Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. Z NIFAS HARI KE-6 DENGAN PUTING SUSU
LECET DI PMB URFIATUL JANAH TAHUN 2021

Oleh :

URFIATUL JANAH

NIM : 200701119

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ABDI NUSANTARA JAKARTA

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.Z NIFAS HARI KE-6 DENGAN PUTING SUSU
LECET DI PMB URFIATUL JANAH TAHUN 2021

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I
(Tanda Tangan)

(Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS)


NIDN 03-09067403
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Hari Ke-6 Dengan Puting Susu Lecet Di PMB Suhernah
Tahun 2021” Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :

1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta, Sekaligus Pembimbing kelompok 1 banyak memberikan masukan,
pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan laporan penulis.
3. Ibu Maryani.M.Keb. Kaprodi Profesi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta.

4. Teman teman seperjuangan, serta keluarga besar yang selalu mendoakan, memotivasi
dan membantu dengan tulus dan ikhlas. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan
khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua.

Serang, 20 Mei 2021


DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Persetujuan

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Manfaat Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN Umum Masa Nifas

1. Definisi Masa Nifas

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

3.Tahapan Masa Nifas

4. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas

5. Perubahan Psikologis Masa Nifas

6. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas

7. Perawatan Masa Nifas

8. Asuhan Kunjungan Nifas

9. Penatalaksanaan Masa Nifas

B. Puting Susu Lecet

1. Pengertian Puting Susu Lecet

2. Penyebab Puting Susu Lecet


3. Tanda Gejala Puting Susu Lecet

4. Penanganan Puting Susu Lecet

5. Pencegahan Puting Susu Lecet

C. Undang-Undang yang Berkaitan Dengan Wewenang Bidan

BAB III Tinjauan Kasus

BAB IV Pembahasan

BAB V Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui adalah dasar kehidupan menurut menteri kesehatan nila Farid
Moeloek pada puncak peringatan pekan ASI sedunia di indonesia yang telah digelar
sejak pertama bulan agustus 2018 pada peringatan kali ini. Organisasi kesehatan
Dunia (WHO) mengambil tema“Breastfeeding Foundation Of Life“ sebagai bentuk
keperhatinan atas rendahnya angka pemberian ASI ekslusif pada bayi.
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikanmakanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
sehat. Selain itu,mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang unik terhadap
kesehatan ibu danbayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu
melindungi bayiterhadap penyakit. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat
berjalan dengannormal, tidak sedikit ibu-ibu mengeluh seperti adanya pembengkakan
payudaraakibat penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI tidak lancar atau
pengisapan oleh bayi. Pembengkakan ini akan mengakibatkan rasa nyeri pada ibu
bahkan tidak jarangibu merasa demam, oleh karena itu para ibu dianjurkan untuk
melakukan perawatanpayudara agar tidak terjadi komplikasi seperti bendungan ASI
dan puting susu lecet (Heryani, 2012).
Data kementrian kesehatan mencatat, angka inisiasi menyusui dini (IMD). Di
indonesia meningkat dari 51,8 % pada 2016 menjadi 57,8 % pada 2017 kendati
meningkat, angka itu disebut masih jauh dari target sebesar 90% . Manfaat menyusui
yang besar bagi ibu dan bayi.Angka ASI eksklusif dari 29,5 % pada 2016 menjadi
35,7 % pada 2017. Angka ini juga terbilang sangat kecil jika mengingat pentingnya
peran ASI bagikehidupan anak (Depkes RI, 2017). Masalah menyusui ada beberapa
macam, seperti puting susu lecet, payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, radang
payudara. Puting susu lecet sering terjadi pada ibu menyusui dan sering diakibatkan
oleh teknik menyusui yang salah. Puting susu yang lecet sering membuat ibu
menyusui malas untuk menyusui karena ibu merasakan sakit saat menyusui,
kemudian hal itu dapat menyebabkan radang payudara hingga abses payudara. Hal
tersebut menjadi salah satu penyebab sering terjadi dalam kegagalan ASI eksklusif
(Sukarni, 2015). Organisasi Kesehatan Dunia WHO (Word Health Organitation)
memperkirakan insiden mastitis pada ibu menyusui sekitar 2,6% - 33% dan prevalensi
global adalah sekitar 10%. Data masalah menyusui pada tahun 2012 di Indonesia
menunjukkan 22,5% mengalami puting susu lecet, 42% ibu mengalami bendungan
ASI, 18% ibu mengalami air susu tersumbat, 11% mengalami mastitis dan 6,5% ibu
mengalami abses payudara yang disebabkan oleh kesalahan ibu dalam menyusui
bayinya (WHO, 2012).
Berdasarkan laporan dari survei Demografi dan kesehatan di indonesia (SDKI,
2013) di usia 25 tahun sepertiga wanita di dunia (38%) didapati tidak menyusui
bayinya karena terjadi pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI
esklusif mencapai 32,3 % ibu yang memberikan ASI esklusif pada anak. Survei
Demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2010-2012 menujukkan bahwa 55
% ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet , kemungkinana hal
tersebut disebabkan karena kurang nya perawatan payudara selama kehamilan. ASI
esklusif diberikan selama 6 bulan dengan menerapkan halhal berikut inisiasi
menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi, ASI esklusif diberikan pada bayi
hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman, ASI diberikan secara on-
demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap malam ASI diberikan tidak
menggunakan botol, cangkir, maupun dot (SDKI, 2013).
Puting susu terasa nyeri bila tidak di tangani dengan benar akan menjadi lecet.
umum nya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah.
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula
disebabkan oleh thrush candidat atau dermatitis dan juga akibat dari pemakaian sabun,
alkohol, krim, dan lainlain untuk mencari puting susu (Wulandari, 2016).
Puting susu lecet sering terjadi pada ibu menyusui dan sering diakibatkan oleh
teknik menyusui yang salah. Masalah-masalah dalam menyusui seperti puting susu
lecet dapat menimbulkan gangguan dalam proses menyusui sehingga pemberian ASI
tidak adekuat, pemberian ASI yang tidak adekuat akan mengakibatkanpayudara
bengkak, saluran ASI tersumbat, radang payudara hingga kejadian mastitis. Puting
susu lecet yang lecet sering membuat ibu menyusui malas untuk menyusui bayinya
karena ibu merasakan sakit saat menyusui, kemudian hal itu menyebabkan radang
payudara hingga abses payudara, hal tersebut menjadi salah satu penyebab yang
sering terjadi dalam kegagalan pemberian ASI ekslusif (Manuaba IBG, 2011).
Peran bidan sangat penting dalam dalam memberikan asuhan kebidanan pada
masa nifas untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis ibu. Pelaksanaan
perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi
dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari. Perawatan payudara yang dilakukan meliputi
pengurutan payudara, pengosongan payudara, pengompresan payudara, dan
perawatan puting susu (Norazizah, 2013).
Berdasarkan uraian diatas angka kejadian puting susu lecet pada masa nifas
masih cukup tinggi terutama pada ibu primigravida dan menjadi salah satu penyebab
kegagalan dalam pemberian ASI ekslusif. Apabila puting susu lecet pada ibu nifas
tidak ditangani maka ditakukan akan terjadi komplikasi pada masa nifas dan nutrisi
bayi tidak terpenuhi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil tentang
“Asuhan Kebidanan Pada Ny.Z Nifas 6 Hari Di PM Urfiatul Janah Tahun 2021”

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa perjalanan kasus mulai dari melakukan
pengkajian, mendiagnosa, dan melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan
kondisi pasien, dan dibandingkan teori yang berkaitan dengan Kasus Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas Hari Ke-6 Dengan Puting Susu
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiwa mampu melakukan pengkajian berdasarkan fakta yang
didapatkan dan dibandingkan teori tentang Kasus Asuhan Kebidanan
pada Ibu Nifas Hari Ke-6 Dengan Puting Susu
b. Mahaiswa mampu : 1) menegakkan mendignosa dan menentukan
masalah 2) membuat diagnosa dan masalah potensial 3) melakukan
tindakan segera jika di butuhkan pada kasus ibu nifas
c. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai diagnosis
dan masalah yang didapatkan pada ibu nifas.
d. Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadadap asuhan yang telah
diberikan pada ibu nifas.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menjadi salah satu bahan pembelajaran dan sumber informasi dalam
memberikan Kasus Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Hari Ke-6 Dengan
Puting Susu lecet
2. Bagi PMB
Diharapkan mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan anemia ringan dengan baik dan benar, dan dapat memberikan
informasi yang sesuai dengan asuhannya.

