Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN STUDI KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Ny. S usia 25 Tahun P1A0


Ibu Nifas 7 Hari Dengan Luka Laserasi Perineum Di PMB A
Laporan Pendahuluan Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Stase Nifas

Pembimbing Pendidikan :
Maya Sukmayati, S.ST.,M.Keb

Oleh :

Siti Anisa Turohman


522022092

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Aisyiyah Bandung
TA.2023
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َمِن الَّر ِح يم‬

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmat,
terutama nikmat iman dan islam. Sholawat seta salam tercurah limpahkan kepada nabi
Muhammad SAW.

AllahamdulillahI robbil’alamiin penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa


karena berkat rahmat dan anugerah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Lporan Pendahuluan
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. S usia 25 Tahun P1A0 Ibu Nifas 7 Hari
Dengan Luka Laserai Perineum Di PMB A”. Laporan Pendahuluan ini merupakan salah
satu syarat yang harus dilalui oleh mahasiswa Pendidikan Profesi Bidan Universitas
‘Aisyiyah Bandung. Dalam penyususnan laporan pendahuluan ini, penulis mendapatkan
banyak bimbingan, pengarahan dan saran tidak hanya dari lahiriah namun juga batinia.
Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, maka penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Ibu Maya Sukmayati, S.ST.,M.Keb selaku pembimbing institusi dan Ibu
Amida Sriwianti Sabini,S.ST.,M.Keb.,Bdn

”Tak ada gading yang tak retak”, pada hakikatnya kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT semata, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan laporan
ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, membalas amal
kebaikan pihak-pihak yang telah membantu selama pembelajaran dan laporan ini dapat
bermanfaat bagi umat.

Wassalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh.

Bandung, Juni 2023


Penulis,

Siti Anisa Turohman

i
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alatalat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. (Nova
2023). Dalam masa nifas sering terjadi masalah infeksi, salah satunya disebabkan karena
luka perineum karena kala II persalinan yang lama, distosia bahu, bayi besar (lebih dari 4000
grm) namun dapat juga terjadi karena laserasi atau tindakan episiotomi.(Susanti, 2021)

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada mas anifas terjadi 24 jam pertama
setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Oleh karena
itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan
pemantauan untuk mencegah beberapa kematian ibu. (Saputri, 2020) Dalam masa nifas
sering terjadi masalah infeksi, salah satunya disebabkan karena luka perineum karena kala II
persalinan yang lama, distosia bahu, bayi besar, namun dapat juga terjadi karena laserasi
atau tindakan episiotomi (Sukarni dkk,2019).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) diseluruh dunia pada tahun
2015 terdapat 2,5 juta kasus, dimana angka ini di perkirakan akan mencapai 6,3 juta pada
tahun 2050. Di Indonesia luka perineum dialami oleh 75 % ibu melahirkan pervaginam. Dari
total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57 % ibu mendapat jahitan perineum 8% karena
episiotomy dan 29 % karena robekan spontan. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami
ruptur perineum dengan kejadian infeksi luka jahitan sebanyak 5 % dan perdarahan sebanyak
7% dan kematian pada ibu postpartum sebanyak 8 %.(WHO,2015)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Zhou et al., 2020) menyatakan bahwa faktor
penyebab luka jahitan perineum yaitu infeksi, stress dan istirahat berhubungan dengan lama
penyembuhan luka perineum. Begitupula penelitian yang dilakukan oleh Yulia Handayani
dan Adri Idiana (2014) di Aceh pengaruh status gizi dan personal hygiene terhadap
penyembuhan luka perineum. Biasanya penyembuhan luka pada robekan perineum ini
akan sembuh bervariasi, ada yang sembuh normal dan ada yang mengalami kelambatan
dalam penyebuhannya, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya

1
karakteristik ibu bersalin, status gizi, kondisi perlukaan, perawatanya dan berbagai
faktor lainnya.

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan asuhan pada ibu nifas,
adapun peran dan tanggung jawab bidan terhadap ibu nifas yaitu memberikan dukungan
secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas, mendorong ibu untuk menyususi bayinya
dengan meningkatkan rasa nyaman, memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai tanda-tanda bahaya selama nifas, menjaga gizi yang baik, serta memberikan
konseling mengenai perawatan pada bayi dan ibu yang mengalami luka laserasi saat selesai
proses persalinan dan juga memberikan konseling personal hygiene yang benar.

Berdasarkan survey yang telah didapatkan di BPM Army Sisca Surabaya Bangkalan di
Jawa Timur dari bulan Januari 2023 sampai Mei 2023 terdapat 6 orang dari 15 ibu bersalin
yang mengalami laserasi perineum. Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny S di BPM
Army Sisca didapatkan hasil bahawa setelah persalinan normal Ny S mengalami laserasi
perineum, sehingga pernulis tertarik mengambil kasus dengan judul “ Asuhan Kebidanan
Pada Ny. S usia 25 Tahun P1A0 Ibu Nifas 7 Hari Dengan Luka Laserai Perineum Di PMB
A” dengan manajemen Asuhan Kebidanan menurut SOAP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, Maka rumusan pada studi kasus ini
yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ny. S usia 25 Tahun P1A0 Ibu Nifas 7 Hari
Dengan Luka Laserai Perineum Di PMB A?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S usia 25 Tahun P1A0 Ibu Nifas 7 Hari Dengan
Luka Laserai Perineum Di PMB A dengan menggunakan manajemen varney dan catatan
perkembangan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengkaji dan memberikan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S usia 25 Tahun
P1A0 Ibu Nifas 7 Hari Dengan Luka Laserai Perineum Di PMB A
b. Untuk mendokumentasikan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S usia 25 Tahun P1A0
Ibu Nifas 7 Hari Dengan Luka Laserai Perineum Di PMB A.

2
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Untuk perkembangan ilmu dan penerapan pelayanan kebidanan pada ibu nifas di
BPM Army Sisca.

