Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


PADA Ny.’’X’’ P…A… DENGAN PREEKLAMSIA BERAT
DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER

OLEH :

DWI AGUSTIN
NIM 19030013

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2021/ 2022

Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536

E_mail : jstikesdr.soebandi@yahoo.com
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas PKK III yang berjudul Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
Ny.”X” Dengan Preeklamsia Berat di Di RSD dr. Soebandi Jember telah diuji dan
disahkan oleh Program Studi Diploma III Kebidanan Fakultas Imu Kesehatan
Universitas dr. Soebandi pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 13 November 2021
Tempat : Program Studi Diploma III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI

MAHASISWA

DWI AGUSTIN

NIM 19030013

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING PRAKTEK

NIDN. NIP./NIK

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan
Komprehensif untuk memenuhi syarat menyelesaikan kegiatan PKK II di
Universitas dr. Soebandi Jember. Dalam penyusunan Asuhan Kebidanan
Komprehensif ini penulis telah mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak secara langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Dosen selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan. Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan
bimbingan.
2. Bidan selaku Pembimbing Lahan yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun Asuhan
Kebidanan Komprehensif Antenatal Care
3. Berbagai Pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya
penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif Antenatal Care ini yang
tidak mungkin disebut satu persatu.
Penulis menyadari penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca. Besar harapan penulis semoga Asuhan
Kebidanan Komprehensif ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan juga
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Jember, 25 Juni 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Preeklamsia ...................................................................4
2.2 Etiologi Preeklamsia...................................................................4
2.3 Patofisiologis Preeklamsia..........................................................5
2.4 Tingkatan Preeklamsia................................................................6
2.5 Dampak Preeklamsia...................................................................7
2.6 Penatalaksanaan...........................................................................7
2.7 Asuhan Kebidanan Teori Komprehensif....................................10
BAB 3 TINJAUAN KASUS ................................................................17
BAB 4 PEMBAHASAN ......................................................................23
BAB 5 PENUTUP
5. 1 Kesimpulan ...............................................................................25
5.2 Saran ..........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah Masa setelah melahirkan selama 6


minggu dan 40 hari menurut hitungan awam merupakan masa nifas. Masa
ini penting sekali untuk terus dipantau. Nifas merupakan pembersihan
rahim, sama seperti masa haid. (Saleha, 2009). Pre eklamsia adalah
peningkaatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan
mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang
cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium
dijumpai protein didalam urine (proteinuria). (Ferianto, 2011).

Berdasarkan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan maret-


april 2018 menunjukkan bahwa ibu preeklamsia berat (PEB) dengan
presentase sebanyak 62,86%.

Penyebab pre eklamsia sampai sekarang belum diketahui secara


pasti. Tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola.
Faktor-faktor lainyang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya
preklamsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
multigravida, malnutrisi berat,usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari
35 tahun sertaa nemia(Maryunani,dkk,2012).

Solusi dan upayah untuk mengatasi masalah ini maka penyuluhan


dalambentuk Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada ibu dan
keluargatentang pemeriksaan kehamilan yang teratur, bagaimana
mengenal tanda-tanda bahaya pada ibu hamil terlebih tanda-tanda
preeklamsia, pemeriksaan berkualitas seperti ANC yang teratur dan
pemeriksaan lengkap pada fasilitas kesehatan, dan segera ke puskesmas
atau rumah sakit terdekat dan memadai untuk mendapatkan pertolongan
bila mengalami tanda-tanda bahaya pada ibu hamil.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2 1 Apa definisi Preeklamsia
1.2.2 Apa saja etiologi preeklamsia
1.2.3 Apa patofisiologis preeklamsia
1.2.4 Apa saja pemeriksaan diagnostik preeklamsia
1.2.5 Apa saja penatalaksanaan preeklamsia
1.2.6 Apa saja komplikasi preeklamsia

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiwa mampu memahami dan mengetahui tentang intra natal care