3. Bagi Pasien
Dapat menambah wawasan/informasi sesuai dengan asuhan yang
diberikan oleh bidan dan mendapatkan pelayanan yang optimal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Masa Nifas


1. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran bayi, plasenta serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari). Masa nifas (puerperium),
berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan paraos yang artinya
melahirkan atau berart masa sesudah melahirkan. Masa nifas (puerperium)
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat
kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu
(Bahiyatun, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas
kira-kira berlangsung selama 6 minggu (Sarwono, 2006).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan
(Wiknjosastro, 2007).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas Tujuan perawatan masa
nifas adalah untuk menghindarkan/mendeteksi adanya kemungkinan
postpartum dan infeksi.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya Menjaga kesehatan ibu dan bayi
harus diberikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk
menjaga kebersihan seluruh tubuh. Sarankan iibu untuk mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi
sarankan ibu unuk tetap membersihkan luka laserasi tetapi tidak
menarik benang jahitan.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif Melaksanakan skrining
yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan
kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat.
e. Memberikan pendidikan laktasi dan perawatan payudara, yaitu sebagai
berikut :
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
2) Menggunakan bra yang menyokong payudara.
3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak
lecet.
4) Lakukan masase pada payudara dan pengompresan dengan air
hangat dan air dingin apabila bengkak dan terjadinya
bendungan ASI.
f. Memberikan konseling mengenai KB.

3. Tahapan Masa Nifas


a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,
misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam - 1 minggu) Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan
baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu - 5 minggu) Pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB (Saleha, 2019).
4. Perubahan-perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
a. Perubahan Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Perubahan-perubahan
normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:

Involusi uteri Tiggi Fundus Berat Uterus Diameter


Uteri Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 100 gram 12,5 cm
Plaenta lahir 2 jari dibawah 750 gram
pusat
7 hari (1 Pertengahan 500 gram 7,5 cm
minggu) pusat dan
simfisis
14 hari (2 Tidak teraba 350 gram 5 cm
minggu) diatas simfisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram 2,5 cm
8 minggu Normal 30 gram

b. Lochea
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperium (Varney, 2007).
Ada beberapa jenis lochea, yakni (Suherni, dkk, 2009) :
1) Lochea Rubra ( Cruenta) Lochea ini berisi darah segar dan sisa-
sisa selaput ketuban, sel-sel darah desidua (Desidua yakni
selaput tenar rahim dalam keadaan hamil), venix caseosa (yakni
palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda
dan sel-sel epitel yang mnyelimuti kulit janin), lanugo (yakni
bulu halus pada anak yang baru lahir), dan mekonium (yakni isi
usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan
air ketuban berwarna hijau).
2) Lochea Sanguinolenta Warnanya merah kuning berisi darah
dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea Serosa Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba Berwarna putih dan cairan ini tidak berdarah lagi,
pada hari ke 14-40 pasca persalinan.
Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
a) Lochea Purulenta: Ini terjadi karena infeksi, keluarnya
cairan seperti nanah berbau busuk.
b) Locheohosis: Lochea yang tidak lancar keluarnya.

c. Perubahan vagina dan perineum


1) Vagina Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul vugae
(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Perlukaan
vagina yang tidak berhubungan dengan perineum tidak sering
dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi
lebih sering terjadi akibat ekstrasi dengan cunam, terlebih
apabila kepala janin harus diputar, robekan terdapat pada
dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
2) Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati
pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dan pada
sirkumfarensia suboksipito bregmatika. Bila ada laserasi jalan
lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi
kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah
penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni, dkk, 2009).

d. Perubahan serviks dan segmen bawah rahim Segera setelah plasenta,


serviks dan segmen bawah rahim menjadi struktur yang tipis, kolaps
dan kendur. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan sebelum beberapa
hari mulut serviks mudah dimasuki oleh 2 jari, tetapi pada akhir
minggu pertama telah menjadi sedemikian sempitnya sehingga jari
sulit untuk masuk. Sewaktu serviks menyempit, serviks menebaldan
salurannya terbentuk kembali, tetapi masih ada tanda-tanda serviks
parut.
e. Rasa Sakit Yang disebut juga “after pains” (meriang atau mules-mules)
disebabkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu, mengenai hal ini dan
terlalu menggangu dapat diberikan obat-obatan anti sakit dan anti
mules.
f. Ligament-ligament Ligament fasia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan. Setelah bayi lahir, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum
rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan kebiasaan wanita
Indonesia melakukan “berkusuk” atau “berurut” dimana sewaktu
diurut, banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau
terbalik.Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan
dan senam pasca persalinan/senam nifas. Biasanya striae yang terjadi
pada saat akan kehamilan akan berkurang.
g. Perubahan sistem kardiovaskuler
Penurunan volume darah diasumsikan dengan kehilangan darah. Pada
saat persalinan volume plasma menurun 1000 ml karena kehilangan
darah dan diuresis. Setelah 3 hari volume darah meningkat 1200 ml
sebagai akibar cairan ekstra seluler ke intra seluler. Total volume darah
menurun 16% setelah persalinan. Perkiraan kehilangan darah dapat
dibandingkan setelah persalinan. Kehilangan darah 500 ml akan
menyebabkan pengurangan Hb 1%, nadi dan cardiac output meningkat
selama 1-2 jam post partum. Segera setelah melahirkan, cardiac output
meningkat 50-60 % dan menurun setelah 10 menit.
h. Perubahan pada sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
hemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur
dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam
waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau
gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain (Ambarwati, Erna,
2009).
i. Perubahan sistem perkemihan Saluran kencing kembali normal dalam
waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada:
1) keadaan/status sebelum persalinan
2) Lamanya partus kalla II yang dilalui
3) Bersarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan
(Suherni, dkk, 2009).
j. Payudara
Fisiologi dari produksi ASI masih belum sepenuhnya dimengerti.
Dipikirkan bahwa konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi
sebelum kehamilan menghambat produksi prolaktin, yang dibutuhkan
untuk laktasi. Hal ini menjelaskan mengapa seorang wanita tidak
memproduksi ASI sepanjang kehamilannya. Pada saat placenta lahir,
terjadi perubahan drastis yang mendadak pada kadar estrogen dan
progesteron. Keadaan ini membuat kelenjar hipofise anterior
memproduksi prolaktin. Produksi ASI juga dipengaruhi oleh hisapan
bayi yang dapat menyebabkan kenaikan atau kelanjutan dari pelepasan
prolaktin dari hipofise anterior. Seorang bayi akan menekan sinus
laktiferus sewaktu menghisap ASI. Hisapan ini akan mendorong air
susu melalui ductus laktiferus menuju tempat akhir, yaitu mulut bayi.
Aliran susu dan sinus laktiferus disebut let down dan dalam hal ini
dapat dirasakan oleh ibu.
k. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu badan Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh
mungkin naik sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan
disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai 38°C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya,
harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas.
2) Denyut nadi Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60
kali per menit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu
dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada
minggu pertama postpartum.
3) Tekanan darah Tekanan darah 30x per menit) mungkin karena
ikutan tandatanda syok (Suherni, dkk, 2009).

5. Perubahan psikologi ibu nifas


Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan
serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk
ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-
fase sebagai berikut (Suherni, dkk, 2009):
a. Fase taking in
Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari
pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai
akhir.
b. Fase taking hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan ketidakmampuan dan
tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat
sensitif mudah tersinggung dan gampang marah.
c. Fase letting go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

6. Deteksi Dini Komplikasi Nifas


a. Perdarahan Pervaginam: Adalah perdarahan yang lebih atau sama
dengan 500 cc per ml pasca salin dalam 24 jam setelah anak dan
placenta lahir.
b. Menurut Waktu Terjadinya Perdarahan Ada 2 Bagian:
1) Perdarahan pasca persalin primer (Early post partum
haemorraghic): Terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
2) Perdarahan pasca persalinan sekunder (Late post partum
haemorragic): Terjadi setelah 24 jam pertama post partum,
biasanya antara hari ke 5 – 15 hari post partum.

