Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN INDIVIDU

POST NATAL CARE

Disusun Oleh :
Nadia Daliana Azara

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN AKADEMI 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Makalah individu ini disusun oleh mahasiswa Prodi D3 Jurusan Kebidanan Sutomo
Poltekkes Kemenkes Surabaya tahun akademik 2020/2021. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Astuti Setiyani, SST. M.Kes. selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Surabaya
2. Dwi Wahyu Wulan Sulistyowati, SST., M.Keb. selaku Ketua Prodi D3 Kebidanan
Kampus Poltekkes Kemenkes Surabaya
3. Ambroxol, selaku kakak pembimbing kelompok 8 PKKMB Prodi D3 Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Surabaya
4. Seluruh teman-teman mahasiswa baru D3 Kebidanan Poltekkes Surabaya Tahun
Akademi 2020/2021
Dalam pembuatan makalah ini, Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Mojokerto, 08 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. ..i


DAFTAR ISI............................................................................................... ..................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. ..1
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian......................................................................................................... ..3
2.2 Fisiologi............................................................................................................ ..4
2.3 Tahapan Masa Nifas.......................................................................................... ..5
2.4 Kunjungan Masa Nifas........................................................................................5
2.5 Tanda Bahaya Nifas............................................................... .............................6
2.6 Perubahan Fisiologis Masa Nifas........................................................................8
2.7 Perubahan Psikologis Masa Nifas......................................................................12
2.8 Kebutuhan Dasar Masa Nifas............................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................... .........16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... .....17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Masa nifas dengan riwayat episiotomi
potensial sering terjadi infeksi nifas, dan angka kematian terbesar di indonesia
disebabkan oleh infeksi. seorang wanita dapat meninggal karena persalinan pasca
persalinan dalam waktu 1 jam setelah melahirkan, oleh karena itu penilaian dan
penatalaksanaan yang cermat selama kala III dan kala IV persalinan sangat penting.
Melihat kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu
melahirkan. Upaya yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu secara berkala dan
lebih sering selama kala IV dan menilai kehilangan darah nya dengan memantau tanda
vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan perdarahan lanjutan, dan menilai
tonus uterus. Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis dari ibu dan bayinya.
Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi pada kehamilan dan persalinan serta
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dalam angka kematian ibu
(AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita post partum. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu
dan bayi dalam masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini.
Di Negara berkembang seperti Indonesia, masa nifas merupakan masa yang
kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Menurut perkiraan global terbaru PBB pada
akhir 2018, 303.000 perempuan per tahun meninggal saat melahirkan, atau sebagai
akibat dari komplikasi yang timbul dari kehamilan. Ini sama dengan sekitar 830
wanita meninggal setiap hari atau satu orang setiap dua menit
Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa
puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat
dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian dari PNC
2. Mengetahui fisiologi dari PNC
3. Mengetahui tahapan dalam masa nifas
4. Mengetahui kunjungan pada masa nifas
5. Mengetahui tanda bahaya pada masa nifas
6. Mengetahui perubahan fisiologis masa nifas
7. Mengetahui perubahan psikologis masa nifas
8. Mengetahui kebutuhan dasar masa nifas

1.3 Manfaat Penulisan


1. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi pendidikan ilmu kebidanan sebagai bahan bacaan dan menambah
wawasan bagi mahasiswa kesehatan, khususnya bidan dalam hal menambah
pengetahuan dan perkembangan tentang PNC.
2. Bagi Penulis
Sebagai wahana pengasah kemampuan akademis tentang materi PNC
dan menambah wawasan terkait kebidanan khususnya materi PNC.
3. Bagi Pembaca
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca tentang informasi
PNC.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan
fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil. Masa puerpurium atau masa nifas
dimulai setelah selesainya partus, pada periode ini tubuh terus mengalami perubahan
dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa nifas (postpartum/
puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “ puer” yang artinya bayi dan
“parous” yang berarti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat- alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama pada masa ini
berkisar 6- 8 minggu.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung sekitar 6 minggu. akan
tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Nifas atau puerperium adalah periode dimana organ-organ reproduksi kembali seperti
kepada keadaan tidak hamil. Kala puerperium berlangsug selama 6 minggu atau 42 hari
merupakan waktu yang dipergunakan untuk pulihnya alat kandungan ke keadaan
normal yaitu involusi dan proses laktasi.
Masa nifas merupakan masa yang diawali dari beberapa jam setelah plasenta
lahir dan berakhir setelah 6 minggu post partum. Masa nifas adalah masa setelah
melahirkan hingga pulihnya rahim dan organ kewanitaan yang umumnya diiringi
dengan keluarnya darah nifas, berlangsung selama kurang lebih 6 pekan.
Adapun tujuan dari PNC adalah
1. Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis
2. Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
3. Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
4. Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
5. Untuk mendapatkan kesehatan emosi
6. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi
7. Untuk memperlancar pembentukan air susu ibu
8. Agar penderita dapat melaksanakan perawatan sampai masa nifas selesai, dan
dapat memlihara bayi-bayi dengan baik, agar pertumbuhan dan perkembangan bayi
normal.