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi persalinan


b. Untuk mengetahui etiologi preeklamsia
c. Untuk mengetahui patofisiologis preeklamsia
d. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik preeklamsia
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan preeklamsia
f. Untuk mengetahui komplikasi preeklamsia

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis


Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam memberikan
asuhan dan memahami tentang preeklamsia
1.4.2 Untuk Klien
Untuk mendapatkan asuhan yang sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan dan menambah pengetahuan masyarakat tentang preeklamsia
1.4.3 Untuk Pelayanan Kesehatan
Dapat sebagai acuan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan, terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan
secara komprehensif preeklamsia

2
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah bahan referensi kepustakaan dalam acuan pembuatan


asuhan kebidanan secara komprehensif preeklamsia

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR POST PARTUM


1. Definisi
Masa nifas (peurperium) adalah pulihnya kembali mulai dari partus atau
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil, lamanya 6 – 8 minggu. Masa nifas dimulai sejak berakhirnya
pengeluaran plasenta hingga kembalinya alat reproduksi seperti sebelum
hamil.
2. Periode Masa Nifas
a) Puerperium dini
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan –
jalan.
b) Puerperium intermedial
kepulihan menyeluruh alat–alat genetalia yang lamanya 6–8 minggu.
c) Puerperium remote
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu,
bulanan, bahkan tahunan.

A. ADAPTASI FISIOLOGI POST PARTUM


1. Involusio uterus
Secara berangsur–angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan
alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri
 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak
seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan
cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu
tercapainya lagi ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari,

4
kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga
minggu.

2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa
masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara
selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil
sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
4. Sistem Urinary
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada (1) Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II
dilalui (3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.
Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah
persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding
kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi (extravasation,
artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam
badan) kemukosa. (Suherni, 2009).
5. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang. Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah

5
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi
oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan
pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang
kelenjer bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan
pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan
folikel, ovulasi, dan menstruasi.
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Di samping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan
dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.
6. Sistem Gastrointestinal
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini umumnya
karena makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang
wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam
setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan
dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion
kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama
pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu
dalam masa laktasi (Saleha, 2009).
7. Sistem musculoskeletal
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca
partum antara lain:
a. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang
yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural
pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri

6
punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan
perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan
aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri
elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun
mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada
pasien.
b. Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit
kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi
aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala
dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah
pemberian anestasi umum.
c. Nyeri pelvis posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi
area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung
bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi
sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul
pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat
menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat
membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang
nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas
dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
d. Disfungsi simfisis pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi
simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi.
Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang
pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak.
Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat
fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan
terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya

7
berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk
menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri;
perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi
untuk latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi;
mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.
e. Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari
2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat
pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan
mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi
paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan
postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen
yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami
diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar
celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis
dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul;
latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua
posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan
latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari,
menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
f. Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala
ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul,
serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan
mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi
badan, postur tubuh yang buruk. .

8. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau

8
lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk.
f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
9. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh
darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar,
tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti oleh
pembuluh-pembuluh yang kiri.
10. Vagina dan perineum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi
biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang
asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari perineum, fascia
tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau
mengejan.
Perubahan vagina, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan
atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi
(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran

9
bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni,
2009).
11. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Pada
minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil.
Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan menyebabkan
kebanyakan ibu bisa mentoleransi kehilangan darah saat melahirkan.
Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah
ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan
dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.
Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post
patum.
Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita :
1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal 10%-15%.
2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan
stimulus vasodilatasi
3) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama
wanita hamil.
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena
darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum.

10
12. Tanda-tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC,
sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan
hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari
setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti
sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih,
endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan
lain-lain.
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan
adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali
permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan.
Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan
peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan yang lama.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami
hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan
adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam
pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil
setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan
penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan
gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia
dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke
fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah
melahirkan (Maryunani, 2009).
13. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi
plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat
pelepasan desidua dan selaput janin.

