Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN
PASCA PERSALINAN DAN MENYUSUI

DOSEN PENGAMPU : Nova Yulita, SST., M.Keb

Disusun Oleh
Sri Rahayu (200206008)

PRODI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai dari tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan Dan
Menyusui
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pekanbaru, 30 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Konsep Dasar Masa Nifas....................................................................................................2
B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas.........................................................................................3
C. Perubahan Adaptasi Psikologis Masa Nifas.........................................................................6
D. Proses Laktasi.......................................................................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan fase setelah ibu melahirkan dengan waktu selama 6 minggu, masa
nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai kembali normal sebelum hamil.
Selama masa pemulihan ibu mengalami perubahan secara fisik dan psikologis, perubahan
tersebut sebagaian besar bersifat fisiologis (Purwanti, 2012).
Masa nifas terjadi pada perubahan-perubahan penting, salah satu perubahan masa nifas
timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Laktasi terjadi
karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron yang merangsang di kelenjar-kelenjar
payudara ibu. ASI atau air susu ibu eksklusif berdasarkan di peraturan pemerintah nomor 33
tahun 2012 adalah ASI sangat penting diberikan kepada bayi sejak bayi dilahirkan hingga selama
enam bualan, pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk memenuhi asupan pada bayi sejak lahir
karena ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi serta mengandung zat-zat penting
seperti protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi, sehingga
pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi (Dinas Kesehatan Provinsi
Bali, 2016).
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, karena sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama
setelah persalinan, penyebab diantaranya adanya komplikasi pada masa nifas. Oleh karena itu,
peran dan tanggungjawab bidan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan
pemantauan sangat penting untuk mencegah terjadinya kematian pada ibu (Dewi, Vivian N.L., &
Sunarsih, Tri. 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari konsep dasar masa nifas ?
2. Apa saja perubahan fisiologis pada ibu masa nifas ?
3. Apa saja perubahan adaptasi psikologis pada ibu masa nifas ?
4. Apa yang dimaksud dengan proses laktasi ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar mahasiswa mengetahui tentang konsep dari dasar
masa nifas, perubahan fisiologis dan adaptasi psikologis terhadap ibu masa nifas dan prosesnya
laktasi.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Masa Nifas


1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelumhamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu.
(Prawirohardjo, 2014)
Setelah masa pemulihan alat kandungan berlangsung, ibu akan mengalami perubahan secara
fisik maupun psikologis, sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan
pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan terjadi keadaan
patologis. (Sulistyawati, A. 2015)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Menurut Asih (2016) asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :
a. Memulihkan kesehatan klien/ibu
Misalnya memberikan KIE untuk menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan yang dianjurkan
bidan, mengatasi anemia, mencegah infeksi pada alat kandungan dengan memperhatikan
kebersihan diri, serta mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot (senam
nifas) untuk memperlancar peredaran darah.
b. Mencegah infeksi dan komplikasi.
c. Mempertahankan kesehatan fisik dan komplikasi.
d. Memperlancar pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI).
e. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan
menjaga bayi secara baik, sehingga bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal.
f. Memberikan pendidikan kesehatan dan pemahaman tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat
pada ibu dan keluarganya melaui KIE.
g. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana.

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Menurut Sulistyawati (2015) peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain :
a. Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi saat-saat krisis masa
nifas.
Pada awal masa nifas, ibu mengalami masa-masa sulit, ibu sangat membutuhkan teman
dekat yang dapat di andalkan dalam mengatasi kesulitan yang dialami.
b. Usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga.
Melibatkan keluarga dalam setiap kegiatan perawatan ibu dan bayi merupakan salah satu
yang dapat digunakan untuk memberikan pendidikan kesehatan yang tepat.

2
c. Pelaksanaan asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan, pemantauan,
penanganan masalah, rujukan, dan deteksi dini komplikasi masa nifas.
Dalam menjalankan peran dan tanggung jawab bidan sangat dituntut kemampuannya
dalam menerapkan teori yang telah didapatnya kepada klien, penguasaan bidan dalam
pengambilan keputusan tepat mengenai kondisi klien sangatlah penting, terutama
menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini klien agar komplikasi agar dapat di
cegah.

4. Tahapan Masa Nifas


Menurut Kemenkes RI (2015) masa nifas terbagi menjadi tiga periode yaitu :
a. Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24 jam.
Masa 2 jam setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, pada masa ini terdapat banyak
masalah misalnya pendarahan karena atonia uteri. Dan tenaga kesehatan harus dengan
teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea,tekanan darah dan
suhu.
b. Periode pasca salin awal (early postpartum) 24 jam – 1 minggu.
Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada pendarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendaptakan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui denganbaik.
c. Periode pasca salin lanjut (late postpartum) 1 minggu – 6 minggu.
Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling KB.

5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Kebijakan Program Nasional pada masa nifas adalah memberikan asuhan paling sedikit 4
kali kunjungan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, dan menangani
masalah-masalah yang terjadi.

B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Involusi uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi necrotic (layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
palpasi untuk meraba dimana tinggi fundus uteri (TFU).
Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram. Pada akhir kala
III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat. Pada 1 minggu postpartum, TFU teraba pertengahan
pusat simpisis dengan berat 500 gram. Pada 2 minggu postpartum, TFU teraba diatas
simpisis dengan berat 350 gram. Pada minggu 6 minggu postpartum, fundus uteri
mengecil (tidak teraba) dengan berat 50 gram. Perubahan ini berhubungan erat dengan
perubahan miometrium yang bersifat proteolisis.
3
2) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan
sisa jaringan desidua yang necrotic dari salam uterus. Lokhea berbau amis atau anyir
dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita, lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Dan lokhea mempunyai perubahan warna dan volume
karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
 Lokhea rubra/merah Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa nifas.
Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
 Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 masa nifas.
 Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14
masa nifas.
 Lokhea alba/putih Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama
minggu ke 2-6 masa nifas.
3) Perubahan Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor dan berbentuk seperti corong. Hal
ini disebabkan korpus uteri berkontraksi. Perbatasan antara korpus uteri dan serviks uteri
berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah,
setelah minggu pertama serviks mendapatkan kembali tonusnya, dan miometrium segmen
bawah uterus yang sangat menipis berkontraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Dalam
beberapa minggu, segmen bawah diubah dari struktur yang jelas-jelas cukup besar untuk
memuat. Kebanyakan kepala janin menjadi isthmus uteri hampir tidak dapat dilihat
terletak diantara korpus diatas dan ostium interna serviks di bawah (Rukiyah, 2011)
4) Vulva, Vagina, dan Perineum
Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan otot panggul, perineum,
vagina, dan vulva kearah elastisitas dari ligamentum otot rahim. Merupakan proses yang
bertahap akan berguna jika ibu melakukan ambulansi dini dan senam serviks.

b. Perubahan Sistem Pencernaan


Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi
makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari. Dan pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi.
Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan. Sistem pencernaan masa
nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal, beberapa cara agar pencernaan ibu kembali
teratur antara lain, pemberian makanan yang mengandung serat, pemberian cairan yang cukup,

4
pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan, pengetahuan tentang perawatan luka jalan
lahir (Rukiyah, 2011).

c. Perubahan Sistem Perkemihan


Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan
meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada postpartum kadar steroid menurun sehingga
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36
jam sesudah melahirkan.

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah plasenta lahir. Pembuluh-pembuluh darah yang
berada diantara otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak
dan kendur untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genital, serta otototot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-
latihan tertentu seperti senam nifas. Pada nifas hari ke 2, sudah dapat fisioterapi. (Sulistyawati,
2015)

e. Perubahan Sistem Endokrin


Hormon Plasenta menurun setelah persalinan, HCG menurun dan menetap sampai 10%
dalam 3 jam hingga hari ke tujuh sebagai omset pemenuhan mamae pada hari ke- 3 post partum.
Pada hormon pituitary prolaktin meningkat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH meningkat pada minggu ke- 3.

f. Perubahan Tanda-Tanda Vital


Pada 24 jam postpartum, suhu badan akan naik kurang lebih 0.5°C dari keadaan normal
(37,5°C-38°C) akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Denyut
nadi selama jam pertama setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat. Tetapi, setiap denyut
nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi. Tekanan darah biasanya tidak berubah, tekanan darah tinggi pada masa
nifas dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi postpartum, dan bila tekanan darah menjadi
rendah menunjukkan adanya perdarahan masa nifas. Pernapasan pada ibu nifas umumnya
lambat, hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.

g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Pada persalinan, uterus kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan
dengan SC pengeluaran darah sebanyak dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan
5
kadar hematokrit. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan
menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya hemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti sediakala. Umumnya ini terjadi pada hari ke 3-5 masa nifas.

h. Perubahan Sistem Hematologi


Jumlah Hb, hematocrit, dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal masa nifas sebagai
akibat dari volume darah, plasenta, dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua
tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan
masa nifas, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Pada masa nifas terjadi perubahan
komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah
merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu masa nifas biasanya semuanya akan
kembali pada keadaan semula.

C. Perubahan Adaptasi Psikologis Masa Nifas


Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran,
pada masa ini kecemasan ibu makin bertambah dan pengalaman yang unik dialami ibu setelah
persalinan, perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi karena tanggung jawab ibu mulai
bertambah.
Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian, antara lain :
a. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, berlangsung di hari pertama sampai hari
kedua melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya. Ketidaknyamanan ibu antara lain mules, nyeri pada luka jahitan, kurang
tidur, dan kelelahan. Hal yang diperhatikan fase ini adalah ibu harus istirahat yang cukup,
komunikasi yang baik dan asupan nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh
ibu fase ini antara lain kekecewan pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat
perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya,
kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
b. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab akan perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih
sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi
yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan
diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain mengajarkan cara perawatan bayi, cara
menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan
gizi, istirahat, kebersihan diri.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan
6
ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu
merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan
dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi.
Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

D. Proses Laktasi
a. Pengertian Laktasi
Laktasi merupakan teknik menyusui mulai dari ASI dibuat sampai pada keadaan bayi
menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi berguna untuk menambah pemberian ASI dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun dengan baik dan benar serta anak
memperoleh kekebalan tubuh secara alami (Wiji & Mulyani, 2013)

b. Fisiologi laktasi
Laktasi atau menyusi merupakan proses integral dari daur reproduksi dan mempunyai dua
pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Keduanya harus sama baiknya. Secara alamiah
akibat pengaruh hormon maka akan terjadi perubahan secara bertahap sesuai umur dan kondisi
menurut (Wiji & Mulyani, 2013) terdiri dari proses :
 Mammogenesis
Pembentukan kelenjar payudara. Pembentukan kelenjar payudara dimulai dari sebelum
pubertas, masa siklus menstruasi dan masa kehamilan. Pada masa kehamilan akan mengalami
peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru, percabangan dan lobulus yang dipengaruhi oleh
hormon placenta dan korpus luteum. Hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan
adalah prolaktin, laktogen placenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid,
hormon paratiroid dan hormon pertumbuhan. Pada usia tiga bulan kehamilan prolaktin dari
adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air
susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran
kolostrum masih terhambat, tetapi jumlah prolaktin meningkat ketika aktifitasnya dalam
pembuatan kolostrum yang ditekan. Setelah melahirkan estrogen dan progesteron akan menurun
dan prolaktin akan meningkat, oksitosin (hipofiseposterior) meningkat bila ada rangsangan
hisap, sel miopitelium buah dada berkontraksi
 Galaktogenesis
Proses pembentukan atau produksi ASI Pada seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang
masingmasing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks oksitosin
atau let down refleks dan reflek prolaktin.
 Galaktopoesis
Proses mempertahankan produksi ASI Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise
akan mengatur kadar oksitosin dan prolaktin dalam darah. Hormonhormon ini berfungsi untuk
pengeluaran dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui.
Proses pemberian ASI memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke
sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler

7
yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui. Kekuatan isapan kurang disebabkan oleh
berkurangnya rangsangan menyusu oleh bayi, frekuensi isapan yang kurang dari singkatnya
waktu menyusui berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air
susu berkurang, karena diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan
pengeluaan air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran. Komponen penghambat pengeluaran
prolaktin yang belum jelas bahannya menyebabkan terhambatnya pengeluaran prolaktin,
beberapa bahan seperti dopamin, serotonin, katekolamin, dihubungkan ada kaitannya dengan
pengeluaran prolaktin. Oksitosin berfungsi pada sel-sel moepitelium pada alveoli kelenjar
mamae. Hormon ini berperan untuk memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus
dan dinding saluran sehingga ASI dipompa keluar.

c. Reflek Laktasi
Dimasa laktasi, terdapat dua mekanisme refleks pada ibu yaitu refleks prolaktin dan refleks
oksitosin yang berperan dalam produksi ASI dan involusi uterus (khususnya pada masa nifas).
Pada bayi, terdapat 3 jenis refleks menurut (Wiji & Mulyani, 2013), yaitu :
 Refleks mencari putting susu (Rooting reflex)
Mulut bayi akan mendekat ke arah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan
membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang
disentuhkan tersebut.
 Refleks menghisap (Sucking reflex)
Rangsangan putting susu pada langit-langit bayi menyebabkan refleks menghisap yang
dilakukan oleh bayi. Isapan ini akan menimbulkan areola dan putting susu ibu tertekan, lidah dan
langit-langit bayi sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan ASI terpancar keluar.
 Refleks menelan (Swallowing reflex)
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi menekan otot-otot di daerah mulut dan faring untuk
mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.

8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas merupakan fase setelah ibu melahirkan dengan waktu selama 6 minggu, masa
nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai kembali normal sebelum hamil.
Selama masa pemulihan ibu mengalami perubahan secara fisik dan psikologis, perubahan
tersebut sebagaian besar bersifat fisiologis (Purwanti, 2012).
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, karena sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama
setelah persalinan, penyebab diantaranya adanya komplikasi pada masa nifas. Oleh karena itu,
peran dan tanggungjawab bidan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan
pemantauan sangat penting untuk mencegah terjadinya kematian pada ibu (Vivian dan Tri,
2011;3).

B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat sebaik – baiknya, namun sebagai manusia penulis selalu
tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis sangat
diharapkan untuk menyempurnakan penulisan makalah yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah. (2011). Asuhan Kebidanan I. CV. Trans Info Media: Jakarta.
Asih & Risneni. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. TIM: Jakarta
Dewi, Vivian N.L., & Sunarsih, Tri. (2013). Asuhan Kebidanan pada ibu nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Dinkes Provinsi Bali. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015. Denpasar : Dinkes
Provinsi Bali.
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 10 November 2016
Prawirohardjo, S. 2014. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Purwanti, Eny. 2012. Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas. Yogyakarta : Ilmu Cakrawala
Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi Offset.
Wiji. (2013). ASI dan panduan ibu menyusui. Yogyakarta: Medikal Book

10

Anda mungkin juga menyukai