plasenta previa,
dan lain-lain yang akan dapat mengakibatkan kematian janin.
3) Anemia
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat besi dalam
jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah pertumbuhannya, yaitu
sebanyak berat zat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh zat besi dalam
tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan
zat besi dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Bila terjadi anemia,
pengaruhnya terhadap hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin
dalam kandungan. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli, dapat digolongkan sebagai berikut:
 Tidak anemia : Hb 11,00 g/dl
 Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 g//dl
 Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 g/dl

10
 Anemia berat : Hb < 7,00 g/dl
4) Pre-eklampsi dan eklampsi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan
perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah menurun ke
plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena
kekurangan oksigen terjadi gawat janin.
5) Diabetes Mellitus
Gangguan kronik pada transformasi oksigen karena plasenta sudah layu
diakibatkan karena hiperglikemi. Hiperglikemi ibu menyebabkan pH janin
menurun, PCO2 meningkat, laktat meningkat, dan eritropoentin meningkat
yang menyebabkan gangguan kronik pada transformasi O2 dan metabolit ke
janin sehingga dapat menyebabkan IUFD.
6) Infeksi dalam kehamilan
Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seorang ibu terhadap infeksi,
namun keparahan setiap infeksi berhubungan dengan efeknya terhadap janin.
Efek langsung tergantung pada kemampuan organisme penyebab menembus
plasenta dan menginfeksi janin, sehingga dapat mengakibatkan kematian janin
in utero.
c. Factor Fetal
Antara lain yaitu : hamil kembar, hamil tumbuh terlambat, kelainan congenital,
kelainan genetic, infeksi.
d. Komplikasi Plasenta
Plasenta previa, abruption plasenta dapat menyebabkan kematian janin. Peristiwa
yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit diramalkan, tetapi sebagian besar
sering ditemukan pada kehamilan kembar monokorionik/monoamniotik sebelum
usia gestasi 32 minggu.
e. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus kematian
janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya dalam kasus
ditemukannya abnormalitas struktural janin. Keberhasilan analisis sitogenetik

11
menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-kadang, amniosentesis
dilakukan untuk mengambil amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenetik.
f. Perdarahan janin-ibu
Aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju ibu dapat menyebabkan
kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua kehamilan, tetapi biasanya dengan
jumlah minimal (3 kehilangan pada trimester pertama >1) kehilangan kehamilan
trimester kedua dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan, peristiwa
tromboembolik vena yang tidak dapat dijelaskan. h. Infeksi intra-amnion yang
mengakibatkan kematian janin biasanya jelas terlihat pada pemeriksaan klinis.
Kultur pemeriksaan histology terhadap janin, plasenta/selaput janin, dan tali pusat
akan membantu.
g. Trauma saat hamil bisa mengakibatkan terjadinya solusio plasenta.
Trauma terjadi, misalnya karena benturan pada perut, kecelakaan atau
pemukulan,dan penekanan pada abdomen atau dilakukan pengurutan. Benturan ini
bisa mengenai pembuluh darah di plasenta,sehingga menimbulkan perdarahan di
plasenta.
4. Diagnosis IUFD
Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis
kematian janin. Umumnya penderita mengeluh gerakan janin berkurang. Pada
pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin, diagnosis pasti ditegakkan
dengan pemeriksaan USG dimana tidak tampak adanya gerakan jantung janin. Pada
anamnesis gerakan menghilang.
Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada, yang terlihat pada tinggi fundus
uteri menurun, berat badan ibu menurun dan lingkaran perut ibu mengecil. Dengan
dopler tidak dapat didengar adanya bunyi jantung. Dengan sarana penunjang USG,
tampak gambaran janin tanpa tanda kehidupan. Dengan foto radiologik setelah 5 hari
tampak tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang tindih (gejala spalding)
tulang belakang hipperrefleksi, edema sekitar tulang kepala, tampak gambaran gas
pada jantung dan pembuluh darah, pemeriksaan hCG urin menjadi negatif setelah
beberapa hari kematian janin. Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu
ataupun keluarga, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung

12
lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila
kematian janin lebih dari 2 minggu.
a. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam bebeapa hari, atau gerakan janin sangat
berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil
atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan
perutya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan
b. Inspeksi
Tidak terlihat gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang
kurus.
c. Palpasi
TFU lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan janin.
Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakn adanya krepitasi pada tulang kepala
janin.
d. Auskultasi
Baik memakai stetoskop monoral maupun dengan dopler tidak terdengar DJJ .
e. Reaksi kehamilan Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin
mati dalam kandungan.
f. Foto rongen abdomen
1) Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
2) Tanda ojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakan janin
3) Tabda gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin.
4) Tanda spalding : overlaping tulang belakang (sutura) janin
5) Disitegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak.
6) Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
Diagnosis kematian janin dalam rahim meliputi :
a. Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin tidak akan
ditemukan gejala kecuali berhentinya gejalagejala kehamilan yang biasa dialami
(mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di usia kehamilan selanjutnya,
kematian janin harus dicurigai jika janin tidak bergerak dalam jangka waktu yang
cukup lama.

13
b. Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin pada
kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu atau tidak adanya
pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis.
c. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin korionik
manusia (Human Chorionic Gonadotropin 21 atau HCH) mungkin dapat
membantu diagnosis dini selama kehamilan.
d. Pada pemeriksaan radiologis. Secara historis, foto rontgen abdominal digunakan
untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang dapat menunjukkan
adanya kematian janin meliputi penumpukan tulang tengkorak janin (tanda
spalding), tulang punggung janin melengkung secara berlebihan dan adanya gas
didalam janin.
e. Meskipun demikian, foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini
merupakan baku emas untuk mengkonfirmasi IUFD dengan mendokumentasikan
tidak adanya aktifitas jantung janin setelah usia 22 gestasi 6 minggu. Temuan
sonografi lain mencakup edema kulit kepala dan maserasi janin.
5. Manifestasi Klinis IUFD
Criteria diagnostic kematian janin dalam rahim meliputi :
a. Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin mengecil.
b. Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
c. Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
d. Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan normal.
e. Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni akibat
penimbunan gas dalam tubuh.
6. Menetapkan Kematian Janin dalam Rahim
Menetapkan janin dalam rahim meliputi:
a. Pemeriksaan terhadap detak jantung (dengan menggunakan stetoskop laeneck, alat
dopler).
b. Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin berhimpit,
tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan USG).
c. Pemeriksaan terhadap tulang kepala berhimpit, tulang belakang melengkung,
dalam usus janin dijumpai pembentukkan gas (dengan foto rontgen).

14
7. Patofisiologi IUFD
Kematian janin mati pada kehamilan yang telah lanjut, terjadilah perubahan-
perubahan sebagai berikut:
a. Rigor mortis : berlangsung 2,5 jam setelah janin mati, kemudian lepas kembali.
b. Stdium maserasi I.
Timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula terisi cairan jernih, tetapi
kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah anak mati.
c. Stadium maserasi II.
Timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat.
Terjadi 48 jam setelah anak mati. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung.
d. Stadium maserasi III.
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas dan
hubungan antara tulang-tulang sangat longgar, edema dibawah kulit.
8. Penatalaksanaan IUFD
Jika diagnosis kematian janin telah ditegakan:
a. Segera beri informasi pada ibu dan keluarga dan diskusikan kemungkinan
penyebab dan rencana penatalaksanaannya. Rekomendasikan untuk segera
diintervensi.
b. Lakukan pemeriksaan tanda vital ibu, pemeriksaan darah perifer, fungsi
pembekuan, dan gula darah.
c. Berikan dukungan mental emosional pada ibu dan keluarga. Janin yang mati dalam
rahim sebaiknya segera dikeluarkan secara:
 Lahir spontan: 75% akan lahir spontan dalam 2 minggu.
 Persalinan anjuran :
1) Dilatasi serviks dengan batang laminaria Setelah dipasang 12- 24 jam
kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan infus oksitosin sampai terjadi
pengeluaran janin dan plasenta.
2) Dilatasi serviks dengan kateter folley. Untuk umur kehamilan > 24
minggu.
 Kateter folley no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis diluar
kantong amnion.

15
 Diisi 50 ml aquades steril.
 Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali
diberi beban sebesar 500 gram.
 Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml, mulai
8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat.
3) Infus oksitosin
 Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks, dinilai
dengan Bishop Score, bila nilai = 5 akan lebih berhasil.
 Dipakai oksitosin 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai 8 tetes /
menit dinaikan 4 tetes tiap 15 sampaihis adekuat.
4) Induksi prostaglandin
 Dosis : Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg,
diulang 4-5 jam. Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im
400 mg. Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0.9 %, dimulai
0,625 mg/ml dalam infus.
 Kontra Indikasi: asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler
5) Secsio Caesarea
Riwayat Sc persalinan ibu sebelumnya, dan bisa juga atas permintakan
keluarga dan keadaan umum ibu sendiri jika tidak memungkinkan
untuk persalinan secara pervaginam.

16
BAB III
STUDY KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A” P1A1 POST SC


DENGAN INDIKASI INTRA UTERIN FETAL DEATH (IUFD)
DI RUANGAN KEBIDANAN RAWATAN
RSUD ADNAAN WD PAYAKUMBUH
TAHUN 2022

Hari/Tanggal : Kamis / 20 Januari 2022


Jam : 15.00 wib

I. Pengumpulan Data

A. Data subjektif
1. Identitas pasien
Nama : Ny “A” Nama suami : Tn “R”
Umur : 32 tahun Umur : 36 tahun
Suku : Minangkabau Suku : Minangkabau
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : DIV Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Kubu Gadang Alamat : Kubu Gadang
No. Hp : 0852xxxxxxxx No. Hp : 0812xxxxxxxx

2. Keluhan utama : Ibu mengatakan nyeri pada bagian bekas operasi.


3. Riwayat kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
N Umur Jenis Penolong PB BB JK Lochea Laktasi Involusi
o
1 6 tahun sp Bidan 48 cm 2700 gram LK lancar baik baik
2 Abortus
3 ini

17
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7℃
Nadi : 89x/i
Pernafasan : 21x/i
2. Pemeriksaan khusus
a. Abdomen : Tampak luka bekas operasi ditutup verban
b. Payudara : Pengeluaran asi tidak ada, ada hiperpigmentasi dan papilla
menonjol
c. Uterus
TFU : 2 Jari dibawah pusat
Konsistensi : Keras
Kontraksi : Baik
d. Kandung Kemih : Tidak teraba
e. Pengeluaran
Jenis Lochea : Rubra
Jumlah : 80 cc
f. Ekstremitas
Atas : Tidak oedema dan tidak ada sianosis
Bawah : Tidak oedema dan tidak ada sianosis
C. Pemeriksan Penunjang
Hb : 11, 7 g/dl
II. Interpretiasi Data
a. Diagnosa : Ny “A” usia 32 tahun P1A2H1 4 jam post sc dengan indikasi
IUFD keadaan umum ibu lemas.
b. Masalah : Ibu mengatakan nyeri pada bekas operasi.
c. Data Dasar

18
1. Secsio Caesarea dilakukan tanggal 20 Januari jam 10.00 wib
2. TFU 2 jari dibawah pusat
3. Kontaksi uterus baik
4. Lochea rubra
5. Kandung kemih tidak teraba
d. Kebutuhan
1. Informasikan hasil pemeriksaan
2. Vulva hygiene
3. Mobilisasi dini
4. Penkes tentang rasa nyeri
5. Kolaborasi dengan Dr. SPoG
III. Masalah Potensial
Tidak ada
IV. Tindakan Segera
Tidak ada
V. Perencanaan
1. Informasikann hasil pemeriksaan
2. Vulva hygiene
3. Mobilisasi dini
4. Penkes tetang rasa nyeri
5. Kolaborasi dengan Dr. SPoG
VI. Implementasi
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa TD : 120/80 mmhg, nadi : 81
x/i , s : 36,7 ℃ dan pernafasan 21 x/i , KU ibu sedang.
2. Melakukan vulva hygiene kepada ibu, membersihkan area vagina dan paha ibu
serta mengganti anderpet ibu dengan pembalut. Memasang baju dan kain sarung
ibu.
3. Menganjurkan ibu untuk melaukan mobilisasi dini seperti miring kiri dan kanan
serta menganjurkan ibu untuk menggeser badannya keatas.

19
4. Memberikan penkes tentang rasa nyeri yang dirasakan ibu merupakan hal yang
wajar dirasakan ibu, seiring berjalannya waktu rasa nyeri itu akan berkurang dan
hilang.
5. Kolaborasi dengan Dr.SPoG terapi yang diberikan yaitu :
 Infus RL dengan drip Oksitosin : metergyn 1 ampul dengan tetes 30 kali/
menit
 Injeksi Keterolac 3x1
 Injeksi Cefotaxime 2x1
 Pct 3x1000 mg
VII. Evaluasi
1. Ibu sudah tau dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
2. Vulva hygiene sudah dilakukan
3. Ibu sudah bila melakukan mobilisasi dini.
4. Penkes tentang rasa nyeri sudah dilakukan
5. Kolabirasi dengan dokter sudah dilakukan.

20
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penuiskan membandingkan kesesuaian antara teori dengan kasus post sc
dengan IUFD pada Ny “A” yang ada dilapangan. Pada bab ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan penataksaan post sc di rumah sakit.Ny “A” datang ke IGD tanggal 19
Januari jam 23.45 wib dengan keluhan keluar darah segar sejak jam 23.00 dan berbungkah,
ibu juga mengatakan gerakan janin tidak terasa sejak jam 20.00 wib dan ibu merasa cemas
dengan keadaan janin nya. Setelah mendaftar di IGD ibu dipindahkan ke Ruang Kebidanan
di ruang Ponek bidan melakukan pengecekan DJJ menggunakan Doppler dan bidan tidak
menemukan DJJ janin disegala sisi perut ibu baik itu di Puka maupun di Puki. Kemudian
bidan yang melakukan pemeriksaan tersebut memberikan penjelasan kepada ibu bahwa DJJ
janin tidak terdengar dan kita menunggu Dokter masuk pada pagi harinya untuk memastikan
keadaan janin ibu apakah masih hidup atau tidak. Sekitar jam 08.00 wib tanggal 20 Januari
2022 dokter masuk keruangan kebidanan untuk melakukan Advis dan dokter memastikan
kondisi janin ibu menggunakan USG dan dokter mengatakan bahwa janin yang ada didalam
kandungan ibu sudah meninggal dan dokter juga merencanakan section caesarea pada jam
10.00 wib. Pada jam 10.00 wib pasien diantarkan keruang operasi dan operasis berjalan
lancar sekitar 11.00 wib operasi sudah selesai dilakukan dana bayi yang sudah meninggal
diberikan kepada keluarganya untuk dibawa pulang, dan pasien di rawat di ruang kebidanan
di bagian pemulihan sebelum dipindahkan keruang rawatan biasa.

Diruangan pemulihan ibu ditemani oleh keluarganya selama di pemuihan di lakukan


pemantauan mulai dari TD, kontraksi dan pendarah ibu. Sekitar 4 jam post sc ibu bidan dan
mahasiswa melakukan tindakan vula hygiene dan sekaligus mengecek perdarahan pada ibu,
apakah pendarah tersebut dalam bats normal atau tidak, serta mengganti anderpet dengan
menggunakan softer, memakaikan baju dan kain sarung ibu. Serta menganjurkan ibu untuk
melakukan mobilisasi dini seperti miring kiri atau kanan dan menganjurkan ibu untuk
menggeser badannya ke atas. Pada hari pertama post sc ibu menatakan sangat nyeri dan bila
tempat tidur akan terasa sakit pada bekas operasi serta pendarahan ibu dalam batas normal.

21
Pada hari kedua jam 20.30 wib pasien sudah tidak diberikan cairan infus lagi dan hanya
diberiakan obat per oral pendarahan dalam batas normal sekitar 50 cc dan luka nyeri laserasi
sudah mulai berkurang, kontaksi bagus TFU 2 jari dibawah pusat dan ibu sudah dipindahkan
keruangan rawatan oleh dinas sore ibu sudah disa kekamar mandi dengan bantuan keluarga.
Jika pada saat dokter visite besok tanggal 23 Januari 2022 dan kondisi ibu sudah baik dan
pulih insyalah ibuk besok di bolehkan pulang. Tanggal 23 Januari 2022 jam 07.00 wib ibu
post sc hari ke 3 ibu sudah diberikan obat oral untuk jam 06.00 wib dan juga dilakukan
pengecekatan TTV pada ibu, TD: 130/80 mmhg. Nadi : 79 x/i, pernafasan 20x/i dan suhu
36.5 ℃, kontraksi uterus ibu baik, TFU 2 jari dibawah pusat, Lochea rubra dengan
perdarahan ± 40 cc. Ibu juga sudah bisa kekamar mandi sendiri dan ibu sudah selesai mandi,
dan akan dilakukan perawatan luka sambil menunggu dokter untuk visite datang. Pada saat
dokter visite masuk keruangan jam 08.00 wib dokter mengatakan ibu boleh pulang karena
kondisi ibu sudah membaik.

Pada pasien yang mengalami post sc biasa menyembuhannya tidak secepat pasien yng
melahirkan secara normal, aktifitas ibu sangat dibatasi ibu tidak boleh melakukan aktifitas
yang berat, dan mengakat benda-benda yang berat ditakutkan nantik akan membuat jahitan
luka laserasi ibu lepas dan ibu juga harus rajin merawat luka ibu agar tidak terjadi infeksi,
serta ibu harus mengenali tanda-tanda bahaya masa nifas seperi : deman tinggi, sakit kepala
dan berbau atau bernanah pada bekas operasi. Sebelum pulang ibu diberikan surat control
kepoli kebidanan 1 minggu lagi untuk membuka plester dan jahitan laserasi ibu. Dan ibu juga
diberikan obat untuk dibawa pulang seperti Paracetamol untuk mengatasi nyeri ibu .

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny “A” Post SC dengan indikasi
Intra Uterin Fetal Death (IUFD), maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengkajian utama
Pengumpulan data subjektif dan objektik dalam memberikan asuhan kebidanan pada
Ny “A” Post SC dengan indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD) tidak ditemukan
kesenjangam teori dan praktik serta tidak ditemukan kesulitan dalam pengumpulan
data, dikarenakan orang tua pasien koperatif dan bersedia dilakukan wawancara.
2. Interpretasi data
Interpretasi data yang sudah di kumpulkan pada asuhan kebidanan patologis diagnose
Ny “A” Post SC dengan indikasi Intra Uterin Fetal Death (IUFD).
3. Diagnosa potensial
Pada kasus pengkajian data pada Ny “A” tidak ada dignosa potensil karena langsung
ditangani dokter. Maka dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan antara teori dan
praktik
4. Antisipasi
Pada kasus Ny “A” yaitu memantau keadaan pasien dari keadaan umum dan vital
sign, dalam penentuan antisipasi juga tidak ditemukan juga kesenjangan antara toeri
dan praktik.
5. Perencanaan
Menentukan suatu perencanaan dalam pemberian asuhan kebidanan tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek dikarenakan sudah sesuai dengan kebutuhan
pasien.

23
6. Pelaksanaan
Pelaksanaa asuhan secara menyeluruh sesuai dengan kondisi pasien yaitu Post Sc
dengan indikasi IUFD telah dilakukan, dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan
teori dan praktik.
7. Evaluasi
Keadaan ibu semakin membaik setelah di lakukan perawatan dan tindakan sehingga
ibu pulih dan pulang.
B. SARAN
Konsep teori merupakan landasan pelaksanaan prakter kebidanan, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut.
1. Bagi penulis
Di harapakan dapat meningkatkan pengetahuan dan wacana bagi penulis dalam
memberikan asuha kebidanan pada ibu nifas dengan post sc.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Di harapkan mampu memberikan edukasi kepada ibu nifas untuk melakukan
pemeriksaan supaya bisa mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh ibu selama
masa nifas.
3. Bagi institusi pendidikan
Di harapkan Laporan Kasus dapat menjadi referensi untuk bahan ajar selanjutnya

24

Anda mungkin juga menyukai