B. KONSEP DASAR PRE EKLAMSIA BERAT


1. Definisi
Pre-eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias berupa hipertensi,

11
proteinuri, dan edema pada bagian kaki atau tangan. Pre-eklamsia
cenderung terjadi pada trimester kedua (diatas 20 minggu). Pre-eklamsia
timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi kehamilan.
2. Etiologi
Penyebab pre-eklamsia hingga kini belum diketahui. Penyebab yang
diperkirakan terjadi, adalah :
a) Kelainan aliran darah menuju rahim.
b) Kerusakan pembuluh darah.
c) Masalah dengan sistem pertahanan tubuh.
d) Diet atau konsumsi makanan yang salah.
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan pertama,
kehamilan pada usia remaja dan kehamilan pada wanita usia diatas 40
tahun. Faktor lainnya yang dapat meningkatkan resiko terjadinya pre-
eklamsia, yaitu:
a. Riwayat pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya.
b. Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua.
c. Riwayat pre-eklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
d. Obesitas.
e. Mengandung lebih dari satu janin.
f. Riwayat diabetes, kelainan ginjal

3. Manifestasi Klinis
Preeklamsi berat ditandai dengan:
a. Sakit kepala.
b. Penglihatan kabur, dan lebih sensitif pada cahaya silau.
c. Nyeri di daerah lambung.
d. Mual atau muntah.
e. Adanya pitting edema setelah bangun pagi atau tirah baring lebih
dari 1 jam (didaerah pretibia, tangan dan wajah)
f. Tekanan darah sistol 160/110 mmHg atau lebih
g. Proteinuria 5 gr/liter atau lebih (+3 atau 4)

12
4. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan
perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme
merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi
vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi
arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi
plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.
Preeklamsia berat dihubungkan dengan kerusakan endotelial vaskuler
yang disebabkan oleh vasospasme dan vasokontriksi arteriolar. Sirlulasi
arteri terganggu oleh adanya area konstriksi dan dilatasi yang bergantian.
Kerusakan endoterial menyebabkan kebocoran plasma kedalam ruang
ekstravaskuler dan memungkinkan terjadinya agregasi trombosit.
Tekanan osmotik koloid menurun saat protein masuk keruang
ekstravaskuler, dan wanita beresiko mengalami hipovolemia dan
perubahan perfusi dan oksigenasi jaringan. Edema paru dapat terjadi paru
non kardiogenik atau kardiogenik. Edema paru non kardiogenik terjadi
karena kapiler pulmonari menjadi lebih permeabel dan rentang terhadap
kebocoran cairan. Edema paru kardiogenik terjadi karena peningkatan
tekanan hidrostatik dalam kapiler pulmonari, peningkatan ini terjadi
karena penumpukan cairan dalam bantalan pulmonari. Vasospasmen
arteri dan kerusakan endotelial juga mengurangi perfusi keginjal.
Penurunan perfusi keginjal menyebabkan penurunan GFR dan oliguria.
Kerusakan endotelial kapiler glomerulus memungkinkan protein
menembus membran kapiler dan masuk kedalam urine, yang
menyebabkan proteinuria, peningkatan nitrogen urea darah dan
peningkatan kreatinin serum. Hati juga terpengaruh oleh vasospasme

13
multisistem dan kerusakan endotelial. Penurunan perfusi kehati
menyebabkan iskemik dan nekrosis (Manuaba, 2009).

5. Pemeriksaan Diagnostik
Gambaran klinis preeklamsia berat, bila ditemukan salah satu dari
tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg, edema, oligouria <400
cc/24 jam, proteinuria 5g/24 jam dan terdapat disnpea sianosis
(Manuaba, 2007). Pemeriksaan laboratoris yang diperlukan berikut:
a) urine: pemeriksaan reagen urine : protein ≥ (+) diikuti
pemeriksaan urin 24 jam,
b) darah: pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosa
preeklamsia berat adalah dengan pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal untuk mengetahui
total urin selama 24 jam kreatinin klirens (Varney, 2007).
6. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
Pada penderita yang sudah masuk ke rumah sakit dengan tanda-tanda
dan gejala-gejala preeklamsi berat segera harus di beri sedativa yang
kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang. Sebagai tindakan
pengobatan untuk mencegah kejang-kejang dapat di berikan:
1) Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10 ml (4 gr) disuntikan
intramuskulus bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan
dapat di ulang 4 gr tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan
magnesium sulfat hanya diberikan bila diuresis baik, reflek patella
positif, dan kecepatan pernafasan lebih dari 16 per menit. Obat
tersebut selain menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan diuresis.
Jika terjadi toksisitas, segera berikan antidot kalsium glukonas 10%
secara intravena selama 3 menit.
2) Klopromazin 50 mg intramuskulus.
3) Diazepam 20 mg intramuskulus, Digunakan bila MgSO 4 tidak
tersedia, atau syarat pemberian MgSO4 tidak dipenuhi. Cara
pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml, max. 120 mg/24 jam. Jika
14
dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan, rawat di ruang
ICU.
b) Penatalaksanaan
1) Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
2) Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
3) Pemberian obat antikejang.
4) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema
paru-paru, payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah
furosemid.
5) Pemberian antihipertensi
Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off) tekanan
darah, untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort
mengusulkan cut off yang dipakai adalah ≥ 160/110 mmHg dan
MAP ≥ 126 mmHg. Di RSU Soetomo Surabaya batas tekanan
darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik ≥ 180
mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
7. Komplikasi
a) Berkurangnya aliran darah menuju plasenta.
Pre-eklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa
darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah,
maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga
pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat kurang.
b) Pre-eklampsia juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur
dan komplikasi lanjutan dari kelahiran prematur yaitu keterlambatan
belajar, epilepsi, sereberal palsy, dan masalah pada pendengaran dan
penglihatan.
c) Lepasnya plasenta.
Pre-eklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding
rahim sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat
mengancam bayi maupun ibunya.
d) Sindrom HELLP

15
HELLP adalah singkatan dari Hemolysis (perusakan sel darah merah),
Elevated liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar
enzim dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan
darah). Gejalanya pusing dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut
atas.
e) Eklampsia
Jika pre-eklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia.
Eklamsia dapat mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu,
seperti otak, hati atau ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu
mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian
janin maupun ibunya.

16
a. Konsep Asuhan Kebidanan Teori Post Partum

ASUHAN KEBIDANAN TEORI POST PARTUM


Pada Ny”X” P...A.. 4-28 hari Post Partum Dengan Preeklamsia Berat

Nama pengkaji : Nama petugas yang melakukan pengkajian


terhadap klien.
Tanggal pengkajian : Menunjukkan tanggal dan waktu dilakukan
pengkajian
Tempat pengkajian : Menunjukkan tempat dimana dilakukan
pengkajian

A. Data Subjektif (S)


1. Keluhan utama
His/kontraksi uterus yang terjadi secara teratur,terus-menerus dan
terus meningkat frekuensinya yang dimulai dari bagian punggung
kemudian menyebar disekitar abdomen bawah otot merupakan
tanda persalinan yang sebenarnya akan menimbulkan rasa
ketidaknyamanan dan rasa nyeri (Farrer,2001)
2.Riwayat kesehatan
Penting untuk melakukan penapisan pada ibu secepatnya terhadap
kemungkinan komplikasi antepartum yang dapat mempengaruhi
periode intrapartum (missal preeklampsi,anemia) atau muncul
tnda-tanda persalinan (varney,2007)
3.Riwayat KB
KB terakhir yang digunakan jika pada kehamilan perlu juga
ditanya rencana KB setelah melahirkan (Hani,dkk)

4.Polakebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi pada saat menjelang persalinan dan saat
persalinan,pemberian makanan pada klien dianjurkan untuk

17
memberikan minum cairan yang manis dan makanan halus
atau yang mudah dicerna.Hal ini dikarenakan motilitas
lambung dan absorbsi makanan padat berkurang,pengosongan
lambung menjadi sangat lambat dan kadang ibu mengalami mual
muntah (Widia,2015)
b.Eliminasi
Masalah yang biasa dialami ibu bersalin yaitu sering
BAK.Anjurkan ibu untuk berkemih 2jam/lebih sering karena jika
kandung kemih penuh maka akan menyebabkan:
- Menghalangi kontraksi
- Menghalangi penurunan kepala janin
- Menambah rasa sakit
- Kesulitan untuk melahirkan kepala
- Perdarahan pasca persalinan (JNPK-KR,2002)
c. Aktifitas
Menganjurkan ibu untuk istirahat diantara dua kontraksi,agar ibu
tidak merasa capek atau kelelahan sehingga dapat menyimpan
tenaga.
d.Istirahat dan tidur
Sebaiknya ibu bersalin istirahat atau tidur meskipun bukan tidur
tapi hanya membaringkan badan untuk memperbaiki sirkulasi
darah (Yeyeh,2009)

5. Data psikologi dan spiritual


Pengkajian budaya harus dilakukan untuk memastikan pemberi
asuhan memiliki pengetahuan yang adekuat mengenai keyakinan
terhadap dukungan persalinan,tetai obat dan pantangan
(Kennedy,2009)

18
B. Data Objektif (O)
Pemeriksaan umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : Peningkatan atau penurunan tekanan darah
masing-masing merupakan indikasi gangguan
pada kehamilan atau syok.Peningkatan darah
sistolik,dengan tekanan diastolic dalam batas
normal,dapat mengindikasikan ansietas atau
nyeri.Tekanan darah akan normal <140/90 mmHg
(soeparman,2003).Jika >140/90 mmHg dicurigai
adanya preeclampsia (Pusdiknakes,2003)
- Nadi : 60-100 kali/menit (mandriwati,2008).Peningkatan
denyut nadi dapat menunjukkan
infeksi,syok,dehidrasi.
- Suhu :Normal 36-37 (Mandriwati,2008).Peningkatan
suhu menunjukkan proses infeksi.Namun,karena
terjadi peningkatan metabolisme,maka suhu tubuh
sedikit meningkatkan yaitu berkisar 0,5-1.
- Pernafasan :Normalberkisar 16-24 kali/menit
(Mandriawai,2008).Peningkatan frekuensi
pernafasan dapat menunjukkan syok atau ansietas.
Berat Badan : Kenaikkan berat badan wanita hamil rata-rata
antara 6,5 kg sampai 16 kg (Winkjosastro,2006).
<19,8 :underweight
19,8 – 26,6 : Normal
26,6-29,0 :overweigh
>29,0 :obese

Pemeriksaan Fisik Khusus


Muka : tidak odema , tidak pucat

19
Mata : Sklera puth,congjungtiva merah muda
Payudara : Simetris,-/- bersih, tidak ada pembekakan,puting susu
menonjol+/+.tidak ada nyeri tekan -/-,ASI sudah keluar
Abdomen :tidak kembung,TFU pertengahan pusat sympisis,kontraksi
uterus baik ,kandung kemih kosong ,distasis recti 1 jari
Genetalia : ada atau tidaknya luka jahitan,pengeluaran cairan lochea
sanguilenta (bewarna merah kecoklatan dan berlendir)
Pemeriksaan lserasi jalan lahir :
R : Red (kemerahan)
E : Edem (bengkak)
E : Echimosis (bercak-bercak)
D : Dischart (pengeluaran)
A : Approximately(pertautan)
Anus : Haemoroid tidak ada
Ekstermitas : Atas : Simetris,odema tidak ada
Bawah : Simetris,odema tidak ada,vaerises tidak
ada,reflek patela(+/+),dan homan sign

C. Analisa Data (A)


Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data
subjektif dan objektif. Dan Diagnosis / masalah.
Ny”X” P...A.. 4-28 hari Post Partum dengan Preeklamsi Berat

D. Penatalaksanaan (P)
1. Memberitahu ibu hasil pemriksaan TD = 190/117 mmHg, Nadi = 92
x/menit, Suhu = 36,8 C, RR = 21x/menit, Ø 2 cm, DJJ = 150 x/menit,
swab antigen : negatif

R/ Ibu mengerti

2. Melakukan inform consent kepada keluarga atas tindakan yang dilakukan


Menganjurkan bu tidur miring kiri

3. Melakukan pemasangan infus ringer laktat 20 tpm

20
4. Melakukan pemasangan kateter kepada pasien agar ibu tidak melakukan
mobilisasi terlebih dahulu selama tindakan dan untuk mengetahui input
dan outputnya cairan.

5. Melakukan pemasangan oksigen 10 lpm

6. Melakukan fuldose MgSO4 20% secara IV 20 cc pada pukul 11.00 WIB


MgSO4 40 % secara IM boka boki 25 cc sebagai pencegahan dan terapi
kejang.

7. Memberikan obat Nifedipin 10 mg melalui sublingual berfungsi untuk


antihipertensi.

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny. “W” dengan Usia Kehamilan 39 Minggu I/T/H
Dengan Preeklamsia Berat

Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 13 Oktober 2021


Jam : 12.34 WIB
Tempat : Puskesmas Jember Kidul
Nama Pengkaji : Dwi Agustin

IDENTITAS
Nama : Ny W Nama suami : Tn D
Umur : 40 th Umur : 55 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : WIRASWASTA
Alamat : Jln. Gajah Mada 7 RT 01/RW 36

A. SUBJEKTIF
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil anak keempat usia 9 bulan, mengeluh perut
kenceng-kenceng sejak tadi malam jam 23.00 WIB. Ibu datang jam 11.00
WIB
2. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa ibu dan keluarga tidak sedang dan tidak pernah
menderita penyakit menurun (Asma, Hipertensi, DM) penyakit menular
(HIV/AIDS, Hepatitis, TBC) dan penyakit sistemik (Jantung, Ginjal dan
paru-paru) tidak memiliki alergi obat dan tidak memiliki keturunan
kembar.

22
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : ± 28 hari
Lama : ± 7-8 hari HPHT : 10-02-2021
Jumlah : ± 2-3x kali pembalut HPL : 17-11-2021
4. Riwayat obstetri
NO Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Peny Anak Keadaan
Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Kel/BB Anak

1. 2000 PMB 9 bln Spontan Bidan - Laki-laki Hidup


3100 gram

2. 2003 PMB 9 bln Spontan Bidan - Laki-laki Hidup


2900 gram
3. 2008 PMB 9 bln Spontan Bidan - Laki-laki Hidup
3200 gram
4. H A M I L I N I

5. Riwayat ANC
Kehamilan Frekuensi Keluhan Terapi Konseling
TM II 3 Kali Tidak ada Fe, kalk, vit Rutin kontrol
keluhan c 30x3 = 90 Istirahat
Tablet, 1x1. cukup, nutrisi
bumil
TM III 1 Kali Nyeri Perut Fe, kalk, vit Tanda-tanda
Bagian c 30x3 = 90 persalinan,
bawah Tablet, 1x1. Tanda bahaya
persalinan,
Persiapan
persalinan

6. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan selama 12 tahun
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Nutrisi : makan terakhir siang, minum terakhir jam 10.15
WIB
23
Eliminasi : BAK terakhir siang, BAB terakhir pagi
Istirahat : terakhir tidur jam 21.00 – 03.00 WIB
Personal Hygiene : Ibu mengatakan sudah mandi, sudah ganti baju, sudah
ganti celana dalam kemarin sore
8. Riwayat psikososial, spiritual, dan kultural
Ibu mengatakan ibu dan keluarga sangat menanti kelahiran bayinya.

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV Tekanan Darah : 190/117 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 36,8 C
Pernafasan : 21x/menit
BB/TB sebelum dan selama hamil : 72,8 Kg/163 cm  75 kg
LILA : 30 cm
IMT : 28,2 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Tidak pucat, tidak oedema
b. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, skelra putih
c. Mulut : Bibir merah muda, lembab, tidak ada caries gigi
d. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada
bendungan vena jugularis
e. Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi, tidak ada
retraksi dada
f. Payudara : Simetris, puting susu menonjol, colostrum sudah
keluar, hiperpigmentasi areola +/+

24
g. Abdomen : pembesaran sesuai UK, tidak ada luka bekas
operasi, terdapat line nigra
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px (30cm), teraba lunak dan
tidak melenting (bokong)
Leopold II : bagian kanan teraba bagian-bagian kecil
(ekstermitas). Bagian kiri teraba keras memanjang
seperti papan (PUKA)
Leopold III : teraba keras, bulat tidak bisa dilentingkan
(kepala), sudah masuk PAP
Leopold IV : divergen
TFU MC : 30 cm TBJ : (30-11) x 155 = 2.945 gram
DJJ : 150x/menit His : 2 x 10’ x 15’’
h. Genetalia : Vulva vagina blood slym, bersih, tidak odema,
tidak ada varises
VT : Ø 2 cm, eff 25%, Ket + utuh, Preskep, HI, molase 0, tali
pusat tidak menumbung
i. Ekstermitas :
Atas : Simetris, tidak ada odema
Bawah : Simetris, terdapat odema, tidak ada varises,
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11,2 g/Dl
HbsAg : Negatif
Protein Urin : +2
Swab Antigen : Negatif

C. ANALISA DATA
Ny. W G4P3A0 Usia Kehamilan 39 Minggu T/H Dengan Preeklamsia Berat

25
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanan Paraf

11.00 8. Memberitahu ibu hasil pemriksaan TD = 190/117


mmHg, Nadi = 92 x/menit, Suhu = 36,8 C, RR =
21x/menit, Ø 2 cm, DJJ = 150 x/menit, swab antigen :
negatif
R/ Ibu mengerti
9. Melakukan inform consent kepada keluarga atas
tindakan yang dilakukan Menganjurkan bu tidur
miring kiri
10. Melakukan pemasangan infus ringer laktat 20
tpm
11. Melakukan pemasangan kateter kepada pasien
agar ibu tidak melakukan mobilisasi terlebih dahulu
selama tindakan dan untuk mengetahui input dan
outputnya cairan.
12. Melakukan pemasangan oksigen 10 lpm
13. Melakukan fuldose MgSO4 20% secara IV 20 cc
pada pukul 11.00 WIB MgSO4 40 % secara IM boka
boki 25 cc sebagai pencegahan dan terapi kejang.
14. Memberikan obat Nifedipin 10 mg melalui
sublingual berfungsi untuk antihipertensi.
15. Motivasi Rujuk
16. Keluarga menyetujui untuk dilakukannya
tindakan rujukan
10. Rujuk RS dengan BAKSOKU

26
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tanggal 13 November 2021, jam 09.30 WIB, Ny. "F" datang untuk
melakukan pemeriksaan dengan usia kehamilan 8 minggu. Didapatkan data
subjektif bahwa ibu mengeluh mual muntah.

Data subjektif yang ditemukan yaitu Ibu mengatakan hamil 2 bulan,


mengeluh sejak seminggu yang lalu mengalami mual dan muntah berupa cairan
± 10x/ hari, setelah makan dan minum, serta terasa lemas dan pusing. Hal ini
sesuai dengan teori (Rofi’ah dkk., 2019) yang menyatakan bahwa keluhan yang
dirasakan oleh ibu merupakan gejala pada Hiperemesis Gravidarum seperti :
Muntah yang terus menerus, muntah hebat lebih dari 10 kali, nafsu makan
berkurang, Berat badan menurun.

Data objektif yang ditemukan pada pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu


tekanan darah 107/80 mmHg, nadi 97 x/menit, ada, mata cekung dan turgor kulit
menurun Hal ini sesuai dengan teori ( Hidayati, 2009) yang menyatakan bahwa
keluhan yang dirasakan oleh ibu merupakan gejala pada Hiperemesis Gravidarum
tingkat 1 seperti : Nyeri epigastrum, Nadi meningkat sampai 97 kali permenit dan
tekanan darah systol menurun, Mata cekung dan lidah kering, Turgor kulit
berkurang, Urin masih normal.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada studi kasus ini sesuai dengan teori
yang ada disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Seperti Menempatkan ibu di
ruangan yang nyaman, sirkulas udara yang bagus dan jauh dari bau-bauan yang
menyebabkan mual dan muntah, Memberikan dukungan psikologis pada ibu,
memberikan injeksi ondan 2x1 perhari dan ranitidine 3x1 perhari, terapi oral
antasia 3x1 perhari dan B6 2x1 perhari agar kadar asam lambung tidak meningkat.
Memberi informasi tentang diet ibu hamil dengan makan tidak sekaligus banyak,
tetapi dalam porsi yang sedikit namun sering dan Menganjurkan ibu untuk
istirahat yang cukup. Apabila ibu ingin bangun dari tempat tidur, ibu di anjurkan
untuk tidak langsung berdiri karena akan membuat ibu hamil mengalami pusing,
mual, dan muntah.

27
Setelah diberikan asuhan dan di observasi, ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum, keadaan ibu sedikit membaik. Mual dan muntah ibu sudah mulai
berkurang,ibu sudah dapat makan tanpa memuntahkan kembali apa yang sudah
dimakan, ibu mengatakaan dirinya merasa mulai memiliki tenaga.

28
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari
10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan,
penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas
sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan.

Dari hasil pengkajian didapatkan Ny. "F" mengatakan bahwa dirinya mual
muntah sejak satu minggu yang lalu. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
masalah ini dengan cara memberi asuhan yang dibutuhkan oleh pasien.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan jika pasien Ny. F di berikan


asuhan hyperemesis normal. Karena pada hasil pengumpulan data, tidak
ditemukan suatu hal yang bertentangan dengan teori.

5.2 Saran

5.1.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi


mahasiswa dengan cara memperbanyak referensi tentang hiperemesisis
gravidarum dan penanganan hiperemesis gravidarum yang intensif.

5.1.2 Bagi Lahan Praktik

Diharapkan kepada penyedia layanan asuhan kebidanan yang sedang


menjalankan praktik untuk selalu mempertahankan dan meningkatkan
pelayanan kebidanan yang sudah ada, khusunya terhadap pelayanan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
tingkat I

29
30
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, R. (2009). Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan


Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

Indriyani, D. (2013). Keperawatan Maternitas pada Area Perawatan Antenatal.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jueckstock, J.K., Kaestner, R., Mylonas, I. (2010). Managing Hyperemesis


Gravidarum: A Multimodal Challenge. BioMed Central Pregnancy and
Childbirth, 8:46, 1741-7015. Diakses 14 November 2013, dari http://
www.biomedcentral.com/1741-7015/8/46

Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.XI No.1 Tahun 2020

Manuaba, I.B.G. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Hiperemesis Gravidarum:


Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Wegrzyniak, L.J., Repke, J.T., Ural, S.H. (2012). Treatment of Hyperemesis


Gravidarum. Reviews in Obstetrics & Gynecology, 5 (2), 78-84. Diakses 3
November 2013, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC3410506/

Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Hiperemesis Gravidarum:


Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai