Pembimbing Pendidikan :
Maya Sukmayati, S.ST.,M.Keb
Oleh :
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmat,
terutama nikmat iman dan islam. Sholawat seta salam tercurah limpahkan kepada nabi
Muhammad SAW.
”Tak ada gading yang tak retak”, pada hakikatnya kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT semata, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan laporan
ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, membalas amal
kebaikan pihak-pihak yang telah membantu selama pembelajaran dan laporan ini dapat
bermanfaat bagi umat.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alatalat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. (Nova
2023). Dalam masa nifas sering terjadi masalah infeksi, salah satunya disebabkan karena
luka perineum karena kala II persalinan yang lama, distosia bahu, bayi besar (lebih dari 4000
grm) namun dapat juga terjadi karena laserasi atau tindakan episiotomi.(Susanti, 2021)
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada mas anifas terjadi 24 jam pertama
setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Oleh karena
itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan
pemantauan untuk mencegah beberapa kematian ibu. (Saputri, 2020) Dalam masa nifas
sering terjadi masalah infeksi, salah satunya disebabkan karena luka perineum karena kala II
persalinan yang lama, distosia bahu, bayi besar, namun dapat juga terjadi karena laserasi
atau tindakan episiotomi (Sukarni dkk,2019).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) diseluruh dunia pada tahun
2015 terdapat 2,5 juta kasus, dimana angka ini di perkirakan akan mencapai 6,3 juta pada
tahun 2050. Di Indonesia luka perineum dialami oleh 75 % ibu melahirkan pervaginam. Dari
total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57 % ibu mendapat jahitan perineum 8% karena
episiotomy dan 29 % karena robekan spontan. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami
ruptur perineum dengan kejadian infeksi luka jahitan sebanyak 5 % dan perdarahan sebanyak
7% dan kematian pada ibu postpartum sebanyak 8 %.(WHO,2015)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Zhou et al., 2020) menyatakan bahwa faktor
penyebab luka jahitan perineum yaitu infeksi, stress dan istirahat berhubungan dengan lama
penyembuhan luka perineum. Begitupula penelitian yang dilakukan oleh Yulia Handayani
dan Adri Idiana (2014) di Aceh pengaruh status gizi dan personal hygiene terhadap
penyembuhan luka perineum. Biasanya penyembuhan luka pada robekan perineum ini
akan sembuh bervariasi, ada yang sembuh normal dan ada yang mengalami kelambatan
dalam penyebuhannya, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
1
karakteristik ibu bersalin, status gizi, kondisi perlukaan, perawatanya dan berbagai
faktor lainnya.
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan asuhan pada ibu nifas,
adapun peran dan tanggung jawab bidan terhadap ibu nifas yaitu memberikan dukungan
secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas, mendorong ibu untuk menyususi bayinya
dengan meningkatkan rasa nyaman, memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai tanda-tanda bahaya selama nifas, menjaga gizi yang baik, serta memberikan
konseling mengenai perawatan pada bayi dan ibu yang mengalami luka laserasi saat selesai
proses persalinan dan juga memberikan konseling personal hygiene yang benar.
Berdasarkan survey yang telah didapatkan di BPM Army Sisca Surabaya Bangkalan di
Jawa Timur dari bulan Januari 2023 sampai Mei 2023 terdapat 6 orang dari 15 ibu bersalin
yang mengalami laserasi perineum. Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Ny S di BPM
Army Sisca didapatkan hasil bahawa setelah persalinan normal Ny S mengalami laserasi
perineum, sehingga pernulis tertarik mengambil kasus dengan judul “ Asuhan Kebidanan
Pada Ny. S usia 25 Tahun P1A0 Ibu Nifas 7 Hari Dengan Luka Laserai Perineum Di PMB
A” dengan manajemen Asuhan Kebidanan menurut SOAP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, Maka rumusan pada studi kasus ini
yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ny. S usia 25 Tahun P1A0 Ibu Nifas 7 Hari
Dengan Luka Laserai Perineum Di PMB A?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S usia 25 Tahun P1A0 Ibu Nifas 7 Hari Dengan
Luka Laserai Perineum Di PMB A dengan menggunakan manajemen varney dan catatan
perkembangan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengkaji dan memberikan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S usia 25 Tahun
P1A0 Ibu Nifas 7 Hari Dengan Luka Laserai Perineum Di PMB A
b. Untuk mendokumentasikan Asuhan Kebidanan Pada Ny. S usia 25 Tahun P1A0
Ibu Nifas 7 Hari Dengan Luka Laserai Perineum Di PMB A.