7. Perawatan Masa Nifas


a. Nutrisi Ibu nifas dianjurkan untuk:
1) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.
2) Mengkomsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari
pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500kalori/hari dan
tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah
tambahan dari kalori per harinya.
3) Mengkomsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A
dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI,
meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak (Suherni, dkk, 2009).

b. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada
kontraindikasi. Ambulasi ini akan meningkatkan sirkulasi dan
mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltik
dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan
konstipasi. Bidan harus menjelaskan kepada ibu tentang tujuan dan
manfaat ambulasi dini. Ambulasi ini dilakukan secara bertahap sesuai
kekuatan ibu. Terkadang ibu nifas engganuntuk banyak bergerak
karena merasa letih dan sakit. Jika keadaan tersebut tidak segera
diatasi, ibu akan terancam mengalami trombosis vena. Untuk
mencegah terjadinya trombosis vena, perlu dilakukan ambulasi dini
oleh ibu nifas. Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal,
biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan bantuan
orang lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu
ini, ibu harus diminta untuk melakukan latihan menarik napas dalam
serta latihan tungkai yang sederhana Dan harus duduk serta
mengayunkan tungkainya di tepi tempat tidur. Sebaiknya, ibu nifas
turun dan tempat tidur sediri mungkin setelah persalinan. Ambulasi
dini dapat mengurangi kejadian komplikasi kandung kemih, konstipasi,
trombosis vena puerperalis, dan emboli perinorthi. Di samping itu, ibu
merasa lebih sehat dan kuat serta dapat segera merawat bayinya. Ibu
harus didorong untuk berjalan dan tidak hanya duduk di tempat tidur.
Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena pada saat ini
biasanya ibu merasa pusing ketika pertama kali bangun setelah
melahirkan. (Bahiyatun, 2009).

c. Eliminasi
Ibu nifas hendaknya dapat berkemih spontan normal terjadi pada 8 jam
post partum. Anjurkan ibu berkemih 6-8 jam post partum dan setiap 4
jam setelahnya, karena kandung kemih yang penuh dapat mengganggu
kontaksi dan involusi uterus. Bila ibu mengalami sulit berkemih
sebaiknya dilakukan toiler training untuk BAB, jika ibu tidak bisa
BAB lebih dari 3 hari maka perlu diberi laksan/pencahar. BAB
tertunda 2-3 hari post partum dianggap fisiologis.

d. Istirahat
Ibu perlu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Ibu dapat berisitirahat atau tidur siang selagi bayi tidur, pentingnya
dukungan dari keluarga/suami. Bila istirahat kurang akan
mempengaruhi ibu: 1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi 2)
Memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi
dan diri sendiri 4) Kebersihan Diri/Personal Hygiene.

e. Sexual/Senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu
tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan sexual
kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan sexual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau
enam minggu setelah persalinan, keputusan bergantung pada pasangan
yang bersangkutan.

f. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurangkurangnya dua tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang
keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka
tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya
wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki (amenorhoe laktasi).
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan
kontrasepsi tetap lebih aman terutama bila ibu sudah haid lagi. Jika
pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk
bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada
yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan untuk mengetahui
apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
g. Latihan/Senam Nifas
Jelaskan pada ibu pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung. Jelaskan
bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu
seperti:
1) Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menatik otot
perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat
dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima, rileks dan
ulangi sebanyak 10 kali.
2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul
(latihan kegel).
3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot, pantat
dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi
latihan sebanyak 5 kali. Mulai dengan mengerjakan 5 kali
latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah
latihan 5 x lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan
ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

8. Asuhan Kunjungan Masa Nifas


Asuhan kunjungan masa nifas normal menurut (Ambarwati, Eny, 2009).
a. Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan 1) Mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2) Pemantauan keadaan
umum ibu. 3) Melakukan hubungan antara bayi dengan ibu (Bounding
Attachment). 4) Asi ekslusif.
b. Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan 1) Memastikan
involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal. 2) Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal. 3)
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup. 4) Memastikan ibu
mendapat makanan yang bergizi. 5) Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c. Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah persalinan 1) Memastikan
involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal. 2) Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal. 3)
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup. 4) Memastikan ibu
mendapat makanan yang bergizi. 5) Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
d. Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah persalinan 1) Menanyakan
kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu alami. 2) Memberi
konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-
tanda bahaya yang dialami ibu dan bayi.

9. Evidence Based Berdasarkan WHO recommendation on postnatal of the


mother and newborn, merekomendasikan beberapa evidence based antara lain:
a. Penatalaksanaan masa nifas
1) 24 jam pertama setelah lahir Semua wanita pasca melahirkan
harus memiliki penilaian rutin pendarahan vagina, kontrasepsi
uterus, tinggi fundus, sushu dan denyut jantung (nadi) secara
rutin selama 24 jam pertama dimulai dari jam pertama setelah
kelahiran. Tekanan darah harus diukur segera setelah lahir. Jika
normal, 66 pengukuran tekanan darah kedua harus diambil
dalam waktu enam jam. Kekosongan urin harus
didokumentasikan dalam waktu 6 jam.
2) Lebih dari 24 jam setelah lahir Pada setiap kontak pasca
kelahiran berikutnya, pertanyaan harus terus dilakukan tentang
kesejahteraan umum dan penilaian yang dibuat mengenai hal
berikut: mikturisi dan inkontinensia urine, fungsi usus,
penyembuhan luka perineum dan kebersihan perineum, nyeri
payudaram nyeri tekan uterus dan lochea. Menyusui kemajuan
harus dinilai pada setiap kontak pascakelahiran. Pada setiap
kontak pascakelahiran, perempuan harus ditanya tentang
kesejahteraan emosional mereka, dukungan keluarga dan sosial
apa yang mereka miliki dan strategi penanganan mereka yang
biasa untuk menangani masakah sehari-hari. Semua wanita dan
ekluarga/ pasangan mereka harus didorong untuk memberi tahu
profesional perawatan kesehatan mereka tentang perubahan
suasana hati, keadaan emosi dan perilaku yang berada diluar
pola normal wanita. Pada 10-14 hari setelah lahir, semua
wanita harus ditanya tentan resolusi depresi postpartum ringan
dan sementara (“blues ibu”). Jika gejala belum teratasi,
kesejateraan psikologis wanita harus terus dinilai untuk depresi
pascanatal, dan jika gejala menetap, dievaluasi. Peremuan harus
diamati untuk risiko, tanda dan gejala kekerasan dalam rumah
tangga. Perempuan harus diberi tahu siapa yang harus di
hubungi untuk meminta nasihat dan manajemen. Semua wanita
harus ditanya tentang kembalinya hubungan seksual dan
kemungkinan dispareunia sebagai bagian dari penilaian
kesejahteraan keseluruhan dua sampia enam minggu setelah
kelahiran. Jika ada masalah yang memprihatinkan pada kontak
pascakelahiran, wanita tersebut harus dikelola dan / atau
dirujuk sesuai dengan pedoman WHO lainnya.

b. Konseling Semua wanita harus diberikan informasi tenantng proses


pemulihan fisiologis setelah lahir, dan bahwa beberapa masalah
kesehatan umum terjadi, dengan saran untuk melaporkan masalah
kesehatan apa pun kepada profesional perawatan kesehatan,
khususnya:
1) Tanda dan gejala PPH: kehilangan darah mendadak dan banyak
atau terus menerus meningkatkan kehilanagn darah, pingsan,
pusing, palpitasi/takikardia.
2) Tanda dan gejala pre-eklampsia/eklampsia: sakit kepala disertai
dengan satu atau lebih gejala ganguan penglihatan, mual,
muntah, nyeri epigastrik atau hipokondria, merasa pingsan,
kejang (Dalam beberapah hari pertama setelah kelahiran).
3) Tanda dan gejala infeksi: demam, menggigil, sakit perut dan /
atau kehilangan vagian yang ofensif.
4) Tanda dan gejala tromboemboli: nyeri betis unilateral,
kemerahan atau pembengkakan, sesak nafas atau nyeri dada.
5) Perempuan harus diberi konseling tentang nutrisi
6) Perempuan harus diberi penyuluhan tentang kebersihan,
terutama mencuci tangan.
7) Perempuan harus diberi penyuluhan tentang jarak kelahiran dan
keluarga berencana. Pilihan kontrasepsi harus didiskusikan, dan
metode kontrasepsi harus disediakan jika diminta.
8) Perempuan harus diberi konselig tentang seks yang lebih aman
termasuk penggunaan kondom.
9) Didaerah endemik malaria, ibu dan bayi harus tidur fu bawah
kelambu berinsektisida.
10) Semua wanita harus didorong untuk memobillisasi sesegera
mungkin setelah kelahiran. Mereka harus didorong untuk
berolahrga ringan dan meluangkan waktu untuk beristirahat
selama periode pascanatal
c. Antibiotik profilaksis
Penggunaan antibiotik di antara wanit dengan persalinan per vaginam
dan robekan perineum tingkat ketiga atau keempat dianjurkan untuk
mencegah komplikasi luka. Untuk merekomendasikan penggunaan
antibiotik secara rutin pada semua wanita beresiko rendah dengan
persalinan pervaginam untuk pencegahan endometritis tidak ada bukti
yang cukup.
d. Pemberian suplementasi zat besi dan asam folat Suplementasi zat besi
dan asam folat harus diberikan setidaknya selama tiga bulan.
e. Senam nifas Senam nifas merupakan suatu latihan yang dapat
dilakukan 24 jam setelah melahirkan dengan gerakan yang telah
disesuaikan dengan kondjsj ibu-ibu setelah melahirkan yang bertujuan
untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot perut setelah
melahirkan. (Brayshaw, 2008).
1) Manfaat senam nifas Manfaat senam nifas secara umum
menurut Sukaryati dan Maryunani (2011), adalah sebagai
berikut:
a) Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul
yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya
bagian-bagian tersebut ke bentu normal.
b) Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi
longgar diakibatkan kehamilan dan persalinan, serta
mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut.
c) Menghasilkan manfaat psikologis yaitu menambah
kemampuan menghadapi stress dan bersantai sehingga
mengurangi depresi pasca persalinan. Senam nifas
dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan,
kemudia dilakukan secara teratur setiap hari.

B. Puting Susu Lecet


1. Pengertian Puting Susu Lecet
Masalah yang sering terjadi pada ibu nifas adalah puting susu lecet
sehingga bayi tidak menyusu sampai ke areola Bayi yang menyusu hanya pada
puting, maka bayi akan mendapatkan ASI sedikit karena gusi bayi tidak
menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan nyeri atau
lecet pada puting ibu . Puting susu yang lecet juga disebabkan oleh moniliasis
(infeksi yang disebabkan oleh monilia yang disebut candida) pada mulut bayi
yang menular pada puting susu, iritasi akibat membersihkan puting dengan
sabun, lotion, krim, alkohol, bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)
sehingga sulit menghisap sampai areola dan hanya sampai puting dan cara
menghentikan menyusu kurang hati-hati. Kebanyakan puting susu nyeri atau
lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui (Kristiyansari, 2011).
Puting susu lecet yaitu adanya rasa nyeri pada puting payudara, pecah-
pecah bila menyusui yang disebabkan karena cara menyusui atau perawatan
payudara yang kurang benar (Astutik, 2015).
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat
menyusui, selain itu dapat pula terjadi letak pembentukan celahcelah. Retakan
pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam (Marmi, 2015).
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani degan benar akan menjadi
lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan kadang-kadang mengeluarkan
darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyeusui yang salah,
tapi dapat pula disebabkan oleh trush (candidat) atau dermatitis (Walyani,
2015).

2. Penyebab Puting Susu Lecet


Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat
menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah.
Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Umumnya
ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan
berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu
benar, perasaan nyeri akan segera hilang. Puting susu terasa nyeri bila tidak
ditangani dengan benar dan akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan
menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat
disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh
thrush (candidates) atau dermatitis (Sulistyawati, 2011).
Menurut Saleha, 2016 penyebab lecet tersebut adalah sebagai berikut :
a. kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai aerola
tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusui pada puting susu,
maka bayi akan mendapat ASI sedikit, karena gusi bayi tidak menekan
pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya akan merasa nyeri /
kelecetan pada puting susu.
b. Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
c. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya
untuk mencuci puting susu.
d. Bayi dengan tali lidah yang pendek (Frenulum lingue), sehingga
menyebabkan bayi sulit mengisap sampai ke kalang payudara dan
isapannya hanya pada puting susu saja.
e. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui
dengan kurang hati-hati.

3. Tanda gejala
Menurut Sulistyawati, 2016 tanda dan gejala puting susu lecet:
a. Kulit akan merah
b. Berkilat
c. Kadang gatal
d. Terasa sakit yang menetap
e. Kulit kering bersisik (flaky)
4. Penanganan
Menurut Walyani, 2015 cara menengani puting susu lecet adalah dengan cara:
a. Cari penyebab puting susu lecet (posisi menyusui salah, candidates
atau dermatitis).
b. Obati penyebab puting susu lecet terutama perhatikan posisi menyusui.
c. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi.
d. Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu
sakit.
e. Olesi puting susu degan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali
memberikan obat lain, seperti cream, salep, dan lain-lain.
f. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1×24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam
waktu sekitar 2×24 jam.
g. Selama puting susu diistrahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan,dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
h. Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan dengan sabun.
i. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit
untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh.
j. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit degan tangan (jangan dengan
pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan
ASI.
k. Berikan ASI perah degan sendok atau gelas jangan menggunakan dot.
l. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan
waktu yang singkat.
m. Bila lecet tidak sembuh selama 1 minggu maka rujuk ke puskesmas.
5. Pencegahaan
Menurut Saleha, 2016 pencegahan puting susu lecet dapat dilakukan dengan
cara:
a. Tidak membersihkan puting dengan sabun, alkohol, krim, atau zat-zat
lainya.
b. Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi
selesai menyusi, tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi degan
menekan dagu atau degan memasukkan jari kelingking yang bersih
kemulut bayi.
c. Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusui sampai
payudara dan menggunakan kedua payudara

C. Undang-undang yang berkaitan dengan kewenangan bidan, antara lain:


Menurut Widia Astuti (2019) mengatakan Pasal 1 Undang-Undang RI Nomor
4 Tahun 2019 tentang kebidanan, selanjutnya di sebut Undang-Undang Kebidanan
menyatakan, bahwa Kebidanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan. kepada perempuan selama masa sebelum
hamil, masa kehamilan, persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir, bayi,
balita, dan anak prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
Menurut Kemenkes RI mengatakan Pada Pasal 46 Undang Undang Tahun
2019 Kebidanan disebutkan bahwa bidan memiliki kewenangan dalam
penyelenggaraan asuhan kebidanan. Adapun wewenang tersebut adalah :
1. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil; Masa sebelum
hamil di mulai dari remaja putri, calon pengantin, asuhan di berikan berupa
konseling, kesehatan reproduksi, pemberian imunisasi, pemberian tablet
tambah darah diberikan waktu haid, untuk mencegah anemia dalam persiapan
kehamilan untuk menjadi seorang ibu.
2. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal; kehamilan
adalah normal sebagai kodrat yang di berikan Yang Kuasa kepada wanita,
namun ada juga sebagian wanita takut menghadapi kehamilan, dengan segala
keraguan, ketakutan, apalagi zaman sekarang di mana intenet bisa di akses di
mana saja dan kapan saja , info- info mudah di dapat tapi tidak semuanya
benar, yang membuat calon ibu semakin takut dalam penghadapi
kehamilannya. Bidan sangat berperan di sini dalam mendampingi, memberi
konseling, asuhan, pembinaan yang bertujuan agar ibu dapat melewati
kehamilannya dengan sehat, selamat sampai persalinan, melahirkan bayi yang
sehat sebagai generasi penerus bangsa.
3. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal; Menghadapi persalinan menimbulkan rasa ke takutan
dalam diri ibu, apalagi bagi ibu yang melahirkan pertamakalinya, banyak ibu
ibu muda lebih memilih untuk melahirkan secara secio sesaria karena takut
sakit melahirkan normal, disinilah bidan berperan dalam masa kehamilan, agar
ibu menjalani persalinan normal dengan baik, tanpa rasa takut yang
berlebihan, karena sajatinya Allah telah menciptakan jalan lahir yang
sempurna, betapapun perlukaannya akan sembuh secara sempurna dalam
waktu 40 hari.
4. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas; Nifas adalah masa
pemulihan organ organ reproduksi setelah melahirkan, masa nifas di mulai
dari 2 jam setelah melahirkan sampai 40 hari setelahnya, masa ini merupakan
masa kritis bagi ibu dan bayi maka di perlukan perlu perhatian, mencakup
kesehatan ibu dan bayi, fisik dan psikologis, mencegah komplikasi yang
mungkin akan terjadi, merujuk bila ada komplikasi, mengajarkan ibu cara
menyusui bayi dengan benar, memberikan iminusasi pada bayi, melakukan
perawatan tali pusat sampai puput, dan menganjurkan ibu untuk memakai alat
kontrasepsi, sebelum masa nifas berakhir agar dapat mengatur jarak
kehamilan, karena jarak kehamilan yang terlalu dekat akan membahayakan
ibu, secara medis pulihnya sel darah merah ibu dengan sempurna 2 tahun
setelah melahirkan, sama dengan anjuran dalam agama islam untuk menyusui
sampai 2 tahun, menyusui akan menghambat proses matangnya sel telur
sehingga dapat menunda kehamilan.
5. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas,
dan rujukan; Pada kondisi gawat darurat bidan wajib memberikan pertolongan
pertama terlebih dahulu sebelum melakukan rujukkan, seperti memasang
infus, menstabilkan jalan nafas pada pasien dengan gangguan pernafasan.
6. Untuk mencegah kasus risiko, bidan melakukan deteksi dini pada saat
kehamilan, persalinan, masa nifas, dan pasca keguguran dengan tindak lanjut
rujukan.