2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi profesi kebidanan dapat terus menerapkan dan meningkatkan peran, fungsi
dan tanggung jawab dalam bentuk asuhan kebidanan pada ibu nifas serta
dimanfaatkan untuk menambah ilmu dan wawasan bagi tenaga kesehatan tentang
asuhan kebidanan perawatan luka perineum.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari studi kasus ini dapat dimanfaatkan untuk menambah informasi dan
menjadi tambahan dalam referensi dan pengembangan studi kasus mengenai
perawatan luka perineum pada ibu nifas.
c. Ibu nifas
Hasil studi kasus ini bermanfaat untuk menambah wawasan terutama pada ibu
nifas tentang cara perawatan pada luka laserasi pada ibu nifas.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nifas

1. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas(peurperium) adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu


atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami
perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut
involusi (Maritalia, 2012)

Masa nifas (peurperium) adalah setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
peurperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42) hari setelah itu .(Lia dkk, 2011).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) tujuan asuhan masa nifas itu ada dua
yaitu :

a. Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasangan nya selama masa transisi awal mengasuh anak.

b. Tujuan Khusus
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya
2) Melakukan skrining yang komprehensif,mendeteksi masalah,mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi
3) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang per
4) awatan kesehatan diri, nutrisi, KB, Menyusui, Pemberian Imuniasi dan
perawatan bayi sehat
5) Memberika pelayanan keluarga berencana

4
3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Maritalia (2012) masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan:

a. Peurperium Dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan awal yang dalam hal ini ibu telah
di perbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Peurperium Intermedinal
Suatu masa pemulihan dimana organ organ reproduksi secara berangsur-
angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama
kurang lebih enam minggu atau 42 hari.

c. Remote Peurperium
Remote puerperium merupakan masa yang di perlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangung selama berminggu-
minggu, atau berbulan-bulan, bahkan tahunan.

4. Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal

a. 6-8 jam postpartum

1) Mencegah peradangan pada masa nifas karena Antonia uteri


2) Memantau keadaan umum ibu
3) Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attachment)
4) ASI ekslusif
b. 6 hari postpartum

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus


dibawa umbilicus dan tidak ada tandatanda perdarahan abnormal
2) Menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi dan perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup
4) Memastikn ibu mendapatkan makanan yang bergizi
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit

5
c. 2 minggu postpartum

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus


dibawah umbilicus, dan tidak ada tand-tanda perdarahan abnormal
2) Menilai adantya tanda tanda demam,infeksi dan perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
5) Memasikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit
d. 6 minggu postpartum

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami


2) Memberikan konseling untuk KB secara dini,imunisasi, senam nifas,dan
tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi. (Sulistyawati, 2009)
5. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Asuhan post partum merupakan upaya kalaborasi antara orang tua,keluarga,


pemberi asuhan yang sudah terlatih atau tradisional, profesi kesehatan dan lain-lain,
termasuk kelompok anggota masyarakat, pembuat kebijakan, perencana kesehatan
dan administrator. Asuhan masa nifas berdasarkan waktu kunjungan nifas: yaitu
Menurut Lia (2011), peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas sebagai
berikut:

a. Kinjungan I (6-8 jam setelah persalinan)


1) Mencegah perdarahan masa nifas.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
3) Pemberian ASI awal, 1 jam setelah inisiasi Menyusui Dini (IMD) berhasil
dilakukan.
4) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
5) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
6) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.

6
b. Kinjungan ke II (6 hari setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat.
2) Menilai adanganya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tandatanda penyulit
dalam menyusui.
4) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
c. Kunjungan ke III (2 minggu setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat
2) Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tandatanda penyulit
dalam menyusui.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
d. Kunjungan ke IV (6 minggu setelah persalinan)
1) Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang dialami.
2) Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini (Hesty
dkk,2012)
6. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Involusi uterus

7
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum

hamil.dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelillingi

situs plasentaakan menjadi neurotic (layu/mati). Perubahan ini dapat

diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-

nya

a) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram

b) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jadi di bawah pusat

c) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat-simpisis dengan

berat 500 gram

d) Pada 2 minggu post partum, TFU tidak teraba dengan berat 350 gram

e) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tidak teraba) dengan berat

50 gram (Sulistyawati,2014).

2) Lochea

Lochea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea berasal dari
pengelupasan lesidua Lochea mempunyai reaksi basa/alkhalis yang dapat
membuat mikroorganisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam
yang ada pada wanita normal. Volume total lochea bervariasi setiap wanit
diperkirakan jumlah lochea 500ml (240-270 ml). Menurut Nunung dkk (2013)
macam-macam lochea:

a) Lochea rubra : berwarna merah tua dan berisi darah dari perobekan
luka/luka pada plasenta dan sisa-sisa selaput ketuban,sel-sel besidua dan
klorin,verniks kaseosa,lanugo,sisa darah dan meconium, selama 3 hari
postpartum.
b) Lochea sanguinolenta : berwarna kecokelatan berisi darah dan lender, hari
4-7 postpartum.
c) Lochea serosa : berwarna kuning,berisi cairan lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
plasenta, pada hari ke 7-14 postpartum.

8
d) Lochea alba : cairan putih berisi leukosit, berisi selaput lender serviks dan
serabut jaringan yang mati setelah 2 minggu sampai 6 minggu postpartum.
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi,keluar cairan seperti nanah yang berbau
busuk
f) Lochea statis : lochea tidak lancer keluarnya atau tertahan.
3) Vulva vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat


besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan ragae dalam
vagina secara berngsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol.

4) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan


yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan
membuka corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-
olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam
cincin.Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah.

Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks


memanjang seperti celah. Karena hyper palpasi ini dank arena retraksi dari
serviks, robekan servik menjadi sembuh, setelah 6 minggu persalinan serviks
menutup.walaupun begitu setelah involusi selesai, ostium externum tidak
serupa dengan keadaanya sebelum hamil,pada umumnya ostium externum
lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan pada pinggirnya, terutama
pada pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan
dan bibir belakang pada serviks.

5) Perineum

Segera setelah melahirkan,perineum menjadi kendur karena sebelumnya


teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5,

9
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap
lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.

6) Payudara

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu
(ASI). ASI masih sangat dipengaruhi oleh factor kejiwaan, ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percya diri dan berbagai ketegangan
emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI.
Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan
pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya, karena hal ini dapat
memproduksi ASI. Untuk memperoduksi ASI yang baik harus dalam keadaan
tenang.

b. Perubahan sistem pencernaan

Pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang


menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan,serta kurangnya aktivitas
tubuh.

Supaya buang air besar kembali normal,dapat diatasi dengan diet tinggi serat,
peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil dalam 2-3
hari dapat diberikan obat laksansia.Selain kontipasi, ibu juga mengalami anoreksia
akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi
perubahansekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang
nafsu makan.

c. Perubahan sistem perkemihan

Sesuai dengan adanya peningkatan sirkulasi darah selama hamil, maka laju
filtrasi glomerulus pada ginjal juga meningkat,sehingga produksi urin menigkat.
Kondisi hiperfiltrasi dibutuhkan hingga beberapa hari pascapersalinan untuk
mengeluarkan kelebihan cairan intravascular akibat redistribusi cairan dari
ektravascular ke intravascular dalam tubuh ibu.Volume dan frekuensi berkemih
diharapkan kembali dalam keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu saja.Hal yang
perlu diwaspadai yaitu trauma pada kandung kemih akibat tindakan persalinan
yang dapat menyebabkan laserasi kandung kemih.

10
d. Perubahan tanda-tanda vital

1) Suhu Badan

24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5c38c) sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila
keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan
naik lagi karena ada pembentukan ASI, Kita anggap nifas terganggu kalau ada
demam lebih dari 38c pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari pertama dan suhu
harus diambil sekurang-kurangnya 4 kali sehari.

2) Nadi

Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi akan lebih cepat, setiap denyut ndi yang melebihi 100
adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
postpartum yang tertunda. Setiap wanita juga memiliki yang dinamakan
bradicardi nifas. Hal ini terjadi setelah kelahiran dan bisa berlanjut sampai
beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa memiliki
denyut jantung serendah 40-50 detak permenit.

3) Tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh
manusia.Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120mmhg
dan diastolik 6080mmhg.Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah.

4) Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali per


menit.Pada ibu postpartum umunya pernafasan lambat atau normal.Hal ini
dikarenakn ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat.Keadaan pernafasan selalu berkaitan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali

11
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat kemungkinan ada tanda-tanda syok.

7. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

a. Kebutuhan gizi ibu menyusui

Kualitas dan jumlah mkanan yang dikonsumsi akan sangat mempengaruhi


produksi ASI ibu. Ibu dengan gizi yang baik rata-rata memproduksi ASI sekitar
800 cc yang mengandung sekitar 600 kkal, sedangkan pada ibu dengan status gizi
yang kurang biasanya memproduksi ASI kurang dari itu. Gizi seimbang untuk ibu
menyusui haruslah memenuhi kebutuhan bagi ibu, pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta anak. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi ibu menyusui
lebih banyak dibanding kebutuhan zat gizi ibu yang tidak menyusui. Selama
menyusui, ibu harus menambah jumlah dan menambah jumlah dan jenis makanan
yang dikonsumsi,yaitu untuk mencukupi kebutuhan ibu sendiri dan kebutuhan
untuk memproduksi. Konsekuensinya bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup
mengandung zat gizi akan berdampak dalam produksi asi. Produksi ASI yang baik
dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu, sehingga makanan yang
dikonsumsi harus memenuhi jumlah kalori, lemak, protein, dan vitamin serta
mineral yang cukup (Wulandari & Handayani, 2011)

Syarat gizi seimbang ibu menyusui yaitu cairan 800-1000 ml/hr (dianjurkan 8-
12 gelas/hari), mudah dicerna dan tidak merangsang, hindari makanan yang terlalu
banyak bumbu, alkohol, terlalu panas atau dingin, banyak makan sayur berwarna,
tinggi kalori dan protein, cukup vitamin dan mineral, tinggi konsumsi cairan dan
buah segar, menu bervariasi dan seimbang (Marmi, 2014). Macam-macam zat
nutrisi yang dibutuhkan ibu menyusui yaitu sumber tenaga digunakan untuk
pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru serta penghematan protein,
misalnya sumber karbohidrat terdiri dari jagung, beras, ubi, tepung terigu, sagu,
sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari nabati (kelapa sawit, minyak sayur dll)
dan hewani (lemak, mentega, dan keju). Sumber pembangun digunakan untuk 12
pertumbuhan dan pengganti sel-sel yang mati, dapat diperoleh dari protein hewani
(ikan, daging ayam, telur, susu dll) dan protein nabati (kacang tanah, tahu, tempe
dll). Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air) digunakan untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme

12
(Wulandari & Handayani, 2011). Hal yang harus dibatasi pada ibu menyusui yaitu
makanan yang berbau merangsang (misal, petai, bawang, jengkol), makananyang
merangsang (misal, cabe, merica, jahe, karena menyebabkan bayi mencret),
makanan yang manis dan berlemak, hindari minuman keras, merokok, dan pil KB
(Marmi, 2014).

Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada


ibu dan bayi, pada bayi meliputi gangguan tumbang, mudah sakit, mudah terkena
infeksi, gangguan pada mata dan tulang. Sedangkan pada ibu dapat menyebabkan
anemia, dan produksi ASI menurun (Marmi, 2014).(Malawat and Laisouw 2022)

b. Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing


pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk
berjalan.Keuntungan dari ambulasi dini ini yaitu ibu merasa lebih sehat dan lebih
kuat dan faal anus dan kandung kemih lebih baik.Ambulasi dini ini melakukan
observasi perkembangan pasien.Tujuan dari ambulasi dini ini agar memandirikan
pasien dapat terpenuhi.

c. Eliminasi

Dalam masa 6 jam ibu nifas, pasien sudah harus dapat buang air kecil,
semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan
kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Dalam 24 jam pertama, pasien
juga harus dapat bung air besar karena semakin lama feses dalam usus semakin
sulit baginya untuk BAB secara lancar.

d. Kebersihan diri

Bidan dapat melibatkan keluarganya dalam perawatan kebersihan ibu. Tujuan


dari kebersihan diri ini untuk mencegah infeksi, dan memberikan rasa nyaman
terhadap ibu.

e. Vulva hygiene
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah masalah yang terjadi, serta memberikan
konseling pada ibu nifas maupun keluarga akan pentingnya vulva hygiene,

13
dimana bila vulva hygiene dilakukan dengan benar maka akan terhindar dari
kemungkinan terjadinya infeksi pada alat reproduksi wanita. Bisa dianjurkan
dengan segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka
perineum maka akan semakin cepat sembuh dan kering. Vulva hygiene
Merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang
mengalami atau berisiko terjadinya kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya
pada daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Sedangkan penyembuhan luka
perineum adalah panjang waktu proses pemulihan pada kulit karena adanya
kerusakan atau disintegritas jaringan kulit. Dengan cara menjaga daerah perineum
agar tetap bersih, mengganti pembalut sesering mungkin yaitu setiap kali BAB,
BAK, dan selalu kering tidak akan memberikan kesempatan kuman penyebab
infeksi untuk tumbuh dan berkembang biak di daerah yang kering (Walyani dan
Purwoastuti,2017).
f. Istirahat

Ibu nifas sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan


keadaan fisiknya.Jika ibu kurang istirahat ini dapat mempengaruhi produksi ASI,
proses involusi uterus, dan menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan.
Kebutuhan istirahat ibu nifas minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui
istirahat siang dan malam.

g. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri.Banyak budaya dan agama melarang untuk melakukan hubungan seksual
sampai masa waktu tertentu, misal 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.

h. Senam nifas

Senam nifas bertujuan untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan


dinding perut yang sudah tidak indah lagi. (Walyani dan Purwoastuti,2017).

i. Rencana KB

Rencana KB setelah ibu melahirkan itu sangatlah penting dikarenakan secara


tidak langsung KB dapat membantu ibu untuk dapat merawat anaknya dengan
baik serta mengistirahatkan alat kandungannya (pemulihan alat kandungan). Ibu

14
dan suami dapat memilih alat kontrasepsi KB apa saja yang ingin digunakan.
(Walyani dan Purwoastuti,2017).

8. Komplikasi Masa Nifas

a. Perdarahan

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2019)Perdarahan postpartum adalah


perdarahan yang terjadi pada jalan lahir yang volumenya lebih dari 500ml dan
berlangsung dalam 24 jam setelah bayi lahir. Perdarahan post partum disebabkan
beberapa faktor yaitu:

1) Robekan jalan lahir Tanda-tanda ibu menglami robekan jalan lahir adalah
perdarahan segar yang mengalir dan terjadi segera setelah bayi lahir,
kontraksi uterus baik, plasenta baik, terkadang ibu terlihat pucat,lemah dan
menggigil.
2) Antonia uteri Antonia uteri adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri.Diagnosis Antonia uteri yaitu bila
setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak,
bergumpal dan pada palpasi di dapatkan fundus uteri masih setinggi pusat
atau lebih dengan kontraksi yang lembek.
3) Retensio plasenta Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau
belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi
lahir .
4) Inversion uteri Inversion uteri adalah suatu keadaan dimana fundus uteri
terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam vakum uteri.Penyebab
inversion uteri yaitu uterus lembek atau lemah (tidak berkontraksi),
kelemahan pada organ reproduksi (tonus otot Rahim yang lemah), dan
meningkatnya tekanan intra abdominal akibat mengedan yterlalu kuat dan
berlebihan.
5) Tertinggalnya sebagian plasenta dalam uterus Sisa plasenta yang masih
tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.Bagian plasenta yang masih tertinggal menempel pada dinding
uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding
uterus tidak dapat berkontrakasi/terjepit dengan sempurna.

15
9. Infeksi Nifas

Infeksi masa nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genetalia dalam masa nifas.

a. Vulvitis Vulvitis adalah luka bekas episiotomy atau robekan perineum yang
terkena infeksi. Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka
perineum, jaringan sekitarnya membengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang
membuka menjadi ulkus atau pus.
b. Vaginitis Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum.Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi
ulkus, serta mengandung nanah yang keluar dari ulkus.
c. Servitis Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi banyak gejala. Luka
serviks yang dalam, luas, dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d. Endometritis Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium.Jenis
infeksi ini biasanya yang paling sering terjadi.Kuman-kuman yang masuk
endometrium, biasanya pada luka bekas implantasi plasenta dan dalam waktu
singkat.Pada mengikutsertakan seluruh endometrium, pada infeksi dengan
kuma yang tidak seberapa pathogen, infeksi hanya terbatas pada
endometrium.Jaringan di desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrotis dan mengeluarkan getah berbau, yang terdiri atas keeping-keping
nekrotis dann cairan.Pada batas-batas antara daerah yang beradang dan daerah
sehat, terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit. Tanda dan gejala
endometritis:
1) Uterus membesar
2) Nyeri pada saat perabaan uterus
3) Uterus lembek
4) Suhu meningkat
5) Nadi menurun

16
e. Septikemia dan pyemia
1) Septikemia. Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman dari uterus
langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan
infeksi umum. Adanya septikemia dapat dibuktikan dengan jalan
pembiakan kuman-kuman dari darah. Gejala yang muncul dari pasien
yaitu: a)
a) Pemulaan penderita sudah sakit dan lemah
b) Sampai hari ke -3 postpartum, suhu meningkat dengan cepat da
menggigil
c) Suhu berkisar antara 39-40 derajat, KU memburuk, nadi menjadi cepat.
2) Pyemia. Pada pyemia terdapat trombophebitis dahulu pada venavena di
utrus dan sinus-sinus bekas implantasi plasenta.Trombophebitis ini
menjalar ke vena uterine, vena hiposgratrika, dan vena ovari. Gejala yang
muncul pada pasien yaitu:
a) Perut nyeri
b) Ciri khasnya adalah suhu berulang-ulang meningkat dengan cepat
disertai menggigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu.
c) Kenaikan suhu disertai mengigil terjadi pada saat dilepaskannya
embolus thrombophlebitis pelvika
d) Lambat-laun timbul gejala abses pada paru-paru, jantung pneumoni,
dan pleuritis
f. Peritonitis (radang selaput rongga perut) adalah peradangan yang disebabkan
oleh infeksi pada selaput rongga perut (poriteneum).Infeksi nifas dapat
menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus, langsung mencapai
poritonrum dan menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan diantara kedua
lembar igamentum latum yang menyebab parametritis. Gejala yang timbul
yaitu:
1) Perut kembung
2) Suhu tinggi
3) Nadi cepat dan kecil
4) Perut kembung dan nyeri

17
5) Ada defense musculair
6) Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat mata cekung,
kulit muka dingin, terdapat fasies hypopratica.
g. Parametritis Parametritis merupakan peradangan pada
parametrium.Parametrium merupakan lapisan terluar yang melapisi uterus.
Parametritis juga memp unyai namalain yaitu sellulitis pelvika. Gejala yang
timbul yaitu:
1) Suhu badan meningkat dan mengigil
2) Nyeri perut bagian bawah dan terasa kaku
3) Denyut nadi meningkat.
4) Terjadi lebih dari hari ke 7 postpartum
5) Lochea yang perulen dan berbau.
10. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda-tanda bahaya yang perlu di perhatikan pada masa nifas adalah:

a. Demam tinggi melebihi 38 derajat celcius


b. Perdarahan vagina luar biasa/tiba-tiba tambah banyak (lebih dari perdarahan
haid biasa/bila emerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam)
disertai gumpalan darah dan berbau busuk.
c. Nyeri perut hebat/rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung, serta
ulu hati.
d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan nanar/masalah penglihatan.
e. Pembengkakan wajah, jari-jari atau tangan.
f. Rasa sakit, merah atau bengkak di bagian betis atau kaki.
g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai dengan demam
h. Putting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui
i. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih dan nafas
terengah-engah.
j. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
k. Tidak dapat buang air besar selama 3 hari atau terasa sakit saat buang air kecil
l. Merasa sangat sedih dan tidak bias mengasuh bayi sendiri serta diri sendiri

18
m. Depresi pada masa nifas.
B. Luka Perineum

1. Pengertian Luka Laserasi Perineum


Luka perineum adalah luka dikarenakan adanya robekan jalan lahir maupun
karena episiotomi pada waktu melahirkan. Dimana wanita yang melahirkan
pervaginam sedikit banyak mengalami trauma seperti luka pada perineum akibat
episiotomi, ruptur uteri atau laserasi perenium.(Widyaningsih and Selvianti 2023)

2. Macam-macam luka laserasi


Menurut (Walyani dan Purwoastuti, 2017).

a. Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses persalinan. Banyak rupture biasanya
tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
b. Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina cincin selaput darah,jaringan pada septum
rektovaginal,otot-otot dan pasiaperium dan kulit sebelah depan perineum.
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2019) Indikasi dilakukannya episiotomi:
1) Gawat janin,untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus
segera diakhiri.
2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu,
akan dilakukan forcep, ekstrak vacuum
3) Jaringan parut pada perineum ataupun vagina.
4) Perineum kaku dan pendek.
5) Adanya rupture yang membakat pada perineum.
6) Premature untuk mengurangi tekanan.
3. Klasifikasi Luka Perineum dan Tindakan Luka Perineum
Luka perineum ada yang ringan sampai berat. Luka perineum dibedakan menjadi
derajat luka, dari luka derajat 1 sampai luka derajat 4. Tentu saja semakin dalam dan
lebar luka perineum akan semakin menyebabkan nyeri.

Luka perineum derajat 1 meliputi mukosa vagina, kulit perineum tepat


dibawahnya. Umumnya robekan tingkat 1 dapat sembuh sendiri, penjahitan tidak
diperlukan jika tidak perdarahan dan luka dapat menyatu dengan baik.

19
Luka perineum derajat 2 meliputi mucosa vagina, kulit perineum dan otot
perineum. Perbaikan luka dilakukan setelah diberi anestesi lokal kemudian otot-otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka
pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan mengikut sertakan jaringan - jaringan
dibawahnya.

Luka perineum derajat 3 meliputi mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum
dan otot spingterani eksternal. Pada laserasi partialis denyut ketiga yang robek
hanyalah spingter.

Luka perineum derajat 4 yaitu pada laserasi yang total spingter recti terpotong dan
laserasi meluas sehingga dinding anterior rektum dengan jarak yang bervariasi.
(Widyaningsih and Selvianti 2023)

Gambar 2.1 Luka Laserasi Perineum

Sumber : skata.info

4. Penyembuhan Luka
Menurut (Walyani dan Purwoastuti,2019) Penyembuhan luka adalah proses
pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Fase-fase penyembuhan luka
dibagi menjadi:

a. Fase inflamantasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.


b. Fase proliferative, berlangsung selama 5 sampai 20 hari
c. Fase maturasi, berlangsung dari 21 sampai sebulan bahkan tahunan

20
Luka dapat sembuh melalui proses utama (primipary intention) yang terjadi ketika
tepi luka disatukan(approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi
penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang kosong.Oleh karena itu
jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi sedikit berperan. Penyembuhan kedua
yaitu melalui proses sekunder(secondary intention) terdapat defsit jaringan yang
membutuhkan waktu yang lebih.

5. Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka


Menurut Walyani dan Purwoastuti,2015, faktor yang mempengaruhi kesembuhan
luka terdiri dari :

a. Faktor eksternal
1) Pengetahuan ibu Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat
menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu
kurang, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan luka akan
berlangsung lama. Banyak dari ibu setelah persalinan merasa takut untuk
memegang kelaminnya sendiri sehingga jika ada luka masalah akan bertambah
parah dan dapat menyebabkan infeksi.
2) Penanganan petugas Pada saat persalinan, pembersihan yang harus dilakukan
dengan tepat oleh penanganan petugas kesehatan hal ini merupakan salah satu
penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.
3) Status gizi pada ibu nifas sangat berpengaruh terhdap proses penyembuhan
luka. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Zat gizi ini berfungsi untuk membantu proses
metabolisme, pemeliharaan dan pembentukan jaringan baru. Salah satunya
makanan yang mengandung protein berpengaruh terhadap penyembuhan luka,
protein merupakan mikronutrien esensial yang berperan penting untuk
pemeliharaan dan perbaikan jaringan, serta penipisan jaringan luka dengan
mengurangi pembentukan fibroblas dan yang cukup akan mengoptimalkan
laju penyembukan luka, dengan menghambat respon fibroblastik, dan
pembentukan pembuluh darah baru dan sintesis kolagen. Nutrisi Makanan
yang bergizi dan sesuai porsi akan mempercepat masa penyembuhan luka
perineum. Ibu yang mempunyai status gizi yang baik akan mengalami
penyembuhan luka perineum lebih cepat. Status gizi yang baik akan tercapai

21
apabila ibu mengonsumsi makanan yang beragam, bergizi, dan berimbang.
Kebutuhan gizi saat nifas mengalami peningkatan. Asupan kalori per hari
mengalami peningkatan mencapai 2700 kalori dan asupan cairan ditingkatkan
mencapai 3000 ml (susu 1000ml) per harinya. Peningkatan asupan zat gizi
tersebut dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan kebutuhan laktasi.
(Widyaningsih and Selvianti 2023)
b. Faktor internal
1) Usia. Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda pada orang tua.
Orang yang sudah lanjut usianya dapat menoleransi seperti trauma jaringan
atau infeksi.
2) Cara perawatan Perawatan yang tidak benar menyebabkan infeksi dan
memperlaambat penyembuhan, karena perawatan yang kasar dan salah
dapatmengakibatkan kapler darah baru rusakdan mengalami
perdarahan.Kemungkinan terjadinya infeksi karena perawatan yang tidak
benar dapat meningkatkan dengan adanya benda mati dan benda asing. Jika
luka dirawat dengan baik maka kesembuhannya juga akan lebih cepat.
3) Personal hygiene. Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat
penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu
dan kuman. Adanya benda asing, pengelupasan jaringan yang luas akan
memperlambat penyembuhan dan kekuatan renggangan luka menjadi tetap
rendah. Luka yang kotor harus ducuci brsih.Bila luka kotor, maka
penyembuhan sulit terjadi. Kalaupun sembuh akan memberikan hasil yang
buruk.
4) Aktivitas. Aktivitas berat dan berlebihan menghambat perapatan tepi luka,
sehingga menggangu penyembuhan yang diinginkan.

6. Skala REDDA
Hal terpenting setelah penjahitan laserasi perineum adalah monitoring
penyembuhan luka melalui pemeriksaan perineum pada masa postpartum. Davidson
pada tahun 1974 memperkenalkan REEDA (Redness Edema, Ecchymosis, and
Approximation) sebagai alat bantu untuk menilai penyembuhan luka perineum
dengan system skor (Nurbaeti dkk, 2013).

22
Penilaian system REEDA meliputi :

a. Redness, tampak kemerahan pada daerah penjahitan


b. Edema, adalah adanya cairan dalam jumlah besar yang abnormal diruang
jaringan intraskuler tubuh, menunjukan jumalah nilai yang nyata dalam
jaringan subcuits, edema dapat terbatas yang disebabkan oleh obstruksi vena
atau saluran limfatik atau oleh peningkatan permaebilitas vascular
c. Ecchymosis adalah bercak perdarahan yang kecil, lebih besar dari petekie
(bintik merh keunguan kecil dan bulat sempurna menonjol padda kulit
perineum membentuk bercak biru atau ungu yang rata, bulat atau tidak
beraturan
d. Discharge adalah adanya ekskresi atau pengeluaran dari daerah luka perineum
e. Approximation adalah kedekatan jaringan yang dijahit.
Menurut Bick dkk, (2010) system skroning Davidson dapat dijelaskan pada
gambar tabel berikut :

Gambar 2.1 Tabel Sistem Skroning Davidson

23
7. Faktor Resiko terjadi Rupture Perineum
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat , sudut arkus pubis lebih kecil dari biasanya, kepala
janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari pada
sirkumferensia suboksipito briegmatika. Biasanya robekan perineum terjadi pada
kepala janin terlalu cepat lahir, persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya,
sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut, pada persalinan distosia
bahu (Walyani dan Purwoastuti,2019).

8. Perawatan Luka Perineum


Luka perineum meruapakan rusaknya jaringan atau otot-otot perineum, dimana
luka tersebut berada di daerah yang lembab dan rentan akan masuknya kuman-kuman.
Pada dengan luka persalinan masih terdapat pengeluaran darah atau yang disebut
lochia dan kotoran yang keluar dari vagina. Vagina merupakan organ terbuka yang
mudah dimasuki kuman dan mengakibatkan terjadinya infeksi dan kemudian dapat
menjalar ke rahim. Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar proses pemulihan
berlangsung seperti yang diharapkan. Perawatan luka perineum sebagai berikut :
a. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering,
b. Menghindari pemberian obat tradisional,
c. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam,
d. mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 kali sehari,
e. Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan
penyembuhan luka.

C. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan


Manajemen Asuhan Kebidanan Varney

1. Pengertian
Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, dimulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Mufdlilah, dkk 2012).

24
2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
Proses Manajemen terdiri dari 7 langkah yaitu :

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar


Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien
secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain :
1) Keluhan klien
2) Riwayat kesehatan klien
3) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
4) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya. Meninjau data
laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada
langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap.
b. Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, dilakukan identifisikasi yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Langkah ketiga mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Pada langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan bidan mengamati klien
diharapkan bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-
benar terjadi (Mufdlilah, dkk 2012).
d. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Beberapa data menunjukkan situasi emergensi dimana bidan perlu
bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data
menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera sementara
menunggu instruksi dokter. Sehingga bidan perlu mengevaluasi situasi
pasien untuk menentukan asuhan yang paling tepat (Mufdlilah, dkk
2012).

25
e. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan dan Penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilakukan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi
oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan
keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang
mengalami komplikasi, serta bidan tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut
(Mufdlilah, dkk 2012).
f. Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dianggap
efektif, jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Mufdlilah,
dkk 2012). Catatan perkembangan pada kasus dilakukan dengan
menggunakan pendokumentasian SOAP.

26
D. Mind mapping

Ny.S post partum 7 Penyebab lama penyembuhan luka perineum :


hari dengan luka
perineum Kurang menjaga personal hygiene
Pemenuhan nutrisi yang kurang baik
Mobilisasi yang kurang

Luka perineum
robekan jalan lahir
Derajat II Dampak robekan perineum :
Infeksi
Komplikasi
Kematian ibu post partum

Asuhan kebidanan
pada ibu post partum

Perawatan pada luka perineum tentang vulva hygiene yang benar


Pemberian nutrisi pada saat post partum
Pencegahan infeksi

27
BAB III
PENDOKUMENTASIAN DAN ASUHAN KEBIDANAN

Hari/tanggal pengkajian : Rabu, 02 Juni 2023

Pukul : 13.00 WIB

Tempat : PMB Army Sisca A.md.Keb

Nama Pengkaji : Siti Anisa Turohman

I. DATA SUBJEKTIF
A. Data pasien

ISTRI SUAMI
Nama Ny. S TN A
Usia 25 tahun 27 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan IRT Petani
Alamat Manunggal, bangkalan Jawa Timur
.

B. Keluhan utama
Ibu mengatakan masih merasa linu pada luka perineumnya
C. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan pernah/tidak pernah menderita penyakit jantung,
ginjal, TBC, asma, DM dll
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien sedang/tidak menderita penyakit jantung, ginjal, TBc,
asma, DM dll
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien ada/tidak yang menderita penyakit jantung,
ginjal, TBC, asma,DM dll
D. Riwayat perkawinan
Status perwakinan :Kawin
pernikahan : 1 kali

28
E. Riwayat obstetrik

Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan : 26 Mei 2023 (Anak pertama )

Jenis persalinan : Spontan

Jenis kelamin : laki-laki

PB : 48 cm

BB : 2900 gram
F. Kehidupan Sosial Budaya
Dalam keluarga pasien tidak ada adat istiadat yang dapat merugikan pasien pada
masa nifas dan tidak ada pantang makanan.
G. Data Psikososial
Ibu mengatakan merasa senang dan bahagia atas kelahiran bayinya
H. Pola Aktivitas sehari- hari
1. Nutrisi
Makan : Ibu makan 2 x/ hari, makanan yang dikonsumsi nasi, sayuran, ibu
mengatakan jarang makan makanan yang mengandung protein.
2. Minum : Ibu minum 7-8 gelas/hari, ibu mengatakan minum air putih, teh manis,
tidak ada masalah lainnya.
3. Eliminasi
Buang Air Besar (BAB) : ibu mengatakan terakhir BAB tadi pagi dan tidak ada
masalah.
Buang Air Kecil (BAK) : ibu BAK 2-3 kali sehari, ibu mengatakan masih
merasa linu pada luka perineumnya
Personal hygiene : mandi 2 kali/hari, gosok gigi 2kali/hari.
Keramas 1 minggu 2 kali, ganti baju dan celana dalam 3-4 kali/hari, ganti
pembalut ibu mengatakan kadang 1x kadang 2x
4. Istirahat
Malam : 4-5 jam/hari
Siang : 1-2 jam/hari
5. Mobilisasi
Ibu mengatakan sudah bisa berjalan dan sedikit mampu mengerjakan pekerjaan
rumah

29
6. Pemberian ASI
Ibu mengatakan pemberian ASI nya maksimal kepada bayinya
7. Tanda bahaya pasca salin
Ibu megatakan tidak mengalami demam, sakit kepala hebat, gangguan
penglihatan, nyeri abdomen yang hebat, pendarahan dan tidak ada nyeri saat
berkemih

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis
1. Tanda-tanda Vital : TD : 120/80 mmHg, S : 36,5oC, N : 84 x/menit, R : 20 x/
menit
2. Payudara
Keadaan bersih, bentuk simetris, putting susu menonjol, tidak ada massa yang
abnormal, pengeluaran ASI kanan dan kiri +/+, dan ibu mengatakan tidak ada
masalah selama menyusui
3. Abdomen
TFU pertengahan pusat-simfisis, kontraksi baik, kandung kemih kosong,
4. Ekremitas
a. Tangan : Tidak ada oedema, tidak pucat pada ujung jari dan kuku
b. Kaki : Tidak ada oedema, tidak ada varices, refleks patela kanan
dan kiri positif, tidak ada nyeri saat dilakukan homan sign
5. Genitalia
Vulva/vagina tidak ada kelainan, tidak ada oedema, lochea merah
kecoklatan (sanguinolenta), pada perineum ada luka jahitan derajat II,
tidak ada nyeri tekan, keadaan luka perineum masih basah dan lembab dan
tidak ada tanda-tanda infeksi.
6. Anus
Hemoroid : Tidak ada

30
III. ANALISA DATA
Diagnosis :
P1A0 postpartum 7 hari dengan keadaan luka perineum
Masalah potensial :
Infeksi luka perineum
Tindaka segera :
Tidak ada

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Evaluasi : ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa keadaan luka perineum
nya masih dalam keadaan basah dan lembab
2. Menganjurkan ibu agar menjaga kebersihan vulva dengan teratur, yaitu mencuci
daerah vulva dengan bersih setiap habis BAK dan BAB sebelum dan sesudahnya
ibu anjurkan mencuci tangan
Evaluasi : ibu mengatakan akan melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk membersihkan daerah vaginanya menggunakan air
mengalir dan jangan menggunakan air panas.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan membersihkan menggunakan air mengalir.
4. Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi, dan menganjurkan ibu
mengkonsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi, seperti telur rebus,
ikan,ayam, tahu, tempe, sayuran,kacang- kacangan.
Evaluasi : ibu akan mengkonsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi
1. Menganjurkan kepada ibu tetap memberikan ASI kepada baiknya secara
eksklusif dan memperhatikan imunisasi bayinya, dan menganjurkan ibu untuk
istirahat cukup
Evaluasi : ibu bersedia melakukannya
2. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu perawatan tali
pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
3. Memberitahukan ibu tentang tanda bahaya selama nifas
Evaluasi : ibu mengerti tentang tanda bahaya pada nifas
4. Menganjurkan kepada ibu segera kepelayanan kesehatan bila memiliki keluhan

31
Evaluasi : ibu bersedia melakukannya.

32
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. S umur 25 tahun P1A0 nifas 7 hari dengan
masalah luka perineum dilakukan dengan menggunakan pendekatan manajemen 7 langkah
varney dan catatan pendokumentasian SOAP, Ny S melahirkan anak pertamanya dengan
spontan dan terdapat robekan pada jalan lahir yaitu derajat II yaitu dari mucosa vagina, kulit
perineum sampai otot perineum, menurut penelitian (Widyaningsih and Selvianti 2023)
Luka perineum derajat 2 meliputi mucosa vagina, kulit perineum dan otot perineum. Dalam
hal ini tidak ada kesenjangan. Proses persalinan Ny S ditolong oleh bidan pada tanggal 26
Mei 2023 jenis kelamin laki-laki berat badan 2900 gram dan panjang badan 49 cm, pada
saat dilakukan kunjungan nifas secara home visit pada pada tanggal 02 Juni 2023.

Berdasarkan data subjektif Ny S mengatakan masih merasakan linu pada luka


perineumnya secara teori disebut fase implamantasi yakni sel darah putih akan
menghancurkan kuman di area luka perineum dan dapat memperbaiki kerusakan jaringan
tubuh, fase ini berlangsung selama 2-3 hari. Data subjektif yang lainnya ditemukan bahwa
dari pola nutrisi, ibu mengatakan kurang mengonsumsi protein seperti ikan, telor, tempe,
tahu, dan dari hasil pola kebersihan atau personal hygiene ibu mengatakan bahwa jarang
mengganti pembalut yaitu kadang 1x atau 2x dalam 1 hari menurut (Walyani dan
Purwoastuti,2017) bila vulva hygiene dilakukan dengan benar maka akan terhindar dari
kemungkinan terjadinya infeksi pada alat reproduksi wanita. Bisa dianjurkan dengan segera
mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka perineum maka akan
semakin cepat sembuh dan kering. Dengan cara menjaga daerah perineum agar tetap bersih,
mengganti pembalut sesering mungkin yaitu setiap kali BAB, BAK, dan selalu kering tidak
akan memberikan kesempatan kuman penyebab infeksi untuk tumbuh dan berkembang biak
di daerah yang kering, dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara asuhan yang diberikan
oleh bidan dan teori.

Lalu dilakukan pengekajian data objektif dan hasil yang didapatkan keadaan umum ibu
baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital Ny S TD : 120/80 mmHg, S : 36,5oC, N :
84 x/menit, R : 20 x/ menit, pada pemeriksaan payudara keadaan puting menonjol, ASI
kanan dan kiri +/+, pada pemeriksaan abdomen TFU pertengahan pusat-simfisis, kontraksi

33
baik, kandung kemih kosong, dalam hal ini sudah sesuai dengan teori menurut
(Sulistyawati,2014) bahwa pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat-
simpisis dengan berat 500 gram, pada pemeriksaan genitalia terdapat pengeluaran lochea
sanguinolenta, terlihat pada luka perineum masih dalam keadaan basah dan lembab, tidak
ada masalah lainnya dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada luka perineum. Menurut
Nunung dkk (2013) pada post partum 7 hari Lochea sanguinolenta berwarna kecokelatan
berisi darah dan lender, hari 4-7 postpartum dalam hal ini telah sesuai dengan teori dan tidak
ada kesenjangan.

Berdasarkan diagnosa masalah dan kebutuhan dari pasien Ny S maka perencanaan yang
akan dilakukan yaitu memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga,
menjelaskan asuhan yang akan diberikan yaitu : memberitahukan tanda tanda bahaya pada
masa nifas pada ibu, menjelaskan bahwa penyebab luka pada perineum masih basah dan
lembab yaitu dikarenakan ibu kurang mengonsumsi protein dan kurang menjaga personal
hygiene, hal ini ditemukan dari data subjektif. Maka bidan memberikan asuhan sesuai
dengan keluhan ibu yaitu bidan Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi, dan
menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi, seperti telur, ikan,
ayam, tahu, tempe, sayuran,kacang- kacangan. Karena menurut penelitian (Widyaningsih
and Selvianti 2023) Status gizi pada ibu nifas sangat berpengaruh terhdap proses
penyembuhan luka. Salah satunya makanan yang mengandung protein berpengaruh
terhadap penyembuhan luka, protein merupakan mikronutrien esensial yang berperan
penting untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan, serta penipisan jaringan luka dengan
mengurangi pembentukan fibroblas dan yang cukup akan mengoptimalkan laju
penyembukan luka, dengan menghambat respon fibroblastik, dan pembentukan pembuluh
darah baru dan sintesis kolagen. Nutrisi Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan
mempercepat masa penyembuhan luka perineum. Ibu yang mempunyai status gizi yang baik
akan mengalami penyembuhan luka perineum lebih cepat, maka dalam hal ini asuhan yang
diberikan tidak ada kesenjangan antara teori dengan apa asuhan yang diberikan.

Asuhan perencanaan yang lainnya sudah bidan lakukan sesuai dengan teori menurut
(Sulistyawati, 2009) yaitu pemberian asuhan pada 6 hari postpartum, memastikan involusi
uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawa umbilicus dan tidak ada
tandatanda perdarahan abnormal, menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi dan
perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup, memastikn ibu

34
mendapatkan makanan yang bergizi, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit, sudah sesuai dan tidak ada kesenjangan.

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ny S postpartum 7 hari dengan luka perineum, pengkajian data subjektif dan objektif
dengan hasil semua masih dalam batas normal dan fisiologis dan juga tidak ada kelainan.
Asuhan yang diberikan sesuai dengan keluhan ibu dan sesuai dengan teori sehingga tidak ada
kesenjangan. Asuhan berupa pemberian konseling untuk penuhan nutrisi berupa protein yaitu
seperti telor rebus, ikan, ayam, tahu, tempe, sayuran dan kacang-kacangan untuk ibu yang
mengalami luka perineum derajat II, dan juga bidan memberikan konseling mengenai
menjaga kebersihan dengan personal hygiene dan vulva hygiene secara baik dan benar
sehingga dapat mempercepat pengeringan luka perineum.

B. Saran
1. Untuk mahasiswa
Diharapkan menjadi tambahan refferensi dan bia menjadi dasar kajian penelitian yang
bisa dikembangkan
2. Untuk PMB
Diharapkan supaya mempertahankan untuk melakukan kunjungan rumah rutin sehingga
kesehatan ibu nifas terpantau
3. Untuk klien / ibu nifas
Diharapkan supaya dapat melakukan atau termotivasi anjuran tenaga kesehatan sehingga
dapat mempercepat pemulihan kesehatan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R. (2019). Pengaruh pemberian telur ayam broiler terhadap penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 4(2), 149.
https://doi.org/10.30867/action.v4i2.161
Diana, S., & Lestari, N. P. I. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Ny. “A” Masa Hamil,
Persalinan, Masa Nifas, Neonatus, Dan Keluarga Berencana Di UPT Puskesmas Sooko
Mojokerto. Jurnal Medica Majapahit, 12(2), 59–77.
Zhou, Yang, & Wang. (2020).
File:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJA_PRINT.Docx,
21(1), 1–9.
Primihastuti, D., Astuti, E., & Ina, M. F. A. (2021). Asuhan Kebidanan Continuity of Care
Pada Ny “N” Usia 32 Tahun Givp2012 Masa Hamil Sampai Masa Nifas Di Pmb Any
Iswahyuni Surabaya. Jurnal Kebidanan, 10(2), 62–70.
https://doi.org/10.47560/keb.v10i2.298
Saputri, E. M. (2020). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada 6 jam s/d 6 hari. Jurnal Komunikasi
Kesehatan, 10(1), 29–37.
Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha Medika.

Ambarwati, E. Retna dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.


Yogyakarta:
Nuha Medika

Astuti, Sri dkk.. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Erlangga

Ambarwati,

E. D dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika

Dewi dan Sunarsih. 2011, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: selemba Medika.
Heryani, R. 2015. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media .
Walyani, E. S. dan Purwoastutu, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Walyani, E. Siwi dan Purwoastuti Th. Endang. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Barupress

Walyani, E. S. dan Purwoastutu, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
PENDOKUMENTASIAN

datang saat melakukan home visit saat melakukan pemeriksaan fisik dan
kerumah Ny S. menanyakan mengenai keluhan yang
dirasakan oleh ibu.

Saat pamitan pulang kepada pasien

Saat melakukan pemeriksaan pada luka perineum ibu dan memberikan konseling kepada
pasien.

Anda mungkin juga menyukai