Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN PERSALINAN


PADA NY. L UMUR 23 TAHUN G2P0A1 DENGAN POSTDATE DI RSUD
SIMO BOYOLALI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal

Program Studi Profesi Kebidanan

Disusun oleh :

Nama : Salsabila Asyifa Hasanah


NIM : P27224021233
Kelas : Profesi Bidan Reguler B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................2
D. Manfaat...................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Literature Review...................................................................................4
B. Implementasi untuk Praktek Pengajaran (Implications for Practice and
Teaching Strategi...................................................................................9
C. Implementasi Hasil Penelitian................................................................16
D. Manajemen Kebidanan...........................................................................16
BAB III TINJAUAN KASUS
I. Data Subjektif.........................................................................................21
II. Data Objektif..........................................................................................24
III. Analisis Data..........................................................................................26
IV. Penatalaksanaan......................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan............................................................................................39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................43
B. Saran.......................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, di susul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Wirakusumah, 2010).
Persalinan di katakan normal jika terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 –
42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala dalam waktu 18
jam tanpa komplikasi pada ibu/janin (Saifuddin, 2008).
Persalinan normal dapat berubah menjadi persalinan patologi jika
persalinan berlangsung melampaui batas waktu tanpa diikuti oleh kemajuan
persalinan (Nugroho, 2010). Persalinan patologi dapat membawa akibat buruk
bagi ibu dan janin yang menyebabkan kematian ibu dan janin (Departement of
Gynekologi, 2007).
Menurut World Health Organization (WHO), indikator kesejahteraan
suatu negara salah satunya di ukur dari besarnya angka kematian ibu (AKI).
AKI yaitu banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian
yang berkaitan dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama
kehamilan, melahirkan dan nifas (42 hari setelah melahirkan). Menurut hasil
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan AKI
di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target
Millenium Development Goal’s (MDG’S) pada tahun 2015 di harapkan AKI
menurun sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Tingginya AKI yang di sebabkan karena perdarahan 28 %, infeksi 15%,
abortus tidak aman 13 %, hipertensi dalam kehamilan 12 %, partus macet 9
%, dan lain – lain. Infeksi biasa terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan
nifas. Jika ibu hamil terinfeksi, maka janin yang di kandungnya akan
mempunyai resiko terkena infeksi. Salah satu penyebab infeksi dalam
persalinan yang menyebabkan komplikasi pada persalinan adalah kehamilan
lewat bulan (postdate) (Saefudin, 2010).
Kehamilan lewat tanggal atau postdate pregnancy adalah kehamilan
yang terjadi lebih lama daripada tanggal taksiran persalinan (Alexander,
2000). Postdate pregnancy terjadi dalam jangka waktu lebih dari 40 minggu
sampai dengan 42 minggu (Berkowitz, 2008). Kehamilan lebih dari 40

1
2

minggu yang belum menunjukkan tanda-tanda persalinan akan berlanjut


menjadi kehamilan lewat bulan (postdate). Kehamilan posterm merupakan
kehamilan yang berlangsung lebih atau sama dari 42 minggu (294 hari) sejak
awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu kemudian. Angka
kejadian kehamilan posterm yang dilaporkan bervariasi antara 4-14% dari
semua kehamilan dengan rata-rata 10% (Cunningham, 2014).
Berdasarkan urian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
laporan kasus tentang “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Pada
Ny. L usia 23 tahun G201A1 usia kehamilan 41 minggu 1 hari Inpartu Kala I
Fase Laten dengan kehamilan lebih bulan (postdate) di RSUD Simo
Boyolali”.

B. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Pada Ny. L
usia 23 tahun G201A1 usia kehamilan 41 minggu 1 hari Inpartu Kala I Fase
Laten dengan kehamilan lebih bulan (postdate), di RSUD Simo Boyolali?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan teori, konsep dan prinsip kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan persalinan pada Pada Ny. L usia 23 tahun
G2P0A1 usia kehamilan 41 minggu 1 hari Inpartu Kala I Fase Laten dengan
kehamilan lebih bulan (postdate), di RSUD Simo Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data subyektif pada ibu bersalin dengan
kehamilan lewat bulan (postdate).
b. Melaksanakan pengkajian data obyektif pada ibu bersalin dengan
kehamilan lewat bulan (postdate).
c. Mengidentifikasi/menganalisa data pada ibu bersalin dengan
kehamilan lewat bulan (postdate).
d. Melakukan penatalaksanaan asuhan pada ibu bersalin dengan
kehamilan lewat bulan (postdate) berdasarkan evidence based
practice.
3

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam
memberikan asuhan pada ibu bersalin dengan kehamilan lewat bulan
(postdate).
2. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber
referensi khususnya tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan kehamilan lewat bulan (postdate).
3. Bagi Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding
dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
kehamilan lewat bulan (postdate).
4. Bagi Profesi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan
dalam asuhan komprehensif pada ibu bersalin dengan kehamilan lewat
bulan (postdate).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Literatur Review
1. Pengertian Konsep Dasar Persalinan
Persalinan dapat didefinisikan secara medis sebagai kontraksi uterus
yang teratur dan semakin kuat, menciptakan penipisan dan dilatasi serviks di
sepanjang waktu, yang menimbulkan dorongan kuat untuk melahirkan janin
melalui jalan lahir melawan resistansi jaringan lunak, otor, dan struktur
tulang panggul (Kennedy dkk, 2013:2).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Kuswanti dan Melina, 2014:1). Kelahiran seorang bayi juga merupakan
peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga (Aisyah dan Oktarina, 2012 : 3).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan
ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau
persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi disamping itu bersama
keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. (Saifuddin,
2006)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi
baik bagi ibu maupun janin. (Sarwono, 2002 : 101)
2. Tahap-tahap Persalinan
Tahap-tahap pada persalinan dibagi menjadi 4 kala yaitu:
a) Kala 1 (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah atau blood
show, karena serviks mulai membuka atau dilatasi dan menipis
(effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis
servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.

4
5

Kala Pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :


(1) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap. Fase laten berlangsung lambat dari
pembukaan 1-3 cm, lamanya 7-8 jam.
Kebutuhan Fisik Kala 1 Fase Laten
1.    Posisi
Ibu yang sedang menjalani persalinan harus mengupayakan
posisi yang nyaman baginya dengan catatan tidak ada
kontraindikasi dari posisi tersebut. Posisi yang dapat diambil
antara lain : telentang (dengan kepala tempat tidur pada sudut
iklinasi atau datar), rekumben lateral, dada lutut, tangan lutut,
duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok.
2.    Mobilisasi
Pada saat fase laten, menuju ke pesalinan masih cukup lama,
apalagi kalau ibu hamil tersebut primigravida, maka tidak ada
salahnya jika ibu difasilitasi untuk mobilisasi seperti jalan-jalan di
sekitar tempat bersalin.
3.    Nutrisi dan Hidrasi
Pemberian makanan dan minuman saat persalinan
diperlukan tenaga / energi yang sangat banyak . untuk alternatif
dari motalitas usus yang menurun maka dianjurkan makanan yang
diberikan dapat dicerna dengan cepat dan mempunyai kadar kalori
yang tinggi , makanan tersebut antara lain seperti agar-agar,
pudding, biscuit, untuk minumannya bisa diberikan Teh manis
hangat, Jus yang konsistensinya cair (seperti Jus strawberry
manis), atau minuman pengganti elektrolit juga bisa diberikan,
tetapi tetap yang menjadi anjuran adalah minum air teh manis
hangat, karena atas pertimbangan cepat menjadi energi.
4.    Rasa Nyaman
Rasa nyaman behubungan juga dengan kebutuhan
psikologis, bidan harus bisa memfasilitasi tentang pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman ini. yang pertama bisa bidan lakukan
adalah dengan memberikan informasi tentang perubahan apa saja
6

yang terjadi pada fase laten ini, meciptakan ruangan yang nyaman
(Bersih, rapih, wangi,kondusif)
(2) Fase Aktif
Fase ini berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 sub fase :
(a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
(b) Periode dilatasi maksimal atau steady : selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, waktu 2 jam, pembukaan
jadi 10 cm atau lengkap.
Kebutuhan Fisik Kala 1 Fase Aktif
1.    Manajemen nyeri
Seiring dengan bertambahnya pembukaan serviks pada fase
aktif, rasa nyeri yang dirasakan ibu pun akan semakin bertambah.
Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen nyeri agar nyeri yang
dirasakan ibu dapat berkurang atau teralihkan. Ada dua
pendekatan dalam manajemen nyeri yaitu pendekatan
nonfarmakologis dan farmakologis.
Pendekatan nonfarmakologis misalnya : relaksasi dan
distraksi, imajinasi atau visualisasi, masase atau pijatan,
hidroterapi, akupresur, dan sebagainya. Sedangkan pendekatan
farmakologis contohnya : pemberian obat jenis
sedatif/tranquilizer, opioid, dan sebagainya.
2.    Kebutuhan nutrisi dan hidrasi
Cairan dapat diberikan pada ibu selama persalinan, misalnya
teh manis dan jus buah yang cair. Ibu akan lebih berenergi dan
memiliki hidrasi yang adekuat apabila mendapat makanan.
Namun, ibu juga perlu diingatkan bahwa konsumsi cairan berlebih
dapat menimbulkan rasa mual dan ketidaknyamanan. Dalam buku
ajar kebidanan komunitas karangan Linda V. Walsh (halaman
285) disebutkan bahwa pilihan nutrisi yang tepat untuk ibu hamil
dalam persalinan  kala satu meliputi karbohidrat yang mudah
dicerna seperti roti bakar, krekers, sereal, buah segar atau yogurt
rendah lemak dan berbagai cairan.
7