Menurut IBI (2006) mengatakan Seorang bidan adalah apabila telah


menyelesaikan program pendidikan bidan yang berdasarkan kompetensi esensial ICM
(International Confederation of Midwives) untuk praktik kebidanan dasar dan
kerangka kerja standar global ICM (International Confederation of Midwives) untuk
pendidikan kebidanan dan diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut
serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan atau register dan atau memiliki izin
yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan dan memiliki gelar ‘bidan’ yang
melaksanakan praktik sesuai kompetensi. Selain itu, bidan bekerja sebagai tenaga
professional yang bertanggung jawab dan akuntabel menjadi mitra perempuan.
Menurut Manuaba (2014) mengatakan seorang bidan harus melalui beberapa
tahapan untuk menjadi seorang Bidan, diantaranya yaitu :
1. Bidan merupakan seorang wanita yang sudah lulus melalui pendidikan formal,
terdaftar di pemerintah serta mendapatkan kewenangan untuk melakukan
praktik mandiri.
2. Profesi bidan merupakan profesi yang tertua sejak dahulu.profesi bidan adalah
seorang wanita yang dipercayai dalam menolong persalinan seorang ibu,
mendampingi proses persalinan sampai ibu bisa merawat bayinya sendiri.
Bidan merupakan profesi yang melakukan pekerjaan sesuai dengan standar
praktek kesehatan dan kecakapan yang dimiliknya.
3. Seorang bidan dalam menjalankan profesinya harus memiliki tingkat
kesabaran yang tinggi, selain itu harus memiliki komunkasi yang efektif
karena berhadapan dengan orang yang sakit. Komunikasi membantu pasien
untuk mendapatkan informasi tentang penyekitnya.
4. Fenomena yang terjadi di masyarakat, masyarakat masih tetap ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan dari seorang bidan
walaupun bidan tidak boleh melakukan praktik pengobatan. Ini dikarenakan
pasien dari baru lahir sampai lanjut usia, laki-laki maupun perempuan,
sepanjang alur kehidupan dengan alasan kedekatan historis. Pelayanan ini
yang menjadikan bidan berada dalam dilema, tetap melayani di luar tugas dan
wewenang yang sudah ada atau menolak yang berakibat sosial. Sebagai
pemberi informasi dan sokong kepada seseorang sehingga mampu membuat
keputusan yang terbaik dan memungkinkan baginya.
5. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Kebidanan Pasal 46
tentang tugas dan wewenang Bidan. Dalam mengerjakan tugasnya, bidan
wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Bidan (STRB) dan Surat zin Praktek
Bidan (SIPB) sebagaimana tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyeenggaraan Praktek Bidan. Praktik
mandiri bidan adalah praktek yang dilakukan seorang bidan dengan berdiri
sendiri dan bekerja sesuai dengan kewenangannya. Dalam melakukan praktik
mandiri seorang bidan harus mematuhi aturan hukum yang berlaku, etika
profesi serta menjalankan kewenagannya dengan penuh tanggung jawab.
Praktik mandiri bidang sering disebut dengan istilah PMB.
Pasal 41
(1) Praktik Kebidanan dilakukan di:
a. Tempat Praktik Mandiri Bidan; dan
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
(2) Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan serta mematuhi kode etik, standar
profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional.
Pasal 42
(1) Pengaturan, penetapan dan pembinaan Praktik Kebidanan dilaksanakan
oleh Konsil.
(2) Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari Konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia yang diatur dengan Peraturan Presiden.
Pasal 43
(1) Bidan lulusan pendidikan diploma tiga hanya dapat melakukan Praktik
Kebidanan di Fasilitas pelayanan Kesehatan.
(2) Bidan lulusan pendidikan profesi dapat melakukan Praktik Kebidanan di
Tempat Praktik Mandiri Bidan dan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
(3) Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
hanya pada 1 (satu) Tempat Praktik Mandiri Bidan.
Pasal 44
(1) Bidan lulusan pendidikan profesi yang menjalankan Praktik Kcbidanan di
Tempat Praktik Mandiri Bidan wajib memasang papan nama praktik.
(2) Ketentuan mengenai papan nama praktik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Bidan yang tidak memasang papan nama praktik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 45
(1) Bidan yang menjalankan Praktik Kebidanan di Tempat Praktik Mandiri
Bidan wajib melengkapi sarana dan prasarana pelayanan sesuai dengan standar
pelayanan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Bidan yang tidak melengkapi sarana dan prasarana pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 46
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan
pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
secara bersama atau sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara bertanggung jawab dan akuntabel.
Pasal 47
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan
sebagai:
a. pemberi Pelayanan Kebidanan;
b. pengelola Pelayanan Kebidanan;
c. penyuluh dan konselor;
d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
e. penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan; dan/atau
f. peneliti.
(2) Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 48 Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya.
Paragraf 1 Pelayanan Kesehatan Ibu Pasal 49 Dalam menjalankan tugas
memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 46
ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal;
d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas,
dan rujukan; dan
f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan,
masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan pascakeguguran
dan dilanjutkan dengan rujukan.
Paragraf 2 Pelayanan Kesehatan Anak Pasal 50 Dalam menjalankan tugas
memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
ayat (1) huruf b, Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah;
b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang, dan
rujukan; dan
d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjutkan dengan rujukan.
Paragraf 3 Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga
Berencana Pasal 51 Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang melakukan
komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan memberikan pelayanan
kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 51
diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

No Reg :-

Nama Pengkaji : Urfiatul Janah

Hari/tanggal : Kamis, 20 Mei 2021

Waktu Pengkajian : 09.30 WIB

Tempat Pengkajian : BPM Urfiatul Janah

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas
Jenis Identitas Istri Suami
Nama Ny. Z Tn. I
Umur 25 Tahun 27 Tahun
Suku/Bangsa jawa/ Indonesia Jawa/Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Pedagang
Alamat Rumah Kp. Pendawa lima Kp. Pendawa Lima
Alamat Kantor - -

Anamnesa pada tanggal: 20 Mei 2021 Pukul 18.00 WIB Oleh Bidan Urfiatul Janah

1) Keluhan utama saat masuk


Ibu datang ke PMB nifas hari ke-6 mengeluh puting susu lecet pada kanan dan
kiri, dan ibu mengatakan saat menyusui bayinya terasa nyeri pada kedua
payudara.
2) Riwayat Antenatal
Pemeriksaan di : PMB

Kelainan/komplikasi : Tidak Ada

Usia Kehamilan : 39 mg

Para : Primipara

3) Riwayat Persalinan
 Anak Ke :
 Persalinan lahir tanggal :
 Jenis Kelamin : Perempuan, BB 3000 gram, PB 50 cm
 Perdarahan kala III : 50 ml
 Perdarahan kala IV : 50 ml
 Perdarahan Total :100 ml
 Perdarahan selama operasi: -
 Jenis Persalinan : Spontan
 Placenta : Spontan
 Perineum : Episiotomi
 Anastesi :-
 Jahitan : Grade II
 Infuse cairan : 500 ml
 Transfusi darah :-
4) Tanda Bahaya Nifas
 Sakit kepala hebat : Tidak
 Pandangan kabur : Tidak
 Kelelahan atau sesak : Tidak
 Demam : Tidak
 Nyeri payudara, pembengkakan payudara, : Tidak
luka atau perdarahan pada puting
 Nyeri perut hebat : Tidak
 Bengkak pada tangan, wajah. Tungkai, : Tidak
 Perdarahan berlebihan : Tidak
 Sekret vagina berbau : Tidak

2. Pola Kebutuhan sehari-hari


a. Pola Nutrisi : Ibu menggatakan makan
3x/hari
Alergi Terhadap Makanan : Tidak ada

Budaya terhadap Konsumsi Makanan : Tidak ada

Kebiasaan Minum : 4 gelas/hari

b. Pola Eliminasi
 BAB : Ibu mengatakan belum BAB sejak persalinan tadi
 BAK : ibu mengatakan sudah BAK
c. Mobilisasi : Dilakukan
d. Pola Aktifitas Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Pola Istirahat : + 6 jam
f. Personal Hygiene : 2-3x/hari
g. Pola Seksual :-

3. Psikososial Spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap kehamilannya
Ibu mengatakan keluarga sangat senang dengan kehamilannya dan mendukung
kehamilannya.

b. Pengambilan keputusan dalam keluarga


Suami dan keluarga

c. Lingkungan yang berpengaruh


Tinggal dengan siapa suami

Dukungan Lingkungan sangat mendukung

B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 110/70 mmHG
Nadi : 80 x/mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36 °C
Berat Badan : 60 Kg
Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Muka : Simetris tidak edema
Mata : Konjungtiva : tidak pucat, Sklera : Putih
b. Dada dan Axila (ketiak)
Mamae : Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
Benjolan : Tidak ada benjolan
Simetris : Ya, kiri dan kana
Kemerahan : Ada
Areola : Menghitam
Puting susu : Menonjol, terdapat luka lecet dikedua
Puting payudara
Pengeluaran : Kolostrum

Axilla : Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran


Nyeri Tekanan : Tidak ada

c. Abdomen
 TFU : pertengahan pusat dan simfisis
 Kontraksi : Tidak ada
 Kandung Kemih : Kosong
 Kembung : Tidak

d. Ekstermitas
Tungkai : Tidak ada pembengkakan Nyeri : tidak, Merah: /tidak
Edema : Tidak ada

e. Ano-genital
 Lochea : Sanguinolenta
 Bau : Khas
 Jahitan Perineum : ada, grade II
 Penyembuhan luka: ada

f. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : tidak dilakukan

ASSASMENT

Ny. Z Umur 25 tahun P1A0 Post Partum Hari ke-6 Dengan puting susu lecet

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, (Ibu sudah diberitahu hasil pemeriksaan)


2. Memberikan konseling tentang puting susu lecet dan penyebanya, Puting susu lecet
dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi
retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri
dalam waktu 48 jam. Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui
(ibu sudah mengerti atas penjelaan yang diberikan oleh bidan)
3. Mengajarkan teknik menyusui yang benar, Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada
keadaan luka tidak begitu sakit, Olesi puting susu degan ASI akhir (hind milk), jangan
sekali-kali memberikan obat lain, seperti cream, salep, dan lain-lain. Puting susu yang
sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1×24 jam, dan biasanya
akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2×24 jam. Selama puting susu diistrahatkan,
sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri. Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan dengan sabun. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada
payudara yang sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya
menyembuh. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit degan tangan (jangan dengan
pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI. Berikan ASI
perah degan sendok atau gelas jangan menggunakan dot. Setelah terasa membaik,
mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang singkat. ( ibu sudah mengeti
teknik menyusui yang benar)
4. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu 7-8 jam perhari Ibu perlu istirahat
cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu dapat berisitirahat atau tidur
siang selagi bayi tidur, pentingnya dukungan dari keluarga/suami. (ibu sudah mengerti
dan akan istirahat sesuai yang dianjurkan bidan)
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering ( ibu
mengerti dan akan menjaga kebersihan vaginanya)
6. Memberikan ibu konseling KB ( ibu mengerti atas penjelasan kb yang diberikan oleh
bidan)
Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan

Kehamilan Trimester III Tanda / Gejala / keluhan yang


dialami pasien
Hari dan Tanggal : Kamis, 20 Mei 2021 DIAGNOSA

Ny Z P1A0 Post Partum 6 Har Data Subjektif : Ibu datang ke


Tempat Praktik : BPM Urfiatul Janah PMB nifas hari ke-6 mengeluh
ke 6 dengan puting susu leceti
Nama : Urfiatul Janah puting susu lecet pada kanan
Masalah : Belum Tahu teknik dan kiri, dan ibu mengatakan
Program Studi : Profesi Kebidanan menyusui yang benar saat menyusui bayinya terasa
nyeri pada kedua payudara.
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Penggalian informasi yang
dilakukan oleh bidan:

1. Ibu mengatakan
Tanda / Gejala / keluhan secara teori : belum mengetahui
Menurut (Sofian, 2012) : teknik menyusui yang
baik dan benar
Tanda Gejala Masa Nifas Patofisiologi (Sesuai Tanda / 2. Kurang istirahat tidur
1. Pengeluaran Lochea, Lochea Gejala / keluhan yang
Rurba pada hari 2-3, Lochea dialami pasien) :
Sanguinolenta pada hari ke 3-7, Data Objektif :KU Baik, TD
Masa nifas adalah masa 2 jam 110/70 mmhg, N 80 x/menit, R
Lochea Serosa pada hari ke 7-14, setelah kelahiran plasenta
Lochea Alba pada hari ke 14-40 20 x/menit, S 36. TFU
sampai 6 minggu setelah
2. Prubahan involusi uteri, 3 hari 2 pertengahan pusat dan simfisis,
persalinan. Pada masa ini alat-
jari diawah pusat, 7 hari kotraksi keras, kandung kemih
alat reproduktif anatominya
pertegahan pusat dan simfisis, 14 kembali ke keadaan sebelum kosong. Tidak ada tanda-tanda
hari tidak teraba diatas simfisis, 6 hamil. Ibu akan mengalami infeksi, terdapat luka laserasi.
miggu bertambah kecil, 8 minggu banyak perubahan baik fisik Lochea sanguinolenta. terdapat
normal maupun psikologis lecet pada puting susu kanan
3. Kontraksi biasanya berlangsung selama masa nifas (Tando, dan kiri
2-4 hari pasca persalinan. 2012).

Asuhan yang diberikan:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan


2. Memberikan konseling tentang puting susu lecet dan penyebanya, Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada
puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu
bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui
3. Mengajarkan teknik menyusui yang benar, Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu sakit,
Olesi puting susu degan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali memberikan obat lain, seperti cream, salep, dan lain-
lain. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1×24 jam, dan biasanya akan
sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2×24 jam. Selama puting susu diistrahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan,dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri. Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak
dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit
untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit degan
tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI. Berikan ASI perah
Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
Evaluasi asuhan yang diberikan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan agar ibu mengetahui
1. Ibu sudah diberitahu hasil
hasil pemeriksaanya normal
pemeriksaan
2. Tujuan memberikan konseling tentang perawatan puting
2. Ibu sudah diberikan
susu dapat meringankan sakit dan lecet pada puting ibu,
konseling perawatan puting
eberapa ibu khawatir saatmengalami puting susu lecet,
susu lecet
dengan diberikan konseling ibu akan merasa tenang,
3. Ibu sudah diajarkan teknik
(Sriwahyuni, 2012)
menyusui yang baik benar
3. Dengan mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar dapat
4. Ibu sudah diberitahu supaya
menciptakan kedekatan dan ikatan anatara ibu dan bayi,
istirahat yang cukup
membantu rahim kembali ke ukuran normal, mencegah
5. Ibu sudah diberitahu untuk
puting susu lecet dan terjadinya pembengkakan pada
menjaga ebersihan
payudara. (Sofiyana, 2010).
perineumnya
4. Tujuan memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup yaitu
6. Ibu suah diberkan konseling
Ibu perlu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
kb
berlebihan. Ibu dapat berisitirahat atau tidur siang selagi
bayi tidur, pentingnya dukungan dari keluarga/suami. Bila
istirahat kurang akan mempengaruhi ibu: 1) Mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi 2) Memperlambat proses
involusio uterus dan memperbanyak perdarahan 3)
Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat
bayi dan diri sendiri 4) Kebersihan Diri/Personal Hygiene.
(Bayihatun, 2009)
5. Menganjurkan ibu sering mengganti celana dalam untuk
menjaga kebersihan vagina, supaya luka perineum cepat
kering.
6. Memberikan ibu konseling kb untuk menjaga jarak
kehamilan
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian data
Pada pengkajian data ini, didapati hasil data subjektif pada tanggal 20 Mei
2021 diperoleh informasi dari hasil wawancara atau anamnesa pada Ny. Z usia 25
tahun, beragama islam, kebangsaan jawa/ Indonesia, pendidikan terakhir sma,
pekerjaan Ibu Rumah Tangga, dan suami bernama Tn. Irfan usia 27 tahun, agama
islam kebangsaan jawa /Indonesia, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan pedagang,
dan suami istri ini beralamatkan di Kp. Pendawa Lima
Fakta dasar dari data Subjektif didapatkan Ibu datang ke PMB nifas hari ke-6
mengeluh puting susu lecet pada kanan dan kiri, dan ibu mengatakan saat menyusui
bayinya terasa nyeri pada kedua payudara. Dan fakta dasar dari data Objektif
didapatkan hasil pemeriksaan yaitu KU Baik, TD 110/70 mmhg, N 80 x/menit, R 20
x/menit, S 36 TFU pertengahan pusat dan simfisis, kotraksi keras, kandung kemih
kosong. Tidak ada tanda-tanda infeksi, terdapat luka laserasi. Lochea sanguinolenta.
terdapat lecet pada puting susu kanan dan kiri.
Dari data diatas ditemui nifas 6 hari, yang ditandai dengan pengeluaran
pervaginam lochea sanguinolenta, tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan simfisis,
dan kontraksi keras, hal ini senada dengan teori menurut Saleha (2009) bahwa tanda
gejala nifas 6 hari yaitu pengeluaran lochea sanguinolenta, tinggi fundus nifas 6 hari
yaitu pertengahan pusat dan simfisis, serta kontraksi uterus baik.
Hal ini juga senada dengan teori menururt Suherni, dkk (2009) yang
mengatakan jenis lochea pada masa nifas yaitu, Lochea Rubra ( Cruenta) 2-3 hari
Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel darah desidua
(Desidua yakni selaput tenar rahim dalam keadaan hamil), venix caseosa (yakni palit
bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel yang
mnyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu halus pada anak yang baru lahir), dan
mekonium (yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan
air ketuban berwarna hijau). Lochea Sanguinolenta Warnanya merah kuning berisi
darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan. Lochea Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan. Lochea Alba Berwarna putih dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari
ke 14-40 pasca persalinan.
Menurut Sofian (2012) salah satu tanda gejala nifas yaitu involusi uterus atau
pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum
hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai
berikut: nifas hari ke-3 TFU nya yaitu 2 jari dibawah pusat, nifas hari ke 7 TFU nya
pertengahan pusat dan simfisis, dan nifas hari ke-14 atau 2 minggu yaitu tidak teraba
diatas simfisis, pada minggu ke-6 nifas TFU bertambah kecil, dan pada minggu ke-8
TFU sudah kembali normal.
Kontraksi uterus menjadi salah satu tanda gejala nifas. Menurut Suherni dkk
(2009) mengatakan rasa sakit yang disebut juga “after pains” (meriang atau mules-
mules) disebabkan oleh kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-7 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu, mengenai hal ini dan terlalu
menggangu dapat diberikan obat-obatan anti sakit dan anti mules.
Pada data subjektif dan objektif ditemukan masalah puting susu lecet, hal ini
senada dengan teori menurut Sulistyawati, (2016) yang mengatakan tanda gejala
puting susu lecet yaitu Kulit akan merah, Berkilat, Kadang gatal, Terasa sakit yang
menetap, Kulit kering berisik (flaky).
Pada data tersebut juga didapatkan masalah kurangnya istirahat, ibu hanya
istirahat + 6 jam, dan juga diketahui teknik menyusui ibu yang salah, hal ini senada
dengan teori menurut Saleha (2016) yang mengatakan kesalahan dalam teknik
menyusui, bayi tidak menyusui sampai aerola tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi
hanya menyusui pada puting susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit, karena gusi
bayi tidak menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya akan merasa nyeri /
kelecetan pada puting susu.

B. Assesment (Menegakan Diagnosis & Masalah, Diagnosa & Masalah Potensial,


dan Tindakan Segera Jika Dibutuhkan).

