Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS


KUNJUNGAN KEDUA
PADA NY. E UMUR 25 TAHUN P1A0 7 HARI POSTPARTUM
DI RUMAH SAKIT TUGUREJO KOTA SEMARANG

DISUSUN OLEH
NISMA NUR OKTAVIANA
P1337424417048

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMESTER V

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Nifas Fisiologis Kunjungan Kedua Pada Ny. E Umur 25
Tahun P1A0 7 Hari Postpartum Di Rumah Sakit Tugurejo Kota Semarang
Laporan ini disusun oleh :
Nama : Nisma Nur Oktaviana
NIM : P13374244171048

Disetujui dan disahkan pada :

Semarang, November 2019


Mengetahui

Pembimbing Lahan
Mahasiswa

Nisma Nur Oktaviana


Woro I, SST
NIM. P1337424417048
NIP.

Pembimbing Institusi

Agustin Setianingsih.S.SiT.M.Kes
NIP. 19790820200212203
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Asuhan Kebidanan pada
Ibu akseptor lama metode kontrasepsi suntik progestin.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan


tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang
semester V. Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Woro I, SST di Rumah sakit Tugurejo sebagai pembimbing klinik pada
Praktik Asuhan Kebidanan Nifas.
2. Ibu Agustin Setianingsih, S. SiT.M.Kes selaku dosen pembimbing institusi pada
praktik klinik Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas
3. Keluarga dan teman-teman yang selalu mendukung penulis
4. Semua pihak yang ikut membantu penulisan laporan ataupun pihak yang
membantu saat praktik klinik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
oleh penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semarang, November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperineum) adalah masa dimulainya setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini
berlangsung selama 6-8 minggu. (Saifuddin,2010).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik
ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2016).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di
Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit
menurun jika dibandingkan dnegan SDKI tahun 1992, yaitu sebesar 390 per 100.000
kelahiran hidup. Target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015
dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan. Dari target MDGs 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH), pada
tahun 2007 AKI telah mengalami penurunan 228 per 100.000 menjadi 118 per 100.000 KH.
Mengacu dari kondidi saat ini artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk
mencapainya (deppkes RI,2013).
Menurut, Wheeler, 2003. Morbiditas pada minggu pertama postpartum biasanya
disebabkan karena endometritis, mastitis, infeksi pada episiotomi atau laserasi, infeksi
traktus urinerius dan penyakit lainnya. Pemeriksaan pada masa nifas tidak banyak mendapat
perhatian ibu, karena sudah dirasa baik dan selanjutnya semua berjalan lancar. Pemeriksaan
kala nifas sebenarnya sangat penting dilakukan untuk mendapatkan penjelasan yang
berharga dari dokter/bidan yang menolong persalinan itu. Diantara masalah penting tersebut
adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh tentang alat kelamin dan mulut rahim yang
mungkin masih luka akibat proses persalinan.
Mengingat masa nifas adalah masa transisi dimana ibu mengalami perubahan-
perubahan sehingga diperlukan dukungan baik dari petugas maupun keluarga segera setelah
kelahiran, pengalaman dramatis wanita berhubungan dengan perubahan anatomi dan
psikologi sebagai transisi ke keadaan sebelum hamil. Secara psikologis wanita mengalami
proses menuju tercapainya menjadi seorang ibu yang dipengaruhi oleh kepercayaan
individu dan kebudayaan. Pelayanann kesehatan professional yang baik mendukung wanta
melewati masa ini dengan mngembalikan kemampuan wanita untuk merawat
bayinya.Pengaruh kebudayaan yang baik sangat penting untuk wanita dan keluarganya,
dapat meningkatkan konseling dan penilaian fisik dan psikologis.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah aplikasi asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui di Rumah
Sakit Tugurejo?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui aplikasi asuhan kebidanan ibu nifas dan Menyusui di Rumah Sakit
Tugurejo
2. Tujuan Khusus
Penulis diharapkan mampu :
a. Melaksanakan pengkajian data subyektif melalui anamnesa
b. Melaksanakan pengkajian data obyektif melalui pemeriksaan fikik dan
pemeriksaan penunjang
c. Mengidentifikasi diagnosa dari hasil pengkajian data subyektif dan
obyektif
d. Melakukan penatalaksanaan sesuai dengan diagnosa
D. Manfaat
1. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami proses nifas dan asuhan yang diberikan
merupakan asuhan sayang ibu.
2. Bagi masyarakat
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas bagi masyarakat
3. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu sehingga
dapat digunakan sebagai berkas penulis di dalam melaksanakan tugas sebagai
bidan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan pada ibu nifas.
5. Bagi Rumah Sakit/Tempat PKL
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan puskesmas atau temapat PKL dapat
menjadikan referensi ilmu terbaru dalam memeberikan asuhan kepada klien.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Masa nifas adalah masa keluarnya darah dari jalan lahir setelah hasil
konsepsi dilahirkan yaitu antara 40-60 hari (Poerwadarminta, 2017). Masa nifas
atau puerperium adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah plasenta
lahir dan selesai selama kira-kira 6 minggu saat alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil (Saifuddin, 2010).
Dengan demikian dapat diartikan bahwa masa nifas adalah masa yang
dilalui oleh seorang perempuan dimulai setelah melahirkan hasil konsepsi (bayi
dan plasenta) dan berakhir hingga 6 minggu setelah melahirkan.

B. Tahapan dalam Masa Nifas


Tahapan pada masa nifas (Kebidanan teori dan asuhan, 2018) terbagi
atas 3 tahap berikut.
a. Tahap immediate postpartum yaitu tahapan yang terjadi dalam waktu 24 jam
pertama setelah persalinan.
b. Tahap early postpartum yaitu tahapan yang terjadi setelah 24 jam setelah
persalinan sampai akhir minggu pertama postpartum.
c. Tahap late postpartum yaitu tahapan yang terjadi pada minggu kedua sampai
minggu keenam setelah persalinan.
Pada tahap immediate postpartum dan early postpartum perlu dilakukan
pengawasan yang ketat karena berpotensi sering terjadi bahaya komplikasi
postpartum antara lain risiko terjadinya perdarahan dan syok hipovolemia. Pada
tahap late postpartum terjadi perubahan secara beratahap pada sistem
reproduksi.
C. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidangkebidanan maupun
di bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan
diadakan evaluasi dan penilaian. Asuhan masa nifas diperlukan karena pada
periode nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu yang terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian nifas terjadi pada 24 jam pertama. Tujuan dari
perawatan nifas ini adalah: (Kebidanan teori dan asuhan, 2018)
1. Memulihkan kesehatan klien
a. Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan.
b. Mengatasi anemia.
c. Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi.
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot(senam nifas)
untuk memperlancar peredran darah.
2. Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.
3. Mencegah infeksi dan komplikasi.
4. Memperlancar pembentukan dan pemberian ASI.
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas
selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapatmengalami
pertumbuhan da perkembangan yang optimal.
6. Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman sert
kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat
menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat pada ibu dan
keluarganya melalui KIE.
Tata Laksana/Prosedur Asuhan Ibu NIfas meliputi:
1. Periksa 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang)
2. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
3. Pemantauan keadaan umum ibu.
4. Melakukan hubungan antara bayi dan ibu(Bounding Attachment).
5. ASI Eksklusif
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi.

D. Peran dan Tanggung Jawab Bidan pada Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain:
(Kebidanan teori dan asuhan, 2018)
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2. Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui serta meningkatkan rasa nyaman ibu dan
bayi.
4. Mendeteksi penyulit maupun komplikasi selama masa nifas dan menyusui
sertamelaksanakan rujukan secara aman dan tepat waktu sesuai dengan
indikasi.
5. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegahperdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan
menyusui,pemenuhan nutrisi yang baik, serta mempraktekkan personal
higiene yang baik.
6. Melakukan manajemen asuhan dengan langkah-langkah; pengkajian,
melakukaninterpretasi data serta menetapkan diagnosa, antisipasi tindakan
segera terhadappermasalahan potensial, menyusun rencana asuhan serta
melakukan penatalaksanaandan evaluasi untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi, serta untukmemenuhi kebutuhan ibu
dan bayi selama periode nifas
7. Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis profesional.
E. Kunjungan Masa Nifas (Kebidanan teori dan asuhan, 2018)
Kunjungan Waktu Tujuan
I 6 jam-3 hari 1. mencegah perdarahan masa
postpartum nifas akibat atonia uteri
2. mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan
dan rujuk jika perdarahan
berlanjut
3. member konseling pada ibu
atau salah satu anggota
keluarga mengenai cara
mencegah perdarahan masa
nifas akibat atonia uteri
4. pemberian asi awal
5. melakukan hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir
6. menjaga bayi agar tetap sehat
dengan mencegah hipotermia
7. petugas kesehatan yang
menolong persalinan harus
mendampingi ibu dan bayi
baru lahir selama 2 jam
pertama setelah kelahiran
atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil
II 4-28 hari 1. memastikan involusi uterus
postpartum berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus tidak ada
perdarahana bnormal, tidak
ada bau
2. menilai adanya demam
3. memastkan agar ibu
mendapatkan cukup
makanan, cairan
4. memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda
penyulit
5. member konseliing pada ibu
tentang asuhan pada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat, dan
perawatan bayi sehari-hari
III 29 -42 hari 1. mengkaji tentang
postpartum kemungkinan penyulit pada
ibu
2. member konseling keluarga
berencana (KB secara dini)

F. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Kebidanan teori dan asuhan, 2018)


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Perubahan Pada Uterus
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
1) Autolysis
Yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi
lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari
sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah
kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu
mengalami beser kencing setelah melahirkan.
2) Aktifitas otot-otot
Yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot- otot setelah anak
lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan
isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi
menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
3) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas
implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan
dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan
juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. Segera setelah kelahiran,
tempat melekatnya plasenta kira – kira berukuran sebesar telapak
tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu
kedua, diameternya hanya 3 sampai 4 cm. Dalam waktu beberapa
jam setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri
atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang
selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus.
4) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam
masa nifas.
Lokhea pada masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua
menyebabkan keluarnya discharge vagina dalam jumlah bervariasi
yang disebut lokhia. Secara mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit,
serpihan desidua, sel – sel epitel, dan bakteri. Mikroorganisme
ditemukan pada lokhia yang menumpuk di vagina dan pada
sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan bila discharge diambil
dari rongga uterus.
Jenis – jenis Lochea :
a) Lochea rubra ( cruenta): berisi darah segar dan sisa- sisa selaput
ketuban, sel- sel desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium,
selama dua hari pascapersalinan.
b) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada
hari ke-7 sampai ke-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan
berbau busuk.
f) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya
5) Regenerasi Endometrium
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua
berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Stratum superficial menjadi
nekrotik, dan terkelupas bersama lokhia. Stratum basal yang
bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber
pembentukan endometrium baru.
Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa – sisa kelenjar
endometrium dan stroma jaringan ikat antar kelenjar tersebut.
Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada
tempat melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih,
permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel dan seluruh
endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.
6) Sub Involusi
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau
terjadinya retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan
uterus nifas kembali ke bentuk semula. Proses ini disertai
pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang
berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan
hebat.
Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih
lunak dibanding normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab
subinvolusi yang telah diketahui antara lain retensi potongan
plasenta dan infeksi pamggul.
Diameter
Berat Keadaan
Involusi Tfu Bekas Melekat
Uterus Serviks
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembek
plasenta
lahir
1 Pertengahan 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui
minggu pusat 2 jari
symphysis
2 Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat
minggu dimasuki 1
jari
6 Sebesar 50 gr 2,5 cm -
minggu hamil 2
minggu
8 Normal 30 gr - -
minggu

b. Perubahan Pada Vulva Dan Vagina


1) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi
lebih menonjol.
2) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan.

2. Perubahan Sistem Pencernaan


Kerapkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,
gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum
melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalangi keinginan ke kamar mandi.

3. Perubahan Sistem Musculoskeletal/Diastasis Rectie Abdominis


Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil berlangsung secara terbalik padsa masa pascapartum. Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi
lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 setelah wanita
melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal
sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah
melahirkan.
a. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang- kadang
pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus
abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya
terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini
menonjol kalau berdiri atau mengejan.
b. Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak
melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-
otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam
beberapa minggu
c. Striae
Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum
memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus
abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum,
aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama
tonus otot kembali normal.
d. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum
menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendor
e. Simpisis pubis
Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini
merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang
penyebab ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai
oleh nyeri tekan signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat
bergerak ditempat tidur atau saat berjalan. Pemisahan simpisis dapat
dipalpasi. Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan.
Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang setelah
beberapa minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat
menetap sehingga diperlukan kursi roda.

4. Perubahan Sistem Endokrin


Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post
partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin
dalam darah berangsur- angsur hilang.

5. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel
darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun
kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa
nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma
darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya
koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.

6. Perubahan Tanda-Tanda Vital


PENEMUAN PENEMUAN
PARAMETER
NORMAL ABNORMAL
Tekanan darah <140/90 Tekanan darah >140/90
Tanda – tanda mmHg, mungkin bisa mmHg
vital naik dari tingkat disaat
persalinan 1-3 hari
postpartum
Suhu tubuh < 38˚C Suhu > 38˚C
Denyut nadi 60- Denyut nadi > 100x/menit
100x/menit

G. Perubahan Psikis Masa Nifas


Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaian
bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani, perubahan tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi
psikologis ini menjadi periode kerentanan pada ibu postpartum, karena periode
ini membutuhkan peran professional kesehatan dan keluarga.Tanggung jawab
ibu postpartum bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Proses
penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas tiga fase yaitu:
1. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara
tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase
ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu
perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin
dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus
menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini
dengan baik.
2. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu
berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat
diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
3. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami
bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya.
Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat
berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan
bayinya.
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami
dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah
tangga sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang
cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat
bayinya.

H. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


1. Nutrisi dan Cairan
Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.
Kalori bagus untuk proses metabolism tubuh, kerja organ tubuh, proses
pembentukan ASI. Wanita dewasa membutuhkan 2.200 kalori. Ibu menyusui
memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 kalori pada 6
bulan pertama kemudian + 500 kalori bulan selanjutnya.
Gizi Ibu Menyusui
a. Mengkonsumsi tanbahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin
yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui)
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari pasca bersalin.
e. Minum vitamin A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya.
Adapun manfaat nutrisi dan cairan untuk ibu nifas:
a. Memberi tenaga atau energi
b. Membangun, memelihara dan mengganti jaringan tubuh yang rusak.
c. Mengatur dan mengkoordinir pekerjaan tubuh.
d. Menjaga kecukupan ASI
Anjuran pemenuhan nutrisi dan cairan untuk ibu nifas:
a. Makan 5 – 6 kali sehari, yaitu 3 kali makanan utama dan 2 – 3 kali
makanan selingan.
b. Menu berpedoman pada menu seimbang.
c. Memilih makanan dan minuman yang berkhasiat dan memberi efek
positif bagi produksi ASI.
Radharismawati, N; Kundre, R & Pondang, L (2017 ) Terdapat hubungan
pemenuhan kebutuhan gizi ibu dengan kelancaran air susu ibu (ASI) pada
ibu menyusui di Puskesmas Bahu Kota Manado
Pujiastuti, N (2010) Ibu menyusui dengan gizi buruk akan mempengaruhi
kecukupan ASI karena tubuh membutuhkan zat gizi yang cukup untuk
memproduksi ASI, tetapi tubuh tidak dapat memenuhi sehingga zat gizi
tersebut diambil dari tubuh ibu dan berakibat makin lama ibu akan
mengalami gizi yang bertambah buruk.
d. Menghindari makanan yang pedas, yang merangsang kembung dan yang
terlalu manis dan berlemak (pantangan).
Tarwiyah, L (2010) disebutkan dalam penelitiannya bahwa ata-rata
masyarakat biasa masih belum tahu tentang pentingnya gizi bagi ibu nifas.
Pengetahuan ibu nifas tentang nutrisi ibu ifas di Desa Mojodowo
Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto dalam Kategori kurang yaitu
sebnayak 9 Responden atau 47,4%.
Mayasari, S & Jayanti, N (2019) Model Edukasi Family Centered Maternity
Care (FCMC) bisa menjadi alternative pilihan yang tepat bagi petugas
kesehatan untuk menyiapkan ibu nifas dalam beradaptasi menjalankan tugas-
tugas perkembangan yang akan dijalaninya. Melalui model ini titik strategi
yang diambil oleh petugas kesehatan adalah dengan melibatkan keluarga
secara aktif dalam proses pemberian edukasi. Keterlibatan keluarga ini
dipandang sangat penting karena keluarga adalah social support utama bagi
ibu saat melalui periode perinatal yang salah satunya adalah masa nifas.
Dengan demikian akan memininalkan terjadinya masalah atau komplikasi
yang terjadi selama periode masa nifas, sehingga ibu dapat melewati masa
nifas dengan aman dan nyaman.
2. Ambulasi
Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu harus sehat.
Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka.
Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu
melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu
postpartum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24 – 48 jam setelah
melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring
kanan/kiri, duduk kemudian berjalan.
Keuntungan ambulasi dini adalah:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
b. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.
c. Memungkinkan kita mengajrkan ibu cara merawat anakanya selama ibu
masih dirumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan
memberi makan.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (social ekonomis).
3. Eliminasi
a. BAK/ Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal
bila BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan
karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
muskulo spingter ani selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung
kemih selama persalinan. Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih
penuh dan sulit berkemih.
b. Defekasi / BAB
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari postpartum. Apabila
mengalami kesuliatan BAB atau obstipasi, lakukan diet teratur ; cukup
cairan : konsumsi makanan berserat; olahraga; berikan obat rangsangan
per oral atau per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu
4. Kebersihan diri
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur maupun lingkungan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu postpartum dalam menjaga
kebersihan diri, adalah sebagai berikut:
a. Mandi teratur minimal 2 kali sehari
b. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur
c. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal
d. Melakukan perawatan perineum
e. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
f. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genitalia.
Berikut mengenai cara membersihkan vagina yang benar :
a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali BAK dan BAB.
Air yang dipergunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah
depan ke belakang hingga tidak adda sisa-sisa kotoran yang menempel
disekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung
kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
b. Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptic karena
dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut
memegang daerah tersebut dengan saksama.
c. Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam
cairan antiseptic selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
d. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak
diganti. Bila seperti itu caraya maka akan percuma saja. Bukankah
pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut
tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor.
e. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu
kenakan pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis BAK
atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tidak nyaman.
f. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep
antibiotic yang diresepkan oleh dokter.
5. Istirahat
Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru merupakan masalah yang
sangat penting sekalipun kadang-kadang tidak mudah dicapai. Keharusan ibu
untuk beristirahat sesudah melahirkan memang tidak diragukan lagi,
kehamilan dengan beban kandungan yang berat dan banyak keadaan yang
menganggu lainnya, plus pekerjaan bersalin. Dengan tubuh yang letih dan
mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan
dibantu agar mendapat istirahat yang cukup.
Hal – hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya
antara lain:
a. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.
b. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan.
c. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.
Kurang istirahat dapat menyebabkan:
a. Jumlah ASI berkurang.
b. Memperlambat proses involusio uteri.
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi.
6. Aktivitas seksual
Secara fisik aman memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu dua jarinya kedalam vagina tanpa
rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
Banyak buadaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara
lain:
a. Gangguan/ ketidaknyamanan fisik.
b. Kelelahan.
c. Ketidakseimbangan hormone.
d. Kecemasan berlebihan.
7. SENAM NIFAS
Senam Nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan,
setelah keadaan ibu normal ( pulih kembali ) . senam nifas merupakan
latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu
secara pisiologis maupun psikologis. Wanita yang setelah persalina
seringkali mengeluhkan bentuk tubuhnya yang melar. Hal ini dapat
dimaklumi karena merupakan akibat membesarnya otot rahim karena
pembesaran selama kehamilan dan otot perut jadi memanjang sesuai usai
kehamilan yang terus bertambah . setelah persalinan, otot otot tersebut akan
mengendur. Selain itu, peredaran darah dan pernafasan belum kembali
normal. Hingga untuk mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula
salah satunya dengan melakukan senam nifas yang teratur di samping
anjuran-anjuran lainnya.
Beberapa factor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas
antara lain :
a. Tingkat kebugaran tubuh ibu
b. Riwayat persalinan
c. Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan
d. Kesulitan adaptasi postpartum.
Manfaat senam nifas
a. Membantu memperbaiki sirkulasi darah
b. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan.
c. Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen.
d. Memperbaiki dan memperkuat otot panggul.
e. Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca persalinan.
Latihan senam nifas yang dapat dilakukan antara lain :
a. Senam otot dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca
persalinan)
Langkah-langkah senam otot dasar panggul : kerutkan atau kencangkan
otot sekitar vagina, seperti kita menahan BAK selama 5 detik, kemudian
kendorkan selama 3 detik, selajutnya kencangkan lagi. Mulailah dengan
10 kali 5 detik pengencangan otot 3 kali sehari, secara bertahap lakukan
senam, ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik dalam sehari.
b. Senam otot perut (dilakukan setelah 1 minggu nifas)
Senam dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut tertekuk pada alas
yang datar dank eras. Mulailah dengan melakukan 5 kali per hari untuk
setiap jenis senam di bawah ini. Setiap minggu tambahkan frekuensinya
dengan 5 kali lagi, maka pada akhir masa nifas setiap jenis senam ini
dilakukan 30 kali.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS FISIOLOGIS
KUNJUNGAN KEDUA
PADA NY. E UMUR 25 TAHUN P1A0 7 HARI POSTPARTUM
DI RUMAH SAKIT TUGUREJO

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 02 Desember 2019
Waktu : 17.00 WIB
Tempat : Ruang Bougenvile

Biodata :
Identitas pasien Penanggung jawab: Suami
1. Nama ibu : Ny. E 1. Nama suami : Tn. Y
2. Umur : 25 tahun 2. Umur : 27 tahun
3. Suku bangsa : Jawa 3. Suku bangsa : Jawa
4. Agama : Islam 4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA 5. Pendidikan : S1
6. Pekerjaan : IRT 6. Pekerjaan : Swasta
7. Alama : Ngaliyan 8. Alamat : Ngaliyan

B. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu mengatakan sedang dalam masa nifas setelah melahirkan di RS secara SC
karena ada suatu kelainan yang ibu tidak mau ceritakan.
2. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan air susunya hanya keluar sedikit
Uraian Keluhan Utama : Ibu mengatakan bayinya rewel saat menyusu dan
jika dipompa ASInya hanya keluar sedikit, hanya sekitar 100ml 2 payudara

3. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun Nyeri Haid : tidak ada
Siklus : 28 hari Lama : 7-8 hari
Warna darah : merah kemudian kecoklatan
Leukhorea : tidak ada
Banyaknya : 3 – 4 kali ganti pembalut
b. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu
Persalinan Nifas
Kead anak
Tahun Asi
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit sekarang
eksklusif
- - - - - - - - - -
c. Riwayat persalinan Sekarang
Paritas :1
Abortus :0
Tempat Persalinan : Rumah Sakit
Ditolong Oleh : Dokter
Jenis Persalinan : SC
Masalah Dalam Persalinan : Tidak Ada
Keadaan Plasenta : Kulit Ketuban Lengkap, Kotiledon Lengkap
Keadaan Tali Pusat : 50 Cm
Keadaan Bayi : Normal, Sehat
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal/ Jam Lahir : 29 Oktober 2019 / 19.25 WIB
Apgar Score : 9.10.10
BB : 3000 gr PB : 50 cm LK: 34 cm LD: 33 cm LILA: 9
cm
Kelainan Bawaan : Tidak Ada
d. Riwayat Kesehatan:
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit
menular seperti:
1. TBC, cirinya yaitu batuk lebih dari satu bulan disertai darah,
berkeringat dimalam hari saat tidak melakukan aktivitas, BB turun
drastis.
2. Hepatitis B, cirinya yaitu nyeri pada sendi dan otot, menjadi sering
tidur, kulit menjadi kuning.
3. HIV/AIDS, cirinya yaitu diare berkepanjangan, sariawan didaerah
mulut, berat badan turun drastis.
4. IMS, cirinya yaitu mengeluarkan keputihan yang berbau dan gatal,
berwarna kuning kehijauan.
5. Kencing manis, cirinya yaitu luka yang tidak sembuh-sembuh, sering
merasa haus, sering BAK, BB turun drastic.
6. Tekanan darah tinggi, cirinya yaitu tekanan darah tetap tinggi
walaupun tidur dan tidak banyak pikiran, pusing.
7. Jantung, cirinya yaitu tidak dapat beraktifitas berat, mudah Lelah,
nyeri dada pada bagian kiri.
8. Asma, cirinya yaitu sulit bernafas, cepat lelah, lesu, sulit tidur, tidak
mudah dalam beraktifitas.
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan baik dikeluarganya maupun suaminya tidak pernah atau
tidak sedang menderita penyakit menular seperti:
1. TBC, cirinya yaitu batuk lebih dari satu bulan disertai darah,
berkeringat dimalam hari saat tidak melakukan aktivitas, BB turun
drastis.
2. Hepatitis B, cirinya yaitu nyeri pada sendi dan otot, menjadi sering
tidur, kulit menjadi kuning.
3. HIV/AIDS, cirinya yaitu diare berkepanjangan, sariawan didaerah
mulut, berat badan turun drastis.
4. IMS, cirinya yaitu mengeluarkan keputihan yang berbau dan gatal,
berwarna kuning kehijauan.
5. Kencing manis, cirinya yaitu luka yang tidak sembuh-sembuh, sering
merasa haus, sering BAK, BB turun drastis.
6. Tekanan darah tinggi, cirinya yaitu tekanan darah tetap tinggi
walaupun tidur dan tidak banyak pikiran, pusing.
7. Jantung, cirinya yaitu tidak dapat beraktifitas berat, mudah Lelah,
nyeri dada pada bagian kiri.
8. Asma, cirinya yaitu sulit bernafas, cepat lelah, lesu, sulit tidur, tidak
mudah dalam beraktifitas.
e. Riwayat KB : Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan KB
Jenis KB Lama Penggunaan Keluhan Alasan Berhenti
- - - -

Rencana KB : ibu mengatakan ingin KB Suntik 3 bulanan supaya tidak


mempengaruhi dalam pemberian asi eksklusif pada bayinya
f. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
a. Nutrisi
a) Makan
 Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
 Komposisi :
 Nasi : 3 x @ 1 piring sedang
 Lauk : 3 x @ 1 potong sedang, jenisnya : tahu/ tempe/ ayam/
bakso/ daging ikan (secara bergantian)
 Sayur : 3 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis : kangkung/ sup/
bayam/ sawi/ kubis/ daun singkong (secara bergantian)
 Buah : 1 x sehari, jenisnya pisang/ apel/ mangga/ pir/ pepaya
(secara bergantian)
 Camilan: keripik tempe/ keripik singkong/ roti kering (secara
bergantian)
 Pantangan : ibu mengatakan tidak boleh makan telor oleh ibunya
dengan alasan nanti jahitannya akan gatal
b) Minum
 Jumlah total 8-9 gelas , Jenis : air putih/ teh manis (teh biasanya
dipagi hari)
 Susu : 1 gelas (tidak rutin)
b. Eliminasi
a) Buang Air Kecil :
 Frekuensi perhari : 4-5 x perhari ; warna : kuning jernih, khas
urine
 Keluhan/masalah : Tidak ada keluhan
b) Buang Air Besar :
 Frekuensi perhari : 1 x perhari ; warna : kuning kecoklatan
dengan konsistensi lembek
 Keluhan/masalah : Tidak ada keluhan
c. Personal hygiene
 Mandi : 2 x sehari
 Keramas : 3 x seminggu
 Gosok gigi : 2 x sehari
 Ganti pakaian 3 x sehari; celana dalam 3-4 x sehari
d. Kebiasaan memakai alas kaki : ibu mengatakan selalu memakai sandal
e. Hubungan seksual ( ibu belum melakukan hubungan seksual )
 Frekuensi : - x seminggu
 Keluhan lain :-
f. Istirahat/tidur
 Tidur malam : 4-5 jam, menyesuaikan waktu tidur bayi
 Tidur siang : 1-2 jam menyesuaikan waktu tidur
bayi
 Keluhan/masalah : Tidak ada keluhan
g. Aktivitas fisik dan olah raga
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) :ibu mengatakan masih belum
bisa untuk melakukan pekerjaan rumah sendiri melainkan harus
dibantu.
h. Olah raga : jalan-jalan disekitar lingkungan rumah
i. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
 Merokok : ibu mengatakan tidak pernah merokok
 Minuman beralkohol : ibu mengatakan tidak pernah minum
minuman beralkohol
 Obat-obatan : ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi obat-
obatan selain dari bidan atau dokter
 Jamu : ibu mengatakan tidak pernah minum jamu mulai dari
kehamilannya
j. Pola menyusui
Bayi selalu menyusu setiap 2 jam sekali atau ketika bayi menangis
karena lapar serta daya hisap bayi sudah namun produksi ASI hanya
sedikit
k. Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
 Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 20 th
 Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 2 th
 Hubungan dengan suami : baik
 Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;
 Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini: suami dan
keluarga sangat senang dan mendukung ibu dalam melewati
masa nifasnya.
 Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : keluarga
berdiskusi jika ada masalah
 Ibu tinggal serumah dengan : suami, dan orang tua ibu
 Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
 Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan
sendiri.
 Orang terdekat ibu : suami
 Yang menemani ibu untuk kunjungan PNC : ibu datang sendiri
 Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan Nifas : tidak
ada
 Penghasilan perbulan: Rp. 3. 000.000 Cukup
 Praktik agama yang berhubungan dengan nifas : tidak ada
 Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan : ibu dapat
menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
b) Tingkat Pengetahuan Ibu :
 Hal-hal yang sudah diketahui ibu : ibu mengatakan sudah
mengetahui mengenai cara merawat luka jahitan SC, menjaga
kebersihan daerah kemaluan, perawatan pada bayi.
 Hal-hal yang belum diketahui ibu : ibu mengatakan masih belum
tahu apakah sebenarnya ada pantangan makanan untuk ibu nifas
post SC
 Hal-hal yang ingin diketahui ibu : ibu ingin mengetahui
mengenai makanan pantangan untuk ibu nifas post SC
C. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 110/ 60 mmHg
4) Suhu /T : 36,8 C
5) Nadi : 80 x / menit
6) RR : 20 x / menit
7) BB : 67,1 kg
8) TB : 154 cm
b. Status present
 Kepala : simetris, rambut warna hitam dan tidak mudah
dicabut, tidak ada benjolan abnormal
 Muka : tidak pembengkakan, tampak segar, tidak ada bekas
luka, simetris, tidak ada sianosis.
 Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera putih, tidak ada
kelainan
 Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada
gangguan pernafasan
 Mulut : bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi
berlubang, tidak ada sariawan.
 Telinga : tidak ada penumpukan serumen, simetris, tidak ada
gangguan pendengaran.
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe
dan vena jugularis , tidak ada nyeri telan
 Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
benjolan.
 Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada
suara wheezing, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal
 Abdomen : terdapat bekas luka operasi, tidak ada pembesaran
limpa dan hepar
 Lipat paha : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri
tekan.
 Vulva : tidak oedem, tidak ada varises, jahitan perineum sudah
kering
 Ekstremitas : tidak oedem, turgor kulit baik, pergerakan
normal, kuku jari bersih
 Punggung : tidak ada kelainan pada tulang punggung, tidak ada
benjolan Abnormal
 Anus : tidak ada pembesaran kelenjar, bersih.
c. Status Obstetrik
 Muka : tidak ada pembengkakan, tampak segar, tidak anemis
 Mamae : payudara membesar, simetris, putting susu menonjol,
asi keluar, kedua puting susu lecet
 Abdomen : ada linea nigra, TFU 2 jari diatas symphisis, kontraksi
uterus baik, VU kosong.
 Genetalia : PPV : lochea Alba yang berwarna putih

2. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan


D. ANALISA
Ny. E umur 25 tahun P1A0 7 hari post partum fisiologis dengan kebutuhan
pendkes gizi ibu nifas

E. PELAKSANAAN Tanggal : 2 Desember 2019 Jam : 10.40 WIB


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sehat
Hasil : ibu merasa lega dengan hasil pemeriksaan.
2. Memjelaskan kepada ibu mengenai kebutuhan gizi ibu nifas
Hasil : ibu mengerti dan dapat mengulang kembali penjelasan mengenai
kebutuhan gizi untuk ibu nifas
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa sebenarnya tidak ada dampak terhadap
jahitan ibu jika ibu makan telur, bahkan telur sangat bagus untuk
penyembuhan jaringan luka dan pembentukan ASI
Hasil : ibu mengerti dan sekarang tidak akan berpantangan makan telur lagi
4. Memberikan konseling KB kepada ibu
Hasil : ibu mengerti untuk segera berKB dan ibu sudah memepunyai pilihan
untuk KB suntik
5. Mendokumentasikan semua kegiatan yang sudah dilakukan
Hasil : semua kegiatan telah terdokumentasi
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan ibu nifas kepada Ny. E dengan nifas normal di
Rumah Sakit Tugurejo maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan mengenai
penanganan masa nifas ini, pengkajian, analisa, dan planning yang telah penulis
lakukan antara lain:

Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap sehingga
mendukung penetapan diagnosa.

Persamaan dan perbedaan pengkajian antara teori dan praktek yaitu


PENGKAJIAN TEORI PRAKTEK
DS Identitas pasien dan Nama, Umur, Agama, Sama dengan teori
penanggung jawab Pendidikan,Pekerjaan,
Suku, Alamat
Alasan datang Ada alasan datang dan Sama dengan teori
keluhan utama pasien
Riwayat kesehatan Kesehatan sekarang, Sama dengan teori
dahulu, dan keluarga
Riwayat obstetrik Riwayat haid, riwayat Sama dengan teori
kehamilan, persalinan dan
nifas lalu,riwayat
perkawinan, kehamilan
sekarang, dan KB
Pola pemenuhan Pola nutrisi,istirahat, Hanya ada pola
kebutuhan sehari – hari aktivitas,eliminasi, nutrisi, aktivitas,
personal dan eliminasi
hygiene,psico,sosial,
cultural,tingkat
pengetahuan

DO KU,Tanda- tanda vital Kesadaran, TD, N, RR, TD Sama dengan teori


Pemeriksaan fisik Head to toe Hanya sebagian
yaitu muka, dada,
perut, genetalia
Pemeriksaan obstetri Muka, payudara, abdomen, Muka, payudara,
genetalia abdomen, genetalia,

TFU, PPV, VU, Kontraksi TFU, PPV, VU,


uterus Kontraksi uterus

Analisa yang ada pada praktek umumnya sudah sesuai dan sama dengan teori
asuhan nifas. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. E sudah menggunakan
asuhan masa nifas normal. Asuhan yang diberikan pada Ny. E yaitu pemantauan
keadaan umum ibu, tanda tanda vital, pengeluaran darah, kontraksi uterus dan tinggi
fundus uteri. Tindakan lain yang telah diberikan pada Ny. E yaitu pendidikan pendkes
mengenai gizi ibu nifas. Sebelumnya ibu berpantangan makan telur sehingga
produksi ASI ibu menurun, kemudian setelah diberikan pendkes mengenai kebutuhan
gizi ibu nifas ibu sudah memutuskan untuk tidak berpatangan makan apapun lagi.
Hal yang penting diperhatikan adalah kondisi psikologis dan tingkat
pengetahuan seseorang. Jaelani, A; Putri, M & Lubis, N (2017) Semakin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya bila pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang
diperkenalkan.
Dari semua langkah yang dilakukan ditemui kesenjangan pada saat pengkajian
data obyektif. Pengkajian data obyektif dilakukan dengan singkat, hanya menekankan
pada hal-hal yang berfokus pada ibu nifas saja. Hal tersebut dikarenakan situasi dan
kondisi yang tidak memungkinkan.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Masa nifas adalah masa keluarnya darah dari jalan lahir setelah hasil konsepsi
dilahirkan yaitu antara 40-60 hari (Poerwadarminta, 2017). Masa nifas atau
puerperium adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan
selesai selama kira-kira 6 minggu saat alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil (Saifuddin, 2009). Dengan demikian dapat diartikan bahwa masa
nifas adalah masa yang dilalui oleh seorang perempuan dimulai setelah melahirkan
hasil konsepsi (bayi dan plasenta) dan berakhir hingga 6 minggu setelah
melahirkan.
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain:
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2) Sebagai promotor yang memfasilitasi hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui serta meningkatkan rasa nyaman ibu dan
bayi.
4) Mendeteksi penyulit maupun komplikasi selama masa nifas dan menyusui
sertamelaksanakan rujukan secara aman dan tepat waktu sesuai dengan
indikasi.
5) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegahperdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan
menyusui,pemenuhan nutrisi yang baik, serta mempraktekkan personal
higiene yang baik.
6) Melakukan manajemen asuhan dengan langkah-langkah; pengkajian,
melakukaninterpretasi data serta menetapkan diagnosa, antisipasi tindakan
segera terhadappermasalahan potensial, menyusun rencana asuhan serta
melakukan penatalaksanaandan evaluasi untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah komplikasi, serta untukmemenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas
7) Memberikan asuhan kebidanan nifas dan menyusui secara etis profesional.
Dengan dilakukannya pengkajian serta pemantauan nifas KN 1-KN 3, maka
sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan
keadaan tersebut.

B. Saran.
1. Untuk ibu dan keluarga diharapkan dapat mengikuti apa yang dianjurkan oleh
tenaga kesehatan demi kesehatan ibu nifas
2. Bagi masyarakat
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas bagi masyarakat
3. Bagi Penulis
Penulis diharapkan selalu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam
melaksanakan tugas sebagai bidan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan referensi
pembelajaran untuk selanjutnya.
5. Bagi Rumah Sakit/Tempat PKL
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan Rumah Sakit atau tempat PKL dapat
menjadikan referensi ilmu terbaru dalam memberikan asuhan kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Bidan dan dosen kebidanan Indonesia. 2018.Kebidanan : Teori dan Asuhan. Jakarta :
EGC

Jaelani, A; Putri, M & Lubis, N. 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Makanan Gizi Seimbang dengan Penyembuhan Luka Perineum. Juornal
endurance Vol 2 No 1

Mayasari, S & Jayanti, N. 2019. Penerapan Edukasi Family Centered MoNITORY


Care (FCMC) Terhadap Keluhan Ibu Postpartum Melalui Asuhan Home Care.
Jurnal Ners dan Kebidanan.

Poerwadinata. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Menyusui. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Pujiastuti, N. 2010. Korelasi Antara Status Gizi Ibu Dengan Kecukupan ASI si
Posyandu Desa Karang Kedawang Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto.
Jurnal Keperawatan

Radharismawati, N; Kundre, R & Pondaag, L. 2017. Hubungan Pemenuhan


Kebutuhan Gizi Ibu dengan Kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Menyusui
di Puskesmas Bahu Kota Manado. E-journal Keperawatan Vol 5 No 1

Saiffudin. A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Yayasan Bina
Tarwiyah, L. 2010. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Nutrisi Ibu
Nifas Terghadap Mobilisasi Dini Pada Masa Nifas DI Desa Mojodowo
Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto.Jurnal STIKES Bina Sehat PPNI

Anda mungkin juga menyukai