3.    Posisi dan ambulasi


Ibu yang berada dalam persalinan harus mampu berambulasi
selama tidak ada kontraindikasi untuk hal tersebut. Misalnya
berjalan kaki, duduk di kursi, menggunakan toilet, dan
sebagainya. Namun, adakalanya ibu tidak diperbolehkan turun
dari tempat tidur atau melakukan ambulasi, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Ketika ketuban pecah, janin berukuran kecil (di bawah 2000
gram), presentasi kaki atau bokong atau letak melintang.
Pada keadaan seperti ini, muncul resiko prolapsus tali pusat
yang meningkat ketika ibu dalam posisi berdiri. Bahkan
posisi telentang dengan kepala berada di atas tempat tidur,
yang ditinggikan dengan bantal lebih dari 20 sampai 30
derajat akan semakin meningkatkan resiko prolapsus tali
pusat.
b. Ketika ibu mendapat pengobatan dengan obat yang membuat
ibu pusing atau membuat kakinya tidak stabil ketika berdiri.
c. Selama persalinan yang kemajuannya cepat.
d. Ketika ibu mengalami komplikasi obstetrik atau medis yang
mengharuskan ibu tetap di tempat tidur.
4.    Kebutuhan eliminasi
Ibu bersalin harus dievaluasi untuk adanya distensi vesica
urinaria setiap satu sampai dua jam. Ibu mungkin fokus kepada
proses persalinannya atau mungkin merasa enggan untuk bergerak
karena takut ada peningkatan ketidaknyamanan. Setiap
pemeriksaan abdomen harus melihat adanya tonjolan suprapubik
karena kandung kemih yang penuh. Umunya, ibu yang mendapat
hidrasi cukup harus berkemih 100 ml setiap satu sampai dua jam.
b). Kala II atau kala pengeluaran janin
Pada pengeluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-
kira 2-3 menit sekali.Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehinga terjadilah tekanan otot dasar panggul yang secara reflekstoris
menimbulkan mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa
seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka pada waktu his,
kepala janin mulai kelihatan. Vulva membuka dan perineum menegang
8

dengan his, mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala, diikuti oleh
seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 ½-2 jam dan pada multi ½- 1
jam ( Aisyah dan Oktarina, 2012 : 4)
c). Kala III atau kala pengeluaran plasenta
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus
teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta
yang tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his
pelepasan dan pengeluara uri. Dalam waktu 5- 10 menit seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri
seluruh proses biasanya berlangsung 5-10 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc (Aisyah dan Oktarina, 2012 : 4).
d) Kala IV atau kala pengawasan
Kala selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum
(Mochtar, 2003). Pada saat proses persalinan berlangsung, ada
beberapa faktor yang harus diamati, diawasi oleh tenaga kesehatan
(bidan dan dokter) yaitu nyeri, lama pembukaan, lama meneran,
robekan perineum, lama pelepasan plasenta dan volume perdarahan
(Aisyah dan Oktarina, 2012 : 5)
3. Tanda-tanda persalinan
Memasuki proses persalinan terdapat beberapa tanda-tanda yang dirasakan
oleh ibu dan dilihat oleh bidan melalui pemeriksaan. Tanda-tanda
persalinan tersebut antara lain :
a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan- robekan kecil pada serviks
c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Air Ketuban
Air ketuban adalah cairan jernih dengan warna agak kekuningan yang
menyelimuti janin di dalam rahim selama masa kehamilan. Air ketuban
yang berubah menjadi berwarna kehijauan, menunjukkan bahwa neonatus
telah mengeluarkan mekonium, menjadi petanda bahwa neonatus dalam
keadaan stress dan hipoksia (Kosim, 2010 : 1-2).
9

5. Fisiologi Air Ketuban


Janin bergerak bebas dalam AK sehingga membantu perkembangan
otot dan tulang. Kantung ketuban terbentuk saat 12 hari setelah pembuahan,
kemudian segera terisi oleh AK. Saat minggu-minggu awal kehamilan, AK
terutama mengandung air yang berasal dari ibu, setelah sekitar 20 minggu
urin janin membentuk sebagian besar AK yang mengandung nutrien,
hormon dan antibodi yang melindungi janin dari penyakit. Air ketuban
berkembang dan mengisi kantong ketuban mulai 2 minggu sesudah
pembuahan. Setelah 10 minggu, kemudian AK mengandung protein,
karbohidrat, lemak, fosfolipid, urea, dan elektrolit, untuk membantu
pertumbuhan janin. Pada saat akhir kehamilan sebagian besar AK terdiri
dari urin janin.
Air ketuban secara terus menerus ditelan/ dihirup dan diganti lewat
proses ekskresi seperti juga dikeluarkan sebagai urin. Hal yang demikian
merupakan hal yang penting bahwa AK dihirup ke dalam paru janin untuk
membantu paru mengembang sempurna. AK yang tertelan membantu
pembentukan mekonium keluar saat ketuban pecah. Apabila ketuban pecah
terjadi selama proses persalinan disebut ketuban pecah spontan, apabila
terjadi sebelum proses persalinan disebut sebagai KPD. Sebagian besar AK
tetap berada dalam rahim sampai neonatus lahir (Kosim, 2010 : 1-2).

B. Implikasi untuk praktek pengajaran ( Implications For Practice And


Teaching Strategis).
1. Pengertian persalinan postdate
Kehamilan postdate adalah suatu kehamilan yang berakhir antara 40
sampai 42 minggu. (Julie, et.al, 2010)
Menurut WHO (2006) postdate adalah suatu kehamilan yang
berlangsung melebihi 40 minggu ditambah satu atau lebih hari (setiap
waktu yang melebihi tanggal perkiraan lahir).
10

2. Etiologi kehamilan postdate


Menurut Saifuddin (2014), seperti halnya teori bagaimana terjadinya
persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postdate belum
jelas. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut :
a. Pengaruh progesterone
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan hormon endokrin yang penting dalam
memacu proses bimolekuler pada persalinan dan meningkatkan
sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis
menduga terjadinya kehamilan postdate adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesterone.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postdate
memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis
memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan
pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada
usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan postdate.
c. Teori kortisol / ACTH janin
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen selanjutnya
berpengaruh pada meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar
kortisol rendah merupakan timbulnya HIS.
d. Syaraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab
terjadinya kehamilan postdate.
e. Herediter
Seorang ibu yang mengalami kehamilan postdate mempunyai
kecenderungan untuk melahirkan lewat waktu pada kehamilan
berikutnya. Morgen (1999) menyatakan bahwa bilamana seorang ibu
mengalami kehamilan postdate saat melahirkan anak perempuan, maka
11

besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan


postdate.
3. Diagnosis persalinan postdate
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendukung diagnosis
persalinan postdate adalah :
1) Pemeriksaan umur kehamilan ,dihitung dengan menggunakan
rumus neaggle berdasarkan anamnesis dari haid terakhir.
2) Pemeriksaan Berat badan ibu dan lingkar perut, ditandai dengan
berat badan ibu turun pembesaran perut mengecil karena air
ketuban berkurang (Ratna, 2012).
3) Pemeriksaan TFU(Tinggi fundus uteri).
4) Pemeriksaan USG yaitu dengan pemeriksaan diameter biparietal
kepala janin dapat diukur dengan teliti tanpa ada bahaya
(Sujiyantini, 2009).
5) Pemeriksaan sitologi cairan amnion yaitu amniostropi dan
pemeriksaan PH (dibawah7,20) dianggap sebagai gawat janin
4. Komplikasi persalinan post matur
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan post
matur:
1) Perubahan pada plasenta
Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya
komplikasi pada kehamilan serotinus atau kehamilan lewat bulan
dan meningkatnya risiko pada janin. Perubahan yang terjadi pada
plasenta adalah sebagai berikut.
a) Penimbunan kalsium: Pada kehamilan serotinus atau
kehamilan lewat bulan terjadi peningkatan penimbunan
kalsium, hal ini dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan
kematian janin intrauterin yang dapat meningkat sampai 2-4
kali lipat. Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai
dengan progresivitas degenerasi plasenta, namun beberpa vili
mungkin mengalami degenerasi tanpa mengalami klasifikasi.
b) Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya
berkurang, keadaan ini dapat menurunkan mekanisme
transport dari plasenta.
12

c) Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema,


timbunan fibrinoid, fibrosis, thrombosis intervili, dan infark
vili Perubahan biokimia.
d) Perubahan biokimia: adanya insufisiensi plasenta
menyebabkan protein plasenta dan kadar DNA dibawah
normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat. Transport
kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan glukosa
menurun. pengangkutan bahan dengan berat molekul tinggi
seperti asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya
mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin intauterin (Fadlun, 2013).
2) Pengaruh pada ibu
a) Morbilitas atau mortalitas ibu dapat meningkat sebagai akibat
dari makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih
keras sehingga menyebabkan terjadinya distosia persalinan,
incoordinate uterine action, partus lama, meningkatkan
tindakan obstetrik, dan perdarahan postpartum.
b) Aspek emosi: ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana
kehamilan terus berlangsung melewati taksiran persalinan
(Fadlun, 2013).
3) Pengaruh pada janin
(Menuaba, 2010) Pengaruh kehamilan postterm atau serotinus
terhadap janin sampai saat ini masih di perdebatkan. Beberapa ahli
menyatakan bahwa kehamilan serotinus menambah bahaya pada
janin, sedangkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa bahaya
kehamilan postterm atau serotinus terhadap janin terlalu
dilebihkan. Beberapa pengaruh kehamilan postterm atau serotinus
terhadap janin sebagai berikut:
a) Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta, maka
terjadi penurunan berat janin. Sesudah umur kehamilan 36
minggu, grafik rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan
tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun, sering
kali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga
13

berat janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur


kehamilan.
b) Sindrom postmaturitas
Dapat dikenali pada neonatus melalui beberapa tanda seperti,
gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti
kertas (hilangnya lemak sub kutan), kuku tangan dan kaki
panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks
kaseosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha
dan genital luar, warna coklat kehijauan atau kekuningan pada
kulit dan tali pusat, serta muka tampak menderita dan rambut
kepala banyak atau tebal.
c) Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka
meningkat setelah kehamilan 42 minggu atau lebih, sebagian
besar terjadi intrapartum5. Penanganan persalinan post matur
d) Tanda-tanda lewat waktu pada bayi, antara lain :
1) Stadium 1: Kulit kehilangan verniks caseosa dan terjadi
maserai sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas
2) Stadium II: Seperti stasium I disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) dikulit
3) Stadium III : Seperti stadium I disertai pewarnaan
kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat. (Nugroho, 2012)
4. Penanganan yang dapat dilakukan pada kasus persalinan post matur yaitu :
a. Menentukan apakah kehamilan telah berlangsung lewat bulan (Postterm)
atau bukan.
b. Mengidentifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin
dengan cara pemeriksaan kardiotografi seperti nonstress test (NST) dan
contraction stress test untuk mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi
terhadap gerak janin atau kontraksi uterus dan pemeriksaan USG untuk
menentukan besar janin, denyut jantung janin, gangguan pertumbuhan
janin, keadaan dan derajat kematangan plasenta, jumlah (indeks cairan
amnion) dan kualitas air ketuban.
c. Melakukan pemeriksaan serviks dengan skor bishop. Bishop score adalah
suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan responsnya terhadap
suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks bishop
score rendah artinya serviks belum matang dan memberikan angka
14

kegagalan yang lebih tinggi dibanding servik yang matang. Bishop Score
> 5 yaitu induksi persalinan ,Cara induksi persalinan adalah:
1) Menggunakan tablet Misoprostol / Cytotec yaitu 25-50 mg yang
diletakkan di forniks posterior setiap 6-8 jam hingga munculnya his /
kontraksi.
2) Menggunakan oksitoksin intravena yaitu infus oksitoksin biasanya
mengandung 10-20 unit ekuivalen dengan 10.000-20.000 mU
dicampur dengan 1000 ml larutan Ringer Laktat, masing-masing
menghasilkan konsistensi oksitoksin 10-20 mU/ml. Bishop Score < 5
3) Pemantauan janin dengan prafil biofisik, Nonstress test (NST),
Contraction Stess Test (CST).
4) Volume ketuban normal, NST reaktif yaitu diulangi 2x / minggu.
5) Volume ketuban normal, NST non reaktif, CST positif yaitu dilakukan
SC.
6) Volume ketuban normal, NST non reaktif dan CST negatif yaitu
dilakukan pengulangan CST dalam 3 hari.
7) Oligohidramnion (kantong amnion < 2 cm) yaitu dilakukan SC.
8) Deselerasi variable yaitu matangkan serviks dan induksi persalinan.
9) Pematangan serviks dapat dilakukan dengan kateter voley, oksitoksin,
prostaglandin (Misoprostol), relaksin (melunakkan serviks),
pemecahan selaput ketuban.
10) Persalinan per vaginam yaitu Ibu miring ke kiri, berikan oksigen,
monitor DJJ, induksi persalinan dengan tetes Pitosin (jika tidak ada
kontraindikasi dan belum ada tanda hipoksia intrauterine), tetes
Pitoksin di naikkan jangan melebihi 2 m U/ menit atau di naikkan
dengan interval < 30 menit, amniotomi pada fase aktif, infus
intraamniotik dengan 300 – 500 mL NaCl hangat selama 30 menit
yaitu untuk mengatasi oligohidramnion dan mekoneum, konfirmasi
kesejahteraan janin.
11) Dilakukan Sectio Caesaria, jika gawat janin (deselerasi lambat,
pewarnaan mekoneum), gerakan janin abnormal (< 5 kali / 20 menit),
contraction stress test (CST), berat Badan > 4000 gr, malposisi,
malpresentasi, partus > 18 jam, bayi belum lahir, (Kurniawati, 2009 ).
15

5. Pathway Persalinan Induksi Atas Indikasi Postterm

Postterm

Insufisiensi Plasenta Plasenta baik

Janin buruk Janin Baik Induksi persalinan

Sectio caesarea
Bishop Skor Bishop
<5 Skor > 5

Janin baik Janin Induksi


buruk

Pematangan Sectio pervagi


seriks caesarea nam

induksi

pervaginam
16

Sumber: Sujiyatini, dkk: 2009

C. Implikasi Hasil Penelitian


Evidence Based Midwifery dalam asuhan kehamilan dengan kejadian
abortus dalam jurnal berjudul Comparison of Vaginal and Oral Doses of
Misoprostol for Labour Induction in Post-Term Pregnancies yang dilakukan
oleh Rezaie Masomeh dkk pada tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa dalam
hal induksi persalinan pada ibu hamil postterm, misoprostol 100μg oral lebih
bermanfaat daripada misoprostol 50 g atau obat per vaginal. Pada ibu yang
menerima misoprostol 100μg oral, dosis yang lebih rendah dan induksi yang
lebih rendah diperlukan, pengeluaran mekonium lebih rendah, tetapi gawat
janin tidak lebih rendah. Misoprostol bisa digunakan untuk secara signifikan
mengurangi risiko kematian ibu dan bayi. Misoprostol adalah obat kuat dan
harus diminum di bawah pengawasan penuh. Untuk mencegah
penyalahgunaannya; dosis terbaik sesuai dengan informasi berbasis bukti.

D. Teori Asuhan Kebidanan Persalinan


Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah.
Proses ini merupakan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan
tindakan – tindakan dengan urutan yang logis dan mengintungkan baik bagi
klien maupun bagi tenaga kesehatan.
a. Data Subjektif
Data subjektif merupakan data yang didapatkan dari hasil wawancara
(anamnesa) langsung kepada klien atau kepada keluarga klien atau
kepada petugas kesehatan yang lain.
1. Biodata ibu dan suami
a) Nama : Dikaji untuk mengetahuai siapa nama klienkita dan
membedakan klien satu dengan yang lainnya.
b) Umur : Dikaji untuk mengetahui apakah kehamilan ibu
dengan usia tersebut beresiko terhadap persalinan ibu nanti.
c) Agama : Untuk mengetahuai keyakinan apa yang ibu miliki.
d) Suku/Bangsa: Memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan ibu.
e) Pendidikan: Mengetahui tingkat pendidikan ibu memudahkan kita
untuk memberikan konseling sesuai dengan pemahaman ibu.
17

f) Pekerjaan : Apakah pekerjaan ibu memiliki pengaruh terhadap


persalinan ibu.
g) Alamat : Untuk memudahkan kita untuk mengetahui klien dan
sebagai pembeda antara klien yang lainnya.
2. Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui alasan utama klien datang, apakah
untuk memeriksakan kehamilan atau untuk memeriksakan keluhan
lain. Biasanya keluhan utama klien dengan postdate adalah belum
merasakan tanda-tanda persalinan dan kehamilannya melebihi tanggal
perkiraan. (Mufdlilah, 2009)
3. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui siklus menstruasi ibu apakah teratur atau tidak
teratur (terganggu) lamanya, jumlah perdarahannya, untuk mengetahui
apakah ibu mengalami disminorhe dan keputihan. Hal ini akan
berhubungan dengan masalah atau penyakit pada organ reproduksi ibu
yang sedang ibu derita.
4. Riwayat obstetric yang lalu
Untuk mengetahui tentang riwayat kehamilan lebih bulan, sehingga
dapat memberikan kewaspadaan kepada penolong untuk tindakan
selanjutnya.
5. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah ibu pernah memakai alat kontrasepsi,
berapa lama dan apakah ada keluhan yang dialami ibu selama
pemakaian alat kontrasepsi tersebut.
6. Riwayat kehamilan sekarang
Mengakaji Hari Pertama haid Terakhir (HPHT) untuk mengetahui usia
kehamilan ibu, mentukan taksiran persalina apakah ibu sudah tepat
masuk pada masa persalinan dengan cukup bulan. Berapa kali ibu
mengalakukan kontrol kehamilan, untuk mengetahui asuahan dan
terapi apa yang telah ibu dapatkan.
7. Riwayat kesehatan ibu
Riwayat kesehatan yang lalu, kemugkinan ibu pernah mempunyai
riwayat kehamilan lebih bulan.
8. Riwayat kesehatan keluarga
18

kemungkinan adanya anggota keluarga yang mempunyai riwayat


kehamilan lebih bulan

9. Riwayat perkawinan
Untuk mengakaji apakah ibu menikah diusia muda atau diusia tua
sehingga menimbulkan resiko terhadap kehamilan dan persalinan ibu.
b. Data Objektif
Data yang didapatkan dari pemeriksaan secara langsung kepada klien.
1. Pemeriksaan umum
Merupakan gambaran umum klien yang mencangkup tentang
kesadaran, keadaan umum, tekanan darah, suhu, nadi, pernpasan, berat
badan ibu. Semua itu dikaji untuk menentukan apakah ibu dalam
kondisi normal atau tidak.
2. Pemeriksaan khusus
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis di mulai
dari kepala sampai kaki, yang meliputi:
a) Kepala
Dimulai dari wajah ibu, apakah wajah ibu terlihat pucat, mata ibu
apakah conjungtivanya, apakah adanya oedema pada kelopak
mata dah wajah ibu, jika ada maka ibu perlu untuk dicurigai.
b) Leher
Apakah adanya pembengkakan kelenjer tiroid dan kelenjer limfe
dan pembesaran vena jugularis.
c) Dada
Memngkaji bagaimana bentuk payudara ibu, simetris atau tidak,
adanya benjolan atau tidak, terlihatnya kelainan atau tidak,
bagaimana keadaan puting susu ibu, apakah kolostrum sudah
keluar atau belum. Hal ini dapat membatu kita dalam menentukan
tindakan selanjutnya.
d) Abdomen
(a) Inspeksi
Menilai apakah ada bekas luka operasi dinding perut ibu,
pembesaran perut apakah sesuai dengan usia kehamilan.
(b) Palpasi
19

(1) Leopold I : Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian


apa yang terdapat pada fundus.
(2) Leopold II : Menentukan bagian janin yang ada pada kiri
dan kanan perut ibu.
(3) Leopold III : Menentukan bagian apa yang berada
dibagian bawah perut ibu dan apakah bagian tersebut
sudah masuk PAP.
(4) Leopold IV : Untuk menentukan seberapa besarkah
bagian terbawah janin yang masuk ke PAP.
Mc. Donald dan TBJ untuk mengetahui tinggi fundus ibu
dan perkiraan berat badan janin sehingga memudahkan kita
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Perlimaan, menentukan seberapa besar bagian janin yang
telah masuk ke rongga panggul ibu dengan menggunakan
ukuran jari-jari tangan.
Menilai his, durasi, frekuensi, kekuatan dan interval
untuk menilai apakah his semakin meningkat atau adanya
penurunan atau gangguan.
(c) Auskultasi
Menilai kesejahteraan janin dari bunyi jantung janin (DJJ),
frekuensi, intensitas dan iramanya.
(d) Perkusi
Ada atau tidaknya reflek pattela pada ibu, dan penilaian ada
atau tidaknya oedema dan varises, jika ada maka ibu harus
melakukan pemeriksaan lanjut.
3. Pemeriksaan dalam
Menilai pembukaan, porsio, ketuban, presentasi, posisi,
penurunan dan bagian yang terkemuka, untuk menilai kemajuan
persalinan apakah ada atau tidaknya masalah.
4. Pemeriksaan penunjang
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menunjang
diagnosa ibu, dan pemeriksaan lanjut seperti pemeriksaan
protein urin, pemeriksaan Hb dan lainya.
c. Analisa Data
20

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap


diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dirumuskan
diagnosa yang spesifik. Masalah psikososial yang sedang dialami oleh
klien.
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan
diagnosa keduanya digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosa tapi sungguh membutuhkan penanganan
yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan : masalah ini sering
menyertai diagnosa.
d. Penatalaksanaan
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah di uraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi dilakukan oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.
Walaupun bidan tidak melaksanakan asuhan secara sendiri, tetapi
bidan tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Bila perlu berkolaborasi dengan dokter atas
komplikasi yang ada.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN PERSALINAN


PADA NY. L UMUR 23 TAHUN G2P0A1 DENGAN POSTDATE DI RSUD
SIMO BOYOLALI

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 27 Maret 2021 Jam :11.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Merpati VK

IDENTITAS PASIEN
Status : Istri Status : Suami
1. Nama : Ny. L 1. Nama : Tn. G
2. Umur : 23 tahun 2. Umur : 28 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Karyawan Swasta
6. Suku bangsa: Jawa 6. Suku Bangsa: Jawa
7. Alamat : Bubakrejo, 2/3,
Keyongan, Nogosari

I. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu datang ke PONEK dan mengatakan usia kehamilannya sudah lebih
bulan, merasakan kenceng-kenceng. Ibu masuk ruang Merpati pada
tanggal 27 September 2022 pukul 10.30 WIB.
2. Riwayat Kesehatan
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita : Ibu tidak sedang
menderita penyakit apapun ( seperti Hipertensi, DM, Jantung, Ginjal,
Hbsag, TB, Alergi ).
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Keluarga tidak sedang/memiliki riwayat penyakit apapun (seperti
Hipertensi, DM, Jantung, Ginjal, Hbsag, Alergi, TB dan lainnya).

21
22

3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid:
Menarche : 12 tahun Nyeri Haid : tidak
Siklus : 28 hari Lama : 6-7 hari
Warna darah : Merah kehitaman Leukhorea :-
Banyaknya : Kurang lebih per 8 jam ganti pembalut (tidak penuh)
b. Riwayat Kehamilan sekarang :
1) G2P0A1
2) Usia kehamilan : 41 minggu
3) HPHT : 13 Juni 2021
4) HPL : 20 Maret 2022
5) Gerakan janin
Pertama kali : ibu merasakan gerak janin pertama kali saat UK 4
bulan
6) Riwayat terapi: Ibu tidak mengkonsumsi obat apapun selain yang
diberikan bidan maupun dokter
7) Riwayat Alergi: Ibu tidak memiliki riwayat alergi apapun baik
dalam bentuk obat maupun makanan.
8) Kekhawatiran khusus : ibu tidak memiliki kekhawatiran khusus.
9) Imunisasi / TT : ibu sudah mendapatkan imunisasi TT2
c. Riwayat ANC
No. Trimester Frekuensi Keluhan Terapi Oleh
1. I 3 kali mual dan Prenatal Bidan
muntah KIE kebutuhan, perubahan dan
fisiologis dan tanda bahaya TM I Dokter
2. II 3 kali Pusing Prenatal Bidan
KIE kebutuhan, perubahan dan
fisiologis dan tanda bahaya TM II Dokter
3. III 4 kali Nyeri Prenatal Bidan
pinggang KIE kebutuhan, perubahan dan
fisiologis, tanda bahaya TM III, Dokter
tanda-tanda persalinan dan
persiapan persalinan
23

d. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu


G2P1A0Ah1
Hami Persalinan Nifas
l ke- Tgl UK Jenis Penolong Komplikasi JK BB Perdarahan Laktasi Komplikasi
Lahir Persalinan Ibu Bayi Lahi
r
1 2020 Abortu Kuretase - - - - - - - -
s
2 Hamil ini

e. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan


Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB
f. Kebutuhan Fisik
1) Nutrisi
Makan terakhir (tanggal 27 Maret 2022, pukul 08.00 WIB)
Minum terakhir (tanggal 27 Maret 2022, pukul 10.00 WIB)
Porsi 1 piring dengan jenis makanan/minuman: nasi, tempe, sayur, air
putih (porsi sedikit)
2) Eliminasi
a) BAK terakhir (tanggal 27 Maret 2022, pukul 09.46 WIB)
Warana kuning jernih, bau khas, ibu BAK menggunakan pispot.
b) BAB terakhir (tanggal 27 Maret 2022, pukul 07.00 WIB)
Konsistensi lunak, warna coklat tua, bau khas, tidak ada keluhan.
3) Istirahat : 7 jam
4) Personal hygiene
a) Mandi : terakhir tanggal 27 Maret 2022, jam 07.20 WIB
Ibu mengatakan dibantu keluarga (sibin)
b) Ganti pakaian : terakhir tanggal 27 Maret 2022, jam 06.00 WIB
g. Keadaan Psiko, Sosio dan Spiritual (kesiapan menghadapi proses
persalinan)
1) Riwayat perkawinan :
a) Status perkawinan : menikah, umur waktu menikah : 19 th.
b) Pernikahan ini yang ke 1, sah lamanya 3 th
c) Hubungan dengan suami : baik
2) Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;
24

Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : suami


perhatian terhadap istri, mengantar untuk periksa.
3) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : ibu apabila ada
masalah selalu berbagi dengan suami untuk menemukan pemecahan
masalah bersama.
4) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri.
5) Orang terdekat ibu adalah suami
Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC : suami, terkadang ibu
kandung
6) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan : ada
adat istiadat procotan atau 7 bulanan.
7) Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : ibu ingin
melahirkan di Bidan.
Lingkungan:
8) Kebiasaan kontak tidak ada dengan binatang : tidak ada..
9) Paparan dengan polutan : rumah jauh dari lingkungan industri.

II. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. Tanda – Tanda Vital
Tekanan Darah : 114/70 mmHg
Suhu : 36,60C
Respirasi : 22 kali/menit
Nadi : 92 kali/menit
d. Berat Badan
Sebelum hamil : 48 kg
Sekarang : 60 kg
e. Tinggi badan : 155 cm
f. IMT : 24,9 kg/m2
g. LILA : 24 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
25

Rambut hitam, tidak mudah rontok, tidak ada ketombe, Muka tidak
ada odema dan tidak ada cloasma gravidarum, Sklera mata putih,
konjungtiva tidak pucat.Hidung bersih, tidak ada pengeluaran sekret
abnormal.Mulut bersih, tidak ada caries gigi. Telinga bersih, tidak
ada pengeluaran serumen berlebih.
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
c. Dada (payudara)
Bentuk simetris, tidak ada retraksi kulit payudara, puting susu
menonjol, aerola hiperpigmentasi, tidak ada massa/ benjolan,
Colostrum sudah keluar.
d. Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk bulat, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada striae
gravidarum,terdapat linea nigra dan gerakan janin aktif.
2) Palpasi
a) Leopold 1 : TFU 3 jari di bawah prosesus
xiphoideus,teraba bulat lunak tidak melenting
b) Leopold 2 : Bagian kiri perut ibu teraba
keras, memanjang, ada tahanan dan bagian kanan teraba
bagian kecil janin
c) Leopold 3 : Teraba bulat keras dan
melenting
d) Leopold 4 : Bagian bawah sudah masuk
pintu atas
panggul (PAP) / Divergen
3) TFU Mc.Donald : 30 cm
Taksiran Berat Janin : 2790 gram
4) Auskultasi
Punctum maksimum : Di bawah pusat bagian kiri ibu.
DJJ : Frekuensi 146 kali/menit, teratur
5) His : frekuensi 3 kali/10 menit, durasi 35
detik, intensitas tinggi
e. Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedema, kuku tidak pucat.
26

Bawah :Tidak ada oedema maupun varices, kuku tidak pucat.

f. Genetalia Eksterna dan Anus


i. Vagina : keluar lendir darah, tidak ada pembesaran pada
kelenjar bartolini dan skene, tidak ada luka parut di perineum dan
belum keluar air ketuban.
ii. Anus : Tidak hemoroid.
g. Pemeriksaan Dalam (27 Maret 2022, 11.00 WIB)
1) Indikasi : Adanya tanda persalinan
2) Tujuan : Untuk mengetahui kemajuan persalinan
3) Hasil
Pembukaan 5 cm, presentasi kepala, UUK kiri depan, kepala sudah
masuk panggul, hodge II, selaput ketuban utuh (+).

3. Pemeriksaan laboratorium (27 Maret 2022)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12.6 12.3-15.3 g/dl
Goldar B+
GDS 115 70-150 mg/100ml
Protein Urine Negatif Negatif
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
HIV (PITC) Negatif Negatif
Swab Antigen Non Reaktif Non Reaktif

4. Pemeriksaan Penunjang : USG dengan hasil Janin tunggal, memanjang,


punggung kiri, DJJ regular, gerak aktif, plasenta corpus lateral dextra, air
ketuban cukup, TBJ : 2800 gram, NST : Kategori I.
5. Terapi yang didapat
Priming Misoprostol 1/8 tab PV evaluasi 6 jam
Stimulasi drip Oxytocin 2 IU 8 tpm s/d his adekuat

III. ANALISA DATA


27

G2P0A1 usia kehamilan 41 minggu Inpartu Kala I Fase Aktif dengan


kehamilan lebih bulan (postdate).

IV. PENATALKASANAAN (15 September 2021, 11.00 WIB)


1. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan.
a. Rasionalisasi :Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk
berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang
berhubungan dengan kehamilannya. Seorang tenaga kesehatan tidak
mungkin akan terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil,
karenanya ibu perlu mendapatkan informasi dan pengalaman yang
berhubungan dengan kehamilannya agar dapat merawat dirinya dengan
benar. (Kuswanti, 2014)
b. Hasil : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi (olah napas dalam) saat kontraksi untuk
mengurangi kecemasan yang dirasakan ibu
a. Rasionalisasi :Olah napas saat proses persalinan dapat membantu
mengalihkan konsentrasi saat terjadi kontraksi. Ibu diharapkan lebih
fokus pada pernapasannya sehingga menurunkan tingkat kecemasan.
Saat ibu merasa lebih rileks, maka hormon oksitosin akan lebih mudah
keluar sehingga durasi persalinan akan semakin cepat (Rafaye, 2016 dan
Bastani, 2005)
b. Hasil : Ibu telah melakukan olah napas dengan benar sesuai dengan
yang diajarkan oleh bidan
3. Memberitahu suami dan keluarga yang mendampingi untuk selalu
mendukung dan memenuhi kebutuhan ibu dalam melewati fase-fase
persalinan.
a. Rasionalisasi :Dukungan yang baik akan membantu ibu menurunkan
rasa nyeri yang diderita. Dalam kondisi relaks, tubuh akan memproduksi
hormon bahagia yang disebut endorphin yang akan menekan hormon
stressor, sehingga rasa nyeri yang dirasakan akan berkurang. Dukungan
diberikan oleh suami akan membuat ibu lebih nyaman dan lebih
menikmati setiap perjalanan persalinan, semakin ibu menikmati proses
persalinan maka ibu akan merasa lebih relaks akibatnya ibu tidak lagi
28

terfokus pada rasa nyeri persalinan, sehingga nyeri persalinan tidak lagi
terasa (Hilmansyah, 2011).
b. Hasil :Suami dan keluarga selalu mendampingi ibu dan memenuhi
kebutuhan yang diperlukan oleh ibu seperti menemani ke kamar mandi,
memenuhi asupan nutrisi ibu dan lain sebagainya.
4. Menganjurkan ibu miring kiri/kanan untuk proses penurunan kepala.
a. Rasionalisasi :Posisi yang umum diterapkan dalam asuhan kebidanan
pada kala I adalah menganjurkan ibu untuk miring kiri/ kanan
dikarenakan ketuban sudah rembes pasien dianjurkan untuk tidak terlalu
banyak berjalan.
b. Hasil: Ibu bersedia miring kiri atau kanan sesuai anjuran bidan.
5. Memberikan terapi counterpresure dan massage efflurage kepada ibu
a. Rasionalisasi :Penekanan pada daerah lumbal secara kontinu
menjadikan sensasi nyeri yang dialami responden saat
persalinancenderung mengalami penurunan, tindakan massase
counterpressure lebih dapat dikontrol terutama mengenai tekanan yang
harus diberikan kepada ibu bersalin.
b. Hasil: Ibu sudah dilakukan counterpresure dan merasa lebih nyaman
6. Mempersiapkan diri, lingkungan dan alat.
a. Rasionalisasi :
1) Persiapan diri: Pelindung diri merupakan penghalang atau barier
antara penolong dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk
menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persalinan harus
memakai celemek yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut
pada saat menolong persalinan. Juga gunakan masker penutup
mulut dan pelindung mata. Kenakan semua perlengkapan
pelindung pribadi selama membantu kelahiran bayi dan plasenta
serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomy.
(JNPK-KR, 2008)
2) Persiapan lingkugan: Persiapan untuk mencegah terjadinya
kehilangan panas tubuh yang berlebihan pada bayi baru lahir harus
dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapakan lingkungan
yang sesuai bagi proses kelahiran bayi itu atau memastikan bahwa
ruangan tersebut bersih, hangat, pencahayaan cukup, dan bebas dari
tiupan angina (JNPK-KR,2008)
29