3
2.2 Fisiologi
Masa nifas merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan
kehamilan, nifas ditandai dengan banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan
tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius
mungkin dapat terjadi. Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut
pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab
kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah
perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian
yang tinggi pada masa ini.
Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran bayi yang
disebut involsi. Dalam 12 jam setelah persalinan fundus uteri berada kira-kira 1 cm di
atas umbilicius, enam hari setelah persalinan normal berasa kira-kira 2 jari di bawah
pusat dan uterus tidak teraba pada abdomen setelah 9 hari post partum. Sedangkan
bagian atas servik sampai segmen bawah uteri menjadi edema. Servik menjadi lembut,
terlihat memar dan terkoyak yang memungkinkan terjadi infeksi. Dinding vagina yang
licin berangsur-angsur ukurannya akan kemballi normal dalam waktu 6-8 minggu post
partum.
Sekresi dan eksresi kolostrum berlangsung pada hari ke-2 dan ke-3 setelah
persalinan. Payudara menjadi penuh , tegang dan kadang nyeri, tetapi setelah proses
laktasi maka perawatan payudara akan lebih nyaman. Pada operasi volume darah
cenderung mengalami penurunan kadang diikuti peningkatan suhu selama 24 jam
pertama. Pada 6-8 jam pertama bisanya terjadi bradikardi dan perubahan pola nafas
akibat efek anestesi
Pada fungsi ginjal akan normal dalam beberapa bulan setelah persalinan pada
pasien yang terpasang kateter kemungkinan dapat terjadi infeksi saluran kemih. Ibu
biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan.
Selama periode postpartum terjadi perubahan hormon yang besar. Penurunan hormon
human placenta lactogen (HPL), estrogen dan kortisol seta placental enzime imsulinase
membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun pada masa
puerperium.

4
2.3 Tahapan Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri, oleh karena itu,
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokhea, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. Selain itu, pada fase ini
ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat dirinya dan diperbolehkan berdiri dan
berjalan untuk melakukan perawatan diri karena hal tersebut akan bermanfaat pada
semua sistem tubuh. Keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-
jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
3. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB. 2, 16 Periode immediate postpartum dan early postpartum
merupakan periode yang sering terjadi komplikasi pada ibu.17 Periode masa nifas
yang beresiko terhadap kematian ibu terutama terjadi pada periode immediate
postpartum (50%), pada masa early postpartum (20%) dan masa late postpartum
(5%). 7, 8 Resiko sering terjadi ketika satu minggu pertama post partum (Early
postpartum) karena hampir seluruh sitem tubuh mengalami perubahan secara drastis.
Pada periode ini merupakan waktu yang diperlukab untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat
sempurna. Bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.4 Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan nifas dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu :
1. Kunjungan nifas 1 pada periode 6 jam sampai dengan 2 hari pasca persalinan. Pada
kunjungan ini ada beberapa asuhan yang harus dilakukan diantaranya mencegah
perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri, mendeteksi dan perawatan
penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut,
memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan
yang disebabkan atonia uteri, dan pemberian ASI awal.
5
2. Kunjungan nifas 2 pada periode 3 hari sampai dengan 7 hari pasca persalinan. Pada
kunjungan ini ada beberapa asuhan yang harus dilakukan diantaranya memastikan
involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
fundus uteri dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. Menilai adanya
tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. Memastikan ibu mendapat istirahat
yang cukup, memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
3. Kunjungan nifas 3 pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari pasca persalinan.
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada
kunjungan 6 hari post partum
4. Kunjungan nifas 4 pada periode 29 sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Beberapa asuhan yang dilakukan diantaranya menanyakan penyulit yang dialami
ibu selama masa nifas dan memberikan konseling KB secara dini
Pelaksanaan kunjungan nifas dapat dilakukan dengan metode kunjungan rumah oleh
tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online (disesuaikan dengan
kondisi daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan
penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.