2
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Untuk perkembangan ilmu dan penerapan pelayanan kebidanan pada ibu nifas di
BPM Army Sisca.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi profesi kebidanan dapat terus menerapkan dan meningkatkan peran, fungsi
dan tanggung jawab dalam bentuk asuhan kebidanan pada ibu nifas serta
dimanfaatkan untuk menambah ilmu dan wawasan bagi tenaga kesehatan tentang
asuhan kebidanan perawatan luka perineum.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari studi kasus ini dapat dimanfaatkan untuk menambah informasi dan
menjadi tambahan dalam referensi dan pengembangan studi kasus mengenai
perawatan luka perineum pada ibu nifas.
c. Ibu nifas
Hasil studi kasus ini bermanfaat untuk menambah wawasan terutama pada ibu
nifas tentang cara perawatan pada luka laserasi pada ibu nifas.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Masa nifas (peurperium) adalah setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
peurperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42) hari setelah itu .(Lia dkk, 2011).
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) tujuan asuhan masa nifas itu ada dua
yaitu :
a. Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasangan nya selama masa transisi awal mengasuh anak.
b. Tujuan Khusus
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya
2) Melakukan skrining yang komprehensif,mendeteksi masalah,mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi
3) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang per
4) awatan kesehatan diri, nutrisi, KB, Menyusui, Pemberian Imuniasi dan
perawatan bayi sehat
5) Memberika pelayanan keluarga berencana
4
3. Tahapan Masa Nifas
a. Peurperium Dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan awal yang dalam hal ini ibu telah
di perbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Peurperium Intermedinal
Suatu masa pemulihan dimana organ organ reproduksi secara berangsur-
angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama
kurang lebih enam minggu atau 42 hari.
c. Remote Peurperium
Remote puerperium merupakan masa yang di perlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangung selama berminggu-
minggu, atau berbulan-bulan, bahkan tahunan.
5
c. 2 minggu postpartum
6
b. Kinjungan ke II (6 hari setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat.
2) Menilai adanganya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tandatanda penyulit
dalam menyusui.
4) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
c. Kunjungan ke III (2 minggu setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat
2) Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tandatanda penyulit
dalam menyusui.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
d. Kunjungan ke IV (6 minggu setelah persalinan)
1) Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang dialami.
2) Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini (Hesty
dkk,2012)
6. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
1) Involusi uterus
7
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil.dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelillingi
nya
a) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram
d) Pada 2 minggu post partum, TFU tidak teraba dengan berat 350 gram
e) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tidak teraba) dengan berat
50 gram (Sulistyawati,2014).
2) Lochea
Lochea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea berasal dari
pengelupasan lesidua Lochea mempunyai reaksi basa/alkhalis yang dapat
membuat mikroorganisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam
yang ada pada wanita normal. Volume total lochea bervariasi setiap wanit
diperkirakan jumlah lochea 500ml (240-270 ml). Menurut Nunung dkk (2013)
macam-macam lochea:
a) Lochea rubra : berwarna merah tua dan berisi darah dari perobekan
luka/luka pada plasenta dan sisa-sisa selaput ketuban,sel-sel besidua dan
klorin,verniks kaseosa,lanugo,sisa darah dan meconium, selama 3 hari
postpartum.
b) Lochea sanguinolenta : berwarna kecokelatan berisi darah dan lender, hari
4-7 postpartum.
c) Lochea serosa : berwarna kuning,berisi cairan lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
plasenta, pada hari ke 7-14 postpartum.
8
d) Lochea alba : cairan putih berisi leukosit, berisi selaput lender serviks dan
serabut jaringan yang mati setelah 2 minggu sampai 6 minggu postpartum.
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi,keluar cairan seperti nanah yang berbau
busuk
f) Lochea statis : lochea tidak lancer keluarnya atau tertahan.
3) Vulva vagina
4) Serviks
5) Perineum
9
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap
lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.
6) Payudara
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu
(ASI). ASI masih sangat dipengaruhi oleh factor kejiwaan, ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percya diri dan berbagai ketegangan
emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI.
Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan
pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya, karena hal ini dapat
memproduksi ASI. Untuk memperoduksi ASI yang baik harus dalam keadaan
tenang.
Supaya buang air besar kembali normal,dapat diatasi dengan diet tinggi serat,
peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil dalam 2-3
hari dapat diberikan obat laksansia.Selain kontipasi, ibu juga mengalami anoreksia
akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi
perubahansekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang
nafsu makan.
Sesuai dengan adanya peningkatan sirkulasi darah selama hamil, maka laju
filtrasi glomerulus pada ginjal juga meningkat,sehingga produksi urin menigkat.
Kondisi hiperfiltrasi dibutuhkan hingga beberapa hari pascapersalinan untuk
mengeluarkan kelebihan cairan intravascular akibat redistribusi cairan dari
ektravascular ke intravascular dalam tubuh ibu.Volume dan frekuensi berkemih
diharapkan kembali dalam keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu saja.Hal yang
perlu diwaspadai yaitu trauma pada kandung kemih akibat tindakan persalinan
yang dapat menyebabkan laserasi kandung kemih.
10
d. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu Badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5c38c) sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila
keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan
naik lagi karena ada pembentukan ASI, Kita anggap nifas terganggu kalau ada
demam lebih dari 38c pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari pertama dan suhu
harus diambil sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
2) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi akan lebih cepat, setiap denyut ndi yang melebihi 100
adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
postpartum yang tertunda. Setiap wanita juga memiliki yang dinamakan
bradicardi nifas. Hal ini terjadi setelah kelahiran dan bisa berlanjut sampai
beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa memiliki
denyut jantung serendah 40-50 detak permenit.
3) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh
manusia.Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120mmhg
dan diastolik 6080mmhg.Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah.
4) Pernafasan
11
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat kemungkinan ada tanda-tanda syok.
Syarat gizi seimbang ibu menyusui yaitu cairan 800-1000 ml/hr (dianjurkan 8-
12 gelas/hari), mudah dicerna dan tidak merangsang, hindari makanan yang terlalu
banyak bumbu, alkohol, terlalu panas atau dingin, banyak makan sayur berwarna,
tinggi kalori dan protein, cukup vitamin dan mineral, tinggi konsumsi cairan dan
buah segar, menu bervariasi dan seimbang (Marmi, 2014). Macam-macam zat
nutrisi yang dibutuhkan ibu menyusui yaitu sumber tenaga digunakan untuk
pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru serta penghematan protein,
misalnya sumber karbohidrat terdiri dari jagung, beras, ubi, tepung terigu, sagu,
sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari nabati (kelapa sawit, minyak sayur dll)
dan hewani (lemak, mentega, dan keju). Sumber pembangun digunakan untuk 12
pertumbuhan dan pengganti sel-sel yang mati, dapat diperoleh dari protein hewani
(ikan, daging ayam, telur, susu dll) dan protein nabati (kacang tanah, tahu, tempe
dll). Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air) digunakan untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme
12
(Wulandari & Handayani, 2011). Hal yang harus dibatasi pada ibu menyusui yaitu
makanan yang berbau merangsang (misal, petai, bawang, jengkol), makananyang
merangsang (misal, cabe, merica, jahe, karena menyebabkan bayi mencret),
makanan yang manis dan berlemak, hindari minuman keras, merokok, dan pil KB
(Marmi, 2014).
b. Ambulasi dini
c. Eliminasi
Dalam masa 6 jam ibu nifas, pasien sudah harus dapat buang air kecil,
semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan
kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Dalam 24 jam pertama, pasien
juga harus dapat bung air besar karena semakin lama feses dalam usus semakin
sulit baginya untuk BAB secara lancar.
d. Kebersihan diri
e. Vulva hygiene
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah masalah yang terjadi, serta memberikan
konseling pada ibu nifas maupun keluarga akan pentingnya vulva hygiene,
13
dimana bila vulva hygiene dilakukan dengan benar maka akan terhindar dari
kemungkinan terjadinya infeksi pada alat reproduksi wanita. Bisa dianjurkan
dengan segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka
perineum maka akan semakin cepat sembuh dan kering. Vulva hygiene
Merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang
mengalami atau berisiko terjadinya kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya
pada daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Sedangkan penyembuhan luka
perineum adalah panjang waktu proses pemulihan pada kulit karena adanya
kerusakan atau disintegritas jaringan kulit. Dengan cara menjaga daerah perineum
agar tetap bersih, mengganti pembalut sesering mungkin yaitu setiap kali BAB,
BAK, dan selalu kering tidak akan memberikan kesempatan kuman penyebab
infeksi untuk tumbuh dan berkembang biak di daerah yang kering (Walyani dan
Purwoastuti,2017).
f. Istirahat
g. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri.Banyak budaya dan agama melarang untuk melakukan hubungan seksual
sampai masa waktu tertentu, misal 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.
h. Senam nifas
i. Rencana KB
14
dan suami dapat memilih alat kontrasepsi KB apa saja yang ingin digunakan.
(Walyani dan Purwoastuti,2017).
a. Perdarahan
1) Robekan jalan lahir Tanda-tanda ibu menglami robekan jalan lahir adalah
perdarahan segar yang mengalir dan terjadi segera setelah bayi lahir,
kontraksi uterus baik, plasenta baik, terkadang ibu terlihat pucat,lemah dan
menggigil.
2) Antonia uteri Antonia uteri adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri.Diagnosis Antonia uteri yaitu bila
setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak,
bergumpal dan pada palpasi di dapatkan fundus uteri masih setinggi pusat
atau lebih dengan kontraksi yang lembek.
3) Retensio plasenta Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau
belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi
lahir .
4) Inversion uteri Inversion uteri adalah suatu keadaan dimana fundus uteri
terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam vakum uteri.Penyebab
inversion uteri yaitu uterus lembek atau lemah (tidak berkontraksi),
kelemahan pada organ reproduksi (tonus otot Rahim yang lemah), dan
meningkatnya tekanan intra abdominal akibat mengedan yterlalu kuat dan
berlebihan.
5) Tertinggalnya sebagian plasenta dalam uterus Sisa plasenta yang masih
tertinggal di dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.Bagian plasenta yang masih tertinggal menempel pada dinding
uterus tidak adekuat sehingga pembuluh darah yang terbuka pada dinding
uterus tidak dapat berkontrakasi/terjepit dengan sempurna.
15
9. Infeksi Nifas
Infeksi masa nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genetalia dalam masa nifas.
a. Vulvitis Vulvitis adalah luka bekas episiotomy atau robekan perineum yang
terkena infeksi. Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka
perineum, jaringan sekitarnya membengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang
membuka menjadi ulkus atau pus.
b. Vaginitis Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum.Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi
ulkus, serta mengandung nanah yang keluar dari ulkus.
c. Servitis Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi banyak gejala. Luka
serviks yang dalam, luas, dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d. Endometritis Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium.Jenis
infeksi ini biasanya yang paling sering terjadi.Kuman-kuman yang masuk
endometrium, biasanya pada luka bekas implantasi plasenta dan dalam waktu
singkat.Pada mengikutsertakan seluruh endometrium, pada infeksi dengan
kuma yang tidak seberapa pathogen, infeksi hanya terbatas pada
endometrium.Jaringan di desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi
nekrotis dan mengeluarkan getah berbau, yang terdiri atas keeping-keping
nekrotis dann cairan.Pada batas-batas antara daerah yang beradang dan daerah
sehat, terdapat lapisan yang terdiri atas leukosit. Tanda dan gejala
endometritis:
1) Uterus membesar
2) Nyeri pada saat perabaan uterus
3) Uterus lembek
4) Suhu meningkat
5) Nadi menurun
16
e. Septikemia dan pyemia
1) Septikemia. Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman dari uterus
langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan
infeksi umum. Adanya septikemia dapat dibuktikan dengan jalan
pembiakan kuman-kuman dari darah. Gejala yang muncul dari pasien
yaitu: a)
a) Pemulaan penderita sudah sakit dan lemah
b) Sampai hari ke -3 postpartum, suhu meningkat dengan cepat da
menggigil
c) Suhu berkisar antara 39-40 derajat, KU memburuk, nadi menjadi cepat.
2) Pyemia. Pada pyemia terdapat trombophebitis dahulu pada venavena di
utrus dan sinus-sinus bekas implantasi plasenta.Trombophebitis ini
menjalar ke vena uterine, vena hiposgratrika, dan vena ovari. Gejala yang
muncul pada pasien yaitu:
a) Perut nyeri
b) Ciri khasnya adalah suhu berulang-ulang meningkat dengan cepat
disertai menggigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu.
c) Kenaikan suhu disertai mengigil terjadi pada saat dilepaskannya
embolus thrombophlebitis pelvika
d) Lambat-laun timbul gejala abses pada paru-paru, jantung pneumoni,
dan pleuritis
f. Peritonitis (radang selaput rongga perut) adalah peradangan yang disebabkan
oleh infeksi pada selaput rongga perut (poriteneum).Infeksi nifas dapat
menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus, langsung mencapai
poritonrum dan menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan diantara kedua
lembar igamentum latum yang menyebab parametritis. Gejala yang timbul
yaitu:
1) Perut kembung
2) Suhu tinggi
3) Nadi cepat dan kecil
4) Perut kembung dan nyeri
17
5) Ada defense musculair
6) Muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat mata cekung,
kulit muka dingin, terdapat fasies hypopratica.
g. Parametritis Parametritis merupakan peradangan pada
parametrium.Parametrium merupakan lapisan terluar yang melapisi uterus.
Parametritis juga memp unyai namalain yaitu sellulitis pelvika. Gejala yang
timbul yaitu:
1) Suhu badan meningkat dan mengigil
2) Nyeri perut bagian bawah dan terasa kaku
3) Denyut nadi meningkat.