3) Persiapan alat: Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana


proses persalinan akan berlangsung. Ruangan harus memiliki
pencahayaan/ penerangan yang cukup. Ibu dapat menjalani
persalinan ditempat tidur yang bersih. Ruangan harus hangat dan
terhalang dari tiupan angina secara langsung. Pastikan bahwa
semua perlengkapan untuk menolong persalinan, menjahit laserasi
atau luka episiotomi dan resusitasi bayi baru lahir. Semua
perlengkapan dan bahan harus dalam keadaan steril.
b. Hasil: Penolong telah mempersiapkan alat perlindungan diri, alat telah
disiapkan, dan lingkungan untuk kelahiran bayi telah dipersiapkan.
7. Memantau kemajuan persalinan berupa his, DJJ, pengeluaran per vaginam,
dan lama persalinan dalam partograf kala I fase aktif.
a. Rasionalisasi
Setelah memasuki kala I fase aktif pemantauan dilakukan menggunakan
lembar partograf.
Partograf adalah lembaran observasi untuk memantau kemajuan
persalinan. Tujuan utama dan penggunaan partograf adalah :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama.
Partograf harus digunakan :
1) Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal
maupun yang disertai dengan penyulitan.
2) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah sakit, klinik
bidan dan lain-lain).
3) Semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran dicatat secara rutin ke dalam
partograf.
Semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat ke dalam
partograf. Diantaranya (Depkes RI, 2009):
1) Denyut jantung janin: setiap ½ jam.
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam.
30

3) Nadi: setiap ½ jam.


4) Pembukaan serviks: setiap 4 jam. Penurunan : setiap 4 jam.
5) Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam.
6) Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam.
b. Hasil :Keadaan ibu terpantau dalam lembar partograf.
CATATAN PERKEMBANGAN I (KALA II)

Tanggal : 27 Maret 2022


Jam : 13.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan kencang kencang semakin sering, perut bagian bawah semakin
nyeri, dan rasa ingin buang air besar.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compose mentis
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 116/72 mmHg
Pernafasan : 22 kali/menit
Nadi : 93 kali/menit
Suhu : 36,80 C
3. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen:
His 5 kali / 10 menit, durasi 45 detik. Intensitas kuat. DJJ 144 kali/ menit,
irama teratur.
b. Kandung kemih kosong.
c. Genetalia:
Perineum menonjol dan elastis, vulva dan anus membuka serta ada
pengeluaran lender darah dan air ketuban
4. Pemeriksaan dalam (15 September 2021, 13.00 WIB)
Pembukaan 10 cm (lengkap), eff 100%, presentasi kepala, UUK kiri depan,
hodge II, ketuban jernih (-)
31

C. ANALISA DATA
G2P1A0 usia kehamilan 41 minggu Inpartu Kala II dengan kehamilan lebih bulan
(postdate)
32

D. PENATALAKSANAAN (27 Maret 2022, 13.01 WIB)


1. Memastikan tanda persalinan kala II.
a. Rasionalisasi: Untuk memastikan ibu memang sudah siap untuk
dipimpin meneran atau mengedan.
b. Hasil: Sudah tampak dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum
menonjol, dan vulva membuka.
2. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah dalam
pembukaan lengkap dan bersiap untuk mengejan.
a. Rasionalisasi:Agar ibu mengetahui kondisinya dan bayi dalam
kandungannya serta ibu mengetahui bahwa sudah memasuki proses
pengeluaran bayi.
b. Hasil : Ibu mengetahui kondisinya dan mempersiapkan untuk mengejan
3. Memeriksa lagi alat partus steril, dan menyiapkan diri dengan memakai
APD.
a. Rasionalisasi :Alat partus harus siap agar proses persalinan lancar dan
menyiapkan diri dengan memakai APD untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuh dari paparan darah, semua jenis cairan tubuh dan lainnya.
b. Hasil : Alat partus sudah lengkap dan APD sudah dipakai
4. Mengatur posisi ibu yang membuat ibu merasa nyaman.
a. Rasionalisasi :Posisi yang dirasakan paling nyaman membuat ibu lebih
rileks dan memudahkan proses persalinan.
b. Hasil : Ibu mengambil posisi dorsal recumbent
5. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar.
1) Menutup mulut, jangan mengeluarkan suara agar tidak kelelahan
2) Meletakkan kedua tangan ibu di paha dan tarik paha ibu jika terasa sakit
3) Mengangkat kepala, tempelkan dagu ke dada sambil melihat perut ibu.
4) Mengedan seperti BAB keras.
5) Melarang ibu mengangkat bokong saat mengedan.
a. Rasionalisasi: Mengedan akan membantu otot rahim mendorong bayi
menuju jalan lahir. Kemampuan seorang ibu untuk mengedan dengan
benar akan menentukan keadaan bayi yang dilahirkan.
b. Hasil :Ibu siap untuk meneran jika ada kontraksi dengan baik.
6. Memimpin meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat dan spontan
untuk meneran serta tampak kepala 3-4 cm di depan vulva.
a. Rasionalisasi: Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit
33

bernapas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan


risiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan oksigen
melalui plasenta.
b. Hasil :Ibu dapat mengikuti dan kooperatif.
7. Melakukan stenan pada saat kepala janin sudah terlihat pada vulva dengan
diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan tangan kanan dilapisi kain dan
satu tangan menahan defleksi kepala.
a. Rasionalisasi : Pada saat melakukan manajemen aktif kala II tujuan
tangan kanan diletakkan diperinium adalah untuk menahan agar tidak
terjadi rupture yang spontan pada perineum, dan tangan kiri menahan
defleksi kepala terlalu cepat
b. Hasil :Sudah dilakukan prasat stenan APN 60 langkah.
8. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janindan tunggu kepala
melakukan putaran paksi luar.
a. Rasionalisasi :Mengecek lilitan tali pusat sangat penting dilakukan
karena pada bayi yang terdapat lilitan tali pusat sulit untuk dilahirkan,
sebab dapat mempengaruhi penurunan janin dan kemungkinan terjadi
asfiksia karena lilitan tali pusat yang erat pada leher bayi dapat
mempengaruhi pernafasan bayi.
b. Hasil :Terdapat lilitan tali pusat pada leher janin dan kepala janin
9. Melonggarkan lilitan tali pusat pada kepala bayi dan dilepaskan secara
perlahan dan hati-hati
a. Rasionalisasi :Melonggarkan kemudian melepaskan lilitan tali pusat
sangat penting dilakukan karena pada bayi untuk dilahirkan, sebab dapat
mempengaruhi penurunan janin dan kemungkinan terjadi asfiksia karena
lilitan tali pusat yang erat pada leher bayi dapat mempengaruhi
pernafasan bayi.
b. Hasil :Lilitan tali pusat pada leher janin sudah terlepas dan kepala janin
selesai melakukan putaran paksi luar.
10. Memegang kepala bayi secara biparental menarik lembut kearah bawah dan
luar untuk melahirkan bahu lalu setelah bahu lahir, melakukan sanggah susur
melahirkan badan dan tungkai.
a. Rasionalisasi :Melahirkan bahu bayi secara biparental untuk melahirkan
bahu bayi dan Melahirkan badan dan tungkai dengan cara sanggah susur
bertujuan untuk mengendalikan kelahiran siku, tangan, badan dan tungkai
34

bayi saat melewati perineum agar tidak terjadi rupture yang berlebihan
b. Hasil :Bahu depan, bahu belakang lahir dan badan lahir dengan
terkendali, bayi lahir spontan pukul 11.35 WIB.
11. Melakukan penilaian selintas seperti apakah bayi segera menangis, bergerak
aktif dan warna kulit kemerahan.
a. Rasionalisasi : Bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi kelainan dan
dapat mengetahui tindakan segera yang harus dilakukan untuk
menyelamatkan bayi
b. Hasil : Bayi menangis merintih, kulit kemerahan dan gerak lemah.
12. Mengevaluasi lama persalinan dan jumlah perdarahan.
a. Rasionalisasi : Untuk mengetahui apakah ada komplikasi yang terjadi
selama persalinan
b. Hasil :Jumlah pengeluaran darah ±70cc.
35

CATATAN PERKEMBANGAN II (KALA III)

Tanggal : 27 Maret 2022


Jam : 13.36 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sedikit cemas karena bayinya lahir suara tangisan bayi lemah
dan perutnya masih merasa mules

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
2. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen :Kandung kemih kosong, TFU setinggi pusat, tidak ada janin
kedua
b. Genetalia : Semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang, plasenta
belum lahir.
c. Perdarahan ± 70cc

C. ANALISA DATA
P1A1usia kehamilan 41 minggu Inpartu Kala III

D. PENATALAKSANAAN (27 Maret 2022, 13.37 WIB)


1. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntikan oksitosin 10 unit secara intra
muscular 1/3 paha luar.
a. Rasionalisasi : Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi
denagn kuat dan efektif sehingga dapat memantu pelepasan plasenta dan
mengurangi kehilangan darah
b. Hasil: oksitosin sudah disuntikan 1 menit sesudah bayi lahir.
2. Melahirkan plasenta, yaitu :
1) Memindahkan klem penjepit pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
2) Meletakkan satu tangan diatas perut ibu, ditepi ujung sympisis untuk
mendeteksi, sedangkan tangan lain menegangkan tali pusat.
36

3) Saat uterus berkontraksi menegangkan tali pusat kearah bawah sambil


tangan lain dorso cranial secara hati-hati.
4) Melihat tanda-tanda plasenta lepas seperti semburan darah, tali pusat
memanjang, uterus membundar.
5) Menunggu timbulnya kontraksi lalu melakukan peregangan tali pusat
6) Saat plasenta plasenta lahir berada didepan vulva, melahirkan plasenta
dengan kedua tangan mencekap plasenta kemudian putar plasenta searah
jarum jam hingga selaput ketuban terpilin (simpun)
a. Rasionalisasi : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah
avulsi, serta peregangan tali pusat secara perlahan untuk mebantu lahirnya
plasenta, dan satu tangan mendorong uterus ke arah dorso kranial untuk
mencegah terjadinya inversio uteri
b. Hasil : Tali pusat ditegangkan sambil tangan yang satunya dorso kranial,
plasenta lahir lengkap beserta selaputnya pukul 11.42 WIB
3. Melakukan massage pada fundus uteri secara searah.
a. Rasionalisasi : Massase uterus untuk memastikan uterus tetap
berkontraksi sehingga tidak terjadi perdarahan
b. Hasil: kontraksi uterus baik, fundus teraba keras, TFU 2 jari dibawah
pusat.
4. Mengevaluasi lama persalinan dan jumlah perdarahan.
a. Rasionalisasi: untuk mengetahui apakah ada komplikasi saat melahirkan
plasenta dan memastikan perdarahan pervaginam normal.
b. Hasil: lama persalinan kala III 5 menit, jumlah pengeluaran darah ±50cc.
37

CATATAN PERKEMBANGAN III (KALA IV)

Tanggal : 27 Maret 2022


Jam : 13.43 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan lelah, tetapi senang karena bayi dan ari-arinya telah lahir

B. DATA OBJEKTIF
2. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compose mentis
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 102/65mmHg
Pernafasan : 22 kali/menit
Nadi : 83 kali/menit
Suhu : 36,7oC
3. Pemeriksaan fisik
- Abdomen : Berkontraksi, TFU 1 jari dibawah pusat, dan kandung kemih
kosong
- Genetalia : Pengeluaran darah normal, lokea rubra, terdapat laserasi
jalan lahir grade II

C. ANALISA DATA
P1A1 Partus Kala IV

D. PENATALAKSANAAN (15 September 2021, 13.45 WIB)


1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa terdapat laserasi pada jalan lahir.
a. Rasionalisasi : agar ibu mengetahui kondisi kesehatannya
b. Hasil : Telah dilakukan penjahitan pada robekan perineum ibu
menggunakan benang chromic dan teknik penjahitan jelujur pada jaringan
otot, dan teknik subkutis pada jaringan kulit.
2. Membersihkan ibu dari sisa-sisa air ketuban, lendir, dan darah serta
memasang popok serta mengganti pakaian ibu dengan pakaian yang bersih
dan kering.
38

a. Rasionalisasi : agar ibu merasa nyaman jika dalam keadaan bersih dan
lingkungan yang bersih.
b. Hasil : ibu sudah dibersihkan dan diganti pakaiannya.
3. Mendekontaminasi tempat persalinan dan semua peralatan partus bekas pakai
dengan larutan klorin
a. Rasionalisasi: Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah penyebaran
infeksi melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda, sehingga
dapat melindungi petugas atau pasien (Ernaliyawati, 2007).
b. Hasil: tempat persalinan dan semua peralatan sudah didekontaminasi
4. Membuang semua bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
a. Rasionalisasi : agar mencegah infeksi nosocomial baik kepada klien
maupun petugas kesehatan.
b. Hasil : bahan-bahan telah dibuang sesuai jenis sampah.
5. Menganjurkan ibu cara masase uterus yaitu dengan telapak tangan pada perut
ibu dengan gerakan melingkar hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi
keras).
a. Rasionalisasi : Masase uterus untuk memastikan uterus tetap berkontraksi
sehingga tidak terjadi perdarahan
b. Hasil : Ibu mengerti cara masase uterus dan fundus teraba keras
6. Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan.
a. Rasionalisasi : pemenuhan makan dan minum perlu karena setelah
melahirkan energi banyak yang terpakai.
b. Hasil : ibu bersedia untuk makan makanan yang telah disediakan dan
minum segelas teh hangat.
7. Mengobservasi tanda-tanda vital, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1
jam kedua.
a. Rasionalisasi : Pemantauan 2 jam pasca persalinan sangat penting sebab
sebagian besar kesakitan dan kematian disebabkan oleh perdarahan dan
eklamsia serta infeksi sehingga perlu dipantau ketat
39

b. Hasil:
Darah
Tekanan Tinggi
Jam Nadi Suhu Kontraksi Kandung yang
Waktu darah / Fundus
ke- x/mnt ◦C uterus kemih keluar
mmHg Uteri
.... cc
36,7◦ 1 jari bawah
14.00 112/68 87 x Keras Kosong -
C pusat
114/70 1 jari bawah
14.15 93 x Keras Kosong 5 cc
pusat
1
119/74 2 jari bawah
14.30 98 x Keras Penuh 5 cc
pusat
109/71 2 jari bawah
14.45 85 x Keras Kosong 10 cc
pusat
113/77 36,8◦ 2 jari bawah
15.15 78 x Keras Kosong 20cc
C pusat
2
122/76 2 jari bawah
15.45 86 x Keras Penuh 25 cc
pusat
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan


kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan dan memahami penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny. L,
Maka pada bab ini penulis akan membahas mengenai asuhan kebidanan yang telah
diberikan pada Ny. L.
Berdasarkan pengkajian data yang telah dilakukan, didapatkan data subjektif
bahwa ini kehamilan pertama dan belum pernah keguguran. Ibu mengatakan gerakan
janin aktif. ibu merasakan gerakan janin diperut bagian bawah. HPHT: 13 Juni 2021.
Taksiran persalinan tanggal : 20 Maret 2022. Saat datang Ny. L mengeluh
kehamilannya sudah lebih bulan, merasakan kenceng-kenceng tetapi masih jarang.
Setelah mengetahui data subjektif, penulis melakukan pengkajian data objektif.
Pada pengkajian Ny. L didapatkan data objektif yaitu tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik ibu dalam keadaan normal. Kemudian berdasarkan keluhan yang
ibu rasakan, penulis memeriksa his yakni 2x10’x25’’ dan melakukan pemeriksaan
dalam dan didapatkan hasil sebagai berikut VT : Ø 2 cm, ketuban utuh, bagian
terbawah kepala, penurunan bagian terbawah janin di Hodge II.
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu
sedang memasuki masa inpartu. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Manuaba tahun 2010 yakni tanda-tanda inpartu antara lain rasa nyeri oleh adanya his
yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang
lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, ketuban pecah dengan
sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan telah ada pembukaan.
Pemeriksaan abdomen yakni pemeriksaan leopold dilakukan guna memberikan
penegakan diagnosa. Berikut ini hasil pemeriksaan leopold yang telah dilakukan :
Abdomen : TFU 3 jari dibawah proxesus xipoideus, 30 cm.
Leopold 1 : Teraba bulat, lunak dan tidak melenting
Leoplod 2 : Bagian kiri teraba keras, memanjang terdapat tahanan. Bagian kanan
teraba bagian kecil janin.
Leopold 3: pada perut ibu bagian bawah teraba bulat, keras, melenting dan kepala
tidak dapat digoyangkan.
Leopold 4: divergen

40
41

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut bagian janin yang teraba di fundus


merupakan bagian bulat, lunak dan tidak melenting, hal ini menunjukan bahwa posisi
janin normal dan dapat bersalin pervaginam, kemudian hal ini juga didukung dari
hasil anamnesis yang mengatakan bahwa ibu merasakan gerakan janin diperut bagian
bawah serta hasil pemeriksaan dalam yang menyatakan bahwa teraba ubun ubun kecil
pada bagian terbawah janin sehingga dapat dikatakan bahwa presentasi janin adalah
presentasi kepala.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada Ny. L adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 12.6 12.3-15.3 g/dl
Goldar B+
GDS 115 70-150 mg/100ml
Protein Urine Negatif Negatif
HbsAg (ECLIA) Non Reaktif Non Reaktif
HIV (PITC) Negatif Negatif
Swab Antigen Non Reaktif Non Reaktif
Sehingga penegakan diagnosa pada Ny. L adalah Ny. L 24 tahun G 2P0A1 hamil
41 minggu 1 hari inpartu kala I fase laten dengan kehamilan lebih bulan (postdate).
Kala I persalinan pada Ny. L berlangsung selama ± 18 jam dihitung sejak ibu datang.
Pada kala I diberikan asuhan sayang ibu yaitu dengan memberikan dukungan mental,
menganjurkan ibu untuk makan dan minum. Menurut Depkes (2008) bahwa asuhan
sayang ibu ini untuk memperlancar proses persalinan. Kemudian mengobservasi
keadaan ibu, janin dan kemajuan persalinan dalam partograf. Tak hanya itu, pada kala
I juga dilakukan observasi lama kala I dan pengeluaran pervaginam, hal ini untuk
menilai apakah perdarahan fisiologis atau tidak.
Kala II pada Ny. L berlangsung selama 35 menit sejak pukul 11.00 WIB sampai
dengan bayi lahir pukul 11.35 WIB, sesuai dengan teori Akbar (2017) untuk multi
kala II berlangsung selama 30 menit bahkan kurang dari itu. Asuhan segera yang
dilakukan pada bayi baru lahir diantara lain yaitu menilai APGAR skor, pemotongan
tali pusat dan menjaga suhu tubuh bayi. Setelah dilakukan pemotongan tali pusat,
bayi langsung menangis, kemudian melakukan asuhan pada bayi dengan menjaga
kehangatan, menghisap lendir, dan mengeringkan bayi.
Pada Kala III Ny. L, dilakukan palpasi abdominal untuk memastikan tidak
adanya janin kedua. Ny. L mengatakan perutnya mules yang menandakan adanya
kontraksi uterus, sehingga dilakukan manajemen aktif kala III dengan cara pemberian
42

oksitosin 10 IU secara IM, melakukan peregangan tali pusat terkendali, serta


melakukan massage fundus uteri. Hal ini dibenarkan dengan teori Prawirohardjo
(2010) yang menyatakan bahwa kala III persalinan dimulai dari lahirnya janin sampai
pelepasan dan pengeluaran plasenta. Plasenta lahir pukul 11.42 WIB, proses
pengeluaran plasenta berlangsung 6 menit setelah bayi lahir. Hal ini sudah sesuai
dengan teori Mochtar (2012) yang menyatakan bahwa proses pengeluaran plasenta
berlangsung selama 5-30 menit setelah bayi lahir.
Kemudian dilakukan pemeriksaan plasenta dengan memerhatikan jumlah
kotiledon, permukaan plasenta, dan selaput. Pada plasenta Ny. L lahir lengkap dan
dilakukan observasi dalam untuk mengeluarkan sisa plasenta atau stosel yang
tertinggal, dan tetap melakukan observasi jumlah pengeluaran darah pervaginam
dimana pengeluaran darah Ny. L pada kala III yaitu ± 75 ml. Segera setelah plasenta
lahir dilakukan masase fundus uteri untuk menjaga kontraksi uterus tetap baik.
Pada kala IV, didapatkan data bahwa TTV Ny. SW dalam batas normal yaitu,
tekanan darah 102/65 mmHg, pernafasan 22 kali/ menit, nadi 83 kali/menit dengan
suhu 36,7oC. Terdapat pengeluaran darah pervaginam dimana pengeluaran darah Ny.
L pada kala IV yaitu ± 85 ml. Terdapat laserasi derajat II di mukosa vagina, otot
perineum, kulit perineum. Sehingga dilakukan penjahitan bagian dalam dengan
jelujur dan kulit dengan subkutis. Ibu mengeluh kelelahan dan diberikan asuhan
sayang ibu berupa pemenuhan nutrisi yang dilakukan suami ibu, menurut buku
Asuhan Persalinan Normal, 2011 menjelaskan bahwa tidak dipungkiri pada ibu
melahirkan membutuhkan tenaga dan kebutuhan nutrisi yang banyak.
Total pengeluaran darah dari proses kala I sampai dengan kala IV yang dialami
Ny. L sebanyak ± 200 ml. Penghitungan ini didapatkan dari banyaknya darah yang
ada di kain (underpad) dan perkiraan dari bidan. Hal ini sesuai dengan teori
Prawirohardjo (2010) yang menyatakan bahwa jumlah perkiraan pengeluaran darah
normal tidak melebihi 500 cc dan apabila pengeluaran darah ≥ dari 500 cc maka
dikatakan abnormal.
Pemantauan dan evaluasi berupa kontraksi ibu baik dilihat dari saat meraba
uterus terasa keras. Penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai
jumlah kehilangan darah ibu selama kala IV melalui tanda vital, jumlah darah yang
keluar dan kontraksi uterus (Depkes, 2008).Pemantauan selama dua jam pertama
post-partum sangat penting, meliputi vital sign, perdarahan, lochea, eliminasi, dan
kontrasksiyang dilakuakan selama 2 jam 4 kali setiap 15 menit dan 2 kali setiap 30
menit (Asri D, Clervo CP, 2012).
43

Pada penelitian yang dilakukan Rezaie, Masomeh dkk (2016) yang berjudul
Comparison of Vaginal and Oral Doses of Misoprostol for Labour Induction in Post-
Term Pregnancies didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang significant
pemberian misoprostol per oral, misoprostol per vaginal dan oxytocin dalam induksi
persalinan (p = 0.66.) Cesarean section frequency of vaginal misoprostol group, 100
µg, oral and 50 µg oral were 25%, 10%, and 15% respectively (p = 0.24).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian kasus Ny. L usia 24 tahun G2P0A1 usia kehamilan
41 minggu 1 hari dengan kehamilan lewat bulan (postdate) di RSUD Simo dapat
ditarik kesimpulan :
1. Pada pengkajian data subyektif ibu mengatakan kehamilan sudah lewat bulan
dan kenceng-kenceng yang masih jarang dengan intensitas rendah.
2. Pada pengkajian data obyektif didapatkan hasil pemerikaan fisik dan TTV
dalam ibu mengalami kehamilan lewat bulan (postdate)
3. Berdasarkan data subyektif dan obyektif didapatkan diagnose Ny. L usia 23
tahun G2P0A1 usia kehamilan 41 minggu 1 hari Inpartu Kala I Fase Laten
dengan kehamilan lebih bulan (postdate)
4. Berdasarkan kasus Ny. L perencanaan dibuat berdasarkan tahapan persalinan
dan masalah yang dirasakan ibu dimana perencanaan dibuat untuk
memberikan asuhan kepada ibu bersalin sesuai dengan masalahnya.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Untuk lebih menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan komplikasi
maternal dan neonatal secara langsung sehingga dapat digunakan sebagai
berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan dengan komplikasi maternal dan neonatal.
3. Bagi Instansi Kesehatan
Agar dapat menjadi gambaran bagi instansi kesehatan dlam rangka
meningkatkan kuaitas pelayanan kesehatan dan pelaksanaan asuhan kebidanan
pada kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
4. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien dan keluarga mengetahui dan memahami proses persalinan dengan
komplikasi serta masalah pada persalinan.

43

Anda mungkin juga menyukai