Anda di halaman 1dari 17

PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui


Dosen Pengampu : Titi Legiati, SST., M.Kes.

Disusun Oleh:

Alvi Afresha P17324119017


Risnawati P17324119044
Siti Fadia Salsabila P17324119051
Sylvani Mutiara Lutfi P17324119058
Ulfiyah Khoerunnisa P17324119065

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG


JURUSAN D-III KEBIDANAN BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
pertolongan-Nya kepada semua makhluk yang ada di muka bumi ini dengan segala
kekuasaan-Nya. Dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
Perubahan Fisiologi Masa Nifas sebagai tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw.
yang telah menuntun umat manusia dari kebodohan hingga menuju ilmu pengetahuan untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Mengingat keterbatasan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa dalam penulisan
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis
harapkan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan untuk perbaikan makalah yang
akan datang. Semoga makalah ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan para
pembaca.

Bandung, 6 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1. Latar Belakang...................................................................................................1
2. Rumusan masalah.............................................................................................1
3. Tujuan................................................................................................................ 2
4. Manfaat.............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
1. Pengertian Masa Nifas.......................................................................................3
2. Tahapan Masa Nifas..........................................................................................4
3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas.........................................................................4
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................6
1. Perubahan System Reproduksi..........................................................................6
2. Perubahan System Pencernaan.........................................................................8
3. Perubahan System Perkemihan.........................................................................9
4. Perubahan System Musculuskeletal/Diastasis Rectie Abdominis.......................9
5. Perubahan System Endokrin..............................................................................10
6. Perubahan TTV..................................................................................................11
7. Perubahan System Kardiovaskuler....................................................................11
8. Perubahan System Hemotologi..........................................................................12
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................13
1. Kesimpulan........................................................................................................ 13
2. Saran................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali pulih seperti semula dan
berlangsung kira-kira 6 minggu.
Perawatan yang dilakukan pada masa nifas meliputi perawatan fisik dan
psikologis ibu untuk mencapai kesehatan yang optimal. Perawatan masa nifas ini
sangat diperlukan karena dalam masa nifas sering terjadi kematian pada ibu yang
disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti perdarahan dan infeksi, hal ini
dapat terjadi karena perawatan masa nifas yang kurang baik.
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator keberhasilan pelayanan
kesehatan di suatu negara. Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu
(AKI) di dunia mencapai angka 289.000 jiwa, terbagi atas beberapa negara, antara
lain Amerika Serikat mencapai 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia
Tenggara 16.000 jiwa. Sedangkan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Ibu di Indonesia berada pada angka
359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih belum
memenuhi target Millenium Development Goals (MDG) tahun 2015 adalah
102/100.000 kelahiran hidup.
Selama early postpartum, ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat dirinya
dan bayinya, serta diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk melakukan perawatan
diri. Kemandirian dalam perawatan postpartum tidak hanya penting untuk
mengurangi mortalitas dan morbiditas ibu, tetapi juga penting untuk memperkuat dan
meningkatkan perilaku sehat ibu post partum dalam perawatan. Kemandirian ibu
nifas dalam merawat diri dipengaruhi oleh pengetahuan, motivasi, budaya,
kepercayaan, pengalaman ibu, usia ibu, dukungan, tingkat kelelahan dan kondisi fisik
ibu.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yakni " Bagaimana perubahan
fisiologi ibu pada masa nifas"

1
3. Tujuan
a. Mengetahui mengenai perubahan sistem reproduksi pada masa nifas.
b. Mengetahui mengenai perubahan system pencernaan pada masa nifas.
c. Mengetahui mengenai perubahan system perkemihan pada masa nifas.
d. Mengetahui mengenai perubahan system musculoskeletal pada masa nifas.
e. Mengetahui mengenai perubahan system endokrin pada masa nifas.
f. Mengetahui mengenai perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas.
g. Mengetahui mengenai perubahan system kardiovasukler pada masa nifas.
h. Mengetahui mengenai perubahan system hemotologi pada masa nifas.

4. Manfaat
a. Diharapkan dapat menambah wawasan mengenai "perubahan fisiologis ibu pada
masa nifas"
b. Diharpkan bisa menjadi sumber informasi bagi pembaca
c. Diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengembangkan keilmuan mengenai
perubahan fisiologis ibu pada masa nifas

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Masa Nifas


Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses
persalinan.
Postpartum (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pulih seperti semula. Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang
bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidaknyamanan pada awal postpartum,
yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan
perawatan yang baik.
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4
sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks
dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai dengan banyak perubahan fisiologis.
Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru,
walaupun komplikasi serius mungkin dapat terjadi.
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab
kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua
setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan
perhatian yang tinggi pada masa ini.

3
2. Tahapan Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum.
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri, oleh karena
itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu).


Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. Selain itu, pada
fase ini ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat dirinya dan diperbolehkan
berdiri dan berjalan untuk melakukan perawatan diri karena hal tersebut akan
bermanfaat pada semua sistem tubuh.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu).
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.
Periode immediate postpartum dan early postpartum merupakan periode yang
sering terjadi komplikasi pada ibu.17 Periode masa nifas yang beresiko terhadap
kematian ibu terutama terjadi pada periode immediate postpartum (50%), pada masa
early postpartum (20%) dan masa late postpartum (5%). 7, 8 Resiko sering terjadi
ketika satu minggu pertama post partum (Early postpartum) karena hampir seluruh
sitem tubuh mengalami perubahan secara drastis.

3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi.
Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya
perubahan yang sangat bermakna dalam hidupnya. Keadaan ini ditandai dengan
terjadinya perubahan fisik dan psikologis pada ibu (Prawirohardjo, 2008).
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi
postpartum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan
antara lain:
a. Perubahan system reproduksi
b. Perubahan system pencernaan

4
c. Perubahan system perkemihan
d. Perubahan system musculoskeletal
e. Perubahan system endokrin
f. Perubahan tanda-tanda vital
g. Perubahan system kardiovasukler
h. Perubahan system hemotologi.

5
BAB III
PEMBAHASAN

1. Perubahan System Reproduksi


a. Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).
Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus Menurut Hari:
Kondisi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat-symphisis 500 gr
2 minggu Tak teraba di atas symphisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr

b. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau
amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea
yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai
perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan
menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
1) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,

6
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi),
dan mekonium.
2) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir,
serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
3) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7
sampai hari ke-14.
4) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan
adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh
tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang
berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar
cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”.
Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.

c. Perubahan Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih
menonjol.
Pada masa nifas biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka dan vagina
umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara preprimen (sembuh
dengan sendiri), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan
sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis (Sulistyawati, 2009).
7
d. Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal
hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun
tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.

2. Perubahan System Pencernaan


Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas
tubuh.

3. Perubahan System Perkemihan

8
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang
air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme
sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan)
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon
estrogen yang besifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odema dan hyperemia, kadang-
kadang odema tigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra menjadi kurang
sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine
residual (norma kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada
kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi (Sulistyawati, 2009).

4. Perubahan System System Musculuskeletal/Diastasis Rectie Abdominis


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang
berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan
menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

9
5. Perubahan System Endokrin
Menurut Sulistyawati (2009), perubahan sistem endokrin pada masa nifas adalah:
a. Hormon Plasenta Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
HCG (Human Corionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
b. Hormon Pituitary Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH
akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hypotalamik Pituitary ovarium Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi
juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat
anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
d. Kadar estrogen Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat
memengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.

10
6. Perubahan TTV
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
a. Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 – 380C)
akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI. Bila suhu tidak
turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
b. Nadi Denyut
nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit,
harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan postpartum.
c. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada saat postpartum menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
d. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada
masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

7. Perubahan System Kardiovaskuler


Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila
kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan
terdiri dari volume darah dan haemokosentrasi. Apabila pada persalinan pervaginam
haemokosentrasi akan naik dan pada section caesaria haemokosentrasi cenderung
stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu (Ambarwati, E.R, & Diah Wulandari,
2008).
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah,
sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal
ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi
pada hari ketiga sampai kelima postpartum.

11
8. Perubahan System Hemotologi
Selama berminggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma,
serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama
postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan
mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukosititosis yang
meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses
persalinan akan tetapi tinggi dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah putih
tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama.

Jumlah Hb, Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal mass
postpartum sebagai akibat dari volume darah plasenta, dan tingkat volume darah
yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan
hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

12
diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7
postpartum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel
darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan
berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan
kembali pada keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh
jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali
pada keadaan normal (Sulistyawati, 2009).

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah kita buat dapat disimpulkan bahwasanya masa
setelah persalinan disebut post partum atau masa nifas. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam
waktu 3 bulan. Selama pemulihan akan terjadi perubahan fisiologis yang meliputi
perubahan sistem reproduksi, pencernaan, perkemihan, endokrin, tanda-tanda vital,
musculuskeletal, kardiovaskuler, dan hematologi.
Dari pembahasan yang telah kita buat dapat disimpulkan bahwasanya masa
setelah persalinan disebut post partum atau masa nifas. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam
waktu 3 bulan. Selama pemulihan akan terjadi perubahan fisiologis yang meliputi
perubahan sistem reproduksi, pencernaan, perkemihan, endokrin, tanda-tanda vital,
musculuskeletal, kardiovaskuler, dan hematologi. Maka dari itu seorang ibu
memerlukan adaptasi yang harus dijalani dengan peran barunya sebagai ibu.

2. Saran
Diharpan agar mahasiswi kebidanan dapat memahai dan meng update ilmu
mengenai perubahan fisiologis ibu pada masa nifas, serta harapannya kita sebagai
calon tenaga kesehatan harus mampu menurunkan tingkat AKI dan AKB dengan
terus memberikan pelayanan serta pengetahuan mengenai masa nifas dan
perubahan fisiologi ibu pada masa nifas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Safitri, Yuniar, and Ratnasari Dwi Cahyanti. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Motivasi
Terhadap Kemandirian Ibu Nifas Dalam Perawatan Diri Selama Early Postpartum.
Diss. Diponegoro University, 2016.

Sulistyawati. 2009. Buku ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.Yogyakarta:


Andi Offset.

Sulistyawati. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.

Ambarwati, Eni & Diah Wulandari.(2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:


Mitra Cendika

14

Anda mungkin juga menyukai