4) Terjadi lebih dari hari ke 7 postpartum
5) Lochea yang perulen dan berbau.
10. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
18
m. Depresi pada masa nifas.
B. Luka Perineum
a. Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses persalinan. Banyak rupture biasanya
tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
b. Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lendir vagina cincin selaput darah,jaringan pada septum
rektovaginal,otot-otot dan pasiaperium dan kulit sebelah depan perineum.
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2019) Indikasi dilakukannya episiotomi:
1) Gawat janin,untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus
segera diakhiri.
2) Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presbo, distosia bahu,
akan dilakukan forcep, ekstrak vacuum
3) Jaringan parut pada perineum ataupun vagina.
4) Perineum kaku dan pendek.
5) Adanya rupture yang membakat pada perineum.
6) Premature untuk mengurangi tekanan.
3. Klasifikasi Luka Perineum dan Tindakan Luka Perineum
Luka perineum ada yang ringan sampai berat. Luka perineum dibedakan menjadi
derajat luka, dari luka derajat 1 sampai luka derajat 4. Tentu saja semakin dalam dan
lebar luka perineum akan semakin menyebabkan nyeri.
19
Luka perineum derajat 2 meliputi mucosa vagina, kulit perineum dan otot
perineum. Perbaikan luka dilakukan setelah diberi anestesi lokal kemudian otot-otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka
pada vagina dan kulit perineum ditutupi dengan mengikut sertakan jaringan - jaringan
dibawahnya.
Luka perineum derajat 3 meliputi mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum
dan otot spingterani eksternal. Pada laserasi partialis denyut ketiga yang robek
hanyalah spingter.
Luka perineum derajat 4 yaitu pada laserasi yang total spingter recti terpotong dan
laserasi meluas sehingga dinding anterior rektum dengan jarak yang bervariasi.
(Widyaningsih and Selvianti 2023)
Sumber : skata.info
4. Penyembuhan Luka
Menurut (Walyani dan Purwoastuti,2019) Penyembuhan luka adalah proses
pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Fase-fase penyembuhan luka
dibagi menjadi:
20
Luka dapat sembuh melalui proses utama (primipary intention) yang terjadi ketika
tepi luka disatukan(approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi
penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang kosong.Oleh karena itu
jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi sedikit berperan. Penyembuhan kedua
yaitu melalui proses sekunder(secondary intention) terdapat defsit jaringan yang
membutuhkan waktu yang lebih.
a. Faktor eksternal
1) Pengetahuan ibu Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca persalinan sangat
menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu
kurang, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan luka akan
berlangsung lama. Banyak dari ibu setelah persalinan merasa takut untuk
memegang kelaminnya sendiri sehingga jika ada luka masalah akan bertambah
parah dan dapat menyebabkan infeksi.
2) Penanganan petugas Pada saat persalinan, pembersihan yang harus dilakukan
dengan tepat oleh penanganan petugas kesehatan hal ini merupakan salah satu
penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.
3) Status gizi pada ibu nifas sangat berpengaruh terhdap proses penyembuhan
luka. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Zat gizi ini berfungsi untuk membantu proses
metabolisme, pemeliharaan dan pembentukan jaringan baru. Salah satunya
makanan yang mengandung protein berpengaruh terhadap penyembuhan luka,
protein merupakan mikronutrien esensial yang berperan penting untuk
pemeliharaan dan perbaikan jaringan, serta penipisan jaringan luka dengan
mengurangi pembentukan fibroblas dan yang cukup akan mengoptimalkan
laju penyembukan luka, dengan menghambat respon fibroblastik, dan
pembentukan pembuluh darah baru dan sintesis kolagen. Nutrisi Makanan
yang bergizi dan sesuai porsi akan mempercepat masa penyembuhan luka
perineum. Ibu yang mempunyai status gizi yang baik akan mengalami
penyembuhan luka perineum lebih cepat. Status gizi yang baik akan tercapai
21
apabila ibu mengonsumsi makanan yang beragam, bergizi, dan berimbang.
Kebutuhan gizi saat nifas mengalami peningkatan. Asupan kalori per hari
mengalami peningkatan mencapai 2700 kalori dan asupan cairan ditingkatkan
mencapai 3000 ml (susu 1000ml) per harinya. Peningkatan asupan zat gizi
tersebut dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan kebutuhan laktasi.
(Widyaningsih and Selvianti 2023)
b. Faktor internal
1) Usia. Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda pada orang tua.
Orang yang sudah lanjut usianya dapat menoleransi seperti trauma jaringan
atau infeksi.
2) Cara perawatan Perawatan yang tidak benar menyebabkan infeksi dan
memperlaambat penyembuhan, karena perawatan yang kasar dan salah
dapatmengakibatkan kapler darah baru rusakdan mengalami
perdarahan.Kemungkinan terjadinya infeksi karena perawatan yang tidak
benar dapat meningkatkan dengan adanya benda mati dan benda asing. Jika
luka dirawat dengan baik maka kesembuhannya juga akan lebih cepat.
3) Personal hygiene. Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat
penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu
dan kuman. Adanya benda asing, pengelupasan jaringan yang luas akan
memperlambat penyembuhan dan kekuatan renggangan luka menjadi tetap
rendah. Luka yang kotor harus ducuci brsih.Bila luka kotor, maka
penyembuhan sulit terjadi. Kalaupun sembuh akan memberikan hasil yang
buruk.
4) Aktivitas. Aktivitas berat dan berlebihan menghambat perapatan tepi luka,
sehingga menggangu penyembuhan yang diinginkan.
6. Skala REDDA
Hal terpenting setelah penjahitan laserasi perineum adalah monitoring
penyembuhan luka melalui pemeriksaan perineum pada masa postpartum. Davidson
pada tahun 1974 memperkenalkan REEDA (Redness Edema, Ecchymosis, and
Approximation) sebagai alat bantu untuk menilai penyembuhan luka perineum
dengan system skor (Nurbaeti dkk, 2013).
22
Penilaian system REEDA meliputi :
23
7. Faktor Resiko terjadi Rupture Perineum
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat , sudut arkus pubis lebih kecil dari biasanya, kepala
janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari pada
sirkumferensia suboksipito briegmatika. Biasanya robekan perineum terjadi pada
kepala janin terlalu cepat lahir, persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya,
sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut, pada persalinan distosia
bahu (Walyani dan Purwoastuti,2019).
1. Pengertian
Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, dimulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Mufdlilah, dkk 2012).
24
2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
Proses Manajemen terdiri dari 7 langkah yaitu :
25
e. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan dan Penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilakukan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi
oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan
keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang
mengalami komplikasi, serta bidan tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut
(Mufdlilah, dkk 2012).
f. Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dianggap
efektif, jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Mufdlilah,
dkk 2012). Catatan perkembangan pada kasus dilakukan dengan
menggunakan pendokumentasian SOAP.
26
D. Mind mapping
Luka perineum
robekan jalan lahir
Derajat II Dampak robekan perineum :
Infeksi
Komplikasi
Kematian ibu post partum
Asuhan kebidanan
pada ibu post partum
27
BAB III
PENDOKUMENTASIAN DAN ASUHAN KEBIDANAN
I. DATA SUBJEKTIF
A. Data pasien
ISTRI SUAMI
Nama Ny. S TN A
Usia 25 tahun 27 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan IRT Petani
Alamat Manunggal, bangkalan Jawa Timur
.
B. Keluhan utama
Ibu mengatakan masih merasa linu pada luka perineumnya
C. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan pernah/tidak pernah menderita penyakit jantung,
ginjal, TBC, asma, DM dll
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien sedang/tidak menderita penyakit jantung, ginjal, TBc,
asma, DM dll
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien ada/tidak yang menderita penyakit jantung,
ginjal, TBC, asma,DM dll
D. Riwayat perkawinan
Status perwakinan :Kawin
pernikahan : 1 kali
28
E. Riwayat obstetrik
PB : 48 cm
BB : 2900 gram
F. Kehidupan Sosial Budaya
Dalam keluarga pasien tidak ada adat istiadat yang dapat merugikan pasien pada
masa nifas dan tidak ada pantang makanan.
G. Data Psikososial
Ibu mengatakan merasa senang dan bahagia atas kelahiran bayinya
H. Pola Aktivitas sehari- hari
1. Nutrisi
Makan : Ibu makan 2 x/ hari, makanan yang dikonsumsi nasi, sayuran, ibu
mengatakan jarang makan makanan yang mengandung protein.
2. Minum : Ibu minum 7-8 gelas/hari, ibu mengatakan minum air putih, teh manis,
tidak ada masalah lainnya.
3. Eliminasi
Buang Air Besar (BAB) : ibu mengatakan terakhir BAB tadi pagi dan tidak ada
masalah.
Buang Air Kecil (BAK) : ibu BAK 2-3 kali sehari, ibu mengatakan masih
merasa linu pada luka perineumnya
Personal hygiene : mandi 2 kali/hari, gosok gigi 2kali/hari.
Keramas 1 minggu 2 kali, ganti baju dan celana dalam 3-4 kali/hari, ganti
pembalut ibu mengatakan kadang 1x kadang 2x
4. Istirahat
Malam : 4-5 jam/hari
Siang : 1-2 jam/hari
5. Mobilisasi
Ibu mengatakan sudah bisa berjalan dan sedikit mampu mengerjakan pekerjaan
rumah
29
6. Pemberian ASI
Ibu mengatakan pemberian ASI nya maksimal kepada bayinya
7. Tanda bahaya pasca salin
Ibu megatakan tidak mengalami demam, sakit kepala hebat, gangguan
penglihatan, nyeri abdomen yang hebat, pendarahan dan tidak ada nyeri saat
berkemih
30
III. ANALISA DATA
Diagnosis :
P1A0 postpartum 7 hari dengan keadaan luka perineum
Masalah potensial :
Infeksi luka perineum
Tindaka segera :
Tidak ada
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Evaluasi : ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa keadaan luka perineum
nya masih dalam keadaan basah dan lembab
2. Menganjurkan ibu agar menjaga kebersihan vulva dengan teratur, yaitu mencuci
daerah vulva dengan bersih setiap habis BAK dan BAB sebelum dan sesudahnya
ibu anjurkan mencuci tangan
Evaluasi : ibu mengatakan akan melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk membersihkan daerah vaginanya menggunakan air
mengalir dan jangan menggunakan air panas.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan membersihkan menggunakan air mengalir.
4. Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi, dan menganjurkan ibu
mengkonsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi, seperti telur rebus,
ikan,ayam, tahu, tempe, sayuran,kacang- kacangan.
Evaluasi : ibu akan mengkonsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi
1. Menganjurkan kepada ibu tetap memberikan ASI kepada baiknya secara
eksklusif dan memperhatikan imunisasi bayinya, dan menganjurkan ibu untuk
istirahat cukup
Evaluasi : ibu bersedia melakukannya
2. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu perawatan tali
pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
3. Memberitahukan ibu tentang tanda bahaya selama nifas
Evaluasi : ibu mengerti tentang tanda bahaya pada nifas
4. Menganjurkan kepada ibu segera kepelayanan kesehatan bila memiliki keluhan
31
Evaluasi : ibu bersedia melakukannya.
32
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. S umur 25 tahun P1A0 nifas 7 hari dengan
masalah luka perineum dilakukan dengan menggunakan pendekatan manajemen 7 langkah
varney dan catatan pendokumentasian SOAP, Ny S melahirkan anak pertamanya dengan
spontan dan terdapat robekan pada jalan lahir yaitu derajat II yaitu dari mucosa vagina, kulit
perineum sampai otot perineum, menurut penelitian (Widyaningsih and Selvianti 2023)
Luka perineum derajat 2 meliputi mucosa vagina, kulit perineum dan otot perineum. Dalam
hal ini tidak ada kesenjangan. Proses persalinan Ny S ditolong oleh bidan pada tanggal 26
Mei 2023 jenis kelamin laki-laki berat badan 2900 gram dan panjang badan 49 cm, pada
saat dilakukan kunjungan nifas secara home visit pada pada tanggal 02 Juni 2023.
Lalu dilakukan pengekajian data objektif dan hasil yang didapatkan keadaan umum ibu
baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital Ny S TD : 120/80 mmHg, S : 36,5oC, N :
84 x/menit, R : 20 x/ menit, pada pemeriksaan payudara keadaan puting menonjol, ASI
kanan dan kiri +/+, pada pemeriksaan abdomen TFU pertengahan pusat-simfisis, kontraksi
33
baik, kandung kemih kosong, dalam hal ini sudah sesuai dengan teori menurut
(Sulistyawati,2014) bahwa pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat-
simpisis dengan berat 500 gram, pada pemeriksaan genitalia terdapat pengeluaran lochea
sanguinolenta, terlihat pada luka perineum masih dalam keadaan basah dan lembab, tidak
ada masalah lainnya dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada luka perineum. Menurut
Nunung dkk (2013) pada post partum 7 hari Lochea sanguinolenta berwarna kecokelatan
berisi darah dan lender, hari 4-7 postpartum dalam hal ini telah sesuai dengan teori dan tidak
ada kesenjangan.
Berdasarkan diagnosa masalah dan kebutuhan dari pasien Ny S maka perencanaan yang
akan dilakukan yaitu memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga,
menjelaskan asuhan yang akan diberikan yaitu : memberitahukan tanda tanda bahaya pada
masa nifas pada ibu, menjelaskan bahwa penyebab luka pada perineum masih basah dan
lembab yaitu dikarenakan ibu kurang mengonsumsi protein dan kurang menjaga personal
hygiene, hal ini ditemukan dari data subjektif. Maka bidan memberikan asuhan sesuai
dengan keluhan ibu yaitu bidan Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi, dan
menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi, seperti telur, ikan,
ayam, tahu, tempe, sayuran,kacang- kacangan. Karena menurut penelitian (Widyaningsih
and Selvianti 2023) Status gizi pada ibu nifas sangat berpengaruh terhdap proses
penyembuhan luka. Salah satunya makanan yang mengandung protein berpengaruh
terhadap penyembuhan luka, protein merupakan mikronutrien esensial yang berperan
penting untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan, serta penipisan jaringan luka dengan
mengurangi pembentukan fibroblas dan yang cukup akan mengoptimalkan laju
penyembukan luka, dengan menghambat respon fibroblastik, dan pembentukan pembuluh
darah baru dan sintesis kolagen. Nutrisi Makanan yang bergizi dan sesuai porsi akan
mempercepat masa penyembuhan luka perineum. Ibu yang mempunyai status gizi yang baik
akan mengalami penyembuhan luka perineum lebih cepat, maka dalam hal ini asuhan yang
diberikan tidak ada kesenjangan antara teori dengan apa asuhan yang diberikan.
Asuhan perencanaan yang lainnya sudah bidan lakukan sesuai dengan teori menurut
(Sulistyawati, 2009) yaitu pemberian asuhan pada 6 hari postpartum, memastikan involusi
uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawa umbilicus dan tidak ada
tandatanda perdarahan abnormal, menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi dan
perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup, memastikn ibu
34
mendapatkan makanan yang bergizi, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda penyulit, sudah sesuai dan tidak ada kesenjangan.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ny S postpartum 7 hari dengan luka perineum, pengkajian data subjektif dan objektif
dengan hasil semua masih dalam batas normal dan fisiologis dan juga tidak ada kelainan.
Asuhan yang diberikan sesuai dengan keluhan ibu dan sesuai dengan teori sehingga tidak ada
kesenjangan. Asuhan berupa pemberian konseling untuk penuhan nutrisi berupa protein yaitu
seperti telor rebus, ikan, ayam, tahu, tempe, sayuran dan kacang-kacangan untuk ibu yang
mengalami luka perineum derajat II, dan juga bidan memberikan konseling mengenai
menjaga kebersihan dengan personal hygiene dan vulva hygiene secara baik dan benar
sehingga dapat mempercepat pengeringan luka perineum.
B. Saran
1. Untuk mahasiswa
Diharapkan menjadi tambahan refferensi dan bia menjadi dasar kajian penelitian yang
bisa dikembangkan
2. Untuk PMB
Diharapkan supaya mempertahankan untuk melakukan kunjungan rumah rutin sehingga
kesehatan ibu nifas terpantau
3. Untuk klien / ibu nifas
Diharapkan supaya dapat melakukan atau termotivasi anjuran tenaga kesehatan sehingga
dapat mempercepat pemulihan kesehatan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, R. (2019). Pengaruh pemberian telur ayam broiler terhadap penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 4(2), 149.
https://doi.org/10.30867/action.v4i2.161
Diana, S., & Lestari, N. P. I. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Ny. “A” Masa Hamil,
Persalinan, Masa Nifas, Neonatus, Dan Keluarga Berencana Di UPT Puskesmas Sooko
Mojokerto. Jurnal Medica Majapahit, 12(2), 59–77.
Zhou, Yang, & Wang. (2020).
File:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJA_PRINT.Docx,
21(1), 1–9.
Primihastuti, D., Astuti, E., & Ina, M. F. A. (2021). Asuhan Kebidanan Continuity of Care
Pada Ny “N” Usia 32 Tahun Givp2012 Masa Hamil Sampai Masa Nifas Di Pmb Any
Iswahyuni Surabaya. Jurnal Kebidanan, 10(2), 62–70.
https://doi.org/10.47560/keb.v10i2.298
Saputri, E. M. (2020). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada 6 jam s/d 6 hari. Jurnal Komunikasi
Kesehatan, 10(1), 29–37.
Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha Medika.
Astuti, Sri dkk.. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Erlangga
Ambarwati,
Dewi dan Sunarsih. 2011, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: selemba Medika.
Heryani, R. 2015. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media .
Walyani, E. S. dan Purwoastutu, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Walyani, E. Siwi dan Purwoastuti Th. Endang. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Barupress
Walyani, E. S. dan Purwoastutu, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
PENDOKUMENTASIAN
datang saat melakukan home visit saat melakukan pemeriksaan fisik dan
kerumah Ny S. menanyakan mengenai keluhan yang
dirasakan oleh ibu.
Saat melakukan pemeriksaan pada luka perineum ibu dan memberikan konseling kepada
pasien.