2.5 Tanda Bahaya Masa Nifas


Beberapa kondisi pada masa nifas yang perlu diperhatikan karena memiliki
kemungkinan sebagai tanda bahaya, termasuk :
1. Komplikasi Perdarahan post partum
Perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan
plasenta lahir. Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu early
postpartum yatng erjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir dan late postpartum yang
terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir.
2. Komplikasi infeksi
Berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme dalam tubuh
manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya . Infeksi pascapartum
(sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran
genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan. Infeksi ini terjadi
setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat berlangsungnya proses
persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat persalinan
berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat
rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat
yang tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
6
3. Perdarahan pascamelahirkan
Perdarahan pascamelahirkan dapat menjadi tanda bahaya. Hal ini perlu dicurigai
jika Anda harus mengganti pembalut lebih dari satu kali per jam. Keadaan ini juga
bisa disertai dengan pusing dan detak jantung yang tidak teratur. Bila
mengalaminya, Anda dianjurkan untuk segera mencari pertolongan medis. Kondisi
ini mungkin menandakan masih ada plasenta (ari-ari) yang tertinggal dalam rahim,
sehingga perlu dilakukan tindakan kuretase sebagai penanganannya.
4. Demam tinggi (lebih dari 38°C)
Demam tinggi dan tubuh mengigil, bisa menjadi tanda infeksi. Keluhan ini juga
bisa diiringi dengan nyeri pada bagian perut, selangkangan, payudara, ataupun
bekas jahitan (bila melahirkan dengan operasi). Selain demam, darah nifas yang
berbau menyengat juga dapat menjadi gejala infeksi.
5. Sakit kepala hebat
Sakit kepala yang terjadi satu minggu pertama masa nifas mungkin merupakan
efek sisa pemberian obat anestesi saat melahirkan. Namun, jika sakit kepala terasa
sangat mengganggu, disertai dengan penglihatan kabur, muntah, nyeri ulu hati,
ataupun bengkaknya pergelangan kaki, Anda perlu waspada. Kondisi tersebut bisa
menjadi tanda komplikasi seperti preeklampsia pascamelahirkan
6. Nyeri pada betis
Nyeri tak tertahankan pada betis, yang disertai dengan rasa panas,
pembengkakan, dan kemerahan bisa menjadi tanda adanya penggumpalan darah.
Kondisi ini dikenal sebagai deep vein thrombosis (DVT) dan bisa berakibat fatal
bila gumpalan darah tersebut berpindah ke bagian tubuh lain, misalnya paru-paru.
7. Kesulitan bernapas dan nyeri dada
Nyeri dada yang disertai dengan sesak napas bisa menjadi tanda emboli paru.
Emboli paru adalah kondisi tersumbatnya aliran darah di paru-paru, biasanya
karena ada gumpalan darah. Kondisi ini bisa mengancam nyawa, apalagi bila
muntah darah atau penurunan kesadaran turut terjadi.
8. Gangguan buang air kecil
Tidak bisa buang air kecil (BAK), tidak bisa mengontrol keinginan BAK, ingin
BAK terus-menerus, nyeri saat BAK, hingga gelapnya warna air kencing bisa
menjadi tanda kondisi medis tertentu. Tergantung gejala yang dialami, masalah
tersebut bisa menjadi tanda dehidrasi, gangguan pada otot usus atau panggul,
hingga infeksi pada kandung kemih ataupun ginjal.

7
9. Merasa sedih terus-menerus
Perubahan kadar hormon dan munculnya tanggung jawab setelah
melahirkan, bisa membuat ibu mengalami baby blues. Gejala yang muncul bisa
berupa perasaan gelisah, marah, panik, lelah atau sedih. Umumnya kondisi ini
hilang dalam beberapa hari atau minggu. Bila perasaan tersebut tak juga hilang,
bahkan disertai rasa benci, keinginan bunuh diri, juga halusinasi, kemungkinan
Anda mengalami depresi pascamelahirkan. Kondisi ini tergolong berbahaya dan
perlu segera mendapat penanganan.

2.6 Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Pada masa nifas, akan terjadi proses perubahan pada tubuh ibu dari kondisi
hamil kembali ke kondisi sebelum hamil, yang terjadi secara bertahap. Perubahan ini
juga terjadi untuk dapat mendukung perubahan lain yang terjadi dalam tubuh ibu karena
kehamilan, salah satunya adalah proses laktasi, agar bayinya dapat ternutrisi dengan
nutrisi yang paling tepat yaitu ASI. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses ini,
misalnya tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, tenaga
kesehatan dan asuhan yang diberikan, maupun suami dan keluarga disekitar ibu nifas.
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus dan proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
disebut involusi.Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Sedangkan subinvolusi adalah penggagalan
uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.Penyebab subinvolusi yang
paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi. Pada akhir
tahap ketiga persalinan besar uterus sama dengan sewaktu usia kehamilan
16 minggu yaitu 1000g. dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilicus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm tiap 24
jam. Pada hari ke enam pascapartum fundus normal berada di pertengahan
umbilicus dan simfisis. Dan tidak bisa dipalpasi pada abdomen dihari ke
sembilan. Setelah 1 minggu melahirkan uterus berada di dalam panggul
sejati dan berinvolusi menjadi kira-kira 500 g dan 350 g dua minggu setelah
melahirkan. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone ekstrogen
dan progesterone menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan.

8
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra
uteri yang sangat besar. Selama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Penting sekali
untuk mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini, sehingga biasanya
diberikan suntikan oksitosin segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
c. Afterpains
Rasa nyeri menjadi lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus
terlalu teregang. Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan
nyeri karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
d. Tempat plasenta
Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ke 3 pasca partum,
kecuali pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya
tidak selesai sampai enam minggu setelah melahirkan.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula.
f. Vagina dan perineum
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam pengikisan
mucosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang
akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil sampai 6-8 minggu
setelah bayi lahir.
2. Sistem Endokrin
Selama periode pascapartum terjadi perubahan hormone yang besar. Kadar
estrogen dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar
terndahnya dicapai kira-kira 1 minggu pascapartum. Penuruna kadar estrogen
berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstrasellular yang
berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak menyusui
kadar estrogen mulai meniongkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih
tinggi daripada wanita yang menyusui pada pascapartum hari ke-17
9
3. Sistem Urinarius
a. Diuresis pascapartum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan
yang tertimbun di jaringan selama ia hamil, salah satu mekanisme untuk
mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas,
terutama pada malam hari selama 2 – 3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresi
pasca opartu, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen hilangnya,
peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan
volume darah merupakan mekansime lain tubuh untuk megatasi kelebihan
cairan
b. Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
malahirkan yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih
dapat mengalami hiperemi dan edema sering disertai dengan daerah – daerah
kecil hemoragik.
4. Sistem Pencernaan
a. Nafsu makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan.stelah benar- benar pulih
dari efek analgesia, anastesi dan keletihan kebanykan ibu merasakan sangat
lapar.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan motlitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir, kelebihan anastesi dan anlgesi bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal
c. Defekasi
BAB secara sponta bisa tertunda selama 2 – 3 hari setelah melahirkan.
Ibu seringkali sudah mengelukan nyeri saat defekasi karna nyeri yang
dirasakannya di perineum akibat episotomi.
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume darah
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil, hipervolemia
yang diakibatkan kehamilan ( peningkatan ± 40 % lebih dari volume tidak
hamil dan menyebabkan kebanyakan ibu bisa menoleransi kehilangan darah
saat melahirkan, banyk ibu yang kehilangan 300 – 400 ml darah sewaktu
10
melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar dua kali lipat pada saat
operasi cesarea
b. Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat selama
masa hamil, setelah melahirkan keadaan ini meningkat lebih tinggi selama 30
sampai 60 menit karena darah biasanya melintasi uteroplasenta tiba-tiba
kembali ke sirkulasi umum.
6. Sistem Neurologi
Neurologis selama puerperium merupakan adaptasi neurobiologis yang terjdi
saat wanita hamil dan disebabkan oleh trauma yang dialami wanita saat bersalin
dan melahirkan, rasa tidak Nyaman neurologist yang diinduksi kehamilan akan
menghilang setalah wanita melahirkan.
7. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan abdomennya
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak masih seperti hamil diperlukan
sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan semula. Ada keadan
tertentu seperti bayi besar atau hamil kembar otot – otot dinding abdomen memisah
suatu keadaan yang dinamai diatsasis rektiabdominis.
8. Payudara
a. Ibu menyusui
Sebelum laktasi dimulai payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan yakni kolostrum dikeluarkan. Stelah laktasi payudara teraba hangat
den keras ketika disentuh rasa nyeri akan menetap selam asekitar 28 jam.
b. Ibu tidak menyusui
Payudara ibu tidak menyusui biasa teraba nodular pada hari ke – 3 dan
ke- 4 bisa terjadi pembengkakan ( engorgement ). Distensi payudara terutama
disebabkan oleh kongesti vena dan limfatik bukan akibat penimbunan air susu.
Pembengkanan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang
dalam 24 – 36 jam.

2.7 Perubahan Psikologis Masa Nifas


Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaian bagi ibu.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani, perubahan
tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi periode
kerentanan pada ibu postpartum, karena periode ini membutuhkan peran professional
11
kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab ibu postpartum bertambah dengan hadirnya
bayi yang baru lahir. Proses penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri
atas tiga fase yaitu :
1. Fase taking in
Fase taking in merupakan periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya
sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules,
nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat
dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah
gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis.
Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan
harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini
dengan baik.
2. Fase taking hold
Fase taking hold merupakan periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga
komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu.
3. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi
butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih
percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang kita
berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup, sehingga
mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.
12
2.8 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Ibu pada masa nifas, seperti halnya ibu pada masa hamil juga memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi agar kesehatan fisik dan psikisnya dapat terjaga,
demikian juga kesehatan bayi yang dilahirkannya. Adapun kebutuhan dasar pada masa
nifas antara lain :
1. Nutrisi dan Cairan
Disamping perawatan pada bayi, yang juga sangat penting diperhatikan adalah
merawat kesehatan ibu. Demikian pula dengan asupan makanannya terutama bagi
ibu yang menyusui.
2. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan bagi ibu pasca bersalin karena hal
ini akan meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah resiko terjadi tromboplebitis,
meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih sehingga dapat mencegah
konstipasi dan retensi urine serta ibu akan merasa sehat.
3. Eliminasi BAB/ BAK
a. Buang Air Kecil (BAK)
Ibu nifas akan merasa sulit BAK selama 1-2 hari, terutama pada
primipara dan mengalami episiotomy. Ibu diharapkan dapat berkemih
dalam 6-8 jam pertama postpartum. Setiap kali berkemih urin yang
dikeluarkan sebanyak 150 ml. Kesulitan BAK ini dapat disebabkan karena
trauma kandung kemih karena penekanan kepala saat kelahiran bayi dan
nyeri serta pembengkakan pada perineum yang mengakibatkan kejang pada
saluran kemih.
b. Buang Air Besar (BAB)
Defikasi atau BAB umumnya terjadi dalam 3 hari pertama postpartum.
Apabila terjadi obstipasi dan menimbulkan koprostase (skiballa: faeces
yang mengeras) yang tertimbun dalam rectum, maka akan berpotensi Ibu
mengalami febris. Kesulitan BAB dapat terjadi karena trauma pada usus
akibat keluarnya kepala bayi/proses persalinan Faktor-faktor psikologi juga
turut berperan terhadap konstipasi karena rasa takut luka jahitan perineum
terlepas.15Jika terjadi konstipasi, ibu dianjurkan untuk banyak minum dan
diet makanan yang tinggi serat, dan pemberian obat laksansia.

13
c. Kebersihan diri
Menjaga kebersihan bagi ibu nifas sangatlah penting karena ibu
postpartum sangat rentan terhadap kejadian infwksi sehingga ibu perlu
selalu menjaga kebersihan seluruh tubuhnya, pakaian yang dikenakannya
serta kebersihan lingkungannya
d. Perawatan Luka Perineum
Perawatan luka perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam
masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik
seperti pada waktu sebelum hamil.
e. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, hal ini penting karena jika
ibu kurang istirahat akan mempengaruhi kondisi kesehatan secara umum.
f. Seksual
Pada masa nifas sering terjadi penurunan libido pada ibu. Adanya ruptur
perineum dan penurunan hormon steroid akan mempengaruhi keinginan ibu
untuk berhubungan seksual.
g. Keluarga berencana
Pada periode postpartum, pemakaian kontrasepsi diperlukan oleh karena
dapat meningkatkan kesehatan ibu dan janin dengan memperpanjang masa
interval diantara kehamilan, karena jarak kehamilan yang terlalu dekat (3 -
18 bulan) akan meningkatkan kejadian BBLR, kelahiran prematur, bayi
kecil, kematian neonatal, dan kematian janin.
h. Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang terdiri atas sederetan gerakan- gerakan
tubuh yang dilakukan ibu- ibu setelah melahirkan guna mempercepat
pemulihan keadaan ibu.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan tentang masa nifas diatas, dapat disimpulkan bahwa
masa nifas adalah priode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali
kepada keadaan sebelum hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu, pada
masa nifas banyak terjadi perubahan fisiologis maupun perubahan psikologis diantara
perubahan fisiologis tanda-tanda vital, pada masa nifas perubahan tanda-tanda vital
harus dilakukan karena untuk membantu tenaga kesehatan dalam pengawasan post
partum atau masa nifas. Tekanan darah harus dalam keadaan normal, suhu turun secara
perlahan dan stabil pada 24 jam post partum. Kebutuhan dasar pada masa nifas juga
harus terpenuhi secara optimal seperti nutrisi cairan tubuh, istirahat dengan baik serta
menjaga kebersihan diri agar kesehatan fisik dan psikisnya tetap terjaga.

15
DAFTAR PUSTAKA

Comel, Blog. 2017. “Rangkuman ANC, INC, dan PNC”, file:// /Documents
/PNC/KUMPULAN%20MAKALAH,%20ARTIKEL%20dan%20KARYA%20TULI
S%20ILMIAH_%20RANGKUMAN%20ANC,%20INC%20dan%20PNC.html,
diakses pada 08 Agustus 2020 pukul 22.17
Djami, Moudy E.U.2018 “Proses Adaptasi Fisiologi dan Psikologi Ibu Nifas”,
https://akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/156-proses-adaptasi-fisiologi-dan-
psikologi-ibu-nifas, diakses pada 09 Agustus 2020 pukul 05.57
Djami, Moudy E.U.2018. “Kebutuhan Dasar Ibu Nifas”,
https://akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/157-kebutuhan-dasar-ibu-nifas, diakses
pada 09 Agustus 2020 pukul 06.30
Lestari, Ani. 2019. “Penerapan Perawatan Payudara Pada Pasien Post Natal Care (Pnc)
TerhadapKeberhasilan Menyusui” dalam Health information:Jurnal penelitian.
Kendari: Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan
Muliati, Erna. 2020. “Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir Selama
Social Distancing” Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian
Kesehatan RI 2020
Reinissa, Anindhita. 2017. “Persepsi Ibu Nifas Tentang Pelayanan Postnatal Care Dengan
Kunjungan Ulang” dalam Higeia Journal Of Public Health Research And Development.
Semarang: Universitas Negeri Semarang
Unknown. 2016 “Post Natal Care (PNC)”,
file:/mybogger_%20makalah%20post%20natal%20care%20(PNC).html, diakses pada
08 Agustus 2020 pukul 20.22

16
17

Anda mungkin juga menyukai