Berdasarkan data subjektif dan objektif ditemukan diagnosis yaitu, Ny. Z


Umur 25 Tahun P1A0 Post Partum Hari Ke-6 Dengan Puting Susu Lecet
Dasar fakta diagnosis yang didapat dari data subjektif yaitu, Ibu mengatakan ini
persalinan yang pertama tidak pernah keguguran, Ibu mengatakan melahirkan 6 hari
yang lalu, ibu mengatakan keluhan saat ini puting susunya lecet, dan mengatakan
merasakan nyeri pada puting susu kiri dan kanan pada saat menyusui. Pada
penggalain informasi yang dilakukan bidan Ibu mengatakan belum mengetahui teknik
menyusui yang baik dan benar. Dan juga didapatkan data objektif yaitu, yaitu KU
Baik, TD 110/70 mmhg, N 80 x/menit, R 20 x/menit, S 36,3. TFU pertegaha pusat
dan simfisis, kontraksi keras, kandung kemih kosong. Tidak ada tanda-tanda infeksi,
terdapat luka laserasi. Lochea sanguinolenta. terdapat lecet pada puting susu kanan
dan kiri.
Dari data diata didapatkan nifas 6 hari dengan puting susu lecet, meururt para
ahli definisi nifas yaitu Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran bayi,
plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari). Masa nifas (puerperium), berasal
dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan paraos yang artinya melahirkan
atau berarti masa sesudah melahirkan. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas kira-kira
berlangsung selama 6 minggu (Sarwono, 2006).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2007).
Pada data tersebut didapatkan masalah puting susu lecet, defiisi puting susu
menurut para ahli yaitu Masalah yang sering terjadi pada ibu nifas adalah puting susu
lecet sehingga bayi tidak menyusu sampai ke areola Bayi yang menyusu hanya pada
puting, maka bayi akan mendapatkan ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan
pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada puting
ibu . Puting susu yang lecet juga disebabkan oleh moniliasis (infeksi yang disebabkan
oleh monilia yang disebut candida) pada mulut bayi yang menular pada puting susu,
iritasi akibat membersihkan puting dengan sabun, lotion, krim, alkohol, bayi dengan
tali lidah pendek (frenulum lingue) sehingga sulit menghisap sampai areola dan hanya
sampai puting dan cara menghentikan menyusu kurang hati-hati. Kebanyakan puting
susu nyeri atau lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui
(Kristiyansari, 2011).
Puting susu lecet yaitu adanya rasa nyeri pada puting payudara, pecah-pecah
bila menyusui yang disebabkan karena cara menyusui atau perawatan payudara yang
kurang benar (Astutik, 2015).
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui,
selain itu dapat pula terjadi letak pembentukan celahcelah. Retakan pada puting susu
dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam (Marmi, 2015).
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani degan benar akan menjadi lecet.
Umumnya menyusui akan menyakitkan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting
susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyeusui yang salah, tapi dapat pula
disebabkan oleh trush (candidat) atau dermatitis (Walyani, 2015).
Jika tidak segera ditangani dengan benar maka akan terjadi diagnosa potensial
pada masalah tersebut yaitu diantaranya menurut (Anggraini, 2010) apaila putig usu
lecet tidak ditagai dega benar makan akan terjadi komplikasi payudara bengkak, yaitu
susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan,
matitis, Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini dikarenakan
meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak merah mengkilap dan terdapat
nanah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya.
Adapu komplikasi atau masalah potensial pada Ibu yang kurang istirahat yaitu
terjadinya kelelahan yang berlebihan. Bila istirahat kurang akan mempengaruhi ibu:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi 2) Memperlambat proses involusio uterus
dan memperbanyak perdarahan 3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk
merawat bayi dan diri sendiri 4) Kebersihan Diri/Personal Hygiene.
Hal ini senada dengan Varney (2004) Manajemen Asuhan Kebidanan
merupakan suatu proses pemecahan masalah dalam kasus kebidanan dan untuk
menegagkan diagnosa di perlukan pengkajian data subyektif yang di dapatkan
anamesa dan data obyektif dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang diagnostik.
Pada Kasus Ny Z dengan puting susu lecet. Tindakan segera yang dilakukan
berdasarkan ada atau tidaknya kegawatdaruratan yang terjadi. Tidak memerlukan
tindakan segera karena tidak ada yang mengancam jiwa.
C. Penatalaksanaan Dan Rasionalisasi Asuhan Kebidanana Pada Ibu Nifa 6 Jam
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, rasionalisasinya adalah Memberitahu ibu
hasil pemeriksaan agar ibu mengetahui hasil pemeriksaanya normal
2. Memberikan konseling tentang puting susu lecet dan penyebanya, Puting susu
lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, Umumnya ibu
akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui, rasionaliainya adalah Tujuan
memberikan konseling tentang perawatan puting susu dapat meringankan sakit
dan lecet pada puting ibu, beberapa ibu khawatir saatmengalami puting susu
lecet, dengan diberikan konseling ibu akan merasa tenang, (Sriwahyuni,
2012).
3. Mengajarkan teknik menyusui yang benar, Ibu dapat terus memberikan ASI
nya pada keadaan luka tidak begitu sakit, Olesi puting susu degan ASI akhir
(hind milk), jangan sekali-kali memberikan obat lain, seperti cream, salep, dan
lain-lain. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1×24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar
2×24 jam. Selama puting susu diistrahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan,dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri. Cuci
payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan
sabun. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit
untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh. Keluarkan
ASI dari payudara yang sakit degan tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk
tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI. Berikan ASI perah
degan sendok atau gelas jangan menggunakan dot. Setelah terasa membaik,
mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang singkat.
Raionalisasinya adalah Dengan mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar
dapat menciptakan kedekatan dan ikatan anatara ibu dan bayi, membantu
rahim kembali ke ukuran normal, mencegah puting susu lecet dan terjadinya
pembengkakan pada payudara. (Sofiyana, 2010).
4. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu 7-8 jam perhari Ibu perlu
istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu dapat
berisitirahat atau tidur siang selagi bayi tidur, pentingnya dukungan dari
keluarga/suami. Rasioaliasiya adalah Tujuan memberitahu ibu untuk istirahat
yang cukup yaitu Ibu perlu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Ibu dapat berisitirahat atau tidur siang selagi bayi tidur, pentingnya
dukungan dari keluarga/suami. Bila istirahat kurang akan mempengaruhi ibu:
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi 2) Memperlambat proses
involusio uterus dan memperbanyak perdarahan 3) Menyebabkan depresi dan
ketidak mampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri 4) Kebersihan
Diri/Personal Hygiene. (Bayihatun, 2009)
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga agar perineum selalu bersih dan kering
rasionaliaiya adalah Menganjurkan ibu sering mengganti celana dalam untuk
menjaga kebersihan vagina, supaya luka perineum cepat kering.
6. Memberikan ibu konseling KB, rasionalisasinya adalah Memberikan ibu
konseling kb untuk menjaga jarak kehamilan

Asuhan kebidananyang diberikan sudah sesuai dengan teori menurut


(Sriwahyuni, 2012) yang mengatakan Memberikan konseling tentang puting susu
lecet dan penyebanya, Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu
saat menyusui, Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui,
rasionaliainya adalah Tujuan memberikan konseling tentang perawatan puting susu
dapat meringankan sakit dan lecet pada puting ibu, beberapa ibu khawatir
saatmengalami puting susu lecet, dengan diberikan konseling ibu akan merasa tenang.

Dan juga teori menurut (Sofiyana, 2010) megataka Mengajarkan teknik


menyusui yang benar, Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak
begitu sakit, Olesi puting susu degan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali
memberikan obat lain, seperti cream, salep, dan lain-lain. Puting susu yang sakit dapat
diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1×24 jam, dan biasanya akan
sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2×24 jam. Selama puting susu diistrahatkan,
sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri. Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan dengan sabun. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada
payudara yang sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya
menyembuh. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit degan tangan (jangan dengan
pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI. Berikan ASI
perah degan sendok atau gelas jangan menggunakan dot. Setelah terasa membaik,
mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang singkat. Raionalisasinya
adalah Dengan mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar dapat menciptakan
kedekatan dan ikatan anatara ibu dan bayi, membantu rahim kembali ke ukuran
normal, mencegah puting susu lecet dan terjadinya pembengkakan pada payudara.

Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu 7-8 jam perhari Ibu perlu
istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu dapat berisitirahat
atau tidur siang selagi bayi tidur, pentingnya dukungan dari keluarga/suami.
Rasioaliasiya adalah Tujuan memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup yaitu Ibu
perlu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu dapat
berisitirahat atau tidur siang selagi bayi tidur, pentingnya dukungan dari
keluarga/suami. Bila istirahat kurang akan mempengaruhi ibu: 1) Mengurangi jumlah
ASI yang diproduksi 2) Memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak
perdarahan 3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan
diri sendiri 4) Kebersihan Diri/Personal Hygiene. (Bayihatun, 2009)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penulis sudah mampu menganalisa perjalanan kasus mulai dari melakukan
pengkajian, mendiagnosa, dan melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan kondisi
pasien, dan dibandingkan dengan teori yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada
ibu nifas hari ke-6 dengan puting susu lecet, dan melakukan pengkajian berdasarkan
fakta yang didapatkan dan dibandingkan dengan teori tentang asuhan kebidanan pada
ibu nifas 6 hari. Serta mampu menegakkan dignosa dan menentukan masalah,
membuat diagnosa dan masalah potensial, dan melakukan tindakan segera jika di
butuhkan pada kasus iu ifa 6 hari dan memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan
diagnosis dan masalah yang didapatkan pada ibu nifas hari ke-6 dengan puting susu
lecet. Mampu memberikan rasionalisasi terhadap asuhan yang diberikan pada kasus
ibu nifa 6 hari. Penulis sudah mampu mengevaluasi terhadadap asuhan yang telah
diberikan pada ibu nifas hari ke-6 dengan puting susu lecet.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memfasilitasi buku-buku yang diperlukan untuk memenuhi
tugas-tugas, dan memberikan bimbingan serta arahan yang baik dan benar dalam
pembelajaran.
2. Bagi PMB
Diharapkan bidan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di
tempat prakteknya guna memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas hari ke-6
dengan puting susu lecet.
3. Bagi Pasien
Diharapkan dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas hari ke-6
dengan puting susu lecet yang dijelaskan oleh bidan dirumah
DAFTAR PUSTAKA

Bartini, I. 2014. ANC Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Dewi, V.N.L., dan T. Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Hutahaean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan. Jakarta: Kemenkes.
Kusmiyati, Y. Wahyuningsih, dan Sujiyatini. 2010. Perawatan Ibu hamil. Yogyakarta;
Fitramaya.
Manuaba, I.A.C. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mochtar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:EGC.
Mulati, Erna, (ed.). 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak Continuum Of Carelife Cycle.
Jakarta:
Kemenkes Nugroho, T, dkk. 2014. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Pantiawati, I, dan Saryono. 2015. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rukiah, A.Y., dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Edisi Revisi. Jakarta: Trans Info
Media.
Saifuddin. A.B. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai